Anda di halaman 1dari 88

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat dalam satu dekade

terakhir, kontrol dan komputer berdampak penting pada struktur sistem kontrol.

Dalam sistem kontrol tradisional, koneksi antara sensor, pengontrol, dan aktuator

biasanya menggunakan kabel port ke port, yang dapat menyebabkan banyak

masalah seperti kesulitan dalam pemasangan kabel, pemeliharaan, dan

fleksibilitas yang rendah. Kelemahan seperti itu muncul di banyak sistem otomasi

karena meningkatnya kompleksitas peralatan pabrik yang dikendalikan.

Penggunaan jaringan umum multiguna untuk menghubungkan elemen

terdistribusi secara menguntungkan yang menghasilkan arsitektur lebih fleksibel

dan umumnya mengurangi biaya pemasangan dan pemeliharaan.

Dengan kemajuan teknologi, sistem pengukuran data menggunakan sensor

dapat mengukur jarak jauh dengan beberapa perangkat tanpa menggunakan kabel,

yang disebut sistem telemetri. Telemetri memiliki beberapa keunggulan, salah

satunya adalah biaya perawatan yang lebih rendah dibandingkan dengan

perangkat yang menggunakan kabel. Telemetri diharapkan dapat memudahkan

pengukuran, pemantauan dan mengurangi hambatan informasi. Telemetri adalah

sistem pengukuran suatu objek dapat diukur dengan menempatkan penyajian data

pengukuran di tempat yang terpisah (Nurjannah dkk., 2016).


Teknologi telemetri jenis LoRa (Long Range) menggunakan data transmisi

berdaya rendah dan mampu mengirimkan data dalam jarak jauh. LoRa

mempunyai keuntungan seperti jauhnya jangkauan komunikasi seperti seluler tapi

penggunaan daya yang rendah seperti bluetooth, maka dari itu implementasinya

sangat cocok bagi perangkat sensor yang digunakan untuk beberapa tahun

kedepan pada cangkupan area yang luas menggunakan sumber daya baterai

(Yanziah dkk., 2020). Selain itu LoRa juga dapat diterapkan pada daerah yang

tidak terdapat akses internet. Seperti pada penerapan penggunaan PDAM digital di

daerah pedesaan.

Menurut Undang-undang Tahun 1962 tetang Perusahaan Daerah

memberikan pengertian tentang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang memberikan jasa pelayanan

dan menyelenggarakan kemanfaatan di bidang pendistribusian air bersih bagi

masyarakat (Nuruzzaman, 2018). PDAM menyediakan air minum bersih dan

sehat yang memenuhi kebutuhan warga setempat, yang juga merupakan bentuk

pelayanan yang diberikan pemerintah kepada warga. Namun, sistem PDAM yang

ada saat ini kebanyakan menggunakan sistem pencatatan manual yang rawan

terjadi kecurangan, tidak konsisten dalam pengukuran penggunaan air, tidak

fleksibilitas dan kurangnya transparansi penggunaan air pada masyarakat.

Pelaksanaan program PDAM untuk mendapatkan air bersih yang

bersumber dari mata air di pegunungan desa Moncongloe Bulu, Kabupaten

Maros, Provinsi Sulawesi Selatan telah berjalan namun, masih menggunakan

PDAM yang manual atau konvensional. Pengelolaan air bersih untuk warga desa
Moncongloe dikelola oleh BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). BUMDes di

desa tersebut membutuhkan infrastruktur teknologi pengelolaan air bersih. Maka

dari itu potensi penerapan teknologi smart PDAM dalam infrastruktur ini dengan

menggunakan perangkat meteran air digital, sistem informasi monitoring dan

kendali jarak jauh secara wireless network sensor.

Dengan berjalannya program air bersih di desa tersebut, smart PDAM

sangat cocok diterapkan karena dapat mengakomodasi kebutuhan mereka. Pada

program PDAM digital telah terintegrasi sistem pengukuran penggunaan debit air

secara digital dan sistem pemantauan dan kontrol jarak jauh secara wireless.

Fungsionalitas yang dapat diperluas memungkinkan pengguna untuk mengontrol

penggunaan air dari jarak jauh. Ketersediaan sistem untuk memantau data hasil

pengukuran dan mengontrol PDAM digital dari jarak jauh menggunakan

teknologi telemetri seperti LoRa. Jenis telemetri yang digunakan yaitu LoRa

SX1262. LoRa SX1262 ini dirancang untuk masa pakai baterai yang lama dengan

4,2 mA aktif menerima data saat ini. LoRa SX1262 dapat mentransmisikan

hingga +22 dBm dengan amplifier daya terintegrasi dengan sangat efisien.

Implementasi penggunaan LoRa sebagai media komunikasi data pada

jaringan multipoint sangat penting dilakukan analisis untuk mengetahui

kehandalan komunikasi data pada PDAM digital. Jaringan komunikasi multipoint

menggunakan beberapa perangkat wireless, salah satu dari perangkat tersebut

berfungsi sebagai access point dan perangkat lain berperan sebagai wireless client

(Bhakti dkk., 2017). Analisis komunikasi ini penting dilakukan karena dalam

jaringan komunikasi multipoint, ketika data yang dikirim oleh beberapa wireless
client atau access point meminta data pada saat bersamaan ke wireless client maka

belum tentu sistem dapat malayani pengiriman dan permintaan data tersebut. Hal

ini menjadi kendala saat pertukaran data berlangsung pada jaringan komunikasi

multipoint. Sehingga perlu dilakukan analisis pertukaran data dalam sistem

tersebut.

Analisis pertukaran data tentu bukan hal baru lagi untuk di riset. Telah

banyak penelitian sebelumnya yang telah melakukan riset tentang kualitas layanan

jaringan seperti pada penelitian Nurjannah, dkk., (2016) telah melakukan

penelitian tentang telemetri suhu yang lebih fokus menganalisis data rate dan

parameter jarak data, faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi transmisi data

hasil pengukuran.

Aryanti, dkk., (2017) melakukan penelitian untuk mengukur dan

mengevaluasi parameter QoS yang terdiri dari throughput, delay, jitter dan packet

los untuk setiap layanan (suara, data, video) dalam jaringan WiMAX. Yanziah

dkk, (2020) juga melakukan penelitian tentang analisis agar mengetahui efek jarak

transmisi pada persentase paket tidak diterima (packet loss) dan nilai RSSI yang

bekerja sebagai parameter kekuatan sinyal diterima. Sedangkan Aroeboesman,

dkk., (2019) telah menganalisis performa dari modul LoRa dengan hasil dari

parameter delay, RSSI, throughput dan nilai SNR dihasilkan saat transmisi data

berjalan.

Menurut beberapa penelitian tersebut, pertukaran data radio menggunakan

teknologi telemetri memiliki beberapa masalah kualitas layanan, seperti kapasitas

jaringan menghadapi keterbatasan spektrum, jumlah data yang dikirim dan


masalah propagasi radio misalnya terhalang, terpantul, dan banyak sumber

interferensi. Cuaca buruk juga berdampak buruk pada proses transmisi

menggunakan teknologi telemetri.

Pada implementasi smart PDAM sangat penting untuk menganalisa

kualitas layanan pertukaran data. Sehingga diangkatlah penelitian tentang

efektifitas penggunaan telemetri LoRa SX1262 dalam pertukaran data PDAM

digital pada jaringan komunikasi multipoint. Dengan adanya penelitian ini,

diharapkan hasil akhir bertujuan untuk menganalisis kualitas pertukaran data pada

pengimplementasian smart PDAM dengan menggunakan telemetri LoRa SX1262

sebagai media komunikasinya. Jaringan komunikasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah komunikasi multipoint yang terdiri dari beberapa perangkat

satu perangkat sebagai access point dan yang lainnya sebagai wireless client yang

di pasang pada setiap meteran digital. Pengujian dilakukan pada ruangan terbuka

dengan jarak yang ditentukan bervariasi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini

akan digunakan sebagai data dasar untuk membangun sistem smart PDAM

berbasis jaringan multipoint yang akan dikembangkan kedepannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan yang telah ditemukan pada latar

belakang maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana hasil analisis pengujian parameter QoS menggunakan telemetri

LoRa SX1262 dengan jarak tertentu pada Smart PDAM?


2. Apakah penggunaan telemetry LoRa SX1262 efektif terhadap pertukaran data

pada jaringan komunikasi multipoint layanan Smart PDAM?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hasil analisis pengujian parameter QoS menggunakan

telemetri LoRa SX1262 dengan jarak tertentu pada Smart PDAM.

2. Menemukan keefektifan penggunaan telemetry LoRa SX1262 terhadap

pertukaran data pada jaringan komunikasi multipoint.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, manfaat adanya penelitian ini adalah dapat menerapkan

hasil penelitian tentang efektivitas penggunaan telemetri lora SX1262 dalam

pertukaran data sehingga dapat menekan kelemahan jaringan komunikasi

multipoint pada frekuensi 868 MHz.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat :

a. Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman yang berguna

untuk dapat berfikir secara analisis dan dinamis dimasa yang akan mendatang.
b. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan referensi yang ingin memperdalam ilmu mengenai jaringan

komunikasi multipoint menggunakan telemetri lora SX1262.

c. Bagi Pemerintah

Dapat menjadi masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas

pertukaran data PDAM digital pada sistem pemantauan dan kontrol jarak jauh

secara wireless menggunakan telemetri lora SX1262.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Data Sensor

a. Data

Pengertian data menurut Webster New World Dictionary, data adalah

things known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau

dianggap. Diketahui artinya yang sudah terjadi merupakan fakta atau bukti.

Data dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan.

Menurut Ermawelis (2018), data adalah hasil observasi langsung terhadap

suatu kejadian, yang merupakan perlambangan yang mewakili objek atau konsep

dalam dunia nyata. Hal ini dilengkapi dengan nilai tertentu. Data juga

didefinisikan sebagai fakta atau apa yang dikatakan sebagai hasil dari suatu

observasi terhadap fenomena alam. Sebagai hasil observasi langsung terhadap

kejadian atau fakta dari fenomena di alam nyata, data bisa berupa tulisan atau

gambar yang dilengkapi dengan nilai tertentu.

Jenis-jenis data dapat diklasifikasikan berdasarkan sifatnya, sumbernya,

cara memperolehnya, dan waktu pengumpulannya. Berdasarkan sifatnya, data

dibedakan menjadi dua jenis yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1) Data kualitatif merupakan data yang berbentuk selain angka. Data kualitatif

dapat dikumpulkan dengan cara wawancara, analisis dokumen, FGD,

observasi, pemotretan gambar atau perekaman video. Umumnya data


kualitatif pada akhirnya dituangkan dalam bentuk kata per-kata. Menurut

Soeratno dan Arsyad (1993), sekalipun data kualitatif tidak berbentuk angka

namun bukan berarti data itu tidak dapat digunakan pada analisis statistik.

2) Data Kuantitatif merupakan data yang berwujud angka atau bilangan. Data

kuantitatif biasanya dijadikan sebagai bahan dasar bagi setiap permasalahan

yang bersifat statistik. Data ini umumnya diolah memakai teknik perhitungan

matematika.

Jenis data berdasarkan sumbernya, dikelompokkan ke dalam dua jenis

yaitu:

1) Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber datanya. Jadi untuk

mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung.

Data primer biasanya diperoleh dari observasi, wawancara, Focus Group

Discussion (FGD), dan penyebaran

2) Data sekunder adalah data yang didapatkan dari studi-studi sebelumnya. Data

sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti jurnal, laporan, buku,

dan sebagainya.

Jenis data berdasarkan cara memperolehnya dibedakan menjadi dua,

yaitu :

1) Data primer adalah data yang didapat dan dikumpulkan langsung dari objek

yang diteliti oleh orang atau organisasi yang melakukan penelitian secara

langsung dari objek yang diteliti untuk kepentingan studi yang bersangkutan

dapat berupa interview atau observasi.


2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak atau sumber lain yang

telah ada. Jadi penulis tidak mengumpulkan data langsung dari objek yang

diteliti. Biasanya data sekunder diperoleh dari penelitian-penelitian terdahulu

dan data diterima dalam bentuk jadi, seperti diagram, grafik, tabel.

Jenis data berdasarkan waktu pengumpulannya yaitu :

1) Data berkala (Time Series) merupakan data yang dikumpulkan secara berkala

dari waktu ke waktu. Pengambilan data ini biasanya digunakan untuk melihat

perkembangan dari waktu ke waktu.

2) Data cross section merupakan data yang diperoleh pada waktu yang telah

ditentukan untuk mendapatkan gambaran keadaan atau kegiatan pada saat itu

juga.

b. Sensor

Secara umum sensor didefinisikan sebagai jenis tranduser yang digunakan

untuk mengubah besaran mekanis, magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi

tegangan dan arus listrik. Sensor sering digunakan untuk pendeteksian pada saat

melakukan pengukuran atau pengendalian (Suharjono, dkk., 2015). Dalam sistem

pengukuran/pendeteksian, sensor atau transduser merupakan piranti yang pertama

kali menerima kesan atau sensasi dari besaran yang diukur atau dideteksi.

Sensor yang digunakan untuk mengukur penggunaan air pada PDAM

digital yaitu water flow sensor, solenoid, dan pressure sensor.

1) Water Flow Sensor


Water Flow Sensor dapat membaca aliran air pada suatu tempat. Sensor ini

bekerja membaca kecepatan putaran rotor yang disebabkan oleh kecepatan aliran

air. Water flow sensor merupakan sensor yang digunakan untuk mengukur debit

air yang mengalir pada pipa pelanggan (Suharjono, dkk., 2015). Selanjutnya

Suharjono, dkk., (2015) menjelaskan bahwa sensor ini terdiri dari bagian

katup plastik (valve body), rotor air dan sebuah sensor hall effect. Ketika air

mengalir melalui rotor maka rotor akan berputar dan kecepatan dari rotor akan

sesuai dengan aliran air yang masuk melewati rotor (Suharjono, dkk., 2015). Pulsa

sinyal dari rotor akan diterima oleh sensor hall effect untuk selanjutnya diproses di

mikrokontroler (Suharjono, dkk., 2015).

Sensor ini dapat dimanfaatkan untuk pengukuran debit air. Menurut

Standar Nasional Indonesia (2015) debit air adalah volume air yang mengalir per

satuan waktu melalui suatu penampang. Jadi perputaran dari katup plastik memicu

terjadinya pulsa listrik yang dapat dideteksi oleh sistem mikrokontroler sebagai

penanda satu putaran telah dilalui. Berdasarkan jumlah putaran dan kecepatan

putaran dari sensor maka debit air atau volume air dalam satuan waktu dapat

dikalkulasi menjadi volume air yang mengalir.


Gambar 2.1 Water Flow Sensor

(Sumber Gambar: www.tokopedia.com)

2) Solenoid

Solenoid merupakan sebuah katup yang digerakkan oleh energi listrik

memiliki kumparan sebagai penggeraknya yang berfungsi menggerakkan piston

yang dapat digerakkan oleh arus AC maupun DC, solenoid juga mempunyai

lubang keluaran, lubang masukan dan lubang exhaust .

Lubang masukan, bekerja sebagai terminal atau tempat udara bertekanan

masuk atau supply (service unit), sedangkan lubang keluaran bekerja sebagai

tempatan tekanan angin keluar yang terhubung dengan pneumatic. Lubang

exhaust bekerja sebagai saluran untuk mengeluarkan udara bertekanan yang

terjebak saat plunger bergerak atau pindah posisi. Dalam penelitian ini solenoid

digunakan sebagai pembuka saluran air pada meteran digital.

Gambar 2.2 Solenoid

(Sumber Gambar: www.tokopedia.com)

3) Pressure Sensor
Pressure Sensor atau sensor tekanan merupakan sensor yang digunakan

untuk mengukur tekanan gas atau cairan. Adapun cara kerja dari sensor ini adalah

dengan meningkatnya tekanan udara dalam kompresor maka udara akan menekan

bagian penampang bawah dari sensor sehingga menempel pada penampang atas

dari sensor (Edwin & Kristiadjie, 2016). Dengan menempelnya kedua penampang

tersebut membuat switch menjadi short. Sensor ini dapat diatur untuk tekanan

tertentu dengan cara mengencangkan skrup atau sebaliknya. Sensor ini

menghasilkan data yang berupa data digital. Fungsi sensor tekanan dalam

penelitian ini ialah sebagai switch otomatis yang mendeteksi besaran tekanan air

yang mengalir pada meteran digital. Pada setiap meteran digital menggunakan

satu buah sensor tekanan air.

Gambar 2.3 Pressure Sensor

(Sumber Gambar: www.tokopedia.com)

c. Mikrokontroler

Untuk melakukan penerjemahan data yang dihasilkan dari sensor

diperlukan sebuah mikrokontroler. Mikrokontroler adalah suatu chip berupa IC

(Integrated Circuit) yang dapat menerima sinyal input, mengolahnya dan

memberikan sinyal output sesuai dengan program yang diisikan ke dalamnya


(Destiarini & Kumara, 2019). Sinyal input mikrokontroler berasal dari sensor

yang merupakan informasi dari lingkungan sedangkan sinyal output ditujukan

kepada aktuator yang dapat memberikan efek ke lingkungan (Destiarini &

Kumara, 2019). Jadi secara sederhana mikrokontroler diibaratkan sebagai otak

dari suatu perangkat atau produk yang mampu berinteraksi dengan lingkungan

sekitarnya.

Mikrokontroler tersusun dalam satu chip dimana prosesor, memori, dan

I/O terintegrasi menjadi satu kesatuan kontrol sistem sehingga mikrokontroler

dapat dikatakan sebagai komputer mini yang dapat bekerja secara inovatif sesuai

dengan kebutuhan sistem. Mikrokontroler sering digunakan pada sistem yang

tidak terlalu kompleks dan tidak memerlukan kemampuan komputasi yang tinggi.

Pada mikrokontroler tersedia fasilitas tambahan untuk pengembangan memori dan

I/O yang disesuaikan dengan kebutuhan sistem.

Dalam penelitian ini , mikrokontroler yang digunakan adalah ESP 8266.

ESP 8266 merupakan chip Wi-Fi berbiaya rendah dengan kemampuan mengatur

TCP/IP dan MCU (unit mikrokontroler) yang diproduksi oleh produsen China

yang berbasis di Shanghai, Espressif Systems. Modul kecil ini memungkinkan

mikrokontroler untuk terhubung ke jaringan Wi-Fi dan membuat koneksi TCP/IP

sederhana menggunakan perintah gaya Hayes.

Dalam penelitian ini memanfaatkan fasilitas modul WiFi bawaan yang

disediakan oleh ESP 8266 dengan kemampuan konsumsi daya rendah karena

hanya membutuhkan daya 3.3V, mudah untuk mem-flash dan menghapus

firmware dan didukung oleh USB (Kodali & Mahesh, 2019). Sebagai modul
aplikasi IoT (Internet of Things) yang dapat digunakan di otomatisasi rumah,

peralatan rumah tangga, jaringan nirkabel industri, dan sensor.

Gambar 2.4 Diagram Blok ESP8266


(Sumber: System Description ESP8266 Version 2.2 2017)

2. Telemetri

Telemetri adalah proses pengukuran parameter suatu objek (benda, ruang,

kondisi alam) yang hasil pengukurannya dikirim ke tempat lain melalui kabel

maupun tanpa menggunakan kabel (wireless) (Harianto dkk., 2017). Telemetri

tanpa menggunakan kabel (wireless) dengan media gelombang radio memiliki

banyak kelebihan dibandingkan menggunakan kabel diantaranya pengguna biaya

yang lebih efisien dan tingkat mobilitas yang tinggi. Akan tetapi penggunaan

media transmisi melalui gelombang radio memiliki beberapa kendala seperti

kapasitas jaringan menghadapi keterbatasan spectrum dan masalah propagasi

radio misalnya terhalang, terpantul, dan banyak sumber interferensi. Cuaca buruk
juga memiliki dampak gangguan terhadap proses transmisi menggunakan media

gelombang radio.

Penerapan teknologi LoRa telah diterapkan oleh Fuazan, dkk., (2021) pada

penelitiannya yaitu membangun sebuah alat komunikasi darurat dengan

menggunakan sinyal radio yang menerapkan teknologi LoRa dan ESP8266 agar

dapat berkomunikasi dalam keadaan darurat untuk para pendaki gunung. Hal

tersebut membuktikan bahwa saat digunung teknologi LoRa dapat digunakan

walaupun tidak ada akses internet di daerah tersebut.

Sehingga masalah pada penelitian sebelumnya yang menggunakan

teknologi LoRa diadopsi juga untuk permasalahan pada penelitian ini. Telemetri

yang digunakan adalah telemetri jenis LoRa SX1262 dengan frekuensi kerja 868

MHz. LoRa SX1262 dirancang untuk masa pakai baterai yang lama dengan 4,2

mA aktif menerima data saat ini. LoRa SX1262 dapat mentransmisikan hingga

+22 dBm dengan amplifier daya terintegrasi dengan sangat efisien.


(Sumber : www.electronics-lab.com)

3. Baud Rate

Agar data yang terkirim dapat tersinkronisasi dengan baik oleh perangkat

transmitter ke perangkat receiver, maka dari itu baudrate perlu diperhatikan saat

melakukan transmisi data. Baud rate merupakan jumlah pulsa dalam setiap detik

yang dikirim melalui saluran transmisi tertentu (Nurjannah dkk., 2016).

Contohnya saat melakukan transmisi data digunakan baud rate 1200, artinya

dalam setiap detik 1200 baud (karakter) dapat ditransmisikan. Satuan baud rate

yaitu bps (baud per second). Adapun beberapa besaran pada baud rate

diantaranya adalah 1200, 2400, 4800, 9600, 19200, 38400, 57600, dan 115600.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan baud rate 115600.

4. Jangkauan Transmisi Data

Pada komunikasi data telemetri LoRa, jarak jangkauan adalah salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi hasil pengiriman data dari perangkat pengirim

(transmitter) ke perangkat penerima (receiver). Hal tersebut disebabkan oleh

jangkauan pengiriman data sangat erat kaitannya dengan intensitas atau daya

pancar. Semakin besar jangkauan transmisi data, maka daya pancar yang sampai

pada jangkauan tersebut akan semakin berkurang. Kondisi tersebut sesuai dengan

hukum square yang dipaparkan oleh Nurjannah, dkk., (2016) bahwa suatu

intensitas berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak.

Maka dari itu pada penelitian ini, peneliti menggunakan jangkauan


Gambar 2.5 Telemetri LoRa SX1262
transmisi data menjadi salah satu parameter dalam proses menganalisis pertukaran
data pada jaringan komunikasi multipoint. Dengan menggunakan persamaan

hukum square seperti dibawah ini:

P
I= 2 ……………………….(1)
4πr

Dimana I adalah intensitas dan P adalah power transmisi sedangkan r

adalah jari-jari.

5. Quality of Service (QoS)

Menurut ITU-T E.800, Quality of Service (QoS) adalah performansi yang

menentukan derajat kepuasan pengguna terhadap layanan yang diberikan oleh

jaringan berdasarkan parameter-parameter (Aryanti dkk., 2017). Menurut

Suhervan (2010) menyatakan bahwa terdapat 3 tingkat QoS yang umum

dipakai, yaitu Best-effort service, Integrated service, dan Differentiated

service. Quality of Service digunakan untuk mengukur tingkat kinerja koneksi

jaringan TCP/IP internet atau jaringan komputer.

a. Best-effort service

Best-offort service merupakan suatu model pelayanan QoS yang

sangat sederhana, dimana aplikasi mengirim data dapat dikirimkan setiap waktu

dan tanpa meminta izin atau memberitahukan terlebih dahulu kepada jaringan.

Untuk layanan best effort service mengirimkan data tanpa jaminan reliabilitas

jaringan, dan throughput.

b. Integrated service
Integrated service adalah layanan beberapa model yang dapat

menampung beberapa persyaratan QoS. Sebelum mengirimkan data, model

pelayanan ini akan mengaplikasikan layanan khusus ke dalam jaringan yang

dilakukan dengan proses signaling. Aplikasi menginformasikan jaringan dari

traffic profile dan meminta jenis layanan tertentu yang dapat mencakup

bandwidth dan delay requirement. Aplikasi ini diharapkan untuk mengirim data

hanya setelah mendapat konfirmasi dari jaringan.

c. Differentiated service

Differentiated service adalah layanan beberapa model yang dapat

memenuhi persyaratan QoS yang berbeda. Namun, tidak seperti dalam model

Integrated service, aplikasi yang menggunakan Differentiated service tidak secara

eksplisit memberi isyarat router sebelum mengirim data.

6. Parameter-parameter Quality of Services (QoS)

QoS sangat ditentukan oleh kualitas jaringan yang digunakan. Sebelum

membangun sebuah jaringan komunikasi, pada umumnya perlu dilakukan

pengukuran terhadap kelayakan suatu teknologi radio (Widianto, dkk., 2019).

Begitupun halnya dengan LoRa, jika akan membangun sistem transmisi data yang

stabil dibutuhkan beberapa parameter QoS. Berikut parameter yang digunakan

pada penelitian ini antara lain :

a. Packet Loss

Packet loss atau paket hilang adalah salah satu parameter yang

menunjukkan suatu kondisi yang menampilkan jumlah total paket yang hilang.
Hal tersebut dapat terjadi karena collision dan congestion pada jaringan dan hal

ini sangat berpengaruh pada semua penerima data karena transmisi maka

kurangnya efisiensi jaringan secara menyeluruh meskipun jumlah bandwidth

cukup tersedia untuk penerima. Pada umumnya perangkat jaringan mempunyai

buffer untuk menampung data yang diterima. Jika kongesti terjadi cukup lama,

maka buffer akan penuh, dan data baru tidak akan diterima (Malik dkk., 2017).

Menurut Rusmin, dkk., (2010) kongesti disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu kecepatan prosesor yang rendah namun ketika kecepatan prosesor dapat

ditingkatkan maka kongesti dapat diatasi, jumlah penyimpanan data yang sedikit,

dan kongesti disebabkan oleh kapasistas router yang rendah. Menurut Malik,

dkk., (2017) persamaan untuk menunjukkan perhitungan jumlah packet loss

yaitu :

( paket total tercapture− paket terkirim )


Packet Loss ¿ x 100 % ¿………………….
paket total tercapture

(2)

Tabel 2.1 Standarisasi Packet Loss versi TIPHON

Kategori Degradasi Packet Loss

Sangat bagus 0%

Bagus 3%

Cukup 15%

Buruk 25%
b. Delay

Delay adalah lamanya waktu yang dibutuhkan oleh data atau informasi

untuk sampai ke tempat tujuan data atau informasi tersebut dikirim. Delay

pada suatu jaringan akan menentukan langkah apa yang akan kita ambil ketika

kita memanajemen suatu jaringan. Ketika delay besar, dapat diketahui jaringan

tersebut sedang sibuk atau kemungkinan yang lain adalah kapasitas jaringan

tersebut yang kecil sehingga bisa melakukan tindakan pencegahan agar tidak

terjadi overload (Bhakti dkk., 2017) .

Tabel 2. 2 Standarisasi Delay versi TIPHON

Kategori Lantency Besar Delay


Sangat Bagus < 150 ms
Bagus 150 – 300 ms
Sedang 300 – 450 ms
Jelek > 450 ms

c. Bandwidth

Bandwidth merupakan lebar frekuensi dalam pita transmisi. Bandwith

yang lebih tinggi memberikan kecepatan data yang lebih tinggi (sehingga waktu

lebih pendek pada proses transmisi), namun sensitivitasnya lebih rendah (karena

integrasi kebisingan tambahan). Begitupun dengan bandwidth yang lebih rendah

juga membutuhkan lebih banyak kristal yang akurat dikarenakan kurangnya ppm.

Data dikirim pada tingkat chip sama dengan bandwidth, misalnya bandwidth yang

sesuai 125 kHz sesuai dengan kecepatan chip 125 kcps. Meskipun bandwidth bisa
dipilih dalam kisaran 7,8 kHz hingga 500 kHz, biasanya sebuah LoRa beroperasi

pada 500 kHz, 250 kHz atau 125 kHz (Bor & Roedig, 2018).

d. Throughput

Throughput merupakan ukuran dari transfer bit pada media dalam jangka

tertentu. Throughput umumnya tidak sinkron dengan bandwidth yang telah

dipengaruhi dalam implementasi lapisan fisik seperti ethernet. Banyak faktor yang

mempengaruhi throughput, diantaranya jumlah lalu lintas, jenis lalu lintas, dan

jumlah perangkat jaringan yang dijumpai pada jaringan yang diukur. Dalam

jaringan menggunakan beberapa segmen, throughput tidak mampu lebih cepat

dari link paling lambat path dari sumber ke tujuan. Bahkan jika semua atau

sebagian besar segmen mempunyai bandwidth yang tinggi, itu hanya akan

mengambil satu segmen pada jalur dengan throughput yang rendah. Perhitungan

nilai throughput sebagai berikut (Aryanti dkk., 2017).

Jumlah data yang dikirim


Thrtoughput = ………………(3)
Waktu pengirimandata

Tabel 2.3 Standarisasi Throughput versi TIPHON

Kategori Throughput Throughput (bps) Indeks


Sangat Bagus 100 4
Bagus 75 3
Sedang 50 2
Jelek < 25 1

e. RSSI (Received Signal Strength Indicator)


RSSI (Received Signal Strength Indicator) pada dasarnya mewakili

kekuatan sinyal yang diterima oleh penerima, RSSI merupakan nilai rata-rata

sinyal yang diterima melalui berbagai jalur (efek multi-jalur) dan memiliki varians

temporal (Chapre, dkk. 2013). Menurut Yanziah, dkk., (2020) RSSI adalah salah

satu parameter yang menunjukkan daya terima dari seluruh sinyal pada band

frekuensi saluran yang digunakan. menggunakan RSSI sebagai parameter dalam

menentukan kekuatan sinyal terima dengan melakukan perbandingan antara

perhitungan RSSI dengan log-normal shadowing model dengan RSSI hasil

pengujian. Dengan menggunakan persamaan berikut :

RSSI = Pt(d) – ( PL(d0)+ 10n log ( dd0 )+Xσ )……….….(4)


Dimana, PL(d0) merupakan path loss referensi pada jarak d0 dengan

kondisi free space, dan n adalah path loss exponent (Tabel 2.4) yang disesuaikan

dengan kondisi lingkungan pengujian.

Tabel 2.4 Path loss Exponents


(Rappaport, 1996)

Lingkungan Path Loss Exponent, n


Free Space 2
Urban area cellular radio 2,7 – 3,55
Shadowed urban cellular radio 3-5
In Building LOS 1,6 – 1,8
Obstructed in building 4-6
Obstructed in factories 2-3
Pada penelitian Sallyna, dkk., (2020) menyatakan bahwa nilai RSSI

dinyatakan dalam dBm dan merupakan nilai negatif, nilai minimum RSSI adalah

–120 dBm. Nilai dari RSSI bisa dibagi menjadi beberapa level seperti yang

ditunjukkan pada tabel 2.4.


Tabel 2.5 Level Sinyal RSSI
(Sallyna, dkk., 2020)
RSSi (dBm) Keterangan
-30 s/d -60 Sangat kuat. Jarak pemancar dan penerima sangat dekat
-60 s/d -90 Sangat baik. Cakupan dekat.
-90 s/d -105 Baik. Terdapat beberapa data yang tidak diterima
-105 s/d -115 Buruk. Dapat menerima tetapi sering drop-out
-115 s/d -120 Sangat buruk. Sinyal lemah data sering hilang

7. Teknologi Wirelles Multipoint

Topologi point to multipoint adalah sebuah arsitektur jaringan umum

untuk jaringan nirkabel luar ruangan menghubungkan beberapa lokasi ke satu

lokasi pusat (Bhakti dkk., 2017). Dalam jaringan ethernet nirkabel point to

multipoint, semua lokasi berada jauh tidak berkomunikasi secara langsung satu

sama lain, tetapi memiliki koneksi ke hub Jaringan bintang di mana satu atau lebih

stasiun pangkalan biasanya berada.

Lokasi terpencil di tepi jaringan sering disebut sebagai lokasi "klien" dan

lokasi pusat disebut "jalur akses" atau "base station". Penelitian tentang jaringan

nirkabel point to multipoint selama tahun 1990-an dan awal 2000-an, dan dibahas

dalam berbagai publikasi akademik, karena mereka mungkin terpengaruh oleh

masalah tertentu, seperti masalah terminal tersembunyi atau terminal terbuka,

tergantung pada point to multipoint yang diterapkan Koordinasikan transmisi

melalui media nirkabel. Link nirkabel point to multipoint di sebarkan di antara

lokasi adapun perangkat nirkabel klien berada dalam garis pandang yang jelas

(LOS) dengan perangkat yang bertindak sebagai base station (Bhakti dkk., 2017).
8. Smart PDAM

Menurut Undang-undang Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah

memberikan pengertian tentang Perusahaan adalah semua perusahaan yang

didirikan berdasarkan undang undang ini yang seluruh atau sebagian modalnya

merupakan kekayaan daerah. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah

perusahaan yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang bergerak di bidang

pendistribusian air bersih bagi masyarakat (Nuruzzaman, 2018).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa air PDAM adalah Perusahaan air

minum yang dikelola oleh pemerintah yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat secara perorangan untuk kebutuhan sehari-hari. Sehingga monitoring

kualitas air menjadi salah satu perhatian utama untuk menjaga keberlangsungan

hidup. Keberadaan PDAM, seharusnya dapat membantu meringankan beban

masyarakat. Bukan malah membuat warga kesusahan dalam proses monitoring

dan pembayaran.

Pada penelitian Ramdani dkk., (2020) telah melakukan penerapan IoT

pada Smart Meter System untuk melakukan monitoring penggunaan air secara

real time di rumah tangga agar penggunaan air yang lebih efisien. Komunikasi

data MQTT pada sistem tersebut dimulai dari Water Flow Sensor mengirimkan

data (publish) yang didapatkan berupa debit air ke MQTT Broker melalui WeMos

untuk ditampilkan pada web. Untuk media penyimpanan pada sistem informasi

yang dibangun menggunakan NoSQL (Not Only Structured Query Language)

yang akan menyimpan status, waktu, debit beserta volume dari setiap sensor yang

ada. Namun kelemahan pada penelitian tersebut membutuhkan lokasi yang dapat
mengakses internet dan membutuhkan biaya tambahan agar alat dapat

mendapatkan akses internet.

Lain halnya dengan hasil observasi peneliti mengenai penerapan Smart

PDAM di desa Moncongloe Bulu yang menggunakan telemetri Lora SX1262

yang menjadi media pertukaran data dengan menerapkan jaringan komunikasi

multipoint yang tidak lagi membutuhkan akses internet karena pengiriman data

meteran air hanya menggunakan media transmisi data berbasis gelombang radio.

Dengan diterapkannya Smart PDAM di desa Moncongloe Bulu maka perlu

dilakukan analisis terhadap kualitas pertukaran data pada jaringan komunikasi

multipoint menggunakan telemetri LoRa SX1262.

Gambar 2.6 Diagram Blok Smart PDAM


B. Kajian Penelitian yang Relevan

Berikut merupakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian

yang peneliti akan analisis.

1. Nujannah, Lilik Hasanah, Ahmad Aminudin (2016) dalam penelitiannya yang

berjudul “Analisis Jangkauan Dan Baud Rate Transmisi Data Pada Sistem

Telemetri Temperatur Berbasis Mikrokontroler” dari hasil penelitian tersebut

dibuktikan bahwa jangkauan pengiriman data berpengaruh terhadap hasil

transmisi data. Semakin besar jangkauannya maka daya pancar/intensitas yang

diterimanya akan semakin berkurang, sehingga hasil transmisi data akan

berkurang kevalidannya. Selain itu baud rate juga berpengaruh terhadap hasil

transmisi atau oleh perangkat transmitter terhadap perangkat receiver, hal ini

berkaitan dengan sinkronisasi data hasil transmisi. Untuk keamanan tranmisi

data baud rate perangkat receiver sebaiknya besar sama dengan baud rate

perangkat transmitter.

2. Asma Yanziah, Sopian Soim, dan Martinus Mujur Rose (2020) dalam

penelitiannya berjudul “Analisis Jarak Jangkauan LoRa Dengan Parameter Rssi

Dan Packet Loss Pada Area Urban” hasil penelitian ini memaparkan bahwa

jarak sangat mempengaruhi RSSI maupun Packet Loss pada telemetri. Model

propagasi teoretis dengan log normal-shadowing dan berbasis pengujian

menunjukkan bahwa daya sinyal yang diterima rata-rata mengalami penurunan

terhadap penambahan jarak. Namun jika dilihat dari sebaran nilai RSSI pada

setiap titik pengujian, nilai RSSI LoRa dapat dikategorikan stabil. Semakin

dekat end-node dengan gateway, maka semakin bagus sinyal pada proses
transmisi. Hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya nilai RSSI dan tidak

terjadinya Packet Loss pada jarak terdekat pengujian. Peningkatan jarak antara

end-node dan gateway di luar nilai tertentu dapat mengakibatkan hilangnya

data dan kinerja yang buruk. Jarak jangkauan maksimum LoRa pada area urban

yang didapatkan dari penelitian ini adalah 2 km. Hal ini selaras dengan

jangkauan LoRa pada datasheet untuk area urban (perkotaan) yaitu berkisar 1-

5 km. Pada penelitian ini penulis menyarankan bahwa untuk penelitian

selanjutnya, perhitungan daya sinyal yang diterima dapat dilakukan dengan

pemodelan atau metode lain untuk memperoleh data yang lebih akurat.

Penambahan parameter pengujian dan mencari solusi untuk meningkatkan

jarak jangkauan LoRa juga perlu diteliti agar sesuai dengan spesifikasi LoRa.

3. Ayub Repa Batong, Prihadi Murdiyat, Abdul Hamid Kurniawan (2020) dalam

penelitiannya berjudul “Analisis Kelayakan LoRa Untuk Jaringan Komunikasi

Sistem Monitoring Listrik Di Politeknik Negeri Samarinda” penelitian yang

melakukan perancangan, pembuatan alat dan serangkaian pengukuran di lokasi

titik uji dapat disimpulkan bahwa dengan memperhatikan hasil ukur parameter

RSSI, SNR, dan PL, teknologi LoRa baik menggunakan frekuensi 433MHz

maupun frekuensi 915 MHz layak untuk digunakan sebagai jaringan

komunikasi system monitoring di kampus Politeknik Negeri Samarinda. Secara

umum, nilai RSSI dan PL yang dihasilkan oleh LoRa pada frekuensi 433 MHz

lebih baik dibanding pada frekuensi 915 MHz. Dan nilai SNR yang dihasilkan

pada frekuensi 433 MHZ lebih tinggi dibanding frekuensi 915 MHz jika

digunakan antena Yagi-Uda, namun sebaliknya, SNR pada frekuensi 915 MHz
lebih tinggi dibanding pada frekuensi 433 MHz jika digunakan antena rubber

duck.

4. Zeppi Maulana Bhakti, Suwanto Raharjo, dan Muhammad Sholeh (2017)

dengan judul penelitian “Analisis Kinerja Wireless Point To Point, Multipoint,

Client Bridge Dan Repeater Pada Frekuensi 2.4 Ghz” penelitian ini melakukan

analisis pengukuran menggunakan parameter Quality of Service (QoS).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk pengujian teknologi jaringan

wireless belum tentu didapatkan nilai real secara pasti hal ini dikarenakan,

pada teknologi jaringan wireless mempunyai kelebihan dan kekurangan

masing-masing berdasarkan situasi dan keadaan di lapangan.


C. Kerangka Pikir

Sistem monitoring PDAM yang ada sekarang ini sebagian besar masih

menggunakan sistem monitoring secara konvensional atau pencatatan manual

yang rawan terjadi kecurangan dan tidak konsisten dalam pengukuran penggunaan

air. Adanya pemanfaatan sistem Smart PDAM menggunakan teknologi telemetri

jenis LoRa SX1262 pada jaringan komunikasi multipoint yang telah terintegrasi

sistem pengukuran penggunaan debit air secara digital dan sistem pemantauan dan

kontrol jarak jauh secara wireless. Dengan adanya fitur yang dapat dikembangkan

membuat masyarakat pengguna dapat mengontrol penggunaan air dengan jarak

jauh dan lebih efisien.

Namun implementasi sistem Smart PDAM sangat penting untuk dianalisis

kualitas layanan pertukaran datanya. Agar dapat diketahui kehandalan pertukaran

data pada jaringan komunikasi multipoint. Analisis dilakukan dengan melakukan

uji coba pertukaran data dengan memvariasikan jarak antara transmitter dengan

beberapa perangkat receiver. Sehingga dapat diketahui apakah efektif kualitas

pertukaran data yang menggunakan telemetri LoRa SX1262 pada jaringan

komunikasi multipoint.
Kerangka pikir penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut.

Sistem Monitoring PDAM yang masih


konvensional

Penerapan sistem Smart PDAM menggunakan telemetri


LoRa SX1262 dalam pertukaran data pada jaringan
komunikasi multipoint

Melakukan pengujian kualitas layanan


pertukaran data

Hasil analisis pengujian

Efektivitas kualitas pertukaran data pada jaringan


komunikasi multipoint menggunakan telemetri LoRa
SX1262

Gambar 2. 7 Bagan Kerangka Pikir


BAB II

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif

dengan pendekatan deskriptif yang berfokus pada menjelaskan hubungan antara

parameter-parameter yang digunakan. Jenis penelitian ini digunakan untuk

memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi. Penelitian ini

dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengujian, pengumpulan, analisis

pengolahan data, membuat kesimpulan dengan tujuan utama yaitu membuat

gambaran tentang suatu keadaan secara objektif.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Embedded System Jurusan

Teknik Informatika dan Komputer Gedung Teknol Lantai 3 Fakultas Teknik

Universitas Negeri Makassar dengan jangka waktu tiga bulan.

C. Variabel Penelitian

Variabel yang teliti dalam penelitian ini adalah pertukaran data pada

Smart PDAM menggunakan telemetri LoRa SX1262 dan persentase kualitas

layanan pada jaringan komunikasi multipoint jika jarak antara transmitter dengan

beberapa receiver divariasikan.


D. Definisi Operasional Variabel

Pertukaran data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pertukaran data dari

transmitter data ke receiver. Dalam penelitian ini transmitter akan melakukan

permintaan data ke beberapa perangkat receiver yang telah ditentukan jaraknya.

Presentase kualitas layanan pada jaringan komunikasi multipoint didapatkan

dengan cara melihat hasil uji coba pengujian transmisi data pada msing-masing

parameter QoS yang terdiri dari packet loss, delay, bandwith, troughput, dan RSSI.

E. Teknik Pengumpulan Data

Agar mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus

penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah pengamatan yang diakukan secara sengaja, sistematis

mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan

pencatatan. Penelitian ini dilakukan secara langsung dilapangan dengan

melakukan proses pengujian jangkauan. Proses ini bertujuan untuk melihat

seberapa jauh jangkauan telemetri LoRa SX1262 dan kualitas layanan pada

jaringan komunikasi multipoint.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang bersumber

dari lokasi penelitian untuk menjadi penunjang dalam hasil penelitian.


F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar penelitian lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen penelitian

ini menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Berikut adalah kisi-kisi

panduan dokumentasi, kisi-kisi data pengukuran parameter QoS, Kisi-kisi

Variabel Pengamatan Throughput, kisi-kisi variabel pengamatan delay, dan kisi-

kisi variabel pengamatan packet loss.

Tabel 3.1 Panduan Dokumentasi

No. Dokumentasi

1. Data Jarak Jangkauan Transmisi Data

2. Data Parameter QoS

Tabel 3.2 Kisi-kisi Variabel Pengukuran Parameter QoS

No. Variabel Pengamatan Unit Range

1. Jarak Jangkauan kilo meter (km) 1-8 km

2. Delay milli second (ms) -

3. Packet Loss persentase (%) -

4. Bandwith kilo Hertz (kHz) -

5. Troughput bit per second (bps) -

satuan desibel-milliwatt -
6. RSSI
(dBm)
Tabel 3.2 digunakan sebagai acuan dalam pengumpulan data dengan

menggunakan variable pengukuran menggunakan parameter QoS.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Variabel Pengamatan Throughput

No. Variabel Pengaatan Unit

1. Jumlah data yang di kirim byte

2. Waktu pengiriman data detik

Tabel 3.3 digunakan sebagai acuan dalam pengamatan variable

throughput.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Variabel Pengamatan Delay

No. Variabel Pengamatan Unit

1. Delay propagasi micro second

2. Delay pembacaan data buffer serial micro second

3. Delay penyimpanan di basis data mili second

Tabel 3.4 digunakan sebagai acuan dalam variabel pengamatan delay.

Tabel 3.5 Kisi-kisi Variabel Pengamatan Packet Loss

No Variabel Pengamatan Unit

1. Jumlah paket data byte

2. Jumlah karakter paket data -

3. Paket data diterima byte


Tabel 3.5 digunakan sebagai acuan dalam variabel pengamatan packet

loss.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kuantitatif merupakan teknik penggambaran dan penjelasan mengenai

perubahan parameter QoS yang terjadi pada hasil pengujian. Penarikan

kesimpulan pada penelitian ini berdasarkan pada Tabel 3.2, Tabel 3.3, Tabel 3.4,

dan Tabel 3.4 pada penggunaan telemetri dengan frekuensi 868 MHz untuk

pengiriman data PDAM digital dikatakan efektif jika memenuhi parameter pada

jarak berapa data masih dapat terkirim tanpa ada data yang hilang. Adapun rumus

perhitungan untuk setiap perhitungan beberapa parameter QoS :

1. Perhitungan untuk Packet Loss

(paket total tercapture− paket terkirim )


Packet loss= x 100 %................(1)
paket total tercapture

Untuk mengetahui kategori data dari variable packet loss maka Tabel 2.1

sebagai acuan dalam menganalisis data untuk pengamatan variabel packet loss.

2. Perhitungan nilai Throughput

Jumlah data yang dikirim


Throughput = …………………………………
Waktu pengirimandata

(2)
Untuk mengetahui bahwa throughput sangat baik atau tidak maka tabel 2.3

sebagai acuan dalam menganalisis data untuk pengamatan throughput.

3. Perhitungan nilai RSSI

RSSI = Pt(d) – ( PL(d0)+ 10n log ( dd0 )+Xσ )…………………………….(3)


Keterangan:
PL(d0) = path loss referensi pada jarak d0 dengan kondisi free space.
n = path loss exponent

4. Delay
Untuk menghitung rata-rata delay digunakan rumus:

Total Delay
Delay rata−rata= ………………………(4)
Total Paket yang diterima

Agar mengetahui kategori data dari variable delay maka Tabel 2.2 sebagai

acuan dalam menganalisis data untuk pengamatan variabel delay.


BAB IV

HASIL PENELITIN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mengkaji terkait dengan QoS dari sistem komunikasi

data meteran air digital. Sistem ini terbagi menjadi dua yaitu stasiun monitoring

dan meteran air digital. Stasiun monitoring sebagai kontrol dan pencacatan data

penggunaan meteran air digital. Dalam penelitian ini dibatasi pada pengujian

kemampuan sistem komunikasi pada meteran digital menggunakan LoRa

SX1262. QoS yang dikaji seperti jangkauan transmisi data, trougput, pcket loss,

delay.

1. Jangkauan transmisi data

Dalam menguji jangkauan komunikasi data secara wireless dilakukan uji

jarak dengan menempatkan sistem monitoring tertentu dan menempatkan meteran

air digital pada beberapa titik tertentu. Sebelum melakukan uji jarak perlu

diketahui terlebih dahulu daftar perintah yang digunakan pada sistem komunikasi

stasiun monitoring meteran air digital. Tabel 4.1 merupakan keterangan perintah

yang akan dikirim ke meteran digital. Jika id meteran air digital sama dengan

perintah yang diterima maka meteran air digital akan merespon perintah tersebut

dengan mengirimkan data yang diminta oleh stasiun monitoring.


Tabel 4.1 Keterangan Daftar Perintah

No. Daftar Perintah Keterangan


(1) (2) (3)
X;2
1 Meteran X OFF
(3 byte)
X;3
2 Meteran X OFF
(3 byte)
X;1;1
3 Meminta Debit perjam
(5 byte)
X;1;2
4 Meminta Debit perhari
(5 byte)
X;1;3
5 Meminta Debit perbulan
(5 byte)

Pada Table 4.1 baris satu kolom dua terdapat perintah X;2 dimana X

merupakan id meteran air digital dan angka dua merupakan perintah untuk

mematikan meteran X. Panjang data perintah X;2 yaitu tiga byte yang terdiri dari

X, tanda titik koma (;), dan angka 2 dengan jenis data string. Baris dua kolom dua

terdapat perintah X;3 dimana X merupakan id meteran air digital dan angka tiga

merupakan perintah untuk menyalakan meteran X. Adapun panjang data X;3 yaitu

tiga byte yang terdiri dari X, tanda titik koma (;), dan angka dua dengan jenis data

string. Baris tiga kolom dua merupakan perintah X;1;1 untuk meminta debit air

perjam. Angka satu setelah kode X pada perintah tersebut merupakan kode untuk

melakukan request pada meteran air digital, sedangkan untuk angka satu terakhir

pada perintah tersebut merupakan kode untuk meminta debit perjam. Baris
keempat kolom dua merupakan perintah X;1;2 yang artinya angka satu setelah

kode X pada perintah tersebut merupakan kode untuk melakukan request pada

meteran air digital, sedangkan untuk angka dua terakhir pada perintah tersebut

merupakan kode untuk meminta debit perbulan. Baris kelima kolom dua

merupakan perintah X;1;3 artinya angka satu setelah kode X pada perintah

tersebut merupakan kode untuk melakukan request pada meteran air digital,

sedangkan untuk angka satu terakhir pada perintah tersebut merupakan kode

untuk meminta debit perbulan.

Dibawah ini merupakan tabel dari hasil pengambilan data yang

menunjukkan jarak jangkauan transmisi data untuk beberapa jumlah data yang

dikirim dan diterima.

Tabel 4.2. Hubungan Jarak Jangkauan dengan Bandwidth


Jumlah Data Jumlah Data Jarak Terjauh Bandwidth
No.
Dikirim (byte) Diterima (byte) (meter) (kHz)
(1)
(2) (3) (3) (4)

1. 3 3 998,66 500

2. 5 5 998,66 500

3. 6 6 998,66 500

4. 28 28 100 125

5. 29 29 100 250

6. 30 30 300 500

7. 66 66 998,66 500

8. 79 79 918.21 250
9. 121 121 200 500

Tabel 4.2 menampilkan hubungan jarak jangkauan transmisi data dengan

penggnaan bandwidth pada sistem komunikasi stasiun monitoring meteran air

digital. Pada baris satu kolom dua jumlah data yang dikirim dari stasiun

monitoring ke meteran digital yaitu tiga byte dan diterima dengan baik oleh

meteran air digital yang ditunjukkan oleh baris satu kolom tiga dengan jarak

terjauh yang telah diuji coba yaitu 998,66 meter dengan bandwidth 500 kHz.

Sama halnya dengan baris ke dua kolom dua, stasiun monitoring mengirimkan

kode perintah ke meteran air digital dan diterima dengan baik oleh meteran air

digital, hal tersebut tunjukkan pada baris dua kolom tiga pada jarak terjauh yang

telah diuji yaitu 998,66 meter dengan nilai bandwidth 500 kHz.

Baris tiga kolom dua jumlah data yang dikirim dari meteran air digital ke

stasiun monitoring sebagai feedback yaitu enam byte dan diterima dengan baik

oleh stasiun monitoring yang ditunjukkan oleh baris tiga kolom tiga dengan jarak

terjauh yang telah diuji coba yaitu 998,66 meter dengan bandwidth 500 kHz.

Selanjutnya pada baris empat kolom dua menunjukkan bahwa jumlah data yang

dikirim dari meteran air digital ke stasiun monitoring yaitu dua puluh delapan

byte dan diterima dengan baik oleh stasiun monitoring yang ditunjukkan oleh

baris empat kolom tiga dengan jarak 100 meter dengan bandwidth 125 kHz.

Kemudian baris lima kolom dua menunjukkan bahwa jumlah data yang

dikirim dari meteran air digital ke stasiun monitoring yaitu dua puluh sembilan

byte dan diterima dengan baik oleh stasiun monitoring yang ditunjukkan oleh

baris lima kolom tiga dengan jarak 100 meter dengan bandwidth 250 kHz. Lalu
baris enam kolom dua menunjukkan bahwa jumlah data yang dikirim dari meteran

air digital ke stasiun monitoring yaitu tiga puluh byte dan diterima dengan baik

oleh stasiun monitoring yang ditunjukkan oleh baris enam kolom tiga dengan

jarak 300 meter dengan bandwidth 500 kHz.

Selanjutnya baris tujuh kolom dua menunjukkan bahwa jumlah data yang

dikirim dari meteran air digital ke stasiun monitoring yaitu enam puluh enam byte

dan diterima dengan baik oleh stasiun monitoring yang ditunjukkan oleh baris

enam kolom tiga dengan jarak 998,66 meter dengan bandwidth 500 kHz.

Kemudian baris delapan kolom dua menunjukkan bahwa jumlah data yang

dikirim dari meteran air digital ke stasiun monitoring yaitu tujuh puluh sembilan

byte dan diterima dengan baik oleh stasiun monitoring yang ditunjukkan oleh

baris delapan kolom tiga dengan jarak 918,21 meter dengan bandwidth 250 kHz.

Dan yang terakhir baris sembilan kolom dua menunjukkan bahwa jumlah data

yang dikirim dari meteran air digital ke stasiun monitoring yaitu seratus duapuluh

satu byte dan diterima dengan baik oleh stasiun monitoring yang ditunjukkan oleh

baris sembilan kolom tiga dengan jarak 200 meter dengan bandwidth 500 kHz.

Dari Tabel 4.2 dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai bandwidth

berpengaruh terhadap jarak jangkauan transmisi data pada sistem komunikasi

stasiun monitoring meteran air digital menggunakan telemetri LoRa SX1262.

Berikut merupakan tabel dari hasil pengambilan data yang menunjukkan

hubungan jarak jangkauan transmisi data panjang byte data yang dikirim apakah

diterim atau tidak.


Tabel 4.3 Hubungan Jarak Jangkauan dengan jumlah byte

Bandwidth
No. Jarak Jumlah Data
(kHz) Keterangan
(1) (meter) (byte)

1. 500 998,66 3 Diterima

2. 500 998,66 5 Diterima

3. 500 300 6 Diterima

4. 125 100 28 Diterima

5. 250 100 29 Diterima

6. 500 998,66 66 Diterima

7. 250 918.21 79 Diterima

8. 500 200 121 Diterima

9. 250 200 134 Tidak Diterima

10. 500 300 141 Tidak Diterima

11. 250 300 180 Tidak Diterima

12. 125 300 190 Tidak Diterima

Tabel 4.3. merupakan tabel yang menunjukkan jangkauan transmisi data

pada komunikasi sistem stasiun monitoring meteran air digital memiliki hubungan

dengan panjang data yang dikirim. Pada baris satu, dua dan tiga menunjukkan

bahwa dengan nilai bandwidth 500 kHz, data yang dikirim pada jarak 998,16
meter dengan syarat panjang data yang dikirim yaitu tiga, lima dan enam byte

dapat diterima dengan baik. Lalu pada baris empat menunjukkan bahwa dengan

nilai bandwidth 125 kHz data yang dikirim pada jarak 100 meter dengan panjang

data yang dikirim yaitu dua puluh delapan byte dapat diterima dengan baik.

Selanjutnya pada baris lima menunjukkan bahwa dengan nilai bandwidth

250 kHz data yang dikirim pada jarak 100 meter dengan syarat panjang data yang

dikirim yaitu dua puluh sembilan byte dapat diterima dengan baik. Lalu pada baris

enam menunjukkan bahwa dengan nilai bandwidth 500 kHz data yang dikirim

pada jarak 998,16 meter dengan panjang data yang dikirim yaitu enam puluh

enam byte dapat diterima dengan baik.

Kemudian pada baris tujuh menunjukkan bahwa dengan nilai bandwidth

250 kHz data yang dikirim pada jarak 918.21 meter dengan panjang data yang

dikirim yaitu tujuh puluh sembilan byte dapat diterima dengan baik. Selanjutnya

pada baris delapan menunjukkan bahwa dengan nilai bandwidth 500 kHz data

yang dikirim pada jarak 200 meter syarat panjang data yang dikirim yaitu seratus

dua puluh dua byte dapat diterima dengan baik.

Lalu pada baris sembilan menunjukkan bahwa dengan nilai bandwidth 250

kHz data yang dikirim pada jarak 200 meter dengan panjang data yang dikirim

yaitu seratuh tiga puluh empat byte tidak dapat diterima oleh stasiun monitoring.

Selanjutnya pada baris sepuluh menunjukkan bahwa dengan nilai bandwidth 500

kHz data yang dikirim pada jarak 300 meter dengan panjang data yang dikirim

yaitu seratuh empat puluh satu byte tidak dapat diterima oleh stasiun monitoring.
Kemudian pada baris sebelas menunjukkan bahwa dengan nilai bandwidth

250 kHz data yang dikirim pada jarak 300 meter dengan panjang data yang

dikirim yaitu seratuh delapan puluh byte tidak dapat diterima oleh stasiun

monitoring. Dan pada baris duabelas menunjukkan bahwa dengan nilai bandwidth

125 kHz data yang dikirim pada jarak 300 meter dengan panjang data yang

dikirim yaitu seratuh sembilan puluh byte tidak dapat diterima oleh stasiun

monitoring.

Dari Tabel 4.3 dapat ditarik kesimpulan bahwa panjang data diatas serratus

dua puluh satu tidak dapat diterima oleh stasiun monitoring dari jarak 200 meter.

Namun dengan panjang data enam puluh enam dan nilai bandwidth 500 kHz

penerima dapat menerima data yang dikirim dari jarak 998,66 meter dengan

kondisi LOSS.

Maka dari itu dibuatlah Tabel 4.4 menunjukkan masing-masing jarak

terjauh pada nilai bandwidth yang digunkan yakni 125 kHz, 250 kHz, dan 500

kHz. Berikut tabel hasil pengukuran jarak terjauh pada masing-masing bandwidth.

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Jarak Terjauh Pengiriman Data Berhasil

Bandwidth Jarak Nilai RSSI Panjang Data


No.
(kHz) (meter) (dBm) (byte)
(1)
(2) (3) (4) (5)

1. 125 218.95 -104 66

2. 250 918.21 -94 79


3. 500 998,66 -103 66

Tabel 4.4 merupakan hasil pengukuran jarak terjauh pengiriman data yang

berhasil pada masing-masing nilai bandwidth. Pada baris satu menunjukkan

bahwa dengan nilai bandwidth 125 kHz jarak terjauh pengiriman data dan data

tersebut diterima dengan baik yaitu 218,95 meter menghasilkan nilai RSSI -104

dB dengan panjang data yang dikirim enam puluh enam byte. Baris dua

menunjukkan bahwa dengan nilai bandwidth 200 kHz jarak terjauh pengiriman

data dan data tersebut diterima dengan baik yaitu 918.21 meter menghasilkan nilai

RSSI -94 dB dengan panjang data yang dikirim tujuh puluh sembilan. Dan pada

baris tiga menunjukkan bahwa dengan nilai bandwidth 500 kHz jarak terjauh

pengiriman data dan data tersebut diterima dengan baik yaitu 998,66 meter

menghasilkan nilai RSSI -103 dBm dengan panjang data yang dikirim yaitu enam

puuh enam byte.

2. Nilai RSSI (Received Signal Strength Indicator)

a. Bandwidth 125 kHz

Berikut dibawah ini merupakan tabel nilai RSSI dari hasil pengukuran

dengan nilai bandwidth 125 kHz pada jarak 100 meter sampai 300 meter.

Tabel 4.5 Nilai RSSI dari Hasil Pengukuran Bandwidth 125 kHz
No. Keterangan Kode Nilai Panjang Panjang Ket. Jarak

(1) Perintah Perintah RSSI Data Data (7) (meter)

(2) (3) SM Dikirim Diterima (8)


SM Meteran

(4) (byte) (byte)

(5) (6)

Diterima
Meminta
1 1;1;1 -87 5 5 dengan 100
Debit Perjam
baik

Diterima
Meminta
2 1;1;2 -81 5 5 dengan
Debit Perhari
baik

Meminta Diterima

3 Debit 1;1;3 -78 5 5 dengan

Perbulan baik

Meminta Diterima

4 Meteran 1 1;2 -79 3 3 dengan

Dimatikan baik

Meminta Diterima

5 Meteran 1 1;3 -79 3 3 dengan

Nyalakan baik

Diterima 200
Meminta
6 1;1;1 -89 5 5 dengan
Debit Perjam
baik

7 Meminta 1;1;2 -87 5 5 Diterima

Debit Perhari dengan


baik

Meminta Diterima

8 Debit 1;1;3 -90 5 5 dengan

Perbulan baik

Meminta Diterima

9 Meteran 1 1;2 -92 3 3 dengan

Dimatikan baik

Meminta Diterima

10 Meteran 1 1;3 -93 3 3 dengan

Nyalakan baik

Diterima
Meminta
11 1;1;1 -101 5 5 dengan
Debit Perjam
baik

Diterima
Meminta
12 1;1;2 -99 5 5 dengan
Debit Perhari
baik

Meminta Diterima 300

13 Debit 1;1;3 -97 5 5 dengan

Perbulan baik

Meminta Diterima

14 Meteran 1 1;2 -100 3 3 dengan

Dimatikan baik

15 1;3 -98 3 3
Meminta Diterima
Meteran 1 dengan

Nyalakan baik
Tabel 4.5 merupakan hasil pengukuran dengan bandwidth 125 kHz kode

perintah yang dikirimkan dari serial monitor ke meteran air dgital dengan tiga

jenis jarak yaitu 100 meter, 200 meter dan 300 meter. Berikut pada Tabel 4.6

meupakan hasil respon dari kode perintah yang dikirimkan ke meteran air digital.

Tabel 4.6 Respon Meteran Dari Hasil Pengukuran Pada Bandwidth 125 Khz
Nilai Panjang Panjang

RSSI Data Data


No Keterangan
Metera Dikirim Diterim Ket. Jarak
. Respon Meteran
n Metera a SM

(dBm) n (byte) (byte)

Diterim

Data Debit a
1 -80 52 52
Perjam dengan

baik

Diterim

Data Debit a
2 -74 66 66
Perhari dengan 100

baik

Diterim

Data Debit a
3 -73 28 28
Perbulan dengan

baik

4 -78 6 6
Meteran 1 Diterim
a

dimatikan dengan

baik

Diterim

Meteran 1 a
5 -74 6 6
dinyalakan dengan

baik

Diterim 200

Data Debit a
6 -89 121 121
Perjam dengan

baik

Diterim

Data Debit a
7 -89 68 68
Perhari dengan

baik

Diterim

Data Debit a
8 -86 30 30
Perbulan dengan

baik

9 Meteran 1 -89 6 6 Diterim

dimatikan a

dengan

baik
Diterim

Meteran 1 a
10 -91 6 6
dinyalakan dengan

baik

Tidak
Data Debit
11 - 190 0 Diterim
Perjam
a

Tidak
Data Debit
12 - 70 0 Diterim
Perhari
a

Diterim

Data Debit a
13 -91 30 30 300
Perbulan dengan

baik

Tidak
Meteran 1
14 - 6 0 Diterim
dimatikan
a

Tidak
Meteran 1
15 - 6 0 Diterim
dinyalakan
a

Tabel 4.6 merupakan respon meteran dari hasil pengukuran pada bandwidth

125 khz dengan tiga jenis jarak pengukuran yakni 100 meter, 200 meter dan 300
meter. Terlihat pada kolom enam baris sebelas, dua belas, empat belas dan lima

belas respon yang dikirim oleh meteran air digital tidak diterima oleh stasiun

monitoring pada jarak 300 meter.


b. Bandwidth 250 kHz

Berikut dibawah ini merupakan tabel nilai RSSI dari hasil pengukuran

dengan nilai bandwidth 250 kHz pada jarak 100 meter sampai 300 meter.

Tabel 4.7 Nilai RSSI dari Hasil Pengukuran Bandwidth 250 kHz
Panjang Panjang
Nilai
Kode Data Data
Keterangan RSSI Jarak
No. Perinta Dikirim Diterima Ket.
Perintah SM (meter)
(1) h SM Meteran (8)
(2) (dBm) (9)
(3) (byte) (byte)
(4)
(6) (7)

Meminta Diterima

1 Debit 1;1;1 -80 5 5 dengan

Perjam baik

Meminta Diterima

2 Debit 1;1;2 -81 5 5 dengan

Perhari baik

Meminta Diterima 100


3 Debit 1;1;3 -75 5 5 dengan

Perbulan baik

Meminta Diterima

4 Meteran 1 1;2 -78 3 3 dengan

Dimatikan baik

5 1;3 -79 3 3
Meminta Diterima
Meteran 1 dengan

Nyalakan baik

Meminta Diterima

6 Debit 1;1;1 -85 5 5 dengan

Perjam baik

Meminta Diterima

7 Debit 1;1;2 -82 5 5 dengan

Perhari baik

Meminta Diterima

8 Debit 1;1;3 -81 5 5 dengan 200

Perbulan baik

Meminta Diterima

9 Meteran 1 1;2 -79 3 3 dengan

Dimatikan baik

Meminta Diterima

10 Meteran 1 1;3 -89 3 3 dengan

Nyalakan baik

Meminta Diterima 300

11 Debit 1;1;1 -96 5 5 dengan

Perjam baik

12 Meminta 1;1;2 -93 5 5 Diterima

Debit dengan

Perhari baik
Meminta Diterima

13 Debit 1;1;3 -102 5 5 dengan

Perbulan baik

Meminta Diterima

14 Meteran 1 1;2 -100 3 3 dengan

Dimatikan baik

Meminta Diterima

15 Meteran 1 1;3 -98 3 3 dengan

Nyalakan baik

Tabel 4.7 merupakan hasil pengukuran dengan bandwidth 250 kHz kode

perintah yang dikirimkan dari serial monitor ke meteran air dgital dengan tiga

jenis jarak yaitu 100 meter, 200 meter dan 300 meter. Berikut pada Tabel 4.8

meupakan hasil respon dari kode perintah yang dikirimkan ke meteran air digital.
Tabel 4.8 Respon Meteran Dari Hasil Pengukuran Pada Bandwidth 250 Khz
Panjang Panjang

Keterangan Nilai RSSI Data Data


Jarak
No. Respon Meteran Dikirim Diterima Ket.
(meter)
(1) Meteran (dBm) Meteran SM (6)
(7)
(2) (3) (byte) (byte)

(4) (5)

Diterima
Data Debit
1 -79 70 70 dengan
Perjam
baik

Diterima
Data Debit
2 -77 67 67 dengan
Perhari
baik

Diterima
Data Debit
3 -71 29 29 dengan
100
Perbulan
baik

Diterima
Meteran 1
4 -71 6 6 dengan
dimatikan
baik

Diterima
Meteran 1
5 -83 6 6 dengan
dinyalakan
baik

6 - 134 -
Data Debit Tidak 200
Perjam Diterima

Data Debit Tidak


7 - 69 -
Perhari Diterima

Diterima
Data Debit
8 -82 30 30 dengan
Perbulan
baik

Meteran 1 Tidak
9 - 6 -
dimatikan Diterima

Diterima
Meteran 1
10 -85 6 6 dengan
dinyalakan
baik

Data Debit Tidak


11 - 180 -
Perjam Diterima

Data Debit Tidak


12 - 71 -
Perhari Diterima

Data Debit Tidak


13 - 30 -
Perbulan Diterima
300

Meteran 1 Tidak
14 - 6 -
dimatikan Diterima

Meteran 1
Diterima
15 -86 6 6
dinyalakan
dengan
baik

Tabel 4.8 merupakan respon meteran dari hasil pengukuran pada bandwidth

250 kHz dengan tiga jenis jarak pengukuran yakni 100 meter, 200 meter dan 300

meter.

c. Bandwidth 500 kHz

Berikut dibawah ini merupakan tabel nilai RSSI dari hasil pengukuran

dengan nilai bandwidth 500 kHz pada jarak 100 meter sampai 300 meter

Tabel 4.9 Nilai RSSI dari Hasil Pengukuran Bandwidth 500 kHz
Panjang
Nilai Panjan
Data
Kode RSSI g Data Jarak
Keteranga Diterim
No. Perinta SM Dikirim Ket. (meter
n Perintah a
(1) h (dBm SM (8) )
(2) Meteran
(3) ) (byte) (9)
(byte)
(4) (6)
(7)

Diterim 100
Meminta
a
1 Debit 1;1;1 -74 5 5
dengan
Perjam
baik

2 Meminta 1;1;2 -72 5 5 Diterim

Debit a

Perhari dengan
baik

Diterim
Meminta
a
3 Debit 1;1;3 -72 5 5
dengan
Perbulan
baik

Diterim
Meminta
a
4 Meteran 1 1;2 -74 3 3
dengan
Dimatikan
baik

Diterim
Meminta
a
5 Meteran 1 1;3 -72 3 3
dengan
Nyalakan
baik

Diterim 200
Meminta
a
6 Debit 1;1;1 -89 5 5
dengan
Perjam
baik

Diterim
Meminta
a
7 Debit 1;1;2 -89 5 5
dengan
Perhari
baik

8 Meminta 1;1;3 -89 5 5 Diterim

Debit a
dengan
Perbulan
baik

Diterim
Meminta
a
9 Meteran 1 1;2 -86 3 3
dengan
Dimatikan
baik

Diterim
Meminta
a
10 Meteran 1 1;3 -85 3 3
dengan
Nyalakan
baik

Diterim
Meminta
a
11 Debit 1;1;1 -94 5 5
dengan
Perjam
baik

Diterim
Meminta
a
12 Debit 1;1;2 -91 5 5
dengan 300
Perhari
baik

Diterim
Meminta
a
13 Debit 1;1;3 -89 5 5
dengan
Perbulan
baik

14 1;2 -88 3 3
Meminta Diterim
a
Meteran 1
dengan
Dimatikan
baik

Diterim
Meminta
a
15 Meteran 1 1;3 -89 3 3
dengan
Nyalakan
baik

Tabel 4.9 merupakan hasil pengukuran dengan bandwidth 500 kHz kode

perintah yang dikirimkan dari serial monitor ke meteran air dgital dengan tiga

jenis jarak yaitu 100 meter, 200 meter dan 300 meter. Berikut pada Tabel 4.10

meupakan hasil respon dari kode perintah yang dikirimkan ke meteran air digital.

Tabel 4.10 Respon Meteran Dari Hasil Pengukuran Pada Bandwidth 500 kHz
Panjang Panjang
Nilai
Data Data
Keterangan Respon RSSI Jarak
No. Dikirim Diterima Ket.
Meteran Meteran (meter)
(1) Meteran SM (6)
(2) (dBm) (7)
(byte) (byte)
(3)
(4) (5)

Diterima

1 Data Debit Perjam -66 79 79 dengan


100
baik

2 Data Debit Perhari -73 67 67


Diterima
dengan

baik

Diterima

3 Data Debit Perbulan -73 29 29 dengan

baik

Diterima

4 Meteran 1 dimatikan -72 6 6 dengan

baik

Diterima
Meteran 1
5 -74 6 6 dengan
dinyalakan
baik

Tidak
6 Data Debit Perjam - 72 -
Diterima

Tidak
7 Data Debit Perhari - 69 -
Diterima

Diterima

8 Data Debit Perbulan -82 30 30 dengan


200
baik

Diterima

9 Meteran 1 dimatikan -86 6 6 dengan

baik

Meteran 1
Diterima
10 -85 6 6
dinyalakan
dengan
baik

Tidak
11 Data Debit Perjam - 141 -
Diterima

Tidak
12 Data Debit Perhari - 71 -
Diterima

Diterima

13 Data Debit Perbulan -85 30 30 dengan

baik 300

Diterima

14 Meteran 1 dimatikan -85 6 6 dengan

baik

Diterima
Meteran 1
15 -85 6 6 dengan
dinyalakan
baik

Tabel 4.10 merupakan respon meteran dari hasil pengukuran pada bandwidth

250 kHz dengan tiga jenis jarak pengukuran yakni 100 meter, 200 meter dan 300

meter.

Dari Tabel 4.5, Tabel 4.6, Tabel 4.7, Tabel 4.8, Tabel 4.9, dan Tabel 4.10

dapat disimpulkan bahwa nilai RSSI berhubungan dengan jarak transmisi data

saat melakukan pengiriman data antara sistem monitoring dengan meteran digital.

d. Nilai RSSI dari Hasil Pengujian Di Dalam Gedung


Adapun jarak maksimal yang didapatkan ketika pengujian dilakukan didalam

gedung yaitu 50,28 meter, dalam hal ini meteran digital diletakkan di dalam

Gedung dan stasiun monitoring diletakkan diluar gedung. Berikut tabel hasil

pengukuran yang dilakukan jika meteran air digital diletakkan didalam gedung.

Tabel 2.11 Nilai RSSI Hasil Pengujian Di Dalam Gedung

Jumlah
Nilai Jumlah Data
Data
No. Keterangan Data RSSI Terkirim Ket.
Diterima
(1) Yang dikirim (dB) (byte) (5)
(byte)
(2) (3)
(4)

Diterima
Meminta Debit
-97 5 5 dengan
Perjam
baik

Diterima
Meminta Debit
1 -95 5 5 dengan
Perhari
baik

Diterima
Meminta Debit
2 -95 5 5 dengan
Perbulan
baik

Diterima
Meminta Meteran 1
3 -94 3 3 dengan
Dimatikan
baik

4 Meminta Meteran 1 -94 3 3 Diterima


dengan
Nyalakan
baik

Data Debit Perjam Diterima

5 Dikirim ke Stasiun -95 88 88 dengan

Monitorint baik

Data Debit Perhari Diterima

6 Dikirim ke Stasiun -93 67 67 dengan

Monitorint baik

Data Debit Perbulan Diterima

7 Dikirim ke Stasiun -94 29 29 dengan

Monitorint baik

Meteran 1 dimatikan Diterima

8 Dikirim ke Stasiun -92 6 6 dengan

Monitorint baik

Meteran 1
Diterima
dinyalakan dikirim
9 -94 6 6 dengan
ke Stasiun
baik
Monitorint

3. Delay, Trougput, dan Packet Loss

a. Bandwidth 125 kHz

Berikut dibawah ini merupakan tabel yang menampilkan delay, trougput,

dan packet loss dari hasil pengukuran dengan nilai bandwidth 125 kHz pada jarak
100 meter sampai 300 meter. Pada kolom empat diisi berdasarkan waktu

pengiriman data dikurangi dengan waktu terima data.


Tabel 4.12. Delay, Trougput, dan Packet Loss dari Hasil Pengukuran Bandwidth
125 kHz
Panjang Panjang

Data Data
Keterangan Delay Througput Packet Jarak
No. Dikirim Diterima
Perintah (ms) (bps) Loss (meter)
(1) Meteran SM
(2) (5) (6) (7) (8)
(byte) (byte)

(3) (4)

Meminta

1 Debit 5 5 437 10,8 0%

Perjam

Meminta

2 Debit 5 5 471 10,6 0%

Perhari

Meminta

3 Debit 5 5 453 10,0 0% 100

Perbulan

Meminta

4 Meteran 1 3 3 474 6,3 0%

Dimatikan

Meminta

5 Meteran 1 3 3 451 6,5 0%

Nyalakan

6 Meminta 5 5 438 10,6 0% 200


Debit

Perjam

Meminta

7 Debit 5 5 452 10,6 0%

Perhari

Meminta

8 Debit 5 5 426 11,8 0%

Perbulan

Meminta

9 Meteran 1 3 3 422 7,0 0%

Dimatikan

Meminta

10 Meteran 1 3 3 409 7,2 0%

Nyalakan

Meminta 300

11 Debit 5 5 449 11,0 0%

Perjam

Meminta

12 Debit 5 5 401 10,8 0%

Perhari

13 Meminta 5 5 434 11,7 0%

Debit

Perbulan
Meminta

14 Meteran 1 3 3 417 7,4 0%

Dimatikan

Meminta

15 Meteran 1 3 3 391 7,1 0%

Nyalakan

Tabel 4.12 merupakan tabel delay, trougput, dan packet loss dari hasil

pengukuran dengan bandwidth 125 kHz kode perintah yang dikirimkan dari serial

monitor ke meteran air dgital dengan tiga jenis jarak yaitu 100 meter, 200 meter

dan 300 meter. Berikut pada Tabel 4.13 meupakan delay, trougput, dan packet

loss dari hasil respon meteran air digital ke stasiu monitoring.


Tabel 4.13 Delay, Trougput, dan Packet loss dari Respon Meteran Dari Hasil
Pengukuran Pada Bandwidth 125 kHz
Panjang Panjang

Keterangan Data Data


No Delay Througput Packet
Respon Dikirim Diterima Jarak
. (ms) (bps) Loss
Meteran Meteran SM (8)
(1) (5) (6) (7)
(2) (byte) (byte)

(3) (4)

Data Debit
1 52 52 442 117,6 0%
Perjam

Data Debit
2 66 66 612 107,8 0%
Perhari

Data Debit
3 28 28 546 51,3 0% 100
Perbulan

Meteran 1
4 6 6 553 10,8 0%
dimatikan

Meteran 1
5 6 6 473 12,7 0%
dinyalakan

Data Debit 200


6 121 121 671 180,3 0%
Perjam

Data Debit
7 68 68 593 114,7 0%
Perhari

8 Data Debit 30 30 534 56,2 0%


Perbulan

Meteran 1
9 6 6 516 11,6 0%
dimatikan

Meteran 1
10 6 6 502 12,0 0%
dinyalakan

Data Debit
11 190 0 - - 100%
Perjam

Data Debit
12 70 0 - - 100%
Perhari

Data Debit
13 30 30 441 68,0 0% 300
Perbulan

Meteran 1
14 6 0 - - 100%
dimatikan

Meteran 1
15 6 0 - - 100%
dinyalakan

Tabel 4.13 merupakan nilai delay, trougput, dan paket loss dari respon

meteran dari hasil pengukuran pada bandwidth 125 kHz dengan tiga jenis jarak

pengukuran yakni 100 meter, 200 meter dan 300 meter.

b. Bandwidth 250 kHz


Berikut dibawah ini merupakan tabel yang menampilkan delay, trougput,

dan packet loss dari hasil pengukuran dengan nilai bandwidth 250 kHz pada jarak

100 meter sampai 300 meter. Pada kolom empat diisi berdasarkan waktu

pengiriman data dikurangi dengan waktu terima data.

Tabel 4.13. Delay, Trougput, dan Packet Loss dari Hasil Pengukuran Bandwidth
250 kHz
Panjang Panjang

Data Data
Keterangan Delay Througput Packet Jarak
No. Dikirim Diterima
Perintah (ms) (bps) Loss (meter)
(1) Meteran SM
(2) (5) (6) (7) (8)
(byte) (byte)

(3) (4)

Meminta 100

1 Debit 5 5 426 11,7 0%

Perjam

Meminta

2 Debit 5 5 438 11,4 0%

Perhari

Meminta

3 Debit 5 5 457 10,9 0%

Perbulan

4 Meminta 3 3 463 6,5 0%

Meteran 1
Dimatikan

Meminta

5 Meteran 1 3 3 437 6,9 0%

Nyalakan

Meminta

6 Debit 5 5 458 10,9 0%

Perjam

Meminta

7 Debit 5 5 430 11,6 0%

Perhari

Meminta

8 Debit 5 5 409 12,2 0% 200

Perbulan

Meminta

9 Meteran 1 3 3 451 6,7 0%

Dimatikan

Meminta

10 Meteran 1 3 3 474 6,3 0%

Nyalakan

Meminta

11 Debit 5 5 427 11,7 0%


300
Perjam

12 5 5 414 12,1 0%
Meminta
Debit

Perhari

Meminta

13 Debit 5 5 417 12,0 0%

Perbulan

Meminta

14 Meteran 1 3 3 408 7,4 0%

Dimatikan

Meminta

15 Meteran 1 3 3 430 7,0 0%

Nyalakan

Tabel 4.13 merupakan tabel delay, trougput, dan packet loss dari hasil

pengukuran dengan bandwidth 250 kHz kode perintah yang dikirimkan dari serial

monitor ke meteran air dgital dengan tiga jenis jarak yaitu 100 meter, 200 meter

dan 300 meter. Berikut pada Tabel 4.14 meupakan delay, trougput, dan packet

loss dari hasil respon meteran air digital ke stasiu monitoring.


Tabel 4.14 Delay, Trougput, dan Packet loss dari Respon Meteran Dari Hasil
Pengukuran Pada Bandwidth 250 kHz
Panjang Panjang

Keterangan Data Data


No Delay Througput Packet
Respon Dikirim Diterima Jarak
. (ms) (bps) Loss
Meteran Meteran SM (8)
(1) (5) (6) (7)
(2) (byte) (byte)

(3) (4)

Data Debit
1 70 70 583 120,1 0%
Perjam

Data Debit
2 67 67 578 115,9 0%
Perhari

Data Debit
3 29 29 513 56,5 0% 100
Perbulan

Meteran 1
4 6 6 463 13,0 0%
dimatikan

Meteran 1
5 6 6 484 12,4 0%
dinyalakan

Data Debit 200


6 134 0 - 0,0 100%
Perjam

Data Debit
7 69 0 - 0,0 100%
Perhari

8 Data Debit 30 30 503 59,6 0%


Perbulan

Meteran 1
9 6 0 - 0,0 100%
dimatikan

Meteran 1
10 6 6 478 12,6 0%
dinyalakan

Data Debit
11 180 0 - 0,0 100%
Perjam

Data Debit
12 71 0 - 0,0 100%
Perhari

Data Debit
13 30 0 - 0,0 100% 300
Perbulan

Meteran 1
14 6 0 - 0,0 100%
dimatikan

Meteran 1
15 6 6 507 11,8 0%
dinyalakan

Tabel 4.14 merupakan nilai delay, trougput, dan paket loss dari respon

meteran dari hasil pengukuran pada bandwidth 125 kHz dengan tiga jenis jarak

pengukuran yakni 100 meter, 200 meter dan 300 meter.


c. Bandwidth 500 kHz

Berikut dibawah ini merupakan tabel yang menampilkan delay, trougput,

dan packet loss dari hasil pengukuran dengan nilai bandwidth 500 kHz pada jarak

100 meter sampai 300 meter. Pada kolom empat diisi berdasarkan waktu

pengiriman data dikurangi dengan waktu terima data.

Tabel 4.15. Delay, Trougput, dan Packet Loss dari Hasil Pengukuran Bandwidth
500 kHz
Panjang Panjang

Data Data
Keterangan Delay Througput Packet Jarak
No. Dikirim Diterima
Perintah (ms) (bps) Loss (meter)
(1) Meteran SM
(2) (5) (6) (7) (8)
(byte) (byte)

(3) (4)

Meminta

1 Debit 5 5 463 10,8 0%

Perjam

Meminta

2 Debit 5 5 472 10,6 0%


100
Perhari

Meminta

3 Debit 5 5 498 10,0 0%

Perbulan

4 3 3 474 6,3 0%
Meminta
Meteran 1

Dimatikan

Meminta

5 Meteran 1 3 3 461 6,5 0%

Nyalakan

Meminta

6 Debit 5 5 470 10,6 0%

Perjam

Meminta

7 Debit 5 5 471 10,6 0%

Perhari

Meminta

8 Debit 5 5 425 11,8 0% 200

Perbulan

Meminta

9 Meteran 1 3 3 428 7,0 0%

Dimatikan

Meminta

10 Meteran 1 3 3 415 7,2 0%

Nyalakan

11 Meminta 5 5 455 11,0 0% 300

Debit

Perjam
Meminta

12 Debit 5 5 462 10,8 0%

Perhari

Meminta

13 Debit 5 5 428 11,7 0%

Perbulan

Meminta

14 Meteran 1 3 3 403 7,4 0%

Dimatikan

Meminta

15 Meteran 1 3 3 423 7,1 0%

Nyalakan

Tabel 4.15 merupakan tabel delay, trougput, dan packet loss dari hasil

pengukuran dengan bandwidth 500 kHz kode perintah yang dikirimkan dari serial

monitor ke meteran air dgital dengan tiga jenis jarak yaitu 100 meter, 200 meter

dan 300 meter. Berikut pada Tabel 4.16 meupakan delay, trougput, dan packet

loss dari hasil respon meteran air digital ke stasiu monitoring.


Tabel 4.16 Delay, Trougput, dan Packet loss dari Respon Meteran Dari Hasil
Pengukuran Pada Bandwidth 500 kHz
Panjang Panjang

Keterangan Data Data


No Delay Througput Packet
Respon Dikirim Diterima Jarak
. (ms) (bps) Loss
Meteran Meteran SM (8)
(1) (5) (6) (7)
(2) (byte) (byte)

(3) (4)

Data Debit
1 79 70 558 141,6 0%
Perjam

Data Debit
2 67 67 513 130,6 0%
Perhari

Data Debit
3 29 29 498 58,2 0% 100
Perbulan

Meteran 1
4 6 6 462 13,0 0%
dimatikan

Meteran 1
5 6 6 492 12,2 0%
dinyalakan

Data Debit 200


6 72 0 - - 0%
Perjam

Data Debit
7 69 0 - - 0%
Perhari

8 Data Debit 30 30 503 59,6 0%


Perbulan

Meteran 1
9 6 0 480 12,5 0%
dimatikan

Meteran 1
10 6 6 478 12,6 0%
dinyalakan

Data Debit
11 141 0 - - 100%
Perjam

Data Debit
12 71 0 - - 100%
Perhari

Data Debit
13 30 0 476 63,0 0% 300
Perbulan

Meteran 1
14 6 0 458 13,1 0%
dimatikan

Meteran 1
15 6 6 469 12,8 0%
dinyalakan

Tabel 4.16 merupakan nilai delay, trougput, dan paket loss dari respon

meteran dari hasil pengukuran pada bandwidth 125 kHz dengan tiga jenis jarak

pengukuran yakni 100 meter, 200 meter dan 300 meter.


B. Pembahasan
Analisis Kualitas Pertukaran Data Pada Jaringan Komunikasi Multipoint

Telemetri Lora SX1262 dengan studi kasus dalam perancangan Smart PDAM

merupakan penelitian yang bertujuan menganalisis kualitas pertukaran data dalam

pengimplementasian smart PDAM menggunakan telemetri LoRa SX1262 sebagai

media komunikasinya. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa pengujian untuk

mengukur kualitas pertukaran data pada jaringan komunikasi multipoint telemetri

LoRa SX1262 yaitu melakukan pengujian dengan tiga nilai bandwith yang

berbeda yaitu 125 kHz, 250 kHz, dan 500 kHz.

Sebelum melakukan pengujian penulis membuat daftar kode perintah

terlebih dahulu. Adapun kode perintah yang digunakan yaitu X;1;1, X;1;2, X;1;3,

X;2, dan X;3 yang memiliki dua jenis panjang data yang berbeda yaitu 5 byte dan

3 byte. Tipe data perintah tersebut yaitu tipe data string. X merupakan kode id

meteran air digital. Dan angka 1 setelah X merupakan kode meminta data meteran

air digital, dan angka setelah angka 1 yaitu ada angka 1, 2, dan 3 merupakan kode

data yang diminta. Angka 1 merupakan kode untuk meminta data debit perjam,

angka 2 untuk meminta data debit perhari, dan angka 3 merupakan kode untuk

meminta data debit perbulan. Adapun kode X;2 yang panjang datanya yaitu 3 byte

digunakan sebagai kode untuk mematikan meteran air digital. Sedangkan kode

X;3 artinya meminta menyalakan meteran air digital.

Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

jarak jangkauan transmisi data dengan nilai bandwidth yang digunakan. Dan hasil

dari pengujian dan analisis didapatkan bahwa terdapat hubungan antara jarak
jangkauan transmisi data dengan bandwidth, karena hasil yang didapatkan bahwa

besarnya nilai bandwidth dapat mengubah jauhnya jarak jangkauan transmisi data

hal tersebut dapat terdapat pada Tabel 4.2. Begitupun dengan panjang data yang

dikirim sangat berpengaruh dengan jangkauan transmisi data pada sistem

komunikasi stasiun monitoring dengan meteran digital. Pada Tabel 4.3.

menampilkan jika jumlah byte atau panjang data yang dikirim sama denga 3 atau

5 byte maka jarak 998,66 meter pada pengiriman data dapat berhasil dengan baik

dengan nilai bandwidth 500 kHz namun jika jumlah byte atau panjang data yang

dikirim sama dengan seratus duapuluh satu maka jarak terjauh yang dapat

diterima oleh stasiun monitoring yaitu 200 meter dengan nilai bandwidth yang

sama yaitu 500 kHz.

Berdasarkan Tabel 2.2 Standarisasi delay versi TIPHON nilai rata-rata

delay pada setiap bandwidth masuk dalam kategori sedang yaitu kisaran 300

sampai 450 milisecond. Adapun nilai rata-rata troughput pada setiap bandwidth

masuk dalam kategori bagus dari tiga jenis jarak yang berbeda. Dan untuk

pengiriman dari stasiun monitoring ke meteran air digital parameter packet loss

masuk dalam kategori degradasi sangat bagus namun jika respon meteran air

digital pada jarak tertentu kategori degradasinya termasuk sangat buruk. Sama

halnya dengan nilai RSSI pada trasmisi data stasiun monitoring meteran air digital

berpengaruh dengan jarak jangkauan. Maka dari itu berdasarkan pada Tabel 2.5

Level Sinyal RSSI nilai rata-rata RSSI pada pengujian ini yaitu baik, namun

terdapat beberapa data yang tidak diterima.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penelitian, dihasilkan sebuah kesimpulan bahwa kualitas

pertukaran data pada jaringan komunikasi multipoint telemetri LoRa SX1262

dianggap baik berdasarkan parameter-parameter QoS yang digunakan.

2. Berdasarkan hasil analisis menggunakan standar analisis QoS, didapatkan

bahwa parameter packet loss kategori degradasi sangat bagus namun jika

respon meteran air digital pada jarak tertentu kategori degradasinya termasuk

sangat buruk, troughput kategori bagus dari tiga jenis jarak yang berbeda,

delay kategori sedang, nilai RSII kategori baik, namun terdapat beberapa data

yang tidak diterima dan nilai bandwidth berperngaruh terhadap jangkauan

transmisi data maka dari itu penulis menyarankan menggunakan nilai

bandwidth 500 kHz.


B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dari Analisis Kualitas Pertukaran Data Pada

Jaringan Komunikasi Multipoint Telemetri Lora SX1262 (Studi Kasus dalam

Perancangan Smart PDAM), terdapat saran yaitu:

1. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan analisis kualitas

pertukaran data pada jaringan komunikasi multipoint telemetri LoRa SX1262

menggunakan antena tambahan.

2. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk malakukan analisis multipath

pada jaringan komunikasi multipoint telemetri LoRa SX1262.

Anda mungkin juga menyukai