Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ruang Kota

Menurut Rob Krier (1997), ruang kota dapat didefinisikan sebagai


semua ruang yang berada di antara atau luar bangunan dan berfungsi
sebagai tempat terjadinya kegiatan masyarakat kota sehingga dapat pula menjadi
ruang publik. Spreiregen (1965) mengklasifikasikan ruang kota menjadi dua
yaitu, formal spacedan informal space. Formal space didefinisikan sebagai
ruang yang umumnya dibatasi oleh fasade bangunan dan tanah kota
sebagai landasannya, adapun informal spacedidefinisikan sebagai ruang-ruang
yang dibatasi atau didominasi oleh unsur-unsur alam seperti air dan
pepohonan. Ruang terbuka publik merupakan salah satu bagian dari
perkotaan, sehingga dalam setiap perancangan ruang terbuka publik harus
memperhatikan elemen pembentuk ruang kota agar dapat memberikan
karakteristik yang baik bagi kota tersebut.

Elemen-elemen citra kota/kawasan yang dipergunakan orang untuk


menstrukturkan gambaran kognisi dari sejumlah tempat adalah sebagai berikut:

a. Elemen Path

Merupakan elemen yang menjadi jalur pergerakan dalam kawasan untuk


kendaraan bermotor, pejalan kaki dan aliran air

b. Elemen Edge

Merupakan batas antara dua daerah yang berbeda karakterfisiknya. Batas ini juga
sebagai daerah peralihan. Batas tersebut dapat berupa pagar / pembatas solid atau
batas tersebut dapat juga berupasebuah garis non-visual dimana berada pada satu
daerah yang saling terkait, seperti pantai sebagai peralihan daratan denganlaut.
Karakter yang termasuk dalam elemen ini yaitu pemisah yang jelas antara masing-
masing perkantoran atau massa bangunan dengan fungsi lainnya berupa pagar
pembatas. Selain itu vegetasi juga digunakan sebagai pembatas area dengan
bangunan lainnya.
c. Elemen Distrik

Merupakan suatu kawasan didalam suatu kota yang memiliki karakter khusus
yang mudah dikenal. Dapat di identifikasi secara non-visual dengan
memperhatikan kesamaan karakter dan kebiasaan masyarakat dan juga dapat di
identifikasi secara visual apabila ada sebuah tanda fisik pada kawasan tersebut.

d. Elemen Landmark

Merupakan suatu objek fisik yang dapat dikenali karena bentuknya yang jelas,
menonjol, atau kontras dengan lingkungan disekitarnya. Biasanya dapat berupa
bangunan, papannama selamat datang, deretan pertokoan ataupun pegunungan.
Landmark biasanya mencerminkan sebuah orientasi urban pada kawasan tersebut.

e. Elemen Node

Merupakan karakter yang menjadi orientasibaik dalam bentuk aktivitas yang aktif,
pemusatan jalur atau pemusatan aktivitas yang posisinya sebagai penangkap
pergerakan di persimpanga jalur (titik simpul).

2.2 Ruang Terbuka Publik

2.2.1 Pengertian Ruang Terbuka Publik

Menurut Carr (1992), ruang terbuka merupakan wadah kegiatan


fungsional maupun aktivitas ritual yang melibatkan sekelompok masyarakat,
dalam rutinitas normal kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan periodik.
Beberapa jenis ruang terbuka menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor: 05/PRT/M/2008 sebagai berikut:

a. Ruang terbuka hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau


mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam. Ruang terbuka hijau terbagi menjadi 2, yaitu ruang terbuka hijau privat
dan ruang terbuka hijau publik.

Menurut Stephen Carr dan kawan-kawan ada beberapa tipe ruang terbuka hijau.
Tipe tersebut masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda, yaitu:
1. Central park

Dibangun dan diatur sebagai bagian dari sistem ruang terbuka kota, ruang
terbuka untuk kepentingan seluruh kota, kadang dilokasikan dekat dengan
pusat kota.

2. Downtown park

Taman hijau kota dengan rumput dan pohon berlokasi di daerah kota, dapat
berupa taman tradisional, historik atau baru.

3. Commons

Daerah hijau luas, hanya daerah padang rumput untuk kegunaan umum
sekarang dipergunakan untuk kegiatan diwaktu luang.

4. Neigborhood park

Ruang terbuka dibangun di lingkungan perumahan, dibangun dan diatur


sebagai bagian dari sistem ruang terbuka kota atau sebagai bagian dari
pembangunan perumahan baru, meliputi taman bermain, lapangan olahraga,
dll.

5. Mini park

Taman kota yang kecil, diabatasi oleh bangunan, meliputi air mancur atau
elemen-elemen air sebagai pelengkap.

6. Community park

Taman lingkungan yang dirancang, dibangun atau diatur oleh penduduk lokal
pada lahan kosong. Meliputi viewing garden, play area dan community
garden. Kadang kala di bangun di lahan privat, dan tidak secara resmi
dipandang sebagai bagian sistem ruang terbuka kota, bahkan mudah diserang
untuk ditiadakan oleh pengguna lain seperti pembangunan hunian dan
komersial.

7. Greenways dan Parkways


Daerah alam dan ruang rekreasi yang dihubungkan oleh pedestrian dan jalan
sepeda.

b. Ruang terbuka non hijau adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak
termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa
badan air.

(Shirvani, 1985) Ruang Publik sejati adalah yang merupakan public


domain, yang menjamin penguasaan bersama oleh khalayak, terbuka untuk
interaksi dengan orang asing secara damai, aman, dan majemuk (plural).
(Kusumawijaya, 2006) Ruang terbuka publik merupakan bagian ruang yang
terdapat dalam jaringan kota yang terbuka dan dapat dicapai baik secara fisik
maupun visual, digunakan secara bersama dalam kesamaan derajat, hak kebebasan
serta memiliki sifat permeabel terhadap kegiatan maupun pilihan. Ditempat inilah
manusia bisa berkumpul untuk dapat bersosialisasi, membebaskan diri dari
rutinitas harian serta hiruk pikuk lalu lintas serta tekanan kesibukan di pusat kota
(Zucker: 1959). Ruang terbuka publik merupakan elemen vital dalam sebuah
ruang kota karena keberadaannya di kawasan yang berintensitas kegiatan tinggi.
Sebagai lahan tidak terbangun, ruang terbuka biasanya berada di lokasi strategis
dan banyak dilalui orang (Nazaruddin 1994).

Keberadaannya diandaikan seperti sebuah panggung tempat


berlangsungnya drama kehidupan manusia dimana semua jalan, square dan taman
kota mampu menyediakan tempat untuk sejenak beristirahat dari rutinitas rumah
dan kantor yang sangat menyita waktu. Pada pengertian lain ditemukan bahwa
ruang terbuka publik berupa square merupakan mikrokosmos dari kehidupan
yang menawarkan daya tarik; sebagai tempat peristirahatan, pasar dan upacara
rakyat, menjadi tempat pertemuan saling berjumpa dengan teman dan saling
menghabskan waktu bersama.

2.2.2 Fungsi Ruang Terbuka Publik

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008,


ruang terbuka hijau terbagi menjadi ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka
hijau privat, keduanya memiliki fungsi utama (intrinsik) dan fungsi tambahan
(ekstrinsik). Fungsi utama ruang terbuka publik adalah sebagai berikut:

(1) Memberi jaminan pengadaan ruang terbuka;

(2) pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dan
berlangsung lancar;

(3) sebagai peneduh;

(4) produsen oksigen;

(5) penyerap air hujan;

(6) penyedia habitat satwa;

(7) penyerap polutan media udara, air, dan tanah, serta;

(8) penahan angin.

(9) menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air;

(10) menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan


antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk
kepentingan masyarakat;

(11) meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman


lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah dan bersih.

Selain fungsi utama, ruang terbuka public juga mempunyai fungsi


tambahan yaitu terdapat fungsi sosial dan budaya, fungsi ekonomi dan fungsi
estetika. Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat
dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota
seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.

2.2.3 Tujuan Ruang Terbuka Publik

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008,


tujuan dari pengadaan ruang terbuka adalah

(1) menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air;


(2) menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara
lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan
masyarakat;

(3) meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman


lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.

2.2.4 Manfaat Ruang Terbuka Publik

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008,


manfaat ruang terbuka berdasarkan fungsinya, yaitu

(1) manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat langsung), yaitu
membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan
bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah);

(2) manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat tidak langsung), yaitu
pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan kelangsungan persediaan air
tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada
(konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).

Dalam jangka waktu pendek, ruang terbuka bisa dirasakan manfaatnya


ketika aktifitas masyarakat sedang berlangsung di dalamnya, seperti kegiatan
olahraga, rekreasi, parkir, dan lain-lain. Dari kegiatan tersebut, secara tidak
langsung dapat meningkatkan keuntungan ekonomis, misalnya yang diperoleh
dari retribusi parkir. Sedangkan dalam jangka panjang, ruang terbuka publik bisa
dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat, pelestarian
lingkungan, dan meningkatkan nilai ekonomis lahan sekitar.

2.2.5 Elemen Ruang Terbuka Publik

Menurut Hamid Shirvani dalam buku the Urban Design(1985:7)


memasukkan open space sebagai salah satu dari delapan elemen arsitektur kota.
Tujuan elemen lainnya yaitu tata guna lahan, gubahan massa bangunan, sirkulasi
dan parker, jalur pejalan kaki atau pedestrian dan dukungan aktifitas. Dengan
pengelompokan ini dapat dipahami bahwa ruang terbuka merupakan elemen
penting dalam pembentukkan arsitektur kota. Ruang terbuka dapat diartikan
sebagai lansekap, hardscape (jalan, trotoar dan sejenisnya), taman dan area
rekreasi didaerah perkotaan. Kota memerlukan ruang-ruang terbuka publik tempat
warga kota berinteraksi, mencari hiburan atau melakukan kegiatan yg bersifat
rekreatif.

Adapun elemen pembentuk ruang kota menurut Shirvani (1985) antara


lain :

(1) Tata Guna lahan (Land Use)

Tata guna lahan dapat diartikan sebagai pengaturan penggunaan lahan


untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi
tertentu, sehingga secara umum dapat memberikan gambaran keseluruhan
bagaimana daerah-daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi.

(2) Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)

Bentuk dan massa bangunan ditentukan oleh ketinggian atau besarnya


bangunan, penampilan maupun konfigurasi dari massa bangunannya. Dalam
bentuk dan massa bangunan seharusnya diperhatikan berbagai aspek meliputi
ketinggian bangunan, kepejalan gedung, koefisien lantai bangunan,
koefisien dasar bangunan, garis sempadan bangunan, langgam, skala, material,
tekstur dan warna.

(3) Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking)

Penataan sirkulasi dan parkir perlu diperhatikan karena menjadi


salah satu pembentuk struktur lingkungan perkotaan yang dapat mengontrol
aktivitas kawasan.

(4) Ruang Terbuka (Open Space)

Ruang terbuka merupakan elemen yang sangat esensial dalam perancangan kota
demi tercapainya kenyamanan bagi pengguna ruang. Desain ruang terbuka
harus dipertimbangkan secara terintegral terhadap bagian dari perancangan
kota.

(5) Jalur Pedestrian (Pedestrian Ways)


Jalur pedestrian merupakan elemen penting dalam perancnagan kota, karena
tidak lagi hanya berorientasi pada keindahan semata, akan tetapi juga masalah
kenyamanan dengan didukung oleh kegiatan pedagang kaki lima yang dapat
memperkuat kehidupan ruang kota tersebut. Strategi dalam perancangan
jalur pedestrian adalah menjaga keseimbangan antara penggunaan jalur
pedestrian dan fasilitas untuk kendaraan bermotor. Hal ini untuk mendukung
suasana kota menjadi hidup dengan ruang publik yang atraktif, juga
dapat terjalin hubungan yang harmonis antara kegiatan di jalur pedestrian
dengan kegiatan pelayanan umum dan fasilitas yang dimiliki oleh
masyarakat secara individual.

(6) Penanda (Signages)

Penanda dapat berupa suatu tulisan, gambar, lambang ataupun bendera


yang memiliki fungsi sebagai penunjuk, pemberi keterangan, pengenal dan
pengaturan (Chiara & Koppelman, 1997).

(7) Kegiatan Pendukung (Activity Support)

Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan yang


mendukng ruang publik di suatu kawasan kota.

(8) Konservasi (Conservation)

Konservasi merupakan strategi untuk menangani secara preventif


terhadap kehancuran bangunan kuno, memperbaikinya agar dapat bertahan
lebih lama dengan mengganti beberapa elemen yang sudah rusak dengan elemen
baru seperti aslinya.

2.2.6 Bentuk Ruang Terbuka Publik

Keragaman bentuk ruang terbuka publik pada masa lalu biasanya terjadi
secara alami dari tatanan bangunan yang mengelilinginya. Terdapat beberapa
klasifikasi bentuk ruang terbuka publik yang ada di dunia menurut beberapa tokoh
arsitektur yaitu: menurut Rob Krier ruang terbuka publik berbentuk memanjang,
cluster, persegi, orthogonal, geometrik, lingkaran, segitiga dan bentuk menyudut.
Sedangkan menurut Spiro Kostof yaitu, berbentuk persegi, bulat, bentuk L,
trapezoid, segitiga dan bentuk irregular. Dirgantara, et al Jurnal Reka Karsa – 4
Gambar 2.1 Bentuk Ruang Terbuka Menurut Rob Krier (Sumber: Ching, Francis
D.K (1979) Architecture Form, Space, and Order. Jakarta, Erlangga.) Gambar 2.2
Bentuk Ruang Terbuka Publik Menurut Spiro Kostof (Sumber: Ching, Francis
D.K (1979) Architecture Form, Space, and Order. Jakarta, Erlangga.)

2.2.7 Tipologi Ruang Terbuka Publik

Menurut Carr dkk (1992), tipologi ruang terbuka publik di perkotaan


dikelompokan berdasarkan jenisnya. Dari pengelompokkan tersebut, yang
merupakan ruang terbuka publik yaitu taman-taman publik (public parks),
lapangan dan plaza (square and plaza), taman peringatan (memorial parks), pasar
(markets), jalan (streets), lapangan bermain (playground), ruang terbuka untuk
masyarakat (community open spaces), jalan hijau dan jalan taman (greenways and
parkways), atrium/pasar tertutup (atrium/indoor market place), ruang terbuka yang
dapat diakses oleh publik seperti sudut-sudut jalan, jalan menuju gedung, dan
lain-lain (found spaces/everyday open spaces) dan tepi laut (waterfronts).

Perkembangan suatu Kota di negara berkembang mengalami peningkatan


yang sangat pesat. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain adalah
adanya pertambahan jumlah penduduk, perubahan tata guna lahan, aktifitas yang
beraneka ragam dan perubahan fisik perkotaan. Secara fisik dan fungsional,
intensitas dan kualitas kegiatan Kota selalu berubah(Wijaya, Setioko, & Murtini,
2015)(Wijaya, 2017).

Menurut Hamid Shirvani dalam buku the Urban Design open space
sebagai salah satu dari delapan elemen arsitektur kota. Tujuan elemen lainnya
yaitu tata guna lahan, gubahan massa bangunan, sirkulasi dan parkir, jalur pejalan
kaki atau pedestrian dan dukungan aktifitas. Dengan pengelompokan ini dapat
dipahami bahwa ruang terbuka merupakan elemen penting dalam pembentukkan
arsitektur kota.

Ruang terbuka dapat diartikan sebagai lansekap, hardscape (jalan, trotoar


dan sejenisnya), taman dan area rekreasi didaerah perkotaan (Shirvani, 1985).
Kota memerlukan ruang-ruang terbuka publik tempat wargakota berinteraksi,
mencari hiburan atau melakukan kegiatan yg bersifat rekreatif. Setiap kawasan
dan persimpangan perlu diamati dan dianalisis untuk mengatasi tingkat aktivitas
di setiap zona dan juga keseluruhan karakternya(Ramadhan, Wijaya, Muttaqin, &
Rahmat, 2018).

2.3 Taman Kota

2.3.1 Pengertian Taman Kota

Taman (Garden) diterjemahkan dari bahasa Ibrani. Gan berarti melindungi


atau mempertahankan lahan yang ada dalam suatu lingkungan berpagar. Oden
berarti kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan. Secara lengkap dapat
diartikan taman adalah sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk
mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan (Laurie, 1986). Djamal
(2005) menjelaskan taman adalah sebidang tanah terbuka dengan luasan yang
ditanami pohon, perdu, semak dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan
kreasi bahan lainnya. Umumnya digunakan sebagai tempat olahraga, bersantai,
bermain, dan sebagainya.

Pengertian taman kota banyak, luas dan beragam. Namun dapat


disimpulkan, taman kota merupakan kawasan ruang terbuka hijau di perkotaan,
lengkap dengan segala fasilitasnya untuk kebutuhan masyarakat sebagai tempat
rekreasi aktif dan pasif. Di samping sebagai tempat rekreasi warga kota, taman
juga sebagai paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air,
dan menjadi habitat berbagai flora dan fauna terutama burung (Salain, 2003).
Menurut Suntoro (2007), taman kota mempunyai multifungsi berkaitan dengan
fungsi hidrologi, ekologi, kesehatan, estetika, sosial, edukasi, dan rekreasi. Nilai
penting yang terkandung dalam ruang terbuka hijau terutama taman kota adalah
peningkatan kualitas mutu lingkungan hidup menjadi salah satu pertimbangan
dalam pembangunan kota serta dapat mempercantik wajah kota (Sukawi, 2008).
Menurut Irwan (2007), taman kota adalah ruang terbuka hijau yang mempunyai
fungsi utama untuk keindahan dan interaksi sosial.

2.3.2 Fungsi Taman Kota


Taman kota sebagai lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik
menjadi sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota.
Taman kota ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah
kota. Suatu taman kota dapat menciptakan sense of place , menjadi sebuah
landmark, dan menjadi titik berkumpulnya komunitas. Disamping itu, taman kota
juga dapat meningkatkan nilai properti dan menjadi pendorong terlaksananya
pembangunan. Taman kota seharusnya menjadi komponen penting dari
pembangunan suatu kota yang berhasil (Garvin, 1997). Taman kota dapat
dimanfaatkan penduduk untuk melakukan berbagai kegiatan sosial pada satu kota
atau bagian wilayah kota. Tujuan utama pengguna untuk memanfaatkan taman
adalah agar dapat beraktifitas sesuai dengan apa yang mereka inginkan baik aktif
maupun pasif.

Taman kota sebagi salah satu ruang terbuka hijau juga memiliki fungsi,
sedangkan menurut Zoer’aini (1997) fungsi taman kota yaitu, fungsi lansekap,
fungsi pelestarian lingkungan, fungsi estetika. Menurut Purnomohadi N (2006)
fungsi taman kota yaitu, nilai edukatif, ruang kegiatan dan tempat fasilitas kota,
nilai estetika, kegiatan ekonomi, dan menurut Atmojo (2007) fungsi taman kota
adalah fungsi sosial, fungsi ekologi, fungsi hidorologi, fungsi kesehatan dan
fungsi estetika.

(1) Fungsi hidrologi

Tanaman bunga dan pepohonan, melalui perakarannya pada taman kota mampu
meresapkan air ke dalam tanah. Pasokan air dalam tanah (water saving) menjadi
semakin meningkat dan jumlah aliran limpasan berkurang.

(2) Fungsi kesehatan

Tanaman bunga dan pohon sebagai jantungnya paru-paru kota merupakan


produsen oksigen yang belum tergantikan fungsinya. Peran pepohonan yang tidak
dapat digantikan adalah berkaitan dengan penyediaan oksigen bagi kehidupan
manusia.

(30 Fungsi ekologis


Taman kota juga berfungsi sebagai filter berbagai gas pencemar dan debu,
pengikat karbon, dan pengatur iklim mikro. Pentingnya kesadaran akan fungsi
tanaman dan hutan sebagai paru-paru kota, diharapkan dapat membantu
menyaring dan menyerap polutan di udara.

(4) Fungsi estetika

Citra dari suatu kota dipengaruhi oleh keadaan lingkungan perkotaan yang
nyaman. Taman kota dengan aneka warna bunga dan penataan yang indah dapat
menjadi sumber inspirasi bagi pengunjung dan membantu menghilangkan penat.
Hal ini menjadikan taman dari segi estetika akan berdampak positif terhadap area
sekelilingnya.

(5) Fungsi sosial

Sisi fungsi sosial taman kota dapat dikembangkan dengan menanam tanaman
produktif. Manfaatnya, dapat membantu menambah pendapatan dan peningkatan
taraf hidup rakyat.

(6) Fungsi edukasi

Taman di berbagai daerah juga digunakan sebagai media untuk pendidikan


pengetahuan alam, sarana penelitian, pendidikan, dan membentuk kesadaran
lingkungan.

(7) Fungsi olahraga dan rekreasi

Lahan yang teduh, sejuk dan nyaman dari taman kota mendorong warga untuk
melakukan aktivitas rekreasi dan olah raga. Berkumpulnya masyarakat di taman
kota untuk berolahraga atau menghilangkan kebuntuan pikiran dapat mengundang
hadirnya beberapa komunitas di sekitar taman.

2.3.3 Taman Kota Berdasarkan Aktivitas

Berdasarkan aktifitasnya, taman kota dibagi menjadi 2 yaitu taman untuk


rekreasi aktif dan taman untuk rekreasi pasif (Suharto, 1999).

(1) Taman untuk rekreasi aktif adalah taman yang didalamnya terdapat fasilitas
untuk kegiatan pengguna taman yang secara aktif menggunakan fasilitas tersebut.
Maksudnya, pengguna dalam beraktivitas di taman sekaligus memperoleh
kesenangan, kesegaran, dan kebugaran. Fasilitas tersebut seperti olah raga,
aerobik, fitness, camping ground, taman bermain anak, taman pramuka, taman
jalur jalan, kebun binatang, danau, dan pemancingan.

(2) Taman untuk rekreasi pasif adalah taman yang dibentuk agar dapat dinikmati
keindahan dan kerindangannya. Taman tersebut tidak mengadakan aktivitas dan
kegiatan apapun. Taman hanya memberikan fasilitas waduk, hutan buatan,
penghijauan tepi kali, jalur hijau, lapangan terbang, dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Rahmiati, D. (2017). Kajian Elemen Pembentuk Ruang Kota pada Ruang Terbuka
Publik Kota (Studi Kasus: Alun-alun Karanganyar). IKRA-ITH TEKNOLOGI:
Jurnal Sains & Teknologi, 1(2), 1-8.

Putra, A. D., Azwir, M., Octaviany, V., & Nilamsuci, R. (2015). Kajian
Transformasi Bentuk dan Fungsi Alun-alun Bandung Sebagai Ruang Terbuka
Publik. Reka Karsa, 3(3).

Ramadhan, G., Nurzuraida, G., Wibowo, H., & Wijaya, K. (2018). Elemen
Pembentuk Ruang Terbuka Publik Alun-Alun Kota Bandung. Ensains
Journal, 1(1), 56-62.

Noviana, M. (2012). Kajian Elemen Pembentuk Citra Kawasan Jalan Kusuma


Bangsa Samarinda. Jurnal Eksis, 8(2), 2218-2221.

Sesunan, M. M., Wibawa, M., Basuki, K. H., & Persada, C. (2021). KAJIAN
CONTINUITY PADA BUNDARAN KOTA SEBAGAI RUANG TERBUKA
PUBLIK YANG RAMAH PEJALAN KAKI.

Hariyono, P. (2010). Konsep Taman Kota pada Masyarakat Jawa Masa


Kini. Local Wisdom: Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal, 2(3), 01-03.

Musthafidah, L. (2020). PENGEMBANGAN TAMAN KOTA (Studi Pada Dinas


Lingkungan Hidup Kota Batu) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Malang).

Marbun, A. B. (2008). Ruang terbuka hijau sebagai pendukung sarana olah raga di
perkotaan.

Nursanto, A. (2011). Analisa Taman Menteng sebagai taman kota berdasarkan


kriteria kualitas taman Jakarta Pusat. Planesa, 2(1), 212970.

Wibowo, A., & Ritonga, M. (2018). Kebutuhan pengembangan standar nasional


indonesia fasilitas taman kota. Jurnal Standardisasi, 18(3), 161.
Iswara, R., Astuti, W., & Putri, R. A. (2017). Kesesuaian Fungsi Taman Kota
Dalam Mendukung Konsep Kota Layak Huni Di
Surakarta. ARSITEKTURA, 15(1), 115-123.

Damayanty, N., Izziah, I., & Anggraini, R. (2018). Kajian Kesesuaian Penataan
Ruang Terbuka Publik Di Kawasan Pasar Aceh Kota Banda Aceh Dengan
Komponen Dan Indikator Perancangan Taman Kota Serta RTRW Kota Banda
Aceh 2009-2029. Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan, 1(1), 53-62.

Anda mungkin juga menyukai