Anda di halaman 1dari 10

PEMBERDAYAAN USIA PRODUKTIF DALAM MENGHADAPI

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI PROVINSI


BANTEN

Nama : Annisa Kenalda


Nim : 64207379
Kelas : 64.5B.25
Jurusan : Manajemen Sumber Daya Manusia

FAKULTAS MANAJEMEN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA
Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT)
2015 8 Agustus 2015, Bekasi, Indonesia

PEMBERDAYAAN USIA PRODUKTIF DALAM MENGHADAPI


MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI PROVINSI BANTEN
NURHADI
Manajemen Informatika, AMIK BSI Jakarta
Jl. R.S Fatmawati No. 24, Pondok Labu, Jakarta
Selatan Email : nurhadi_bsi@yahoo.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitin ini adalah untuk mengetahui pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai latihan
kerja industri (BBLKI)r dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) d Pprovinsi banten populasi
adalah 30 orang terutama siswa BBLK DISNAKER kota SERANG data penelitian dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan SPSS . Hasil penelitian menunjukan bahwa Berdasarkan
perhitungan diperoleh angka korelasi antara faktor-faktor pemberdayaan usia produktif sebesar 0.563, artinya
ada pengaruh antar outcome balai latihan kerja disnaker cukup kuat dan searah (karena hasilnya positif).
Searah artinya jika pemberdayaan usia produktif juga tinggi. Korelasi kedua variabel bersifat signifikan karena
angka signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Besarnya angka R Square (r 2) sebesar 0.317, angka tersebut dapat
digunakan untuk melihat berdampak siswa balai latihan kerja DISNAKER (koefisien determinan). Angka
tersebut mempunyai maksud bahwa analisis adalah 3,17 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain. Disarankan
agar pemberdayaan usia produktif lebih diprioritaskan karena regenerasi yang handal dan kompetetif
sustainable balai latihan kerja disnaker memprioritaskan keseimbangan yang berkelanjutan antara usia
produktif dan usia non produktif.

Kata kunci: ASEAN comunity, manajemen sumberdaya manusia, trancendental approach, Performanc,
Communicatio, keamanan

PENDAHULUAN internasional, isu hak atas kekayaan intelektual;


multikulturalisme dalam komunitas ASEAN, yang
Tahun 2015 Indonesia telah memasuki era mencakup multikulturalisme dalam industri, produk,
komunitas ASEAN bertujuan menggalang kerja sama pemasaran, dan sumberdaya manusia, kerja sama
antar negara anggota dalam rangka mempercepat komunitas ASEAN dibidang sosial dan budaya,
pertumbuhan ekonomi, mendorong perdamaian dan interaksi sosial budaya dalam dalam komunitas
stabilitas kawasan serta membentuk kerjasama dalam ASEAN, serta peran sosial media dan teknologi
berbagai bidang demi kepentingan bersama. Searah informasi dalam komunitas ASEAN; apakah hal ini
dengan berbagai kemajuan yng telah berhasil dicapai, menjadi peluang ataukah tantagan bagi negara
sebagai organisasi regional ASEAN telah mengalami indonesia pada umumnya terutama dalam bidag
perkembangan dimana terdapat kesepakatan antar politik dan keamanan diera komunitas ASEAN. Dari
negara anggota untuk membentuk suatu kawasan latar belakang tersebut peneliti hanya membatasi: 1.
yang terintegrasi dalam suatu komunitas yang dikenal Apakah dengan pemberdayaan usia produktif mampu
sebagai ASEAN comunity. Peluang dan tantangan mencetak sumberdaya manusia dalam pasar tenaga
sumberdaya manusia indonesia diberbagai sektor kerja ekonomi regional ASEAN pada balai besar
pembangunan dan pasar tenaga kerja dipasar tenaga latihan kerja industri (BBLKI)? 2. Apakah dengan
kerja dipasar ekonomi regional ASEAN, yang juga kesiapan instrumen hukum dan sumberdaya manusia
mencakup pemberdayaan masyarakat Indonesia serta infrakstruktur pemerintah dalam mencapai iklim
dalam menghadapi era eko komunikasi ASEAN, ekonomi, politik dan budaya mampu menghadapi era
peluang dan tantangan ekonomi dan infrakstuktur komunitas ASEAN?.
bisnis indonesia, yang mencakup; peluang dan
Menurut kotler (2000:56) yang dikutip Alma
tantangan di bidang integrasi ekonomi regional;
(2007:286) “Total Qualiti Manajemen adalah suatu
peluang dan tantangan dibidang usaha kecil
cara kerja perusahaan yang berusaha mengadakan
menengah (UKM) dan industri kreatif, serta sistem
perbaikan mutu secara terus menerus terhadap proses,
manajemen informasi, kerangka hukum dan
produk dan servis yang dihasilkan
kebijakan pemerintah indonesia diera komunitas
perusahaan/instansi”. Intinya ialah perbaikan mutu
ASEAN mencakup, kesiapan instrumen hukum dan
terus menerus, yang dalam manajemen jepang
sumberdaya manusia serta infrakstruktur pemerintah
dikenal KAIZEN yang berarti unending improvement,
dalam mencapai iklim ekonomi, politik dan budaya,
yaitu perbaikan secara kontinu, dalam segala kegiatan
kebijakan pemerintah indonesia dalam mencapai dan
perusahaan, sehingga sehingga muncul kualitas yang
memanfaatkan peluang ekonomi, instrumen dan
makin lama, makin baik. Kualitas yang semakin baik
lembaga penyelesaian sengketa pada ketenagakerjaan,
harus dapat dirasakan oleh pelanggan. Perbaikan
bisnis/investasi dan jaminan sosial, isu perdagangan
ISBN 978-602-72850-0-2 2
Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT)
2015 8 Agustus 2015, Bekasi, Indonesia

kualitas ini harus pula dipahami oleh seluruh


personol

ISBN 978-602-72850-0-2 3
Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT)
2015 8 Agustus 2015, Bekasi, Indonesia

perusahaan, agar mereka tampil dengan kinerja yang sebagai”affordable excellence”. Kualitas dalam
prima dan gandrung pada “hight quality” David perspektif ini bersifat relatif, sehingga produk yang
garvin,1988 dalam kutipan (Chang Zeph Yun, memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk
1998:35) mendefinisikan mutu/kualitas jasa adalah : yang paling bernilai.Akan tetapi yang paling bernilai
1. Melampaui batasan yang lajim: maksudnya adalah adalah barang atau jasa yang paling tepat dibeli (best-
mutu tidak dapat didefinisikan, dan hanya dikenali buy).
bila kita melihatnya. 2. Basis-produk: mutu Menurut parasuraman, zeithaml dan berry
berdasarkan ada atau tidak adanya sifat produk yang dalam buku Kotler (2000:439) mengungkapkan
khusus. 3. Basis-manufaktur: mutu dalam manufaktur formulasi model kualitas jasa, diperlukan dalam
yang menyesuaikan suatu produk atau jasa dengan layanan jasa, dalam model ini dijelaskan ada lima gap
sejumlah persyaratan yang telah ditetapkan yang dapat menimbulkan kegagalan penjualan jasa: 1.
sebelumnya. 4. Basis-pemakaian: mutu ditentukan kesenjagan harapan konsumen dengan persepsi
semata-mata oleh kemampuan produk untuk manajemen, 2. kesenjangan persepsi manajemen
memuaskan persyaratan, harapan atau keinginan denga kuaitas jasa, 3. kesenjangan kualitas jasa
pelanggan. 5. Basis-nilai produk/jasa dengan dengan penyampaian jasa, 4. kesenjangan
karakteristik tertentu harus ditawarkan dengan harga penyampaian jasa dengan komunikasi eksternal, 5.
yang dapat diterima untuk mutu yang didefinisikan. kesenjangan jasa yang dialami dengan jasa yang
Garvin (Lovelock,1994) dalam kutipan diharapkan.
Tjiptono (2006:51), Kualitas jasa dapat diartikan Kualitas total suatu jasa terdiri atas tiga
beraneka ragam perspektif tersebut meliputi: 1. komponen utama (Gronroos dalam Hutt dan Speh,
Trancendental approach kualitas dipandang sebagai 1992) dalam kutipan Tjiptono (2006:60) yaitu: 1.
innate excellence, kualitas dapat dirasakan diketahui, Technical quality, yaitu komponen yang berkaitan
tetapi sulit didefinisikan dan diopersionalisasikan. dengan kualitas output (keluaran) jasa yang diterima
Fungsi perencanaan, produksi, dan pelayanan suatu pelanggan. Menurut parasuraman, et al (dalam
perusahaan sulit sekali menggunakan definisi seperti Bonjanic, 1991), technical quality dapat diperinci lagi
ini sebagai dasar manajemen kualitas. 2. Product- menjadi: a. search quality, kaulitas yang dapat
based approach menganggap bahwa kualitas dievaluasi pelanggan sebelum membeli. b.
merupakan karakteristik atau atribut yang dapat Experience quality kualitas yang hanya bisa
dikuantitatifkan dan dapat diukur. Perbedaan dalam dievaluasi pelanggan setelah membeli atau
kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah mengkonsumsi jasa. c. Credence quality kualitas
beberapa unsur atau atribut yang dimiliki yang sukar dievaluasi pelaggan meskipun telah
produk.Karena pandangan ini sangat objektif, maka mengkonsumsi suatu jasa angterdiri dari: 1.
tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera, Functional quality komponen yang berkaitan dengan
kebutuhan, dan preferensi individual. 3. User–based kualitas cara penyampaian suatu jasa dan 2.
approach ini didasarkan pada pemikiran bahwa Corporate image profil, reputasi, citra umum, dan
kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, daya tarik khususnya suatu perushaan.
sehingga produk yang paling memuaskan preferensi Menurut Garvin (dalam Lovelock,1994;
seseorang (misalnya perceived quality) merupakan Peppard dan Rowland,1995 yang dikutip oleh Fandi
produk yang berkualitas paling tinggi.Perspektif yang Tjiptono dimensi kualitas jasa sebagai kerangka
subjektif dan demand-oriented ini juga menyatakan perencanaan strategis dan analisis tersebut adalah: 1.
bahwa pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan Performance kinerja karakteristik operasi pokok dari
dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas produk inti, 2. Features ciri-ciri keistimewaan
bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan tambahan yaitu karakteristik sekunder atau
maksimum yang dirasakannya. 4. Manufacturing- pelengkap. 3. realibility kehandalan kemungkinan
based approach, Perspektif ini bersifat supply-based kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai.
dan terutama memperhatikan praktik-praktik 3. Comformance to specifications kesesuaian dengan
perekayasaan dan pemanufakturan,serta spesifikasi sejauh mana karakteristik desain dan
mendifinisika kualitas sebagai kesesuaian/ sama operasi memenuhi standar-standar yag telah
dengan persyaratan (conformance to requirements). ditatapkan sebelumnya. 4. Durability daya tahan
Dalam sektor jasa, dapat dikatakan bahwa kualitasnya berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat
bersifat operation-driven.Pendekatan ini berfokus digunakan. 5. Serviceability, meliputi kecepatan,
pada penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, serta
secara internal, yang seringkali didorong oleh tujuan penanganan keluhan yang memuaskan. 6. Estetika,
peningkatan produktifitas dan penekanan biaya. Jadi daya tarik produk terhadap panca indra dan 7.
yang menentukan kualitas adalah standar-standar Perceived quality kualitas yang dipersepsikan citra
yang ditetapkan perusahaan, bukan konsumen yang dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan
menggunakannya. 5. Value-based approach, terhadapnya.
pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai Parasuraman, Zeithmahl dan Berry
harga.Dengan mempertimbangkan trade-off antara melakukan penelitian terhadap beberapa jenis jasa
kinerja dan harga,kulitas didefinisikan dan berhasil mengidentifikasikan sepuluh faktor
ISBN 978-602-72850-0-2 4
Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT)
2015 8 Agustus 2015, Bekasi, Indonesia

utama yang menentukan kualitas jasa tersebut produk yang khusus. 3. Basis-manufaktur: mutu
meliputi dalam kutipan FandiTjiptono (2006:69). 1.
Reability mencakup dua hal pokok yaitu konsistensi
kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya
(dependability). 2.
Responsiveness
kemampuan/kesiapan para karyawan untuk
memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan. 3.
Competence setiap orang dalam suatu perusahaan
memiliki keterampilan dan pengetahuan yang
dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu. 4.
Access, meliputi kemudahan untuk dihubungi dan
ditemui. Hal ini berarti lokasi fasilitas jasa yang
mudah dijangkau,waktu menunggu yang tidak terlalu
lama,saluran komunikasi perusahaan mudah
dihubungi, dan lain-lain. 5. Courtesy, meliputi sikap
sopan santun,respek,perhatian, dan keramahan yang
dimiliki para contact personel ( seperti resepsionis,
operator telepon,dan lain-lain). 6. Communication,
memberikan informasi kepada pelanggan dalam
bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu
mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. 7.
Credibility,sifat jujur dan dapat dipercaya.
Kredibilitas mencakup nama perusahaan,reputasi
perusahaan, karakteristik pribadi contact personel,
dan interaksi dengan pelanggan. 8. Security,aman dari
bahaya, risiko, atau keragu-raguan. Aspek ini
meliputi keamanan secara Fisik (physical safety),
keamanan finansial (financial security), dan
kerahasiaan( confidentiality). 9.
Understanding/knowing the customer yaitu usaha
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. 10. Tangibles
yaitu bentuk fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas
fisik,peralatan yang dipergunakan, representasi fisik
dari jasa.
Menutut kotler (2000:440) dalam kutipan
Alma (2007:284) mengungkapkan ada lima faktor
dominan penentu kualitas jasa disingkat TERRA
yaitu: 1. Tangible (berwujud) berupa penampilan
fasilitas fisik, peralatan dan berbagai materi
komunikasi yang baik, menarik, terawat lancar. 2.
Empathy yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha
untuk lebih peduli memberikan perhatian secara
pribadi kepada pelanggan. 3. Responsiveness (cepat
tanggap) yaitu kemauan dari karyawan dan
pengusaha untuk membantu pelanggan dan memberi
jasa dengan cepat serta mendengar dan mengatasi
keluhan/complaint dari konsumen. 4. Reability
(keandalan) yaitu kemampuan untuk memberikan
jasa sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya dan
akurat dan konsisten. 5. Assurance (kepastian) yaitu
berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan
keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah
dikemukakan kepada konsumen.
David Garvin, 1988 dalam kutipan (Chang
Zeph Yun, 1998:35) mendefinisikan mutu/kualitas
jasa adalah: 1. melampaui batasan yang lajim:
maksudnya adalah mutu tidak dapat didefinisikan,
dan hanya dikenali bila kita melihatnya. 2. Basis-
produk: mutu berdasarkan ada atau tidak adanya sifat
ISBN 978-602-72850-0-2 5
Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT)
2015 8 Agustus 2015, Bekasi, Indonesia

dalam manufaktur yang menyesuaikan suatu produk


atau jasa dengan sejumlah persyaratan yang telah
ditetapkan sebelumnya. 4. Basis-pemakaian: mutu
ditentukan semata-mata oleh kemampuan produk
untuk memuaskan persyaratan, harapan atau
keinginan pelanggan. 5. Basis-nilai produk/jasa
dengan karakteristik tertentu harus ditawarkan
dengan harga yang dapat diterima untuk mutu yang
didefinisikan.
Menurut Zeithaml et al, (1990) dalam
kutipan (Chang Zeph Yun, 1998:35) mutu pelayanan
didefinisikan sebagai ketidakcocokan antara harapan
dan persepsi pelanggan. Sepuluh dimensi mutu
pelayanan adalah: 1. Tak nyata: penampilan fasilitas
fisik, peralatan, tenaga kerja, dan materi
komunikasi.
2. Daya uji: kemampuan menunjukansebagai jasa
yang dapat diandalkan dan akurat seperti
dijanjikan.
3. Daya tanggap: kemampuan membantu pelanggan
dan menyediakan layanan dengan segera. 4.
Keterampilan: memiliki keahlian dan pengetahuan
yang dibutuhkan utuk memberikan pelayanan
dengan maksud. 5. Keramahan: sopan santun,
penghargaan, perhatian, dan persahabatan dari orang
yang menghubunginya. 6. Kredibilitas : ketulusan
kepercayaan, kejujuran dari pemberi layanan. 7.
Keamanan : kebebasan dari bahaya, risiko, atau
keragu-raguan. 8. Akses : kemudahan untuk
didedikasi dan dihubungi. 9. Komunikasi :
memberikan pengetahuan yang dapat dipahami oleh
pelanggan dan mendengarkan mereka. 10.
Pengertian
: berusaha mengenal pelanggan dan kebutuhan.
Berdasarkan konsep keterkaitan antara
variabel-variabel dalam penelitian ini maka bentuk
kerangka berpikir atau kerangka penelitian dapat
disusun seperti:

Variabel yang digunakan meliputi: variabel


menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA)
(Y) pemberdayaan usia produktif (X1),pendidikan
siswa balai latihan kerja industri (X2). Guna
memperoleh data-data yang diperlukan digunakan
metode kuesioner yang diberikan kepada responden
sesuai dengan sampel.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai
besar latihan kerja industri (BBLKI) DISNAKER
dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN

ISBN 978-602-72850-0-2 6
Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT)
2015 8 Agustus 2015, Bekasi, Indonesia

(MEA) diprovinsi Banten yang bertempat di Jl setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR), tidak setuju
pandeglang Sumur pecung, Kec. Serang, Kota (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Pemberian skor
Serang, Banten. Bentuk penelitian adalah kuantitatif dari pernyataan yang diberikan adalah 5, 4, 3, 2, dan
deskriptif dengan jenis penelitian survey, dan desain 1.
korelasional kausalitas. Populasi dalam penelitian ini
adalah 10 pertanyaan dan jumlah sampel sebesar 30 HASIL DAN PEMBAHASAN
responden. Metode pengambilan sampel yang Analisis yang diperoleh sebagai berikut:
digunakan adalah metode sampling jenuh atau sensus. Berdasarkan Analisis perhitungan diperoleh
Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu: 1. angka korelasi antara Pemberdayaan usia produktif
Kuesioner : Teknik pengumpulan data yang terhadap siswa balai besar latihan kerja industri
diperlukan dengan cara mengajukan daftar pernyataan (BBLKI) DISNAKER dalam menghadapi masyarakat
yang langsung diberikan kepada responden, 2. ekonomi ASEAN (MEA) diprovinsi Banten sebesar
Wawancara (Interview); Pengumpulan data dengan 0.563 korelasi sebesar 0.563 artinya ada pengaruh
cara mengadakan tanya jawab langsung berdasarkan Pemberdayaan usia produktif secara simultan balai
pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan guna besar latihan kerja industri (BBLKI) cukup kuat dan
memperoleh informasi yang lengkap. searah (karena hasilnya positif), searah artinya jika
Skor yang diperoleh setelah mengisi kuesioner yang Pemberdayaan usia produktif terhadap siswa tinggi
digunakan dengan skala Likert. Instrumen dari maka mampu menghadapi masyarakat ekonomi
variabel ini disusun berdasarkan kisi-kisi dan ASEAN (MEA). Korelasi kedua variabel bersifat
menetapkan 10 butir pernyataan, dimana setiap butir signifikan karena angka signifikan sebesar 0,000 <
mempunyai lima alternatif jawaban yaitu : sangat 0,05.

Tabel 1.

Besarnya angka R Square (r2) sebesar 0.317


Pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai
angka tersebut dapat digunakan untuk melihat analisis
besar latihan kerja industri (BBLKI) DISNAKER
Pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai
dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN
besar latihan kerja industri (BBLKI) DISNAKER
(MEA) diprovinsi Banten adalah 3,17 % dan sisanya
dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN
dipengaruhi variabel lain sebesar 96,83%.
(MEA) diprovinsi Banten (koefisien determinan).
Angka tersebut mempunyai maksud bahwa analisis

Tabel 2.
Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) 33,840 7,631 4,434 ,000
sumberdaya
,445 ,475 ,164 ,937 ,357
manusia
kinerja kerja
1,261 ,465 ,474 2,713 ,011
produktif
a Dependent Variable: balai besar latihan kerja

Dari tabel koefisien dapat dikatakan: persamaan besar latihan kerja industri maka tidak mampu
Regresi Y = 33,840+0.445 + 1,261 + e menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA)
a. = 33,840 artinya jika tidak ada analisis b1 = 0.445 artinya jika motivasi siswa ditingkatkan
pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai
ISBN 978-602-72850-0-2 7
Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT)
2015 8 Agustus 2015, Bekasi, Indonesia

sebesar satu kesatuan , dengan asumsi usia produktif

ISBN 978-602-72850-0-2 8
Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT)
2015 8 Agustus 2015, Bekasi, Indonesia

konstan, maka mampu menghadapi masyarakat siswa balai besar latihan kerja industri maka mampu
ekonomi ASEAN (MEA) bertambah. menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN
b2 = 1,261 jika Pemberdayaan usia produktif bertambah.
ditingkatkan sebesar satu kesatuan, dengan asumsi

Tabel 3.
ANOVA(b)

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 272,386 2 136,193 6,252 ,006(a)
Residual 588,177 27 21,784
Total 860,563 29
a Predictors: (Constant), kinerja kerja produktif, sumberdaya manusia
b Dependent Variable: balai besar latihan kerja
Rekomendasi untuk penelitian ini adalah: 1.
Hasil uji hipotesis diperoleh F hitung = 6,252 , Pemerintah baiknya mempersiapkan untuk
dibandingkan dengan F tabel yang menggunakan menyiapkan sumberdaya manusia indonesia
taraf kesalahan 5% diperoleh nilai F tabel = 3,61 jadi diberbagai sektor pembangunan dan pasar tenaga
F hitung > F tabel (6,252 > 3,61), maka Ho ditolak kerja ekonomi regional ASEAN, 2. Memprioritaskan
dan Ha diterima, artinya ada pengaruh antara pemberdayaan masyarakat indonesia dalam
Pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai menghadapi era eko komunikasi ASEAN, 3. peluang
besar latihan kerja industri (BBLKI) DISNAKER dan tantangan di bidang integrasi ekonomi regional;
dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN peluang dan tantangan dibidang usaha kecil
(MEA) diprovinsi Banten menengah (UKM) dan industri kreatif, serta sistem
manajemen informasi, kerangka hukum dan
KESIMPULAN kebijakan pemerintah indonesia diera komunitas
ASEAN mencakup, kesiapan instrumen hukum dan
Tahun 2015 indonesia telah memasuki era sumberdaya manusia serta infrakstruktur pemerintah
komunitas ASEAN bertujuan menggalang kerja sama dalam mencapai iklim ekonomi, politik dan budaya,
antar negara anggota dalam rangka mempercepat kebijakan pemerintah indonesia dalam mencapai dan
pertumbuhan ekonomi, mendorong perdamaian dan memanfaatkan peluang ekonomi, instrumen dan
stabilitas kawasan serta membentuk kerjasama dalam lembaga penyelesaian sengketa pada ketenagakerjaan,
berbagai bidang demi kepentingan bersama. bisnis/investasi dan jaminan sosial, isu perdagangan
Berdasarkan Analisis perhitungan diperoleh angka internasional, isu hak atas kekayaan intelektual.
korelasi antara Pemberdayaan usia produktif terhadap
siswa balai besar latihan kerja industri (BBLKI) DAFTAR PUSTAKA
DISNAKER dalam menghadapi masyarakat ekonomi
ASEAN (MEA) diprovinsi Banten sebesar 0.563 Alma, Buchori. (2007) Manajemen Pemasaran dan
korelasi sebesar 0.563 artinya ada pengaruh Pemasaran Jasa. Bandung: Alfa Beta.
Pemberdayaan usia produktif secara simultan balai Chang zeph yun The Quest for global quality kualitas
besar latihan kerja industri (BBLKI) cukup kuat dan global Adisson wesley
searah (karena hasilnya positif), searah artinya jika Kirom, Bahrul. (2010) Mengukur Kinerja Pelayanan
Pemberdayaan usia produktif terhadap siswa tinggi dan Kepuasan Konsumen Pustaka
maka mampu menghadapi masyarakat ekonomi Rekacipta.
ASEAN (MEA). Korelasi kedua variabel bersifat Rangkuti, Freddy. (2002) Measuring Customer
signifikan karena angka signifikan sebesar 0,000 < Satisfaction Teknik: Mengukur dan
0,05. Besarnya angka R Square (r2) sebesar 0.317 Strategi Meningkatkan Kepuasan
angka tersebut dapat digunakan untuk melihat analisis Pelanggan. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai Silalahi, Bennet. (2000). Manajemen Sumberdaya
besar latihan kerja industri (BBLKI) DISNAKER Manusia STIM LPMI Jakarta.
dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN Tjiptono, Fandy. Manajemen jasa Andi Jogjakarta
(MEA) diprovinsi Banten (koefisien determinan). Hermawan, Asep. (2003). “Pedoman Praktis
Angka tersebut mempunyai maksud bahwa analisis Metodologi Penelitian Bisnis”. Jakarta :
Pemberdayaan usia produktif terhadap siswa balai Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
besar latihan kerja industri (BBLKI) DISNAKER Universitas Jakarta.
dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN Ardana, I Komang (2011) Manajmen Sumberdaya
(MEA) diprovinsi Banten adalah 3,17 % dan sisanya Manusia, Jogjakarta: Graha Ilmu
dipengaruhi variabel lain.
ISBN 978-602-72850-0-2 9
Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT)
2015 8 Agustus 2015, Bekasi, Indonesia

Hasan, Iqbal (2003). Statistik Inferensi. Jakarta: Bumi Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, 2008.
Aksara. Marketing Management, twelfth Edition,
Fahmi, Irham (2010). Manajemen Kinerja Teori dan New Jersey : Pearson Education, Inc.
Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Malayu SP Hasibuan (2005) organisasi dan motivasi
Jasfar, Farida. (2002). Manajemen Jasa : Pendekatan dasar peningkatan produktivitas Bumi
Terpadu. Jakarta : Lembaga Penerbit aksara
Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. http://semnas.fisip.ut.ac.id 2015 peluang dan
Manurung, Jonni J. (2005) Ekonometrika Teori dan tantangan indonesia
Aplikasi Elekmedia komputindo Jakarta. dalam komunitas
ASEAN 2015

ISBN 978-602-72850-0-2 1
0

Anda mungkin juga menyukai