Iatrogenic Injuries
Pembimbing :
Dr. dr. Syakri Syahrir, Sp.U, Subsp. TRK(K)
PENDAHULUAN
• Nonoperative
• Operative
Nonoperative
Hampir semua trauma ginjal Observasi ketat, bed rest, serial Perdarahan arteri yang aktif
grade I-IV dan beberapa grade Hb/hematokrit, transfusi dengan hemodinamik stabil
V awalnya ditangani secara jika diperlukan, dan evaluasi dapat dilakukan angiography
konservatif manajemen. CT Scan. dan embolisasi selektif
• Kondisi tidak stabil, operator tidak terbiasa dengan rekonstruksi uretra, atau defek yang
besar NEPHROSTOMY, tunda rekonstruksi
• Semua trauma tembus abdomen dan rupture intraperitoneal buli-buli dilakukan eksplorasi
dan rekonstruksi.
• Trauma tembus dapat segera dilakukan laparatomi eksplorasi tanpa perlu dilakukan CT
cystography terlebih dahulu
Intraoperatif :
1. Pasien posisi supine
2. Insisi midline abdomen
3. Inspeksi organ-organ intraabdomen (pelvic viscera, ureter, usus, pembuluh darah)
4. Buka buli-buli dengan elektrokauter (vertical) inspeksi lumen buli-buli dan benda
asing, evaluasi ureter dan bladder neck.
5. Debridement + sistostomi + repair buli-buli.
6. Irigasi menggunakan normal saline
7. Tutup dinding abdomen lapis demi lapis hingga kulit
Operative Management
URETHRAL INJURIES
Initial Evaluation
• Amputasi penis sangat bergantung pada waktu oleh ahli urologi dan mikrovaskular.
• Keberhasilan fungsi ereksi, sensorik, vaskularisasi, dan fungsi uretra bergantung pada preservasi dari organ yang
diamputasi.
• Bagian yang diamputasi disimpan pada kassa basah (normal saline) kemudian simpan dalam kantung plastic. Kantung ini
dimassukan kedapam kantong berisi es yang mencair. Replantasi dilakukan 16 jam setelah organ tersbut hangat.
SCROTAL AND TESTICULAR INJURY
Initial Evaluation
Trauma pada scrotum dan testis sering terjadi pada laki-laki muda dengan umur
15-40 tahun.
Gambaran klinis yaitu nyeri, edema, ekimosis dan nyeri tekan pada skrotum.
USG dengan frekuensi tinggi merupakan modalitas yang baik untuk evaluasi trauma
skrotum dan testis
Trauma tumpul merupakan trauma yang paling sering dan diakibatkan oleh cedera
atletik (50%), kecelakaan lalu lintas (9% –17%), atau kekerasan.
TRAUMA SCROTUM
TRAUMA TESTIS
Management
TRAUMA SKROTUM
• Tindakan scrotal explorasi dilakukan dengan Insisi vertical pada median raphe.
Evaluasi tunika vaginalis, lalu tunika albuginea.
• Pada rupture tunika albuginea dilakukan debridement pada jaringan nekrotik,
jaringan nonviable diangkat, kemudian ditutup dengan benang monocryl 4/0
• Testis difiksasi pada tunika dartos, lalu skrotum ditutup 2 layer dengan benang
absorbable 4/0 dan ditambahkan drain penrose.
Pada kasus avulsi akibat kecelakaan lalu lintas, dilakukan debridement, lalu dirawat
terbuka dengan dressing lembab kemudian menunggu hingga jaringan bergranulasi.
TRAUMA TESTIS
Kebanyakan trauma testis dapat dijahit primer.
Pada defek yang besar, dilakukan tunika vaginali graft pada parenkim testis yang
terekspos.
Thank You