TINJAUAN PUSTAKA
a. Elemen Path
b. Elemen Edge
Merupakan batas antara dua daerah yang berbeda karakterfisiknya. Batas ini juga
sebagai daerah peralihan. Batas tersebut dapat berupa pagar / pembatas solid atau
batas tersebut dapat juga berupasebuah garis non-visual dimana berada pada satu
daerah yang saling terkait, seperti pantai sebagai peralihan daratan denganlaut.
Karakter yang termasuk dalam elemen ini yaitu pemisah yang jelas antara masing-
masing perkantoran atau massa bangunan dengan fungsi lainnya berupa pagar
pembatas. Selain itu vegetasi juga digunakan sebagai pembatas area dengan
bangunan lainnya.
c. Elemen Distrik
Merupakan suatu kawasan didalam suatu kota yang memiliki karakter khusus
yang mudah dikenal. Dapat di identifikasi secara non-visual dengan
memperhatikan kesamaan karakter dan kebiasaan masyarakat dan juga dapat di
identifikasi secara visual apabila ada sebuah tanda fisik pada kawasan tersebut.
d. Elemen Landmark
Merupakan suatu objek fisik yang dapat dikenali karena bentuknya yang jelas,
menonjol, atau kontras dengan lingkungan disekitarnya. Biasanya dapat berupa
bangunan, papannama selamat datang, deretan pertokoan ataupun pegunungan.
Landmark biasanya mencerminkan sebuah orientasi urban pada kawasan tersebut.
e. Elemen Node
Merupakan karakter yang menjadi orientasibaik dalam bentuk aktivitas yang aktif,
pemusatan jalur atau pemusatan aktivitas yang posisinya sebagai penangkap
pergerakan di persimpanga jalur (titik simpul).
Menurut Stephen Carr dan kawan-kawan ada beberapa tipe ruang terbuka hijau.
Tipe tersebut masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda, yaitu:
1. Central park
Dibangun dan diatur sebagai bagian dari sistem ruang terbuka kota, ruang
terbuka untuk kepentingan seluruh kota, kadang dilokasikan dekat dengan
pusat kota.
2. Downtown park
Taman hijau kota dengan rumput dan pohon berlokasi di daerah kota, dapat
berupa taman tradisional, historik atau baru.
3. Commons
Daerah hijau luas, hanya daerah padang rumput untuk kegunaan umum
sekarang dipergunakan untuk kegiatan diwaktu luang.
4. Neigborhood park
5. Mini park
Taman kota yang kecil, diabatasi oleh bangunan, meliputi air mancur atau
elemen-elemen air sebagai pelengkap.
6. Community park
Taman lingkungan yang dirancang, dibangun atau diatur oleh penduduk lokal
pada lahan kosong. Meliputi viewing garden, play area dan community
garden. Kadang kala di bangun di lahan privat, dan tidak secara resmi
dipandang sebagai bagian sistem ruang terbuka kota, bahkan mudah diserang
untuk ditiadakan oleh pengguna lain seperti pembangunan hunian dan
komersial.
b. Ruang terbuka non hijau adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak
termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa
badan air.
(2) pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dan
berlangsung lancar;
(1) manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat langsung), yaitu
membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan
bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah);
(2) manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat tidak langsung), yaitu
pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan kelangsungan persediaan air
tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada
(konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).
Ruang terbuka merupakan elemen yang sangat esensial dalam perancangan kota
demi tercapainya kenyamanan bagi pengguna ruang. Desain ruang terbuka
harus dipertimbangkan secara terintegral terhadap bagian dari perancangan
kota.
Keragaman bentuk ruang terbuka publik pada masa lalu biasanya terjadi
secara alami dari tatanan bangunan yang mengelilinginya. Terdapat beberapa
klasifikasi bentuk ruang terbuka publik yang ada di dunia menurut beberapa tokoh
arsitektur yaitu: menurut Rob Krier ruang terbuka publik berbentuk memanjang,
cluster, persegi, orthogonal, geometrik, lingkaran, segitiga dan bentuk menyudut.
Sedangkan menurut Spiro Kostof yaitu, berbentuk persegi, bulat, bentuk L,
trapezoid, segitiga dan bentuk irregular. Dirgantara, et al Jurnal Reka Karsa – 4
Gambar 2.1 Bentuk Ruang Terbuka Menurut Rob Krier (Sumber: Ching, Francis
D.K (1979) Architecture Form, Space, and Order. Jakarta, Erlangga.) Gambar 2.2
Bentuk Ruang Terbuka Publik Menurut Spiro Kostof (Sumber: Ching, Francis
D.K (1979) Architecture Form, Space, and Order. Jakarta, Erlangga.)
Menurut Hamid Shirvani dalam buku the Urban Design open space
sebagai salah satu dari delapan elemen arsitektur kota. Tujuan elemen lainnya
yaitu tata guna lahan, gubahan massa bangunan, sirkulasi dan parkir, jalur pejalan
kaki atau pedestrian dan dukungan aktifitas. Dengan pengelompokan ini dapat
dipahami bahwa ruang terbuka merupakan elemen penting dalam pembentukkan
arsitektur kota.
Taman kota sebagi salah satu ruang terbuka hijau juga memiliki fungsi,
sedangkan menurut Zoer’aini (1997) fungsi taman kota yaitu, fungsi lansekap,
fungsi pelestarian lingkungan, fungsi estetika. Menurut Purnomohadi N (2006)
fungsi taman kota yaitu, nilai edukatif, ruang kegiatan dan tempat fasilitas kota,
nilai estetika, kegiatan ekonomi, dan menurut Atmojo (2007) fungsi taman kota
adalah fungsi sosial, fungsi ekologi, fungsi hidorologi, fungsi kesehatan dan
fungsi estetika.
Tanaman bunga dan pepohonan, melalui perakarannya pada taman kota mampu
meresapkan air ke dalam tanah. Pasokan air dalam tanah (water saving) menjadi
semakin meningkat dan jumlah aliran limpasan berkurang.
Citra dari suatu kota dipengaruhi oleh keadaan lingkungan perkotaan yang
nyaman. Taman kota dengan aneka warna bunga dan penataan yang indah dapat
menjadi sumber inspirasi bagi pengunjung dan membantu menghilangkan penat.
Hal ini menjadikan taman dari segi estetika akan berdampak positif terhadap area
sekelilingnya.
Sisi fungsi sosial taman kota dapat dikembangkan dengan menanam tanaman
produktif. Manfaatnya, dapat membantu menambah pendapatan dan peningkatan
taraf hidup rakyat.
Lahan yang teduh, sejuk dan nyaman dari taman kota mendorong warga untuk
melakukan aktivitas rekreasi dan olah raga. Berkumpulnya masyarakat di taman
kota untuk berolahraga atau menghilangkan kebuntuan pikiran dapat mengundang
hadirnya beberapa komunitas di sekitar taman.
(1) Taman untuk rekreasi aktif adalah taman yang didalamnya terdapat fasilitas
untuk kegiatan pengguna taman yang secara aktif menggunakan fasilitas tersebut.
Maksudnya, pengguna dalam beraktivitas di taman sekaligus memperoleh
kesenangan, kesegaran, dan kebugaran. Fasilitas tersebut seperti olah raga,
aerobik, fitness, camping ground, taman bermain anak, taman pramuka, taman
jalur jalan, kebun binatang, danau, dan pemancingan.
(2) Taman untuk rekreasi pasif adalah taman yang dibentuk agar dapat dinikmati
keindahan dan kerindangannya. Taman tersebut tidak mengadakan aktivitas dan
kegiatan apapun. Taman hanya memberikan fasilitas waduk, hutan buatan,
penghijauan tepi kali, jalur hijau, lapangan terbang, dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmiati, D. (2017). Kajian Elemen Pembentuk Ruang Kota pada Ruang Terbuka
Publik Kota (Studi Kasus: Alun-alun Karanganyar). IKRA-ITH TEKNOLOGI:
Jurnal Sains & Teknologi, 1(2), 1-8.
Putra, A. D., Azwir, M., Octaviany, V., & Nilamsuci, R. (2015). Kajian
Transformasi Bentuk dan Fungsi Alun-alun Bandung Sebagai Ruang Terbuka
Publik. Reka Karsa, 3(3).
Ramadhan, G., Nurzuraida, G., Wibowo, H., & Wijaya, K. (2018). Elemen
Pembentuk Ruang Terbuka Publik Alun-Alun Kota Bandung. Ensains
Journal, 1(1), 56-62.
Sesunan, M. M., Wibawa, M., Basuki, K. H., & Persada, C. (2021). KAJIAN
CONTINUITY PADA BUNDARAN KOTA SEBAGAI RUANG TERBUKA
PUBLIK YANG RAMAH PEJALAN KAKI.
Marbun, A. B. (2008). Ruang terbuka hijau sebagai pendukung sarana olah raga di
perkotaan.
Damayanty, N., Izziah, I., & Anggraini, R. (2018). Kajian Kesesuaian Penataan
Ruang Terbuka Publik Di Kawasan Pasar Aceh Kota Banda Aceh Dengan
Komponen Dan Indikator Perancangan Taman Kota Serta RTRW Kota Banda
Aceh 2009-2029. Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan, 1(1), 53-62.