Anda di halaman 1dari 52

PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT

PENAMBANGAN BATUBARA PIT TAMBANG AIR LAYA (TAL)


BARAT. PT BUKIT ASAM, TBK.

LAPORAN AKHIR PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Diajukan oleh:
MUHAMMAD MAHRUF

PROGRAM STUDI PENGOPERASIAN ALAT TAMBANG


AKADEMI KOMUNITAS INDUSTRI PERTAMBANGAN BUKIT ASAM
TANJUNG ENIM
2019
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT


PENAMBANGAN BATUBARA PIT TAMBANG AIR LAYA (TAL)
BARAT. PT BUKIT ASAM, TBK.

Muhammad Mahruf
201811012
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

Putra S.T.M.Eng Tanggal...........................

Pembimbing lapangan

Rismanto Yahman Tanggal...........................


NP 7394130563

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT


PENAMBANGAN BATUBARA PIT TAMBANG AIR LAYA (TAL)
BARAT. PT BUKIT ASAM, TBK.

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:


MUHAMMAD MAHRUF
201811012

Telah dipertahankan di depan Dewan penguji


Pada tanggal

Susunan Dewan Penguji


Pembimbing Utama Ketua tim penguji

Putra S.T., M.Eng


NIY

Anggota Tim Penguji

NIY

iii
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRODUKTIVITAS ALAT GALI-MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM


PRODUKSI BATUBARA DI PENAMBANGAN AIR LAYA (BARAT)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:


MUHAMMAD MAHRUF
201811012

Laporan telah diterima sebagai salah satu persyaratan


Untuk menyelesaikan pendidikan D1
Akademi komunitas industri pertambangan bukit asam
Tanggal.................................

Mengetahui, Disetujui,
Manager Penambangan Air Laya Pembimbing Lapangan AM.
Penambangan Air Laya 2

Samiaji nugroho Manto Adnan


NP. 7292130319 NP. 6486126603

iv
LAPORAN PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRODUKTIVITAS ALAT GALI-MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM


PRODUKSI BATUBARA DI PENAMBANGAN AIR LAYA (BARAT)

yang dipersiapkan dan disusun oleh:

MUHAMMAD MAHRUF

Laporan telah diterima sebagai salah satu persyaratan


Untuk menyelesaikan pendidikan D1
Akademi komunitas industri pertambangan bukit asam
Tanggal.................................

Wakil Direktur Ketua Program Studi Teknik


Akademik Pengoperasian Alat
Tambang

Hj. Sri Indarti, M.Pd Sarmidi, M.Pd


NIY. 300100048 NIY. 300100305
Direktur

Dra.Hj.Nurbait, MM
NIY. 300100032

v
LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dalam melaksanakan praktik kerja lapangan ini berjalan


dengan lancar. Hal ini karena tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih telah membantu dalam
pelaksanaan dan penyusunan laporan praktik lapangan ini, dan laporan praktik ini
saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberi doa dan motivasi kepada
penulis.

2. Dosen pembimbing yang selalu memberi pengarahan untuk membuat laporan


ini.

3. Pembimbing lapangan yang membantu mengambil data di lapangan dan


memberi teori yang ada di Penambangan Air Laya (PAL) 2 Barat.

4. Teman-teman yang membantu dan memberi dukungan

Semoga bantuan dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis mendapat
balasan dari Allah SWT. Dan dengan tersusunnya laporan praktik kerja lapangan
ini

vi
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yanag telah memberi kesempatan kepada
penulis, karena atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktik kerja lapangan di Tambang Air Laya Unit Pertambangan PT Bukit Asam,
Tbk., kecamatan Tanjung Enim, Provinsi Sumatera Selatan yang telah dilaksanakan
selama 2 bulan, dimulai tanggal (16 September – 15 November).
Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
mengikuti mata kuliah praktik kerja lapangan yang berjudul ’’Produktivitas Alat
Gali Muat dan Alat Angkut dalam Penambangan Batubara di Front TAL Barat
Penambangan Air Laya (PAL) II PT. Bukit Asam, Tbk. Tanjung Enim, Kabupaten
Muara Enim, Provensi Sumatera Selatan’’.
Penulisan berterima kasih kepada pihak-pihak yang membantub dalam
penulisan laporan ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan trima kasih
kepada;
1. Bapak Putra M.Eng, selaku dosen pembimbing
2. Bapak Rismanto yahman, selaku Asisten Manajer penambangan Aier Laya 2,
selaku pembimbing kerja praktik lapangan di PT. Bukit Asam, Tbk.
3. Bapak Samiaji selaku Manajer penambangan Air Laya di PT. Bukit Asam, Tbk.
4. Bapak sapuan, selaku SvP Ops penambangan Air Laya Grup A-D
5. Bapak Nasrul.T, selaku SvP Ops penambangan Air Laya Grup A-D
6. Bapak Manto Adnan, selaku SvP Ops penambangan Air Laya Grup A-D
7. Bapak Firdaus, selaku SvP Ops penambangan Air Laya Grup A-D
8. Bapak Mancah.M, selaku pengawas penambangan Senior
9. Bapak Yanuar.A, selaku pengawas penambangan Senior I
10. Bapak windi Hilman, selaku pengawas penambangan Yunior II
11. Bapak Ardian Syahputra, selaku pendukung teknis / operasi III
12 Bapak Denny Ramadi Halim, selaku pengawas penambangan senior II
13. Bapak Suhandi Ade Putra, selaku pendukung teknis / operasi III

vii
14. Seluruh kryawan PT. Bukit Asam, Tbk yang telah membantu dalam
pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.Serta semua pihak yang turun membantu
dalam penyelsaian laporan ini.
Semoga bantuan dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis mendapat
balasan dari Allah SWT. Dan dengan tersusunnya laporan praktik kerja lapangan
ini dapat menambah wawasan dan mengetahui khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pihak pembaca laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penulis laporan ini jauh dari sempurnah, karena
keterbatasnya ilmu pengetahuan, pengalaman, serta kemampuan penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak yang membaca

Tanjung Enim,............................2019

Penulis

viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ iii
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................ Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................15
1.1. Latar Belakang .....................................................................................15
1.2. Tujuan dan Manfaat .............................................................................15
1.3. Perumusan Masalah .............................................................................16
1.4. Metodologi Penelitian ..........................................................................17
1.4.1. Teknik pengumpulan Data ...........................................................17
1.4.2 Pengolahan Data ...............................................................................17
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................19
2.1 Pengertian Batubara ..............................................................................19
2.2 Kualitas batubara .................................................................................19
2.3 Metode Penambangan Batubara ............................................................20
2.4 Geometri Lapangan .............................................................................20
2.4.1 Jenjang (Bench) Kerja Penggalian ....................................................21
2.5 Geometri Jalan Angkut ..........................................................................22
2.5.1 Lebar jalan angkut .............................................................................22
2.5.2 Kemiringan jalan ..............................................................................23
2.5.3 Cross slope .......................................................................................23
2.5.4 Faktor pengembangan dan penyusutan material ..............................24
2.5.5 Faktor pengembangan Material (Swell Factor)................................25
2.6 Pola penggalian ....................................................................................26
2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Peralatn .........................27

ix
2.7.1 Waktu Edar (Cycle Time) Alat Gali-Muat ........................................27
2.7.2 Waktu Edar (Cycle Time) Alat Angkut .............................................27
2.7.3 Pengaruh Efisiensi Kerja Operator ....................................................28
2.8 Perkiraan Produksi Peralatan .................................................................28
2.8.1 Produksi alat Gali-Muat Material, dapat dinyatakan dalam persamaan:
......................................................................................................28
2.8.2 Produksi Alat Angkut Material, dapat dinyatakan dalam
persamaan: ....................................................................................29
2.9 Keserasian Kerja Alat (Match Factor) ................................................29
BAB III GAMBARAN UMUM .......................................................................31
3.1 Sejarah Perusahaan .................................................................................31
3.2 Visi, Misi dan Tujuan instansi .............................................................33
3.3 Struktur Organisasi instansi .................................................................34
3.4 Lokasi, waktu dan Tempat PKL ..........................................................34
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................35
4.1 Kondisi Lapangan ..................................................................................35
4.1.1 Kondisi Front Penambangan Batubara ..............................................35
4.1.2 Geometri Jalan Angkut Material ......................................................36
4.2 Kegiatan Penambangan di Wilayah Penambangan Air Laya (PAL) 2 37
4.3 Alat Pendukung Kegiatan Penambangan.............................................37
4.3.1 Motor Greder ...............................................................................37
4.3.2 fuel Truck.........................................................................................37
4.3.3 Dozzer – Ripper ...............................................................................38
4.3.5 Water Truck .....................................................................................39
4.3.6 Rambu – Rambu Keselamatan ........................................................40
4.3.7 Compactor .......................................................................................40
4.4 Pola Pemuatan .......................................................................................41
4.5 Faktor Keserasian Alat Gali-Muat dan Alat Angkut ...........................42
4.6 Produktivitas Alat Gali-Muat dan Alat Angkut ....................................43
4.6.1 Produktivitas Alat Gali-Muat ..........................................................43
4.6.2 Produktivitas Alat Angkut ...............................................................44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................45

x
5.1 Kesimpulan............................................................................................45
5.2 Saran ......................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................47

xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2. 1 Open pit .............................................................................................20
Gambar 2. 2 Lebar jalan angkut .............................................................................23
Gambar 2. 3 Cross Slope .......................................................................................24
Gambar 2. 4 Bench loading ...................................................................................27

Gambar 4. 1 Front TAL Barat Penambangan Air Laya 2 ......................................36


Gambar 4. 2 Penyiraman dengan air oleh Water truck ..........................................36
Gambar 4. 3 Motor Greder ....................................................................................37
Gambar 4. 4 Fuel Truck .........................................................................................38
Gambar 4. 5 Dozzer - Ripper .................................................................................38
Gambar 4. 6 Tower Lamp ......................................................................................39
Gambar 4. 7 Water truck ........................................................................................39
Gambar 4. 8 Rambu – Rambu Lalu Lintas Tambang ............................................40
Gambar 4. 9 Gambar Rambu – Rambu lalu lintas tambangError! Bookmark not
defined.
Gambar 4. 10 Single Back UP dan Double Back Up.............................................42

xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2. 1 Kemiringan vc Kecepatan .....................................................................23
Tabel 2. 2 Pengembangan dan Penyusutan Material .............................................24
Tabel 2. 3 Material (Swell Factor) .........................................................................25

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Spesifikasi Alat Gali-Muat ............................................................... 48


Lampiran 2 Spesifikasi Alat Angkut .................................................................... 49
Lampiran 3 Waktu Edar Dump Truk Hino 500 FM 350 PD ............................... 50
Lampiran 4 Waktu Edar Excavator PC 400 LC ................................................... 51

xiv
15

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki Sumber
daya alam berharga dengan jumlah yang cukup besar. Salah satu endapan bahan
galian yang jumlah cukup besar memiliki peran penting yaitu batubara.
Di indonesia, jumlahnya cadangan batubara cukup besar dan memiliki nilai
ekonomis yang layak untuk dilakukan penambangan. Dari beberapa perusahaan
pertambangan batubara di indonesia, PT Bukin Asam, Tbk merupakan salasatu
perusahaan BUMN yang bergerak dibidang pertambanga batubara pengawasan
Direktorat Jendral Mineral, Batubara dan panas bumi.
PT Bukit Asam, Tbk sendiri telah beroperasi sejak tahun 1985, memiliki izin
Usaha pertambangan (IUP) seluas 15.300 Ha yang berlokasi di Kecamatan Tanjung
Enim, Kabupaten Muara Enim, Provensi Sumatera Selatan. Dengan tiga lokasi
penambangan pada Unit pertambangan Tanjung Enim, yakni Tambang Air Laya,
Muara Tiga Besar (MTB) dan Banko Barat.
Tambang Air Laya merupakan lokasi utama penambangan batubara yang
memiliki izin usaha pertambangan batu bara 7700 Ha. Sistem penambangan yang
digunakan yaitu sistim penambangan terbuka, dengan metode penambangan open
pit. Awalnya lokasi ini menggunakan continuous miner namun karena kondisi
lapangan yang tidak memungkinkan lagi, dengan berbagai pertimbangan, peralatan
penambangan yang digunakan menjadi konvesional dengan metode benching
system.

1.2. Tujuan dan Manfaat penelitian.

1) Aktivitas kegiatan penambangan di wilayah penambangan Air Laya (PAL)


2 terdiri dari beberapa tahapan, yaitu dimulai dengan pemberain batubara
(ripping coal) dengan menggunakan ripper, kemudian hasil ripping akan
dimuat (loading) oleh excavator PC400 ke dalam dump truck, lalu diangkut
(hauling) ke stockpile yang nantiny akan gali-muat kembali oleh bucket
whell excavator (BWE) untuk di transportasikan oleh bell conveyor.
16

2) Metode yang digunakan di wilayah penambangan Air Laya (PAL) 2 yaitu,


Open pit merupakan bentuk penambangan untuk endapan bijih yang terletak
pada suatu daerah yang diatur lembah. Dengan demkiaan medan kerja digali
kearah bawah sehingga akan membentuk semacam cekungan atau Pit.
Untuk endapan batubara yang tebal (biasanya untuk endapan bijih),
diperlukan beberapa jenjang sehingga membentuk seperti piramid terbaik
masuk kedalam bumi. Setiap jenjang makin kedalam radiusnya semakin
kecil karena kemiringan jenjang terkait dengan aspek keselamatan kerja.

3) Menghitung produktivitas alat gali-muat dan alat angkut dengan mencari


data yaitu, cycle time alat gali dan alat angkut, setelah mendapat cycle time,
mecari match faktor jumlah kelarasan alat gali-muat dan alat angkut
Manfaat penulisan laporan ini adalah:

a. Bagi perusahaan laporan tugas akhir ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan perusahaan dimasa yang
akan datang dan dapat menjadi masukan untuk membantu kelancaran
perusahaan.

b. Bagi mahasiswa tugas akhir ini dapat menambah pengetahuan dalam hal
penambangan sebagai sarana untuk membandingkandengan teori yang
pernah didapat dibangku kulia.

c. Bagi masyarakat dan mahasiswa lain dapat dijadikan sebagai beban


referensi bagi yang melakukan penelitian lebih lanjut berkenaan dengan
masalah ini.

1.3. Perumusan Masalah

a) Bagai mana aktivitas penambangan batubara di tambang air laya Barat ?

b) Apa metode penambangan serta peralatan-peralatan yang digunakan dalam


proses penambangan batu bara di Tambang Air Laya Barat ?

c) Cara menghitung produktivitas alat gali-muat dan alat angkut ?


17

1.4. Metodologi Penelitian


1.4.1. Teknik pengumpulan Data

a) Metode studi literatur, yaitu yang digunakan bersifat teoristis, data ini
diperoleh dari sumber yang berkaitan dengan objek penelitian dan laporan-
laporan penambangan ataupun mempelajari hasil-hasil penyelidikan yang
telah dilakukan di daerah pemantauan.

b) Metode observasi, yaitu metode yang suatu metode yang bertujuan


mendapatkan keadaan daerah perusahaan berdasarkan data yang ada di
lapangan.
1.4.2 Pengolahan Data

Dalam tahap pengolahan data ini, dilakukan pemecahan masalah penelitian.


Data yang telah terkumpul perlu dikelompokan kembali sesuai dengan
permasalahan-permasalahan yang sesuai topik pembahasan. Setelah data
dikelompokan, dibuatlah penafsiran penafsiran terhadap hubungan antara data
dengan teori di perkuliahan.
18
19

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Batubara

Batubara merupakan salah satu batuan sedimen yang dapat terbakar,


terbentuk dari endapan organik seperti sisa-sisa tumbuhan (fosil tumbuhan) yang
kemudian mengalami proses pembatubaraan. Manusia memanfaatkan batubara
sebagai energi alternatif (bahan bakar fosil) serta kegiatan-kegiatan industri
lainnya. Semakin meningkatnya kebutuhan industri untuk pemakaian batubara
sebagai bahan bakar, secara ekonomis harga batubara dipasar dunia semakin
membaik.

2.2 Kualitas batubara


Klasifikasi batubara berdasarkan tingkat energinya (SNI 13-6011-1999)
dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu batubara energi rendah dan batubara energi
tinggi.
1) Batubara energi rendah (brown coal)
Merupakan jenis batubara yang paling rendah peringkatnya, mudah rapuh,
lunak, memiliki kadar air tinggi (10-70%), terdiri atas batubara energi rendah lunak
(soft brown coal) dan batubara lignitik yang memperlihatkan struktur kayu. Nilai
kalorinya < 7000 kalori per gram (dalam bentuk dry- ASTM).

2) Batubara Energi Tinggi (Hard Coal)


Semua jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi dari brown coal,
kompak, sulit rapuh, bersifat lebih keras, memiliki kadar air relatif rendah,
umumnya struktur kayu tidak tampak lagi, pada saat penanganan (coalhandling).
Relatif tahan terhadap kerusakan fisik. Nilai kalornya > 7000 kalori per gram
(dalam bentuk dry-ASTM).
20

2.3 Metode Penambangan Batubara


Pada dasarnya kegiatan penambangan dapat dibagi menjadi 2 sistem yaitu
sistem tambang terbuka (surface mining) dan sistem tambang bawah tanah
(underground mining). Sistem penambangan ini terbagi lagi menjadi beberapa
metode, dimana dalam penerapan harus sesaikan dengan kondisi dan keadaan di
lapangan. khususny di area tambang air laya 2 (barat) ini, menggunakan metode
penambangan Open Pit Mining .
1. Open Pit Mining

Metode ini digunakan untuk endapan batubara yang memiliki kemiringan


(dip) yang besar dan curam. Endapan batubara harus tebal apabila lapisan tanah
penutup cukup tebal, ini merupakan bentuk penambangan untuk endapan bijih yang
terletak pada suatu daerah yang diatur lembah. Dengan demkiaan medan kerja
digali kearah bawah sehingga akan membentuk semacam cekungan atau Pit. Untk
endapan batubara yang tebal (biasanya untuk endapan bijih), diperlukan beberapa
jenjang sehingga membentuk seperti piramid terbaik masuk kedalam bumi. Setiap
jenjang makin kedalam radiusnya semakin kecil karena kemiringan jenjang terkait
dengan aspek keselamatan kerja (lihat Gambar 2.1).

Gambar 2. 1 Open pit

2.4 Geometri Lapangan


Tempat kerja pada kegiatan penambangan mempunyai ukuran standar yang
sudah ditentukan oleh divisi perencanaan. Hal tersebut guna mempelancar kinerja
21

alat maupun pekerja tercapai keseimbangan antara keselamatan pekerja dan


produksi yang sudah ditargetkan.
2.4.1 Jenjang (Bench) Kerja Penggalian
Letak bijih yanag berada dilapisan bawah dari permukaan dan tertutup oleh
lapisan tanah penutup, maka untuk mencapai lapisan bijih itu biasanya dibuat
jenjang.Suatu jenis jenjang yang dibuat harus mampu menampung dan
mempermuda pergerakan alat-alat mekanis pada saat aktivitas pengupasan tanah
penutup dan pengambilan bijih.
Dimensi suatu jenjang dapat ditentukan dengan mengetahui data produksi
yang diinginkan, peralatan mekanis yang digunakan, material yang digali, jens
pembongkaran dan penggalian yang dipergunakan dan batas kedalamanny
penggalian atau tebalnya lapisan bijih, serta data sifat mekanik dan sifat fisik batuan
untuk kestabilan lereng. Dimensi daripada jenajng adalah:
1) Panjang jenjang
Panjang jenjang tergantung pada produksi yang diinginkan dan luan dari areal
penambangan atau dibuat sampai pada batas penambangan yang direncanakan.
Pada dasarnya alat-alat mekanis yang digunakan mempunyai ruang gerak yang
cukup untuk bermanuver dalam aktivitasnya.

2) Lebar jenjang
Lebar jenjang direncanakan sesuai dengan jarak yang dibutuhkan oleh alat
mekanis dalam beroperasi, dalam hal ini alat gali/muat dalam alat angkut. Untuk
menghitung lebar jenjang minimum dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan.

Wmin= 2R + JP + C + JA

Keterangan:

Wmin = Lebar jenjang minimum

R = Radius putar alat muat excavator

JP = Jangkauan penumpahan excavator

C = Lebar alat angkut


22

JA = Jarak aman
3) Tinggi jenjang
Tinggi jenjang adalah jarak yang diukur dari kaki jenjang ke puncak jenjang
tersebut. Tinggi jenjang dibuat tergantung dari faktor keamanan suatu lereng dan
tinggi maksimum penggalian dari alat gali yang digunakan.Analisis kemantapan
(slope stability) diperlukan sebagai pendekatan untuk memecahkan masalah
kemungkinan longsor yang akan terjadi pada suatu lereng.

2.5 Geometri Jalan Angkut


Setiap operasi penambangan memerlukan jalan tambang sebagai sarana
infrastruktur yang vital didalam lokasi penambangan dan sekitarnya. Jalan tambang
berfungsi sebagai penghubung lokasi-lokasi penting, antara lain lokai tambang
dengan area, pengolahan bahan galian, perkantoran, perumahan karyawan dan
tempat-tempat lain diwilayah penambangan.
Fungsi utama jalan secara umum adalah untuk menunjang kelancaran operasi
penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang mungkin
terdapat di sepanjang rute jalan tambang harus diatasi dengan mengubah rancangan
jalan untuk meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja.
2.5.1 Lebar jalan angkut
Perhitungan lebar minimum jalan angkut pada jalan lurus dan lebar jalan
angkut minimum yang terpakai jalur ganda (lihat gambar 2.2) atau menurut
“AASHTO Manual RuraL High-Way Design”, sebagai berikut:

L = n x Wt + (n + 1) x (0,5 x Wt)

Keterangan:

n = Jumlah jalur jalan angkut

L = Lebar jalan angkut (m)

Wt = Lebar dump truck (m)


23

Gambar 2. 2 Lebar jalan angkut

2.5.2 Kemiringan jalan

Kemiringan jalan berhubungan dengan kemampuan alat angkut baik dalan


pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan padaumumnya
dinyatakan dalam persen(%). Kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui
dengan baik oleh alat angkut dump truck bersekitar antara 10% - 15% atau sekitar
6o – 8,50o. Akan tetapi untuk jlan naik turun pada lereng bukit lebih aman bila
kemiringan jalan maksimum sekiar 8% = 4,50o (lihat tabel 2.1) memperlihatkan
kemiringan atau kelandaian maksimum pada kecepatan dumpt truc yang bermuatan
penuh diatas jalan raya mampu bergerak dengan kecepatan tidak kurang dari
separuh kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi rendah.

Tabel 2. 1 Kemiringan vc Kecepatan


VR (Km/jam) 20 30 40 50 60 80
Kemiringan Maks. (%) 1/50 1/75 1/100 1/115 1/125 1/150

2.5.3 Cross slope


Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan
terhadap bidang horizontal. Pada umumnya jalan angkut mempunyai bentuk
penampang melintang cembung. Dibuat demikian dengan tujuan untuk
melancarkan penirisan.
Apabila turun hujan atau sebab lain maka air yang ada pada permukaan jalan segera
mengair ketepi jalan angkut, tidak berhenti dan mengumpul pada permukaan jalan.
24

Hal ini penting karena air yang menggenang pada permukaan jalan angkut akan
membahayakan kendaraan yang lewat pada mempercepat kerusakan jalan (lihat
gambar 2.3)

Gambar 2. 3 Cross Slope

2.5.4 Faktor pengembangan dan penyusutan material


Pengembangan material perlu diketahui karena yang diperhitungkan
dinyatakan dalam volume insitu (bank volume). Sedangkan material ditangani pada
kegiatan pemuatan dan pengangkutan adalah material pada kondisi loose (loos
volume). Angka – angka Swell factor untuk setiap klasifikasi material berbeda
sesuai dengan jenis material itu sendiri (lihat Gamabar 2.2)
Tabel 2. 2 Pengembangan dan Penyusutan Material

Prubahan Kondisi Berikutnya

kondisi
Jenis Material
Awal
Asli Gembur Padat
(Insitu/Bank) (Loose) (Compacted)

(A) 1,00 1.11 0,99


Sand / Tanah
(B) 0,90 1,00 0,80
Berpasir
(C) 1,05 1,17 1,00
(A) 1,00 1,25 0,90
Sand Clay / Tanah
(B) 0,80 1,00 0,72
Biasa
(C) 1,11 1,39 1,00
25

Lanjutan Tabel 2. 2 Pengembangan dan Penyusutan Material


(A) 1,00 1,25 0,90
Clay / Tanah Liat (B) 0,70 1,00 0,63
(C) 1,11 1,59 1,00
(A) 1,00 1,18 1,08
Gravelly Soil /
(B) 0,85 1,00 0,91
Tanah Berkerikil
(C) 0,93 1,09 1,00
(A) 1,00 1,13 1,29
Gravels / Kerikil (B) 0,88 1,00 0,91
(C) 0,97 1,10 1,00
(A) 1,00 1,42 1,03
Kerikil besar dan
(B) 0,70 1,00 0,91
Padat
(C) 0,77 1,10 1,00
Pecahan batu (A) 1,00 1,65 1,22
kapur, batu pasir, (B) 0,61 1,00 0,74
cadas lunak, sirtu (C) 0,82 1,35 1,00
Pecahan Granit, (A) 1,00 1,70 1.31
Basalt, Cadas (B) 0,59 1,00 0,77
keras, dan lainnya (C) 0,76 1,30 1,00
(A) 1,00 1,75 1,40
Pecahan Cadas,
(B) 0,57 1,00 0,80
Broken Rock
(C) 0,71 1,24 1,00
Ledakan Batu (A) 1,00 1,80 1,30
Cadas, Kapur (B) 0,56 1,00 0,72
Keras (C) 0,77 1,38 1,00

2.5.5 Faktor pengembangan Material (Swell Factor)


Bertambahnya Volume tanah dari bank menjadi loose disebut dengan swell
Factor, untuk setiap klasifikasi material berbeda sesuai engan jenis material itu
sendiri (lihat Tabel 2.3)
Tabel 2. 3 Material (Swell Factor)

Density Insitu (Ib/cu


Macam Material Swell Faktor (%)
yd)

Bauksit 2700 – 4325 75


Tanah liat kering 2300 85
Tanah liat basah 2800 – 3000 80 – 82
Antrasit 2200 74
26

Lanjutan Tabel 2. 3 Material (Swell Factor)


Batubara bituminous 1900 74
Bijih Tembaga 3800 74
Tanah biasa kering 2800 85
Tanah biasa basah 3370 85
Tanah biasa campuran
pasir 3100 90
Kerikil Kering 3250 89
Kerikil basah 3600 88
Granit Pecah – pecah 4500 56 – 67
Hamatit pecah – pecah 6500 – 8700 45
Bijih besih pecah –
pecah 3600 – 5500 45
Batu kapur pecah –
pecah 2500 – 4200 57 – 60
Lumpur 2160 – 2970 83
Lumpur sudah ditekan 2970 – 3510 83
Pasir kering 2200 – 3250 89
Pasir basah 3300 – 3600 88
Serpih (shale) 3000 75
Batu sabalk (slate) 4590– 4860 77

2.6 Pola penggalian


Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan saran produksi, maka pola
pemuatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi waktu edar alat. Pola
pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan.
Operasi pengupasan serta alat mekanis yang digunakan dengan asumsi bahwa
setiap alat angkut datang mangkuk (bucket) alat gali-muat telah terisi penuh dan
siap untuk ditumpahkan. Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan
dilanjutkan dengan alat angkut berikutnya, hal tersebut menghindari terjadinya
waktu tunggu antar alat.
Bedasarkan kedudukan truck untuk dimuati bahan galian oleh alat maut
khususnya TAL Barat menggunakan penggalian bench Loading , kedudukan alat
muat lebih tinggi dari vesel dump truck jungkit (alat muat berada diatas jenjang).
Cara ini hanya digunakan pada alat muat excavator, selain itu operator lebih leluasa
27

untuk melihat bucket dan menempatkan material kedalam vesel dump truck (lihat
gambar 2.4)

Gambar 2. 4 Bench loading

2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Peralatn


Waktu edar adalah jumalah waktu yang diperlukan oleh alat mekanis baik alat
muat maupun alat angkut dalam melakukan satu siklus kegiatan prodiksi dari awal
sampai askhir dan siap untuk memulai kembali.
2.7.1 Waktu Edar (Cycle Time) Alat Gali-Muat
Dapat dinyatakan dalam persamaan:

CTm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4

Keterangan:

CTm = Total waktu edar alat muat(detik)


Tm1 = Waktu untuk mengisi muatan (detik)
Tm2 = Waktu ayunan bermuatan (detik)
Tm3 = Waktu untuk menumpah muatan (detik)
Tm4 = Waktu ayunan kosong (detik)
2.7.2 Waktu Edar (Cycle Time) Alat Angkut
Dapat dinyatakan dalam persamaan:

Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta

Keterangan:
28

Cta = Total Waktu edar alat angkut (menit)


Ta1 = Waktu mengatur posisi untuk diisi muatan (menit)
Ta2 = Waktu diisi muatan
Ta3 = Waktu mengangkut muatan (menit)
Ta4 = Waktu mengatur posisi untuk menumpahkan material (menit)
Ta = Waktu kembali kosong (menit)

2.7.3 Pengaruh Efisiensi Kerja Operator


Efisiensi kerja operator merupakan faktor para operator, dalam menggunakan
alat-alat mekanis. Efisiensi kerja operator tidak dapat dihitung secara tepat,
dikarenakan efisiensi dapat berubah dari hari ke hari bahkan jam ke jam. Efisiensi
kerja opertaor tidak hanya disebabkan dari faktor para operator, tetapi juga
hambatan-hambatan yang tidak mungkin dihindari, seperti cuaca, keadaan alat yang
rusak dan lain-lain.

2.8 Perkiraan Produksi Peralatan


Produksi penambangan adalah volume material yang dipindahkan ke tempat
lain pada satuan waktu dengan mempertimbangkan faktor yang mempengaruhinya.
Pada dasarnya hampir semua produksi alat mekanis dapat dihitung dengan
persamaan dibawah, walaupun terdapat sedikit modifikasi karena sifat pemakaian
alat yang lebih spesifik. Secara umum, perhitungan untuk memperkirakan produksi
alat mekanis dapat dirumuskan sebagai berikut.
2.8.1 Produksi alat Gali-Muat Material, dapat dinyatakan dalam persamaan:

KB X Eff x BFF X SF X 3600


P= XD
Ct

Keterangan:
P = Produksi alat muat per jam (ton/jam)
KB = Kapasitas bucket excavator (m3)
Eff = Efesiensi Alat
BFF = Bucket fill faktor
29

SF = Swell faktor
Ct = Waktu Edar (detik)
D = Densitas batubara (m3/ton)

2.8.2 Produksi Alat Angkut Material, dapat dinyatakan dalam persamaan:


Dapat dinyatakan dalam persamaan:

n x KB x Eff x BFF x SF x 60
P= xD
Ct
Keterangan:
P = Produksi alat muat per jam (ton/jam)
n = Jumalah pengisisan material
KB = Kapasitas bucket excavator (m3)
Eff = Efesiensi Alat
BFF = Bucket fill faktor
SF =Swell faktor
Ct = Waktu Edar (detik)
D = Densitas batubara (m3/ton)

2.9 Keserasian Kerja Alat (Match Factor)


Match factor (MF) merupakan penyesuaian alat mekanis ( alat muat dan alat
angkut) dalam suatu rangkaian kerja sehingga antara satu dengan lainny tidak saling
terganggu dan mencapai produksi yang optimal. Hubungan antara alat muat dan
alat angkut dapat dikaitkan serasi apabila tidak adanya waktu tunggu dari alat
tersebut.
Secara teoritis produksi alat muat harus sama dengan produksi alat angku,
sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat muat mempunyai nilai 1, untuk
menghitung match factor (MF) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Na x n x CTm
MF =
N x CTa
30

Keterangan:
MF = Faktor keserasian kerja alat (match faktor)
Na = Jumlah alat angkut yang digunakan
CTm = Waktu edar alat muat (menit)
Nm = Jumlah alat muat yang digunakan
Cta = Waktu edar alat angkut (menit)
n = Jumlah pengisian

Jika perhitungan nilai match factor yang didapat, maka:


MF = 1 Kemampuan alat muat sama dengan alat angkut, sehingga
tidak terdapat waktu tunggu.
MF >1 Kemampuan alat angkut lebih baik dari pada kemampuan
alat muat, sehingga terdapat waktu tunggu pada alat angkut.
MF <1 Kemampuan alat muat lebih baik dari pada kemampuan alat
angkut, sehingga terdapat waktu tunggu pada alat muat.
31

BAB III
GAMBARAN UMUM

3.1 Sejarah Perusahaan


Sejarah pertambangan batubara di tanjung enim dimulai pada periode tahun
1923 hingga 1940, Tambang Air Laya mulai menggunakan metode penambangan
bawah tanah. Dan pada periode tersebut mulai dilakukan produksi untuk
kepentingan komersial, tepat nya sejak tahun 1938. Seiring dengan berakhirnya
kekuasaan colonial Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian
berjuang menuntut perubahan status tambang menjadi pertambangan nasional.
Pada 1950, Pemerintah Republik Indonesia kemudian mengesahkan pembentukan
Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA).

Di era awal 1970-an saat melambungnya harga minyak, mata dunia terbuka
bahwa batubara merupakan sumber energy alternatif yang murah dan memiliki
cadangan besar. Di awal tahun 1976, Unit Produksi TABA yang merupakan bagian
dari Perum Batubara mendapatkan kunjungan dari pihak Bank Dunia. Unit yang
memiliki kapasitas produksi tahunan 122,000 ton saat itu telah memiliki studi
kelayakan sederhana dan memiliki angka produksi yang tidak melebihi 1 juta ton
per tahun. Kemudian diputuskan untuk mengubah coal mining
project menjadi coal mining transportation atau pertambangan terpadu.

Pertambangan Terpadu ini dalam perencanaannya transportasi batubaraakan


menempuh perjalanan darat sejauh 420 kilometer dan perjalanan laut 100 kilometer
dari lokasi awal (hulu) di area penambangan batubara Tanjung Enim, dan berujung
(hilir) di PLTU Suralaya. Untuk studi kelayakan terpadu program pengembangan
ini sendiri, Bank Dunia dan pemerintah RI masing-masing mengeluarkan anggaran
10 jutadolar AS.
32

Pada tanggal 1 Maret 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi


Perseroan Terbatas dengan nama PT Bukit Asam (Persero), yang selanjutnya
disebut PTBA atau Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan
industry batubara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan
Perum Tambang Batubara dengan Perseroan.

Pemerintah RI memutuskan untuk melanjutkan pembangunan tambang


terpadu ini dan dibentuklah PTBA di tahun 1981 untuk melaksanakan
pembangunan tambang dan pelabuhan. PTBA mendapat pinjaman 185 jutadolar
AS, dimana 120 juta dolar AS merupakan pinjaman dari Bank Dunia selaku project
sponsor. Sisanya merupakan pinjaman dari beberapa Negara seperti Jerman
(KFW), Jepang, Kanada dan Belanda. Pemerintah Republik Indonesia (RI) pun
turut memberikan pinjaman dengan nilai yang sama dalam bentuk mata uang
rupiah. Selain itu pemberi pinjaman lainnya dari dalam negri adalah Bank BNI 46.

Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energy nasional, pada 1993


Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batu bara.
Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di
Bursa Efek Indonesia dengan kode perdagangan “PTBA”.Berdasarkan data dari
LaporanTahunan 2014, produksi PTBA di tahun 2014 sudah mencapai angka 16,3
juta ton per tahun dengan net profit 2,02 Triliun rupiah.

Pada tanggal 29 November 2017, menjadi catatan sejarah bagi PTBA saat
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. Agenda utama
dalam RUPSLB PTBA mencakup tiga hal, yakni persetujuan perubahan Anggaran
Dasar Perseroan terkait perubahan status Perseroan dari Persero menjadi Non-
Persero sehubungan dengan PP 47/2107 tentang Penambahan Penyertaan modal
Negara Republik Indonesia kedalam Modal Saham PT Inalum (Persero),
Persetujuan Pemecahan Nominal Saham (stock split), dan Perubahan susunan
Pengurus Perseroan.Dengan beralihnya saham pemerintah RI keInalum, ketiga
perusahaan tersebut resmi menjadi anggota Holding BUMN Industri
Pertambangan, dengan Inalum sebagai induknya (Holding).
33

Tanggal 14 Desember 2017, PTBA melaksanakan pemecahan nilai nominal


saham. Langkah untuk stock split diambil perseroan untuk meningkatkan likuiditas
perdagangan saham di Bursa Efek serta memperluas distribusi kepemilikan saham
dengan menjangkau berbagai lapisan investor, sekaligus untuk mendukung
program “Yuk Nabung Saham”. Komitmen yang kuatdari Bukit Asam dalam
meningkatkan kinerja perusahaan merupakan faktor fundamental dari aksi
korporasi tersebut

3.2 Visi, Misi dan Tujuan instansi

 Visi
Perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan.
 Misi
Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi korporasi
dan keuangan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi
atakehholder dan lingkungan.
34

3.3 Struktur Organisasi instansi


STRUKTUR ORGANISASI
Organizational structure

3.4 Lokasi, waktu dan Tempat PKL

Pelaksanaan praktik kerja ini dilaksanakan dari tanggal 23 September 2019


hingga 15 November 2019, bertempat di satuan kerja Penambangan Air Laya
(PAL) 2 Barat, Unit Penambangan Tanjung Enim yang terletak di Tanjung Enim,
Kabupaten Muara Enim, Sumatera selatan.
35

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Lapangan


Sistem penambangan yang digunakan di PT. Bukit Asam, Tbk menggunakan
metode penambangan yaitu open pit berjenjang jenjang yang ada digunakan sebagai
jalan angkut material
Alat mekanis yang digunakan dalam kegiatan penambangan batubaranya
sendiri digunakan alat Gali-Muat excavator Komatsu PC400 yang dikombinasikan
dengan alat angkut dump truck Hino 500 FM 350 PD.
4.1.1 Kondisi Front Penambangan Batubara
Pada front TAL Barat Penambangan Air Laya (PAL) 2, (lihat Gambar 4.1)
lapisan batubara yang digali yaitu, A1, A2, B1, B2 dengan produk yang dihasilkan
yaitu AL-50 DAN AL-52. Adapun pengamatan mengenai kondisi seam batubara di
front MT-4 (Pengupasan tanah pucuk), yaitu:

a. Ketinggian jenjang rata-rata di front kerja, yaitu 7 – 10 meter.

b. Ketebalan batubara A1 adalah 6,5 – 8 meter dengan ketebalan interburden-


nya yaitu 0,3 – 3 meter.

c. Ketebalan batubara A2 adalah 5 – 12,9 meter dengan ketebalan interbuden


nya yaitu, 1,5 – 3 meter.

d. Ketebalan batubara B2 adalah 5 – 8 meter, dengan ketebalan interbuden-nya


yaitu, 9 – 18 meter.
36

Gambar 4. 1 Front TAL Barat Penambangan Air Laya 2


4.1.2 Geometri Jalan Angkut Material

a. Jenis material

Jenis matarial yang terdapat di Tambang Air Laya adalah lempung


dan lempung pasiran. Pada saat musim kemarau material akan mudah
terberai (berdebu) sehingga harus ilakukan penyiraman dengan air,
menggunakan alat berat water truck (lihat Gambar 4.2), sedangkan pada
musim hujan berubah menjadi lengket dan licin.

Gambar 4. 2 Penyiraman dengan air oleh Water truck


37

b. Lebar jalan angkut

Lebar jalan angkut dari front Tamabang Air Laya (TAL) Barat
menuju jalan utama terdiri dari satu jalur dengan lebar jalan ± 7 meter,
sedangkan lebar jalan angkut utama menuju stockpile yaitu ± 15 meter,
dan pada tikungan ± 20 meter.

4.2 Kegiatan Penambangan di Wilayah Penambangan Air Laya (PAL) 2

Dalam kegiatan penambangan di wilayah penambangan Air Laya (PAL) 2


terdiri dari beberapa tahapan, yaitu dimulai dengan pemberain batubara (ripping
coal) dengan menggunakan ripper, kemudian hasil ripping akan dimuat (loading)
oleh excavator PC400 ke dalam dump truck,lalu diangkut (hauling) ke stockpile
yang nantiny akan gali-muat kembali oleh buckt whell excavator (BWE) untuk di
transportasikan oleh bell conveyor.

4.3 Alat Pendukung Kegiatan Penambangan


4.3.1 Motor Greder

Merupakan salah satu yang digunakan untuk perawatan jln angkut, sehingga
memudahkan dalam proses pengangkutn menuju lokasi penimbunan (lihat Gambar
4.3)

Gambar 4. 3 Motor Greder


4.3.2 fuel Truck

Merupakan alat penunjang yang difungsikan pembawa bahan bakar untuk


38

peralatan mekanis yang beroperasi di area penambangan (lihat Gamabar 4.4)

Gambar 4. 4 Fuel Truck

4.3.3 Dozzer – Ripper

Ripper digunakan untuk memberaikan batubara yang keras, sedangkan


dozzer digunkan untuk meratakan batubara di stockpile maupun mendorong hasil
ripiingan (lihat hambar 4.5)

Gambar 4. 5 Dozzer - Ripper

4.3.4 Penerangan (Tower Lamp)

Merupakan alat bantu penerangan untuk kegiatan penambangan pada


malam hari. Tower Lamp ini mampu menerangi kawasan tambang dengan jarak
39

sorot mencapai 400 meter (lihat Gambar 4.6)

Gambar 4. 6 Tower Lamp

4.3.5 Water Truck

Merupakan alat penunjang yang digunakan untuk penyiraman jalan agar


mengurangi debu, sehingga tidak menganggu jarak pandang pada saat proses
pengangkutan, overburden dan batubara. Water truck juga sering digunakan di
loading point untuk membasahi batubara yang akan dimuat (lihat Gambar 4.7)

Gambar 4. 7 Water truck


40

4.3.6 Rambu – Rambu Keselamatan


Memudahkan operator mengoperasikan alat mekanis ketika berada dijalan
hauling (tambang) (lihat Gambar 4.8)

Gambar 4. 8 Rambu – Rambu Lalu Lintas Tambang


4.3.7 Compactor

Merupakan salah satu alat mekanis untuk perawatan jalan angkut. Alat ini
berfungsi sebagai pemadat jalan angkut dan digunakan juga untuk memadatkan
material diarea dumping (lihat Gambar 4.9)

Gambar 4. 9 Compactor
41

Untuk mencapai produksi yang sudah ditentukan, diperlukan adanya


penilaian terhadap kemampuan produksi alat gali-muat dan alat angkut yang
digunakan. Penelitian tersebut dilakukan dengan cara pengamatan dan penelitian
terhadap keadaan di lapangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
alat tersebut. Dengan mengetahui hal-hal tersebut terhdap dapat dilakukan dalam
menekan hambatan-hambatan yang mempengaruhi produktivitas alat tersebut
dalam mencapai target produksi.

4.4 Pola Pemuatan

Pola pemuatan single back up yang diterapkan menyebabkan adanya waktu


tunggu pada alat angkut, karena alat angkut harus menunggu, alat angkut pertama
dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama berangkat, alat angkut kedua
memposisikan diri untuk muat loading sedangkan alat angkut ketiga menunggu,
dan begitu sampai seterusnya. Peningkatan produksi alat dapat dilakukan dengan
cara mengubah pola pemuatan single back up menjadi pola pemuatan double back
up atau metode pemutan dua arah, sehingga waktu tunggu alat dapat berkurang.

Dump truck dapat bermanuver kesalah satu sisi alat muat selagi menunggu
alat memuati dump truck pertama. Setelah dump truck pertama berangkat,alat muat
langung memuati dump truck kedua. Ketika dump truck kedua dimuati maka dump
truck ketiga langsung manuver kesalah satu sisi alat muat dan menunggu dump
truck kedua berangkat (lihat Gambar 4.10)
Demikian seterusnya sehingga alat muat tidak mengalami waktu tunggu.
pUntuk menerapkan metode pemuatan dua arah maka diperlukan area pemuatan
yang cukup lebar agar alat angkut d Anggota Tim Penguji
42

Gambar 4. 9 Single Back UP dan Double Back Up

4.5 Faktor Keserasian Alat Gali-Muat dan Alat Angkut


Pada kegiatan penambangan, penyusunan alat mekanis (alat muat dan alat
angkut) dalam satu rangkaian kerja harus optimal tanpa adanya gangguan agar
jumlah produksi yang diinginkan tercapai.
Hasil perhitungan keserasian alat mekanis berdasakan data yang saya dapat
dilapangan ( front TAL Barat Penambangan Air Laya PAL II), sebagai berikut:

MF = Na x n x CTm
Nm x Cta
= 6 x 10 x 20,02 detik
1 x 19,40 menit
= 60 x 0,333
19,40
= 1,06
Keterangan:
Faktor keserasian kerja alat (MF) = 1.06
Jumlah alat angkut yang digunakan (Na) = 6 Unit
Jumlah pengisian muatan (n) = 10 kali
43

Waktu edar pemuatan (CTm) = 0,333 menit


Jumlah alat muat yang digunakan (Nm) = 1 Unit
Waktu edar alat angkut = 20,02 menit

Berdasarkan data hasil pengamatan di lapangan, faktor keserasian (match faktor)


antara alat gali-muat excavator Komatsu PC 400 dengan dump truck Hino 500 FM
350 PD dengan jarak dari front TAL Barat ke stockpile elevasi 10 yaitu 3000 meter
adalah 1,06. Artinya, dari hasil perhitungan Kemampuan alat gali-muat excavator
Komatsu PC 400 sama dengan alat angkut dump truck Hino 500 FM 350 PD,
sehingga tidak terdapat waktu tunggu.

4.6 Produktivitas Alat Gali-Muat dan Alat Angkut

Produktivitas nyata alat mekanis adalah besarnya jumlah material yang dapat
dihasilkan oleh alat mekanis dalam satuan waktu tertentu. Produktivitas alat
mekanis dapat dinyatakan dalan ton/jam pada penggalian batubara.
4.6.1 Produktivitas Alat Gali-Muat

Produktivitas alat gali-muat excavator Komatsu PC 400 didapatkan


berdasarkan perhitungan dari data pengamatan di lapangan dengan waktu kerja
efektif aktual dari alat gali-muat tersebut. Adapun penghitungan produktivitas alat
gali-muat pada front TAL Barat Penambangan AIR Laya (PAL) II adalah:

KB x Eff x BFF x SF x 3600


P= x Densitas Batubara
Ct

Diketahui:

Kapasitas Bucket (KB) = 2,5m3

Efisiensi kerja alat (EFF) = 0,76

Bucket Fill Faktor (BFF) = 0,86

Swell Faktor (SF) = 0,74

Cycle time gali-muat (Ct) = 20.02


44

Densitas Batubara = 1,26

Ditanya: P.....?

2,5m3 x 0,76 x 0,86 x 0,74 x 60


P= x 1,26
20,02

= 277 ton/jam
4.6.2 Produktivitas Alat Angkut
Produktivitas nyata alat angkut dump truck Hino 500 FM 350 PD didapakan
berdasarkan perhitungan dari data pengamatan di lapangan dengan waktu kerja
efektif aktual dari alat gali-muat tersebut. Adapun penghitungan produktivitas alat
gali-muat pada front TAL Barat Penambangan AIR Laya (PAL) II adalah:

n x KB x Eff x BFF x SF x 3600


P= x Densitas Batubara
Ct

Diketahui:

Kapasitas Bucket (KB) = 2,5

Efisiensi kerja alat (EFF) = 0,76

Bucket Fill Faktor (BFF) = 0,86

Swell Faktor (SF) = 0,74

Cycle time gali-muat (Ct) = 19,40


Densitas Batubara = 1,26

Ditanya: P.....?

10 𝑥 2,5m3 x 0,86 x 0,74 x 60


𝑃= x 1.26
19,40

= 61,99 ton/jam
45

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dengan mencari produktivitas mengetahui

2. Aktivitas kegiatan penambangan di wilayah penambangan Air Laya (PAL) 2


terdiri dari beberapa tahapan, yaitu dimulai dengan pemberain batubara
(ripping coal) dengan menggunakan ripper, kemudian hasil ripping akan
dimuat (loading) oleh excavator PC400 ke dalam dump truck, lalu diangkut
(hauling) ke stockpile yang nantiny akan gali-muat kembali oleh bucket whell
excavator (BWE) untuk di transportasikan oleh bell conveyor.

3. Metode yang digunakan di wilayah penambangan Air Laya (PAL) 2 yaitu,


Open pit merupakan bentuk penambangan untuk endapan bijih yang terletak
pada suatu daerah yang diatur lembah. Dengan demkiaan medan kerja digali
kearah bawah sehingga akan membentuk semacam cekungan atau Pit. Untuk
endapan batubara yang tebal (biasanya untuk endapan bijih), diperlukan
beberapa jenjang sehingga membentuk seperti piramid terbaik masuk
kedalam bumi. Setiap jenjang makin kedalam radiusnya semakin kecil karena
kemiringan jenjang terkait dengan aspek keselamatan kerja.
46

5.2 Saran
1. Meningkatan pengawasan terhadap kinerja operator alat, agar target yang
sudah direncanakan dapat tercapai. Bila target tidk tercapai, maka pengawas
segera bertindak untuk mencari solusi kenapa target tidak tercapai, sehingga
permasalahan yang ada dapat cepat diatasi dan kembali normal.
2. Keterampilan dan kemapuan operator alat sebaiknya lebih ditingkatkan, agar
keefektifan dan efisiensi dalam pengoperasian alat dapat terus meningkat.
47

DAFTAR PUSTAKA

Yuniar, Risya, thn 2016. Produktivitas Alat Gali-Muat dan Alat Angkut dalam
Penambangan Batubara di Pit Tambang Air Laya (TAL) Barat PT. Bukit
Asam (Persero), Tbk. Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Palembang:
Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”.
48

Lampiran 1
Spesifikasi Alat Gali-Muat

Nama Alat : Excavator

Merk/Tipe Alat : Komatsu PC 400 LC

Operating Weight : 44, 190 kg

Horse Power : 330 HP

Kapasitas Tangki Bahan Bakar : 605 L

Kapasitas Tangki Pelumas Hidraulis : 270 liter

Kapasitas Bucket : 2,5 m3

Ayun speed : 9, rpm

Poma Hidraulis : Piston


49

Lampiran 2
Spesifikasi Alat Angkut

Nama Alat : Dump Truck

Merk/Tipe Alat : Hino 500 FM 350 PD

Maximum Power (Ps/rpm) : 350/2100

Maximum Tors (Kgm/rpm) : 330 HP

Kapasitas Tangki Bahan Bakar : 200 liter

Kapasitas Vessel : 30 m3

Jumlah Silinder :6

Isi Silinder (cc) : 10520


50

Lampiran 3
Waktu Edar Dump Truk Hino 500 FM 350 PD

variabel Time (menit)


No. Manufer trevel Manuver Tumpah Trevel Cycle Time
Muat
Muat muatan tumpah (dumping) kosong (menit)
1 0,61 3,07 8,56 0,53 0,48 4,48 17,73
2 0,54 2,43 9,38 0,48 0,51 4,38 17,72
3 0,42 2,51 11,45 0,38 0,42 5,32 20,5
4 0,35 3,47 7,53 0,52 0,37 4,23 16,47
5 0,47 3,41 10,15 0,47 0,49 4,56 19,55
6 0,39 3,15 8,16 0,48 0,43 6,42 19,03
7 0,51 2,51 9,36 0,54 0,45 5,47 18,84
8 0,38 2,41 10,55 0,51 0,38 5,7 19,93
9 0,33 3,49 9,43 0,44 0,47 5,29 19,45
10 0,69 2,28 8,23 0,58 0,39 7,18 19,35
11 0,54 3,34 8,15 0,39 0,43 6,45 19,3
12 0,58 2,56 10,45 0,52 0,38 7,42 21,91
13 0,42 5,54 9,56 0,48 0,37 4,57 20,94
14 0,44 4,59 11,56 0,41 0,42 6,23 23,65
15 0,48 4,02 8,41 0,25 0,39 5,6 19,15
16 0,56 3,55 9,53 0,36 0,45 4,52 18,97
17 0,31 4,21 10,45 0,33 0,41 4,29 20
18 0,56 4,06 7,39 0,48 0,52 5,16 18,17
19 0,51 3,22 7,52 0,51 0,39 6,59 18,74
20 0,59 3,41 8,21 0,29 0,36 4,38 17,24
21 0,35 2,59 9,22 0,35 0,33 5,51 18,35
22 0,41 3,51 6,59 0,56 0,54 5,14 16,75
23 0,33 3,56 10,56 0,36 0,34 6,46 21,61
24 0,58 4,23 8,27 0,39 0,51 4,55 18,53
25 0,47 2,56 8,36 0,27 0,49 4,37 16,52
26 0,38 4,11 9,55 0,43 0,47 5,47 20,41
27 0,33 3,32 9,45 0,48 0,37 7,48 21,43
28 0,48 3,44 12,32 0,33 0,32 4,19 21,08
29 0,51 3,57 9,55 0,54 0,45 4,49 19,11
30 0,45 3,56 10,46 0,42 0,42 6,22 21,53
13,97 101,68 278,36 13,08 12,75 162,12 19,39866667
19.40
51

Lampiran 4
Waktu Edar Excavator PC 400 LC

Tumpah Swing
NO (Dumping) kosong Muat Swing ISI Cycle Time (detik)
1 3,22 3,45 7,39 2,51 16,57
2 3,02 3,2 8,1 3,54 17,86
3 4,43 3,26 9,28 3,12 20,09
4 3,44 4,22 7,36 2,45 17,47
5 3,14 3,05 8,54 3,24 17,97
6 4,42 3,51 9,31 3,24 20,48
7 4,4 4,43 8,55 4,56 21,94
8 4,22 2,55 9,34 3,21 19,32
9 3,42 3,57 7,43 2,25 16,67
10 5,19 4,2 7,45 3,21 20,05
11 4,09 4,33 8,54 3,12 20,08
12 5,3 4,22 8,56 3,23 21,31
13 4,56 4,35 8,56 3,41 20,88
14 3,42 3,58 9,54 4,12 20,66
15 6,44 4,54 9,22 3,42 23,62
16 4,13 3,56 10,02 3,53 21,24
17 4,54 4,56 8,53 4,24 21,87
18 4,36 4,13 9,34 3,31 21,14
19 4,32 3,18 8,43 4,32 20,25
20 7,32 4,23 9,22 3,45 24,22
21 4,55 4,15 9,56 2,43 20,69
22 3,45 3,45 8,46 3,24 18,6
23 3,4 3,18 9,32 3,56 19,46
24 4,12 4,23 8,56 3,22 20,13
25 3,55 3,41 8,22 3,45 18,63
26 4,16 3,22 10,54 3,22 21,14
27 2,38 4,22 8,1 2,31 17,01
28 3,28 3,16 9,45 3,51 19,4
29 3,22 4,28 9,45 3,54 20,49
30 5,18 4,25 8,45 3,45 21,33
124,67 113,67 262,82 99,41 20,019
20,02
52

Anda mungkin juga menyukai