FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM EXTENSION
MEDAN
SKRIPSI
Oleh :
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
ii
PERNYATAAN
Tanjung Morawa” adalah benar hasil karya Saya sendiri dan judul yang dimaksud
belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks
Semua sumber dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas,
benar dan apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, Saya
SIMON P. N. BAKO
NIM: 030522031
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus yang telah
Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan oleh
bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak termasuk Akademisi Akuntansi. Dengan
segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
kepada penulis
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
iv
10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah
Penulis selalu memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk membalas
segala kebaikan dan memberikan berkat kepada semua pihak yang telah
Penulis menyadari bahwa isi yang terkandung dalam Skripsi ini belum
pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang membangun agar Skripsi ini
SIMON P. N. BAKO
Penulis
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
v
ABSTRAK
baku (tandan buah segar) menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang siap
untuk dijual dan merupakan biaya yang terbesar yang dikeluarkan oleh PT.
kerugian.
langsung dan biaya tidak langsung. Pengawasan biaya produksi dapat diketahui
dengan membandingkan anggaran dan realisasi yang terdapat pada laporan biaya
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
vi
ABSTRACT
Cost of production of coconut palm represent the cost for processing lf raw
finished goods or good available for sale and also represent the biggest cost
indirect cost. The controlling of cost of production can found by comparing budget
with realize of cost of production. From the comparison will be known the variance
Then, the variance will be analyzed for find favorable variance and favorable
variance.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
ABSTRAK............................................................................................................ iv
ABSTRACT........................................................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
BAB I : PENDAHULUAN
1. Pengertian Biaya............................................................. 5
2. Penggolongan Biaya...................……….........……....... 7
Manajemen........................................................................... 41
A. Jenis Data............................................................................ 57
Perusahaan..................................................................... 61
vi
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
ix
Perusahaan...................................................................... 95
7. Analisis Penyimpangan.................................................. 96
B. Saran………………..……........................................……..... 107
vii
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
x
DAFTAR GAMBAR
Tanjung Morawa…………………………………………….. 62
DAFTAR TABEL
Sawit…………………………………………………………. 104
ix
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
BAB I
PENDAHULUAN
pendapatan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
pertambahan jumlah pendapatan lebih besar dari pertambahan jumlah biaya maka
rendah dari pertambahan jumlah biaya maka laba semakin menurun. Adakalanya
dalam perhitungan harga pokok penjualan bila dibandingkan dengan biaya lainnya
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
2
yakni kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan tebu. Dibandingkan dengan komoditi
karet, kakao, tembakau dan tebu, pengelolaan komoditi kelapa sawit memberikan
Pengeluaran biaya untuk biaya produksi merupakan biaya yang terbesar yang
dikeluarkan perusahaan. Oleh karena itu harus dilakukan pengawasan terhadap biaya
biaya produksi yang telah disusun. Anggaran biaya produksi tersebut dibandingkan
dengan realisasi biaya produksi tahun berjalan. Melalui perbandingan ini dapat
dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengawasan Biaya Produksi Kelapa Sawit
B. Perumusan Masalah
dapat ditekan seminimal mungkin. Unsur-unsur biaya produksi adalah berupa bahan
baku dan tenaga kerja yang merupakan komponen terbesar dalam menentukan
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
3
1) Bahan baku
Penggunaan bahan baku merupakan unsur penting dan unsur biaya yang
2) Tenaga Kerja
tenaga kerja akan mengakibatkan hasil yang diperoleh adalah hasil yang lebih kecil
dengan biaya yang lebih tinggi (inefisien) atau mendapatkan hasil yang buruk dengan
C. Pembatasan Masalah
mempengaruhi biaya produksi pada perusahaan maka dalam penelitian ini penulis
Tujuan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
4
secara sistematis
Manfaat Penelitian
sawit
acuan penelitian.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Biaya
pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang dan jasa atau dengan
kata lain suatu pengorbanan yang dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup.
Dalam dunia usaha, biaya dapat diartikan sebagai pengeluaran sejumlah uang
atau yang dapat dinilai dengan uang yang secara langsung atau tidak langsung telah
laba, atau biaya juga dapat diartikan sebagai nilai tukar, prasyarat, atau pengorbanan
sebagai berikut:
Cost adalah suatu jumlah tertentu yang diukur dalam bentuk uang dari
kas yang dibelanjakan atau barang lain yang diserahkan, modal saham
yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau utang yang dibebankan
sebagai imbalan dari barang dan jasa yang diterima atau akan
diterima.
Cost dapat dibagi dua : Expired dan Unexpired, Unexpired cost atau
asset adalah semua yang akan dibebankan kepada produksi dari
penghasilan yang akan datang, Expired cost adalah pengurangan dari
penghasilan sekarang atau dibebankan kepada laba ditahan.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
6
Dari pengertian kedua penulis di atas maka biaya tersebut harus dapat diukur
dalam satuan moneter sebagai nilai tukar yang harus dikorbankan untuk memperoleh
barang dan jasa. Dalam pengertian di atas terdapat kata beban dan biaya atau ongkos
“Biaya adalah pengeluaran yang diukur dalam satuan moneter yang telah
dikeluarkan atau potensial yang akan dikeluarkan untuk memperoleh
tujuan tertentu. Sebaliknya beban adalah pengeluaran yang telah digunakan
untuk menghasilkan prestasi.”
“Biaya (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk
barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di
pengeluaran yang akan memberikan manfaat untuk waktu atau periode akuntansi
yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang akan dicantumkan kedalam
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
7
produksi suatu barang atau prestasi guna memperoleh pendapatan. Pengeluaran ini
dibanding kelompok biaya lain seperti biaya pemasaran, biaya bunga, biaya
Biaya produksi memegang peranan penting dalam suatu perusahaan, hal ini
disebabkan tujuan perusahaan itu sendiri yaitu agar kegiatan produksi menghasilkan
2. Penggolongan Biaya
biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha. Akibat banyaknya biaya yang
perusahaan adalah:
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
8
a. Biaya produksi
menghasilkan produk.”
pembuatan meja.
b. Biaya pemasaran
“Biaya pemasaran merupakan pengeluaran biaya untuk memenuhi
kebutuhan dalam pelaksanaan fungsi pokok perusahaan yaitu
memasarkan produk yang dihasilkan dari proses produksi. Misalnya biaya
perjalanan petugas pemasaran, komisi penjualan, gaji bagian pemasaran,
biaya pengiriman untuk konsumen.”
2. Volume Produksi
terdiri dari
a. “Biaya variabel
Biaya yang berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume
produksi/penjualan
Contoh: Biaya pemakaian bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung. Semakin banyak unit yang diproduksi, tentu kebutuhan
bahan baku dan tenaga kerja juga bertambah secara proporsional
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
9
b. Biaya Tetap
Biaya dimana jumlah totalnya tetap walaupun jumlah yang
diproduksi/dijual berubah-ubah dalam kapasitas normal
Contoh: Biaya penyusutan mesin dan peralatan, gaji pokok para karyawan
dan sebagainya. Semua biaya ini harus tetap dibebankan secara
periodik, tanpa memperhatikan kuntitas volume produksi.
c. Biaya Semi Variabel
Berdasarkan objek atau pusat biaya yang dibiayai, biaya terdiri dari biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Menurut Loran Tambunan (2001 : 23)
“Biaya langsung adalah suatu biaya yang dapat dengan jelas ditelusuri dan
diidentifikasikan secara fisik kepada segmen organisasi yang bersangkutan.”
Segmen organisasi merupakan objek atau pusat biaya yang dibiayai, dalam
hal ini dapat berupa lini produk (product line), daerah penjualan, bagian atau
divisi Misalnya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat secara langsung
diidentifikasikan atau ditelusuri secara fisik pada suatu lini produk tertentu.”
Misalnya biaya perawatan, biaya pendidikan dan latihan, biaya penyusutan
bangunan dan mesin pabrik serta biaya-biaya overhead pabrik lainnya.”
4. Periode akuntansi
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
10
aktiva..
diinginkan.
Biaya produksi yang ada dalam perusahaan industri menurut Matz dan Usry
“Bahan baku langsung adalah semua bahan yang membentuk bagian integral
dari barang jadi dan dapat dimasukkan dalam kalkulasi biaya produksi”.
dihasilkan
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
11
Untuk memperoleh bahan baku ada dua cara yaitu, dengan cara membeli dari
luar atau mengolah sendiri. Apabila bahan baku dibeli dari luar, maka biaya yang
dikeluarkan dalam memperoleh bahan baku hingga siap untuk diolah atau digunakan
dalam proses produksi merupakan biaya bahan baku. Biaya-biaya yang termasuk
dalam biaya bahan baku yang diperoleh dari pembelian diantaranya meliputi harga
biaya pembongkaran, biaya administrasi, biaya gudang, biaya asuransi. Jika bahan
tersebut diolah sendiri maka biaya untuk mengolah bahan itulah yang dijadikan
Contoh biaya bahan baku langsung adalah biaya kayu untuk membuat mebel
barang jadi.
mengubah bahan langsung untuk menjadi barang jadi. Biaya untuk ini
meliputi gaji para karyawan yang dapat dibebankan kepada produk tersebut.”
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
12
Bahwa biaya tenaga kerja langsung dapat ditelusuri apabila biaya yang
dibayarkan itu merupakan upah kerja karyawan yang berkaitan dengan proses
tersebut mungkin tetap (karena mereka menerima gaji bulanan) dan tidak ada
c. Biaya Overhead
“Biaya overhead adalah biaya dari bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak
langsung dan semua biaya pabrikase lainnya yang tidak dapat dibebankan
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa biaya overhead atau disebut juga
biaya produksi tidak langsung mencakup semua biaya pabrikase selain bahan
langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk kedalam
1. Biaya bahan penolong atau biaya bahan tidak langsung, yaitu biaya untuk
bahan yang menjadi bagian dari produk jadi namun tidak dikategorikan
sebagai unsur biaya bahan baku langsung karena sulit diidentifikasi pada
produk yang bersangkutan. Contoh biaya biaya kawat las untuk membuat
lemari es.
2. Biaya reparasi dan pemeliharaan, yang termasuk kedalam biaya ini adalah
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
13
3. Biaya tenaga kerja tidak langsung, yaitu biaya tenaga kerja yang tidak
Biaya tenaga kerja tidak langsung ini terdiri dari ; biaya tenaga kerja yang
tenaga listrik, departemen gudang dan lain-lain, dan biaya tenaga kerja
4. Biaya-biaya yang timbul akibat menurunnya nilai aktiva tetap, biaya ini
perlengkapan.
gedung.
produksi. Biaya produksi itu sendiri menurut Hadibroto (2000 : 68) adalah :
memproses bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, biaya tersebut
meliputi biaya bahan baku, upah langsung dan biaya tidak langsung.
Ilustrasi
Berikut ini merupakan data biaya dari PT. ATOZ untuk bulan April 2004
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
14
produksi yaitu mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Oleh sebab itu
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
15
pengawasan terhadap biaya produksi sangat dibutuhkan untuk menilai apakah setiap
produksi akan terkoodinasi dan kuantitas maupun kualitas produk serta waktu
biaya produksi, maka diperlukan suatu sistem pengawasan yang baik seperti yang
dikeluarkan. Adanya penyimpangan ini merupakan suatu hal yang biasa di dalam
tersebut.
Pengawasan biaya produksi secara garis besar meliputi tiga unsur biaya
yaitu:
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
16
Pada setiap perusahaan industri, bahan baku merupakan bagian yang penting
dan cukup besar jumlahnya pada aktiva lancar, sehingga perlu diawasi. Tujuan
pengawasan bahan baku adalah untuk menjaga keseimbangan jumlah bahan baku
sehingga tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan bahan baku. Kelebihan bahan
dana/modal yang tidak produktif. Selain itu kekurangan bahan baku akan berakibat
penggunaan bahan baku. Biaya yang dikeluarkan perusahaan ini perlu diawasi.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
17
menyimpan dan menggunakan bahan baku adalah dalam jumlah, mutu, harga dan
waktu yang tepat. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan perusahaan dari kerugian
disertai dengan jam kerja yang diperlukan juga dilengkapi dengan biaya pekerja.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
18
- menghindari pemborosan.
penetapan jumlah biaya produksi tidak langsung yang harus dibebankan ke dalam
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
19
b. Pemisahan biaya tidak langsung menjadi dua golongan yaitu biaya tidak
Biaya tidak langsung tetap adalah biaya tidak langsung pabrik yang
pabrik.
a. Rencana Kerja
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
20
berhubungan dengan kegiatan yang akan dilakukan. Setelah itu maka manajemen
dilaksanakan di masa yang akan datang, bagaimana melaksanakannya dan hasil apa
manajemen perusahaan harus mampu mengalokasikan sumber daya yang ada sesuai
yang ditetapkan sebagai patokan dalam pelaksanaan pekerjaan. Standar ini akan terus
berubah dengan catatan pada kuantitas dan kualitas tidak akan pernah berubah
kecuali terjadi perubahan spesifikasi produk yang dirancang oleh tata tehnik industri.
Rencana kerja sangat penting karena dengan adanya rencana kerja maka
dapat ditentukan arah yang akan dituju perusahaan tersebut dan setiap aktifitas
perusahaan yang berhubungan dengan pangsa pasar, produk dan teknologi produksi,
dahulu juga akan membuat rencana kerja biaya produksi, yaitu rencana tertulis
mengenai biaya yang akan datang untuk bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung serta biaya produksi tidak langsung (biaya overhead pabrik).. Dalam
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
21
rencana kerja biaya produksi biasanya juga didasarkan pada standar tertentu, yakni
sistem akuntansi biaya standar atau sering disingkat dengan biaya standar.
Biaya standar adalah patokan biaya yang ditetapkan dimuka untuk biaya-
biaya yang seharusnya dikorbankan dalam proses produksi. Biaya standar dinyatakan
dalam nilai uang. Perubahan biaya standar hanya terjadi apabila harga-harganya
berubah secara periodik, misalnya upah jam kerja, biaya pembelian bahan baku atau
dan biaya standar yang ditentukan terlebih dahulu sebelum periode anggaran
berjalan. Oleh karena itu biaya standar juga bermanfat sebagai dasar penentuan dan
keputusan rencana anggaran sebagai alat pengukur efisiensi. Dalam hal ini biaya
aktual dapat dibandingkan dengan biaya yang direncanakan terlebih dahulu secara
periodik sehingga efisiensi produksi dapat diperhitungkan. Apabila biaya aktual yang
dikeluarkan lebih kecil dari biaya standar, maka taksiran anggaran yang ditinjau
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
22
rencana kerja di masa akan datang. Seperti yang diungkapkan oleh M. Munandar
(2000:1):
“Anggaran ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi
dan berlaku untuk angka waktu (periode) tertentu yang akan datang”.
kuantitatif.(moneter)”.
- Rencana
bagian yang ada dalam perusahaan. Karena anggaran dijadikan pedoman kerja,
pengawasan
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
23
Anggaran dibuat untuk jangka waktu tertentu. Untuk jangka waktu yang
relatif singkat, biasanya anggaran ini disebut anggaran jangka pendek. Jangka
waktu anggaran ini yakni per minggu, per bulan, per triwulan, per semester
atau per tahun). Ada juga anggaran dibuat untuk jangka waktu yang
panjang
- Sumber daya
sumber daya yang ada sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan kegiatan
operasional perusahaan.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
24
dibahas sebelumnya, maka anggaran biaya produksi adalah rencana biaya yang akan
tertentu di masa yang akan datang. Anggaran biaya produksi terdiri dari: anggaran
biaya bahan baku langsung, anggaran biaya upah langsung dan anggaran biaya tidak
langsung.
perusahaan menyusun anggaran (budget) yang dijadikan sebagai pedoman kerja, alat
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
25
- Top Down
keahlian.
- Bottom Up
karyawan atau bawahan. Hal ini karena karyawan atau bawahan telah
tepat waktu.
intruksi atasan.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
26
Oleh karena itu anggaran harus merupakan hasil kerja sama dari seluruh
- Unsur Direksi, dalam hal ini diwakili oleh Direktur Keuangan yang
anggaran penjualan.
Jika anggaran telah tersusun maka seluruh anggaran disebut sebagai anggaran
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
27
Anggaran
Penjualan
a. Anggaran Penjualan
perusahaan pada masa akan datang. Anggaran penjulan disusun dengan menganalisis
data penjualan dan data-data lain yang berhubungan dengan penjualan pada periode
Faktor pemasaran:
penjualan
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
28
perusahaan membuat ramalan penjualan produk untuk menilai target penjualan yang
akan dicapai dalam periode akan datang. Adanya ramalan penjualan inilah yang
PT. ABCD
ANGGARAN PENJUALAN
Tahun 2004
Harga Jual
per unit
(Rp) 32.000 32.000 32.000 32.000 32.000
Jumlah
Penjualan
(Rp) 1.536.000.000 2.112.000.000 2.688.000.000 3.264.000.000 9.600.000.000
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
29
2. Anggaran Produksi
perusahaan dimasa yang akan datang untuk memenuhi tingkat volume penjualan
yang telah diramalkan. Setiap unit barang yang akan diproduksi disesuaikan dengan
penjualan yang telah dianggarkan dan tingkat persediaan awal dan akhir yang
Untuk mengetahui jumlah unit yang akan diproduksi dapat dihitung dengan
cara berikut:
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
30
PT. ABCD
ANGGARAN PRODUKSI
Tahun 2004
TOTAL
KETERANGAN Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan TRIWULAN
(unit) I II III IV I - IV
Penjualan
dianggarkan 48.000 66.000 84.000 102.000 300.000
Ditambah
Target persediaan
akhir 5.000 8.000 11.000 14.000 38.000
Total produk
tersedia 53.000 74.000 95.000 116.000 338.000
Dikurangi
Persediaan awal 1.000 5.000 8.000 11.000 25.000
Yang harus
diproduksi 52.000 69.000 87.000 105.000 313.000
Jumlah barang yang harus diproduksi PT ABCD adalah 313.000 unit.
mengenai biaya-biaya yang akan dikeluarkan dalam usaha mengubah bahan baku
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
31
yang langsung dipergunakan dalam proses produksi untuk mengolah barang setengah
baku yang diperlukan dalam proses produksi pada periode yang akan datang. Faktor-
(kualitas) dan jumlah (kuantitas) bahan baku yang dibutuhkan dari waktu
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
32
2. .standar pemakaian bahan baku atau ketentuan teknis yang berlaku dalam
PT. ABCD
ANGGARAN PEMAKAIAN BAHAN BAKU
Tahun 2004
TOTAL
KETERANGAN Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan TRIWULAN
I II III IV I-IV
Produksi yang
diaanggarkan (unit) 52.000 69.000 87.000 105.000 313.000
Bahan baku untuk
satu unit produk 5 5 5 5 5
Bahan baku yang
dibutuhkan untuk
produksi (unit) 260.000 345.000 435.000 525.000 1.565.000
Persediaan awal
bahan baku (unit) 8.200 10.500 13.600 16.500 48.800
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
33
Data pada tabel 2.3 tersebut disusun berdasarkan contoh anggaran produksi
pada tabel 2.2. Dari tabel 2.3 anggaran pemakaian bahan baku dapat diketahui bahwa
bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi adalah 1.565.000 unit, atau
= total produksi yang dianggarkan x bahan baku yang dibutuhkan untuk satu
unit produk
Selain itu juga dapat diketahui bahwa total biaya bahan baku yang digunakan dalam
= (Total persediaan awal bahan baku x total biaya per unit persediaan awal
(persediaan akhir bahan baku yang diinginkan x biaya per unit persediaan
= Rp.1.272.410.000
Anggaran pembelian bahan baku khususnya rencana tentang harga beli dari
masing-masing jenis bahan baku yang dibeli dari waktu-kewaktu selama periode
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
34
PT. ABCD
ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN BAKU
Tahun 2004
= (jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam produksi + persediaan akhir bahan
= 1.576.700 unit
khususnya yang berhubungan dengan masalah penilaian bahan baku yang diolah
dalam proses produksi. Beberapa metode untuk pembukuan bahan baku, antara lain:
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
35
bahwa bahan baku yang lebih awal dibeli merupakan bahan baku
yang lebih awal pula diolah dalam proses produksi. Harga /biaya
bahan baku.
bahwa bahan baku yang lebih akhir dibeli merupakan bahan baku
bahan baku
produksi, berbagai kebutuhan internal dan eksternal pada informasi dan keinginan
Anggaran biaya upah tenaga kerja langsung merupakan taksiran penilaian dan
kebutuhan tenaga kerja dan upah langsung guna menghasilkan jenis dan kuantitas
membantu bagian personalia untuk menetapkan jumlah dan jenis tenaga kerja yang
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
36
diperlukan. Jika tenaga kerja telah bekerja didalam perusahaan selama beberapa
tahun dan bagian produksi tidak membutuhkan tambahan tenaga kerja, maka tugas
dari bagian personalia menjadi lebih ringan. Jika penambahan tenaga kerja atau
rencana jauh sebelumnya untuk menjamin tersedianya tenaga kerja yang dibutuhkan.
biaya upah tenaga kerja langsung yang harus dipertimbangkan antara lain :
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
37
Sistem pembayaran upah yang dipakai oleh perusahaan, pada dasarnya ada tiga
bekerja, atau jumlah unit hasil (output) yang mereka selesaikan, ditambah
Contoh anggaran biaya upah langsung seperti pada tabel 2.5 halaman 38
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
38
PT. ABCD
ANGGARAN BIAYA UPAH LANGSUNG
Tahun 2004
Terlatih
6. Produksi yang dianggarkan 52.000 69.000 87.000 105.000 313.000
7. Jam kerja langsung per unit 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
8. Total jam kerja langsung 41.600 55.200 69.600 84.000 250.400
9. Tarif upah per jam (Rp) 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000
10. Total upah untuk
pekerja terlatih (Rp) 416.000.000 552.000.000 696.000.000 840.000.000 2.504.000.000
Total
11. Total jam kerja langsung
Produksi 93.600 124.200 156.600 189.000 563.400
12. Total biaya tenaga kerja
Langsung produksi (Rp) 780.000.000 1.035.000.000 1.305.000.000 1.575.000.000 4.695.000.000
Terdapat dua golongan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi
313.000 unit yaitu tenaga kerja semi terlatih dan tenaga kerja terlatih. Total upah
= total jam kerja langsung semi terlatih x tarif upah per jam
= (total produksi yang dianggarkan x total jam kerja langsung per unit) x tarif
= Rp.2.191.000.000
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
39
atau
= (produksi yang dianggarkan x total jam kerja langsung per unit) x tarif upah
per jam
= Rp. 2.504.000.000
Sehingga total biaya upah tenaga kerja kerja langsung adalah Rp.
biaya bahan baku langsung dan upah langsung) yang berhubungan dengan proses
pokok, yaitu sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkoordinasian kerja, serta
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
40
berguna sebagai dasar untuk menyusun anggaran harga pokok barang yang
penjualan (cost of goods sold budjet), yang tercantum dalam master income
statement budjet, bersama-sama dengan anggaran biaya bahan baku langsung dan
PT. ABCD
ANGGARAN BIAYA TIDAK LANGSUNG
Tahun 2004
Total anggaran biaya tidak langsung PT. ABCD untuk tahun 2004 adalah
Rp.1.019.008.500
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
41
Atau
= total biaya tidak langsung tetap + total biaya tidak langsung variabel
= Rp. 1. 809.008.500
laba yang akan diperoleh perusahaan, karenanya perlu mendapat perhatian khusus
kerja dan anggaran perusahaan yaitu anggaran biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya tidak langsung. Membandingkan rencana kerja dan
manajemen dapat mengambil keputusan yang tepat dalam hal penentuan tingkat
harga, memilih barang atau jasa yang akan diprooduksi dan dijual, menyeleksi
pelanggan, menentukan jumlah tenaga kerja, upah yang sesuai dan waktu kerja yang
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
42
seharusnya. Selain itu manajemen perusahaan tentunya dapat juga untuk melakukan
Dengan adanya pengawasan biaya produksi yang dilakukan secara rutin dan
dengan biaya yang sesungguhnya terjadi. Perbedaan atau selisih ini biasa terjadi pada
setiap perusahaan karena anggaran yang bersifat taksiran atas kegiatan yang akan
datang sehingga sangat tergantung kepada keadaan saat pembuatan taksiran anggaran
tersebut.
tersebut wajar atau tidak serta siapa yang bertanggung jawab atas penyimpangan
1) penyimpangan biaya bahan bahan baku (Material Cost Variance), terdiri dari:
baku berbeda (lebih besar/lebih kecil) dari harga standar yang ditentukan.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
43
Bila harga yang dibayar lebih besar dari harga standar yang ditentukan maka
variance). Sebaliknya bila harga yang dibayar lebih kecil dari harga standar
Harga bahan baku aktual pada formula tersebut dapat dihitung dengan
membagi biaya bahan baku aktual dengan kuantitas bahan baku aktual.
disebabkan oleh pemakaian bahan baku melebihi atau kurang dari jumlah
Bila pemakaian bahan baku melebihi jumlah standar yang ditentukan maka
variance). Sebaliknya bila pemakaian bahan baku kurang dari jumlah standar
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
44
Kuantitas bahan baku standar pada formula tersebut adalah jumlah unit yang
diproduksi dikali dengan kuantitas bahan baku standar per setiap unit produk.
Perhitungan yang akurat dari jumlah barang atau produk yang dihasilkan
adalah sangat penting karena hal ini menjadi dasar dari semua perhitungan
penyimpangan efisiensi.
Contoh:
Jawaban
= 40.000 x (-50)
= Rp. 2.000.000 (Favorable karena harga aktual lebih kecil dari harga
standar)
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
45
= jumlah unit yang diproduksi x kuantitas bahan baku standar per unit
produk
= 100.000 x 0,50 kg
= 50.000 kg
2) penyimpangan biaya tenaga kerja langsung (Labour Cost Variance), terdiri dari:
antara tarif upah yang dibayarkan (actual wage rate) dengan tarif upah
Bila tarif upah yang dibayarkan lebih kecil dari tarif upah standar maka
jika tarif upah yang dibayarkan lebih besar dari tarif upah standar maka
Penyimpangan tarif upah = jam kerja aktual x (tarif upah aktual – tarif upah
standar)
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
46
Tarif upah aktual pada formula tersebut dapat dihitung dengan membagi
biaya tenaga kerja langsung aktual terhadap pemakaian jam tenaga kerja
langsung aktual
pemakaian jam kerja langsung yang melebihi (kurang dari) jumlah jam yang
Penyimpangan jam kerja = tarif upah standar x (jam tenaga kerja langsung
Jam tenaga kerja langsung standar pada formula tersebut adalah jumlah
Contoh:
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
47
Rp.45.000.000 Rp.2.000
= 22.000 22.000
= Rp. 45.000.000 – Rp. 44.000.000
= tarif upah standar x (jam kerja aktual - jam kerja langsung standar)
= Rp.4.000.000 (Unfavorable)
= 20.000 jam
disebabkan karena:
- realisasi biaya overhead produksi melebihi atau kurang dari jumlah yang
telah dianggarkan
- jam tenaga kerja (volume aktivitas) yang digunakan melebihi atau kurang
yang dihasilkan.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
48
tenaga kerja langsung (actual direct labour hour) berbeda dari jumlah jam standar
dan dari jumlah yang dianggarkan untuk kapasitas produksi. (catatan: kapasitas
produksi dalam hal ini diukur dengan jam tenaga kerja langsung).
Anggaran biaya overhead pabrik pada jam standar pada formula tersebut=
variable)
Bila biaya overhead pabrik aktual lebih besar dari anggaran biaya overhead
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
49
tarif overhead)
Bila anggaran biaya overhead standar lebih besar dari biaya overhead yang
(unfavorable variance). Bila biaya overhead standar lebih kecil dari biaya
Contoh:
Berdasarkan data kegiatan dan biaya berikut ini buat analisis penyimpangan
variance):
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
50
Analisisnya adalah:
Rp.12.000.000
Tarif overhead variable = = Rp.2.000/jam
6.000 jam
Rp.18.000.000
Tarif overhead tetap = = Rp.3.000/jam
6.000 jam +
Tetap Rp.18.000.000
Rp. 28.400.000
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
51
Atau
antara realisasi biaya overhead pabrik (actual overhead cost) dengan biaya
sesungguhnya terpakai
= biaya overhead aktual – (anggaran biaya overhead tetap + jam actual x tarif
overhead variable
Bila biaya overhead aktual lebih besar dari biaya overhead berdasarkan
anggaran untuk jumlah jam yang sesungguhnya terpakai (actual hours) maka
Bila biaya overhead aktual lebih kecil dari biaya overhead berdasarkan
anggaran untuk jumlah jam yang sesungguhnya terpakai (actual hours) maka
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
52
standar)
Bila jam aktual lebih besar dari jam standar maka merupakan penyimpangan
Bila jam aktual lebih kecil dari jam standar maka merupakan penyimpangan
Bila jumlah jam pada volume kapasitas yang dianggarkan lebih besar dari
(unfavorable variance).
Bila jumlah jam pada volume kapasitas yang dianggarkan lebih kecil dari
variance)
Contoh:
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
53
a) Penyimpangan pengeluaran
= biaya overhead aktual – (anggaran biaya overhead tetap + jam aktual x tarif
overhead variable
b) Penyimpangan efisiensi
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
54
Metode empat selisih pada dasarnya sama dengan metode tiga selisih namun
efisiensi biaya overhead variable dan penyimpangan efisiensi biaya overhead tetap.
i) penyimpangan pengeluaran/anggaran
Penyimpangan pengeluaran
= biaya overhead aktual – (anggaran biaya overhead tetap + jam actual x tarif
overhead variable
Contoh:
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
55
Jawab:
= Rp.400.000 (favorable.)
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
56
Maka
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
57
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk memperoleh data dan bahan yang dibutuhkan dalam rangka penulisan
A. Jenis Data
Tanjung Morawa.
b. Data sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh langsung dari perusahaan
mendukung.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
58
2. Studi dokumentasi
ini.
Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tehnik analisis
penelitian.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
59
Waktu penelitian ini dilaksanakan dimulai pada bulan September 2007 sampai
dengan selesai.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH No. 35. Akta pendirian ini disahkan oleh
Indonesia No. 7 Tahun 1996, diperbarui dengan Akte Notaris Sri Rahayu H.
Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Areal perkebunan berada di dua
wilayah propinsi yaitu Propinsi Sumatera Utara (Kabupaten Deli Serdang, Langkat
Sesuai dengan pasal 3 butir 1 yang terdapat dalam akte pendirian, dinyatakan
bahwa maksud dan tujuan perusahaan adalah untuk turut melaksanakan dan
meliputi :
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
61
agrobisnis.
kebun kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan tebu serta kegiatan rumah sakit.
Perkebunan Inti Rakyat (PIR) dan Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA).
dapat terjalin kerja sama diantara bagian-bagian yang ada dalam perusahaan untuk
II (Persero) Tanjung Morawa adalah struktur organisasi garis dan staff. Struktur
berbentuk garis lurus mulai dari tingkat yang paling tinggi sampai dengan tingkat
paling rendah. Di tingkat Kantor Direksi pemimpin tertinggi adalah seorang Direktur
Utama dan beberapa orang Direksi serta beberapa biro atau bagian. Sedangkan di
tingkat kebun pemimpin tertinggi adalah seorang Administratur dan dibantu oleh
beberapa staff yang bertugas di pabrik, di kebun dan bagian umum. berikut
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
62
Tanjung Morawa
STRUKTUR ORGANISASI
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II
R.U.P.S
DEWAN
KOMISARIS
DIREKTUR
UTAMA
DIR. PEMASARAN/
DIR. PRODUKSI DIR. KEUANGAN DIR. SDM/UMUM
RENBANG
Bagian Perencanaan
Bagian Pembiayaan
Teknik/Pengolahan
Teknik/Pengolahan
Pengembangan
Akuntansi & TI
Tan.Semusim
Tan.Tahunan
& Pengkajian
Bagian SDM
Pengadaan
Pemasaran
Sekretariat
Bagian SPI
Tananam
PMLH
Bagian
Bagian
Umum
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
Distrik Distrik Distrik Distrik Distrik Distrik
Rayon Utara Rayon Tengah Rayon Selatan Tembakau Tebu Rumah Sakit
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
63
Pembagian Tugas
Dewan Komisaris bertugas :
anggaran dasar.
b. Direktur Produksi
kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan Dewan Komisaris, yang mengelola
c. Direktur Keuangan
kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan Dewan Komisaris yang mengelola
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
64
d. Direktur SDM/Umum
Direktur Utama, keluar kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan Dewan
Komisaris, yang mengelola bidang sumber daya manusia, umum, hokum dan
e. Direktur Pemasaran
kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan Dewan Komisaris yang mengelola
pengawasan.
b. Bagian Sekretariat
Membantu komisaris dan direksi mengelola komunikasi kepada pihak intern dan
ekstern perusahaan
c. Bagian Tanaman
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
65
bidang tanaman (investasi kelapa sawit dan karet, pemeliharaan & produksi
bagian dan instansi terkait berkaitan dengan teknik dan pengolahan tanaman
semusim
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
66
g. Bagian Pembiayaan
dan administrasi kantor direksi, anggaran biaya serta koordinasi dalam kompilasi
akuntansi dan teknologi informasi (akuntansi pusat & pelaporan, aktiva tetap &
i. Bagian Pengadaan
bidang pengadaan dan jasa serta saling berkoordinasi dengan bagian terkait
j. Bagian SDM
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
67
k. Bagian Umum
berkoordinasi dengan bagian dan instansi terkait berkaitan dengan bidang umum
Membantu direktur SDM dalam bidang pengelolaan hokum dan pertanahan yang
bagian dan instansi terkait berkaitan dengan bidang perencanaan dan pengkajian.
n. Bagian Pemasaran
kebijakan direksi dibidang pemasaran komoditi dan analisa pasar dan pemasaran
o. Bagian Pengembangan
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
68
bagian terkait dengan bidang pengembangan usaha dan areal serta melaksanakan
a. Proses Produksi
2) Proses menghasilkan bahan baku utama (bidang tanaman) yaitu tandan buah
segar (TBS)
Bahan baku utama yang dihasilkan melalui proses alamiah, biaya-biaya yang
baku utama, hanya sebagai pembantu untuk baiknya pertumbuhan tanaman agar
diperoleh hasil yang diharapkan dalam hal ini adalah tandan buah segar (TBS).
Proses menghasilkan bahan baku utama, TBS, memerlukan waktu 2,5 tahun
sampai 3 tahun.
untuk pemeliharaan tanaman, misalnya bahan kimia dan bahan pembantu lainnya
selama masa tersebut merupakan biaya investasi (sebagai aktiva tetap) yang disebut
Biaya ini dibebankan ke biaya produksi secara berangsur setiap satu periode
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
69
pokok sampai di pabrik dan pemeliharaan TM. Contoh: biaya panen dan
2) Proses menghasilkan barang jadi (siap untuk dijual) atau barang setengah jadi
Minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) dan inti sawit (Palm Kernel/PK)
sebagai bahan baku, melalui proses pengolahan untuk menghasilkan barang yang
siap dijual/dikonsumsi, seperti minyak goreng, minyak sawit, sabun, margarine dan
lain-lain.
Proses pabrikasi TBS menjadi Minyak Sawit dan Inti Sawit, RBD PO, Fatty
Acid.
dengan janjangan (tankos) dan memisahkan kulit dan cangkang. Setelah kulit
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
70
tangki timba dalam keadaan siap untuk dijual. Minyak sawit ini disebut CPO
Kelancaran proses pengolahan di atas dibantu oleh tenaga listrik, air dan
menghasilkan RBD PO (Refine Bleach Deodorize Palm Oil) dan Fatty Acid.
barang setengah jadi atau barang jadi yang siap untuk dijual.
2) Biaya Langsung:
1) Biaya Tanaman
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
71
tandan buah segar (TBS). Biaya tanaman terdiri atas atas unsur-unsur biaya
4. menanam/menyisip
5. penyiangan/merumput
6. pemberantasan hama
7. pemupukan
8. pupuk
9. analisa daun
b) Biaya pengolahan
pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit dan inti sawit yang dapat
berupa biaya-biaya :
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
72
ix. pengepakan
Merupakan biaya yang tidak secara langsung masuk dalam proses produksi.
1) Biaya Umum
berikut:
c. honorarium
d. biaya administrasi
f. biaya percobaan
Biaya tidak langsung (biaya umum) dibebankan ke biaya produksi adalah biaya
umum (total) dibagi jumlah areal tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman
Misalnya total biaya umum Rp. 500.000.000, total areal adalah 100.000 Ha
(65.000 Ha areal TM dan 35.000 Ha areal TBM. Maka jumlah biaya umum
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
73
100.000 Ha
2) Biaya Penyusutan
produksi kelapa sawit. Biaya penyusutan per tahun atas aktiva tetap dihitung
dari nilai perolehan dibagi dengan umur produktif masing-masing aktiva tetap
dikali 100 %
meliputi
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
74
jangka panjang. Bagi perusahaan perkebunan tujuan utama adalah memperoleh laba
dalam suatu periode yang akan datang biasanya dalam 1 (satu) tahun dan
Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai kedua tujuan tersebut dalam pelaksanaan
saling berhubungan satu sama lain yaitu dengan dicapainya laba yang diharapkan
Pencapaian tujuan jangka pendek untuk periode yang akan datang disusun
dalam satuan anggaran untuk satu tahun. Agar tujuan yang dikehendaki dapat
keadaan yang lalu, yang sedang berjalan dan melihat keadaan yang akan datang.
Standar (Standar fisik dan biaya) dan Norma-norma Pekerjaan Tehnis, tenaga dan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun RKAP, antara lain
sebagai berikut:
Morawa disesuaikan dengan kondisi yang ada pada saat sekarang ini
terealisasi.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
75
2. Dalam penyusunan standar fisik dan biaya oleh bagian terkait perlu
Anggaran yang disusun untuk satu tahun yang akan datang meliputi:
1. Anggaran Perusahaan
2. Anggaran Kebun/Dinas
3. Anggaran Afdeling
Edaran (SE) berkenaan dengan tahapan dan jadwal penyusunan yang meliputi:
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
76
Komisaris.
Kementerian BUMN (Pra RUPS) sebagai utusan dari Pemegang Saham, dan
Menteri Keuangan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Jadwal Pra RUPS
masing:
anggaran bagian-bagian
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
77
disusun pada akhir semester pertama tahun bejalan dan pada bualan Juli dapat
selama ± 18 minggu.
berikut:
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
78
10 Minggu ke 11
Kompilasi RKAP kebun oleh Bagian terkait di dan 12
Kandir
12 Minggu ke 14
Penyusunan/peninjauan RKAP Kantor Direksi oleh
bagian terkait
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
79
sebagai berikut:
ANGGARAN ANGGARAN
1 AFDELING KANTOR KEBUN/UMUM
1. Areal
2. Produksi Biaya Umum
3. Investasi
Tanaman/Non
Tanaman 1. Gaji Staf, Non Staf
4. Biaya 2 Bi P j Di
Pemeliharaan
2
ANGGARAN
KEBUN/DINAS
ANGGARAN
KANTOR DIREKSI
a. Areal
b. Produksi
c. Biaya Produksi
d. Biaya Investasi
3 Tanaman/Non
Tanaman
e. Kebutuhan tenaga
kerja
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
80
ANGGARAN PERUSAHAAN
5
PEMBAHASAN ANGGARAN
PERUSAHAAN+ REKOMENDASI DEKOM
DENGAN TIM DEP. BUMN + DEPKEU (Pra
RUPS)
6
PEMBAHASAN ANGGARAN
- Risalah RUPS
7 - Surat Keputusan Menteri BUMN
Areal tanaman dalam hal ini adalah areal yang telah ditanami dengan tanaman
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
81
anggaran
Areal ini merupakan areal tanaman yang belum memenuhi kriteria panen dan
areal yang belum ada TBS nya. Ada kalanya tanaman kelapa sawit pada areal ini
diharapkan akan memenuhi kriteria panen pada bulan–bulan tertentu dalam tahun
anggaran dan TBS yang dihasilkan dapat dihitung sebagai produksi TBS dalam
tahun tersebut.
c) Tanaman baru (TB), tanaman ulang (TU) dan tanaman konversi (TK)
Tanaman-tanaman ini adalah tanaman kelapa sawit yang baru ditanam pada
tahun berjalan dan tidak ada produksi TBS. Areal ini tidak diperhitungkan atau
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
82
TAHUN 20XX
JENIS AREAL Anggaran Realisasi
(Ha) (Ha)
Tanaman Menghasilkan 48.804,57 48.249,15
Tanaman Belum Menghasilkan 10.109,74 11.078,41
Tanaman Ulangan 3.544,23 3.542,23
Tanaman Konversi 1.170,49 978,89
Luas Seluruhnya 63.629,03 63.848,68
produksi TBS yang akan diperoleh pada tahun anggaran berjalan. Jumlah produksi
TBS dihitung berdasarkan produksi per tahun tanam. Dalam hal ini setiap tahun
Informasi tersebut berupa luas areal yang ditanam pada tahun anggaran, produksi
pada tahun lalu dan prakiraan produksi tahun berjalan. Kemudian dihubungkan
Untuk menghitung jumlah produksi dalam satu tahun anggaran digunakan data
jumlah areal yang akan berproduksi (areal TM), ketersediaan tenaga kerja di
lapangan maupun di pabrik, kondisi tanaman, topografi lahan dan tahun tanam
tanaman kelapa sawit serta ketersediaan bahan dan perlengkapan yang diperlukan.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
83
Produksi yang dianggarkan yaitu produksi TBS (sebagai bahan baku) untuk
- inventarisasi pokok
anggaran
anggaran produksi TBS. Untuk mengetahui potensi produksi TBS menurut umur
tahun
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
84
tanaman tersebut.
sebagai berikut:
20XX
Anggaran produksi TBS tahun 20XX merupakan seluruh produksi kebun kelapa
tandan 29.419.161 dengan berat per tandan per kg rata-rata 20,90 kg maka
20,90
Jumlah produksi CPO dan inti sawit sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan
TBS yang diproduksi/dipanen dari tanaman kelapa sawit, sistem panen, disiplin
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
85
Tingkat kematangan buah (TBS) mempunyai standar tertentu. Setiap TBS yang
dan tidak mengandung minyak sawit. TBS dari fraksi ini tidak
5%
sawit dalam TBS cukup banyak, TBS yang dipanen lebih kecil
dari 3%
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
86
Dalam menghitung jumlah anggaran produksi TBS dan produksi minyak sawit
kasar (CPO) serta inti sawit harus memperhatikan fraksi TBS yang dipanen dan
brondolan serta tahun tanam dengan berpedoman pada mutu TBS yang dipanen
Setiap buah sawit (TBS) yang dipanen mengandung minyak sawit kasar (CPO)
dan inti sawit. Banyak sedikitnya jumlah kandungan CPO dan inti sawit diukur
menentukan jumlah minyak sawit dan inti sawit yang terdapat dalam buah sawit
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
87
Rendemen minyak sawit dan inti sawit merupakan ukuran jumlah minyak dan
inti sawit yang terkandung dalam buah kelapa sawit (TBS). Besaran rendemen
yang ditetapkan untuk menghitung jumlah anggaran produksi minyak dan inti
sawit dengan memperhatikan realisasi rendemen pada tahun lalu dan anggaran
produksi TBS berdasarkan tahun tanam periode tahun yang akan datang.
rendemen minyak dan inti sawit sesuai dengan tahun tanam kelapa sawit. Dari
Tabel 4.4 : Rencana Produksi TBS, Rencana Produksi & Rendemen Minyak
produksi minyak sawit sebesar 129.361.660 kg dan inti sawit sebanyak 26.576.074
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
88
Berdasarkan anggaran produksi minyak dan inti sawit dapat dihitung anggaran
pendapatan perusahaan dari minyak dan inti sawit dengan mengalikan jumlah
pemupukan.
Dengan buah sawit cukup matang dalam tandan yang dihasilkan oleh
- Pengangkutan ke pabrik
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
89
- Umum
Hasil produksi tanaman yang telah dipanen yang berupa TBS (bahan baku)
kemudian diolah di pabrik untuk menghasilkan minyak sawit dan inti sawit.
Minyak sawit dan inti sawit yang dihasilkan, melalui proses pengolahan
biaya yang terjadi dalam kegiatan pengolahan seperti upah buruh, bahan
jumlah biaya yang dibebankan pada pengolahan dan jumlah unit yang
Berdasarkan taksiran produksi yang akan diperoleh dalam periode yang akan
datang dapat dihitung berapa jumlah tenaga kerja, jumlah dan jenis barang-barang
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
90
karyawan seperti sewa rumah bagi karyawan yang tidak disediakan rumah oleh
perusahaan, tunjangan jabatan, tunjangan kesehatan dan lain-lain. Selain dari gaji
seperti tersebut di atas juga diberikan insentif berupa premi atau lembur.
Biaya tenaga kerja khusus bagi karyawan yang bekerja pada bidang yang
umum yang dilaksanakan oleh karyawan, diperlukan bahan baku dan pelengkap
seperti di bidang tanaman antara lain alat panen (egrek, dodos, kapak); pupuk (Urea,
Mop, Kiesrit, ZA); bahan pemberantasan hama dan penyakit seperti bahan pestisida,
oven, desicator, corong gelas; alat kantor seperti kertas, pulpen, map dan lain-lain.
Direksi memberikan pedoman harga seluruh bahan baku dan pelengkap untuk
menetapkan anggaran biaya bahan baku dan polengkap yang digunakan dalam proses
Kebun dan unit kerja lain menetapkan jumlah fisik bahan baku dan pelengkap
yang digunakan dengan mengalikan jumlah fisik dengan harga per unit diperoleh
jumlah biaya bahan baku dan pelengkap yang dipakai dalam proses produksi.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
91
umum yaitu seluruh biaya karyawan dan biaya bahan yang digunakan dalam kegiatan
Jumlah biaya karyawan dan biaya bahan yang digunakan tersebut tidak
luas areal tanaman menghasilkan (TM) dan areal tanaman belum menghasilkan
rencana pekerjaan apa yang akan dilakukan oleh setiap unit kerja, kapan dan dimana
pekerjaan itu dilakukan selama setahun. Rencana pekerjaan itu dirinci mengenai fisik
lalang, pemberantasan hama dan penyakit, pemupukan dan lain-lain); panen dan
tingkatan manajemen diarahkan atau berpedoman pada anggaran. Hal ini dilakukan
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
92
sampai seberapa jauh kemajuan pekerjaan dari masing-masing unit kerja afdeling
maupun kebun.
lapangan (afdeling dan kebun) yang berpedoman pada anggaran dibuat laporan
bulanan, triwulan dan tahunan yang disebut dengan laporan manajemen. Laporan ini
dibuat oleh tiap-tiap kebun kelapa sawit untuk memperlihatkan jumlah produksi dan
biaya yang dikeluarkan selama bulan tertentu dan sampai bulan tertentu
Produksi dan biaya produksi per unit diperlihatkan dalam bentuk kilogram
per Ha, biaya per kilogram dan biaya keseluruhan. Untuk pengawasan biaya
produksi baik realisasi maupun anggaran secara total maupun per unit.
Produksi dan biaya produksi kelapa sawit tahun 20xx dapat dilihat pada
halaman 93
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
93
Secara total produksi TBS yang dianggarkan sejumlah 614.308 ton ternyata
yang dapat direalisasi sejumlah 595.830 ton. Hal ini berarti jumlah produksi yang
tidak dapat direalisasikan adalah sejumlah 18.478 ton (614.308 ton – 595.830 ton)
atau sebesar 3,01 % di bawah anggaran. Produksi minyak sawit dan inti sawit
dianggarkan sejumlah 165.410 ton dan dapat direalisasikan sejumlah 151.132 ton.
Hal ini berarti jumlah minyak + inti yang tidak dapat direalisasikan adalah sejumlah
14.278 ton ( 165.410 ton – 151.132 ton) atau sebesar 8,63 % di bawah anggaran.
sejumlah Rp. 319.229 juta dan realisasinya sejumlah Rp 289.874 juta hal ini
menunjukkan bahwa realisasi biaya masih di bawah anggaran sejumlah Rp. 29.355
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
94
(variance) dan berdasarkan itu dapat diambil tindakan sesuai dengan wewenang
yang ada padanya untuk mengadakan perbaikan terhadap keadaan yang merugikan
perusahaan.
Dengan demikian anggaran produksi dan biaya produksi digunakan sebagai tolak
ukur dan sebagai pengawasan sampai sejauh mana pekerjaan-pekerjaan maupun hasil
analisis.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
95
kerja selama tahun berjalan juga sebagai tolak ukur kemampuan manajemen dalam
perbaikan.
terjadinya penyimpangan dan siapa yang bertanggung jawab atas penyimpangan itu
laba.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
96
7. Analisis Penyimpangan
menentukan tindakan harus diteliti dengan cermat. Yang perlu dianalisis hanyalah
sebesar 20% - 30% dari biaya, tidak berarti sama sekali bila nilainya hanya puluhan
ribu atau ratusan ribu rupiah saja. Bila penyimpangannya hanya 5%- 10% tetapi
nilainya mencapai puluhan atau ratusan juta rupiah ke atas, keadaan ini perlu untuk
diteliti/dianalisis.
40.326 juta. realisasinya sejumlah Rp. 23.599 juta atau sebesar 58,52 %. Apakah
pupuk (fisik) atau harga pupuk yang turun drastis. Kondisi ini dapat diminta
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
97
ada yang cukup besar (significant) diperoleh suatu dasar untuk mengambil tindakan
luar kekuasaan dari orang yang melakukan pekerjaan atau menjabat sesuatu fungsi,
masalah itu diserahkan pada pimpinan yang lebih tinggi kedudukannya yaitu Asisten
Dari data produksi dan biaya produksi pada halaman 96 dapat dilihat
penyimpangan (variance) realisasi dan anggaran produksi minyak dan inti sawit
adalah sejumlah 14.278 ton atau 8,63 % lebih rendah realisasi produksi sejumlah
151.132 ton dari anggaran sejumlah 165.410 ton dan penyimpangan (variance) biaya
produksi adalah sejumlah Rp. 29.355 juta di bawah anggaran, realisasi biaya
sejumlah Rp. 289.874 juta dan anggaran sejumlah Rp. 319.229.juta. Penyimpangan-
penyimpangan tersebut cukup significant dan perlu dilakukan analisis lebih lanjut.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
98
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
99
b. Biaya Pengolahan
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
100
c. Biaya Penyusutan
menghasilkan sehubungan dengan produksi dan biaya produksi kelapa sawit yang
memperlihatkan jumlah produksi dan biaya produksi yang dikeluarkan selama suatu
jumlah produksi kelapa sawit (TBS, Minyak Sawit dan Inti Sawit) secara total dan
jumlah kg per Ha. Biaya produksi disajikan secara total dan biaya produksi per kg
minyak sawit dan inti sawit untuk masing-masing unsur biaya produksi yaitu:
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
101
biaya umum,
- biaya pengolahan,
- biaya penyusutan.
Selain dari laporan produksi dan biaya produksi seperti tersebut di atas
perusahaan juga membuat laporan secara rinci baik produksi maupun biaya produksi.
unsur-unsur biaya produksi (bahan, upah langsung dan bahan, upah tidak langsung).
biaya produksi
apa saja yang perlu tindakan perbaikan agar sasaran dapat dicapai.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
102
unsur-unsur biaya bahan dan tenaga kerja dalam setiap jenis pekerjaan, harus
produksi. Bila cara ini dilakukan memerlukan waktu yang lebih lama dan tidak
efisien.
penyimpangan yang terjadi antara realisasi jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
realisasi dan anggaran tersebut dianalisis apa penyebab perbedaan (yang significant)
apakah produksi dan atau biaya produksi.Yang diperhitungkan sebagai bahan adalah
produksi minyak sawit dan inti sawit dan biayanya dihitung berdasarkan harga pokok
perkilogram minyak sawit dan inti sawit yaitu jumlah biaya produksi yang dibagi
Produksi utama (hasil jadi) perusahaan adalah minyak sawit dan inti sawit.
Harga pokok produksi per kilogram diperhitungkan sama (harga pokok produksi per
kilogram rata-rata) yaitu membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk
menghasilkan minyak sawit dan inti sawit. Berdasarkan data di atas bahwa jumlah
biaya produksi adalah realisasi sejumlah Rp. 289.874.000 dan anggaran adalah
sejumlah Rp.319.229.000 sedangkan jumlah produksi minyak dan inti sawit adalah
realisasi 151.132 ton dan anggaran sejumlah 165.410 ton. Harga pokok produksi per
kilogram adalah realisasi Rp.289.874.000 : 151.132 ton adalah Rp. 1.918,07 dan
anggaran Rp. 319.229.000 : 165.410 ton = Rp. 1.929.93. Oleh perusahaan harga
pokok produksi ini digunakan sebagai komponen biaya dalam perhitungan laba-rugi.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
103
Perhitungan laba-rugi dalam hal ini oleh perusahaan adalah perhitungan laba-rugi
kelapa sawit, tidak ada perhitungan laba-rugi masing-masing minyak sawit dan inti
sawit.
Perhitungan harga pokok produksi kelapa sawit tersebut di atas tidak cukup
realistis karena harga pokok produksi minyak sawit dan inti sawit tidak dipisahkan
sehingga harga pokok produksi per kilogramnya diperhitungkan sama. Dalam proses
produksi/pengolahan TBS mendapatkan minyak sawit dan inti sawit berbeda dengan
untuk mendapatkan minyak sawit berbeda dengan untuk mendapatkan inti sawit.
membandingkan antara anggaran tersebut dengan realisasi biaya pada tahun tertentu.
karena realisasi biaya di bawah anggaran dan ada juga penyimpangan yang
terjadinya.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
104
bertanggung jawab penuh terhadap pengawasan biaya produksi di kebun dan pabrik
supaya biaya yang dikeluarkan tidak melebihi anggaran yang telah ditetapkan.
biaya produksi yaitu sebesar Rp. 29.355.000 atau 9,2 %. Penyimpangan ini
anggaran. Target produksi tidak tercapai sesuai anggaran yang mana berdasarkan
anggaran, produksi adalah sebesar 165.410 ton dan kenyataannya produksi sebesar
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
105
sebagaimana mestinya.
Tindakan perbaikan
a. meningkatkan pengamanan dengan melibatkan aparat dan
akan datang
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
106
BAB V
kelapa sawit, penulis mencoba menarik kesimpulan dan memberikan saran dengan
yakni:
A) Kesimpulan
Tanjung Morawa yang terdiri dari biaya langsung (biaya tanaman, biaya
pengolahan) dan biaya tidak langsung (biaya umum dan biaya penyusutan).
3. Perusahaan tidak merinci harga pokok produksi untuk setiap jenis produk
(minyak sawit dan inti sawit) yang dihasilkan padahal kuantitas dan harga
jualnya berlainan
bagian/unit kerja karena perusahaan menerapkan pola top down dan bottom up.
5. Anggaran produksi dan biaya produksi digunakan sebagai tolak ukur dan
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
107
B. Saran
1. Perbedaan antara anggaran dan realisasi harus diawasi secara ketat dan
anggaran. Analisis ini harus diikuti tindakan koreksi jika merugikan perusahaan
2. Sebaiknya unsur-unsur biaya produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, biaya bahan dan tenaga kerja tidak langsung disajikan dalam
perbedaan yang cukup significant dan dapat diketahui dimana dan siapa yang
biaya dan kejelasan pihak yang bertanggung jawab jika penyimpangan biaya
terjadi.
3. Harga pokok produksi minyak sawit dan inti sawit baik jumlah maupun harga
harga pokok produksi maupun harga pokok produksi per kilogram (untuk
rincinya) dipisahkan sehingga perbedaan nilai dari kedua jenis produksi itu
dapat diketahui.
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
108
DAFTAR PUSTAKA
Liberty, Yogyakarta:
Jakarta.
Fess, Niswonger, Warren, Reeve, 2001. Prinsip-prinsip Akuntansi, Edisi 19, Jilid 1,
Harahap, Sofyan Syafri, 2003. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat, Penerbit
Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Buku Satu, Penerbit
Matz, Adolph dan Usry, Milton F., 2000. Akuntansi Biaya, Perencanaan dan
Mulyadi, 2003. Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.
109
Munandar, M., 2000. Budjeting Perencanaan Kerja Pengawas Kerja, Edisi Pertama,
Jakarta.
Jakarta.
Bandung.
Supomo, Bambang dan Indrianto, Nur, 2001. Metode Penelitian Bisnis Untuk
Tambunan, Loran, 2001. Akuntansi Biaya Konsep, Sistem dan Metode, Edisi Kedua,
Welsch, Glenn A., Hilton, Ronald W., Gordon, Paul N., 2000. Anggaran,
Simon P. N. Bako : pengawasan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
2010.