Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ruang terbuka publik adalah ruang terbuka di luar bangunan yang dapat digunakan oleh
setiap orang dan memberikan kesempatan bagi timbulnya bermacam-macam kegiatan
(Hakim, 2003). Ruang terbuka publik di dalam sebuah kota sangat erat kaitannya dengan
aktivitas/interaksi sosial masyarakat yang ada di dalamnya (Desi, R, 2017). Menurut Shirvani
(1985), ruang terbuka publik kota adalah semua kenampakkan lansekap, hardscape (jalan,
trotoar dan sebagainya), taman dan ruang rekreasi di kota.

Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka
hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari
ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tamanan dan vegetasi
guna mendukung manfaat ekologis, sosial budaya, dan arsitektural yang dapat memberikan
manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya. Ruang terbuka non-hijau dapat berupa
ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru yang berupa permukaan
sungai, danau, maupun areal-areal yang diperuntukkan sebagai genangan retensi. (Dwiyanto,
2009)

Ruang terbuka publik bukan hanya memberikan citra pada kota, namun juga harus dapat
menghargai masyarakatnya, yaitu dengan “keterbukaan” ruang publik itu sendiri. Ruang
terbuka publik seharusnya dapat dinikmati semua orang tanpa batasan sebagai tempat
berinteraksi bagi komunitas perkotaan. Kehadiran sebuah ruang publik di suatu kota akan
memberikan dampak terhadap masyarakat di sekitarnya. Pemanfaatan suatu ruang publik
dapat dinilai keberhasilannya dengan menggunakan berbagai parameter baik dari segi fungsi
maupun perannya di dalam kota. Untuk mencapai keberhasilannya, ruang publik harus
memenuhi persyaratan karakteristiknya sebagai sebuah ruang publik terbuka atau tertutup.
Seperti yang dikutip dari William H. Whyte “What attracts people most it would appear, is
other people.”, salah satu indikasi keberhasilan ruang publik adalah banyak dikunjungi
masyarakat. Untuk itu, sebuah ruang terbuka publik harus dirancang dengan
mempertimbangkan elemen pembentuk ruang terbuka publik agar dapat menarik banyak
pengunjung.
Contoh ruang terbuka publik kota adalah alun-alun, taman, lapangan olahraga, plaza, jalur
pedestrian, pemakaman dan jalan. Taman Lunggi merupakan salah satu contoh ruang terbuka
yang belum banyak dikunjungi oleh masyarakat. Kabupaten Sambas merupakan bagian dari
provinsi Kalimantan Barat, dimana seharusnya taman menjadi pusat aktivitas sosial bagi
masyarakat di dalamnya. Menurut Djamal (2005), Taman adalah sebidang tanah terbuka
dengan luasan tertentu di dalamnya ditanam pepohonan, perdu, semak dan rerumputan yang
dapat dikombinasikan dengan kreasi dari bahan lainnya. Menurut Brigitta Mutiara Kenny
Julita, contoh taman antara lain taman nasional, taman baca, taman bunga, taman kota, taman
budaya dll. Budaya adalah sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Penelitian ini
mengkaji peran dari elemen pembentuk ruang terbuka public di kaawasan Taman Lunggi,
Sambas.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan adalah :

1. Elemen pembentuk ruang terbuka publik apa saja yang ada di kawasan Taman
Lunggi ?

2. Bagaimana peran tatanan elemen pembentuk ruang terbuka publik dan


penggunaannya bagi masyarakat di Taman Lunggi ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yang ingin dicapai yaitu untuk megidentifikasi lebih jauh
elemen ruang terbuka publik yang ada di kawasan Taman Lunggi kabupaten Sambas.

1.4. Sasaran Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi sasaran penelitian adalah peran tatanan elemen
pembentuk ruang terbuka publik dan penggunaannya bagi masyarakat di Taman Lunggi
Sambas

1.5. Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan
mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun
manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi penulis dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya

b. Sebagai referensi pada penelitian selanjutnya dalam mendesain ruang terbuka publik

1.6. Lingkup Penelitian

Agar penelitian lebih fokus maka perlu dibuat batasan penelitian dengan batasan
lingkup substansial (keilmuan) dan spasial (tempat). Penelitian ini hanya membahas seputar
elemen ruang terbuka publik. Lokasi penelitian berada pada kawasan ruang terbuka yang
terdapat pada Taman Lunggi Kabupaten Sambas.

1.7. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini didasarkan pada beberapa penelitian terdahulu yang


mempunyai karekteristik yang relatif sama dalam hal dan tema, meskipun berbeda dalam hal
lokasi dan kajian elemen ruang terbuka publik menurut hamid shirvani.

1.8. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam proposal ini, disusun sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang yang berisi fenomena, kebutuhan, dan permasalahan;
rumusan masalah; tujuan penelitian; sasaran penelitian; manfaat penelitian; lingkup
penelitian; keaslian penelitian; dan sistematika laporan penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Memuat landasan teori yang mendefinisikan hal-hal yang mendukung penelitian serta berisi
penelaahan tentang penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Memuat pendekatan penelitian; obyek penelitian; variabel penelitian dan unit amatan; tahap-
tahap penelitian; teknik pengumpulan data; teknik analisis data; luaran penelian; dan diagram
alir penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pemaparan data dan analisis serta pembahasan yang telah dilakukan berdasarkan
pengamatan yang dilakukan

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan penelitian yang telah dilakukan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ruang Terbuka Publik

2.1.1 Pengertian Ruang Terbuka Publik

Menurut Hamid Shirvani ruang terbuka merupakan elemen yang sangat esensial
dalam perancangan kota demi tercapainya kenyamanan bagi pengguna ruang. Desain
ruang terbuka harus dipertimbangkan secara terintegral terhadap bagian dari
perancangan kota. Menurut (Kusumawijaya, 2006) ruang terbuka publik merupakan bagian
ruang yang terdapat dalam jaringan kota yang terbuka dan dapat dicapai baik secara fisik
maupun visual, digunakan secara bersama dalam kesamaan derajat, hak kebebasan serta
memiliki sifat permeabel terhadap kegiatan maupun pilihan. Ditempat inilah manusia bisa
berkumpul untuk dapat bersosialisasi, membebaskan diri dari rutinitas harian serta hiruk
pikuk lalu lintas serta tekanan kesibukan di pusat kota (Zucker: 1959). Ruang terbuka publik
merupakan elemen vital dalam sebuah ruang kota karena keberadaannya di kawasan yang
berintensitas kegiatan tinggi. Sebagai lahan tidak terbangun, ruang terbuka biasanya berada di
lokasi strategis dan banyak dilalui orang (Nazaruddin 1994).

2.1.2 Fungsi Ruang Terbuka Publik

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008, fugsi utama


ruang terbuka publik adalah sebagai berikut:

(1) Memberi jaminan pengadaan ruang terbuka;

(2) pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dan berlangsung
lancar;

(3) sebagai peneduh;

(4) produsen oksigen;

(5) penyerap air hujan;

(6) penyedia habitat satwa;


(7) penyerap polutan media udara, air, dan tanah, serta;

(8) penahan angin.

(9) menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air;

(10) menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan


alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat;

(11) meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman


lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah dan bersih.

Selain fungsi utama, ruang terbuka publik juga mempunyai fungsi tambahan yaitu
terdapat fungsi sosial dan budaya, fungsi ekonomi dan fungsi estetika. Dalam suatu wilayah
perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan,
kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologi dan
konservasi hayati.

2.1.3 Tujuan Ruang Terbuka Publik

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008, tujuan dari


pengadaan ruang terbuka adalah :

(1) menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air;

(2) menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam
dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat;

(3) meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan


perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.

2.1.4 Manfaat Ruang Terbuka Publik

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008, manfaat ruang


terbuka berdasarkan fungsinya, yaitu
(1) manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat langsung), yaitu membentuk
keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual
(kayu, daun, bunga, buah);

(2) manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat tidak langsung), yaitu pembersih
udara yang sangat efektif, pemeliharaan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi
lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau
keanekaragaman hayati).

Dalam jangka waktu pendek, ruang terbuka bisa dirasakan manfaatnya ketika aktifitas
masyarakat sedang berlangsung di dalamnya, seperti kegiatan olahraga, rekreasi, parkir, dan
lain-lain. Dari kegiatan tersebut, secara tidak langsung dapat meningkatkan keuntungan
ekonomis, misalnya yang diperoleh dari retribusi parkir. Sedangkan dalam jangka panjang,
ruang terbuka publik bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat,
pelestarian lingkungan, dan meningkatkan nilai ekonomis lahan sekitar (Aria, Muhammad,
Vera, Rasty, 2015).

2.1.5 Elemen Ruang Terbuka Publik

Menurut Hamid Shirvani dalam buku the Urban Design (1985:7) memasukkan open
space sebagai salah satu dari delapan elemen arsitektur kota. Tujuh elemen lainnya yaitu tata
guna lahan, gubahan massa bangunan, sirkulasi dan parker, jalur pejalan kaki atau pedestrian
dan dukungan aktifitas. Dengan pengelompokan ini dapat dipahami bahwa ruang terbuka
merupakan elemen penting dalam pembentukkan arsitektur kota. Ruang terbuka dapat
diartikan sebagai lansekap, hardscape (jalan, trotoar dan sejenisnya), taman dan area rekreasi
didaerah perkotaan. Kota memerlukan ruang-ruang terbuka publik tempat warga kota
berinteraksi, mencari hiburan atau melakukan kegiatan yg bersifat rekreatif (Risdia, Suzanna,
Raden, 2020).

2.1.6 Bentuk Ruang Terbuka Publik

Keragaman bentuk ruang terbuka publik pada masa lalu biasanya terjadi secara alami
dari tatanan bangunan yang mengelilinginya. Terdapat beberapa klasifikasi bentuk ruang
terbuka publik yang ada di dunia menurut beberapa tokoh arsitektur yaitu: menurut Rob Krier
ruang terbuka publik berbentuk memanjang, cluster, persegi, orthogonal, geometrik,
lingkaran, segitiga dan bentuk menyudut. Sedangkan menurut Spiro Kostof yaitu, berbentuk
persegi, bulat, bentuk L, trapezoid, segitiga dan bentuk irregular.

2.1.7 Tipologi Ruang Terbuka Publik

Menurut Carr dkk (1992), tipologi ruang terbuka publik di perkotaan dikelompokan
berdasarkan jenisnya. Dari pengelompokkan tersebut, yang merupakan ruang terbuka publik
yaitu taman-taman publik (public parks), lapangan dan plaza (square and plaza), taman
peringatan (memorial parks), pasar (markets), jalan (streets), lapangan bermain (playground),
ruang terbuka untuk masyarakat (community open spaces), jalan hijau dan jalan taman
(greenways and parkways), atrium/pasar tertutup (atrium/indoor market place), ruang terbuka
yang dapat diakses oleh publik seperti sudut-sudut jalan, jalan menuju gedung, dan lain-lain
(found spaces/everyday open spaces) dan tepi laut (waterfronts).

2.2 Taman Kota

2.2.1 Pengertian Taman Kota

Taman (Garden) diterjemahkan dari bahasa Ibrani. Gan berarti melindungi atau
mempertahankan lahan yang ada dalam suatu lingkungan berpagar. Oden berarti kesenangan,
kegembiraan, dan kenyamanan. Secara lengkap dapat diartikan taman adalah sebidang lahan
berpagar yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan
(Laurie, 1986). Djamal (2005) menjelaskan taman adalah sebidang tanah terbuka dengan
luasan yang ditanami pohon, perdu, semak dan rerumputan yang dapat dikombinasikan
dengan kreasi bahan lainnya. Umumnya digunakan sebagai tempat olahraga, bersantai,
bermain, dan sebagainya.

Pengertian taman kota banyak, luas dan beragam. Namun dapat disimpulkan, taman
kota merupakan kawasan ruang terbuka hijau di perkotaan, lengkap dengan segala
fasilitasnya untuk kebutuhan masyarakat sebagai tempat rekreasi aktif dan pasif. Di samping
sebagai tempat rekreasi warga kota, taman juga sebagai paru-paru kota, pengendali iklim
mikro, konservasi tanah dan air, dan menjadi habitat berbagai flora dan fauna terutama
burung (Salain, 2003).

2.2.2 Fungsi Taman Kota


Menurut Suntoro (2007), taman kota mempunyai multifungsi berkaitan dengan fungsi
hidrologi, ekologi, kesehatan, estetika, sosial, edukasi, dan rekreasi. Nilai penting yang
terkandung dalam ruang terbuka hijau terutama taman kota adalah peningkatan kualitas mutu
lingkungan hidup menjadi salah satu pertimbangan dalam pembangunan kota serta dapat
mempercantik wajah kota (Sukawi, 2008). Menurut Irwan (2007), taman kota adalah ruang
terbuka hijau yang mempunyai fungsi utama untuk keindahan dan interaksi sosial. Taman
kota sebagai lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik menjadi sarana kegiatan
rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota.

Menurut Zoer’aini (1997) fungsi taman kota yaitu, fungsi lansekap, fungsi pelestarian
lingkungan, fungsi estetika. Menurut Purnomohadi N (2006) fungsi taman kota yaitu, nilai
edukatif, ruang kegiatan dan tempat fasilitas kota, nilai estetika, kegiatan ekonomi, dan
menurut Atmojo (2007) fungsi taman kota adalah fungsi sosial, fungsi ekologi, fungsi
hidorologi, fungsi kesehatan dan fungsi estetika.

(1) Fungsi hidrologi


Tanaman bunga dan pepohonan, melalui perakarannya pada taman kota mampu meresapkan
air ke dalam tanah. Pasokan air dalam tanah (water saving) menjadi semakin meningkat dan
jumlah aliran limpasan berkurang.
(2) Fungsi kesehatan
Tanaman bunga dan pohon sebagai jantungnya paru-paru kota merupakan produsen oksigen
yang belum tergantikan fungsinya. Peran pepohonan yang tidak dapat digantikan adalah
berkaitan dengan penyediaan oksigen bagi kehidupan manusia.
(3) Fungsi ekologis
Taman kota juga berfungsi sebagai filter berbagai gas pencemar dan debu, pengikat karbon,
dan pengatur iklim mikro. Pentingnya kesadaran akan fungsi tanaman dan hutan sebagai
paru-paru kota, diharapkan dapat membantu menyaring dan menyerap polutan di udara.
(4) Fungsi estetika
Citra dari suatu kota dipengaruhi oleh keadaan lingkungan perkotaan yang nyaman. Taman
kota dengan aneka warna bunga dan penataan yang indah dapat menjadi sumber inspirasi
bagi pengunjung dan membantu menghilangkan penat. Hal ini menjadikan taman dari segi
estetika akan berdampak positif terhadap area sekelilingnya.
(5) Fungsi sosial
Sisi fungsi sosial taman kota dapat dikembangkan dengan menanam tanaman produktif.
Manfaatnya, dapat membantu menambah pendapatan dan peningkatan taraf hidup rakyat.
(6) Fungsi edukasi
Taman di berbagai daerah juga digunakan sebagai media untuk pendidikan pengetahuan
alam, sarana penelitian, pendidikan, dan membentuk kesadaran lingkungan.
(7) Fungsi olahraga dan rekreasi
Lahan yang teduh, sejuk dan nyaman dari taman kota mendorong warga untuk melakukan
aktivitas rekreasi dan olah raga. Berkumpulnya masyarakat di taman kota untuk berolahraga
atau menghilangkan kebuntuan pikiran dapat mengundang hadirnya beberapa komunitas di
sekitar taman.
BAB III

MEDODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.


Menurut Mukhtar (2013: 10) metode penelitian deskriptif kualitatif adalah sebuah metode
yang digunakan peneliti untuk menemukan pengetahuan atau teori terhadap penelitian pada
satu waktu tertentu. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan,
melukiskan, menerangkan, menjelaskan dan menjawab secara lebih rinci permasalahan yang
akan diteliti dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok
atau suatu kejadian. Dalam penelitian kualitatif manusia merupakan instrumen penelitian dan
hasil penulisannya berupa kata-kata atau pernyataan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Jenis pendekatan penelitian deskriptif kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah [endeatan fenomenologi.

Pendekatan fenomenologi dapat dimulai dengan memperhatikan dan menelaah fokus


fenomena yang hendak diteliti, yang melihat berbagai aspek subjektif dari perilaku objek.
Kemudian, peneliti melakukan penggalian data berupa bagaimana pemaknaan objek dalam
memberikan arti terhadap fenomena terkait. Penggalian data ini dilakukan dengan melakukan
wawancara mendalam kepada objek atau informan dalam penelitian, juga dengan melakukan
observasi langsung mengenai bagaimana objek peneltiian menginterpretasikan
pengalamannya kepada orang lain.

3.2 Obyek Penelitian

Pengertian objek penelitian menurut Supriati (2012:38) adalah “Objek penelitian


adalah variabel yang diteliti oleh peneliti ditempat penelitian dilakukan.”. Objek penelitian
penelitian ini berada di taman Taman Lunggi yang berada di Jalan Pembangunan, Dalam
Kaum, Kecamatan. Sambas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Gambar 3.1 Peta Taman Lunggi, Sambas
Sumber: Google Maps

3.3 Variable Penelitian dan Unit Amatan

Menurut Suharsimi Arikunto (1988: 99) variabel penelitian adalah objek penelitian
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis
variabel yang akan diteliti, yakni:

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ruang terbuka publik kawasan taman
lunggi sambas, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah elemen pembentuk
ruang terbuka publik.

3.4 Tahap-Tahap Penelitian

Dari Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman yang diterjemkan oleh Tjetjep
Rehendi R. yang berjudul Analisi Data Kualitatif (1992), tahap-tahapan penelitian kualitatif
itu meliputi langkah-langkah sebagai berikut;

1) Membangun Kerangka Konseptual

2) Merumuskan Permasalahan Penelitian

3) Pemilihan Sampel dan Pembatasan Penelitian

4) Instrumentasi
5) Pengumpulan Data

6) Analisis Data

7) Matriks dan Pengujian Kesimpulan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka kepentingan pengumpulan data, teknik yang digunakan dapat berupa
kegiatan:

a. Observasi,

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung


terhadap subjek (partner penelitian) dimana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan
aktivitasnya. Pada teknik ini, peneliti menggunakan observasi partisipasif melihat atau
mengamati secara langsung mengenai elemen pembentuk ruang terbuka public di Kawasan
Taman Lunggi Sambas.

b. Studi Dokumentasi,

Sumber lainnya sebagai pendukung yaitu dokumen-dokumen tertulis yang resmi


ataupun tidak resmi.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah proses analisis
data kualitatif dilakukan dengan tiga tahapan yaitu:

a. Reduksi Data

Tahap pertama dalam menganalisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
adalah reduksi data atau data reduction. Tahap reduksi data adalah tahap mereduksi atau
menyederhanakan data agar bisa sesuai dengan kebutuhan dan tentunya mudah untuk
didapatkan informasi. Data yang didapatkan dari hasil wawancara, survei kepuasan
pelanggan, pengamatan langsung di lapangan, dan sebagainya tentu memiliki bentuk yang
kompleks. Semua data yang sudah didapatkan kemudian dikelompokan dari data yang sangat
penting, kurang penting, dan tidak penting. Data yang masuk ke dalam kelompok data tidak
penting kemudian aman untuk dibuang atau tidak digunakan. Sehingga tersisa data yang
sifatnya penting dan kurang penting. Peneliti bisa membuang juga data kurang penting, yang
kemudian hanya menyisakan data yang sifatnya penting. Data ini kemudian menjadi lebih
sederhana, sesuai dengan kebutuhan penelitian, dan dianggap mampu mewakili semua data
yang sudah didapatkan. Sehingga lebih mudah untuk diproses ke tahap selanjutnya agar
menjadi informasi yang bulat, jelas, dan menjawab suatu permasalahan.

b. Penyajian Data

Dalam macam-macam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman, setelah
menyelesaikan tahap reduksi maka masuk ke tahap penyajian data atau data display. Sesuai
dengan namanya, pada tahap ini peneliti bisa menyajikan data yang sudah direduksi atau
disederhanakan di tahap sebelumnya. Bentuk penyajian data kemudian beragam bisa
disajikan dalam bentuk grafik, chart, pictogram, dan bentuk lain. Sehingga kumpulan data
tersebut bisa lebih mudah disampaikan kepada orang lain. Selain itu juga mengandung
informasi yang jelas dan pembaca bisa dengan mudah mendapatkan informasi tersebut.
Proses penyajian data diperlukan dalam analisis data kualitatif untuk bisa menyajikan atau
menampilkan data dengan rapi, sistematis, tersusun dengan pola hubungan tertentu,
terorganisir, dan sebagainya. Sehingga data ini tidak lagi berupa data mentah akan tetapi
sudah menyajikan suatu informasi.

c. Penarikan Kesimpulan

Tahap selanjutnya dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah
penarikan kesimpulan atau conclusion drawing. Sehingga data yang sudah disusun dan
dikelompokan kemudian disajikan dengan suatu teknik atau pola bisa ditarik kesimpulan.
Kesimpulan ini menjadi informasi yang bisa disajikan dalam laporan penelitian dan
ditempatkan di bagian penutup. Yakni pada bagian kesimpulan, sehingga para pembaca
laporan penelitian juga bisa menemukan kesimpulan tersebut. Proses menarik kesimpulan
baru bisa dilakukan ketika semua data yang variatif disederhanakan, disusun atau ditampilkan
dengan memakai media tertentu, baru kemudian bisa dipahami dengan mudah.

3.7 Luaran Penelitian

Luaran penelitian yang diharapkan yaitu mampu untuk untuk mengetahui lebih jauh
tentang elemen pembentuk ruang terbuka publik serta mengidentifikasi manfaat kepada
masyarakat sekitar.
3.8 Diagram Alir Penelitian

Secara umum langkah penelitian ini akan ditampilkan dalam diagram sebagai berikut :

Tabel 3.1 Diagram Alir Penelitian

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Data hasil survey/observasi dalam sub bab ini, terdapat pemaparan data yang
mengacu pada semua elemen pembentuk ruang terbuka public yaitu kenampakkan lansekap,
hardscape (jalan, trotoar dan sebagainya), taman dan ruang rekreasi di kota yang digunakan
dalam tahap analisa.

1. Kawasan Taman Lunggi Kabupaten Sambas


Gambar 4.1 Tugu Taman Lunggi
Sumber: Foto Pribadi

Kawasan Taman Lunggi terletak di daerah Sambas yang merupakan salah satu wilayah
yang berada di Kalimantan Barat dan dikembangkan untuk mendukung aktifitas Sambas, oleh
karena itu beragam fasilitas dan elemen pembentuk ruang terbuka publik dibangun di
kawasan ini yang diharapkan dapat mendukung kawasan tersebut, elemen pembentuk ruang
terbuka publik sebagai berikut :

a.) Kenampakan Lansekap

Gambar 4.2 Taman Lunggi (1)


Sumber: Foto Pribadi

Pada kawasan Taman Lunggi terdapat kawasan pemukiman serta taman yang membuat
masyarakat sekitar mengambil keuntungan dengan berjualan di sepanjang jalan di sekitaran
taman. Di daerah tersebut juga mempunyai ruang terbuka hijau serta bangunan pemerintahan
yang berpusat di kawasan Taman Lunggi di sekitaran area pemukiman dan komersil.

b.) Hardscap

Sirkulasi di kawasan Taman Lunggi terbilang padat dikarenakan aktifitas di kawasan ini
yang ramai, dan disebabkan karena terletak di pusat area perkantoran. Pada waktu pagi dan
sore sangat padat karena orang berangkat dan pulang kerja pada waktu tersebut dan pada sore
dan malam hari akan sangat ramai karena orang yang berkunjung ke Taman Lunggi untuk
hiburan. Sistem sirkulasi yang tidak baik juga mempengaruhi padatnya sirkulasi ditambah
lagi dengan kurangnya fasilitas parkir yang hanya disediakan di depan ruko-ruko pada
kawasan ini.

Gambar 4.3 Taman Lunggi (2)


Sumber: Foto Pribadi

Pedestrian di kawasan Taman Lunggi hanya berukuran kurang lebih 2 m dan fasilitas
seperti pengguna berjalan di bawah pohon, terdapat jalur untuk sepeda, jalur jogging track,
pedestrian yang lebar dan pembatas berupa kawat baja di sepanjang pedestrian sehingga
pejalan kaki akan terasa nyaman dan aman dari pengendara bermotor.

c.) Taman dan Ruang Rekreasi


Gambar 4.4 Taman Lunggi (3)
Sumber: Foto Pribadi

Taman-taman kota yang ditumbuhi banyak pohon-pohon dan rumput yang ditata oleh
pemrtintah setempat, kota yang di fungsikan untuk area penghijauan dan area resapan air,
ruang terbuka tersebut juga sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan pendukung lainnya
yang menunjang aktifitas kawasan ini. Di kawasan Taman Lunggi ini sering dimanfaatkan
masyarakat setempat untuk berinteraksi bersama keluarga di alam terbuka.

2. Tingkat Pengunjung Taman Lunggi

Tingkat pengunjung di kawasan Taman Lunggi akan dibagi menjadi 4 waktu yaitu
pagi, siang, sore, dan malam. Pagi pada jam 07.00-10.00, siang pada jam 10.00-14.00, sore
pada jam 14.00-18.00 dan malam pada jam 18.00-22.00. Hasil pada survey ini akan
diakumulasi menjadi mingguan.

WAKTU TINGKAT PENGUNJUNG


MINGGUAN

PAGI 8 pengunjung
SIANG 16 pengunjung

SORE 54 pengunjung

MALAM 87 pengunjung

Tabel 4.1. Tingkat pengunjung taman lunggi mingguan


Sumber. : Survey

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pengunjung paling banyak pada saat malam, lalu
sore, siang dan paling sedikit pengunjung yaitu pagi. Hasil tingkat pengunjung tersebut tidak
termasuk dengan orang yang berjualan di sekitaran area Taman Lunggi.
BAB V

PENUTUP

Berdasarkan survey yang dilakukan pada kawasan Taman Lunggi Sambas bisa
dikatakan bahwa kawasan tersebut belum sepenuhnya menerapkan prinsip-prinsip
perancangan kota yang dikemukakan ahli perancangan kota Hamid Shirvani. Hal ini
disebabkan oleh prinsip awal kawasan ini yang di kembangkan untuk area perkantoran dan
pemukiman namun seiring berkembangnya zaman dan semakin berkembangnya roda
perekonomian maka kawasan ini dikembangkan lagi dengan penyediaan kawasan taman serta
komersil yang pada perkembangan selanjutnya perkembangan selanjutnya sudah menerapkan
kajian elemen pembetuk ruang terbuka publik. Dengan Adanya Kawasan Taman Lunggi
dapat membantuk masyarakat sekitar mengembangkan area komersil serta tempat
berkumpulnya dan rekreasi masyarakat Sambas.

Anda mungkin juga menyukai