Anda di halaman 1dari 120

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM EXTENSION
MEDAN

SKRIPSI

PENGAWASAN BIAYA PRODUKSI KELAPA SAWIT


PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II
TANJUNG MORAWA

Oleh :

NAMA : SIMON P. N. BAKO


NIM : 030522031
DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


2009

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
ii

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengawasan

Biaya Produksi Kelapa Sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

Tanjung Morawa” adalah benar hasil karya Saya sendiri dan judul yang dimaksud

belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks

penulisan skripasi Program Ekstensi S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Semua sumber dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas,

benar dan apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, Saya

bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2009

Yang Membuat Pernyataan

SIMON P. N. BAKO

NIM: 030522031

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus yang telah

memberikan anugerah, penyertaan, pengetahuan, hikmat dan kekuatan yang terbaik

sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan oleh

mahasiswa sebagai Tugas Akhir.

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan,

bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak termasuk Akademisi Akuntansi. Dengan

segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Fahmi Natigor Nasution SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Rustam Effendy, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran

kepada penulis

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
iv

5. Bapak Drs. Syamsul Bahri, TRB, MM, Ak selaku Penguji I

6. Ibu Dra. Narumondang Bulan S, MM, Ak selaku Penguji II

7. Pimpinan, Staff dan Karyawan PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

Tanjung Morawa yang telah memberikan izin, data, keterangan dan

informasi yang dibutuhkan penulis

8. Teman-teman Stambuk 2003 Jurusan Akuntansi Ekstensi FE USU

9. Seluruh keluarga khususnya Mama yang selalu menyayangi, mendukung,

mendidik dan mendoakan penulis

10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah

dengan tulus ikhlas membantu penulis

Penulis selalu memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk membalas

segala kebaikan dan memberikan berkat kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa isi yang terkandung dalam Skripsi ini belum

mencapai sempurna sehingga penulis sangat mengharapkan kesediaan para

pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang membangun agar Skripsi ini

dapat mencapai sempurna dan lebih berguna.

Medan, Juni 2009

SIMON P. N. BAKO
Penulis

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
v

ABSTRAK

Biaya produksi kelapa sawit merupakan biaya-biaya untuk mengolah bahan

baku (tandan buah segar) menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang siap

untuk dijual dan merupakan biaya yang terbesar yang dikeluarkan oleh PT.

Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah pengawasan biaya

produksi yang dilakukan perusahaan dapat menghindarkan pemborosan,

penyelewengan, inefisiensi kerja guna menghindarkan kemungkinan timbulnya

kerugian.

Biaya produksi diungkapkan dengan mengklasifikasikannya sebagai biaya

langsung dan biaya tidak langsung. Pengawasan biaya produksi dapat diketahui

dengan membandingkan anggaran dan realisasi yang terdapat pada laporan biaya

produksi. Dari perbandingan tersebut maka akan diketahui perbedaan/penyimpangan

antara anggaran dan realisasi.

Kemudian perbedaan tersebut dianalisis untuk mengetahui apakah merupakan

perbedaan yang menguntungkan (favorable variance) atau perbedaan yang

merugikan (unfavorable variance).

Kata kunci : Anggaran, Biaya Produksi, Analisis Perbedaan/penyimpangan

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
vi

ABSTRACT

Cost of production of coconut palm represent the cost for processing lf raw

material (fresh fruit bunches/FFB) becoming fabricating material goods readily

finished goods or good available for sale and also represent the biggest cost

consumed by PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa.

Research target is to know whether controlling of cost of production have

done conducted by the company can obviate the extravagance, deviation,

inefficiency work to utilize to obviate the possibility lf incident of loss.

Cost of production will expression by make classification as direct cost and

indirect cost. The controlling of cost of production can found by comparing budget

with realize of cost of production. From the comparison will be known the variance

between budget with realize.

Then, the variance will be analyzed for find favorable variance and favorable

variance.

Keywords : Budget, Cost of production, Analyzed of variance

iv sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,


Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa
2010.
vii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

ABSTRAK............................................................................................................ iv

ABSTRACT........................................................................................................... iv

DAFTAR ISI.......................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR............................................................................................ viii

DAFTAR TABEL................................................................................................. ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………….…......….. 1

B. Perumusan Masalah …………………………….......……. 2

C. Pembatasan Masalah …………….…..........……............... 3

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………..…....….....……….. 3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Penggolongan Biaya ……………………... 5

1. Pengertian Biaya............................................................. 5

2. Penggolongan Biaya...................……….........……....... 7

B. Unsur-unsur Biaya Produksi............................................... 10

C. Pengawasan Biaya Produksi……………………………… 14

1. Pengertian Pengawasan Biaya Produksi........................ 14

v pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,


Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit
2010.
viii

2. Unsur Pengawasan Biaya Produksi.................................... 15

3. Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Produksi................... 19

D. Manfaat Pengawasan Biaya Produksi Terhadap Keputusan

Manajemen........................................................................... 41

E. Analisis Penyimpangan Biaya Produksi.............................. 42

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis Data............................................................................ 57

B. Teknik Pengumpulan Data………………...………......…. 57

C. Teknik Analisis Data …………………………….…......… 58

D. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................. 59

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian............ ………………….……….…....…. 60

1. Sejarah Singkat Perusahaan............................................ 60

2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Dalam

Perusahaan..................................................................... 61

3. Proses Produksi dan Unsur-unsur Biaya Produksi

Kelapa Sawit pada Perusahaan..................................... 68

4. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya

Produksi Kelapa Sawit.................................................. 74

5. Pengawasan Anggaran Biaya Produksi Kelapa Sawit.. 91

vi
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
ix

6. Manfaat Pengawasan Biaya Produksi Terhadap

Perusahaan...................................................................... 95

7. Analisis Penyimpangan.................................................. 96

B. Analisis Hasil Penelitian..................................................... 100

1. Analisis Biaya Produksi Kelapa Sawit………….. …... 100

2. Analisis Pengawasan Biaya Produksi Kelapa Sawit…. 103

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………………………..........…….……............. 106

B. Saran………………..……........................................……..... 107

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 108

vii
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Struktur Anggaran Perusahaan…………………………………. 27

Gambar 4.1 : Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

Tanjung Morawa…………………………………………….. 62

Gambar 4.2 : Prosedur Penyusunan RKAP…………………………………. 77

Gambar 4.3 : Prosedur dan Materi RKAP…………………………………… 79

viiisawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,


Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa
2010.
xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Anggaran Penjualan…………………………………………. 27

Tabel 2.2 : Anggaran Produksi…………………………………………... 28

Tabel 2.3 : Anggaran Pemakaian Bahan baku…………………………….. 30

Tabel 2.4 : Anggaran Pembelian Bahan Baku……………………………. 32

Tabel 2.5 : Anggaran Biaya Upah Langsung……………………………… 34

Tabel 2.6 : Anggaran Biaya Tidak Langsung………………………………. 40

Tabel 4.1 : Aktiva Tetap dan Penyusutan………………………………….. 73

Tabel 4.2 : Luas Areal Budidaya Kelapa Sawit…………………………….. 82

Tabel 4.3 : Anggaran Produksi Berdasarkan Produksi Umum……………... 84

Tabel 4.4 : Rencana Produksi TBS, Rencana Produksi & Rendemen

Minyak dan Inti Sawit…………………………………………. 87

Tabel 4.5 : Produksi dan Biaya Produksi Kelapa Sawit…………………… 93

Tabel 4.6 : Perbandingan antara Anggaran dan Realisasi Biaya Kelapa

Sawit…………………………………………………………. 104

ix
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan utama didirikan suatu perusahaan adalah memperoleh laba

semaksimal mungkin dan kelangsungan hidup perusahaan. Laba adalah jumlah

pendapatan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan

tersebut. Bertambahnya jumlah pendapatan biasanya biaya juga bertambah, bila

pertambahan jumlah pendapatan lebih besar dari pertambahan jumlah biaya maka

laba menjadi bertambah, sebaliknya bila pertambahan jumlah pendapatan lebih

rendah dari pertambahan jumlah biaya maka laba semakin menurun. Adakalanya

pertambahan biaya cukup signifikan dibandingkan pertambahan pendapatan. Dengan

kondisi ini perusahaan mengalami kerugian

Pada perusahaan industri biaya produksi merupakan komponen biaya terbesar

dalam perhitungan harga pokok penjualan bila dibandingkan dengan biaya lainnya

(biaya pemasaran, biaya administrasi, biaya bunga).

Besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan sangat tergantung pada

perolehan pendapatan juga sangat tergantung pada kemampuan manajemen untuk

mengendalikan/mengawasi pengeluaran dana untuk biaya produksi. .Tingginyya

kenaikan biaya produksi sebagai akibat kurangnya pengawasan, apalagi cenderung

pada pemborosan, maka perusahaan akan mengalami kerugian. Dengan demikian

dalam periode tersebut tujuan perusahaan tidak tercapai.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
2

PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa merupakan perusahaan yang

bergerak dibidang agribisnis perkebunan dengan mengelola lima budidaya tanaman

yakni kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan tebu. Dibandingkan dengan komoditi

karet, kakao, tembakau dan tebu, pengelolaan komoditi kelapa sawit memberikan

kontribusi terbesar terhadap pendapatan perusahaan maupun pengeluaran biaya

Pengeluaran biaya untuk biaya produksi merupakan biaya yang terbesar yang

dikeluarkan perusahaan. Oleh karena itu harus dilakukan pengawasan terhadap biaya

produksi. Pengawasan biaya produksi dilakukan dengan berpedoman pada anggaran

biaya produksi yang telah disusun. Anggaran biaya produksi tersebut dibandingkan

dengan realisasi biaya produksi tahun berjalan. Melalui perbandingan ini dapat

diketahui ada tidaknya penyimpangan sehingga dapat dilakukan usaha untuk

memperbaikinya apabila penyimpangan tersebut merugikan karena dapat

mengurangi pendapatan perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun suatu tulisan

dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengawasan Biaya Produksi Kelapa Sawit

pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa”.

B. Perumusan Masalah

Pengawasan biaya produksi dilakukan untuk menghindarkan pemborosan dan

penyelewengan serta peningkatan efisiensi kerja sehingga kemungkinan kerugian

dapat ditekan seminimal mungkin. Unsur-unsur biaya produksi adalah berupa bahan

baku dan tenaga kerja yang merupakan komponen terbesar dalam menentukan

perolehan laba perusahaan.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
3

1) Bahan baku

Penggunaan bahan baku merupakan unsur penting dan unsur biaya yang

besar dalam biaya produksi. Permasalahannya adalah bila terjadi pemborosan,

penyimpangan, pencurian dan kerusakan yang disebabkan tidak atau kurangnya

pengawasan yang akan mengakibatkan kerugian perusahaan.

2) Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan aset perusahaan, mengingat kemampuannya

menghasilkan laba dengan melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.

Permasalahannya bila kurang atau tidak dilakukan pengawasan terhadap penggunaan

tenaga kerja akan mengakibatkan hasil yang diperoleh adalah hasil yang lebih kecil

dengan biaya yang lebih tinggi (inefisien) atau mendapatkan hasil yang buruk dengan

biaya yang sama atau lebih besar.

C. Pembatasan Masalah

Demikian luasnya cakupan dan banyaknya faktor yang mungkin dapat

mempengaruhi biaya produksi pada perusahaan maka dalam penelitian ini penulis

membatasi pada masalah pengawasan biaya produksi kelapa sawit.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan

Akuntansi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
4

2. Untuk mengembangkan pengetahuan dam memperluas cakrawala berpikir

penulis dalam menelaah suatu permasalahan secara ilmiah serta disusun

secara sistematis

3. Untuk mengetahui apakah pengawasan biaya produksi yang dilakukan

perusahaan dapat menghindarkan pemborosan, penyelewengan, inefisiensi

kerja guna menghindarkan kemungkinan timbulnya kerugian

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dilaksanakan yaitu :

a. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi perusahaan

dalam hal penerapan pengawasan biaya produksi kelapa

sawit

b. Sebagai informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak

tertentu yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut

mengenai pengawasan biaya produksi kelapa sawit.

c. Untuk memberikan sumbangan ilmu kepada peneliti

selanjutnya yang dapat dipergunakan sebagai bahan

acuan penelitian.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Penggolongan Biaya

1. Pengertian Biaya

Pengertian biaya yang dimaksudkan dalam istilah sehari-hari adalah suatu

pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang dan jasa atau dengan

kata lain suatu pengorbanan yang dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup.

Dalam dunia usaha, biaya dapat diartikan sebagai pengeluaran sejumlah uang

atau yang dapat dinilai dengan uang yang secara langsung atau tidak langsung telah

dimanfaatkan didalam kegiatan perusahaan guna mendapatkan penghasilan atau

laba, atau biaya juga dapat diartikan sebagai nilai tukar, prasyarat, atau pengorbanan

yang dilakukan guna memperoleh manfaat.

Sofyan Syafri Harahap (2003 : 38) mendefinisikan biaya (cost) adalah

sebagai berikut:

Cost adalah suatu jumlah tertentu yang diukur dalam bentuk uang dari
kas yang dibelanjakan atau barang lain yang diserahkan, modal saham
yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau utang yang dibebankan
sebagai imbalan dari barang dan jasa yang diterima atau akan
diterima.
Cost dapat dibagi dua : Expired dan Unexpired, Unexpired cost atau
asset adalah semua yang akan dibebankan kepada produksi dari
penghasilan yang akan datang, Expired cost adalah pengurangan dari
penghasilan sekarang atau dibebankan kepada laba ditahan.

Biaya menurut Mulyadi (2003 : 37) adalah :

Biaya atau ongkos didefinisikan sebagai arus keluar atau penggunaan


harta lainnya atau terjadinya hutang (kombinasi dari keduanya) dalam
suatu periode akibat dari penyerahan atau produksi barang-barang,

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
6

penyerahan jasa-jasa atau pelaksanaan aktivitas-aktivitas lainnya yang


membentuk operasi-operasi utama atau sentral yang berlanjut terus
dari suatu usaha tersebut.

Dari pengertian kedua penulis di atas maka biaya tersebut harus dapat diukur

dalam satuan moneter sebagai nilai tukar yang harus dikorbankan untuk memperoleh

barang dan jasa. Dalam pengertian di atas terdapat kata beban dan biaya atau ongkos

yang perlu dijelaskan lebih lanjut.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004, par. 02.04) :

“Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu peride akuntansi


dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan equitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal.”
Ahmad Azhari (2006 : 14) mendefinisikan biaya sebagai berikut :

“Biaya adalah pengeluaran yang diukur dalam satuan moneter yang telah
dikeluarkan atau potensial yang akan dikeluarkan untuk memperoleh
tujuan tertentu. Sebaliknya beban adalah pengeluaran yang telah digunakan
untuk menghasilkan prestasi.”

Henry Simamora (2001 : 36) menyatakan bahwa :

“Biaya (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk

barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di

masa mendatang bagi perusahaan atau organisasi.”

Armanto Witjaksono (2005:10) menyatakan bahwa

“Beban (expenses) adalah arus keluar (aset) terhadap penghasilan karena

perusahaan menggunakan sumber daya ekonomi yang ada.”:

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan

pengeluaran yang akan memberikan manfaat untuk waktu atau periode akuntansi

yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang akan dicantumkan kedalam

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
7

neraca. Sedangkan beban merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam proses

produksi suatu barang atau prestasi guna memperoleh pendapatan. Pengeluaran ini

dicatat sebagai biaya produksi dalam perhitungan laba – rugi.

Biaya produksi merupakan kelompok biaya yang jumlahnya cukup besar

dibanding kelompok biaya lain seperti biaya pemasaran, biaya bunga, biaya

administrasi dalam perhitungan laba rugi.

Biaya produksi memegang peranan penting dalam suatu perusahaan, hal ini

disebabkan tujuan perusahaan itu sendiri yaitu agar kegiatan produksi menghasilkan

laba untuk mengembangkan dan mempertahankan eksistensi perusahaan dimasa

yang akan datang.

2. Penggolongan Biaya

Setiap manajemen memerlukan informasi-informasi mengenai kegiatan

organisasi perusahaannya. Informasi-informasi yang diperlukan ini sering berupa

biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha. Akibat banyaknya biaya yang

berkaitan dengan kegiatan usaha, maka biaya-biaya tersebut perlu digolongkan

Penggolongan biaya diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat

membantu manajemen memperoleh informasi berdasarkan mana manajemen dapat

mengambil kebijaksanaan/keputusan dalam upaya mencapai tujuannnya

Penggolongan biaya didasarkan:

a. Fungsi pokok dalam perusahaan:

Menurut Mulyadi (2003:14), biaya berdasarkan fungsi pokok dalam

perusahaan adalah:

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
8

a. Biaya produksi

“Biaya produksi dikeluarkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan

pokok perusahaan dalam pelaksanaan proses produksi untuk

menghasilkan produk.”

Biaya produksi terdiri dari:

- biaya bahan baku langsung, misalnya kayu dalam proses

pembuatan meja.

- Biaya tenaga kerja (upah) langsung, misalnya upah untuk tenaga

kerja yang merakit mobil pada perusahaan perakitan mobil.

- biaya overhead, misalnya sewa gedung

b. Biaya pemasaran
“Biaya pemasaran merupakan pengeluaran biaya untuk memenuhi
kebutuhan dalam pelaksanaan fungsi pokok perusahaan yaitu
memasarkan produk yang dihasilkan dari proses produksi. Misalnya biaya
perjalanan petugas pemasaran, komisi penjualan, gaji bagian pemasaran,
biaya pengiriman untuk konsumen.”

c. Biaya administrasi dan umum


“Biaya administrasi dan umum dikeluarkan perusahaan dalam upaya
membiayai kegiatan pendukung dalam pelaksanaan operasional
perusahaan sehari-hari. Misalnya gaji direktur utama.”

2. Volume Produksi

Menurut Armanto Witjaksono (2005:13) berdasarkan volume produksi, biaya

terdiri dari

a. “Biaya variabel
Biaya yang berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume
produksi/penjualan
Contoh: Biaya pemakaian bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung. Semakin banyak unit yang diproduksi, tentu kebutuhan
bahan baku dan tenaga kerja juga bertambah secara proporsional

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
9

b. Biaya Tetap
Biaya dimana jumlah totalnya tetap walaupun jumlah yang
diproduksi/dijual berubah-ubah dalam kapasitas normal
Contoh: Biaya penyusutan mesin dan peralatan, gaji pokok para karyawan
dan sebagainya. Semua biaya ini harus tetap dibebankan secara
periodik, tanpa memperhatikan kuntitas volume produksi.
c. Biaya Semi Variabel

Biaya dimana jumlahnya berubah-ubah dalam hubungannya dengan


perubahan kuantitas yang diproduksi tetapi perubahannya tidak
proporsional. Dalam beberapa literatur lainnya biaya ini disebut sebagai
biaya campuran (mixed cost). Biaya ini biasanya dikaitkan dengan
pengukuran konsumsi.
Contoh: departemen pengiriman (ekspedisi) yang biaya operasinya terdiri
atas (i) biaya tetap seperti penyusutan kendaraan, pajak kendaraan dan
sebagainya; dan (ii) biaya operasi seperti bensin, tol, dan sebagainya.
Semakin banyak produksi maka aktivitas pengiriman pun diharapkan
semakin meningkat, yang jelas akan meningkatkan biaya operasional, tapi
tidak demikian dengan biaya penyusutan dan pajak kendaraan.”

3. Objek atau pusat biaya yang dibiayai

Berdasarkan objek atau pusat biaya yang dibiayai, biaya terdiri dari biaya

langsung dan biaya tidak langsung. Menurut Loran Tambunan (2001 : 23)

biaya langsung dan biaya tidak langsung adalah:

“Biaya langsung adalah suatu biaya yang dapat dengan jelas ditelusuri dan
diidentifikasikan secara fisik kepada segmen organisasi yang bersangkutan.”
Segmen organisasi merupakan objek atau pusat biaya yang dibiayai, dalam
hal ini dapat berupa lini produk (product line), daerah penjualan, bagian atau
divisi Misalnya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat secara langsung
diidentifikasikan atau ditelusuri secara fisik pada suatu lini produk tertentu.”
Misalnya biaya perawatan, biaya pendidikan dan latihan, biaya penyusutan
bangunan dan mesin pabrik serta biaya-biaya overhead pabrik lainnya.”

4. Periode akuntansi

Berdasarkan periode akuntansi, biaya terdiri dari;

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
10

- pengeluaran modal (capital expenditure) adalah pengeluaran

yang akan dapat memberikan manfaat (benefit) pada beberapa

periode akuntansi yang akan datang dan dicatat sebagai

aktiva..

Contoh: biaya investasi pembelian tanah dan gedung

- pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah

pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada

periode berjalan dan dicatat sebagai beban

Contoh: biaya produksi.

B. Unsur-unsur Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan segala pengorbanan yang bersifat ekonomis untuk

menghasilkan produk dalam rangka untuk mendapatkan laba / keuntungan yang

diinginkan.

Biaya produksi yang ada dalam perusahaan industri menurut Matz dan Usry

(2000:23-25) terdiri atas 3 unsur biaya yaitu :

a. Bahan Baku Langsung

“Bahan baku langsung adalah semua bahan yang membentuk bagian integral

dari barang jadi dan dapat dimasukkan dalam kalkulasi biaya produksi”.

Karakteristik bahan baku langsung yaitu :

1. Mudah dilihat, diidentifikasi dan diukur dengan jelas.

2. Dapat ditelusuri baik fisik maupun nilainya dalam produk yang

dihasilkan

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
11

Jadi biaya bahan baku langsung dapat disimpulkan sebagai semua

pengeluaran untuk memperoleh semua bahan yang menyatu pada proses

produksi menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

Untuk memperoleh bahan baku ada dua cara yaitu, dengan cara membeli dari

luar atau mengolah sendiri. Apabila bahan baku dibeli dari luar, maka biaya yang

dikeluarkan dalam memperoleh bahan baku hingga siap untuk diolah atau digunakan

dalam proses produksi merupakan biaya bahan baku. Biaya-biaya yang termasuk

dalam biaya bahan baku yang diperoleh dari pembelian diantaranya meliputi harga

faktur setelah dikurangi potongan pembelian, biaya pengangkutan, biaya pesanan,

biaya pembongkaran, biaya administrasi, biaya gudang, biaya asuransi. Jika bahan

tersebut diolah sendiri maka biaya untuk mengolah bahan itulah yang dijadikan

perhitungan biaya bahan baku untuk proses selanjutnya.

Contoh biaya bahan baku langsung adalah biaya kayu untuk membuat mebel

dan minyak mentah untuk membuat bensin.

Pertimbangan utama dalam mengelompokkan bahan kedalam bahan langsung

adalah kemudahan penelusuran proses pengubahan bahan tersebut sampai menjadi

barang jadi.

b. Upah Kerja Langsung

“Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dikerahkan untuk

mengubah bahan langsung untuk menjadi barang jadi. Biaya untuk ini

meliputi gaji para karyawan yang dapat dibebankan kepada produk tersebut.”

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
12

Bahwa biaya tenaga kerja langsung dapat ditelusuri apabila biaya yang

dibayarkan itu merupakan upah kerja karyawan yang berkaitan dengan proses

produksi tanpa memperhatikan bahwa biaya yang dibayarkan kepada karyawan

tersebut mungkin tetap (karena mereka menerima gaji bulanan) dan tidak ada

hubungannya dengan jumlah yang dihasilkan.

c. Biaya Overhead

“Biaya overhead adalah biaya dari bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak

langsung dan semua biaya pabrikase lainnya yang tidak dapat dibebankan

langsung pada produk tertentu.”

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa biaya overhead atau disebut juga

biaya produksi tidak langsung mencakup semua biaya pabrikase selain bahan

langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk kedalam

biaya overhead dikelompokkan kedalam beberapa golongan antara lain :

1. Biaya bahan penolong atau biaya bahan tidak langsung, yaitu biaya untuk

bahan yang menjadi bagian dari produk jadi namun tidak dikategorikan

sebagai unsur biaya bahan baku langsung karena sulit diidentifikasi pada

produk yang bersangkutan. Contoh biaya biaya kawat las untuk membuat

lemari es.

2. Biaya reparasi dan pemeliharaan, yang termasuk kedalam biaya ini adalah

biaya untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan bangunan pabrik,

mesin-mesin dan kendaraan serta aktiva tetap lainnya yang digunakan

untuk keperluan pabrik.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
13

3. Biaya tenaga kerja tidak langsung, yaitu biaya tenaga kerja yang tidak

dapat diidentifikasi secara langsung dalam menghasilkan barang-barang.

Biaya tenaga kerja tidak langsung ini terdiri dari ; biaya tenaga kerja yang

dikeluarkan dalam departemen pembantu, seperti departemen pembangkit

tenaga listrik, departemen gudang dan lain-lain, dan biaya tenaga kerja

tertentu yang dikeluarkan dalam departemen produksi, gaji pegawai,

administrasi pabrik, upah mandor..

4. Biaya-biaya yang timbul akibat menurunnya nilai aktiva tetap, biaya ini

disebut dengan biaya penyusutan baik itu gedung pabrik, mesin,

perlengkapan.

5. Biaya-biaya yang termasuk biaya asuransi yaitu asuransi tenaga kerja,

gedung.

Masalah pokok dalam akuntansi biaya adalah masalah penentuan biaya

produksi. Biaya produksi itu sendiri menurut Hadibroto (2000 : 68) adalah :

“Biaya-biaya yang dikorbankan untuk memproses bahan-bahan (termasuk

biaya untuk bahan-bahannya) atau barang setengah jadi sampai menjadi

barang akhir untuk dijual.”

Bahwa biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk

memproses bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, biaya tersebut

meliputi biaya bahan baku, upah langsung dan biaya tidak langsung.

Ilustrasi

Berikut ini merupakan data biaya dari PT. ATOZ untuk bulan April 2004

Biaya serbaguna pabrik Rp. 20.000.000

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
14

Biaya tenaga kerja langsung 65.000.000

Penyusutan pabrik 12.000.000

Biaya bahan baku 85.000.000

Biaya bahan tidak langsung 15.000.000

Asuransi pabrik 53.500.000

Biaya tenaga kerja tidak langsung 17.000.000

Dari data tersebut disusun laporan biaya produksi sebagai berikut:

Biaya bahan baku Rp. 85.000.000

Biaya tenaga kerja langsung 65.000.000

Jumlah biaya langsung 150.000.000

Biaya bahan tidak langsung Rp. 15.000.000

Biaya tenaga kerja tidak langsung 17.000.000

Penyusutan pabrik 12.000.000

Asuransi pabrik 53.500.000

Biaya serbaguna pabrik 20.000.000

Jumlah biaya tidak langsung 117.500.000

Total biaya produksi Rp. 267.500.000

C. Pengawasan Biaya Produksi

a. Pengertian Pengawasan Biaya Produksi

Kegiatan yang terbesar dalam perusahaan industri adalah di bidang

produksi yaitu mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Oleh sebab itu

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
15

pengawasan terhadap biaya produksi sangat dibutuhkan untuk menilai apakah setiap

kegiatan perusahaan dapat berjalan secara efisien dan efektif.

Dengan terlaksananya pengawasan biaya produksi, maka kegiatan –kegiatan

produksi akan terkoodinasi dan kuantitas maupun kualitas produk serta waktu

pengerjaannya yang ditetapkan dapat dicapai. Untuk melaksanakan pengawasan

biaya produksi, maka diperlukan suatu sistem pengawasan yang baik seperti yang

diungkapkan Wilson and Champell (2001 : 83):

“Pengawasan biaya produksi meliputi :


a. Menetapkan suatu norma standar pengukuran
b. Membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya
terhadap norma standar
c. Mencari sebab-sebab terjadinya penyimpangan atau
variance
d. Mengambil tindakan korektif”.

Pengawasan biaya produksi adalah mengevaluasi adanya penyimpangan

antara biaya yang ditetapkan sebelumnya dengan biaya yang sesungguhnya

dikeluarkan. Adanya penyimpangan ini merupakan suatu hal yang biasa di dalam

perusahaan, sejauh penyimpangan tersebut masih dalam batas-batas kewajaran.

Pengukuran terhadap penyimpangan biaya yang ditetapkan perusahaan terhadap

realisasi pelaksanaannya harus dievaluasi sebab-sebab terjadinya penyimpangan

tersebut.

2. Unsur Pengawasan Biaya Produksi

Pengawasan biaya produksi secara garis besar meliputi tiga unsur biaya

yaitu:

a. Pengawasan biaya bahan baku langsung

b. Pengawasan biaya upah langsung

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
16

c. Pengawasan biaya produksi tidak langsung

Ad a. Pengawasan biaya bahan baku langsung

Pada setiap perusahaan industri, bahan baku merupakan bagian yang penting

dan cukup besar jumlahnya pada aktiva lancar, sehingga perlu diawasi. Tujuan

pengawasan bahan baku adalah untuk menjaga keseimbangan jumlah bahan baku

sehingga tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan bahan baku. Kelebihan bahan

baku akan mengakibatkan peningkatan biaya penyimpanan dan biaya produksi

terutama penggunaanya dalam proses produksi, termasuk kerugian karena kerusakan

bahan baku, bertambahnya ruang pergudangan yang diperlukan serta penggunaan

dana/modal yang tidak produktif. Selain itu kekurangan bahan baku akan berakibat

terhentinya proses produksi, meningkatnya biaya memulai kembali produksi yang

terhenti dan juga biaya pemesanan bahan baku akan bertambah.

Sofyan Assaury (2003 : 230) menyampaikan bahwa tujuan pengawasan

bahan baku adalah sebagai berikut :

1) “Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan bahan


baku sehingga dapat mengakibatkan terhentinya
kegiatan produksi.
2) Menjaga agar supaya pembentukan bahan baku oleh
perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan,
sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak
terlalu besar.
3) Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat
dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan
menjadi besar.”

Perusahaan mengeluarkan biaya untuk pengadaan, penyimpanan dan

penggunaan bahan baku. Biaya yang dikeluarkan perusahaan ini perlu diawasi.

Mengawasi biaya bahan baku adalah mengukur kemampuan manajemen perusahaan

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
17

untuk memastikan apakah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan (membeli),

menyimpan dan menggunakan bahan baku adalah dalam jumlah, mutu, harga dan

waktu yang tepat. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan perusahaan dari kerugian

akibat adanya pemborosan dan penyelewengan sehingga keuntungan dan tujuan

perusahaan dapat tercapai.

Ad. b. Pengawasan biaya upah langsung

Pengawasan biaya upah langsung dimulai dengan perencanaan produksi

disertai dengan jam kerja yang diperlukan juga dilengkapi dengan biaya pekerja.

James D. Wilson dan John B. Campbell menyatakan bahwa pengawasan

upah langsung meliputi:

1. menetapkan prosedur-prosedur untuk membatasi pegawai yang


dimasukkan dalam daftar upah sampai sejumlah yang diperlukan untuk
rencana produksi.
2. menyediakan informasi pra perencana yang akan dipergunakan dalam
menetapkan standar regu kerja dengan menghitung standar jam manusia
yang diperlukan untuk program produksi.
3. melaporkan per jam, per hari, atau per minggu prestrasi kerja dari buruh
yang sebenarnya dibandingkan dengan standarnya.
4. menetapkan prosedur-prosedur untuk pendistribusian yang cermat dari
biaya buruh yang sebenarnya, termasuk pengklasifikasian tenaga kerja
yang penting untuk menyediakan analisa biaya tenaga kerja yang
informatif.
5. meyediakan data tentang prestasi pelaksanaan masa yang lalu dalam
hubungannya dengan penetapan standar.
6. memlihara catatan-catatan yang memadai mengenai standar tenaga kerja
dan tetap siap terhadap revisi-revisi yang diperlukan.
7. menyediakan laporan-laporan data tambahan mengenai tenaga kerja,
seperti:
a. jam dan biaya premi lembur, untuk pengendalian lembur
(overtime)
b. biaya-biaya kontrak, komparatif, yaitu perbandingan
diantara kontrak-kontrak yang lama dengan yang baru.
c. Jam kerja rata-rata per minggu, penerimaan rata-rata dan
data yang serupa untuk negosiasi.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
18

d. Analisa terperinci mengenai biaya tenaga kerja yang berada


di atas atau di bawah standar.
e. Data statistik tentang perputaran tenaga kerja, masa kerja,
biaya latihan.

Tujuan pengawasan biaya upah langsung adalah:

- menetapkan secara layak dan tepat jumlah upah yang dibayarkan,

- meningkatkan prestasi kerja para pekerja,

- menghindari pemborosan.

Ad. c. Pengawasan biaya produksi tidak langsung

Pengawasan biaya produksi tidak langsung merupakan pengawasan dalam

penetapan jumlah biaya produksi tidak langsung yang harus dibebankan ke dalam

proses produksi untuk menghasilkan sejumlah produk.. Pengawasan biaya produksi

tidak langsung meliputi pengawasan pada:

1) biaya-biaya tidak langsung departemen penunjang yang

dialokasikan ke departemen-departemen produksi

2) biaya-biaya tidak langsung yang dibebankan kepada produk.

Pengawasan biaya overhead dilakukan dengan cara:

a. Departemenlisasi biaya tidak langsung pabrik

Departemenlisasi biaya overhead pabrik adalah penetapan departemen

yang bertanggung jawab terhadap biaya tidak langsung. Penetapan ini

untuk memudahkan pengawasan. Agar pengawasan dapat dilakukan

dengan akurat maka persyaratannya antara lain adalah pengklasifikasian

perkiraan secara wajar. Pengklasifikasian utama yang dilakukan adalah

menuntut tanggung jawab masing-masing individu dengan menetapkan

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
19

prinsip responsibility accounting. Artinya menetapkan siapa yang secara

akuntansi bertanggung jawab terhadap biaya yang terjadi. Adapun

departemen-departemen yang bertanggung jawab terhadap biaya tidak

langsung produksi adalah departemen produksi dan departemen

penunjang/jasa). Departemen produksi adalah departemen yang

melakukan produksi atau kegiatan proses pengolahan yang menghasilkan

produk atau jasa. Sedangkan departemen penunjang/jasa adalah

departemen yang berfungsi untuk memberikan jasa-jasa tertentu untuk

departemen produksi misalnya perawatan mesin dan bangunan,

penerangan dan latihan/pendidikan.

b. Pemisahan biaya tidak langsung menjadi dua golongan yaitu biaya tidak

langsung tetap dan biaya tidak langsung variabel.

Biaya tidak langsung tetap adalah biaya tidak langsung pabrik yang

jumlahnya tidak berubah.atau tetap, contohnya biaya gaji, biaya

penyusutan gedung kantor dan pabrik. Sedangkan biaya tidak langsung

variabel adalah biaya tidak langsung pabrik yang berubah sebanding

dengan perubahan volume kegiatan., contohnya bahan bakar mesin

pabrik.

Pemisahan ini perlu dilakukan untuk memudahkan pengawasan.

3. Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Produksi

a. Rencana Kerja

Sebelum melakukan operasinya, manajemen perusahaan harus terlebih

dahulu melakukan penelitian, mempelajari dan mengamati masalah-masalah yang

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
20

berhubungan dengan kegiatan yang akan dilakukan. Setelah itu maka manajemen

merumuskan rencana kerja.

Rencana kerja adalah rumusan mengenai kegiatan-kegiatan apa yang akan

dilaksanakan di masa yang akan datang, bagaimana melaksanakannya dan hasil apa

yang akan dicapai dari kegiatan-kegiatan tersebut..

Rencana kerja dijadikan pedoman kinerja perusahaan di masa depan sehingga

manajemen perusahaan harus mampu mengalokasikan sumber daya yang ada sesuai

dengan kebutuhan dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana kerja

untuk mencapai sasaran perusahaan dalam jangka waktu tertentu.

Rencana kerja dibuat berdasarkan standar. Standar adalah satuan pengukuran

yang ditetapkan sebagai patokan dalam pelaksanaan pekerjaan. Standar ini akan terus

berubah dengan catatan pada kuantitas dan kualitas tidak akan pernah berubah

kecuali terjadi perubahan spesifikasi produk yang dirancang oleh tata tehnik industri.

Rencana kerja sangat penting karena dengan adanya rencana kerja maka

dapat ditentukan arah yang akan dituju perusahaan tersebut dan setiap aktifitas

perusahaan yang berhubungan dengan pangsa pasar, produk dan teknologi produksi,

keuangan, kepegawaian, citra perusahaan, sistem informasi manajemen, budaya

perusahaan dan lain sebagainya dapat terkoordinasi.

Untuk memproduksi suatu produk maka manajemen perusahaan terlebih

dahulu juga akan membuat rencana kerja biaya produksi, yaitu rencana tertulis

mengenai biaya yang akan datang untuk bahan baku langsung dan tenaga kerja

langsung serta biaya produksi tidak langsung (biaya overhead pabrik).. Dalam

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
21

rencana kerja biaya produksi biasanya juga didasarkan pada standar tertentu, yakni

sistem akuntansi biaya standar atau sering disingkat dengan biaya standar.

Biaya standar adalah patokan biaya yang ditetapkan dimuka untuk biaya-

biaya yang seharusnya dikorbankan dalam proses produksi. Biaya standar dinyatakan

dalam nilai uang. Perubahan biaya standar hanya terjadi apabila harga-harganya

berubah secara periodik, misalnya upah jam kerja, biaya pembelian bahan baku atau

penyimpangan harga lainnya cukup mempengaruhi perubahan biaya standar.

Pada suatu perusahaan yang organisasinya sehat dengan rencana

administrasi anggaran perusahaan yang teratur akan dihadapkan dengan anggaran

dan biaya standar yang ditentukan terlebih dahulu sebelum periode anggaran

berjalan. Oleh karena itu biaya standar juga bermanfat sebagai dasar penentuan dan

keputusan rencana anggaran sebagai alat pengukur efisiensi. Dalam hal ini biaya

aktual dapat dibandingkan dengan biaya yang direncanakan terlebih dahulu secara

periodik sehingga efisiensi produksi dapat diperhitungkan. Apabila biaya aktual yang

dikeluarkan lebih kecil dari biaya standar, maka taksiran anggaran yang ditinjau

secara insidentil akan menunjukkan efisiensi. Sebaliknya apabila pengeluaran aktual

terjadi berlebihan, maka keadaan ini menggambarkan pemborosan, bahkan bila

mencolok diperlukan perbaikan dimasa depan.

b. Anggaran Biaya Produksi

1. Pengertian Anggaran Biaya Produksi

Selain rencana kerja, manajemen perusahaan juga menggunakan anggaran

(budjet) sebagai pedoman atau patokan pada aktifitas-aktifitas di perusahaan. Karena

di dalam anggaran terdapat perkiraan dana yang diperlukan untuk melaksanakan

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
22

rencana kerja di masa akan datang. Seperti yang diungkapkan oleh M. Munandar

(2000:1):

“Anggaran ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi

seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter

dan berlaku untuk angka waktu (periode) tertentu yang akan datang”.

Agus Ahyari (2002:18)menyatakan bahwa,

“Anggaran merupakan perencanaan secara formal dari seluruh kegiatan

perusahaan di dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan di dalam unit

kuantitatif.(moneter)”.

Anggaran memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

- Rencana

Anggaran merupakan suatu rencana dana yang akan dikeluarkan untuk

kegiatan yang akan datang.

- Meliputi seluruh kegiatan perusahan

Anggaran harus mencakup seluruh kegiatan yang akan dilakukan semua

bagian yang ada dalam perusahaan. Karena anggaran dijadikan pedoman kerja,

alat pengkoordinasian dan pengawasan.

- Dinyatakan dalam unit moneter

Anggaran dinyatakan dalam unit moneter sehingga seluruh kegiatan

perusahaan akan dapat dihitung, dianalisis dan kemudian dapat dilakukan

pengawasan

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
23

- Jangka waktu tertentu yang akan datang

Anggaran dibuat untuk jangka waktu tertentu. Untuk jangka waktu yang

relatif singkat, biasanya anggaran ini disebut anggaran jangka pendek. Jangka

waktu anggaran ini yakni per minggu, per bulan, per triwulan, per semester

atau per tahun). Ada juga anggaran dibuat untuk jangka waktu yang

panjang(lebih dari satu tahun). Anggaran tersebut dinamakan rencana jangka

panjang

- Sumber daya

Dalam anggaran, manajemen perusahaan harus mampu merencanakan seluruh

sumber daya yang ada sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan kegiatan

operasional perusahaan.

Glenn A. Welsch (2000:3) berpendapat:

‘Profit planning and control may be broadly as defined as sistematic and

formalized approach for accomplishing the planning, coordinating and

control responsibility of management.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa:

a. Anggaran harus bersifat formal artinya disusun dengan

sengaja dan sungguh-sungguh dalam bentuk tertulis.

b. Anggaran harus bersifat sistematis artinya anggaran disusun

dengan berurutan dan berdasarkan logika.

c. Setiap manajer dihadapkan pada suatu tanggung jawab untuk

mengambil keputusan sehingga anggaran merupakan hasil

pengambilan keputusan yang berdasarkan asumsi tertentu.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
24

d. Untuk keputusan yang diambil manajer tersebut, merupakan

pelaksanaan fungsi manajer dari segi perencanaan,

pengorganisasian, mengarahkan dan pengawasan..

Berdasarkan pengertian anggaran dan unsur-unsur biaya produksi yang telah

dibahas sebelumnya, maka anggaran biaya produksi adalah rencana biaya yang akan

dikeluarkan perusahaan untuk membiayai keseluruhan proses produksi pada periode

tertentu di masa yang akan datang. Anggaran biaya produksi terdiri dari: anggaran

biaya bahan baku langsung, anggaran biaya upah langsung dan anggaran biaya tidak

langsung.

2) Prosedur Penyusunan Anggaran Biaya Produksi

Agar kegiatan operasional perusahaan dapat terlaksana dengan baik, maka

perusahaan menyusun anggaran (budget) yang dijadikan sebagai pedoman kerja, alat

pengkoordinasi kerja dan alat pengawasan kerja. Sebagaimana yang diungkapkan M.

Munandar (2000,10) bahwa budget mempunyai tiga kegunaan pokok yaitu:

a. “Sebagai pedoman kerja


Budjet berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta
sekaligus memberikan target-target yang harus diacapai oleh
perusahaan di masa yang akan datang.
b. Sebagai alat pengkoordinasi kerja
Budget juga berfungsi sebagai alat pengkoodinasi kerja agar semua
bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan dapat saling
menunjang, adanya kerja sama yang baik untuk menunjang sasaran
yang dituju.
c. Sebagai alat pengawasan kerja
Budget berfungsi sebagai tolak ukur, sebagai pembanding untuk
menilai realisasi (evaluasi) kegiatan perusahaan akan datang. Dengan
membandingkan antara apa yang tertuang di dalam angggaran dengan
apa yang dicapai oleh realisasi perusahaan, dapat dinilai apakah
perusahaan telah sukses bekerja atau tidak.”

Ada tiga metode untuk menyusun:anggaran, yakni:

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
25

- Top Down

Dalam metode ini, pemimpin perusahaan yang menyusun dan

menetapkan anggaran. Sedangkan setiap karyawan atau bawahan

merupakan pelaksana dari anggaran yang telah dibuat pimpinan.

Metode ini diterapkan apabila karyawan atau bawahan perusahaan

tersebut tidak mampu menyusun anggaran karena tidak memiliki

keahlian.

- Bottom Up

Pada Metode Bottom Up, penyusunan anggaran diserahkan kepada

karyawan atau bawahan. Hal ini karena karyawan atau bawahan telah

mampu menyusun anggaran sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan

tepat waktu.

- Campuran atau Top Up dan Bottom Up

Berdasarkan metode campuran, penyusunan anggaran dimulai oleh atasan

atau pemimpin perusahaan. Atasan memberikan pedoman terhadap

anggaran dan dilanjutkan atau dilengkapi oleh bawahan sesuai dengan

intruksi atasan.

Penyusunan anggaran bukan menjadi tanggungjawab satu pihak atau bagian

saja, alasannya adalah:

1) Bila anggaran disusun oleh satu pihak saja tanpa melibatkan

bagian-bagian lain yang terkait, maka penyusunan anggaran

tersebut akan mengalami kesulitan untuk menentukan

kebutuhan tiap-tiap bagian atau departemen lainnya.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
26

2) Ada kemungkinan anggaran yang telah disusun tidak dapat

diterapkan dilapangan (tidak praktis), karena tidak

melibatkan pihak-pihak yang terkait.

Oleh karena itu anggaran harus merupakan hasil kerja sama dari seluruh

departemen/bagian yang ada pada perusahaan atau setidak-tidaknya beberapa

departemen yang saling berhubungan. Dari departemen-departemen tersebut

dibentuk panitia anggaran yang terdiri dari:

- Unsur Direksi, dalam hal ini diwakili oleh Direktur Keuangan yang

bertugas memberikan pedoman umum yang akan dipakai dalam

penyusunan anggaranManajer penjualan yang bertugas menyusun

anggaran penjualan.

- Manajer produksi, bertugas menyusun anggaran yang berhubungan

dengan seluruh kegiatan produksi, seperti jumlah yang akan dihasilkan,

bahan baku, tenaga kerja, pembelian dan biaya overhead.

- Manajer keuangan, bertugas menyusun anggaran yang berhubugan

dengan posisi keuangan perusahaan, seperti anggaran kas, anggaran laba-

rugi, dan anggaran neraca.

- Manajer umum, administrasi dan personalia, bertugas menyusun anggaran

yang berhubungan dengan biaya umum, administrasi dan personalia.

Jika anggaran telah tersusun maka seluruh anggaran disebut sebagai anggaran

induk atau anggaran berdasarkan seluruh aktivitas dari setiap departemen/bagian

yang ada dalam perusahaan.

Secara skematis digambarkan sebagai berikut:

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
27

Gambar 2.1: Struktur Anggaran Perusahaan

Anggaran
Penjualan

Anggaran Anggaran Biaya


Produksi Administrasi/Umum

Anggaran Anggaran Anggaran Biaya


Bahan Baku T. Kerja Overhead Pabrik

a. Anggaran Penjualan

Anggaran penjualan merupakan rincian rencana penjualan yang ingin dicapai

perusahaan pada masa akan datang. Anggaran penjulan disusun dengan menganalisis

data penjualan dan data-data lain yang berhubungan dengan penjualan pada periode

sebelumnya juga faktor-faktor berikut ini

Faktor pemasaran:

- Daerah pasar : lokal, regional, nasional atau internasional

- Persaingan : monopoli, oligopoly atau bebas

- Konsumen : selera konsumen, daya beli konsumen

- Faktor keuangan : ketersediaan modal kerja yang cukup terhadap target

penjualan yang dinggarkan

- Faktor ekonomis : adanya peningkatan laba atau tidak setelah melakukan

penjualan

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
28

- Faktor teknis : fasilitas yang tersedia pada perusahaan seperti mesin-

mesin, peralatan dan teknologi untuk produksi dan penjualan

- Faktor lainnya seperti perubahan musim dan keadaan perekonomian

nasional yang mempengaruhi permintaan untuk antisipasi meningkatkan

atau menurunkan penjualan.

Berdasarkan hasil analisis data dan faktor-faktor tersebut maka manajemen

perusahaan membuat ramalan penjualan produk untuk menilai target penjualan yang

akan dicapai dalam periode akan datang. Adanya ramalan penjualan inilah yang

menjadi alasan mengapa anggaran penjualan yang pertama kali disusun

dibandingkan dengan anggaran-anggaran yang lain karena ramalan penjualan harus

ditentukan terlebih dahulu. Setelah perusahaan memiliki ramalan penjualan ini,

maka disusunlah anggaran penjualan seperti contoh berikut:

Tabel 2.1.: Anggaran Penjualan

PT. ABCD
ANGGARAN PENJUALAN
Tahun 2004

Triwulan Triwulan TOTAL


TRIWULAN
Triwulan Triwulan I-IV
KET I II III IV
Unit
Penjualan 48.000 66.000 84.000 102.000 300.000

Harga Jual
per unit
(Rp) 32.000 32.000 32.000 32.000 32.000

Jumlah
Penjualan
(Rp) 1.536.000.000 2.112.000.000 2.688.000.000 3.264.000.000 9.600.000.000

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
29

Penjualan yang dianggarkan PT. ABCD untuk tahun 2004 adalah

Rp.9.600.000.000 Nilai tersebut dicapai dengan menjual produk sebanyak 300.000

unit dengan harga Rp. 32.000 per unit

2. Anggaran Produksi

Anggaran produksi merencanakan volume barang yang harus dihasilkan oleh

perusahaan dimasa yang akan datang untuk memenuhi tingkat volume penjualan

yang telah diramalkan. Setiap unit barang yang akan diproduksi disesuaikan dengan

penjualan yang telah dianggarkan dan tingkat persediaan awal dan akhir yang

dianggarkan perusahaan pada periode tersebut.

Untuk mengetahui jumlah unit yang akan diproduksi dapat dihitung dengan

cara berikut:

Penjualan yang dinggarkan XXX

Persediaan akhir XXX +

Produk tersedia (unit) XXX

Persediaan awal XXX -

Yang akan diproduksi (unit) XXX

Adanya anggaran produksi yang terencana, akan memudahkan melakukan

penyusunan anggaran biaya produksi. Sebab dalam penyusunan anggaran produksi,

telah diperhitungkan hal-hal yang berhubungan dengan bidang produksi seperti

faktor tersedianya bahan baku/pelengkap, tenaga kerja dan infrastruktur yang

mendukung kelancaran proses produksi

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
30

Berdasarkan contoh anggaran penjualan pada tabel 2.1, maka disusun

anggaran produksi dengan contoh sebagai berikut:

Tabel 2.2 : Anggaran Produksi

PT. ABCD
ANGGARAN PRODUKSI
Tahun 2004
TOTAL
KETERANGAN Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan TRIWULAN
(unit) I II III IV I - IV
Penjualan
dianggarkan 48.000 66.000 84.000 102.000 300.000
Ditambah
Target persediaan
akhir 5.000 8.000 11.000 14.000 38.000
Total produk
tersedia 53.000 74.000 95.000 116.000 338.000
Dikurangi
Persediaan awal 1.000 5.000 8.000 11.000 25.000
Yang harus
diproduksi 52.000 69.000 87.000 105.000 313.000
Jumlah barang yang harus diproduksi PT ABCD adalah 313.000 unit.

Produksi sejumlah 313.000 unit diperoleh dari

= total produk tersedia – persediaan awal

= (total penjualan + total persediaan akhir) - total persediaan awal

= 300.000 + 38.000 – 25.000 = 313.000 unit

3. Anggaran Biaya Produksi

Anggaran biaya produksi merupakan penjabaran dari anggaran produksi.

Sehingga penyusunan anggaran biaya produksi sangat dipengaruhi oleh penyusunan

anggaran produksi. Selanjutnya anggaran biaya produksi berarti rencana tertulis

mengenai biaya-biaya yang akan dikeluarkan dalam usaha mengubah bahan baku

menjadi barang jadi,

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
31

Anggaran biaya produksi meliputi unsur :

a. Anggaran Biaya Bahan Baku Langsung

Anggaran biaya bahan baku langsung merupakan anggaran semua bahan

yang langsung dipergunakan dalam proses produksi untuk mengolah barang setengah

jadi dan barang jadi.

M. Munandar (2000 : 134) yang menyatakan bahwa:

“Anggaran biaya bahan baku langsung adalah anggaran yang


merencanakan secara lebih terperinci tentang biaya bahan baku untuk
produksi selama periode yang akan datang, yang di dalamnya
meliputi rencana tentang jenis (kualitas) bahan baku yang diolah,
jumlah (kuantitas) bahan baku yang diolah, harga bahan baku yang
diolah dan waktu (kapan) bahan baku tersebut akan diolah dalam
proses produksi, yang masing-masing dikaitkan dengan jenis barang
jadi (produk) yang membutuhkan bahan baku tersebut.”

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran biaya

bahan baku langsung, yaitu :

1) anggaran kebutuhan bahan baku

2) anggaran pembelian bahan baku

3) metode akuntansi (pembukuan) bahan baku

ad 1). Anggaran kebutuhan bahan baku

Anggaran kebutuhan bahan baku adalah anggaran yang merencanakan bahan

baku yang diperlukan dalam proses produksi pada periode yang akan datang. Faktor-

faktor yang mempengaruhi penyusunannya adalah

1. anggaran unit yang diperlukan dalam produksi, khususnya tentang jenis

(kualitas) dan jumlah (kuantitas) bahan baku yang dibutuhkan dari waktu

ke waktu selama periode yang akan datang

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
32

2. .standar pemakaian bahan baku atau ketentuan teknis yang berlaku dalam

jangka waktu tertentu yaitu selama perusahaan belum mengadakan

penggantian teknologi yang bersangkutan.

Contoh anggaran pemakaian bahan baku untuk tahun 2004 adalah

Tabel 2.3 : Anggaran Pemakaian Bahan Baku

PT. ABCD
ANGGARAN PEMAKAIAN BAHAN BAKU
Tahun 2004

TOTAL
KETERANGAN Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan TRIWULAN
I II III IV I-IV
Produksi yang
diaanggarkan (unit) 52.000 69.000 87.000 105.000 313.000
Bahan baku untuk
satu unit produk 5 5 5 5 5
Bahan baku yang
dibutuhkan untuk
produksi (unit) 260.000 345.000 435.000 525.000 1.565.000

Persediaan awal
bahan baku (unit) 8.200 10.500 13.600 16.500 48.800

Biaya per unit 500 650 800 950 2.900


Persediaan awal
bahan baku (Rp) 4.100.000 6.825.000 10.880.000 15.675.000 141.520.000
Pembelian bahan
baku (Rp) 158.145.000 262.000.000 395.115.000 520.725.000 1.335.985.000
Bahan baku yang
tersedia (Rp) 162.245.000 268.825.000 405.995.000 536.400.000 1.477.505.000
Persediaan akhir
bahan baku yang
diinginkan (unit) 10.500 13.500 16.500 20.000 60.500

Biaya per unit 650 800 950 990 3.390


Persediaan akhir
bahan baku yang
diinginkan (Rp) 6.825.000 10.800.000 15.675.000 19.800.000 205.095.000

Biaya total bahan


baku yang digunakan
dalam produksi (Rp) 155.420.000 258.025.000 390.320.000 516.600.000 1.272.410.000

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
33

Data pada tabel 2.3 tersebut disusun berdasarkan contoh anggaran produksi

pada tabel 2.2. Dari tabel 2.3 anggaran pemakaian bahan baku dapat diketahui bahwa

bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi adalah 1.565.000 unit, atau

= total produksi yang dianggarkan x bahan baku yang dibutuhkan untuk satu

unit produk

= 313.000 unit x 5 = 1.565.000 unit

Selain itu juga dapat diketahui bahwa total biaya bahan baku yang digunakan dalam

produksi tahun 2004 adalah Rp. 1.272.410.000,. atau

= (Total persediaan awal bahan baku x total biaya per unit persediaan awal

bahan baku) + total pembelian bahan baku pada anggaran pembelian –

(persediaan akhir bahan baku yang diinginkan x biaya per unit persediaan

akhir bahan baku yang diinginkan)

= (48.800 unit x Rp.2.900) + Rp. 1.335.985.000 – (60.500 unit x Rp.3.390)

= Rp.141.520.000 + Rp.1.335.985.000 – Rp.205.095.000

= Rp.1.272.410.000

ad. 2. Anggaran pembelian bahan baku

Anggaran pembelian bahan baku khususnya rencana tentang harga beli dari

masing-masing jenis bahan baku yang dibeli dari waktu-kewaktu selama periode

yang akan datang seperti pada tabel 2.4 pada halaman 34

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
34

Tabel 2.4. : Anggaran Pembelian Bahan Baku

PT. ABCD
ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN BAKU
Tahun 2004

KETERANGAN Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan TOTAL


I II III IV I-IV
Jumlah bahan baku yang
dibutuhkan dalam produksi
(unit) 260.000 345.000 435.000 525.000 1.565.000

Persediaan akhir bahan


baku yang diinginkan (unit) 10.500 13.500 16.500 20.000 60.500

Jumlah bahan baku yang


dibutuhkan (unit) 270.500 358.500 451.500 545.000 1.625.500
Dikurangi

Persediaan awal bahan


baku (unit) 8.200 10.500 13.600 16.500 48.800

Jumlah pembelian bahan


baku (unit) 262.300 348.000 437.900 528.500 1.576.700

Jumlah biaya pembelian


bahan baku (Rp) 158.145.000 262.000.000 395.115.000 520.725.000 1.335.985.000
Dari tabel anggaran pembelian bahan baku tersebut dapat diketahui bahwa jumlah

pembelian bahan baku adalah 1.576.700 unit, atau

= (jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam produksi + persediaan akhir bahan

baku) – persediaan awal bahan baku

= (1.565.000 unit + 60.500 unit) – 48.800 unit

= 1.576.700 unit

Ad. c. Metode akuntansi (pembukuan) bahan baku

Metode akuntansi (pembukuan) bahan baku yang dipakai oleh perusahaan

khususnya yang berhubungan dengan masalah penilaian bahan baku yang diolah

dalam proses produksi. Beberapa metode untuk pembukuan bahan baku, antara lain:

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
35

a. Metode First In First Out (FIFO), yaitu metode yang menganggap

bahwa bahan baku yang lebih awal dibeli merupakan bahan baku

yang lebih awal pula diolah dalam proses produksi. Harga /biaya

bahan baku dari pembelian pertama sebagai beban perkiraan biaya

bahan baku.

b. Metode Last In First Out (LIFO), yaitu metode yang menganggap

bahwa bahan baku yang lebih akhir dibeli merupakan bahan baku

yang lebih awal diolahnya dalam proses produksi. Harga/biaya

bahan baku dari pembelian terakhir sebagai beban perkiraan biaya

bahan baku

c. Metode Moving Average, yaitu metode yang menganggap bahwa

nilai (harga) bahan baku yang diolah, didasarkan pada rata-rata

nilai (harga) pembelian-pembelian bahan baku yang pernah

dilakukan perusahaan, sejak awal sampai dengan yang terakhir.

Metode yang akan digunakan harus mempertimbangkan sifat dari kegiatan

produksi, berbagai kebutuhan internal dan eksternal pada informasi dan keinginan

untuk menyederhanakan prosedur akuntansi.

7) Anggaran Biaya Upah Tenaga Kerja Langsung

Anggaran biaya upah tenaga kerja langsung merupakan taksiran penilaian dan

kebutuhan tenaga kerja dan upah langsung guna menghasilkan jenis dan kuantitas

produksi yang direncanakan dalam anggaran produksi. Anggaran upah langsung

dibuat bedasarkan ketentuan yang ditentukan oleh pimpinan produksi yang

membantu bagian personalia untuk menetapkan jumlah dan jenis tenaga kerja yang

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
36

diperlukan. Jika tenaga kerja telah bekerja didalam perusahaan selama beberapa

tahun dan bagian produksi tidak membutuhkan tambahan tenaga kerja, maka tugas

dari bagian personalia menjadi lebih ringan. Jika penambahan tenaga kerja atau

pengurangan tenaga kerja diperlukan, maka bagian personalia harus membuat

rencana jauh sebelumnya untuk menjamin tersedianya tenaga kerja yang dibutuhkan.

Menurut M. Munandar (2000 : 143) menyebutkan bahwa :

“Anggaran Biaya Upah Tenaga Kerja Langsung adalah anggaran yang


merencanakan secara lebih terperinci tentang upah yang akan
dibayarkan kepada Tenaga Kerja Langsung selama periode yang akan
datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jumlah waktu yang
diperlukan oleh para Tenaga Kerja Langsung untuk menyelesaikan unit
yang akan diproduksikan, tarif upah yang akan dibayarkan dan waktu
(kapan) kegiatan proses produksi dilaksanakan, yang masing-masing
dikaitkan dengan jenis barang jadi (produk) yang akan dihasilkan, serta
tempat dimana para Tenaga Kerja Langsung akan bekerja.”

Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran

biaya upah tenaga kerja langsung yang harus dipertimbangkan antara lain :

a. Anggaran Unit yang akan diproduksikan, khususnya rencana tentang jenis

(kualitas) dan jumlah (kuantitas) barang yang akan diproduksikan dari

waktu-kewaktu selama periode yang akan datang.

b. Standar waktu (Time Standard) untuk mengerjakan proses produksi yang

telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk menetapkan angka-angka standar

ini dapat dilakukan dengan dua cara (metode), yaitu :

- Dengan cara mendasarkan diri pada data historis atau pengalaman

diwaktu-waktu yang lalu.

- Dengan cara yang mendasarkan diri pada penelitian-penelitian khusus.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
37

Sistem pembayaran upah yang dipakai oleh perusahaan, pada dasarnya ada tiga

sistem pembayaran upah, yaitu :

- Sistem upah menurut waktu, yang menentukan bahwa besar kecilnya

upah yang akan dibayarkan kepada masing-masing tenaga kerja,

tergantung pada banyak-sedikitnya waktu kerja mereka.

- Sistem upah menurut hasil (output), yang menentukan bahwa besar-

kecilnya upah yang akan dibayarkan tergantung pada banyak-sedikitnya

unit (output) yang mereka hasilkan selama bekerja.

- Sistem upah dengan insentif, yang menentukan bahwa besar-kecilnya

upah yang akan dibayarkan tergantung pada waktu lamanya mereka

bekerja, atau jumlah unit hasil (output) yang mereka selesaikan, ditambah

dengan insentif (tambahan upah) yang besar-kecilnya didasarkan pada

prestasi dan keterampilan kerja mereka.

Contoh anggaran biaya upah langsung seperti pada tabel 2.5 halaman 38

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
38

Tabel 2.5 : Anggaran Biaya Upah Langsung

PT. ABCD
ANGGARAN BIAYA UPAH LANGSUNG
Tahun 2004

KETERANGAN Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan TOTAL


I II III IV I-IV
Semi Terlatih
1. Produksi yang dianggarkan 52.000 69.000 87.000 105.000 313.000
2. Jam kerja langsung per unit 1 1 1 1 1
3.Total jam kerja langsung 52.000 69.000 87.000 105.000 313.000
4. Tarif upah per jam (Rp) 7.000 7.000 7.000 7.000 7.000
5. Total upah untuk pekerja
semi terlatih (Rp) 364.000.000 483.000.000 609.000.000 735.000.000 2.191.000.000

Terlatih
6. Produksi yang dianggarkan 52.000 69.000 87.000 105.000 313.000
7. Jam kerja langsung per unit 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
8. Total jam kerja langsung 41.600 55.200 69.600 84.000 250.400
9. Tarif upah per jam (Rp) 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000
10. Total upah untuk
pekerja terlatih (Rp) 416.000.000 552.000.000 696.000.000 840.000.000 2.504.000.000

Total
11. Total jam kerja langsung
Produksi 93.600 124.200 156.600 189.000 563.400
12. Total biaya tenaga kerja
Langsung produksi (Rp) 780.000.000 1.035.000.000 1.305.000.000 1.575.000.000 4.695.000.000

Terdapat dua golongan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi

313.000 unit yaitu tenaga kerja semi terlatih dan tenaga kerja terlatih. Total upah

untuk pekerja semi terlatih adalah Rp. 2.191.000.000, atau

= total jam kerja langsung semi terlatih x tarif upah per jam

= (total produksi yang dianggarkan x total jam kerja langsung per unit) x tarif

upah per jam

= (313.000 unit x 1 jam) x Rp.7000

= Rp.2.191.000.000

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
39

sedangkan total upah untuk pekerja terlatih adalah Rp. 2.504.000.000

atau

= total jam kerja langsung terlatih x tarif upah per jam

= (produksi yang dianggarkan x total jam kerja langsung per unit) x tarif upah

per jam

= (313.000 unit x 0,8) x Rp. 10.000

= 250.400 jam x Rp.10.000

= Rp. 2.504.000.000

Sehingga total biaya upah tenaga kerja kerja langsung adalah Rp.

4.695.000.000 atau Rp. 2.191.000.000 + Rp. 2.504.000.000.

3. Anggaran Biaya Tidak Langsung

Anggaran biaya tidak langsung merupakan anggaran biaya-biaya (di luar

biaya bahan baku langsung dan upah langsung) yang berhubungan dengan proses

produksi namun tidak mempunyai hubungan langsung dengan hasil produksinya.

M. Munandar (2000 : 157), menyatakan bahwa :

“Anggaran Biaya Pabrik Tidak Langsung adalah anggaran yang


merencanakan secara lebih terperinci tentang beban biaya pabrik tidak
langsung selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi
rencana tentang jenis (kualitas), jumlah (kuantitas) dan waktu (kapan)
biaya pabrik tersebut dibebankan, yang masing-masing dikaitkan
dengan tempat (departemen) dimana biaya pabrik tidak langsung
tersebut terjadi.”

Secara umum, anggaran biaya tidak langsung mempunyai tiga kegunaan

pokok, yaitu sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkoordinasian kerja, serta

sebagai alat pengawasan kerja yang membantu manajemen dalam memimpin

jalannya perusahaan. Sedangkan secara khusus anggaran biaya overhead pabrik

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
40

berguna sebagai dasar untuk menyusun anggaran harga pokok barang yang

diproduksikan (cost of goods manufactured budjet) dan anggaran harga pokok

penjualan (cost of goods sold budjet), yang tercantum dalam master income

statement budjet, bersama-sama dengan anggaran biaya bahan baku langsung dan

anggaran biaya upah tenaga kerja langsung.

Tabel 2.6. : Anggaran Biaya Tidak Langsung

PT. ABCD
ANGGARAN BIAYA TIDAK LANGSUNG
Tahun 2004

KETERANGAN Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan TOTAL


TRIWULAN
I II III IV I-IV
Jam kerja langsung total 93.600 124.200 156.600 189.000 563.400
Biaya tidak langsung tetap (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1. Penyusutan 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 400.000.000
2. Perawatan gedung 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 90.000.000
3. Asuransi 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 300.000.000
Total biaya tidak langsung
tetap 197.500.000 197.500.000 197.500.000 197.500.000 790.000.000
Biaya tidak langsung variabel
4. Biaya tenaga kerja tidak
Langsung 135.600.000 158.520.000 174.128.200 188.835.000 657.083.200
5. Peralatan 7.663.000 8.472.000 9.907.000 11.215.300 37.257.300
6. Bahan baker 46.765.000 52.859.000 55.192.000 58.333.000 213.149.000
7. Listrik 16.696.000 24.883.000 30.736.000 39.204.000 111.519.000
Total biaya tidak langsung
variable 206.724.000 244.734.000 269.963.200 297.587.300 1.019.008.500

Total biaya tidak langsung 404.224.000 442.234.000 467.463.200 495.087.300 1.809.008.500

Total anggaran biaya tidak langsung PT. ABCD untuk tahun 2004 adalah

Rp.1.019.008.500

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
41

Atau

= total biaya tidak langsung tetap + total biaya tidak langsung variabel

= Rp. 790.000.000 + Rp. 1.019.008.500

= Rp. 1. 809.008.500

D. Manfaat Pengawasan Biaya Produksi Terhadap Keputusan Manajemen.

Tinggi rendahnya biaya produksi yang dikeluarkan sangat mempengaruhi

laba yang akan diperoleh perusahaan, karenanya perlu mendapat perhatian khusus

dalam melakukan pengawasan oleh manajemen. Dengan pengawasan biaya produksi

ini, tujuan perusahaan untuk memperoleh laba akan dapat tercapai.

Pengawasan biaya produksi dapat dilakukan dengan menggunakan rencana

kerja dan anggaran perusahaan yaitu anggaran biaya bahan baku langsung, biaya

tenaga kerja langsung dan biaya tidak langsung. Membandingkan rencana kerja dan

anggaran tersebut dengan realisasinya maka manajemen perusahaan akan

memperoleh informasi ada tidaknya ketidakefisienan dan ketidakefektifan

(pemborosan/penyelewengan) yang terjadi dalam proses produksi. Jika ada

pemborosan/penyelewengan maka perlu diambil tindakan perbaikan untuk

mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya pemborosan/penyelewengan.

Pemborosan/penyelewengan yang dapat dikurangi/dicegah melalui

pengawasan biaya produksi tentunya sangat menguntungkan bagi manajemen karena

manajemen dapat mengambil keputusan yang tepat dalam hal penentuan tingkat

harga, memilih barang atau jasa yang akan diprooduksi dan dijual, menyeleksi

pelanggan, menentukan jumlah tenaga kerja, upah yang sesuai dan waktu kerja yang

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
42

seharusnya. Selain itu manajemen perusahaan tentunya dapat juga untuk melakukan

investasi dan ekspansi perusahaan.

Dengan adanya pengawasan biaya produksi yang dilakukan secara rutin dan

teratur mempermudah manajemen perusahaan untuk mengambil keputusan yang

menguntungkan bagi perusahaan.

E. Analisis Penyimpangan Biaya Produksi

Penyimpangan atau variance adalah perbedaan atau selisih antara anggaran

dengan biaya yang sesungguhnya terjadi. Perbedaan atau selisih ini biasa terjadi pada

setiap perusahaan karena anggaran yang bersifat taksiran atas kegiatan yang akan

datang sehingga sangat tergantung kepada keadaan saat pembuatan taksiran anggaran

tersebut.

Penyimpangan biaya perlu dianalisis untuk mengetahui faktor-faktor

penyebab terjadinya penyimpangan dan juga untuk mengetahui apakah peyimpangan

tersebut wajar atau tidak serta siapa yang bertanggung jawab atas penyimpangan

tersebut. Kemudian dicari solusi untuk memperbaiki atau mencegah penyimpangan

jika penyimpangan tersebut tidak wajar atau merugikan perusahaan.

Penyimpangan biaya disebabkan oleh:

1) penyimpangan biaya bahan bahan baku (Material Cost Variance), terdiri dari:

a) penyimpangan harga bahan (Material Price Variance) merupakan

penyimpangan yang disebabkan karena harga yang dibayar untuk bahan

baku berbeda (lebih besar/lebih kecil) dari harga standar yang ditentukan.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
43

Bila harga yang dibayar lebih besar dari harga standar yang ditentukan maka

merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable cost

variance). Sebaliknya bila harga yang dibayar lebih kecil dari harga standar

yang ditentukan maka merupakan penyimpangan yang menguntungkan

(favorable cost variance).

Formula penyimpangan harga bahan adalah sebagai berikut:

penyimpangan harga bahan baku = kuantitas bahan baku aktual x (harga

bahan baku aktual – harga bahan baku standar)

Harga bahan baku aktual pada formula tersebut dapat dihitung dengan

membagi biaya bahan baku aktual dengan kuantitas bahan baku aktual.

b) penyimpangan jumlah pemakaian bahan (Material Quantity Variance) atau

disebut juga penyimpangan efisiensi merupakan penyimpangan yang

disebabkan oleh pemakaian bahan baku melebihi atau kurang dari jumlah

standar yang ditentukan.

Bila pemakaian bahan baku melebihi jumlah standar yang ditentukan maka

merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable cost

variance). Sebaliknya bila pemakaian bahan baku kurang dari jumlah standar

yang ditentukan maka merupakan penyimpangan yang menguntungkan

(favorable variance cost)

Formula penyimpangan jumlah pemakaian bahan adalah sebagai berikut:

Penyimpangan jumlah pemakaian bahan = harga bahan baku standar x

(kuantitas bahan baku aktual- kuantitas bahan baku standar)

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
44

Kuantitas bahan baku standar pada formula tersebut adalah jumlah unit yang

diproduksi dikali dengan kuantitas bahan baku standar per setiap unit produk.

Perhitungan yang akurat dari jumlah barang atau produk yang dihasilkan

adalah sangat penting karena hal ini menjadi dasar dari semua perhitungan

penyimpangan efisiensi.

Contoh:

Berdasarkan data berikut ini :

- kuantitas bahan baku standar per unit produk 0,50 kg

- jumlah produksi 100.000 equivalent unit

- kuantitas bahan baku aktual 40.000 kg

- biaya bahan baku aktual Rp. 140.000.000

- harga bahan baku standar Rp. 3.550 per kg

Buat analisis penyimpangan biaya bahan baku

Jawaban

a) penyimpangan harga bahan baku

= kuantitas bahan baku aktual x (harga aktual - harga standar)

= 40.000 x (Rp.140.000.000 / 40.000 – Rp. 3.550)

= 40.000 x (Rp. 3.500 – Rp. 3.550)

= 40.000 x (-50)

= Rp. 2.000.000 (Favorable karena harga aktual lebih kecil dari harga

standar)

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
45

b) penyimpangan kuantitas pemakaian bahan baku

= harga bahan baku standar x (kuantitas bahan baku aktual - kuantitas

bahan baku standar)

= Rp. 3.550 (40.000 – 50.000)

= Rp. 3.550 (-10.000)

= Rp. 35.500.000 (Favorable karena kuantitas bahan baku aktual lebih

kecil dari kuantitas bahan baku standar)

kuantitas bahan baku standar

= jumlah unit yang diproduksi x kuantitas bahan baku standar per unit

produk

= 100.000 x 0,50 kg

= 50.000 kg

2) penyimpangan biaya tenaga kerja langsung (Labour Cost Variance), terdiri dari:

a) penyimpangan tarif upah (labour rate variance) : disebabkan oleh perbedaan

antara tarif upah yang dibayarkan (actual wage rate) dengan tarif upah

standar (standar wage rate)

Bila tarif upah yang dibayarkan lebih kecil dari tarif upah standar maka

merupakan penyimpangan menguntungkan (favorable variance). Sebaliknya

jika tarif upah yang dibayarkan lebih besar dari tarif upah standar maka

merupakan penyimpangan tidak menguntungkan (unfavorable variance)

Formula penyimpangan tarif upah adalah sebagai berikut::

Penyimpangan tarif upah = jam kerja aktual x (tarif upah aktual – tarif upah

standar)

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
46

Tarif upah aktual pada formula tersebut dapat dihitung dengan membagi

biaya tenaga kerja langsung aktual terhadap pemakaian jam tenaga kerja

langsung aktual

b) penyimpangan jam kerja buruh (labour time variance) : disebabkan oleh

pemakaian jam kerja langsung yang melebihi (kurang dari) jumlah jam yang

seharusnya menurut standar.

Formula penyimpangan jam kerja adalah sebagai berikut:

Penyimpangan jam kerja = tarif upah standar x (jam tenaga kerja langsung

aktual - jam kerja standar)

Jam tenaga kerja langsung standar pada formula tersebut adalah jumlah

produksi x jam kerja standar per unit produk

Contoh:

Dari data kegiatan dan biaya berikut ini:

Jam standar per unit produk P 0,20 jam

Jumlah produk P yang diproduksikan selama

periode 100.000 unit

Jam tenaga kerja langsung aktual 22.000 jam

Biaya tenaga kerja langsung aktual

(jumlah upah yang dibayarkan) Rp. 45.000.000

Tarif upah standar per jam tenaga kerja langsung Rp.2.000

Buat analisis penyimpangan biaya tenaga kerja langsung

a. Penyimpangan tarif upah

= jam kerja aktual x (tarif upah aktual – tarif upah standar)

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
47

Rp.45.000.000 Rp.2.000
= 22.000 22.000
= Rp. 45.000.000 – Rp. 44.000.000

= Rp.1.000.000 (Unfavorable karena tarif upah aktual lebih besar dari

tarif upah standar)

b. Penyimpangan jam kerja

= tarif upah standar x (jam kerja aktual - jam kerja langsung standar)

= Rp.2.000 x (22.000 – 20.000)

= Rp.4.000.000 (Unfavorable)

Jumlah jam tenaga kerja langsung standar

= jumlah produksi x jam standar per unit produk

= 100.000 x 0,20 jam

= 20.000 jam

3) Penyimpangan Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Variance)

disebabkan karena:

- jumlah produksi melebihi atau kurang dari kapasitas produksi yang

dipersiapkan atau dianggarkan. Penganggaran kapasitas produksi

biasanya didasarkan pada aktivitas normal

- realisasi biaya overhead produksi melebihi atau kurang dari jumlah yang

telah dianggarkan

- jam tenaga kerja (volume aktivitas) yang digunakan melebihi atau kurang

dari jumlah yang diperkenankan menurut standar untuk jumlah produksi

yang dihasilkan.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
48

Penyimpangan biaya overhead pabrik terjadi apabila realisasi pemakaian jam

tenaga kerja langsung (actual direct labour hour) berbeda dari jumlah jam standar

dan dari jumlah yang dianggarkan untuk kapasitas produksi. (catatan: kapasitas

produksi dalam hal ini diukur dengan jam tenaga kerja langsung).

Penyimpangan biaya overhead dapat dihitung sebagai berikut:

Penyimpangan biaya overhead = Realisasi biaya overhead pabrik – (jumlah

jam standar x tarif overhead)

Metode untuk mengetahui penyebab penyimpangan biaya overhead adalah:

a) Metode dua selisih, terdiri dari:

i) penyimpangan terkendali (controllable variance): selisih antara biaya

overhead pabrik aktual dengan jumlah biaya overhead pabrik standar.

Penyimpangan terkendali = (biaya overhead pabrik aktual – anggaran biaya

overhead pabrik standar)

Anggaran biaya overhead pabrik pada jam standar pada formula tersebut=

anggaran biaya overhead tetap + (jumlah jam standar x tarif overhead

variable)

Bila biaya overhead pabrik aktual lebih besar dari anggaran biaya overhead

pabrik standar maka merupakan penyimpangan tidak menguntungkan

(unfavorable variance). Sebaliknya bila biaya overhead pabrik aktual lebih

kecil dari anggaran biaya overhead pabrik standar maka merupakan

penyimpangan menguntungkan (favorable variance)

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
49

ii) penyimpangan volume (volume variance) : penyimpangan yang terjadi

karena volume kegiatan/produksi tidak mencapai atau melibihi kapasitas

produksi yang direncanakan.

Penyimpangan volume = anggaran biaya overhead standar – (jam standar x

tarif overhead)

Bila anggaran biaya overhead standar lebih besar dari biaya overhead yang

dibebankan maka merupakan penyimpangan tidak menguntungkan

(unfavorable variance). Bila biaya overhead standar lebih kecil dari biaya

overhead yang dibebankan maka merupakan penyimpangan yang

menguntungkan (favorable variance)

Contoh:

Berdasarkan data kegiatan dan biaya berikut ini buat analisis penyimpangan

terkendali (contrllable variance) dan penyimpangan volume (volume

variance):

Jam tenaga kerja langsung aktual 5.000 jam

Jumlah jam standar 5.200 jam

Kapasitas normal 6.000 jam

Biaya overhead aktual Rp. 29.500.000

Anggaran Biaya overhead standar

Overhead variable Rp. 12.000.000


Overhead tetap Rp. 18.000.000
Total Rp. 30.000.000

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
50

Analisisnya adalah:

Rp.12.000.000
Tarif overhead variable = = Rp.2.000/jam
6.000 jam

Rp.18.000.000
Tarif overhead tetap = = Rp.3.000/jam
6.000 jam +

Total tarif overhead = Rp. 5.000/jam

Penyimpangan terkendali (controllabe variance)

Realisasi biaya overhead Rp. 29.500.000

Anggaran biaya overhead pada jam standar

Tetap Rp.18.000.000

Variable = (5.200 x Rp. 2.000) Rp.10.400.000

Rp. 28.400.000

Penyimpangan terkendali (Unfavorable) Rp. 1.100.000

Penyimpangan volume (volume variance)

Biaya overhead standar Rp. 28.000.000

Jam Standar x tarif overhead (5.200 x Rp. 5.000) Rp. 26.000.000

Penyimpangan volume (Unfavorable) Rp. 2.400.000

Jadi, penyimpangan biaya overhead untuk metode dua selisih::

Penyimpangan terkendali Rp. 1.100.000 (Unfavorable.)

Penyimpangan volume Rp. 2.400.000 (Unfavorable.)

Total penyimpangan overhead Rp. 3.500.000 (Unfavorable.)

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
51

Atau

Biaya overhead aktual Rp.29.500.000

Biaya overhead standar (5.200x5.000) Rp. 26.000.000

Penyimpangan biaya overhead (Unfavorable) Rp. 3.500.000

b) Metode tiga selisih, terdiri dari:

i) penyimpangan pengeluaran/anggaran (spending/budget variance) : selisih

antara realisasi biaya overhead pabrik (actual overhead cost) dengan biaya

overhead yang diperkenankan menurut anggaran untuk jumlah jam yang

sesungguhnya terpakai (actual hours), dengan formula sebagai berikut:

= biaya overhead aktual – anggaran biaya overhead pada jumlah jam

sesungguhnya terpakai

= biaya overhead aktual – (anggaran biaya overhead tetap + anggaran biaya

overhead variable actual)

= biaya overhead aktual – (anggaran biaya overhead tetap + jam actual x tarif

overhead variable

Bila biaya overhead aktual lebih besar dari biaya overhead berdasarkan

anggaran untuk jumlah jam yang sesungguhnya terpakai (actual hours) maka

merupakan penyimpangan tidak menguntungkan (unfavorable variance).

Bila biaya overhead aktual lebih kecil dari biaya overhead berdasarkan

anggaran untuk jumlah jam yang sesungguhnya terpakai (actual hours) maka

merupakan penyimpangan menguntungkan (favorable variance)

ii) Penyimpangan efisiensi (overhead cost efficiency variance) : selisih antara

jumlah biaya overhead yang dibebankan berdasarkan jumlah pemakaian jam

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
52

tenaga kerja langsung sesungguhnya dengan jumlah biaya overhead yang

dibebankan berdasarkan jumlah jam tenaga kerja langsung standar, dengan

formula sebagai berikut:

Penyimpangan efisiensi= biaya tarif overhead x (jam aktual – jumlah jam

standar)

Bila jam aktual lebih besar dari jam standar maka merupakan penyimpangan

yang tidak menguntungkan (unfavorable variance).

Bila jam aktual lebih kecil dari jam standar maka merupakan penyimpangan

yang menguntungkan (favorable variance)

iii) Penyimpangan kapasitas mengangur (idle capacity variance) : terjadi karena

volume kegiatan produksi kurang atau melebihi kapasitas produksi yang

dipersiapkan atau dianggarkan, dengan formula sebagai berikut:

= tarif overhead tetap x (jam kapasitas yang dianggarkan – jam aktual)

Bila jumlah jam pada volume kapasitas yang dianggarkan lebih besar dari

jam aktual maka merupakan penyimpangan tidak menguntungkan

(unfavorable variance).

Bila jumlah jam pada volume kapasitas yang dianggarkan lebih kecil dari

jam aktual maka merupakan penyimpangan yang menguntungkan (favorable

variance)

Contoh:

Berdasarkan data kegiatan dan biaya pada contoh penyimpangan biaya

overhead di atas, analisis penyimpangan biaya overhead dengan menggunakan

metode 3 selisih adalah sebagai berikut:

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
53

a) Penyimpangan pengeluaran

= biaya overhead aktual – (anggaran biaya overhead tetap + jam aktual x tarif

overhead variable

= Rp. 29.500.000 - (Rp.18.000.000 + 5.000 x Rp.2.000)

= Rp. 29.500.000 – Rp.28.000.000.

= Rp. 1.500.000 (Unfavorable)

b) Penyimpangan efisiensi

= tarif biaya overhead x (jam aktual – jumlah jam standar)

= Rp. 5.000 x (5.000 – 5.200)

= Rp. 1.000.000 (Favorable)

c) Penyimpangan kapasitas menganggur

= tarif overhead tetap x (jam kapasitas yang dianggarkan – jam aktual)

= Rp. 3.000 x (6.000 – 5.000)

= Rp. 3.000.000 (Unfavorable)

Maka berdasarkan metode 3 selisih adalah:

Baya overhead aktual Rp. 29.500.000

Biaya overhead standar (5.200 x Rp. 5.000) Rp. 26.000.000

Penyimpangan biaya overhead Rp. 3.500.000(Unfavorable)

Penyimpangan biaya overhead terdiri dari::


Penyimpangan pengeluaran Rp. 1.500.000 (Unfavorable)
Penyimpangan efisiensi Rp. 1.000.000 (Favorable )
Penyimpangan kapasitas menganggur Rp. 3.000.000 (Unfavorable)
Total Rp. 3.500.000 (Unfavorable )

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
54

c. Metode Empat Selisih

Metode empat selisih pada dasarnya sama dengan metode tiga selisih namun

penyimpangan efisiensi biaya overhead dibagi menjadi dua yaitu penyimpangan

efisiensi biaya overhead variable dan penyimpangan efisiensi biaya overhead tetap.

Metode empat selisih terdiri dari:

i) penyimpangan pengeluaran/anggaran

Penyimpangan pengeluaran

= biaya overhead aktual – (anggaran biaya overhead tetap + jam actual x tarif

overhead variable

= Rp. 29.500.000 - (Rp.18.000.000 + 5.000 x Rp.2.000)

= Rp. 29.500.000 – Rp.28.000.000.

= Rp. 1.500.000 (Unfavorable)

ii) penyimpangan efisiensi biaya overhead variable, dengan formula:

= tarif overhead variable x (jam aktual –jam standar)

= Rp. 5.000 x (5.000 – 5.200)

= Rp. 1.000.000 (Favorable.)

iii) penyimpangan efisiensi biaya overhead tetap, dengan formula:

= tarif overhead tetap x (jam aktual – jam standar)

Contoh:

Berdasarkan data kegiatan dan biaya pada contoh penyimpangan biaya

overhead di atas, hitunglah penyimpangan efisiensi biaya overhead variable

dan penyimpangan efisiensi biaya overhead tetap

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
55

Jawab:

Penyimpangan efisiensi biaya overhead variable

= tarif overhead variable x (jam aktual –jam standar)

= Rp. 2.000 x (5.000 – 5.200)

= Rp.400.000 (favorable.)

Penyimpangan efisiensi biaya overhead tetap

= tarif overhead tetap x (jam aktual –jam standar)

= Rp. 3.000 (5.000 – 5.200)

= Rp. 600.000 (favorable.)

Jadi penyimpangan efisiensi

= penyimpangan efisiensi biaya overhead variable + penyimpangan efisiensi

biaya overhead tetap

= Rp. 600.000 (Favorable) + Rp. 400.000 (Favorable)

= Rp. 1.000.000 (Favorable)

iv) Penyimpangan kapasitas mengangur (idle capacity variance) : terjadi

karena volume kegiatan produksi kurang atau melebihi kapasitas produksi

yang dipersiapkan atau dianggarkan

Penyimpangan kapasitas menganggur

= tarif overhead tetap x (jam kapasitas yang dianggarkan – jam aktual)

= Rp. 3.000 x (6.000 – 5.000)

= Rp. 3.000.000 (Unfavorable)

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
56

Maka

Penyimpangan pengeluaran Rp.1.500.000 (unfavorable)

Penyimpangan efisiensi overhead variable 400.000 (favorable)

Penyimpangan efisiensi overhead tetap 600.000 (favorable)

Penyimpangan kapasitas menganggur 3.000.000 (unfavorable)

Total Rp.3.500.000 (unfavorable)

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
57

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh data dan bahan yang dibutuhkan dalam rangka penulisan

skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

A. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan bersifat kualitatif dan kuantitatif yang

bersumber dari data primer dan data sekunder.

a. Data primer merupakan data pokok/utama berupa perhitungan biaya produksi

dan sistem pengawasan biaya produksi yang diperoleh langsung dari

perusahaan sebagai objek penelitian yakni PT. Perkebunan Nusantara II

Tanjung Morawa.

b. Data sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh langsung dari perusahaan

berupa data yang telah terdokumentasi seperti sejarah singkat perusahaan,

struktur perusahaan dan laporan keuangan serta dokumen lain yang

mendukung.

B. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan kebutuhan, penulis

menggunakan metode pengumpulan data dengan cara yaitu :

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
58

1. Tehnik Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan ini dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung

pada perusahaan sebagai objek penelitian.

a. Observasi, yaitu: melakukan penelitian dengan mendatangi langsung

perusahaan dalam hal ini PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung

Morawa serta dengan mengajukan lembar observasi yang akan dijawab

oleh orang yang berwenang.

b. Wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung dengan

pihak-pihak yang terkait dalam penyediaan informasi atau data yang

diperlukan pada perusahaan sehubungan dengan penulisan skripsi ini.

2. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan yang bekaitan dengan

penulisan skripsi ini yang bersumber dari buku-buku, literatur-literatur,

majalah-majalah serta sumber lainnya yang mendukung penulisan skripasi

ini.

C. Tehnik Analisis Data

Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tehnik analisis

deskriptif, yaitu suatu evaluasi terhadap objek penelitian dengan mengadakan

klasifikasi, pengumpulan data serta membuat kesimpulan sehubungan dengan topik

penelitian.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
59

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini berlokasi di PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung

Morawa merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang agribisnis perkebunan.

Waktu penelitian ini dilaksanakan dimulai pada bulan September 2007 sampai

dengan selesai.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
60

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) didirikan pada tanggal 11 Maret 1996

dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH No. 35. Akta pendirian ini disahkan oleh

Menteri Kehakiiman dengan Surat Keputusan No. C2-8330.HT.01.01 Tahun 1996

dan diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 81.

Pendirian perusahaan merupakan hasil peleburan PT. Perkebunan II (Persero)

dan PT. Perkebunan IX (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 7 Tahun 1996, diperbarui dengan Akte Notaris Sri Rahayu H.

Prasetyo, SH Nomor 70/2002 tanggal 8 Oktober 2002

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) berkantor pusat di Tanjung Morawa,

Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Areal perkebunan berada di dua

wilayah propinsi yaitu Propinsi Sumatera Utara (Kabupaten Deli Serdang, Langkat

dan Tapanuli Selatan) dan Propinsi Papua Barat.

Sesuai dengan pasal 3 butir 1 yang terdapat dalam akte pendirian, dinyatakan

bahwa maksud dan tujuan perusahaan adalah untuk turut melaksanakan dan

menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan

pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di sektor pertanian dalam arti

seluas-luasnya. Untuk tujuan tersebut Perseroan menjalankan kegiatan usaha

meliputi :

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
61

1. Pengusahaan budidaya tanaman perkebunan

2. Produksi barang setengah jadi atau barang jadi

3. Perdagangan atau pemasaran hasil produksi

4. Pengembangan usaha bidang perkebunan, agrowisata dan

agrobisnis.

Perusahaan bergerak dibidang agribisnis perkebunan dengan mengelola

kebun kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan tebu serta kegiatan rumah sakit.

Perusahaan juga mengembangkan Perkebunan Kelapa Sawit dengan pola

Perkebunan Inti Rakyat (PIR) dan Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA).

2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Dalam Perusahaan

Struktur organisasi perusahaan disusun untuk memudahkan pelaksanaan

tugas manajemen dan penetapan hubungan antara unsur-unsur organisasi, sehingga

dapat terjalin kerja sama diantara bagian-bagian yang ada dalam perusahaan untuk

mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Penyusunan struktur

organisasi harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

Adapun struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Perkebunan Nusantara

II (Persero) Tanjung Morawa adalah struktur organisasi garis dan staff. Struktur

organisasi ini menggambarkan penyusunan tugas, wewenang dan tanggung jawab

berbentuk garis lurus mulai dari tingkat yang paling tinggi sampai dengan tingkat

paling rendah. Di tingkat Kantor Direksi pemimpin tertinggi adalah seorang Direktur

Utama dan beberapa orang Direksi serta beberapa biro atau bagian. Sedangkan di

tingkat kebun pemimpin tertinggi adalah seorang Administratur dan dibantu oleh

beberapa staff yang bertugas di pabrik, di kebun dan bagian umum. berikut

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
62

Berikut adalah struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantaara II (Persero)

Tanjung Morawa

STRUKTUR ORGANISASI
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II

R.U.P.S
DEWAN
KOMISARIS

DIREKTUR
UTAMA

DIR. PEMASARAN/
DIR. PRODUKSI DIR. KEUANGAN DIR. SDM/UMUM
RENBANG

Hukum & Pertanahan

Bagian Perencanaan
Bagian Pembiayaan
Teknik/Pengolahan

Teknik/Pengolahan

Pengembangan
Akuntansi & TI
Tan.Semusim
Tan.Tahunan

& Pengkajian
Bagian SDM
Pengadaan

Pemasaran
Sekretariat
Bagian SPI

Tananam

PMLH

Bagian

Bagian
Umum
Bagian

Bagian

Bagian
Bagian

Bagian

Bagian

Bagian

Bagian

Bagian
Distrik Distrik Distrik Distrik Distrik Distrik
Rayon Utara Rayon Tengah Rayon Selatan Tembakau Tebu Rumah Sakit

Bengkel Kebun Kebun Kebun Kebun


Kebun
Kebun Kebun Kebun Kebun Kebun
Kebun/Unit Kebun
KebunSakit Kebun BPTD Risbang
Pusat Kebun Kebun Kebun Kebun Rumah Pengembagan Tebu

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
63

Pembagian Tugas
Dewan Komisaris bertugas :

a Melaksanakan pengawasan atas jalannya pengurusan perseroan

b Melakukan tugas-tugas yang secara khusus diberikan kepadanya menurut

anggaran dasar.

c Melakukan pengawasan atas pelaksanaan peraturan dan ketentuan-

ketentuan seta kebijaksanaan pemerintah, terutama di bidang-bidang yang

berhubungan dengan tujuan dan lapangan usaha perseroan.

Susunan Direksi adalah sebagai berikut:


a. Direktur Utama

Direktur Utama bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang

Saham(RUPS) dan Dewan Komisaris.

b. Direktur Produksi

Direktur Produksi bertanggung jawab kedalam kepada Direktur Utama, keluar

kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan Dewan Komisaris, yang mengelola

bidang tanaman, teknik, pengolahan tanaman tahunan, teknik tanaman semusim,

pengendalian mutu dan lingkungan.

c. Direktur Keuangan

Direktur Keuangan bertanggung jawab kedalam kepada Direktur Utama, keluar

kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan Dewan Komisaris yang mengelola

bidang Akuntansi dan Keuangan.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
64

d. Direktur SDM/Umum

Direktur Sumber Daya Manusia/Umum bertanggung jawab kedalam kepada

Direktur Utama, keluar kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan Dewan

Komisaris, yang mengelola bidang sumber daya manusia, umum, hokum dan

pertanahan dan legal aspek.

e. Direktur Pemasaran

Direktur Pemasaran bertanggung jawab kedalam kepada Direktur Utama, keluar

kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan Dewan Komisaris yang mengelola

bidang pemasaran, perencanaan dan pengadaan

Susunan Kepala Bagian yaitu:

a. Bagian Satuan Pengawasan Intern

Membantu Direktur Utama dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di

bidang pengawasan intern, aspek legal (Cooperate Law) dan kepatuhan

(Compliance) yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengendalian,

pengawasan.

b. Bagian Sekretariat

Membantu dan menjalankan tugas-tugas manajemen, kebijakan direksi,

memberikan data-data yang berhubungan dengan bidang sekretariat, hubungan

masyarakat, hukum bisnis dan papam tingkat perusahaan

Membantu komisaris dan direksi mengelola komunikasi kepada pihak intern dan

ekstern perusahaan

c. Bagian Tanaman

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
65

Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, menjalankan kebijakan direksi di

bidang tanaman (investasi kelapa sawit dan karet, pemeliharaan & produksi

kelapa sawit dan karet,tebu, tembakau), memberikan data-data, saling

berkoordinasi dengan bagian terkait berkaitan dengan bidang tanaman dan

melaksanakan fungsi analisa usaha.

d. Bagian Teknik Tanaman Tahunan

Membantu dan menjalankan tugas-tugas manajemen, kebijakan direksi di bidang

teknkik/pengolahan tanaman tahunan (instalsi/pengolahan karet dan sawit,

traksi/dinas sipil), memberikan data-data, serta melaksanakan fungsi manajemen

dalam meningkatkan mutu hasil produksi/produktivitas untuk tercapainya

efisiensi dan efektivitas

e. Bagian Teknik Tanaman Semusim

Membantu dan menjalankan tugas-tugas manajemen, kebijakan direksi di bidang

teknik dan pengolahan tanaman semusim (instalasi/pengolahan pabrik gula,

traksi/mekanisasi dinas sipil), memberikan data-data, berkoordinasi dengan

bagian dan instansi terkait berkaitan dengan teknik dan pengolahan tanaman

semusim

f. Bagian Pengendalian dan Mutu Lingkungan Hidup

Membantu dan menjalankan tugas-tugas manajemen, kebijakan direksi dibidang

pengendalian mutu & lingkungan hidup dalam penerapan selutuh standard

system manajemen (ISO 9000, ISO 14000, SMK3), memberikan data-data,

berkoordinasi dengan bagian dan instansi terkait berkaitan dengan bidang

pengendalian mutu & lingkungan hidup.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
66

g. Bagian Pembiayaan

Membantu dan menjalankan tugas-tugas manajemen, kebijakan direksi di bidang

pengelolaan keuangan yang meliputi perencanaan, arus kas, asuransi/perpajakan

dan administrasi kantor direksi, anggaran biaya serta koordinasi dalam kompilasi

penyusunan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) serta pengawasannya.

h. Bagian Akuntansi dan Teknologi Informasi

Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, menjalankan kebijakan direksi dibidang

akuntansi dan teknologi informasi (akuntansi pusat & pelaporan, aktiva tetap &

barang-barang,inspeksi & verifikasi, teknologi informasi), memberikan data-data,

berkoordinasi dengan bagian terkait dengan bidang akuntasi dan TI serta

melaksanakan evaluasi biaya.

i. Bagian Pengadaan

Membantu dan menjalankan tugas-tugas manajemen, kebijakan direksi dibidang

pengadaan dan jasa (informasi harga/analisis pasar, pengadaan teknik/pabrik,

pengadaan barang import/pupuk/obat-obatan/barang umum serta pelelangan

pengadaan barang dan jasa) , memberikan data-data yang berhubungan dengan

bidang pengadaan dan jasa serta saling berkoordinasi dengan bagian terkait

dalam pengadaan barang dan jasa.

j. Bagian SDM

Membantu dan menjalankan tugas-tugas manajemen, kebijakan direksi dibidang

SDM (personalia, ketenagakerjaan hubungan industrial dan hak, pendidikan dan

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
67

latihan, serta pensiunan dan kesehatan), memberikan data-data, berkoordinasi

dengan bagian dan instansi terkait berkaitan dengan bidang SDM.

k. Bagian Umum

Melaksanakan tugas-tugas manajemen, menjalankan kebijakan direksi dibidang

umum (PKBL, sosial ekonomi, dan rumah tangga), memberikan data-data,

berkoordinasi dengan bagian dan instansi terkait berkaitan dengan bidang umum

dan melaksanakan fungsi kemitraan dan bina lingkungan.

l. Bagian Hukum dan Pertanahan

Membantu direktur SDM dalam bidang pengelolaan hokum dan pertanahan yang

meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan dibidang

hukum, pertanahan dan keamanan

m. Bagian Perencanaan dan Pengkajian

Membantu dan menjalankan tugas-tugas manajemen, kebijakan direksi dibidang

perencanaan dan pengkajian, memberikan data-data, berkoordinasi dengan

bagian dan instansi terkait berkaitan dengan bidang perencanaan dan pengkajian.

n. Bagian Pemasaran

Membantu direksi untuk melaksanakan tugas-tugas manajemen dan menjalankan

kebijakan direksi dibidang pemasaran komoditi dan analisa pasar dan pemasaran

komoditi serta penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan.

o. Bagian Pengembangan

Melaksanakan fungs-fungsi manajemen, menjalankan kebijakan direksi dibidang

pengembangan usaha dan areal, memberikan data-data, berkoordinasi dengan

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
68

bagian terkait dengan bidang pengembangan usaha dan areal serta melaksanakan

fungsi analisa usaha.

3. PROSES PRODUKSI DAN UNSUR-UNSUR BIAYA PRODUKSI KELAPA

SAWIT PADA PERUSAHAAN

a. Proses Produksi

Untuk menentukan biaya produksi, perlu diketahui proses pembuatan produk.

Pada perusahaan perkebunan dikenal proses produksi sebagai berikut:

2) Proses menghasilkan bahan baku utama (bidang tanaman) yaitu tandan buah

segar (TBS)

Bahan baku utama yang dihasilkan melalui proses alamiah, biaya-biaya yang

dikeluarkan (pengorbanan-pengorbanan sumber ekonomi) untuk menghasilkan bahan

baku utama, hanya sebagai pembantu untuk baiknya pertumbuhan tanaman agar

diperoleh hasil yang diharapkan dalam hal ini adalah tandan buah segar (TBS).

Proses menghasilkan bahan baku utama, TBS, memerlukan waktu 2,5 tahun

sampai 3 tahun.

Pengorbanan sumber ekonomi (biaya) untuk ituu seperti upah, bahan/barang

untuk pemeliharaan tanaman, misalnya bahan kimia dan bahan pembantu lainnya

selama masa tersebut merupakan biaya investasi (sebagai aktiva tetap) yang disebut

dengan tanaman menghasilkan (TM).

Biaya ini dibebankan ke biaya produksi secara berangsur setiap satu periode

pembukuan sebagai biaya penyusutan (depriciation expenses).

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
69

Disamping itu, diperlukan lagi biaya dalam proses pengambilan TBS di

pokok sampai di pabrik dan pemeliharaan TM. Contoh: biaya panen dan

pengumpulan, biaya pengangkutan, biaya pemeliharaan dan biaya lain.

2) Proses menghasilkan barang jadi (siap untuk dijual) atau barang setengah jadi

untuk diolah lebih lanjut (bidang pengolahan/proses pabrikasi) yaitu minyak

sawit dan inti sawit

Minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) dan inti sawit (Palm Kernel/PK)

sebagai bahan baku, melalui proses pengolahan untuk menghasilkan barang yang

siap dijual/dikonsumsi, seperti minyak goreng, minyak sawit, sabun, margarine dan

lain-lain.

Proses pabrikasi TBS menjadi Minyak Sawit dan Inti Sawit, RBD PO, Fatty

Acid.

Proses produksi (pabrikasi) dilakukan secara bertahap sebagai berikut:

TBS dari lapangan diterima di tempat pemuatan/pengumpulan di pabrik

(Sterilizer ketel dan Loading Ramp) dipindahkan ke stasiun rebusan dengan

menggunakan lori rebusan.

TBS direbus selama ± 65 menit dengan temperatur 125-1300C, lalu

dipindahkan ke stasiun pemecah dan pengempa untuk memisahkan buah

dengan janjangan (tankos) dan memisahkan kulit dan cangkang. Setelah kulit

yang mengandung minyak terpisah diteruskan ke stasiun pemerasan untuk

mengeluarkan minyak (crude oil) dengan temperatur air 90-950C, minyak

sawit ini diteruskan ke tangki penampungan dan selanjutnya disimpan di

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
70

tangki timba dalam keadaan siap untuk dijual. Minyak sawit ini disebut CPO

(Crude Palm Oil).

Inti sawit di dalam cangkang diteruskan ke stasiun pemecahan kulit cangkang

dan selanjutnya ke stasiun inti sawit dengan temperatur 50-600C kemudian

dipindahkan ke gudang penyimpanan (siap untuk dijual).

Kelancaran proses pengolahan di atas dibantu oleh tenaga listrik, air dan

bahan baku/penolong lainnya.

Sesuai dengan kebutuhan penjualan, CPO diolah kembali untuk

menghasilkan RBD PO (Refine Bleach Deodorize Palm Oil) dan Fatty Acid.

RBD PO diolah kembali untuk menghasilkan minyak inti sawit (PKO=Palm

Kernel Oil) dan Palm Kernel Pellet

b. Unsur Biaya Produksi Kelapa Sawit

Biaya produksi merupakan biaya-biaya untuk mengolah bahan baku menjadi

barang setengah jadi atau barang jadi yang siap untuk dijual.

Secara garis besar biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara II

(Persero) Tanjung Morawa berdasarkan pengeluaran biaya-biaya sehubungan dengan

proses produksi kelapa sawit adalah:

2) Biaya Langsung:

1) Biaya Tanaman

Merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan

pemeliharaan tanaman kelapa sawit yang telah berproduksi (menghasilkan)

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
71

tandan buah segar (TBS). Biaya tanaman terdiri atas atas unsur-unsur biaya

produksi sebagai berikut :

a. Gaji, tunjangan dan biaya sosial pegawai staf

b. Pemeliharaan tanaman menghasilkan terdiri dari biaya:

2. gaji, tunjangan dan biaya sosial pegawai tanaman

3. pemeliharaan jalan, saluran air dan teras

4. menanam/menyisip

5. penyiangan/merumput

6. pemberantasan hama

7. pemupukan

8. pupuk

9. analisa daun

c. Panen dan pengumpulan hasil

d. Pengangkutan hasil dari tempat-tempat pengumpulan ke pabrik

b) Biaya pengolahan

Biaya pengolahan merupakan biaya-biaya yang terjadi dalam rangka

pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit dan inti sawit yang dapat

berupa biaya-biaya :

i. gaji, tunjangan dan biaya sosial karyawan pelaksana pengolahan

ii. pemeliharaan mesin dan instalasi

iii. perbaikan pabrik oleh pihak luar (kontraktor)

iv. asuransi pabrik

v. bahan kimia dan bahan lainnya

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
72

vi. analisis, air dan listrik

vii. bahan bakar dan minyak pelumas

viii. pengolahan limbah

ix. pengepakan

x. perkakas dan alat-alat pengolahan

3) Biaya Tidak Langsung

Merupakan biaya yang tidak secara langsung masuk dalam proses produksi.

1) Biaya Umum

Terdiri dari biaya di Kantor Direksi dan Kantor Kebun/Unit sebagai

berikut:

a. gaji dan biaya sosial pegawai staf

b. gaji dan biaya sosial pegawai

c. honorarium

d. biaya administrasi

e. biaya pengangkutan dan perjalanan

f. biaya percobaan

g. biaya listrik, air, keamanan

Biaya tidak langsung (biaya umum) dibebankan ke biaya produksi adalah biaya

umum (total) dibagi jumlah areal tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman

belum menghasilkan (TBM) dikali jumlah areal TM.

Misalnya total biaya umum Rp. 500.000.000, total areal adalah 100.000 Ha

(65.000 Ha areal TM dan 35.000 Ha areal TBM. Maka jumlah biaya umum

beban biaya produksi adalah:

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
73

Rp. 500.000.000 x 65.000 Ha= Rp.325.000.000

100.000 Ha

2) Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan merupakan biaya-biaya yang terjadi akibat dari penurunan

nilai aktiva tetap yang dimiliki perusahaan sehubungan dengan kegiatan

produksi kelapa sawit. Biaya penyusutan per tahun atas aktiva tetap dihitung

dari nilai perolehan dibagi dengan umur produktif masing-masing aktiva tetap

dikali 100 %

Tabel 4.1 : Aktiva tetap dan penyusutan

NO JENIS UMUR PERSENTASE


AKTIVA TETAP PRODUKTIF PENYUSUTAN / TAHUN
(TAHUN) (%)
1 Tanaman Menghasilkan 25 4
2 Bangunan
a. Permanen 15 7,5
b. Semi Permanen 10 10
c. Bangsal 5 20
3 Mesin dan perlengkapannya 15 7,5
4 Jalan, jembatan dan
Saluran Air
a. Permanen 16 6,25
b. Semi Permanen 10 10
5 Alat pengangkutan 5 20
6 Alat pertanian dan
inventaris kecil 5 20
7 Hak guna usaha (HGU) 10 10

4. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Produksi Kelapa Sawit.

Secara umum penyusunan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP)

meliputi

a. Dasar-dasar Penyusunan RKAP

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
74

Mendirikan perusahaan umumnya mempunyai tujuan jangka pendek dan

jangka panjang. Bagi perusahaan perkebunan tujuan utama adalah memperoleh laba

dalam suatu periode yang akan datang biasanya dalam 1 (satu) tahun dan

memelihara/menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.

Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai kedua tujuan tersebut dalam pelaksanaan

saling berhubungan satu sama lain yaitu dengan dicapainya laba yang diharapkan

akan dapat memelihara/menjaga kelangsungan hidup perusahaan.

Pencapaian tujuan jangka pendek untuk periode yang akan datang disusun

dalam satuan anggaran untuk satu tahun. Agar tujuan yang dikehendaki dapat

dicapai, bahan/data yang digunakan dalam penyusunan anggaran adalah berdasarkan

keadaan yang lalu, yang sedang berjalan dan melihat keadaan yang akan datang.

Untuk membantu penyusunan anggaran digunakan Pedoman yang memuat

Standar (Standar fisik dan biaya) dan Norma-norma Pekerjaan Tehnis, tenaga dan

bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kerja sehingga penyimpangan realisasi

dari anggaran diharapkan akan relatif kecil.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun RKAP, antara lain

sebagai berikut:

Sasaran RKAP PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung

Morawa disesuaikan dengan kondisi yang ada pada saat sekarang ini

dengan memperkirakan perkembangan yang terjadi pda masa yang

akan datang, sehingga sasaran yang digambarkan dalam RKAP akan

terealisasi.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
75

2. Dalam penyusunan standar fisik dan biaya oleh bagian terkait perlu

dikembangkan inovasi-inovasi baru sehingga standar-standar yang

akan diterapkan dalam penyusunan RKAP dapat mencerminkan

upaya-upaya peningkatan efisiensi dan hal ini akan tergambar pada

biaya produksi dan harga pokok yang diusulkan kebun/unit.

3. Rencana investasi yang diusulkan agar disajikan terlebih dahulu

oleh bagian terkait dengan memperhatikan skala prioritas dan

urgensinya serta kemampuan dana yang tersedia.

4. Kebutuhan tenaga untuk kebun/unit dan kantor direksi agar

disesuaikan dengan standar formasi, sehingga kelebihan tenaga

yang ada dapat diidentifikasikan dan memungkinkan untuk

memenuhi kekurangan tenaga di kebun/unit atau bagian lain.

b. Prosedur Penyusunan RKAP

Anggaran yang disusun untuk satu tahun yang akan datang meliputi:

1. Anggaran Perusahaan

2. Anggaran Kebun/Dinas

3. Anggaran Afdeling

Bagi perusahaan perkebunan BUMN jadwal penyampaian/penyelesaian

anggaran ditetapkan oleh Kementerian BUMN yaitu selambat-lambatnya tanggal 1

Oktober pada tahun penyusunan.

Agar jadwal yang ditetapkan dapat dipenuhi, perusahaan mengeluarkan Surat

Edaran (SE) berkenaan dengan tahapan dan jadwal penyusunan yang meliputi:

a. penyusunan pedoman dan penyampaiannya ke objek kerja

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
76

b. penyusunan anggaran Kebun/Dinas/Bagian-bagian dan

penyampaiannya ke Kantor Direksi

c. penyusunan Anggaran Perusahaan di Kantor Direksi

d. pembahasan konsep anggaran dengan Direksi, Dewan

Komisaris.

Anggaran perusahaan yang telah dibahas dengan Dewan Komisaris, sebelum

disetujui/disahkan Menteri BUMN terlebih dahulu dibahas dengan Tim dari

Kementerian BUMN (Pra RUPS) sebagai utusan dari Pemegang Saham, dan

selanjutnya dibicarakan dengan Menteri BUMN sebagai kuasa pelaksanaan dari

Menteri Keuangan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Jadwal Pra RUPS

dan RUPS ditentukan oleh Kementerian BUMN.

Anggaran perusahaan disusun dengan berpedoman kepada Buku Pedoman

Penyusunan Anggaran yang dikeluarkan oleh Kementerian BUMN. Dengan

mengacu pada Pedoman Penyusunan Anggaran dari Kementerian BUMN,

perusahaan membuat Pedoman Anggaran Perusahaan yang memuat petunjuk-

petunjuk tehnik lapangan, pabrikasi, tehnik dan biaya. Berdasarkan Pedoman

Anggaran Perusahaan, Kebun/Dinas/Kantor Direksi menyusun anggarannya masing-

masing:

- Anggaran Kebun merupakan himpunan anggaran afdeling/tanaman,

pabrik dan tehnik, Anggaran Kantor Direksi merupakan himpunan

anggaran bagian-bagian

- Anggaran Perusahaan merupakan himpunan anggaran

Kebun/Dinas/Kantor Direksi, termasuk anggaran lain yang tidak

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
77

dibuat oleh Kebun/Dinas maupun bagian seperti Neraca, Rugi-Laba,

Arus Kas, Sumber dan Penggunaan Dana.

Pedoman penyusunan anggaran yang dibuat di Kantor Kesatuan sebaiknya

disusun pada akhir semester pertama tahun bejalan dan pada bualan Juli dapat

diedarkan ke Kebun/Dinas dan Bagian-bagian terkait di Kantor Kesatuan. Untuk

selanjutnya unit-unit kerja dapat menyusun/menyelesaikannya sesuai dengan jadwal

yang telah ditetapkan dalam Surat Edaran.

Penyusunan anggaran perusahaan dapat diselesaikan dari anggaran unit-unit

kerja sampai dengan anggaran perusahaan disetujui Menteri BUMN diperkirakan

selama ± 18 minggu.

Secara ringkas prosedur penyusunan anggaran dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 4.2 : Prosedur Penyusunan RKAP

PROSEDUR PENYUSUNAN RKAP

1 Menyusun Pedoman mengenai taksasi produksi, Minggu pertama


rencana TB, TU, TK dan investasi lain oleh Kandir

2 Pedoman dan formulir RKAP dikirimkan ke Kebun Minggu pertama

& Unit Kerja

3 Kebun menyusun rencana produksi termasuk luas Minggu ke 2 dan


areal, rencana TU, TB, TK dan investasi lainnya ke 3

4 Peninjauan rencana-rencana kerja dan taksasi oleh Minggu ke 3 dan


bagian tanaman/tehnik dan dibahas dengan ke 4
administratur

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
78

Rencana produksi, kebun luas areal, rencana TU,


5 Minggu ke 5
TK, TB dan investasi lainnya, dihimpun oleh urusan
Perencanaan/bagian keuangan di KD

6 Peninjauan dan pengesahan taksasi oleh direksi Minggu ke 5

Rencana produksi, rencana TU, TB, TK dan


7 investasi lainnya yang telah disetujui disertai Minggu ke 6 s/d 9
petunjuk anggaran kedua dikirim ke Kebun/Unit
Kerja

Penyusunan rencana kerja dan anggaran perusahaan


8 Minggu ke 6, 7, 9
kebun

9 Peninjauan/pembahasan rencana kerja dan anggaran Minggu ke 10


perusahaan oleh kepala bagian yang bersangkutan

10 Minggu ke 11
Kompilasi RKAP kebun oleh Bagian terkait di dan 12
Kandir

11 Permintaan persetujuan RKAP kepada Direksi Minggu ke 13

12 Minggu ke 14
Penyusunan/peninjauan RKAP Kantor Direksi oleh
bagian terkait

13 Penyusunan rencana keruangan dan L/R oleh bagian Minggu ke 14


keuangan/pembiayaan Dan 15

14 Peninjauan/persetujuan RKAP perusahaan oleh Minggu ke 16


dan 18
Direksi

15 Pengetikan dan pengiriman usul RKAP perusahaan Minggu ke 17 dan 18


kepada DK dan Kementerian BUMN

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
79

Mengirimkan kembali RKAP yang telah disahkan


kepada yang berkepentingan
16
a. Instansi Pemerintah
b. Administratur
c. Kepala Bagian
d. Direksi/Dewan Komisaris
e SPI

Dengan prosedur penyusunan RKAP di atas, proses penyusunan RKAP

berdasarkan materi-materi RKAP di perusahaan secara garis besar digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 4.3 : Prosedur dan Materi RKAP

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN

ANGGARAN ANGGARAN
1 AFDELING KANTOR KEBUN/UMUM
1. Areal
2. Produksi Biaya Umum
3. Investasi
Tanaman/Non
Tanaman 1. Gaji Staf, Non Staf
4. Biaya 2 Bi P j Di
Pemeliharaan
2
ANGGARAN

KEBUN/DINAS
ANGGARAN
KANTOR DIREKSI
a. Areal
b. Produksi
c. Biaya Produksi
d. Biaya Investasi
3 Tanaman/Non
Tanaman
e. Kebutuhan tenaga
kerja

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
80

ANGGARAN PERUSAHAAN

1. Areal - R/L - Pendapatan


2. Produksi - Biaya
3. Biaya Produksi/HP - Neraca
Penjualan
4. Investasi Tanaman/Non - Sumber dan penggunaan dana
Tanaman
4
PEMBAHASAN ANGARAN PERUSAHAAN
DENGAN DEWAN KOMISARIS
- Rekomendasi Dewan Komisaris

5
PEMBAHASAN ANGGARAN
PERUSAHAAN+ REKOMENDASI DEKOM
DENGAN TIM DEP. BUMN + DEPKEU (Pra
RUPS)
6
PEMBAHASAN ANGGARAN

PERUSAHAAN + REKOMENDASI DEKOM

- Risalah RUPS
7 - Surat Keputusan Menteri BUMN

Anggaran yang telah disahkan untuk


dilaksanakan

c. Prosedur Penyusunan Biaya Produksi Kelapa Sawit

Prosedur penyusunan biaya produksi di masing-masing kebun, yaitu:

1) Penyusunan Rencana Areal Tanaman

Areal tanaman dalam hal ini adalah areal yang telah ditanami dengan tanaman

kelapa sawit. Areal tanaman kelapa sawit terdiri dari:

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
81

a) Tanaman menghasilkan (TM)

Dikatakan tanaman menghasilkan (TM) adalah karena telah memenuhi kriteria

tanaman panen yaitu

- telah berumur lebih dari 30 bulan dan lebih dari 60 % pohon

telah memiliki buah yang berkembang baik

- berat rata-rata tandan buah segar (TBS) lebih dari 3 kg.

Memperhitungkan jumlah areal TM sangat berpengaruh

pada produksi TBS yang akan diperoleh selama tahun

anggaran

b) Tanaman belum menghasilkan (TBM)

Areal ini merupakan areal tanaman yang belum memenuhi kriteria panen dan

areal yang belum ada TBS nya. Ada kalanya tanaman kelapa sawit pada areal ini

diharapkan akan memenuhi kriteria panen pada bulan–bulan tertentu dalam tahun

anggaran dan TBS yang dihasilkan dapat dihitung sebagai produksi TBS dalam

tahun tersebut.

c) Tanaman baru (TB), tanaman ulang (TU) dan tanaman konversi (TK)

Tanaman-tanaman ini adalah tanaman kelapa sawit yang baru ditanam pada

tahun berjalan dan tidak ada produksi TBS. Areal ini tidak diperhitungkan atau

tidak mempengaruhi jumlah produksi yang dianggarkan.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
82

Tabel 4.2 : Luas Areal Budidaya Kelapa Sawit

TAHUN 20XX
JENIS AREAL Anggaran Realisasi
(Ha) (Ha)
Tanaman Menghasilkan 48.804,57 48.249,15
Tanaman Belum Menghasilkan 10.109,74 11.078,41
Tanaman Ulangan 3.544,23 3.542,23
Tanaman Konversi 1.170,49 978,89
Luas Seluruhnya 63.629,03 63.848,68

Berdasarkan luas areal TM 48.249,15 Ha dapat diperhitungkan jumlah

produksi TBS yang akan diperoleh pada tahun anggaran berjalan. Jumlah produksi

TBS dihitung berdasarkan produksi per tahun tanam. Dalam hal ini setiap tahun

tanam kelapa sawit berbeda potensi produksi TBS nya.

2) Penyusunan Anggaran Produksi

Anggaran produksi disusun berdasarkan informasi yang diperoleh dari kebun.

Informasi tersebut berupa luas areal yang ditanam pada tahun anggaran, produksi

pada tahun lalu dan prakiraan produksi tahun berjalan. Kemudian dihubungkan

dengan keadaan-keadaan yang mempengaruhi produktifitas seperti curah hujan,

cuaca dan sebagainya.

Untuk menghitung jumlah produksi dalam satu tahun anggaran digunakan data

jumlah areal yang akan berproduksi (areal TM), ketersediaan tenaga kerja di

lapangan maupun di pabrik, kondisi tanaman, topografi lahan dan tahun tanam

tanaman kelapa sawit serta ketersediaan bahan dan perlengkapan yang diperlukan.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
83

Produksi yang dianggarkan yaitu produksi TBS (sebagai bahan baku) untuk

menghasilkan minyak sawit kasar (CPO) dan inti sawit.

a) Anggaran produksi kelapa sawit (TBS)

Dihubungkan dengan data sebagai berikut:

- kartu produksi per tahun tanam pada jenis tanaman

- inventarisasi pokok

- skala produktivitas berdasarkan umur tanaman

- situasi dan kondisi tanaman di lapangan

- distribusi produksi per bulan

- realisasi produksi pada pertengahan tahun penyusunan

anggaran

- realisasi produksi per blok selama 5 tahun

- realisasi tandan per pokok pertengahan tahun pertama.

Dengan bantuan data tersebut, dari areal TM seluas 48.249,15 Ha diperhitungkan

anggaran produksi TBS. Untuk mengetahui potensi produksi TBS menurut umur

TM, terlebih dahulu luas areal TM diklasifikasikan sebagai berikut:

- umur tanaman yaitu tanaman renta yang berumur lebih dari

25 tahun, tanaman tua yang berumur 21 sampai dengan 24

tahun, tanaman dewasa yang berumur 14 sampai dengan 20

tahun, tanaman remaja yang berumur 9 sampai dengan 13

tahun dan tanaman muda yang berumur 4 sampai dengan 8

tahun

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
84

- jumlah tandan dan berat tandan sesuai klasifikasi umur

tanaman tersebut.

Anggaran produksi berdasarkan klasifikasi umur tanaman tahun 2004 adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.3 : Anggaran produksi berdasarkan klasifikasi umur tanaman tahun

20XX

KLASIFIKASI LUAS JUMLAH BERAT RENCANA


PER
UMUR TANAMAN AREAL TANDAN TANDAN (kg) PRODUKSI TBS

4 - 8 tahun Tanaman muda 21.584 9.391.547 11,77 119.909.000

9 -13 tahun Tanaman remaja 8.796 7.880.465 22,05 173.734.000

14-20 tahun Tanaman Dewasa 8.049 6.148.339 26,62 163.887.000

21-24 tahun Tanaman Tua 4.613 2.927.958 26,57 77.802.000

> 25 tahun Tanaman Renta 5.207 3.070.852 25,88 79.476.000

JUMLAH 48.249 29.419.161 20,90 614.808.000

Anggaran produksi TBS tahun 20XX merupakan seluruh produksi kebun kelapa

sawit dihimpun menjadi anggaran produksi perusahaan. Diperhitungkan jumlah

tandan 29.419.161 dengan berat per tandan per kg rata-rata 20,90 kg maka

jumlah produksi TBS tahun 20XX adalah 614.808.000 kg atau 29.419.161 x

20,90

b) Anggaran produksi minyak sawit kasar (CPO) dan inti sawit

Jumlah produksi CPO dan inti sawit sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan

TBS yang diproduksi/dipanen dari tanaman kelapa sawit, sistem panen, disiplin

dan keterampilan pemanen dan jenis varietas tanaman kelapa sawit.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
85

Tingkat kematangan buah (TBS) mempunyai standar tertentu. Setiap TBS yang

akan diolah di pabrik, terlebih dahulu disortir/dipilih dan memisahkan TBS

sesuai dengan standar kematangan yang disebut fraksi yaitu:

a) fraksi 00 (F-00) adalah buah sawit (TBS) yang sangat mentah

dan tidak mengandung minyak sawit. TBS dari fraksi ini tidak

boleh dipanen atau produksinya harus nol

b) fraksi 0 (F-0) adalah buah sawit (TBS) dengan kondisi

mentah, minyak sawitnya sedikit. TBS dengan fraksi 0 hanya

sedikit mengandung minyak sawit, bila dipanen tidak melebihi

5%

c) fraksi 1 (F-1) adalah TBS dengan kondisi kurang matang dan

minyak sawit yang terdapat dalam TBS masih lebih banyak

dari F-0, buah yang brondol 12,5 sampai dengan 25%

d) fraksi 2 (F-2) adalah TBS dengan kondisi matang dan minyak

sawit yang terdapat dalam TBS cukup banyak, TBS yang

dipanen harus mencapai 90% dan buah yang brondol 25-50%

e) fraksi 3 (F-3) adalah TBS dengan kondisi lebih matang dari F-

2 dan buah sawit yang brondol mencapai 50-75%. Minyak

sawit dalam TBS cukup banyak, TBS yang dipanen lebih kecil

dari 3%

f) fraksi 4 (F-4) adalah TBS dengan kondisi yang brondol 75-

100%. Minyak sawit yang terdapat pada TBS cukup banyak

tetapi mutunya lebih rendah.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
86

Dalam menghitung jumlah anggaran produksi TBS dan produksi minyak sawit

kasar (CPO) serta inti sawit harus memperhatikan fraksi TBS yang dipanen dan

brondolan serta tahun tanam dengan berpedoman pada mutu TBS yang dipanen

pada tahun lalu.

Setiap buah sawit (TBS) yang dipanen mengandung minyak sawit kasar (CPO)

dan inti sawit. Banyak sedikitnya jumlah kandungan CPO dan inti sawit diukur

dengan besaran/rendemen. Jenis/varietas tanaman kelapa sawit juga sangat

menentukan jumlah minyak sawit dan inti sawit yang terdapat dalam buah sawit

(rendemen minyak dan inti sawit.

Jenis/varietas tanaman kelapa sawit adalah:

a) Dura adalah jenis/varietas tanaman kelapa sawit yang

kandungan inti sawit dan cangkang lebih tebal dari daging

buah yang mengandung minyak sawit

b) Pisifera adalah jenis/varietas tanaman kelapa sawit yang

pembentuk cangkangnya lebih kecil atau kandungan inti sawit

dalam buah sawit lebih sedikit dan daging buah yang

menghasilkan minyak sawit lebih besar/lebih banyak

c) Tenera adalah jenis/varietas tanaman kelapa sawit yang

merupakan hasil silang/hibrida dari Dura dan Pisifera (d x p).

Dari jenis ini mengandung cangkang yang tipis dan

ditutupi/dikulitnya dengan daging buah yang mengandung

minyak sawit lebih banyak dari Dura.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
87

Rendemen minyak sawit dan inti sawit merupakan ukuran jumlah minyak dan

inti sawit yang terkandung dalam buah kelapa sawit (TBS). Besaran rendemen

yang ditetapkan untuk menghitung jumlah anggaran produksi minyak dan inti

sawit dengan memperhatikan realisasi rendemen pada tahun lalu dan anggaran

produksi TBS berdasarkan tahun tanam periode tahun yang akan datang.

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa menetapkan besarnya

rendemen minyak dan inti sawit sesuai dengan tahun tanam kelapa sawit. Dari

anggaran produksi TBS 542.036.000 kg diperhitungkan anggaran jumlah produksi

minyak sawit dan inti sawit sebagai berikut:

Tabel 4.4 : Rencana Produksi TBS, Rencana Produksi & Rendemen Minyak

Sawit dan Inti sawit

KLASIFIKASI RENCANA RENCANA PRODUKSI MINYAK DAN INTI SAWIT


TAHUN PRODUKSI RENDEMEN (%) PRODUKSI (kg)
TANAM TBS MINYAK INTI MINYAK INTI
(kg) SAWIT SAWIT SAWIT SAWIT
Tanaman Muda 119.909.000 15,83 3,16 18.981.595 3.789.124
Tanaman Remaja 173.734.000 21,94 4,52 38.117.940 7.852.777
Tanaman Dewasa 163.887.000 22,5 4,65 36.874.575 7.620.746
Tanaman Tua 77.802.000 22,5 4,65 17.505.450 3.617.793
Tanaman Renta 79.476.000 22,5 4,65 17.882.100 3.695.634
Jumlah 614.808.000 129.361.660 26.576.074

Anggaran produksi TBS sebanyak 614.808.000 kg akan menghasilkan

produksi minyak sawit sebesar 129.361.660 kg dan inti sawit sebanyak 26.576.074

kg dengan perhitungan yang menggunakan formula jumlah TBS dikali rendemen

minyak sawit/rendemen inti sawit.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
88

Berdasarkan anggaran produksi minyak dan inti sawit dapat dihitung anggaran

pendapatan perusahaan dari minyak dan inti sawit dengan mengalikan jumlah

minyak dan inti sawit dengan anggaran harga jual masing-masing.

3) Anggaran Biaya Produksi

Kebun-kebun menyusun taksiran produksi dan rencana kerja yang mencakup

kegitan-kegiatan utama yaitu kegiatan tanaman dan kegiatan pengolahan.

a) Kegiatan bidang Tanaman, meliputi:

- Pemeliharaan tanaman menghasilkan

Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan adalah menjaga agar

tanaman menghasilkan tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah sawit

dalam jumlah dan mutu yang dapat memberi keuntungan bagi

perusahaan. Kegiatan itu meliputi pemeliharaan jalan dan saluran air,

penyisipan, penyiangan, pemberantasan lalang, hama/penyakit,

pemupukan.

- Panen dan pengumpulan

Dengan buah sawit cukup matang dalam tandan yang dihasilkan oleh

tanaman menghasilkan dipotong atau dipanen dan

mengutip/mengumpulkan brondolan kemudian mengangkut tandan buah

segar (TBS) beserta brondolannya ke tempat penerima hasil (TPH)

- Pengangkutan ke pabrik

Seluruh TBS yang berada di TPH diangkut ke pabrik pengolahan dengan

menggunakan kendaraan truck dan pengangkutan lainnya.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
89

- Umum

Kegiatan umum merupakan kegiatan administrasi di kantor kebun

b) Kagiatan Pengolahan atau Pabrikasi

Hasil produksi tanaman yang telah dipanen yang berupa TBS (bahan baku)

kemudian diolah di pabrik untuk menghasilkan minyak sawit dan inti sawit.

Minyak sawit dan inti sawit yang dihasilkan, melalui proses pengolahan

yang sama sehingga biaya pengolahannya disamakan ditambah dengan

biaya yang terjadi dalam kegiatan pengolahan seperti upah buruh, bahan

penolong dan biaya tidak langsung lainnya. Sehingga dapat diketahui

jumlah biaya yang dibebankan pada pengolahan dan jumlah unit yang

dihasilkan termasuk menghitung biaya produksi per kilogram.

Berdasarkan taksiran produksi yang akan diperoleh dalam periode yang akan

datang dapat dihitung berapa jumlah tenaga kerja, jumlah dan jenis barang-barang

serta dana/biaya yang akan diperlukan berhubungan dengan rencana perolehan

jumlah produksi yang diharapkan

Biaya Tenaga Kerja

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa mengelompokkan

karyawan berdasarkan status yaitu karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana.

Karyawan pimpinan dibagi berdasarkan jabatan sebagai Kapala Bagian, Kepala

Urusan Administratur, Asisten Kepala, Asisten Lapangan, Manajer Pabrik, Kepala

Tata Usaha, Asisten Adiminstrasi, Kepala Distrik, Asisten Distrik. Penggolongan

karyawan terdiri dari:

a. karyawan pimpinan, dari golongan IIIA sampai dengan IVD

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
90

b. karyawan pelaksana, dari golongan IA sampai dengan IID

Penggajian karyawan dihitung berdasarkan status/jabatan dan golongan gaji

karyawan meliputi gaji pokok sesuai golongan tunjangan dan kesejahteraan

karyawan seperti sewa rumah bagi karyawan yang tidak disediakan rumah oleh

perusahaan, tunjangan jabatan, tunjangan kesehatan dan lain-lain. Selain dari gaji

seperti tersebut di atas juga diberikan insentif berupa premi atau lembur.

Biaya tenaga kerja khusus bagi karyawan yang bekerja pada bidang yang

berhubungan dengan biaya produksi meliputi kegiatan tanaman, pengolahan dan

kegiatan umum seperti tersebut di atas.

Biaya bahan baku dan pelengkap

Dalam melakukan kegiatan bidang tanaman, bidang pengolahan dan bidang

umum yang dilaksanakan oleh karyawan, diperlukan bahan baku dan pelengkap

seperti di bidang tanaman antara lain alat panen (egrek, dodos, kapak); pupuk (Urea,

Mop, Kiesrit, ZA); bahan pemberantasan hama dan penyakit seperti bahan pestisida,

fungisida; di laboratorium PKS untuk analisis mutu produksi seperti timbangan,

oven, desicator, corong gelas; alat kantor seperti kertas, pulpen, map dan lain-lain.

Direksi memberikan pedoman harga seluruh bahan baku dan pelengkap untuk

menetapkan anggaran biaya bahan baku dan polengkap yang digunakan dalam proses

produksi untuk menghasilkan barang jadi yang siap untuk dijual.

Kebun dan unit kerja lain menetapkan jumlah fisik bahan baku dan pelengkap

yang digunakan dengan mengalikan jumlah fisik dengan harga per unit diperoleh

jumlah biaya bahan baku dan pelengkap yang dipakai dalam proses produksi.

Biaya karyawan, biaya bahan baku dan pelengkap tidak langsung.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
91

Perusahaan menggunakan istilah biaya tidak langsung adalah sebagai biaya

umum yaitu seluruh biaya karyawan dan biaya bahan yang digunakan dalam kegiatan

administrasi (kegiatan kantor).

Jumlah biaya karyawan dan biaya bahan yang digunakan tersebut tidak

seluruhnya dialokasikan ke biaya produksi. Untuk mendapatkan anggaran biaya

umum yang dialokasikan ke biaya produksi dihitung secara proporsional menurut

luas areal tanaman menghasilkan (TM) dan areal tanaman belum menghasilkan

(TBM) seperti contoh pada halaman 74..

5. Pengawasan Anggaran Biaya Produksi Kelapa Sawit

Anggaran digunakan oleh manajemen perusahaan sebagai pedoman dalam

melaksanakan rencana kerja selama periode tertentu. Dalam anggaran digambarkan

rencana pekerjaan apa yang akan dilakukan oleh setiap unit kerja, kapan dan dimana

pekerjaan itu dilakukan selama setahun. Rencana pekerjaan itu dirinci mengenai fisik

maupun biayanya. Pekerjaan yang akan dilakukan sehubungan dengan menghasilkan

(pemeliharaan jalan, jembatan, saluran air, penyisipan, penyiangan, pemberantasan

lalang, pemberantasan hama dan penyakit, pemupukan dan lain-lain); panen dan

pengumpulan; pengangkutan ke pabrik; kegiatan umum dan pengolahan.

Kegiatan-kegiatan atau pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh setiap

tingkatan manajemen diarahkan atau berpedoman pada anggaran. Hal ini dilakukan

agar tujuan perusahaan (laba) dalam tahun berjalan dapat dicapai.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
92

Anggaran digunakan sebagai alat pengukur atas pelaksanaan kerja yaitu

sampai seberapa jauh kemajuan pekerjaan dari masing-masing unit kerja afdeling

maupun kebun.

Dengan anggaran, manajemen dapat menelaah kembali rencana-rencana

semula (pada setiap tingkat manajemen) dengan melakukan perbandingan antara

hasil-hasil sebenarnya (realisasi) yang diperoleh dengan yang dianggarkan. Melihat

penyimpangan realisasi dengan anggaran biaya produksi, manajemen dapat

menentukan sebab-sebab atau alasan mengapa terjadi penyimpangan-penyimpangan

(variance). Dengan wewenang, direksi dapat mengambil tindakan perbaikan terhadap

penyimpangan yang merugikan.

Setiap pelaksanaan kerja yang dilakukan oleh setiap tingkat manajemen di

lapangan (afdeling dan kebun) yang berpedoman pada anggaran dibuat laporan

bulanan, triwulan dan tahunan yang disebut dengan laporan manajemen. Laporan ini

dibuat oleh tiap-tiap kebun kelapa sawit untuk memperlihatkan jumlah produksi dan

biaya yang dikeluarkan selama bulan tertentu dan sampai bulan tertentu

dibandingkan dengan angka-angka anggaran.

Produksi dan biaya produksi per unit diperlihatkan dalam bentuk kilogram

per Ha, biaya per kilogram dan biaya keseluruhan. Untuk pengawasan biaya

produksi, laporan manajemen disajikan secara rinci masing-masing unsur biaya

produksi baik realisasi maupun anggaran secara total maupun per unit.

Produksi dan biaya produksi kelapa sawit tahun 20xx dapat dilihat pada
halaman 93

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
93

Tabel 4.5 : Produksi dan Biaya Produksi Kelapa Sawit


PRODUKSI (TON) JUMLAH TON JUMLAH KG/HA
REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN
Kebun Sendiri + Inti
Tandan Buah Segar (TBS) 595.830 614.808 12,98 13,76
Minyak Sawit (M) 125.460 136.406 2,73 3,06
Inti Sawit (I) 25.672 29.004 0,56 0,65
Jumlah M + I 151.132 165.410 3,29 3,71
BIAYA PRODUKSI JUMLAH BIAYA (Rp. JUTA) HARGA POKOK PER KG
Biaya Tanaman REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN
Gaji, Tunjangan, Bisos Staff 4.647 6.452 30,75 39,01
Pemeliharaan TM 42.711 54.734 282,61 330,90
Pupuk 16.727 40.326 110,68 243,79
Panen dan Pengumpulan 52.093 52.198 344,69 315,57
Pengangkutan ke pabrik 30.248 28.399 200,14 171,69
Biaya Umum 62.211 67.395 411,63 407,44
Jumlah Biaya Tanaman 208.637 249.504 1.380,50 1.508,40
Biaya Pengolahan 53.685 45.738 355,22 276,51
Biaya Penyusutan 27.552 23.987 182,30 145,02
Jumlah Biaya Produksi 289.874 319.229 1.918,02 1.929,93

Secara total produksi TBS yang dianggarkan sejumlah 614.308 ton ternyata

yang dapat direalisasi sejumlah 595.830 ton. Hal ini berarti jumlah produksi yang

tidak dapat direalisasikan adalah sejumlah 18.478 ton (614.308 ton – 595.830 ton)

atau sebesar 3,01 % di bawah anggaran. Produksi minyak sawit dan inti sawit

dianggarkan sejumlah 165.410 ton dan dapat direalisasikan sejumlah 151.132 ton.

Hal ini berarti jumlah minyak + inti yang tidak dapat direalisasikan adalah sejumlah

14.278 ton ( 165.410 ton – 151.132 ton) atau sebesar 8,63 % di bawah anggaran.

Biaya yang dikeluarkan untuk perolehan produksi di atas dianggarkan

sejumlah Rp. 319.229 juta dan realisasinya sejumlah Rp 289.874 juta hal ini

menunjukkan bahwa realisasi biaya masih di bawah anggaran sejumlah Rp. 29.355

juta (Rp. 319.229.000 – Rp. 289.874.000) atau 9,2 %.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
94

Berdasarkan perbedaan jumlah yang dianggarkan dengan realisasinya baik

produksi maupun biaya untuk memperoleh produksi tersebut, manajemen dapat

menentukan sebab-sebab atau alasan-alasan mengapa terjadi penyimpangan

(variance) dan berdasarkan itu dapat diambil tindakan sesuai dengan wewenang

yang ada padanya untuk mengadakan perbaikan terhadap keadaan yang merugikan

perusahaan.

Laporan produksi dan biaya produksi di atas mencerminkan sampai sejauh

mana semua pedoman-pedoman dalam anggaran yang diberikan dapat diwujudkan.

Dengan demikian anggaran produksi dan biaya produksi digunakan sebagai tolak

ukur dan sebagai pengawasan sampai sejauh mana pekerjaan-pekerjaan maupun hasil

produksi dapat dicapai.

Dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan alat

pengendalian/pengawasan (controlling). Pengawasan berarti melakukan evaluasi

(menilai) atas pelaksanaan pekerjaaan dengan cara:

- membandingkan realisasi dengan anggaran (rencana)

- melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (jika

ada penyimpangan yang merugikan)

Membandingkan antara hasil-hasil yang benar-benar dicapai dengan yang

direncanakan (anggaran), pimpinan dengan mudah mengetahui penyimpangan-

penyimpangan yang merugikan dan perlu diselidiki dengan melakukan analisis-

analisis.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
95

6. Manfaat Pengawasan Biaya Produksi Terhadap Perusahaan

Anggaran digunakan oleh manajemen sebagai pedoman pelaksanaan rencana

kerja selama tahun berjalan juga sebagai tolak ukur kemampuan manajemen dalam

pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Dengan melakukan pengawasan pelaksanaan rencana kerja tahun berjalan

dapat diketahui sampai sejauh mana tujuan perusahaan dapat dicapai.

Membandingkan anggaran dengan realisasi pekerjaan pada setiap unit kerja

dapat diketahui berapa besar (significant) penyimpangan/perbedaan yang terjadi;

apakah penyimpangan yang merugikan dan perlu diadakan tindakan-tindakan

perbaikan.

Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi antara rencana-rencana kerja

(anggaran) dengan realisasi kerja di masing-masing unit kerja/afdeling dan kebun,

oleh manajemen dilakukan penganalisaan sehingga dapat diketahui dimana

terjadinya penyimpangan dan siapa yang bertanggung jawab atas penyimpangan itu

baik mengenai fisik maupun pembiayaan.

Penyimpangan-penyimpangan yang perlu dilakukan tindakan perbaikan

adalah penyimpangan-penyimpangan finansial yang cukup material (significant)

yang merugikan perusahaan. Penyimpangan-penyimpangan finansial yang jumlahnya

maksimal 5% dianggap tidak cukup material (tidak significant) mempengaruhi rugi-

laba.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
96

7. Analisis Penyimpangan

Menganalisis penyimpangan yang hasilnya akan digunakan untuk

menentukan tindakan harus diteliti dengan cermat. Yang perlu dianalisis hanyalah

penyimpangan-penyimpangan yang dianggap berarti (significant). Suatu

penyimpangan yang dianggap berarti dan penting sehingga memerlukan

penganalisisan bila nilai uangnya besar. Misalnya penyimpangan-penyimpangan itu

sebesar 20% - 30% dari biaya, tidak berarti sama sekali bila nilainya hanya puluhan

ribu atau ratusan ribu rupiah saja. Bila penyimpangannya hanya 5%- 10% tetapi

nilainya mencapai puluhan atau ratusan juta rupiah ke atas, keadaan ini perlu untuk

diteliti/dianalisis.

Penyimpangan-penyimpangan itu bisa timbul dari jumlah produksi dan

jumlah biayanya. Bila jumlahnya cukkup significant, maka perlu diteliti/dianalisis

pada unsur-unsur biayanya. Misalnya biaya pemupukan dianggarkan sejumlah Rp.

40.326 juta. realisasinya sejumlah Rp. 23.599 juta atau sebesar 58,52 %. Apakah

keadaan ini disebabkan tidak/kurang dilaksanakan pemupukan karena kekurangan

pupuk (fisik) atau harga pupuk yang turun drastis. Kondisi ini dapat diminta

pertanggungjawaban Administratur atau Asisten Afdeling untuk pelaksanaan

pemupukan di lapangan, bagian tanaman bertanggung jawab dalam pengaturan

pengiriman dan penjadwalan pemupukan, bagian pengadaan bertanggung jawab

dalam pembelian/pengadaan pupuk. Pengadaan pupuk diluar penguasaan

Administratur dan Asisten Afdeling.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
97

Dengan penganalisisan ini dapat diketahui dimana dan siapa penyebab

timbulnya penyimpangan.bila diantara penyimpangan-penyimpangan itu diketahui

ada yang cukup besar (significant) diperoleh suatu dasar untuk mengambil tindakan

korektif oleh pimpinan sesuai dengan wewenangnya.

Tujuan mengambil tindakan korektif adalah agar dapat diwujudkan rencana-

rencana semula. Bila sebab-sebab timbulnya penyimpangan-penyimpangan itu di

luar kekuasaan dari orang yang melakukan pekerjaan atau menjabat sesuatu fungsi,

masalah itu diserahkan pada pimpinan yang lebih tinggi kedudukannya yaitu Asisten

Afdeling ke Administratur dan Administratur kepada Direksi.

Dari data produksi dan biaya produksi pada halaman 96 dapat dilihat

penyimpangan (variance) realisasi dan anggaran produksi minyak dan inti sawit

adalah sejumlah 14.278 ton atau 8,63 % lebih rendah realisasi produksi sejumlah

151.132 ton dari anggaran sejumlah 165.410 ton dan penyimpangan (variance) biaya

produksi adalah sejumlah Rp. 29.355 juta di bawah anggaran, realisasi biaya

sejumlah Rp. 289.874 juta dan anggaran sejumlah Rp. 319.229.juta. Penyimpangan-

penyimpangan tersebut cukup significant dan perlu dilakukan analisis lebih lanjut.

Analisis penyimpangan (variance) dilakukan sebagai berikut:


1) Perbedaan produksi

a. perbedaan produksi minyak sawit

= (kuantitas aktual-kuantitas standar) x harga standar


= 125.460 ton – 136.406 ton) x Rp. 1.929.93
= Rp. 21.125.013,78 (favorable karena kuantitas aktual lebih kecil dari
kuantitas standar)

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
98

b. perbedaan produksi inti sawit

= (kuantitas aktual-kuantitas standar) x harga standar


= (25.672 ton – 29.004 ton) x Rp. 1.929,93
= Rp. 6.430.526,76 (favorable karena kuantitas aktual lebih kecil dari
kuantitas standar)
Sehingga:
Perbedaan produksi minyak sawit=Rp. 21.125.013,78 (favorable)
Perbedaan produksi inti sawit = Rp. 6.430.526,76 (favorable) +
Total perbedaan produksi = Rp. 27.555.540,54 (favorable)
2) Perbedaan Biaya Produksi

a.Perbedaan Biaya Tanaman

- perbedaan biaya gaji, tunjangan, biaya sosial staff

= (harga aktual – harga standar) x kuantitas aktual


= (Rp. 30,75 – Rp. 39,01) x 151.132 ton
= Rp. 1.248.350,32 (favorable karena harga aktual lebih kecil dari harga
standar)

- perbedaan biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan

= (harga aktual – harga standar) x kuantitas aktual


= (Rp. 282,61 – Rp. 330,90) x 151.132 ton
= Rp. 7.298.164,28 (favorable karena harga aktual lebih kecil dari harga
standar)

- perbedaan biaya pupuk

= (harga aktual – harga standar) x kuantitas aktual


= (Rp. 110,68 – Rp. 243,79) x 151.132 ton
= Rp. 20.117.180,52 (favorable karena harga aktual lebih kecil dari
harga standar)

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
99

- perbedaan biaya panen dan pegumpulan

= (harga aktual – harga standar) x kuantitas aktual


= (Rp. 344,69 – Rp. 315,57) x 151.132 ton
= Rp. 4.400.963,84 (unfavorable karena harga aktual lebih besar dari
harga standar)
- perbedaan biaya pengangkutan ke pabrik

= (harga aktual – harga standar) x kuantitas aktual


= (Rp. 200,14 – Rp. 171,69) x 151.132 ton
= Rp. 4.299.705,4 (unfavorable karena harga aktual lebih besar dari
harga standar)
- perbedaan biaya umum

= (harga aktual – harga standar) x kuantitas aktual


= (Rp. 411,63 – Rp. 407,44) x 151.132 ton
= Rp. 633.243 (unfavorable karena harga aktual lebih besar dari harga
standar)
Sehingga
Perbedaan biaya gaji, tunjangan = Rp. 1.248.350,32 (favorable)

Perbedaan biaya pemel. TM = 7.298.164,28 (favorable)

Perbedaan biaya pupuk = 20.117.180,52 (favorable)

Perbedaan biaya panen & pengumpulan = 4.400.963,84 (unfavorable)

Perbedaan biaya pengangkutan ke pabrik= 4.299.705,4 (unfavorable)

Perbedaan biaya umum = 633.243 (unfavorable)

Total perbedaan biaya tanaman = Rp.19.329.782,88 (favorable)

b. Biaya Pengolahan

Perbedaan biaya pengolahan


= (harga aktual – harga standar) x kuantitas aktual
= (Rp. 355,22 – Rp. 276,51) x 151.132 ton
= Rp. 11.895.599,72 (unfavorable karena harga aktual lebih besar dari harga
standar

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
100

c. Biaya Penyusutan

Perbedaan biaya penyusutan


= (harga aktual – harga standar) x kuantitas aktual
= Rp. 182,30 – Rp. 145,02) x 151.132 ton
= Rp. 5.634.201 (unfavorable karena harga aktual lebih besar dari harga
standar)
Berdasarkan perbedaan produksi dan perbedaan biaya produksi,
maka:
Perbedaan produksi (favorable) = Rp.27.555.540
Perbedaan biaya produksi:
Perbedaan biaya tanaman (favorable) = Rp.19.329.782,88
Perbedaan biaya pengolahan (unfavorable)= Rp.11.895.599,72
Perbedaan biaya penyusutan (unfavorable)= Rp. 5.634.200,96
Perbedaan biaya produksi (favorable) = Rp.1.799.982
Total Perbedaan (favorable) = Rp.29.355.522

B. Analisis Hasil Penelitian


a. Analisis Biaya Produksi Kelapa Sawit

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa membuat laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan rencana kerja khusus di areal tanaman

menghasilkan sehubungan dengan produksi dan biaya produksi kelapa sawit yang

memperlihatkan jumlah produksi dan biaya produksi yang dikeluarkan selama suatu

periode dibandingkan dengan angka-angka anggaran. Laporan tersebut menyajikan

jumlah produksi kelapa sawit (TBS, Minyak Sawit dan Inti Sawit) secara total dan

jumlah kg per Ha. Biaya produksi disajikan secara total dan biaya produksi per kg

minyak sawit dan inti sawit untuk masing-masing unsur biaya produksi yaitu:

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
101

- biaya tanaman terdiri dari gaji dan biaya sosial staff,

biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan, biaya

panen dan pengumpulan, pengangkutan ke pabrik dan

biaya umum,

- biaya pengolahan,

- biaya penyusutan.

Selain dari laporan produksi dan biaya produksi seperti tersebut di atas

perusahaan juga membuat laporan secara rinci baik produksi maupun biaya produksi.

Biaya produksi diikhtisarkan menurut rekening pengawasan biaya untuk biaya-biaya

yang dikeluarkan selama periode tertentu. Biaya perkilogram diperlihatkan untuk

setiap rekening pengawasan biaya dengan memperbandingkan angka-angka anggaran

yang menunjukkan adanya perbedaan/penyimpangan.

Dalam laporan biaya produksi seperti tersebut di atas tidak memperlihatkan

unsur-unsur biaya produksi (bahan, upah langsung dan bahan, upah tidak langsung).

Unsur-unsur biaya diuraikan secara rinci pada lampiran-lampiran pendukung laporan

biaya produksi

Laporan biaya produksi demikian sudah memadai memberikan informasi

pada manajemen sebagai dasar pengambilan kebijakan terhadap pekerjaan-pekerjaan

apa saja yang perlu tindakan perbaikan agar sasaran dapat dicapai.

Untuk kepentingan pengawasan biaya produksi, sistem pelaporan demikian

belum sepenuhnya dapat digunakan untuk menganalisis penyimpangan biaya

penggunaan bahan dan penggunaan tenaga kerja. Untuk menganalisis pemakaian

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
102

unsur-unsur biaya bahan dan tenaga kerja dalam setiap jenis pekerjaan, harus

mengutip angka yang ditampilkan dalam lampiran pendukung laporan biaya

produksi. Bila cara ini dilakukan memerlukan waktu yang lebih lama dan tidak

efisien.

Analisis biaya produksi yang dilakukan perusahaan adalah terhadap

penyimpangan yang terjadi antara realisasi jumlah biaya yang dikeluarkan untuk

menghasilkan/mendapatkan produksi dengan angka anggaran. Dari penyimpangan

realisasi dan anggaran tersebut dianalisis apa penyebab perbedaan (yang significant)

apakah produksi dan atau biaya produksi.Yang diperhitungkan sebagai bahan adalah

produksi minyak sawit dan inti sawit dan biayanya dihitung berdasarkan harga pokok

perkilogram minyak sawit dan inti sawit yaitu jumlah biaya produksi yang dibagi

dengan jumlah produksi minyak sawit dan inti sawit.

Produksi utama (hasil jadi) perusahaan adalah minyak sawit dan inti sawit.

Harga pokok produksi per kilogram diperhitungkan sama (harga pokok produksi per

kilogram rata-rata) yaitu membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk

menghasilkan minyak sawit dan inti sawit. Berdasarkan data di atas bahwa jumlah

biaya produksi adalah realisasi sejumlah Rp. 289.874.000 dan anggaran adalah

sejumlah Rp.319.229.000 sedangkan jumlah produksi minyak dan inti sawit adalah

realisasi 151.132 ton dan anggaran sejumlah 165.410 ton. Harga pokok produksi per

kilogram adalah realisasi Rp.289.874.000 : 151.132 ton adalah Rp. 1.918,07 dan

anggaran Rp. 319.229.000 : 165.410 ton = Rp. 1.929.93. Oleh perusahaan harga

pokok produksi ini digunakan sebagai komponen biaya dalam perhitungan laba-rugi.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
103

Perhitungan laba-rugi dalam hal ini oleh perusahaan adalah perhitungan laba-rugi

kelapa sawit, tidak ada perhitungan laba-rugi masing-masing minyak sawit dan inti

sawit.

Perhitungan harga pokok produksi kelapa sawit tersebut di atas tidak cukup

realistis karena harga pokok produksi minyak sawit dan inti sawit tidak dipisahkan

sehingga harga pokok produksi per kilogramnya diperhitungkan sama. Dalam proses

produksi/pengolahan TBS mendapatkan minyak sawit dan inti sawit berbeda dengan

untuk mendapatkan minyak sawit berbeda dengan untuk mendapatkan inti sawit.

Dengan demikian pengeluaran biaya untuk mendapatkan kedua jenis produksi

tersebut dapat diperkirakan akan berbeda.

b. Analisis Pengawasan Biaya Produksi Kelapa Sawit

Pengawasan biaya produksi dilakukan dengan berdasarkan pedoman yang

telah ditetapkan juga berdasarkan anggaran yang telah disahkan. Perusahaan

membandingkan antara anggaran tersebut dengan realisasi biaya pada tahun tertentu.

Melalui perbandingan tersebut dapat diketahui ada tidaknya penyimpangan.

Penyimpangan dapat berupa penyimpangan yang menguntungkan (favorable)

karena realisasi biaya di bawah anggaran dan ada juga penyimpangan yang

merugikan (unfavorable) karena realisasi biaya di atas anggaran. Perusahaan harus

mampu menganalisis penyimpangan tersebut sehingga dapat diketahui penyebab

terjadinya.

Perusahaan mengadakan pengawasan biaya produksi mulai dari proses

pengelolaan budidaya tanaman kelapa sawit di kebun sampai dengan pengolahan

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
104

kelapa sawit di pabrik. Perusahaan telah menetapkan bahwa Administratur yang

bertanggung jawab penuh terhadap pengawasan biaya produksi di kebun dan pabrik

supaya biaya yang dikeluarkan tidak melebihi anggaran yang telah ditetapkan.

Berikut ini digambarkan informasi mengenai perbandingan antara anggaran

dan relisasi biaya produksi:

Tabel 4.6 : Perbandingan antara Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi

Kelapa Sawit Tahun 20XX

BIAYA REALISASI RKAP S E L I S I H


PRODUKSI (Rp.Juta) (Rp. Juta) (Rp. Juta) F/UF %
Biaya Tanaman 208.637 249.504 40.867 F 16,38
Biaya Pengolahan 53.685 45.738 (7.947) UF 17,37
Biaya Penyusutan 27.552 23.987 (3.565) UF 14,86
Total 289.874 319.229 29.355 F 9,2
Jumlah Produksi (kg) 151.132 165.410 14.278 F 8,63

KETERANGAN : F : Favorable (Menguntungkan)


UF : Unfavorable (Tidak menguntungkan)
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa ada penyimpangan pada

biaya produksi yaitu sebesar Rp. 29.355.000 atau 9,2 %. Penyimpangan ini

merupakan penyimpangan yang menguntungkan (favorable) karena di bawah

anggaran. Target produksi tidak tercapai sesuai anggaran yang mana berdasarkan

anggaran, produksi adalah sebesar 165.410 ton dan kenyataannya produksi sebesar

151.132 ton. Produksi di bawah anggaran disebabkan karena

a. jumlah tandan per pokok pada areal tanaman muda dan

tanaman tua rendah

b. kehilangan produksi akibat pencurian

c. penggarapan liar dan claim masyarakat atas HGU sehingga

TBS tidak dapat dipanen

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
105

d. pemupukan pada tahun sebelumnya tidak dilaksanakan

sebagaimana mestinya.

Tindakan perbaikan
a. meningkatkan pengamanan dengan melibatkan aparat dan

efektifitas pengamanan internal perusahaan

b. meningkatkan pengawasan pelaksanaan panen (TBS) sampai

ke pabrik dengan melibatkan semua pimpinan pada masing-

masing tingkat pertanggungjawaban,

c. pengadaan dan pelaksanaan pemupukan tepat waktu.

d. memberikan penyuluhan kepada tenaga kerja megenai

kuantitas pemakaian pupuk yang sesuai dengan rekomendasi

e. memperbaiki sarana dan prasarana

f. meningkatkan pengawasan pengelolaan tanaman,

pengawasan panen (dari mulai pelaksanaan panen sampai ke

pabrik) dan pengawasan pengolahan di pabrik

Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi di masa yang

akan datang

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
106

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari pembahasan diatas yang dikaitkan dengan pengawasan biaya produksi

kelapa sawit, penulis mencoba menarik kesimpulan dan memberikan saran dengan

membandingkan antara teori dengan praktek yang telah dilaksanakan di perusahaan

yakni:

A) Kesimpulan

1. Penyajian laporan biaya produksi dengan membandingkan angka realisasi

dengan angka anggaran memberikan informasi yang memadai bagi manajemen

sebagai dasar pengambilan keputusan.

2. Unsur-unsur biaya poduksi pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

Tanjung Morawa yang terdiri dari biaya langsung (biaya tanaman, biaya

pengolahan) dan biaya tidak langsung (biaya umum dan biaya penyusutan).

3. Perusahaan tidak merinci harga pokok produksi untuk setiap jenis produk

(minyak sawit dan inti sawit) yang dihasilkan padahal kuantitas dan harga

jualnya berlainan

4. Setiap tahunnya perusahaan menyusun anggaran dengan melibatkan setiap

bagian/unit kerja karena perusahaan menerapkan pola top down dan bottom up.

5. Anggaran produksi dan biaya produksi digunakan sebagai tolak ukur dan

sebagai pengawasan sampai sejauh mana pekerjaan-pekerjaan maupun hasil

produksi dapat dicapai.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
107

6. Analisis perbedaan/penyimpangan dilakukan terhadap selisih anggaran dan

realisasi yang nilai uangnya besar (significant) dan merugikan perusahaan

sehingga perlu diambil tindakan korektif.

B. Saran

1. Perbedaan antara anggaran dan realisasi harus diawasi secara ketat dan

penyimpangan dianalisis guna memahami mengapa realisasi berbeda dengan

anggaran. Analisis ini harus diikuti tindakan koreksi jika merugikan perusahaan

2. Sebaiknya unsur-unsur biaya produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, biaya bahan dan tenaga kerja tidak langsung disajikan dalam

laporan biaya produksi kebun dan perusahaan baik anggaran maupun

realisasinya. Dengan demikian dapat diketahui pada unsur biaya mana

perbedaan yang cukup significant dan dapat diketahui dimana dan siapa yang

bertanggung jawab. Dengan penerapan siteem tersebut diharapkan dapat

memberikan informasi yang jelas dan dapat lebih memudahkan pengawasan

biaya dan kejelasan pihak yang bertanggung jawab jika penyimpangan biaya

terjadi.

3. Harga pokok produksi minyak sawit dan inti sawit baik jumlah maupun harga

pokok produksi per kilogram oleh perusahaan diperlakukan sama dalam

komponen biaya untuk perhitungan laba-rugi. Sebaiknya perhitungan jumlah

harga pokok produksi maupun harga pokok produksi per kilogram (untuk

rincinya) dipisahkan sehingga perbedaan nilai dari kedua jenis produksi itu

dapat diketahui.

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
108

DAFTAR PUSTAKA

Assaury, Sofyan, 2003. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Keempat. Penerbit

Liberty, Yogyakarta:

Azhari, Ahmad, 2006. Prinsip-prinsip Akuntansi , Edisi 1, Jilid 1, Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Fess, Niswonger, Warren, Reeve, 2001. Prinsip-prinsip Akuntansi, Edisi 19, Jilid 1,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hadibroto, S., 2000. Dasar Akuntansi. Penerbit Lembaga Pendidikan Pengkajian

Pengembangan Sarjana, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2003. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat, Penerbit

Rineka Cipta, Jakarta.

Hartanto, 2001. Akuntansi Untuk Usahawan, Edisi Kelima, Cetakan Kesatu,

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesiaa, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Buku Satu, Penerbit

Salemba Empat, Jakarta.

Matz, Adolph dan Usry, Milton F., 2000. Akuntansi Biaya, Perencanaan dan

Pengendalian, Terjemahan Alfonsus Sirait dan Elterman Wibowo,

Cetakan Kesembilan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mulyadi, 2003. Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi

Yayasan Kelurga Pahlawan Nasional, Yogyakarta

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
109

Munandar, M., 2000. Budjeting Perencanaan Kerja Pengawas Kerja, Edisi Pertama,

Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Rangkuti, Freddy, 2001. Manajemen Persediaan, Edisi Keempat, Penerbit Liberty,

Jakarta.

Simamora, Henry, 2001. Pengantar Akuntansi, Edisi Kedua, Penerbit Liberty,

Jakarta.

Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kelima, Penerbit Alfabeta,

Bandung.

Supomo, Bambang dan Indrianto, Nur, 2001. Metode Penelitian Bisnis Untuk

Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, Balai Penerbitan Fakultas

Ekonomi-Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Tambunan, Loran, 2001. Akuntansi Biaya Konsep, Sistem dan Metode, Edisi Kedua,

Penerbit Universitas HKBP Nommensen, Medan.

Welsch, Glenn A., Hilton, Ronald W., Gordon, Paul N., 2000. Anggaran,

Perencanaan dan Pengendalian Laba, diterjemahkan oleh

Purwatiningsih, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Wilson, James D., Campbell, 2001. Akuntansi Biaya Perencanaan dan

Pengendalian, Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Witjaksono, Armanto, 2005. Akuntansi Biaya, Penerbit Graha Ilmu, Jakarta

Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.

Anda mungkin juga menyukai