Oleh:
NAMA NPM
BANDUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Asisten Manajer & Pembimbing Lapangan
Penambangan Air Laya 2
PT. Bukit Asam, Tbk.
Rismanto Yahman
Mengetahui,
Manajer Tambang Air Laya
PT. Bukit Asam, Tbk.
Samiaji Nugroho
ii
PRAKATA
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberi kesempatan kepada penulis,
karena atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja
Kecamatan Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan yang
telah dilaksanakan selama 1 bulan, dimulai dari tanggal 17 Juni 2019 s.d. 16 Juli
2019. Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
mengikuti mata kuliah Praktik Kerja Lapangan II dengan bobot 2 SKS yang berjudul
Front TAL Barat Penambangan Air Laya (PAL) II PT. Bukit Asam, Tbk. Tanjung
laporan ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta
2. Bapak Ir. Djumara Wiradisastra, M.Si., selaku Direktur Politeknik Geologi dan
Pertambangan “AGP”.
4. Bapak Ir. Rasdan Alimin Siregar, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Teknologi
iii
iv
5. Bapak Samiaji Nugroho selaku Manajer Penambangan Air Laya di PT. Bukit
Asam, Tbk.
7. Ibu Aida Noor Eka Olvyani, sekalu Pengawas Penambangan Yunior II di PT.
8. Bapak Manto Adnan, dkk. Selaku Supervisor Penambangan Air Laya 2 di PT.
9. Seluruh karyawan PT. Bukit Asam, Tbk yang telah membantu dalam
10. Serta semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Semoga bantuan dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis mendapat
balasan dari Allah SWT. Dan dengan tersusunnya laporan Praktik Kerja Lapangan II
ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya bagi penulis dan
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini jauh dari sempurna, karena
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
Penulis
SARI
open pit. PT. Bukit Asam, Tbk mempunyai lokasi kegiatan penambangan di Unit
Selatan.
untuk melayani alat angkut dump truck Hino 500 FM 350 PD sebanyak 4 (empat)
unit.
Setelah dilakukan analisis data waktu edar (cycle time) dengan menggunakan
rumus waktu edar, produktivitas alat gali-muat PC 400 LC dalam sebulan adalah
sebanyak 4 (empat) unit dalam sebulan adalah 4.494,613 ton/hari atau sebesar
134.838,39 ton/bulan.
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
PRAKATA...........................................................................................................iii
SARI.....................................................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
vi
vii
4.3.2 Compactor........................................................................................65
4.3.5 Dozzer-Ripper..................................................................................66
BAB V PEMBAHASAN.....................................................................................71
6.1 Simpulan....................................................................................................76
6.2 Saran..........................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................78
LAMPIRAN.........................................................................................................79
DAFTAR
Tabel Halaman
2.1 Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Bukit Asam, Tbk. (UPTE).................11
2.2 Data Hujan Harian Wilayah Tambang Air Laya (TAL), Juni 2019.............14
2.5 Penggolongan Kualitas Batubara PT. Bukit Asam, Tbk. dalam ASTM......19
5.2 Produksi Nyata Alat Angkut Dump Truck Hino 500 FM 350 PD...............73
x
DAFTAR
Gambar Halaman
2.1 Foto Udara Batas Wilayah Penambangan PT. Bukit Asam, Tbk.................6
xi
xii
3.16 Pola Pemuatan Single Back Up, Double Back Up, Triple Back Up..........45
3.18 Pola Pemuatan Frontal Cut dan Parallel Cut with Drive By....................47
4.8 Kegiatan Pemuatan di Loading Point Front TAL Barat PAL II.................61
4.11 Compactor.................................................................................................65
4.14 Dozzer-Ripper............................................................................................66
Lampiran Halaman
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
sumber daya alam berharga dengan jumlah yang cukup besar. Salah satu endapan
bahan galian yang jumlah cukup besar serta memiliki peran penting yaitu batubara.
PT Bukit Asam, Tbk sendiri telah beroperasi sejak tahun 1985, memiliki Izin
Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Dengan tiga lokasi
penambangan pada Unit Pertambangan Tanjung Enim, yakni Tambang Air Laya,
memiliki izin usaha pertambangan batubara seluas 7700 Ha. Sistem penambangan
open pit. Awalnya lokasi ini menggunakan continuous miner namun karena kondisi
1
2
pengangkutan, identifikasi masalah, pemecahan masalah sebagai bahan uji coba pada
Penelitian berlokasi di front TAL Barat, pit Penambangan Air Laya (PAL) II.
Batasan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan laporan ini tertuju pada
Komatsu PC 400 dan alat untuk mengangkut menggunakan Dump Truck Hino 500
FM 350 PD.
a. Metode studi literatur, yaitu data yang digunakan bersifat teoristis, data ini
Tambang Air Laya Unit Pertambangan PT Bukit Asam, Tbk, Kecamatan Tanjung
Praktik Kerja Lapangan II dengan berpedoman pada teori dan materi yang didapat
pada perkuliahan.
4
BAB I : PENDAHULUAN
penelitian.
BAB V : PEMBAHASAN
Bab ini berisi penjabaran dan pembahasan mengenai upaya peningkatan alat
serta mendapatkan hasil keserasian (match factor) antara alat gali-muat dan
alat angkut.
TINJAUAN UMUM
pada posisi 103°43’00’’ BT – 103° 50’10’’ BT dan 3° 42’ 30’’ LS – 4° 47’ 30’’
LS atau
garis bujur 9.583.200 – 9.593.200 dan lintang 360.600 – 367.000 dalam Universal
Transverse Mercator. PT. Bukit Asam, Tbk., berlokasi di Tanjung Enim, Kabupaten
Sumber: Satuan Kerja Unit Pertambangan Tambang Air Laya, PT. Bukit Asam, Tbk.
Gambar 2.1
Tanjung Enim dapat melalui jalur darat maupun jalur udara, yaitu:
a. Jalur Darat (Jarak tempuh ± 744 km dengan waktu tempuh ± 17 Jam 22 Menit)
b. Jalur Udara
Enim.
Gambar 2.2
(PN TABA) sebagai salah satu tuntutan dari rakyat mengenai pengubahan
Asam (Persero).
seharusnya mulai tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
Luar Biasa.
pemecahan nilai nominal saham. Langkah untuk stock split diambil perseroan
Komitmen yang kuat dari Bukit Asam dalam meningkatkan kinerja perusahaan
a. Visi
b. Misi
industri batubara PT. Bukit Asam, Tbk. diperlukan suatu struktur organisasi
yang dinamis dan adiktif dalam menghadapi persaingan usaha yang kompetitif
maupun untuk masa depan. Penyusunan ini telah dilakukan atas dasar
Sumber: Satuan Kerja Unit Pertambangan Tambang Air Laya, PT. Bukit Asam, Tbk.
Gambar 2.3
dalam dua wilayah, yaitu Tambang Air Laya (TAL), Muara Tiga Besar (MTB),
dan Banko Barat. Dalam Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Bukit Asam, Tbk
besar wilayah usaha operasi penambangan PT. Bukit Asam, Tbk (UPTE)
Tabel 2.1
Pertambangan Tanjung Enim (UPTE) PT. Bukit Asam, Tbk. Dengan luas wilayah
sekitar 7700 Ha. Pada lokasi Tambang Air Laya, digunakan metode penambangan
MTB memiliki luas area sekitar 3.300 Ha. MTB terdiri dari dua wilayah
yaitu Muara Tiga Besar Utara (MTBU) dan Muara Tiga Besar Selatan (MTBS).
1
and truck.
c. Banko Barat
Barat saat ini terdiri atas lima lokasi penambangan, yaitu Pit-1 dimana pit-1
terbagi menjadi Pit-1 Utara, Pit-1 Sektor Timur dan Pit-1 Sektor Barat dan Pit-3
terdiri dari Pit-3 Timur dan Pit-3 Barat. Proses penambangan yang dilakukan di
Bangko Barat menggunakan metode kombinasi antara shovel and truck dengan
Asam, Tbk. tersusun oleh formasi Muara Enim sebagai formasi batuan
Benakat yang tersusun oleh batupasir lempungan dan batubara. Formasi ini
berkisar antara 150 – 750 meter. Formasi batubara Muara Enim tersebut
terbentuk pada masa Miocene atas dan menempati bagian dari Cekungan
Sumatera bagian Selatan. Cekungan tersebut terbagi menjadi empat sub bagian,
yang diberi nama M1, M2, M3, dan M4. Dari empat sub bagian tersebut, M2 dan
ekonomi.
Pliocene dan Pleistocene serta intrusi batuan beku andesit dan dasit – riolit yang
1
a.
Anggota M1 Formasi Muara Enim mengandung dua lapisan batubara, yakni
ketebalan 8 – 12 meter.
c.
Anggota M3 Formasi Muara Enim mengandung beberapa lapisan batubara
dengan ketebalan kurang dari 2 meter. Hanya ada satu lapisan batubara yang
mencapai 2 meter.
d.
Anggota M4 Formasi Muara Enim mengandung beberapa lapisan batubara
pada umumnya yaitu iklim tropis dengan kelembaban dan temperatur yang
Selain itu, di wilayah Tambang Air Laya memiliki presipitasi curah hujan
Adapun grafik analisis mengenai presipitasi curah hujan harian pada bulan Juni
2019 di wilayah Tambang Air Laya, sebagai berikut (lihat Tabel 2.2):
1
Tabel 2.2
Data Hujan Harian Wilayah Tambang Air Laya (TAL), Juni 2019
Dari hasil analisis presipitasi di atas dari sumber terkait, curah hujan
harian tertinggi (maksimum) terjadi pada tanggal 17 Juni 2019 dengan nilai
Gambar 2.4
pada Formasi Muara Enim. Diantara lapisan batubara terdapat lapisan batuan
Tambang Air Laya (TAL) adalah sebagai berikut (lihat Gambar 2.5):
1
Sumber: Satuan Kerja Geologi dan Eksplorasi Tambang Air Laya, PT. Bukit Asam, Tbk.
Gambar 2.5
disebabkan oleh adanya intrusi batuan beku di beberapa tempat yang muncul di
permukaan sebagai andesit. Hal ini terjadi karena pemanasan oleh intrusi
batubara yang ada, maka spesifikasi mutu batubara (mine brand) di PT.Bukit
Pemerintah (PP) Nomor 13 Tahun 2000, mutu batubara dapat dibagi menjadi
batubara kalori rendah (< 5.100), batubara kalori menengah (5.100 – 6.100),batubara
kalori tinggi (> 6.100 – 7.100), dan batubara kalori sangat tinggi (> 7.100). PP
nilai kalori yang sama, tapi hanya ditujukan untuk penentuan tarif pajak.
Kualitas batubara yang merupakan produk pasar (mine brand) PT. Bukit
Asam, Tbk terdiri dari delapan jenis produk, yaitu: AL-50, AL-52, AL-55, AL-58,
AL-61, AL-62, AL-64, AL-72 (lihat Tabel 2.3) dan juga empat produk pasar
lainnya, yaitu: BA-45, BA-48, BA-50, BA-55, BA-64 (lihat Tabel 2.4). Penamaan
jenis produk batubara produk pasar PT. Bukit Asam, Tbk ini berdasarkan nilai kalori
Tabel 2.3
MINE BRAND
No. TIPE BATUBARA
1. AL-50 (4901-5200 kkal/kg,ar)
2. AL-52 (5201-5500 kkal/kg,ar)
3. AL-55 (5501-5800 kkal/kg,ar)
4. AL-58 (5801-6100 kkal/kg,ar)
5. AL-61 (6101-6400 kkal/kg,ar)
6. AL-62 (6401-6700 kkal/kg,ar)
7. AL-64 (6701-7100 kkal/kg,ar)
8. AL-72 (>7101 kkal/kg,ar)
Tabel 2.4
MARKET BRAND
No. TIPE BATUBARA
1. BA-45 (4400 - 4600 kkal/kg.ar)
2. BA-48 (4700 – 4900 kkal/kg.ar)
3. BA-50 (4900 – 5200 kkal/kg.ar)
4. BA-55 (5400 – 5600 kkal /kg.ar)
5. BA-64 (6300 – 6500 kkal/kg.ar)
Klasifikasi batubara yang umum digunakan oleh PT. Bukit Asam, Tbk.
adalah berdasarkan analisa proksimat dan nilai kalori batubara itu sendiri. Klasifikasi
ini dibagi dua,yaitu Mine Brand: Air Laya (AL), Bangko Barat (BB), Muara Tiga
(MT), untuk batubara hasil dari penambangan yang belum mengalami proses
pengolahan (Lihat Tabel 2.5) dan Market: Brand Bukit Asam (BA) untuk batubara
lain-lain.
Tabel 2.5
ASTM PTBA
Kelas Group Nama Mine Brand
1 Meta Anthracite -
Antrasit 2 Anthracite -
3 Semi-Anthracite AL 72 LS
1 Low Volatile Bituminus -
2 Medium Volatile Bituminus -
AL58, AL61,
Bituminus 3 High Volatile Bituminus Coal A
AL64 dan AL67
4 High Volatile Bituminus Coal B -
LANDASAN TEORI
terbentuk dari endapan organik seperti sisa-sisa tumbuhan (fosil tumbuhan) yang
sebagai energi alternatif (bahan bakar fosil) serta kegiatan-kegiatan industri lainnya.
dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu Batubara Energi Rendah dan Batubara
Energi Tinggi.
rapuh, lunak, memiliki kadar air tinggi (10-70%), terdiri atas batubara
energi rendah lunak (soft brown coal) dan batubara lignitik yang
memperlihatkan struktur kayu. Nilai kalorinya < 7000 kalori per gram
20
2
coal, kompak, sulit rapuh, bersifat lebih keras, memiliki kadar air relatif
rendah, umumnya struktur kayu tidak tampak lagi, pada saat penanganan
(coal handling) relatif tahan terhadap kerusakan fisik. Nilai kalorinya >
a. Rank Anthracitic
1) Meta – Anthracite
paling baik, dimana kandungan fixed carbon nya bisa mencapai >98%
dry).
2) Anthracite
3) Semi – Anthracite
b. Rank Bituminous
dry).
matter nya sebesar >31%, serta nilai kalorinya >14000 BTU/lb (dalam
keadaan dry).
c. Rank Subbituminous
1) Subbituminous A
2) Subbituminous B
3) Subbituminous C
d. Rank Lignitic
rendah dengan nilai kalori <6300 BTU/lb - <8300 BTU/lb. Terdiri atas
1) Lignite A
2) Lignite B
Merupakan grup batubara dalam rank lignitic yang mempunyai nilai kalori
Gambar 3.1
Klasifikasi batubara oleh American Society for Testing and Materials (ASTM)
Pada dasarnya kegiatan penambagan dapat dibagi menjadi dua sistem yaitu
sistem tambang terbuka (surface mining) dan sistem tambang bawah tanah
metode, dimana dalam penerapannya harus disesuaikan dengan kondisi dan keadaan
di lapangan.
terbuka. Hal ini kemungkinan dapat terjadi apabila endapan terletak di daerah dataran
rendah atau perbukitan, dengan lapisan penutup yang tidak terlalu tebal dan
kemiringan batubara yang kecil atau sedang. Adapun metode penambangan batubara
a. Contour Mining
Pada metode ini, penggalian awal dibuat sepanjang sisi bukit pada
ripper serta alat muat front end leader, kemudian langsung didorong dan
Gambar 3.2
saat pengupasan tanah penutup di sekitar lereng. Pada tahap awal blok 1 digali
sampai batas tebing (highwall) yang diijinkan tingginya (lihat Gambar 3.3).
Gambar 3.3
teliti untuk bisa menangani batubara dan overburden secara efektif (lihat
Gambar 3.4). Ada tiga jenis perlatan yang sering digunakan, yaitu:
a) Front-end loader
b) Scrapers
Gambar 3.4
Pada metode ini lapisan tanah penutup yang sudah digali, ditimbun
pada daerah yang sudah rata di sepanjang garis singkapan hingga membentuk
Gambar 3.5
(Amerika Serikat). Dengan metode ini lapisan tanah penutup dapat terkupas
3.6).
Gambar 3.6
c. Area Mining
dari singkapan batubara yang mempunyai lapisan dan tanah penutup dangkal
Gambar 3.7
Cara ini hampir sama dengan conventional area mining method, tetapi
terbatas untuk endapan batubara dengan tebal lapisan tanah penutup maksimum
Gambar 3.8
segi empat. Lapisan tanah penutup ditimbun sejajar dengan arah penggalian,
pada daerah yang sedang ditambang. Penggalian sejajar ini dilakukan sampai
Gambar 3.9
d. Auger Mining
Sebelumnya metode ini untuk mendapatkan batubara dari sisi kiri dinding tinggi
drag bit rotary drill. Tanpa merusak batubara, auger mengekstraksi dan menaikkan
3
Gambar 3.10
Auger Mining
(dip) yang besar dan curam. Endapan batubara harus tebal apabila lapisan tanah
penutup cukup tebal, ini merupakan bentuk penambangan untuk endapan bijih
yang terletak pada suatu daerah yang datar atau lembah. Dengan demikian medan
kerja digali ke arah bawah sehingga akan membentuk semacam cekungan atau pit.
Untuk endapan batubara yang tebal (biasanya untk endapan bijih), diperlukan
bumi. Setiap jenjang makin kedalam radiusnya semakin kecil karena kemiringan
Gambar 3.11
sudah ditentukan oleh divisi perencanaan. Hal tersebut guna memperlancar kinerja
alat maupun pekerja supaya tercapai keseimbangan antara keselamatan pekerja dan
Letak bijih yang berada dilapisan bawah dari permukaan dan tertutup
oleh lapisan tanah penutup, maka untuk mencapai lapisan bijih itu biasanya
dibuat jenjang. Suatu jenjang yang dibuat harus mampu menampung dan
kedalaman penggalian atau tebalnya lapisan bijih, serta data sifat mekanik dan
sifat fisik batuan unutk kestabilan lereng. Dimensi daripada jenjang adalah:
3
1) Panjang jenjang
dari areal penambangan atau dibuat sampai pada batas penambangan yang
2) Lebar jenjang
alat mekanis dalam beroperasi, dalam hal ini alat gali/muat dan alat
menggunakan persamaan:
Wmin = 2R + JP + C + JA
Keterangan:
JA = Jarak aman
3) Tinggi jenjang
Tinggi jenjang adalah jarak vertikal yang diukur dari kaki jenjang ke
keamanan suatu lereng dan tinggi maksimum penggalian dari alat gali yang
force) yaitu gaya penahan yang melawan kelongsoran yang ada pada bidang
gelincir tersebut serta tergantung pada besar atau kecilnya sudut bidang
Gaya Penahan
Faktor kemanan (F) =
Gaya penggerak
Keterangan:
Fk > 1 berarti lereng aman
Konstruksi jalan tambang secara garis besar sama dengan jalan angkut
di kota. Perbedaan yang khas terletak pada permukaan jalannya (road surface)
yang jarang sekali dilapisi oleh aspal atau beton seperti pada jalan angkut di
kota, karena jalan tambang sering dilalui oleh peralatan mekanis yang memakai
crawler track, misalnya bulldozer, excavator, crawler rock drill (CRD), track
Seperti halnya jalan angkut di kota, jalan angkut di tambang pun harus
harus mampu menampung air hujan pada kondisi curah hujan yang tinggi dan
pelapis permukaan jalan yang terseret arus air hujan menuju penyaliran.
Medan berat yang mungkin terdapat disepanjang rute jalan tambang harus
Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya
Perhitungan lebar minimum jalan angkut pada jalan lurus dan lebar
jalan angkut minimum yang dipakai jalur ganda (lihat Gambar 3.12) atau
L = n x Wt + (n + 1) x (0,5 x Wt)
Keterangan:
Gambar 3.12
besar daripada jalan angkut pada jalan lurus (lihat Gambar 3.13). Rumus
tikungan adalah:
W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C
C = Z 1 ( U + Fa + Fb )
2
Keterangan:
kendaraan (m).
Gambar 3.13
1) Jari-jari tikungan
alat angkut yang digunakan, khususnya jarak horizontal antara poros roda
oleh roda belakang dan roda depan berpotongan di pusat C dengan besar
W
R=
Sin β
Keterangan:
2) Superelevasi
V2
(e + fm) =
127 X R
Keterangan:
e = Superelevasi (mm/m)
c. Kemiringan jalan
jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkuttruck
berkisar antara 10% - 15% atau sekitar 6o – 8,50o. Akan tetapi untuk jalan
naikatau turun pada lereng bukit lebih aman bila kemiringan jalan
diatas jalan raya mampu bergerak dengankecepatan tidak kurang dari eparuh
Tabel 3.1
VR (km/jam) 20 30 40 50 60 80
Kemiringan Maks. (%) 1/50 1/75 1/100 1/115 1/125 1/150
3
d. Cross slope
Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan
Apabila turun hujan atau sebab lain maka air yang ada pada
permukaan jalanakan segera mengalir ketepi jalan angkut, tidak berhenti dan
mengumpul pada permukaan jalan. Hal ini penting karena air yang
Gambar 3.14
material tersebut diganggu dari bentuk aslinya (digali, dipindahkan, diangkut atau
dipadatkan). Perubahan volume tersebut diikuti pula dengan perubahan berat volume
Tabel 3.2
Dengan kata lain, faktor pengembangan dan penyusutan volume sama dengan
faktor perubahan density material dalam kondisi yang sama. Berdasarkan adanya
Dalam keadaan seperti itu, butiran- butiran material masih terkonsolidasi dengan
baik. Satuan volume material dalam kondisi asli tersebut disebut meter kubik
Material yang telah tergali dari tempat aslinya (kondisi asli), akan
besar tetapi beratnya tetap. Satuan volume material dalam keadaan gembur
umumnya disebut meter kubik gembur (loose cubic meter atau LCM).
material. Dalam hal ini volume akan menjadi lebih kecil, sedang beratnya tetap.
Satuan volume material dalamkeadaan padat umumnya disebut meter kubik padat
Gambar 3.15
SF = 𝑉𝑈𝑛𝑑𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑏 x 100%
𝑉𝐿𝑜𝑜𝑠𝑒
material pada kondisi loose (loose volume). Angka – angka swell factor untuk
setiap klasifikasi material berbeda sesuai dengan jenis material itu sendiri
Tabel 3.3
yaitu:
𝑉𝐶𝑜𝑚𝑝𝑎𝑐𝑡𝑒𝑑
Shp = ( 1 – 𝑉𝑈𝑛𝑑𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑏
) x 100%
Sh = 𝑉𝐶𝑜𝑚𝑝𝑎𝑐𝑡𝑒𝑑 x 100%
𝑉𝑈𝑛𝑑𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑏
Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan sasaran produksi, maka pola
pemuatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi waktu edar alat. Pola
Operasi pengupasan serta alat mekanis yang digunakan dengan asumsi bahwa
setiap alat angkut yang datang mangkuk (bucket) alat gali-muat telah terisi penuh dan
siap untuk ditumpahkan. Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan
dilanjutkan dengan alat angkut berikutnya, hal tersebut menghindari terjadinya waktu
tunggu antar alat. Pola pemuatan terdiri dari beberapa level, diantaranya:
a. Berdasarkan jumlah penempatan posisi truk untuk dimuati terhadap posisi alat
Gambar 3.16
Pola Pemuatan Single Back Up, Double Back Up, dan Triple Back Up
b. Berdasarkan kedudukan truk untuk dimuati bahan galian oleh alat muat (lihat
Cara pemuatan material oleh alat muat ke dalam alat angkut ditentukan
oleh kedudukan alat muat terhadap material dan alat angkut, apakah kedudukan
alat muat tersebut beradaa lebih tinggi atau kedudukan keduanya sama tinggi.
1) Top loading
Kedudukan alat muat lebih tinggi dari bak truk jungkit (alat muat
berada di atas jenjang). Cara ini hanya digunakan pada alat muat backhoe,
selain itu operator lebih leluasa untuk melihat bucket dan menempatkan
material.
2) Bottom loading
Ketinggian atau kedudukan alat angkut dan truk jungkit adalah sama.
Cara ini hanya digunakan pada alat muat backhoe dan wheel loader.
4
Gambar 3.17
1) Frontal cut
pola ini alat muat memuat pertama kali pada truk sebelah kiri sampai penuh,
kemudian dilanjutkan pemuatan pada truk sebelah kanan. Sudut putar backhoe
ini diterapkan apabila lokasi pemuatan memiliki dua akses dan berdekatan
dengan lokasi penimbunan. Memiliki efisiensi tinggi untuk alat muat dan alat
angkutnya walaupun rata-rata sudut putar alat muat lebih besar dibandingkan
frontal cut.
4
Gambar 3.18
Waktu edar adalah jumlah waktu yang diperlukan oleh alat mekanis baik alat
muat maupun alat angkut dalam melakukan satu siklus kegiatan produksi dari awal
sampai akhir dan siap untuk memulai kembali. Waktu edar yang diperoleh setiap unit
alat mekanis berbeda, hal ini dapat disebebkan oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Kekompakan material
Material yang kompak akan lebih sukar untuk digali atau dikupas oleh alat
mekanis. Hal tersebut akan berpengaruh pada lamanya waktu edar alat mekanis,
b. Pola Pemuatan
Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan sasarab produksi maka pola
pemuatan juga merupakan faktor yang mempengarubi waktu edar alat. Pola
pemuatan berdasarkan tingkatan penggalian antara alat muat dan alat angkut dapat
lapangan.
4
Keterangan:
Waktu tunggu alat terjadi apabila alat muat dalam keadaan bekerja,
secara tepat, dikarenakan efisiensi dapat berubah dari hari ke hari bahkan jam
ke jam. Efisiensi kerja operator tidak hanya disebabkan dari faktor para
Pada dasarnya hampir semua produksi alat mekanis dapat dihitung dengan
alat yang lebih spesifik. Secara umum, perhitungan untuk memperkirakan produksi
P = C x Jumlah Trip x E x F x Sf
Jam
Keterangan:
Sf = Swell factor
5
Keterangan:
SF = Swell factor
P = n x KB x Eff x BFF x SF x 60 x D
Ct
Keterangan:
SF = Swell factor
Match factor (MF) merupakan penyesuaian alat mekanis (alat muat dan alat
angkut) dalam suatu rangkaian kerja sehingga antara satu dengan lainnya tidak saling
terganggu dan tercapai produksi yang optimal. Hubungan antara alat muat dan alat
angkut dapat dikatakan serasi apabila tidak adanya waktu tunggu dari alat tersebut.
Secara teoritis produksi alat muat haruslah sama dengan produksi alat angkut,
sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat muat mempunyai nilai 1. untuk
MF = na x n x CTm
nm x CTa
Keterangan:
n = Jumlah pengisian
MF > 1 Kemampuan alat angkut lebih baik daripada kemampuan alat muat,
MF < 1 Kemampuan alat muat lebih baik daripada kemampuan alat angkut,
Salah satu hal penting dalam pengaruh produksi yaitu efisiensi kerja yang
perhitungannya, yaitu:
W
AI = W+R x 100%
W+S
PA = W+R+S x 100%
perhitungannya, yaitu:
W
UA = W+S x 100%
5
W
EU = W+R+S x 100%
Keterangan:
S Standby Hours atau jumlah jam kerja satu alat yang tidak
keadaan
siap operasi.
W+R+S Scheduled Hours atau jumlah seluruh jam kerja dimana alat
HASIL PENGAMATAN
penambangannya yaitu open pit berjenjang. Jenjang yang ada digunakan sebagai
kombinasi alat mekanis seperti excavator dan dump truck. Alat mekanis yang
muat excavator Komatsu PC 400 yang dikombinasikan dengan alat angkut dump
Pada front TAL Barat Penambangan Air Laya (PAL) II, lapisan
batubara yang digali yaitu seam A1, A2, B1, B2 dan C dengan produk yang
dihasilkan yaitu AL-50 dan AL-52. Luas kisaran loading point batubara di
54
5
yaitu 10 – 15 meter.
yaitu 9 – 18 meter.
yaitu 25 – 40 meter.
Gambar 4.1
(TAL) Barat menuju stockyard Elevasi 10 rata dengan cukup baik, namun pada
beberapa bagian tertentu masih ada kondisi jalan yang bergelombang (lihat
5
Gambar 4.2). Oleh karena itu, dalam perawatan jalannya dilakukan secara
Gambar 4.2
Gambar 4.3
dan lempung pasiran. Pada saat musim kemarau material akan mudah
water truck (lihat Gambar 4.4), sedangkan pada musim hujan cenderung
Gambar 4.4
loading point di front Tambang Air Laya (TAL) Barat menuju stockyard
tanjakan. Jalan angkut dari front TAL Barat menuju stockyard elevasi 10
5
Gambar 4.5
Lebar jalan angkut dari front Tambang Air Laya (TAL) Barat
menuju jalan utama terdiri dari satu lajur dengan lebar jalan ± 7 meter.
terdiri dari beberapa tahapan, yaitu dimulai dengan pemberaian batubara (ripping
coal) dengan menggunakan ripper, kemudian hasil ripping akan dimuat (loading)
oleh excavator PC 400 ke dalam dump truck, lalu diangkut (hauling) ke stockyard
+10 yang nantinya akan digali-muat kembali oleh Bucket Wheel Excavator (BWE)
Gambar 4.6
cukup tinggi, alat mekanis yang digunakan pada proses pemberaian adalah
Dozzer-Ripper Komatsu D375A dengan jenis giant ripper (lihat Gambar 4.7).
Gambar 4.7
400 yang dikombinasikan dengan alat angkut dump truck Hino 500 FM 350 PD
sebanyak 4 unit.
yaitu pola top loading, dimana alat gali-muat excavator menempatkan diri
lebih tinggi di atas jenjang daripada alat angkut, sehingga operator dapat
back up loading, yaitu dump truck memposisikan diri di satu tempat untuk
Gambar 4.8
front TAL Barat PAL II, ditemui beberapa kendala/hambatan saat kegiatan
3) Fragmentasi hasil ripping yang cukup keras dan ukurannya besar akan
Adapun waktu edar (cycle time) rata-rata alat gali-muat excavator PC 400
berikut:
Keterangan:
dalam dump truck, kemudian akan dibawa menuju stockyard elevasi 10 yang
berjarak 2000 meter (lihat Gambar 4.9). Alat yang digunakan dalam kegiatan
Gambar 4.9
point front TAL Barat menuju stockyard elevasi 10, ditemui beberapa
4) Antrian pada saat kegiatan loading, dumping, dan pada saat penimbangan
muatan batubara.
Dalam satu siklus kerja alat angkut terdapat waktu yang diperlukan
agar kegiatannya dapat mencapai produksi. Adapun waktu edar (cycle time)
rata-rata alat angkut dump truck Hino 500 FM 350 PD dalam kegiatan
Keterangan:
Waktu mengatur posisi untuk diisi muatan (Ta1) = 0,50 menit
Gambar 4.10
Motor Grader
6
4.3.2 Compactor
Merupakan salah satu alat mekanis untuk perawatan jalan angkut. Alat
ini berfungsi sebagai pemadat jalan angkut dan digunakan juga untuk
Gambar 4.11
Compactor
4.3.3 Water Truck
mengurangi debu sehingga tidak mengganggu jarak pandang pada saat proses
pengangkutan top soil, overburden, dan batubara. Water truck juga sering
digunakan di loading point untuk membasahi batubara yang akan dimuat (lihat
Gambar 4.12).
Gambar 4.12
Water Truck
6
Gambar 4.13).
Gambar 4.13
Fuel Truck
4.3.5 Dozzer-Ripper
Gambar 4.14
Dozzer-Ripper
6
malam hari. Tower lamp ini mampu menerangi kawasan tambang dengan jarak
Gambar 4.15
batubara yang dapat dipasang secara tetap atau alat yang dapat dipindah-
Gambar 4.16
Gambar 4.17
Rambu-Rambu Keselamatan
Produktivitas nyata alat mekanis adalah besarnya jumlah material yang dapat
dihasilkan oleh alat mekanis dalam satuan waktu tertentu. Produktivitas alat mekanis
produktivitas alat gali-muat pada front TAL Barat di Penambangan Air Laya
(PAL) II adalah:
KB X Eff X BFF X SF X 3600
P = x Densitas Batubara
Ct
= 315,668 ton/jam
Keterangan:
dengan waktu kerja efektif aktual dari alat muat tersebut. Adapun penghitungan
produktivitas alat angkut pada front TAL Barat di Penambangan Air Laya
(PAL) II adalah:
n x KB X Eff X BFF X SF X 60
P = x Densitas Batubara
Ct
= 56,38 ton/jam
Keterangan:
PEMBAHASAN
penilaian terhadap kemampuan produksi alat gali-muat dan alat angkut yang
alat tersebut. Dengan mengetahui hal-hal tersebut diharapkan dapat dilakukan upaya
tunggu pada alat angkut, karena alat angkut harus menunggu alat angkut pertama
dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama berangkat alat angkut kedua
memposisikan diri untuk dimuati sedangkan alat angkut ketiga menunggu, dan begitu
seterusnya. Peningkatan produksi alat dapat dilakukan dengan cara mengubah pola
pemuatan single back up menjadi pola pemuatan double back up atau metode
pemuatan dua arah, sehingga waktu tunggu alat muat dapat berkurang atau bernilai
nol.
Dump truck dapat bermanuver ke salah satu sisi alat muat selagi alat muat
memuati dump truck pertama. Dump truck pertama berangkat, alat muat memuati
dump truck kedua. Ketika dump truck kedua dimuati maka dump truck ke tiga datang
dan langsung bermanuver ke salah satu sisi alat muat (lihat Gambar 5.1).
71
7
Gambar 5.1
Untuk menerapkan metode pemuatan dua arah maka diperlukan area pemuatan yang
cukup lebar agar alat angkut dapat bermanuver secara optimum dan aman.
Tabel 5.1
dari data pengamatan di lapangan (lihat Tabel 5.2). Adapun jumlah alat angkut
Tabel 5.2
Maka, produksi nyata alat angkut dump truck Hino 500 FM 350 PD
Pada kegiatan penambangan, penyesuaian alat mekanis (alat muat dan alat
angkut) dalam suatu rangkaian kerja harus optimal tanpa adanya gangguan agar
didapat di lapangan (front TAL Barat Penambangan Air Laya (PAL) II), sebagai
berikut:
Na x n x CTm
MF = Nm X CTa
4 X 10 X 20,301 detik
= 1 X 19,684 menit
7
40 X 0,338
= 19,684
= 0,68
Keterangan:
(match factor) antara alat gali-muat excavator Komatsu PC 400 dengan dump truck
Hino 500 FM 350 PD dengan jarak dari front TAL Barat ke stockyard elevasi 10
kemampuan lebih baik daripada kemampuan alat angkut dump truck Hino 500 FM
Untuk mengatasi waktu tunggu pada alat gali-muat, maka faktor keserasian
(match factor) yang didapat sama dengan 1. Oleh karena itu alat angkut yang
dibutuhkan di front TAL Barat ke stockyard elevasi 10 yaitu 2000 meter seharusnya:
Na x n x CTm
MF = Nm X CTa
Na x 10 X 20,301 detik
1 =
1 X 19,684 menit
1 X 1 X 19,684 menit
Na = 10 X 20,301 detik
7
19,684
Na = 3,383
Na = 5,82
Na ≈ 6 unit
Keterangan:
Artinya alat angkut yang dibutuhkan di front TAL Barat ke stockyard elevasi
6.1 Simpulan
Design, lebar jalan angkut lurus untuk 2 jalur pengangkutan menggunakan dump
truck Hino 500 FM 350 PD adalah 10,5 meter dan untuk jalan angkut lurus
untuk 1 jalur adalah 6 meter. Lebar jalan angkut lurus di lapangan untuk 2 jalur
adalah 15 meter dan jalan angkut lururs untuk 1 jalur adalah 7 meter, sehingga
dalam penggunaan waktu karena adanya waktu tunggu pada alat angkut,
mengubah pola pemuatan single back up menjadi pola pemuatan double back up
atau metode pemuatan dua arah sehingga efisiensi dapat tercapai dan
produksi alat gali-muat dalam sehari adalah 6.054,512 ton/hari atau sebesar
76
77
6.2 Saran
1. Lokasi pemuatan sebaiknya selalu dilakukan perawatan secara rutin. Hal tersebut
lantai yang tidak rata serta terdapat banyak material lepasan yang menyebabkan
2. Mengubah pola pemuatan single back up menjadi pola pemuatan double back up
atau metode pemuatan dua arah, sehingga waktu tunggu alat muat dapat
4. Meningkatkan pengawasan terhadap kinerja operator alat, agar target yang sudah
dapat segera bertindak untuk mencari solusi sehingga permasalahan yang ada
Putra, Bagas Alianski, dkk. 2016. Produktivitas Alat Gali-Muat dan Alat Angkut
dalam Penambangan Batubara di Pit Tambang Air Laya (TAL) Barat PT.
Bukit Asam (Persero), Tbk. Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Bandung:
Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”.
Kuncoro, Evan Tri, dkk. 2017. Produktivitas Alat Gali-Muat dan Alat Angkut dalam
Penambangan Batubara di Pit Tambang Air Laya (TAL) Barat PT. Bukit
Asam (Persero), Tbk. Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Bandung: Politeknik
Geologi dan Pertambangan “AGP”.
78
LAMPIRAN
SPESIFIKASI ALAT GALI-MUAT
79
LAMPIRAN
SPESIFIKASI ALAT ANGKUT
Kapasitas Vessel : 30 m3
Jumlah Silinder :6
80
LAMPIRAN
WAKTU EDAR ALAT GALI-MUAT EXCAVATOR
KOMATSU PC 400 LC
81
8
LAMPIRAN
WAKTU EDAR ALAT ANGKUT DT HINO 500 FM 350 PD
Jalan angkut merupakan salah satu penunjang yang memegang peran vital
dalam kegiatan produksi. Kondisi jalan angkut yang semakin baik akan
meningkatkan efektifitas kerja dari alat angkut. Salah satu yang sangat vital yang
perlu diperhatikan adalah lebar jalan. Penentuan lebar jalan dapat dibagi kembali
menjadi dua, yaitu penentuan lebar jalan minimum untuk jalan lurus dan penentuan
lebar jalan minimum pada tikungan. Penentuan lebar jalan minimum untuk jalan
lurus didasarkan pada AASHTO Manual Rural High Way Design, yaitu:
𝐿𝑚𝑖𝑛 = 𝑛. 𝑊𝑡 + (𝑛 + 1)(0,5𝑊𝑡)
Keterangan:
n = Jumlah Jalur
lebar 3 meter, maka lebar jalan angkut minimum untuk jalan angkut dengan satu jalur
adalah:
Lmin = (1 x 3) + (1 + 1) (0,5 x 3)
Lmin = 3 + (2) (1,5)
Lmin = 6 meter
Sedangkan untuk lebar jalan angkut minimal untuk jalan angkut dengan dua jalur
adalah :
Lmin = (2 x 3) + (2 + 1) (0,5 x 3)
Lmin = 6 + (3) (1,5)
Lmin = 10,5 meter
83
LAMPIRAN
WAKTU HAMBATAN KERJA ALAT MEKANIS
PC 400 20 30 15 20 20 105
PC 400 20 15 15 20 60
Keterangan:
PA = Pemanasan Alat
DC = Daily Check
84
LAMPIRAN
WAKTU KERJA DAN EFISIENSI KERJA ALAT MEKANIS
tempat kerja. Adapun waktu kerja yang dibuat untuk para operator untuk
Maka, jumlah waktu kerja per bulan adalah 628 Jam/bulan, sehingga rata-rata
85
Efisiensi Kerja Alat Mekanis
= 19,18 Jam/hari
19,18 Jam/hari
= 20,93 Jam/hari x 100%
= 91,64 %
= 19,93 Jam/hari
19,93 Jam/hari
= 20,93 Jam/hari x 100%
= 95,22 %
86