1. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan teknologi dan tingkat pendidikan di masyarakat maka
meningkat pulalah tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Bersamaan dengan
itu berubahnya status Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang menjadi Rumah Sakit BLU,
maka dituntut dapat memberikan pelayanan yang bermutu sehingga akan menjadi rumah
sakit harapan masyarakat.
Instalasi Bedah Sentral dan Bedah Sehari merupakan unit fungsional dan unit
produksi serta termasuk salah unit revenue dan merupakan pelayanan integral di suatu
rumah sakit. Unit ini merupakan unit yang mahal dan untuk tindakan tindakan yang
sangat berisiko terhadap pasien. Instalasi Bedah Sentral dan Bedah Sehari juga
merupakan unit yang mempunyai daya ungkit yang sangat besar.
Sesuai dengan Visi dan Misi Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang menjadi
rumah sakit terbaik di Indonesia, maka dalam menjaga dan meningkatkan kualitas dan
mutu pelayanan menjadi hal yang sangat penting. Hal tersebut sesuai Undang-Undang RI
no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dijelaskan bahwa penyelenggaraan rumah sakit
bertujuan memberi perlindungan terhadap keselamatan pasien (Patient Safety),
masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit, serta
meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.
Oleh sebab itu Rumah Sakit Dr. Kariadi berkewajiban memberikan pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. Untuk dapat tercapainya
tujuan tersebut perlu adanya pedoman sebagai pegangan atau dasar penyelenggaranaan
pelayanan operasi di Instalasi Bedah Sentral dan day Surgery .
2. Ruang Lingkup
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
Bedah Urologi
Bedah Digestif
Bedah Onkologi
Bedah Plastik
Bedah Ortopedi
Bedah Anak
Bedah Jantung Vaskuler
Bedah Gigi mulut
Bedah Saraf
Bedah Obstetri Ginekologi
Bedah Mata
Bedah THT
ESWL
Endoskopi
Kemoterapi
3. Sasaran
2
1)
2)
3)
4)
5)
4. Batasan Operasional
1) Instalasi Bedah adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai
tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang
membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya.
2) Kamar Operasi adalah suatu ruangan tindakan pembedahan (operasi )didalam kamar
bedah.
3) Tindakan operasi adalah setiap tindakan pembedahan yang dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi spesialis meliputi bedah Bedah Urologi, Bedah Digestif, Bedah
Onkologi, Bedah Plastik, Bedah Ortopedi, Bedah Anak, Bedah Jantung Vaskuler,
Bedah Gigi mulut, Bedah Saraf, Bedah Obstetri Ginekologi, Bedah Mata, Bedah THT.
4) Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
5) Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan
kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik atau
rehabilitative yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
6) Tindakan Invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien.
7) Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis
yang berdasarkan
tingkat
probabilitas
tertentu,
dapat
mengakibatkan
kematian atau kecacatan.
8) Pelayanan anestesi dan terapi intensif adalah tindakan medis yang dilakukan oleh
dokter spesialis anestesi dalam kerja sama tim meliputi penilaian pra operatif ( pra
anestesia ), intra anestesia dan pasca anestesia serta pelayanan lain sesuai dengan
bidang anestesitesiologi antara lain terapi intensif, gawat darurat dan penatalaksanaan
nyeri.
9) Tim pengelola pelayanan anestesiolgi dan terapi intensif adalah tim yang dipimpin
oleh dokter spesialis anestesiologi dengan anggota dokter peserta program dokter
peserta program pendidikan dokter spesialis anestesiologi dan atau dokter lain dan
perawat anestesi dan/atau perawat.
10) Dokter peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) yaitu dokter yang sedang
menjalani pendidikan dokter spesialis anestesiologi.
5. Landasan Hukum
1)
2)
3)
4)
3
7) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES /PER/III/2011
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif di
Rumah Sakit;
8) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen
9) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
10) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011
Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
4
A. Kualifikasi sumber daya manusia
1. Klafiskasi
No
Jabatan
KUALIFIKASI
Pendidika
n
1.
Ka.
Instalasi
Minimal
S1
2.
Ko. Mutu
Pelayanan
S1 Kep.
Ners
3.
S1
Kep.Ners
4.
Ko.
Logistik
Minimal
S1. Ners
5.
Karu IBS
S1 Kep.
Ners
Perawat
Pelaksana
( Circulati
ng Nurse,
Scrub
Nurse,
Asisten )
S1
Kep.Ners
D3
Keperawat
an
Perawat
Anestesi
D3 Penata
Anestesi/D
3
Keperawat
an
BLS/PPGD/BTCLS
Sertifikat
Pendamping Anestesi
D3 Kep +
sertfikasi
Sertfikat Perfusionis
BLS/PPGD/BTCLS
D3
Keperawat
an
D3 R.
Medik
D3
Manajeme
n
Perusahaa
n.
Asaertfikat
kemoterapi
BLS/PPGD/BTCLS
Komputer
BLS
Pemadam Kebakaran
7.
9
9
Perawat
Perfusioni
s
Perawat
Kemotera
pi
8.
Tata
Usaha
9.
Rumah
Tangga
SMKK
Pelatihan
Manajemen Kamar
operasi
BLS/PPGD/BTCLS
Manajemen Kamar
Operasi
BLS/PPGD/BTCLS
Basic Skill Operating
Nurse
Manajemen Kamar
Operasi
BLS/PPGD/BTCLS
Basic Skill Operating
Nurse
BLS/PPGD/BTCLS
Basic Skill Operating
Nurse
Menejemen
Basic Skill Operating
Nurse
BLS/PPGD/BTCLS
BLS/PPGD/BTCLS
Basic Skill Operating
Nurse
BLS
Pemadam Kebakaran
Kebu
tuha
n
Exis
ting
Keku
rang
an
91
70
21
10
11
5
10
.
PUK
BLS
Pemadam Kebakaran
SMA
Pelak.
RT
PUK
3
1
5
1
B. Distribusi ketenagaan
NO
1
2
3
Tempat
Instalasi
IBS
ODS
Ka.
Insta
1
Koord
Karu
Perawat
1
1
91
8
Pelak.
TU
2
4
2
6
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang Instalasi kamar operasi
Gambar 1.
B. Standar fasilitas
7
1. Ruang Bedah Minor
a. Denah (Layout).
1) Kamar bedah untuk bedah minor atau tindakan endoskopi dengan pembiusan lokal,
regional atau total dilakukan pada ruangan steril.
2) Ruang Induksi dan ruang penyiapan alat untuk bedah minor dapat dilakukan di kamar
bedah dan bak cuci tangan (scrub-up) ditempatkan berdekatan dengan bagian luar
ruangan kamar bedah ini.
3) Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan minor, 36 m 2, dengan
ukuran ruangan panjang x lebar x tinggi adalah 6m x 6m x 3 m
Gambar 2.
1 (satu)
1 (satu)
1 (satu)
1 (satu)
9
(a) Lantai tidak boleh licin, tahan terhadap goresan/gesekan peralatan, tidak ada
sambungan dan tahan terhadap api
(b) Lantai mudah dibersihkan, tidak menyerap, tahan terhadap bahan kimia dan anti
bakteri
(c) Penutup lantai harus dari bahan anti statik, yaitu vinil anti statik
(d) Tahanan listrik dari bahan penutup lantai ini bisa berubah dengan bertambahnya
umur pemakaian dan akibat pembersihan, oleh karena itu tingkat tahanan listrik
lantai ruang bedah harus diukur tiap bulan, dan harus memenuhi persyaratan
yang berlaku.
(e) Permukaan dari semua lantai harus cukup keras untuk pembersihan dengan
penggelontoran (flooding), dan pem-vakuman basah.
(f) Penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata
(g) Hubungan/pertemuan antara lantai dengan dinding harus menggunakan bahan
yang tidak siku, tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan lantai
(Hospital plint )
(h) Tinggi plint, maksimum 15 cm
2). Komponen Dinding
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut
(a) Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan kimia, tidak
berjamur, tidak ada sambungan dan anti bakteri
(b) Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori-pori)
sehingga dinding tidak menyimpan debu
(c) Warna dinding cerah natural tidak memantulkan cahaya dan tidak menyilaukan
mata.
(d) Hindari warna hijau dan pink yang dapat mempengaruhi warna kulit pasien
(e) Hubungan/pertemuan antara dinding dengan dinding harus tidak siku, tetapi
melengkung untuk memudahkan pembersihan dan juga untuk melancarkan arus
aliran udara
(f) Bahan dinding harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat, tidak punya
sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.
(g) Apabila dinding punya sambungan, seperti panel dengan bahan melamin
(merupakan bahan anti bakteri dan tahan gores) atau insulated panel system
maka sambungan antaranya harus di-seal dengan silicon anti bakteri sehingga
memberikan diding tanpa sambungan (;seamless), mudah dibersihkan dan
dipelihara.
(h) Alternatif lain bahan dinding yaitu dinding sandwich galvanis, 2 (dua) sisinya dicat
dengan cat anti bakteri dan tahan terhadap bahan kimia, dengan sambungan
antaranya harus di-seal dengan silicon anti bakteri sehingga memberikan diding
tanpa sambungan (seamless).
3). Komponen Langit-Langit
Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut
(a) Harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air, tidak
mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur serta anti
bakteri
(b) Memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga tidak
menyimpan debu
(c) Berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan
(d) Selain lampu operasi yang menggantung, langit-langit juga bisa dipergunakan
untuk tempat pemasangan pendan bedah, dan bermacam gantungan seperti
diffuser air conditioning dan lampu fluorescent
(e) Kebutuhan peralatan yang dipasang dilangit-langit, sangat beragam.
Bagaimanapun peralatan yang digantung tidak boleh sistem geser, kerena
menyebabkan jatuhnya debu pengangkut mikro-organisme setiap kali digerakkan.
4). Pintu Ruang Bedah
(1) Pintu masuk ruang bedah atau pintu yang menghubungkan ruang induksi dan
ruang bedah :
10
a. Disarankan pintu geser (sliding door) dengan rel diatas, yang dapat dibuka
tutup secara otomatis
b. Pintu harus dibuat sedemikian rupa sehingga pintu dibuka dan ditutup
dengan menggunakan sakelar injakan kaki atau siku tangan atau
menggunakan sensor, namun dalam keadaan listrik penggerak pintu rusak,
pintu dapat dibuka secara manual
c. Pintu tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun
diantara pembedahan-pembedahan
d. Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass : double
glass fixed windows)
e. Lebar pintu 1200 - 1500 mm, dari bahan panil dan dicat jenis cat anti bakteri
& jamur dengan warna terang
f. Apabila menggunakan pintu swing, maka pintu harus membuka ke arah
dalam dan alat penutup pintu otomatis (;automatic door closer) harus
dibersihkan setiap selesai pembedahan
(2) Pintu Yang Menghubungkan Kamar bedah Dengan Ruang Scrub-Up :
a. Sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dan mengayun kedalam kamar bedah
b. Pintu tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun
diantara pembedahan-pembedahan, untuk itu pintu dilengkapi dengan alat
penutup pintu (door closer). Disarankan menggunakan door seal and
interlock system
c. Lebar pintu 1100 mm, dari bahan panil (;insulated panel system) dan dicat
jenis cat anti bakteri/ jamur dengan warna terang
d. Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (;observation glass : double
glass fixed windows).
(3) Pintu/Jendela Yang Menghubungkan Kamar bedah Dengan Ruang Spoel Hoek
(disposal). ( catatan ; jika menggunakan selasar kotor maka disposal material /
barang bekas pakai langsung dibawa keruang CSSD atau utk peralatan bisa
dibawa keruang steriisasi di area operasi dan linen ke CSSD)
a. Sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dilengkapi dengan door seal and
interlock system dan mengayun keluar dari kamar bedah
b. Pintu/jendela tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun
diantara pembedahan-pembedahan, untuk itu pintu dilengkapi dengan engsel
yang dapat menutup sendiri (auto hinge) atau alat penutup pintu (door
closer).
c. Lebar pintu/jendela 1100 mm, dari bahan panil (;insulated panel system) dan
dicat jenis duco dengan cat anti bakteri/ jamur dengan warna terang.dan dicat
jenis duco dengan warna terang
d. Pintu/jendela dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass :
double glass fixed windows).
a.
b.
c.
d.
4.
(4) Pintu Yang Menghubungkan Kamar bedah Dengan Ruang Penyiapan Peralatan/
Instrumen (jika ada).
Sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dan mengayun kedalam kamar bedah.
Pintu tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun diantara pembedahanpembedahan, untuk itu pintu dilengkapi dengan alat penutup pintu (door closer).
Lebar pintu 1100 mm, dari bahan panil dan dicat jenis duco dengan cat anti bakteri/ jamur
dengan warna terang
Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass :double glass fixed
windows).
Ruang Induksi
(1) Denah (layout).
1) Contoh denah (layout) ruang induksi atau sering juga disebut sebagai ruang anatesi
ditunjukkan pada gambar 7
2) Pasien bedah menunggu di ruangan ini, apabila belum siap. Pembiusan lokal, regional
dan total dapat dilakukan diruangan ini. Ruangan harus tenang, dan ruangan ini terbebas
dari bahaya listrik
3) Area ruang induksi (preoperatif) yang dibutuhkan sekurang-kurangnya 15 m 2.
11
Gambar 7
berjamur.
3) Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori-pori)
sehingga dinding tidak menyimpan debu.
4) Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
5) Hubungan/ pertemuan antara dinding dengan dinding disarankan tidak siku,
tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan dan juga untuk
melancarkan arus aliran udara.
6) Bahan dinding harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat, disarankan tidak
punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.
(4) Komponen langit-langit.
Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :
1) Harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air,
tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur
serta anti bakteri.
2) Memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga tidak
menyimpan debu. berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan.
(5) Pintu ke Ruang Induksi/Persiapan.
12
(1) Disarankan pintu geser (sliding door) dengan rel diatas, yang dapat dibuka
1) Denah (layout).
(1) Denah ruang penyiapan peralatan/instrumen untuk kebutuhan pembedahan
pasien ditunjukkan pada gambar 8
(2) Ruangan ini digunakan untuk menyimpan dan menyiapkan bahan bahan
bersih dan sterile yang dipakai serta peralatan/instrument untuk pembedahan
pasien, penyimpanan dan penyiapan obat terjamin keamanannya, termasuk
cairan infuse.
Gambar 9.
Keterangan
13
-
Komponen dinding
(1) Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
(2) Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan kimia, tidak berjamur.
(3) Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori-pori)
sehingga dinding tidak menyimpan debu.
(4) Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
(5) Bahan dinding harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat dan mudah dibersihkan.
3) Komponen langit-langit.
(1) Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :
(2) Harus Mudah Dibersihkan, Tahan Terhadap Segala Cuaca, Tahan Terhadap Air, Tidak
Mengandung Unsur Yang Dapat Membahayakan Pasien, Tidak Berjamur.
(3) Memiliki Lapisan Penutup Yang Bersifat Non Porosif (Tidak Berpori) Sehingga Tidak
Menyimpan Debu.
(4) Berwarna Cerah, Tetapi Tidak Menyilaukan Pengguna Ruangan.
4) Pintu.
(1) Pintu Yang Menghubungkan Ruang Persiapan Peralatan/Instrumen Dan Ruang
Bedah.
a. Sebaiknya Pintu/Jendela Ayun (Swing), Dan Mengayun Kedalam Kamar bedah.
b. Pintu Tidak Boleh Dibiarkan Terbuka Baik Selama Pembedahan Maupun
Diantara Pembedahan-Pembedahan, Untuk Itu Pintu Dilengkapi Dengan Alat
Penutup Pintu (Door Closer).
c. Lebar Pintu 1100 Mm, Dari Bahan Panil Dan Dicat Jenis Duco Dengan Cat Anti
Bakteri/ Jamur Dengan Warna Terang.Pintu Dilengkapi Dengan Kaca Jendela
Pengintai (Observation Glass : Double glass fixed windows).
(2) Pintu yang menghubungkan ruang persiapan peralatan/instrumen dengan koridor
komplek bedah.
a. Sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dan mengayun kedalam ruang persiapan
peralatan/instrumen.b)
b. Pintu tidak boleh dibiarkan sering terbuka, untuk itu pintu dilengkapi dengan alat
penutup pintu (door closer).
(3) Airlock.
Jika dibuat menggunakan airlock yang menyediakan akses ke kamar bedah, area
yang digunakan sekurang-kurangnya 20 m2.
5. Ruang Pemulihan
1) Ruang pemulihan minimal mempunyai kapasitas tempat tidur 1,5 kali jumlah kamar bedah.
2) Area yang digunakan per tempat tidur sekurang-kurangnya 15 m 2.
14
3) Jarak antara tempat tidur pemulihan sekurang-kurangnya 1,50 m.
6. Ruang Scrub Up
1) Ruang/area scrub station minimal membutuhkan luas + 6 m2.
2) Tersedia alir mengalir dengan sensor atau kran tangkai penutup paanjang.
3) Kontainer desinfektans
4) Jam dinding
7. Ruang Resusitasi Bayi/ Neonatus
1) Ruang ini minimal mempunyai luas yang dapat menampung minimal 2 inkubator bayi
beserta perlengkapan resusitasi bayi, yaitu + 12 m2.
2) Suction
3) Sentral gas medis
4) Body warmer
8. Ruang Linen
1) Ruang ini mempunyai luas + 6 m2.
2) Alamari penyimanan linen
3) Ruang Penyimpanan Perlengkapan Bedah
4) Ruang ini masing-masing ruangan diperlukan luas minimal + 9 m2, terdiri dari :
(1) Ruang penyimpanan instrumen dan bahan perbekalan.
(2) Ruang Penyimpanan peralatan anastesi, peralatan implant orthopedic, dan perlengkapan
emergensi.
(3) Ruang penyimpanan bahan radiologi.
9. Ruang Pelaporan Bedah
Ruang ini berfungsi sebagai tempat pelaporan seluruh proses/kegiatan/tindakan bedah oleh
petugas pencatat, pelaporan ini dilaksanakan saat berlangsungnya bedah dan paska bedah.
1) Ruang ini mempunyai luas + 9 m2.
2) Meja pertemuan melingkar
3) Kursi
4) Papan tulis ( white board )
5) Komputer
10. Ruang Transfer (Transfer Room)
1) Ruang ini mempunyai luas + 16 m2.
2) Tensi Meter
15
1) Ruang loker dipisah antara petugas pria dengan petugas wanita.
2) Masing-masing ruang loker dilengkapi dengan toilet.
3) Luas masing-masing ruang loker + 20 m2
4) Rak sepatu.
5) Tempat linen kotor
6) Tempat sampah
13. Ruang Dokter
Ruang ini mempunyai luas minimal 16 m2.
16
NAMA ALAT
NAMA ALAT
Langenbeck retractor
O hak
Pinzet anatomis
Sendok luka
Pinzet chirurgys
Gunting benang
Tangkai pisau no 3
Tangkai pisau no 4
Gunting benang
10
Nald poeder
10
Tangkai pisau no 3
11
Allis klem
11
Tangkai pisau no 4
12
Bebcock
12
Needle Holder
13
Yodern klem
13
Allis klem
14
14
Yodern klem
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
Novocom
20
20
Mangok stenlestil
21
Novocom
21
Bengkok stenlestil
22
Mangok stenlestil
22
23
Bengkok stenlestil
23
Hak gigi 4
24
17
3) STRUMECTOMI
4)
MASTECTOMI
NAMA ALAT
Langenbeck retractor
NO
1
NAMA ALAT
Langenbeck retractor besar
NO
1
O Hak/mideldorf
Gunting benang
Towel clamps
10
10
11
Gunting benang
11
12
Tangkai pisau no 3
12
13
Tangkai pisau no 4
13
14
Needle Holder
14
15
Babcock
15
Tangkai pisau no 4
16
Allis klem
16
Pinzet chirurgys
17
17
Pinzet anatomi s
18
18
Mangkok stenlestil
19
19
Bengkok stenlestil
20
20
Novocom
21
21
22
23
24
Right engled
25
Towel Clamp
26
Novocom
27
Mangkok stenlestil
28
Bengkok stenlestil
29
5)
LAPARATOMI
6)
MINOR SURGERY
18
NO
1
NAMA ALAT
Big Hak
NO
1
NAMA ALAT
Pean lurus sedang
Spatula perut
Oavarium pendek
Towel clamp
Langenbeck
Sendok luka
Pyelum hak
10
10
Knop sonde
11
11
Slip sonde
12
Right angled
12
Tangkai pisau no 3
13
13
Tangkai pisau no 4
14
14
Pinzet chirurgy
15
15
Pinzet anatomi
16
Bengkok stenlestil
16
17
18
Tongue spatula
19
20
Duk klem
21
Yodern
22
Needle holders
23
Allis klem
24
Tumor klem
25
Gunting benang
26
27
Novocom
28
7)
NO
1
8)
HIPOSPADI
NAMA ALAT
Pean lurus kecil
NO
1
GINJAL
NAMA ALAT
O Hak
19
2
Pean bengkok,kecil
Hak Gigi 6
Towel clamps
Langenbeck Besar
Needle holders
Big Hak
Pinzet iris
Timan Hak
Pinzet chirurgys
Automatic Spraeder
Tangkai pisau no 3
Spatula Perut
Towel Klem
10
Gunting benang
10
11
11
12
13
14
15
16
Pedicel Klem
17
Babcock
18
19
Right Angle
20
Ovarium Klem
21
Peritonium Klem
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Bengkok Stainless
36
37
38
Pyelum hak
39
Novocom
40
41
Sendok luka
9)
NO
1
2
KANDUNGAN III
NAMA ALAT
Hak pacul/ abdominal retractor, S, M, L
Big hak, S, M, L
NO
1
2
NAMA ALAT
Big Hak
Lever hak /hak pacul
20
3
Spatula perut
Abdominal Retractor
Ovarium Klem
Peritonium
Pean Bengkok S, M, L
Pean bengkok, S, M, L
Kocker Bengkok S, M, L
10
10
Towel Klem
11
Peritonium klem
11
Spatula Perut
12
Trocar besar
12
Needle holder
13
Tangkai pisau no 4
13
14
Uterus klem
14
15
Servix klem
15
Curret Uterus
16
Miyoma boor
16
Gunting Obstetry
17
Pinzet chirurgys, M, L
17
18
Pinzet anatomis, M, L
18
Gunting Benang
19
Right engled
19
Pinzet Chirurgy
20
Needle holders
20
Pinzet Anatomi
21
21
22
Towel Clamps
22
Novocom
23
Ovarium klem
23
24
24
Bengkok Stainless
25
26
27
28
Gunting benang
25
29
Mangkok stenlestil
30
Bengkok stenlestil
31
Novocom
32
NAMA ALAT
Abdominal Retractor/hak pacul
12) AMPUTASI
NO
1
NAMA ALAT
Hak gigi 8
Big Hak
Knable tang
O hak besar
Gigli saw
Langenbeck
21
5
Curret Uterus
Kikir
Uterus Klem
Rashpatorium
Tampon Tang
Pisau gergaji
Cannula Section
Tameng
Spatula Perut
10
Ovarium Klem
10
Pisau panjang
11
Sendok luka
11
Reight Angle
12
13
14
Peritonium
15
Pean Bengkok
16
17
18
Needle holder
19
20
21
Gunting Obstetry
22
23
Gunting Benang
24
25
Pinzet Anatomi
26
Pinzet Chirurgy
27
Novocom
28
Mangkok Stainless
29
Bengkok Stainless
30
Jarum Jahit
31
Towel klem
NAMA ALAT
Mouth Gag
14) VAGINAPLASTY
NO
1
NAMA ALAT
Pean Bengkok Sedang
Tongue spatula
Tang gigi
Dendi klem
Hak gigi 4
Tatah
Rashpatorium
Alis klem
Sendok luka
Yodern klem
Hammer
Needle holder
22
9
Pyelum hak
Kogle tang
10
Crayer
10
Langenbeck besar
11
Bean
11
Double langenbeck
12
Knable tang
12
Cannula section
13
Deschamps
13
Duk klem
14
Bone tang
14
Hak pacul
15
Guiding
15
Hak vagina
16
Gunting kawat
16
17
17
18
Kikir
18
Gunting benang
19
Gigli saw
19
Gunting obstetri
20
20
Pinzet anatomi
21
Boor tangan
21
Pinzet chirurgy
22
Kunci boor
22
23
23
Pinzet wessel
24
24
25
Naldpoeder
25
26
26
27
27
Metal chateter
28
Tang kawat
28
Novocom
29
Freer elevator
29
30
Hak gigi 1
30
Bengkok stainless
31
Tatah kecil
31
32
Bengkok stainless
15) MOW
NO
1
2
NAMA ALAT
Langenbeck double ended
OHak
NAMA ALAT
Pean Lurus Kecil
Alis Klem
Jarum set
Babckok
Duk klem
Haemorroid Klem
Kocher bengkok
Pean bengkok
Pean lurus
Ovarium klem
Tumor klem
10
Yodern klem
10
Duk klem
23
11
Needle holder
11
12
12
13
Gunting benang
13
14
Tangkai pisau no 4
14
Langen Bek
15
Pinzet anatomi
15
Dressing forcep
16
Pinzet chirurgy
16
Macam Gunting
17
Catheter metal
17
Gunting Tulang
18
Novocom
18
19
20
21
22
23
Timan/ 40-37808
24
25
Novokom
26
27
28
Pengukur / AA 804
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
17) PRESERVASI
NO
NAMA ALAT
NO
NAMA ALAT
Needle Holder
Langenbeck retractor
Gunting benang
Gunting jaringan
Pean Bengkok
Freer / raspatarium
Towel klip
Penggaris
Gunting benang
Hammer
Towel clamps
10
Novokom
10
11
Kom Stainless
11
24
12
12
13
13
14
14
15
Right angle
15
Tangkai pisau no 4
16
Gunting benang
16
Pinzet chirurgys
17
Bengkok stenlestil
17
Pinzet anatomi s
18
Mangkok stenlestil
19
Bengkok stenlestil
20
Novocom
21
20) ANAK
19) PLASTIK
N
O
1
S Hak
O Hak
Pean bengkok,kecil
Langenbeck Pendek
Towel clamps
Langenbeck Panjang
Needle holders
Big Hak
Allis klem
Spatula Perut
NAMA ALAT
NO
NAMA ALAT
Sendok luka
10
10
11
Spatula hitam
11
12
Raspatorium
12
13
13
14
Tangkai pisau no 3
14
15
Tangkai pisau no 4
15
Allis Klem
25
16
16
17
Gunting benang
17
18
18
Pinzet Anatomi
19
Bengkok stenlestil
19
Pinzet Chirurgy
20
Yodern klem
20
21
Novocom
21
22
22
Needle holder
23
Elevators
23
Yodern Klem
24
25
26
Pyealum Hak
27
28
29
Duk Klem
30
Raspatorium
31
Tongue Spatula
32
Knop Sonde
33
Slip Sonde
34
35
36
Gunting Benang
37
Novocom
38
39
Mangkok Bengkok
40
41
Sendok Luka
21) GINJAL 1
N
O
1
O Hak
Mouth Gag
Hak Gigi 6
Tongue spatula
Langenbeck Besar
Tang gigi
Big Hak
Hak gigi 4
Tatah
Timan Hak
Rashpatorium
NAMA ALAT
NO
NAMA ALAT
Automatic Spraeder
Sendok luka
Spatula Perut
Hammer
Towel Klem
Pyelum hak
10
10
Crayer
11
11
Bean
12
12
Knable tang
13
13
Deschamps
14
14
Bone tang
15
15
Guiding
16
Pedicel Klem
16
Gunting kawat
26
17
Babcock
17
18
18
Kikir
19
Right Angle
19
Gigli saw
20
Ovarium Klem
20
21
Peritonium Klem
21
Boor tangan
22
22
Kunci boor
23
23
24
24
25
25
Naldpoeder
26
26
27
27
28
28
Tang kawat
29
29
Freer elevator
30
30
Hak gigi 1
31
31
Tatah kecil
32
32
Bengkok stainless
33
34
35
Bengkok Stainless
36
37
38
Pyelum hak
39
Novocom
40
41
Sendok luka
42
Suction tube
24) MASTOIDECTOMI
Bontang
Hammer
Langenbeck
Spraeder gigi 3
Sendok luka
Freer
Allis klem
Cannula section
Hammer
Hayek
Tongue spatel
Sendok luka
Hak gigi 1
Rashpatorium
Hak gigi 4
Mouth gag
10
11
Gunting ukur
12
Tatah
Hammer
13
Tang
Poliph tang
14
Needle holder
Cannula section
15
Gunting jaringan
Pisau curret
16
Rashpatorium
Freer
17
Kikir
NAMA ALAT
NO
NO
1
NAMA ALAT
27
18
Double kikir
Hak gigi 1
19
Penghantar kawat
Pinzet knee
20
Pinzet anatomi
10
Cottel mesh
21
Pinzet knee
11
Hak double
22
12
Gunting konka
23
13
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Diagram Alur Tata Laksana Pelayanan
ALUR
MULAI
DOKUMENT
1. RMI : 00165 ( RM 21.1 )
2. SPO Verifikasi dan Penandaan
Prosedur Persiapan Operasi
3. Persetujuan & Penolakan
Tindakan Kedokteran
4. SPO Edukasi meliputi al;
1)SPO Nafas Dalam
2)SPO Relaksasi
3)SPO Aktifitas latihan
4)SPO Batuk Efektif
5. Kebijakan dan SPO Pelayanan
dan SPO pendaftaran operasi
6. Form pendaftaran operasi
7. SPO pengiriman pasien
operasi
28
SELESAI
B. Tata Laksana Pelayanan
1. Pedoman
a. Semua pasien yang didaftarkan operasi di IBS & DS harus sudah dilakukan persiapan satu
hari sebelum operasi meliputi;
1) Dikonsultasikan antara operator dengan dokter anestesi serta bidang ilmu yang terkait
secara tertulis terlebih dahulu.
2) Pemberian imformasi dan Imformed Consent oleh operator & ahli anestesi.
3) Dilakukan verifikasi dan penandaan lokasi operasi ( site marking )
b. Pelayanan operasi elektif pada jam kerja dilaksanakan mulai jam 08.00 14.00 dan sore hari
jam 14.00 21.00.
c. Pelayanan operasi elektif diluar jam kerja pada pagi hari jam 06.00 - 07.30 dengan catatan
sebagai beriktu :
1) Bukan merupakan program tambahan dan harus dilakukan pendaftaran satu hari
sebelum hari operasi
2) Merupakan program preoritas khusus karena alasan yang khusus
3) Istimasi selesai operasi tidak melebihi jam 07.30
4) Pasien harus datang di IBS 30 menit sebelum operasi mulai
5) Operator harus siap di IBS sekurang kurangnya 15 menit sebelum operasi mulai;
6) Apabila terjadi keterlambatan lebih 30 menit dari jam mulai operasi IBS memiliki
kewenangan untuk membatalkan operasi dan taggung jawab oleh pihak yang
terlambat,
d. Pelayanan operasi cito selama 24 jam
e. Setiap hari Sabtu hanya buka 5 ( lima ) kamar operasi untuk dilakukan pembersihan bongkar
besar;
f. Khusus pada hari Sabtu minggu pertama setiap bulan operasi elektif dilakukan pada sore hari
mulai 17.00 21.00 untuk dilakukan service central AC;
29
g. Program pertama operasi pada jam kerja diutamakan dengan pertimbangan sebagai berikut :
1) Kriteria operasi bersih
2) Pasien bayi/anak
h. Pelayanan operasi elektif pada jam 06.00 07.30 dan sore jam 14.00 21.00 mengikuti
kriteria sebagai berikut :
1) Kasus yang tidak komplek
2) Tidak memerlukan pemeriksaan Potong Beku ( FS )
3) Tidak menggunakan alat bantu radiologi ( C-Arm )
i. Pendaftaran operasi elektif harus didaftarkan paling lambat jam 13.00 satu hari sebelum
program operasi dengan meggunakan format pendaftaran operasi dan sudah di tanda tangani
oleh kepala ruang yang bersangkutan.
j. Pendaftaran program susulan operasi elektif sesudah jam 13.00, dapat diakomodasi
dengan mengikuti kriteria sesuai dengan yang termaktub pada point h, dan tidak boleh
merubah jadual yang sudah jadi.
k. Pendaftaran program sesuai SPO yang berlaku
l. Semua pasien yang dilakukan operasi harus dilakukan timbang terima antara perawat kamar
operasi dengan perawat pengatar pasien, perawat kamar operasi dengan perawat ruang
pulih sadar, perawat ruang pulih sadar dengan perawat pengambil pasien dan perawat
kamar operasi dengan perawat penerima pasien di ICU, PICU, NICU atau HCU sesuai
dengan SPO yang berlaku;
m. Semua pasien yang dilakukan tindakan operasi di kamar operasi harus dilakukan Sing In,
Time Out dan Sign Out sesuai SPO yang berlaku;
n. Semua jaringan yang akan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi harus di kemas sesuai
dengan standar dan SPO yang berlaku.
2. Standar Prinsip Aseptik
a. Prinsip-Prinsip Dasar Asepsis
1) Prinsip-prinsip asepsis adalah merupakan prisip-prinsip pokok yang sangat mendasar.
2) Semua permukaan sterile harus bebas dari kuman dan tidak boleh kontak dengan
peralatan yang tidak sterile.
3) Semua peralatan harus dibungkus dengan linen atau kertas yang memenuhi syarat.
4) Daerah sterile harus di minimalisir terhadap terjadinya kontaminasi dengan debu, udara
tidak bersih dan embun.
5) Barang-barang dari luar ( tas besar , laptop, dll ) tidak boleh di bawa masuk ke kamar
operasi.
6) Semua jenis makanan/minuman yang dapat mengundang binatang pengerat, serangga
dan semut tidak di boleh di bawa ke area semi sterlie.
7) Patuhi prosedur asepsis secara ketat & bila ada keraguan atas sterilitas harus dianggap
tidak sterile.
b. Personil
1) Personil sterlie harus menjaga dengan ketat prinsip-prinsip aseptik saat di dalam area
sterile
2) Anggota tim operasi yang kurang memiliki pengetahuan tentang teknik asepsis di kamar
operasi tidak boleh mondar-mandir di area sterile.
3) Area operasi harus di beri batas yang tegas termasuk tanda pada setiap anggota tim
operasi.
4) Anggota tim operasi tidak boleh meninggalkan ruangan operasi selama operasi
berlangsung kecuali karena hal-hal yang penting.
5) Saat menggunakan alat dengan x-ray, yang berada dikamar operasi hanya petugas
yang terkait langsung dan mengguanakan APD.
6) Jumlah petugas kamar operasi tidak boleh lebih dari 15 orang
7) Berbicara pada saat operasi berlangsung harus diminimalisir, karena berbicara dan
tertawa yang berlebihan selama operasi akan meningkatkan kemungkinan luka operasi
terkontaminasi dengan bacteri yang berasal dari mulut dan oropharingeal
8) Pergerakan anggota tim dikamar operasi harus diminimalkan selama operasi
berlangsung karena pergerakan yang berlebihan akan dapat menyebarkan debu dan
bacteri ke udara
9) Personil yang tidak steril tidak diperbolehkan kontak dengan permukaan sterile, perawat
cirkuler tidak boleh berdiri terlalu dekat dengan meja operasi atau meja mayo dan tidak
30
duduk dilantai, perawat instrument harus menjaga waskom sterile, meja dan tepi meja
tetap sterile
10) Tim operasi sterile apabila pindah tempat/posisi tidak boleh berhadapan tetapi harus
saling membelakangi, personil tidak sterile harus memberi ruang gerak pada tim sterile
saat manufer.
11) Semua personil pendatang ( tamu ) meliputi kunjungan, study banding dan pratikan
kedokteran, prakatikan keperawatan masuk kamar operasi harus terlebih dahulu
mengikuti program orientasi.
c.
Peralatan
1) Semua peralatan bedah yang digunakan selama prosedur harus di sterilisasi terlebih
dahulu.
2) Peralatan seterile harus disimpan dan dipersiapkan sesegera mungkin sebelum
pembedahan atau sedekat mungkin dengan jam operasi
3) Personil sterile hanya menghendel peralatan yang sterlie dan personil yang tidak sterlie
hanya menghendel peralatan yang tidak seterile
4) Tim sterile menerima peralatan dari circulator, prosedur-prosedur untuk distribusi harus
didiskusikan terlebih dahulu.
5) Bila suatu alat diragukan sterilitasnya maka harus di putuskan bahwa alat tersebut telah
terkontaminasi
6) Semua packing peralatan yang sudah kadaluwarsa, terpapar dengan air atau basah,
atau tampak tidak dalam keadaan sempurna harus dianggap tidak setirel.
7) Bila ada suatu pertanyaan tentang apakah seseorang anggota tim scrub telah terjadi
kontaminasi maka harus dianggap bahwa itu telah terjadi.
8) Meja sterlie yang sterile hanya bagian atasnya saja
9) Benang bedah tidak boleh diletakan di tepi meja
10) Drape/duk tidak boleh di lakukan reposisi dalam pemasangan, sekali pasang tidak boleh
digeser-geser karena menyebabkan kontaminasi antara area tidak sterile ke area sterile.
31
2. Semua pasien pasca operasi dari kamar operasi ke petugas ruang pulih sadar harus dilakukan
serah terima oleh perawat penanggung jawab pasien di kamar operasi, perawat anesthesia dan
dokter anesthesia sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku.
3. Semua pasien pasca operasi dari ruang pulih sadar harus dilakukan serah terima oleh perawat
ruang pulih sadar dengan perawat pengambil pasien dari ruang asal pasien sesuai standar
prosedur operasional yang berlaku.
4. Semua pasien pasca operasi ke ICU, PICU, NICU diantar oleh perawat penaggungjawab pasien
di kamar operasi, perawat anesthesia dan dokter anesthesia timbang terima pasien dengan
perawat dan dokter ICU, PICU, NICU harus dilakukan serah terima sesuai dengan standar
prosedur operasional yang berlaku.
E. Persiapan operasi
Semua pasien yang akan dilakukan operasi harus dilakukan persiapan medis operasi, medis
anesthesia dan keperawatan meliputi;
1. Persiapan medis operasi oleh DPJP/operator meliputi;
a. Kunjungan pasien pada (1) satu hari sebelum operasi oleh DPJP/operator
b. Pemberian edukasi dan imformasi pada pasien sesuai standar prosedud operasional yang
berlaku dan imformed consent oleh pasien/keluarga sekurang-kurangnya (1) hari sebelum
operasi.
c. Melakukan reassessment, menentukan renaca tindakan operasi dan mengisi form Lembar
Verifikasi Dan Penandaan Lokasi Prosedur Pasien Operasi sesuai standar prosedur
operasional yang berlaku sekurang-kurangnya (1) hari sebelum operasi.
d. Membuat pesan pesan khusus untuk pasien ke dokter anesthesia dan perawat
penanggungjawab bila diperlukan.
32
2) Check dan recheck kelengkapan hasil pemeriksaan penunjang yang terkait dengan
operasi
3) Check dan recheck kelengkapan surat surat jaminan kesehatan
F. Kerjasama antar disiplin
a. Pre operasi
Semua pasien yang akan di lakukan operasi harus dilakukan konsultasi medis bidang ilmu yang
terkait sesuai dengan kebutuhan pasien baik dalam rangka persiapan fisik, psikologi pasien
maupun dalam tindakan operasi.
b. Durante operasi
Semua pasien yang dilakukan operasi dalam durante operasi harus dilakukan Check dan
recheck melipiuti; sebelum induksi pasien ( Sign In ), sebelum dilakukan insisi kulit
(
Time Out ) dan sebelum pasien meninggalkan kamar operasi ( Sign Out ) sesuai form
c.
Post operasi
Semua pasien pasca operasi harus dilakukan penyusunan perencanaan pengelolaan dan
monitoring hemodinamik pasien pasca operasi secara terpadu dengan disiplin ilmu yang terkait
meliputi; program pemberian cairan , pengobatan dan keperawatan.
G. Pelayanan anestesi
Pelayanan anesthesia meliputi pra anestesi, durante anestesi, pasca anestesi dilaksanakan sesuai
dengan podoman pelayanan anesthesia.
H. Laporan operasi dan anestesi
1. Laporan operasi
a. Laporan operasi harus dibuat segera sebelum pasien keluar dari ruang pulih sadar.
b. Laporan tertulis operasi atau ringkasan catatan operasi termasuk sekurang kurangnya
meliputi; diagnose pasca operasi, nama dokter bedah dan asisten asisten, nama prosedur,
spesemen bedah untuk pemeriksaan, catatan spesifik komplikasi untuk tidak adanya
komplikasi selama operasi, termasuk jumlah kehilangan darah dan tanggal, waktu, dan
tanda tangan dokter yang bertanggungjawab.
2.
Laporan anesthesia
a. Laporan anesthesia harus didokumentasikan sejak mulai pasien dilakukan induksi sampai
dengan pasien keluar dari ruang pulih sadar secara terperici.
b. Laporan anesthesia tertulis secara terperinci meliputi; nama ahli anesthesia, perawat
anesthesia, nama ahli bedah, diagnose pra operasi, diagnose pasca operasi, , nama
prosedur, jenis anesthesia, laporan monitoring hemodinamik selama induksi, durasi
anesthesia, dan pasca anesthesia, serta penggunaan obat-obat dan cairan selama
anesthesia,.
c. Program pengelolaan dan hemodinamik pasca operasi meliputi program pemberian cairan,
darah dan obat obat untuk pengelolaan nyeri serta tanggal, waktu, dan tanda tangan
dokter yang bertanggungjawab.
33
BAB V
LOGISTIK
INVENTARISASI SARANA MEDIK
JENIS RUANG : OK I
N
JENIS BARANG
O
MERK
TYPE
JML
Unit
ESU
ERBE
Maquet
Buah
Maquet
Buah
C&U
Unit
C&U
Unit
Patient Monitor
Siemen
Unit
Infant Warmer
Acrade
Unit
Lampu operasi
D 650
Unit
Lampu operasi
D 530
Unit
10
11
Humidifier
Mesin Anestesi
C&U
Drager
Fabius
Unit
Unit
1
1
12
Mesin An Ventilator
Drager
2600350
Unit
13
Water Bath
Memert
Unit
14
Water Bath
Memert
Unit
15
Operating Table
Maquet
1140 01 KO
Unit
16
Table Top
Maquet
1140 10 AN
Unit
18
Laryngoscope
Riester
Set
19
Remot
Maquet
Buah
JENIS RUANG
NO
ICC 350
SAT
SC 7000 ENG
: OK II
JENIS BARANG
MERK
TYPE
SAT
JML
Maquet
Buah
2
3
Maquet
C&U
Buah
Unit
1
1
C&U
Unit
Patient Monitor
Siemen
SC 7000 ENG
Unit
Lampu operasi
D 650
Unit
Lampu operasi
D 530
Unit
Humidifier
C&U
Unit
34
Mesin Anestesi
Drager
Fabius
Unit
10
Endoscopy
Calcuson
276100 20
Unit
11
Endoscopy
Uromat
273305 20
Unit
12
Endoscopy
Telecam
202120 20
Unit
13
Endoscopy
Xenon Nova
201315 20
Unit
14
Endoscopy
Calcuspit
276300 20
Unit
15
Operating Table
Maquet
1140 01 KO
Unit
16
Table Top
Maquet
1140 10 AN
Unit
17
Laryngoscope
Riester
Set
18
19
Remot
ESU
Maquet
Covidien
Force FX
Buah
Unit
1
1
SAT
JML
Unit
JENIS BARANG
MERK
TYPE
ESU
Erbe
ICC 350
Bronchoscopy
Olympus
Unit
3
4
5
6
7
8
9
Operating microskop
Operating microskop
Operating microskop
Operating microskop
Operating microskop
Laparascopy ESU
Laparascopy Light
Topcon
Carl Zeiss
Leyca
Albert
Carl Zeiss
Aesculap
Aesculap
GN300
Light source300
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
1
1
1
1
1
1
1
10
Laparascopy Camera
Aesculap
CCD camera
Unit
11
Laparascopy
Aesculap
Flow 16
Unit
12
TV Monitor
Sony
Unit
13
14
15
Dental burr
Patient monitor
Laparascopy Unit
Dental Weck
Dash 250
Stryker
Unit
Unit
Unit
1
5
1
16
Laparascopy Light
Stryker
Unit
17
18
Laparascopy Camera
Laparascopy ESU
Stryker
Electrotom
Unit
Unit
1
1
19
Printer
Sony
Unit
20
TV Monitor
Unit
21
C Arm
Philips
Unit
22
Hydrowarmer
Seabrook
SMS 4000 E
Unit
23
24
Ventilator
Respiratory Humidifier
Drager
Fasher & Paykel
MR 730
Unit
Unit
2
2
25
Mesin Anestesi
Seneca
Unit
26
27
ESU
ESU
Siemen
Berchtol Modul sys
Radiotom 704
Elektrotom
Unit
Unit
2
1
28
ESU Acoma
Acrade
Acutor SR
Unit
29
30
31
32
33
34
ESU
Laparoscopy for surgery
Laparoscopy for surgery
Laparoscopy trainer
Harmonic scalpel
Harmonic scalpel
Martin
storz
Aesculap
storz
Ethicon
Ethicon
Elektrotom 125
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
1
1
1
1
1
1
35
C Arm
GE
Brivo
Unit
35
JENIS RUANG
N
O
JENIS BARANG
: OK IV
MERK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
ESU
Meja Mayo Besar
Meja Mayo kecil
Wall Suction Anestesi
Wall Suction Mobile
Patient Monitor
Lampu operasi
Lampu operasi
Humidifier
Aesculap
Maquet
Maquet
C&U
C&U
Siemen
Berchtol Modul sys
Berchtol Modul sys
C&U
10
11
12
13
14
15
Mesin Anestesi
Operating Table
Table Top
Laryngoscope
Remot
Operating microscop
Ohmeda Biox
Maquet
Maquet
Riester
Maquet
Karl Zeiss
JENIS RUANG
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
JENIS BARANG
ESU
Meja Mayo Besar
Meja Mayo kecil
Wall Suction Anestesi
Wall Suction Mobile
Patient Monitor
Lampu operasi
Lampu operasi
Humidifier
Mesin Anestesi
TYPE
GN 300
SC 7000 ENG
E 650
E 550
Aestiva7500/AMRM
00919
1140 01 KO
1140 10 AN
OPMI PICO
SAT
JML
Unit
Buah
Buah
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Unit
Unit
Unit
Set
Unit
1
1
1
1
1
1
SAT
JML
Unit
Buah
Buah
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
: OK V
MERK
Aesculap
Maquet
Maquet
C&U
C&U
Siemen
Berchtol Modul sys
Berchtol Modul sys
C&U
Datex Ohmeda
TYPE
GN 300
SC 7000 ENG
E 650
E 550
Aespire 7900
36
11
12
13
14
Operating Table
Table Top
Laryngoscope
Remot
JENIS RUANG
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
JENIS BARANG
ESU
Meja Mayo Besar
Meja Mayo kecil
Wall Suction Anestesi
Wall Suction Mobile
Patient Monitor
Lampu operasi
Humidifier
Mesin Anestesi
Operating Table
Table Top
Laryngoscope
Remot
Maquet
Maquet
Riester
Maquet
Unit
Unit
Set
Buah
1
1
1
1
SAT
JML
Unit
Buah
Buah
Unit
Unit
Unit
Set
Unit
Unit
Unit
Unit
Set
Buah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
SAT
JML
Unit
Buah
Buah
Buah
Unit
Unit
Unit
Set
Unit
Unit
Unit
Unit
Set
Buah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
: OK VI
MERK
Aesculap
Maquet
Maquet
C&U
C&U
Siemen
Hanaulux
C&U
Datex Ohmeda
Maquet
Maquet
Riester
Maquet
JENIS RUANG
N
JENIS BARANG
O
: OK VII
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Siemens
Maquet
Maquet
Maquet
C&U
C&U
Siemen
Hanaulux
C&U
Ohmeda
Maquet
Maquet
Riester
Maquet
ESU
Meja Mayo Besar
Meja Mayo kecil
Meja Mayo kecil
Wall Suction Anestesi
Wall Suction Mobile
Patient Monitor
Lampu operasi
Humidifier
Mesin Anestesi
Operating Table
Table Top
Laryngoscope
Remot
1140 01 KO
1140 10 AN
MERK
TYPE
GN 300
SC 7000 ENG
Aespire 7900
1140 01 KO
1140 10 AN
TYPE
Radiotom 704
SC 7000 ENG
Exel
1140 01 KO
1140 10 AN
37
15
ESU
Valleylab
ESU
Meja Mayo Besar
Meja Mayo kecil
Wall Suction Anestesi
Wall Suction Mobile
Patient Monitor
Lampu operasi
Humidifier
Mesin Anestesi
Operating Table
Table Top
Opmi Optalmology
Cryo Surgical Unit
Endolaser
Vieving System
Vecomilineum
Laryngoscope
Remot
Operating Microscope with OCT ver6
ESU
Mesin Phacoemulsifikasi(Cold Phaco
System)
Vitrectomi
Force FX
MERK
Siemen
Maquet
Maquet
C&U
C&U
Siemen
Hanaulux
C&U
Drager
Maquet
Maquet
Carl Zeiss
ERBE
Iridex CO CL
Moller Wedel eibos
Alcon
Riester
Maquet
Carl Zeiss
Covidien
Carl Zeiss/Visalis
100
Alcon
Unit
TYPE
SAT
JML
Radiotom 704
Lumira I
Force FX
Unit
Buah
Buah
Unit
Unit
Unit
Set
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Buah
Buah
Unit
Unit
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Acurus
Unit
Unit
1
1
SC 7000 ENG
Fabius
1140 01 KO
1140 10 AN
S7
Legacy
38
JENIS RUANG : OK IX
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
Maquet
Maquet
C&U
C&U
G E Internasional
Berchtol Modul sys
Berchtol Modul sys
C&U
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Mesin Anestesi
Operating Table
Table Top
Operating Microscope
Electric buur
Sonop
Hemoterm
Lampu kepala
Laryngoscope
Unit motor for neuro surgery
Remot
Ohmeda Biox
Maquet
Maquet
Carl Zeiss
Aesculap
Aloka
CSZ
Stryker
Pneupac
Aesculap
Maquet
JENIS BARANG
JENIS RUANG
N
JENIS BARANG
O
2
Meja Mayo Besar
3
Meja Mayo kecil
4
Wall Suction Anestesi
5
Wall Suction Mobile
6
Patient Monitor
7
Lampu operasi
8
Lampu operasi
9
Humidifier
10 Mesin Anestesi
11 Operating Table
MERK
TYPE
Dash 4000
D 650
D 530
Aestiva7500/AMRM
00919
1140 01 KO
1140 10 AN
Zeiss S88
Microspeed
400 M
Surgy Beam
SAT
JML
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
1
1
1
1
1
1
1
1
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Set
Unit
buah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
SAT
JML
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
: OK X
MERK
Maquet
Maquet
C&U
C&U
Siemen
Berchtol Modul sys
Berchtol Modul sys
C&U
Datex Ohmeda
Maquet
TYPE
SC 7000 ENG
D 650
D 530
Aespire 7900
1140 01 KO
39
12 Table Top
12 Laryngoscope
13 ESU
14 Electric Buur Orthopedi
15 Electric Buur Orthopedi
JENIS RUANG
N
JENIS BARANG
O
Maquet
Hiene
Aesculap
Aesculap
Shintes
: OK Jantung
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Maquet
Maquet
C&U
C&U
Berchtol Modul sys
Berchtol Modul sys
C&U
Datex Ohmeda
Siemen
G E Internasional
Maquet
Maquet
Welch Allyn Solane
Memert
Stockert
CSZ ( USA )
Philips
Hiene
Hemocrom
Maquet
JENIS RUANG
N
JENIS BARANG
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Sphycmomanometer
Patient Monitor
Patient Monitor
Hypothermic Therapy
Hypothermic Therapy
Transporter for op table
Patient Monitor
Meja operasi
Tensimeter Digital
Patient Monitor
Humidifier
Wall Suction
Suction Pump
1140 10 AN
GN 300
Elan
Colibri
MERK
TYPE
D 650
D 530
Aespire 7900
SC 7000 ENG
Dash 4000
1140 01 KO
1140 10 AN
B UI 2601
101000
Hemoterm
M 4735 A
401
Unit
Set
Unit
Unit
Unit
1
1
1
1
1
SAT
JML
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Set
Unit
Buah
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
SAT
JML
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
1
1
1
1
1
10
1
6
1
1
3
3
1
RR
MERK
Caro metric
Criticare
Siemen
Rusch
Rusch
Maquet
Philips
Maquet
GE Heald Care
GE International
C&U
C&U
Atmos
TYPE
555
1100-3
SC 7000 ENG
M3
Carescape V100
Dash 2500
40
JENIS RUANG
N
JENIS BARANG
O
1
Mesin Anestesi
2
Body Warmer
3
Pulse Oximeter
4
Patient Monitor
5
Video Laryngoscope
6
7
USG Anestesi
Body Warmer
: R.Alat Anestesi
MERK
Siare
Thermomaquet
Ohmeda Biox
Biomedical System
Veralat
Medison
Thermomaquet
JENIS RUANG
N
JENIS BARANG
O
1
Electric Burr
MERK
JENIS RUANG
NO
JENIS BARANG
: Gudang II
MERK
1
2
3
4
5
6
7
8
10
11
12
13
14
15
16
17
ECG 12 liade
Syring Pump
Syring Pump
Syring Pump
Patien Mnitor
Laryngoscope Anak
Laryngoscope Baby
Laryngoscope Baby
Patient Monitor
Blood Coagulation Timer
Layar Monitor
Laparascopy Set
Monitor Swan Ganz
Patien Mnitor
Head Light dengan light
source
DualchamberTemporer.
18
19
20
Auto Transfution
Echo Cardio Graf
Heard lung machine
TYPE
F26 HCU
Maquet 8000
3700
704 IVY
U-5 /sn
09204300000452
Maquet 8000
SAT
JML
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
1
2
1
1
1
Unit
Unit
1
1
SAT
JML
Unit
Gudang I
TYPE
Stryker
Philips
Terumo
Terumo
B.Braun
Philips
Hiene
Riester
Pneumac
Siemens
Hemocrom
View Sonic
Solar 8000M
Siemens
Luxtec/CLX
Medtronic
Cell Saver
5+/Haemonetic
Vivid SGN GE
Sorin/C 5
TYPE
M 1772 A
MP 40
SC 7000 ENG
401
SC 7000 ENG
1
1
1
1
SAT
JML
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Set
Set
Set
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
1
1
2
1
1
1
1
1
3
1
2
1
2
1
Unit
Unit
1
1
Unit
Unit
Unit
1
1
1
41
MERK
TYPE
SAT
JML
Drager
Philips
CNU
Fabius
A1:M3723A
Boxy 5111
Unit
Unit
Unit
1
1
CNU
Fazzini
BSUC 0001
Bana008 A
Unit
Set
1
1
A-17710-118
Set
Set
Set
Set
1
1
1
1
Fazzini
Fazzini
Fazzini
Heine
Patient Monitor
10
11
12
JENIS BARANG
MERK
TYPE
SAT
JML
Philips
Olympu
s
Olympu
s
Olympu
s
Olympu
s
Olympu
s
Olympu
s
Olympu
s
Olympu
s
Olympu
s
C&U
C&U
A1:M3723A
Unit
TJF-145
Unit
GIF-XP 160
Unit
BF-3C 160
CV.60+CLV.160
PVNI14NGEWMG
Unit
Unit
GIF-Q145
Unit
CF-Q145L
Unit
BF-160
Unit
BF- It 160
Unit
BF-N20
Boxy 5111
BSUC 0001
Unit
Unit
Unit
1
1
1
42
JENIS RUANG
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
: R.Endoscopy I
JENIS BARANG
MERK
Fazzini
Fazzini
Storz
Storz
Sony
Olympus
Olympus
Sony
Storz
TYPE
0830500-080
871300
24910
SAT
JML
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
Olympus
Olympus
Wolf Richard
Drager
GE
Bend 0069
Fabius
Dash 2500
Unit
Buah
Set
Set
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
MERK
TYPE
SAT
JML
Unit
Unit
Unit
3
1
1
Trinitron
OTV F 3
JENIS BARANG
Patient Strechter
Meja Operasi
Spygmomanometer mobile Stand
Merivara
950
Fazzini
0830500-080
JENIS BARANG
Laryngoscope
Capnometer
Laryngoscope
Micro motor
MERK
Rister
EMMA
Hiene
NSK
TYPE
Mc Kency
Mc Coy
SAT
JML
Set
buah
set
unit
1
3
1
1
43
5
6
7
Micro motor
Syring Pump
Infus Pump
Stema
Terumo
Terumo
NAMA RUANG
JENIS RUANG
N
O
JENIS BARANG
Washer/Disinfector
Endoscopy Manual
For Hologen Light
Meja Operasi
1
2
1
MERK
Olympus
TYPE
SAT
JML
TD-20
Unit
NAMA RUANG
JENIS RUANG
1
2
unit
unit
unit
: Day Surgery
: R.Cuci Instrumen
N
O
MD20/886.1101R
: Day Surgery
: R.Gudang II
JENIS BARANG
MERK
Samarit
TYPE
SAT
JML
Transglide
Buah
Buah
2
3
Buah
SAT
JML
Unit
Set
Buah
Buah
Unit
Unit
1
1
1
1
3
1
Bandelin
JENIS BARANG
Trolly Emergency
Ambo bag
Tensimeter
Stetoscope
Flow Meter Oksigen
Wall Suction central
Syring Pump
MERK
C&U
C&U
TYPE
44
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai
dengan yang diucapkan Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu primum, non
nocere (first, do no ham). Namun diakui ucapan Hipocrates tersebut tidak mudah untuk
dilaksanakan.
Seperti diketahui rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan modern adalah
suatu organisasi yang sangat komplek karena padat modal, padat tehnologi, padat karya,
padat profesi, padat sistem, dan padat mutu serta padat resiko; disamping itu di rumah
sakit juga terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, berbagai budaya,
berbagai agama / kepercayaan sehingga tidak mengejutkan bila Kejadian Tidak Diinginkan
(KTD = missed = adverse event) akan sering terjadi dan akan berakibat pada terjadinya
kecelakaan atau injuri bahkan sampai kematian pada pasien.
Berbagai upaya peningkatan mutu telah dilakukan untuk mewujudkan ucapan
Hipocrates. Sejak awal tahun 1900 rumah sakit sudah berupaya meningkatkan mutu pada
3 (tiga) elemen yaitu input, proses dan output sampai outcome dengan bermacam
macam konsep dasar, program regulasi yang berwenang misalnya antara lain penerapan
Standar Pelayanan Rumah Sakit, Penerapan Quality Assurance, Total Quality
Management, Countinous Quality Improvement, Perizinan, Akreditasi, Kredensialing, Audit
Medis, Indikator Klinis, Clinical Governance, ISO, dan lain sebagainya. Harus diakui
program-program tersebut telah meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit baik pada
aspek input, proses maupun output dan outcome. Namun harus diakui pula, pada
pelayanan yang telah berkualitas tersebut masih sering terjadi Kejadian Tidak Diinginkan
(KTD = missed = adverse event) yang tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum. Hal
ini terjadi karena, menurut Institute of Medicine (IOM) tahun 2000, meskipun berbagai
instansi dan organisasi dalam perawatan kesehatan memberi kontribusi tertentu, tetapi
tidak ada titik fokus untuk meningkatkan dan mempertahankan perhatian pada
keselamatan pasien.
Di Amerika Serikat pada tahun 2000 Institute of Medicine menerbitkan laporan yang
mengagetkan banyak pihak: TO ERR IS HUMAN, Building a Safer Health System.
Laporan itu mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado serta New
York. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD (adverse event) sebesar 2,9 %, dimana 6,6 %
diantaranya meninggal. Sedangkan di New York KTD adalah sebesar 3,7 % dengan angka
kematian 13,6 %. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap diseluruh Amerika
45
yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000-98.000 per tahun. Publikasi WHO pada
tahun 2004, mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai negara :
Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2-16,6 %.
Dengan data-data tersebut, berbagai negara segera melakukan penelitian dan
mengembangkan Gerakan Keselamatan Pasien.
Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (near miss) masih
langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan mal praktek, yang belum tentu
sesuai dengan pembuktian akhir.
Disamping berakibat munculnya tuduhan mal praktek dan terjadinya tuntutan
hukum, pengabaian pelaksanaan gerakan keselamatan pasien juga akan berdampak pada
peningkatan biaya pelayanan tidak langsung, menurunkan efisisiensi, dll. seperti
tergambar pada gambar 1.
Biaya Hukum
Pengabaian Keselamatan Pasien
Biaya Akreditasi
Pengalihan dari perawatan pasien ke
personal rendah
Keuntungan
Biaya Modal Manusia
Tidak mampu mengembangkan usaha
Biaya Pemasaran
Gambar 1. Biaya-biaya yang timbul akiabat tidak adanya program keselamatan pasien.
46
Agar dalam pelaksanaan gerakan keselamatan pasien di RSUP Dr. Kariadi dapat
berjalan secara komprehensif perlu disusun suatu pedoman pelaksanaan keselamatan
pasien di RSUP Dr. Kariadi sebagai standar yang dapat dijadikan acuan bersama oleh
seluruh pemangku kepentingan RSUP Dr. Kariadi.
B.
C.
Tujuan Khusus :
Sebagai pedoman bagi pemangku manajemen struktural RSUP
Dr. Kariadi
dalam pengambilan keputusan.
1)Sebagai pedoman bagi pemangku manajemen fungsional (klinis maupun non klinis)
RSUP Dr. Kariadi dalam pengambilan keputusan.
2)Sebagai pedoman pelaksanaan manajemen struktual.
3)Sebagai pedoman pelaksanaan manajemen fungsional (klinis maupun non klinis).
D.
Ruang lingkup
Gerakan keselamatan pasien ini harus meliputi seluruh pemangku kepentingan dan
seluruh sistem yang berlaku di rumah sakit, baik klinis maupun non klinis.
E.
F.
Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu gerakan dimana
rumah sakit membuat pasien terhindar dari kecelakaan/injury akibat error yang sebenarnya
dapat dicegah seperti dikemukakan oleh Institute Of Medicine (IOM) yang mendefinisikan
Keselamatan Pasien (Patient Safety) sebagai freedom from accidental injury. Accidental
injury disebabkan karena error yang meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai
47
rencana yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental injury juga akibat dari
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission).
Accidental injury dalam prakteknya akan berupa Kejadian Tidak Diinginkan (KTD =
missed = adverse event) atau hampir terjadi kejadian tidak diinginkan/Kejadian Nyaris
Cedera (near miss). Near miss ini dapat disebabkan karena : keberuntungan (misal :
pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu
obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan
membatalkannya sebelum obat diberikan), atau peringanan (suatu obat dengan over dosis
lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).
KTD dan KNC timbul karena error yang sering ditimpakan pada manusianya
sebagai penyebab atau biasa disebut sebagai human error dan selanjutnya berujung pada
hukuman bagi pihak-pihak (pegawai / karyawan) yang dianggap bersalah. Pada teori yang
dikembangkan oleh James Reason dan Cook dan Rasmussen dikatakan bahwa error bisa
terjadi karena keterlibatan berbagai faktor yang saling kait mengkait sehingga tidak dapat
ditimpakan pada pihak tertentu sebagai penyebabnya.
Menurut James Reason dalam Human error management : models and
management dikatakan ada dua pendekatan dalam penanganan error atau KTD atau KNC
:
Pertama, pendekatan personal.
Pendekatan ini memfokuskan pada tindakan yang tidak aman, melakukan
pelanggaran prosedur dari orang-orang yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan
(dokter, perawat, ahli bedah, ahli anestesi, farmasis dll). Tindakan tidak aman ini dianggap
berasal dari proses mental yang menyimpang seperti mudah lupa, kurang perhatian,
motivasi yang buruk, tidak hati-hati, alpa dan ceroboh. Sehingga bila terjadi suatu KTD
akan dicari siapa yang berbuat salah. Pendekatan inilah yang disebut budaya
menyalahkan (BLAMING CULTURE) dan harus dibuang/dihindari jauh-jauh.
Kedua, pendekatan system.
Pemikiran dasar dari pendekatan ini yaitu bahwa manusia adalah dapat berbuat
salah dan karenanya dapat terjadi kesalahan. Disini kesalahan dianggap lebih sebagai
konsekuensi daripada sebagai penyebab. Dalam pendekatan ini diasumsikan bahwa kita
tidak akan dapat mengubah sifat alamiah manusia ini, tetapi kita harus mengubah kondisi
dimana manusia itu bekerja. Pemikiran utama dari pendekatan ini adalah pada pertahanan
sistem yang digambarkan sebagai model keju Swiss (gambar 2). Dimana berbagai
pengembangan pada kebijakan, prosedur, profesionalisme, tim, individu, lingkungan dan
peralatan akan mencegah atau meminimalkan terjadinya KTD. Pendekatan inilah yang
harus dilakukan, berupa budaya tidak mudah menyalahkan atau budaya keselamatan (NO
BLAMING CULTURE atau SAFETY CULTURE)
48
49
Gambar 3. Model Keselamatan Dinamis. (A) Gradien mendorong titik operasi sistem jauh
dari batas-batas kegagalan ekonomi dan kelebihan beban kerja dan terhadap batas kinerja
yang dapat diterima (kecelakaan). (B) Stabil, risiko sistem rendah (A) beroperasi jauh dari
batas ini; Stabil, risiko sistem tinggi (B) beroperasi lebih dekat batas yang dapat diterima
tetapi titik operasi bergerak sedikit demi sedikit dan sebagian besar masih dalam batas;
Sistem tidak stabil (C) terjadi pergeseran besar yang cepat titik operasi.
G.
H.
50
1. Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien
2)
RSUP Dr. Kariadi memiliki kebijakan dan prosedur yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
RSUP Dr. Kariadi berupaya menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari
insiden yang terjadi di rumah sakit {SPEAK UP = Speak up if you have
questions or concerns. If you still don't understand, ask again. Pay attention to
the care you get. Make sure you get the right care by the right professionals.
Dont assume anything. Educate yourself about your care. If a family member or
friend needs care, find out about their care. Learn about the treatment or service
plan. Ask a trusted family member, friend or peer to be your advocate (advisor
or supporter ). Know what medicines you take. Know why you take them.
Medicine errors are the most common health care mistakes. Use an
organization that you have checked out before you get services. For example,
The Joint Commission visits organizations to see if they meet The Joint
Commissions quality standards. Participate in all decisions about your care. You
are the center of the care team.}
Melakukan asesmen pada setiap kejadian (KTD atau KNC) dengan
menggunakan pandangan keselamatan pasien.
Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di
seluruh jajaran RSUP Dr. Kariadi.
51
Langkah penerapan :
1) Tingkat Rumah Sakit :
Direksi bertanggung jawab atas keselamatan pasien
RSUP Dr. Kariadi membentuk Tim Keselamatan Pasien yang ditugaskan untuk
menjadi penggerak dalam gerakan keselamatan pasien
Memprioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat jajaran Direksi
maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit
Menjadikan Keselamatan Pasien sebagai materi dalam semua program
orientasi dan pelatihan di RSUP Dr. Kariadi. dan dilaksanakan evaluai dengan
pre dan post test.
2) Tingkat Unit Kerja :
Semua pimpinan unit kerja wajib memimpin gerakan Keselamatan Pasien
Selalu menjelaskan kepada seluruh personil relevansi dan pentingnya serta
manfaat bagi mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
Menumbuhkan sikap kesatria dengan menghargai pelaporan insiden
3. Mengintegrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
1)
Tingkat Rumah Sakit :
Menelaah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan non
klinis, serta memastikan hal tersebut tercakup dan terintegrasi dengan Keselamatan
Pasien dan staf
Mengembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan Insiden Keselamatan Pasien
(IKP) bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat dimonitor oleh Direksi/Manajer RSUP
Dr. Kariadi
Menggunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan
insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian
terhadap pasien.
Menggunakan hasil asesmen untuk merencanakan langkah antisipasi terjadi risiko.
2)
Tingkat Unit Kerja :
Dalam setiap rapat koordinasi selalu melaksanakan diskusi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada Manajer
terkait
Memastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko
rumah sakit
Melakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas
setiap risiko, dan ambilah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko
tersebut
Memastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses
asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.
52
Memastikan staf RSUP Dr. Kariadi dengan mudah dapat melaporkan kejadian /
insiden, serta RSUP Dr. Kariadi mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
Langkah penerapan :
1) Tingkat Rumah Sakit
Sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar rumah sakit mengacu pada
Pedoman Keselamatan Pasien RSUP Dr. Kariadi.
2) Tingkat Unit Kerja :
Memberikan semangat kepada seluruh personil untuk secara aktif melaporkan
setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga,
karena mengandung bahan pelajaran yang penting. Tatalaksana pelaporan
disusun dalam bentuk standar prosedur operasional (SPO).
5. Melibatkan Pasien Dan Berkomunikasi Dengan Pasien
Seluruh staf RSUP Dr. Kariadi harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah
untuk belajar bagaimana dan mengapa KTD itu timbul.
Langkah penerapan:
1) Tingkat Rumah Sakit:
53
Memastikan staf yang tekait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara
tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
Mengembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) yang mencakup
insiden yang terjadi dan melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)
untuk setiap rencana pengadaan fasilitas atau kegiatan pelayanan pasien baru.
54
Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik maka dapat menambah
penggunaan metoda-metoda lainnya.
BAB VII
55
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera.
Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi
baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka
menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula
meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat
kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis
pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam
suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.
Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap
manusia kepada pekerjaan atau jabatannya (WHO/ILO-1995).
Secara umum keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit bertujuan untuk
mencegah timbulnya dan menanggulangi masalah kesehatan dan keselamatan kerja
dan faktor-faktor resiko yang dapat terjadi pada masyarakat pekerja di rumah sakit serta
meningkatkan kualitas dan produktivitas pekerja tersebut dalam melaksanakan tugas
dan fungsi rumah sakit.
2. Tujuan K3 di unit kerja
a) Tujuan Umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM Rumah
Sakit; aman dan sehat bagi pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan
lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses pelayanan di RSUP Dr. Kariadi
Semarang berjalan baik dan lancar.
b) Tujuan Khusus
1. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3RS.
2. Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi manajemen, pelaksana dan
pendukung program.
3. Terpenuhinya syarat-syarat K3 di setiap unit kerja.
4. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK.
5. Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan menyeluruh.
6. Peningkatan mutu, citra dan produktifitas Rumah Sakit.
3. Identifikasi Hazard di unit kerja
Klasifikasi
Hazard
Jenis Hazard
Lokasi
56
Biologi
Fisika
Kimia
Semua
ruang
keperawata
n
Semua
ruangan
Ruang
Perawatan
Jantung
Semua
Ruangan
Ruang
perawatan
Ruang
perawatan
Ruang
perawatan
Ruang
perawatan
Ruang
perawatan
Semua unit
kerja
4. Pengendalian Hazard
1) Adanya SPO untuk semua kegiatan dan tindakan yang sesuai dengan identifikasi
Hazard di unit kerja.
2) Standardisasi bangunan dan peralatan di unit kerja sesuai regulasi
3) Kalibrasi berkala pada peralatan medik yang digunakan sesuai dengan regulasi
masing masing.
4) Penggunaan APD secara tepat sesuai Hazard di lingkungan kerja
5) Pemeriksaan kesehatan berkala untuk pegawai sesuai regulasi
5. Standarisasi peralatan
1) Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan serta keselamatan dan
kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah sakit.
2) Pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan peralatan Rumah sakit harus
dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya (sertifikasi
personil, petugas/operator sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan Rumah
sakit) Membuat program pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan kesehatan
rutin dan berkala sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya
didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
57
3) Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan non medis dan harus memenuhi
standar pelayanan, persyaratan mutu, kemanan, keselamatan dan laik pakai.
4) Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan
kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas
Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.
5) Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan
dan harus diawasi oleh lembaga berwenang.
6) Melengkapi perijinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan
kesehatan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
58
1.
PENDAHULUAN
Instalasi Bedah Sentral dan Bedah Sehari merupakan unit fungsional dan unit
produksi serta termasuk salah unit revenue dan merupakan pelayanan integral di suatu
rumah sakit. Unit ini merupakan unit yang mahal dan untuk tindakan tindakan yang
sangat berisiko terhadap pasien. Instalasi Bedah Sentral dan Bedah Sehari juga
merupakan unit yang mempunyai daya ungkit yang sangat besar.
Sesuai dengan Visi dan Misi Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang menjadi rumah
sakit terbaik di Indonesia, maka dalam menjaga dan meningkatkan kualitas dan mutu
pelayanan menjadi hal yang sangat penting.
Hal tersebut sesuai Undang-Undang RI no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
dijelaskan bahwa penyelenggaraan rumah sakit bertujuan memberi perlindungan terhadap
keselamatan pasien (Patient Safety), masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber
daya manusia di rumah sakit, serta meningkatkan mutu dan mempertahankan standar
pelayanan rumah sakit.
Oleh sebab itu Rumah Sakit Dr. Kariadi berkewajiban memberikan pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. Untuk dapat tercapainya tujuan
tersebut perlu adanya pedoman sebagai pegangan atau dasar penyelenggaranaan
pelayanan operasi di Instalasi Bedah Sentral dan day Surgery.
2.
TUJUAN
1) Tujuan Umum
Meningkatnya mutu pelayanan dan keselamatan pasien Instalasi Bedah Sentral dan
Rawat Sehari.
2) Tujuan Khusus
(1)
59
3.
7
8
10
INDIKATOR
MUTU
Kejadian
kematian di
meja operasi
Kejadian salah
sisi operasi
Kejadian
operasi salah
orang/pasien
Kejadian salah
tindakan
operasi
DEFINISI OPERASIONAL
TARGET
RUMUS
1%
0%
0%
0%
0%
6%
5%
<30 mnt
<1,5 %
(No.10/ operasi
luka bersih & bersih
terkonyaminasi ) x100
Kejadian
Kejadian benda asing tertinggal adalah kejadian di
benda asing
mana tertinggalnya benda asing dalam tubuh
tertinggal pada
pasien akibat operasi
tubuh pasien
setelah operasi
Komplikasi
1) Kegagalan respirasi dan kardiovaskuler karena
anestesi
pemberian obat anestesi melebihi dosis lazim
karena
dan dapat berkembang menjadi kematian
overdosis dan 2) Kejadian pemasangan endotrakeal tube tidak
salah
masuk
trachea
yang
diketahui
saat
penempatan
pemeriksaan auskultasi dan atau terjadinya
endotracheal
desaturasi pada pasien dengan Skala
tube
Kesulitan Intubasi (Mallapatti) kategori 1
Angka tunda
penundaan operasi pada pasien yang telah
operasi
didaftarkan di kamar operasi dan telah tercantum
dalam daftar program operasi.
Respon time
Jumlah lamanya
waktu mulai ditegakkan
bedah caesar
diagnosa SC sampai dilaksanakan operasi caesar
emergency
(emergency )
Untuk operasi pertama adalah WAKTU antara
operasi dimulai dengan waktu yang sudah
Angka
ditetapkan sesuai jadwal lebih dari 15 mnt,
keterlambatan
sedangkan untuk operasi berikutnya adalah
operasi
WAKTU antara dimulainya operasi berikut dengan
kesepakatan waktu bila terjadi penambahan
waktu operasi pada operasi sebelumnya
Angka kejadian Angka kejadian Infeksi Daerah Operasi ( IDO )
Infeksi Daerah
pada pasien pasca operasi dengan luka bersih &
Operasi ( IDO ) luka bersih terkomtaminasi
60
2) Sumber Data
NO
INDIKATOR
SUMBER DATA
Laporan Anestesi
10
Laporan PPI
1
2
3
4
3) Instrument ( Terlampir )
1)
2)
3)
4)
5)
6)
61
4.
5)
INDIKATOR MUTU
6)
PROGRAM
KEGIATAN
7)
1)
10)
1
14)
2
16) Monitoring
Pelaksanaan Surgical
Safety Checklist
17)
3
20)
4
23)
5
25) Monitoring
Pelaksanaan Surgical
Safety Checklist
26)
6
31)
7
33) Pencatatan
Penundaan Operasi
35)
8
37) Monitoring
Pelaksanaan Operasi
Bedah Caecar
Darurat
39)
9
42)
1
19) Monitoring
Pelaksanaan Surgical
Safety Checklist
22) Monitoring
Pelaksanaan Surgical
Safety Checklist
1)
Monitoring jam
kedatangan pasien
2) Monitoring jam
kedatangan tim operasi
1) Monitorong Persipan fisik
pasien
2) Monitoring persiapan
INSTRUMENT
2)
1)
2)
1)
2)
1)
2)
1)
2)
41)
1)
2)
8)
MUTU
9)
PERIODE
WAKTU
1)
2)
3)
4)
1)
2)
3)
4)
1)
2)
3)
1)
2)
3)
1)
2)
3)
4)
Survey RM Pasien
Wawancara/Pencataan
Rapat & FMEA/RCA
Rekomendasi
Observasional
Pencatatan (Ceklist)
Rapat & FMEA/RCA
Rekomendasi
Observasional
Pencatatan (Ceklist)
Rapat & FMEA/RCA
Observasional
Pencatatan (Ceklist)
Rapat FMEA/RCA
Observasional
Pencatatan (Ceklist)
Rapat & FMEA/RCA
Rekomendasi
1)
2)
3)
Pencatatan (Ceklist)
Rapat & FMEA/RCA
Rekomendasi
1)
2)
3)
1)
2)
Harian
Bulanan
1)
2)
3)
Pencatatan
Rapat & FMEA/RCA
Rekomendasi
1)
2)
Harian
Bulanan
1)
2)
3)
Pencatatan
Rapat & FMEA/RCA
Rekomendasi
1)
2)
Harian
Bulanan
1)
2)
3)
Survey RM Pasien
Wawancara
Pencataan
1)
2)
3)
Harian
Bulanan
Semester
13) Harian
1)
2)
3)
Per Smester
Harian
Bulanan
1)
2)
3)
1)
2)
3)
1)
2)
3)
Per Semester
Harian
Bulanan
Per Semester
Harian
Bulanan
Per Semester
Harian
Bulanan
1)
2)
Harian
Bulanan
30)
62
kamar operasi
3)
4)
5)
50)
1
81)
82)
83)
47) INSTRUMENT
53) Proposal pelatihan teknik kamar
bedah ( in service training )
48) METOD
E
49) PERIODE
WAKTU
54) Compete
ncy Base
Training
55) 1x/2th
61) Compete
ncy Base
Training
62) 1x/2th
68) 1x/minggu
56)
2
63)
3
67) Semiar
( Cerama
h,
diskusi,
simulai )
69)
4
73) Tugas
belajar
74) 1x/thn
75)
5
79) Outbond,
wisata,
permaina
n game
80) 2x/tahun
77) Rekreasi
63
84)
85)
86)
87)
88)
91) PROGRAM
KEGIATAN
92) INSTRUMENT
93) METOD
E
94) PERIODE
WAKTU
95)
1
99) Pencatat
an harian
100)
arian
101)
2
102)
Tercatatnya
pengeluaran penggantian
instruemnt bedah
103)
Monitoring
pengeluaran instrument
bedah
104)
Buku catatan
pengeluaran instrument bedah
untuk penggantian
105)
P
encatata
n harian
106)
arian
107)
3
108)
Tercatatnya
penerimaan barang alkes dan
instrument bedah masuk ke
IBS dan DS
109)
Monitoring
penerimaan barang
alkes dan instrument
bedah masuk ke IBS
dan DS
111) Pencatat
an harian
112)Harian
113)
4
114)Tercatatnya permintaan
barang kebutuhan farmasi
115)Monitoring permintaan
barang kebutuhan
farmasi
117)Pencatat
an harian
118)Harian
119)
5
120)
Tercatatnya
perbaikan alat medis non
medis
121)
Monitoring
perbaikan alat medis
non medis
122)
Buku catatan
perbaikan alat medis non medis
123)
P
encatata
n harian
124)
arian
125)
6
126)
Terprogramnya
maintenance alat alat elektro
127)
Monitoring
program maintenance
128)
Buku catatan
monitoring program
129)
P
encatata
130)
64
medik
149)
150)
n harian
arian
131)
7
132)
Tercatatnya
pelaksanaan program
133)
Maintenance
alat alat elektro
medik
134)
Buku catatan
pelaksanaan program
maintenance alat alat elektro
medik
135)
P
encatata
n harian
136)
arian
137)
8
138)
Tercatatnya alat
alat instrument & alat medik
milik dokter pribadi
139)
Monitoring
alat alat instrument &
alat medik milik dokter
pribadi
140)
Buku catatan alat alat
instrument & alat medik milik
dokter pribadi
141)
P
encatata
n harian
142)
arian
143)
9
144)
Tercatatnya
pengambilan sampilng
pemeriksaan lingkungan
kamar operasi
145)
Terdokumenta
sinya pemngambilan
samping pemeriksaan
lingkungan kamar
operasi
146)
Buku catatan alat alat
pemngambilan samping
pemeriksaan lingkungan kamar
operasi
147)
P
encatata
n harian
148)
arian
65
5.
SASARAN
7. Angka tunda operasi menurun 2 % setiap bulan sampai mencapai 5 % setiap bulan
8. Angka keterlambatan operasi menurun 10 menit setiap setiap bulan sampai mencapai
15 menit setiap bulan
9. Respon time Bedah Sesar emergensi menurun 10 menit setiap bulan sampai mencapai
30 menit setiap bulan
10.
66
6.
194)
1
224)
2
254)
3
284)
4
314)
5
344)
6
374)
7
152)
KE
GIATAN
195)
Mo
nitorong
Persipan
Pasie
225)
Mo
nitoring
Pelaksanaa
n Surgical
Safety
Checklist
255)
Mo
nitoring
Pelaksanaa
n Surgical
Safety
Checklist
285)
Mo
nitoring
Pelaksanaa
n Surgical
Safety
Checklist
315)
Mo
nitoring
Pelaksanaa
n Surgical
Safety
Checklist
345)
Mo
nitorong
Pasien
Pasca
Operasi
375)
Pe
ncatatan
156)
MINGG
UI
169)
166)167) 168)
170) 171)
K
Sn Sl Rb
Jm Sb
157)
M
158)
MINGG
U II
176)
173)174) 175)
177) 178)
K
Sl Rb
Jm Sb
172)Sn
BULAN BERJALAN
159)
M
160)
MINGG
U III
183)
180)181) 182)
184) 185)
K
Sl Rb
Jm Sb
179)Sn
161)
M
162)
MINGG
U IV
190)
187)188) 189)
191) 192)
K
Sl Rb
Jm Sb
186)Sn
163)
M
193)
196)197)198)199)200)201)202)203)204)205)206)207)208)209)210)211)212)213)214)215)216)217)218)219)220)221)222)223)
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
226)227)228)229)230)231)232)233)234)235)236)237)238)239)240)241)242)243)244)245)246)247)248)249)250)251)252)253)
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
256)257)258)259)260)261)262)263)264)265)266)267)268)269)270)271)272)273)274)275)276)277)278)279)280)281)282)283)
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
286)287)288)289)290)291)292)293)294)295)296)297)298)299)300)301)302)303)304)305)306)307)308)309)310)311)312)313)
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
316)317)318)319)320)321)322)323)324)325)326)327)328)329)330)331)332)333)334)335)336)337)338)339)340)341)342)343)
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
346)347)348)349)350)351)352)353)354)355)356)357)358)359)360)361)362)363)364)365)366)367)368)369)370)371)372)373)
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
376)377)378)379)380)381)382)383)384)385)386)387)388)389)390)391)392)393)394)395)396)397)398)399)400)401)402)403)
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
67
404)
8
434)
9
464)
10
494)
11
524)
12
554)
13
584)
14
614)
15
Penundaan
Operasi
405)
Mo
nitoring
Pelaksanaa
n Operasi
Bedah
Caecar
Darurat
435)
Ent
ry Data
465)
Re
kapitulasi
Data
495)
An
alisa Data
525)
Pe
nyusunan
Laporan
555)
Ra
pat Intern
FMEA/RCA
585)
Ra
pat
Koordinasi
Tim RS
FMEA/RCA
615)
Re
komendasi
406)407)408)409)410)411)412)413)414)415)416)417)418)419)420)421)422)423)424)425)426)427)428)429)430)431)432)433)
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
436)437)438)439)440)441)442)443)444)445)446)447)448)449)450)451)452)453)454)455)456)457)458)459)460)461)462)463)
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
492)
471)
478)
485)
466)467)468)469)470)
472)473)474)475)476)477)
479)480)481)482)483)484)
486)487)488)489)490)491)
493)
x
x
x
x
522)
496)497)498)499)500)501)502)503)504)505)506)507)508)509)510)511)512)513)514)515)516)517)518)519)520)521)
523)
x
552)
526)527)528)529)530)531)532)533)534)535)536)537)538)539)540)541)542)543)544)545)546)547)548)549)550)551)
553)
575)
561)
568)
582)
556)557)558)559)560)
562)563)564)565)566)567)
569)570)571)572)573)574)
576)577)578)579)580)581)
583)
x
x
x
x
588)
602)
586)587)
589)590)591)592)593)594)595)596)597)598)599)600)601)
603)604)605)606)607)608)609)610)611)612)613)
616)617)618)619)620)621)
623)624)625)626)627)628)
630)631)632)633)634)635)
637)638)639)640)641)642)
622)
629)
636)
643)
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
644)
2. Kegiatan Tahun Berjalan
647)
645)
N
O
662)
1
676)
2
646)
KEGIATAN
1
663)
terhadap SPO
677)
Laporan Bulanan
TAHUN 2013
667) 668)
669)
10
11
12
675)
X
681) 682) 683)
X
684) 685) 686) 687) 688) 689)
68
690)
3
704)
4
718)
5
732)
733)
691)
Rapat Koordinasi
705)
Rekomendasi
719)
Evaluasi
X
X
X
706) 707) 708)
X
X
X
709) 710) 711)
X
X
X
X
X
X
712) 713) 714) 715) 716) 717)
722)
723) 724)
720) 721)
X
725)
X
X
731)
X
69
7.
PELAPORAN
3.
N
7.
I
8.
1
11.
2
15.
3
19.
4
23.
5
27.
6
31.
7
35.
8
39.
9
43.
1
47.
48.
I
49.
1
55.
2
60.
3
64.
4
68.
5
72.
6
76.
7
80.
8
84.
9
88.
1
92.
1
4. LAPORAN
5. WAK
6. SASARAN
TU
1) Bulanan
2) Harian
1)
2)
3)
4)
5)
PPE
Direktur Utama
Direktorat Terkait
Tim Mutu Rumah sakit
Tim Pasien Safety
Rumah Sakit
6) Arsip
53. Bulan
an
54.
1)
2)
3)
4)
5)
PPE
Direktur Utama
Direktorat Terkait
Tim Mutu Rumah sakit
Tim Pasien Safety
Rumah Sakit
6) Unit Terkait
7) Arsip
70
96.
1
100.
1
104.
Angka keterlambatan
pengiriman pasien
105.
Angka kejadian diagnosa
praoperasi & pasca operasi beda
106.
Angka kejadian tindakan
operasi tambahan atau alternatif
tindakan
101.
1
102.
103.
1
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
8.
EAVLUASI PROGRAM
119.
120.
121.
RUANG LINGKUP
125.
Evaluasi Input
122.
N
124.
Ketersediaan Instrument
Ketersediaan SDM
Keikutsertaan unit terkait
Ketersedian fasilitas
129. 130.
Evaluasi Proses
I
1) Kesesuaian proses dengan
jadual
2) Kesesuaian kebutuhan data
dalam program
3) Kesesuaian rekapitulasi data
terhadap laporan
133. 134.
Evaluasi Output
I
1) Ketercapaian terhadap
indikator mutu
2) Ketercapaian adanya
peningkatan mutu dan faktor
pengaruh
137.
138.
139.
140.
INSTRU
MENT
123.
METOD
E
1)
2)
3)
4)
1)
2)
3)
4)
5)
1) Pencatatan
masalah
2) Analisa masalah
3) Observasi
4) Survey
ketersediaan
dokumen
5) Wawancara
71
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168. BAB IX
169.
170. PENUTUP
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
Ditetapkan di : Semarang
1 Januari 2013
181.
182.
Direktur Utama
183.
184.
185.
186.
187.
189.