Oleh :
DINTAN TARAMITA
NIT.17.4.02.078
NIT : 17.4.02.078
Menyetujui:
Dosen Pembimbing
qr,
Endano Trorrulan S.Pi.Mp
Tanggal :...............
Mengetahui :
ffi,"ffi
w
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan
Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) III ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat arahan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr. Muhammad Heri Riyadi Alaudin, S.Pi M.Si. selaku Direktur Politeknik Kelautan
2. Sri Rumiyati, S.Pi, MP selaku Ketua Program Studi Teknik Pengolahan Produk
Perikanan.
4. PT. Bumi Menara Internusa Lamongan yang telah memberikan izin serta
menyediakan sarana prasarana dalam pelaksaana Praktek Kerja lapang (PKL) III.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan laporanl ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................viii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan.......................................................................................2
1.2.1 Maksud...................................................................................................2
1.2.2 Tujuan......................................................................................................2
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat.........................................................................................52
3.2 Metode Pelaksanaan.................................................................................... 52
3.3 Sumber Data....................................................................................................53
3.4 Jenis Data.........................................................................................................54
3.5 Teknik Pengumpulan Data..........................................................................55
3.6 Teknik Pengolahan Data..............................................................................57
iv
4.2.3 Prasarana ........................................................................... 74
4.2.4 Desain dan Tata Letak Pabrik ............................................. 78
4.3 Ketenagakerjaan ......................................................................... 79
4.3.1 Jumlah Tenaga Kerja .......................................................... 79
4.3.2 Pengaturan Jam Kerja ........................................................ 80
4.4.3 Kesejahteraan Tenaga Kerja ............................................... 81
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Komposisi Kimia Daging Udang ......................................................... …...…...5
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Morfologi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ................…...……4
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
viii
RINGKASAN
DINTAN TARAMITA. NIT.17.4.02.078. Proses Pembekuan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
Bentuk Head Less di PT. Bumi Menara Internusa Lamongan - Jawa timur. Di bawah bimbingan Ibu
Endang Trowulan S,Pi. MP selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan.
Udang merupakan komoditas unggulan ekspor perikanan nasional, selama lima tahun terakhir
(2013-2017). Komoditas udang memiliki banyak permintaan berupa udang segar baik di indonesia
maupun diluar negeri. Oleh karena itu, udang dibekukan untuk memenuhi pemintaan udang segar.
Mengingat pentingnya pembekuan udang sehingga sangat dibutuhkan untuk mengikuti Praktek
Kerja Lapang III ini untuk mengetahui dan mempelajari tentang Proses Pembekuan Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei) Bentuk Head Less di PT. Bumi Menara Internusa Lamongan Jawa Timur.
Praktek Kerja Lapang III ini telah dilaksanakan mulai tanggal 17Juni – 12 Juli 2019. Adapun
tempat pelaksanaan PKL III yaitu di PT. Bumi Menara Internusa Lamongan - Jawa Timur. Metode yang
digunakan dalam Praktek Kerja Lapang III ini adalah metode survei dengan pola magang. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan partisipasi. Teknik pengolahan
data yang dilakukan adalah metode deskriptif.
Proses pembekuan udang vannamei bentuk head less yaitu :
1.Penerimaan bahan baku : Bahan baku berasal dari tambak dan supplier yang terdaftar dengan PT.BMI
2. Pecucian I : Untuk menghilangkan mikroorganisme pada udang pada mesin washing tank.
3. Penerimaan Luar : untuk memastikan berat, jenis, dan size udang sesuai dengan surat jalan supplier.
4. Penerimaan Dalam : Penegcekan mutu udang oleh QC.
5. Pemotongan kepala : Untuk menghilangkan sumber kontaminan pada kepala pada udang.
6. Pencucian II : Untuk menghilangkan kotoran sisa dari pemotongan kepala.
7. Work Center Sizing : Untuk memisahkan udang berdasarkan size menggunakan mesin grader
8. Gunting dan Pengambilan Usus : Untuk mengambil usus pada bagian punggung udang
menggunakan gunting.
9. Perendaman : Bertujuan untuk meningkatkan rasa dan tekstur pada udang.
10. Pembekuan I : Pembekuan secara IQF untuk untuk mempertahankan kualitas udang.
11. Glazing : Untuk mencegah dehidrasi produk selama proses penyimpanan pada cold storage.
12. Pembekuan II : menggunakan Tunnel Hardening bertujuan untuk kembali membekukan udang
setelah dilakukan glazing.
13. Pengemasan dalam Polybag : Untuk melindungi produk dari dehidrasi saat penyimpanan.
14. Metal Detecting : bertujuan untuk mencegah kontaminasi bahan logam pada produk.
15. Pengemasan Master Carton : Sebagai kemasan primer dan melindungi produk dari lingkungan
sekitar.
16. Penyimpanan : Hasil pengemasan udang beku kemudian disimpan dalam ruang penyimpanan
produk beku yaitu coldstorage dengan suhu -260C.
Penerapan sanitasi dan hygiene meliputi : Kemananan air dan es, Kondisi permukaan yang
kontak dengan produk, Pencegahan kontaminasi silang, Perlindungan bahan kimia, pembersih dan
sanitizer, Menjaga fasilitas cuci tangan, sanitasi dan toilet, Syarat Label dan penyimpanan, Kesehatan
karyawan, Pengendalian pest.
Dapat disimpulkan bahwa pembekuan udang bentuk Head Less di PT.Bumi Menara Internusa
telah memiliki tahapan Tahapan proses yaitu, Penerimaan bahan baku, pencucian 1, Penerimaan Luar,
Penerimaan Dalam, Pemotongan Kepala, Pencucian 2, Work Center Sizing (WCS), Gunting dan
Pengambilan Usus, Perendaman, Pembekuan I, Glazing, Pembekuan II, Pengemasan dengan Polybag,
Pendeteksi logam, Pengepakan dengan Master Carton (MC), Peyimpanan. Penerapan sanitasi dan
Hygiene menerapkan 8 kunci SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure)
Penerapan Sanitasi dan hygien dilakukan dengan baik oleh PT. Bumi Menara Internusa
Lamongan. Penerapan ini hendaknya dapat dipertahankan sehingga produk akhir yang dihasilkan
memiliki jaminan mutu keamanan pangan untuk pembekuan udang vannamei bentuk Head Less yang
lebih baik sesuai dengan standar mutu. Sebaiknya karyawan yang belum menerapkan sanitasi dan
hygiene perusahaan dengan baik diberikan tegur dan dilakukan pelatihan terhadap karyawan, sehingga
karyawan paham pentingnya keamanan pangan dan meminimalisir terjadinya kesalahan pada saat
proses produksi.
cg
1
I. PENDAHULUAN
lima tahun terakhir (2013-2017). Salah satunya bentuk Head Less merupakan salah
satu produk udang beku yang dibekukan dalam keadaan utuh yang dipotong
jual yang cukup baik. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa nilai jual tumbuh
(KKP), volume ekspor udang hingga akhir tahun 2018 ini diyakini mampu mencapai
180 ribu ton naik dari 147 ribu ton pada tahun 2017. Sedangkan nilai ekspor naik
dari USD 1,42 milyar menjadi USD 1,80 milyar (Dirjen Perikanan Budidaya, 2018).
indonesia maupun diluar negeri. Oleh karena itu, udang dibekukan untuk memenuhi
pemintaan udang segar. Pembekuan adalah suatu cara pengawetan bahan pangan
dengan cara membekukan bahan pada suhu titik beku pangan tersebut. Proses
dibekukan, selain itu proses pembekuan terutama pada produk hasil perikanan yaitu
udang sangat penting untuk menghindari kerusakan pada produk. Udang vannamei
dalam dunia perikanan Indonesia karena memiliki nilai jual yang tinggi di pasaran
mengikuti Praktek Kerja Lapang III ini untuk mengetahui dan mempelajari tentang
1.2.1. Maksud
Maksud dari pelaksananaan Praktek Kerja Lapang (PKL) III ini adalah untuk
vannamei (Litopenaeus vannamei) bentuk head less (HL) di PT. Bumi Menara
1.2.2. Tujuan
Adapun tujuan dari Praktek Kerja Lapang (PKL) III di PT. Bumi Menara Internusa
termasuk ke dalam family penaidae. Tubuh udang vannamei dibentuk oleh dua
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Penaidae
Genus : Litopenaeus
Morfologi tubuh udang vannamei menurut (Haliman dan Adijaya, 2005) terdiri dari :
a. Kepala (thorax)
Kepala Udang (thorax) terdiri dari antenula, antena, mandibula dan 3 pasang
maxillae. Kepala Udang Vannamei juga dilengkapi dengan 1 pasang maxilliped dan
5 pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Maxilliped sudah
mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk 5 makan. Endopodite kaki
berbentuk capit (kaki ke-4 dan ke-5). Diantara coxa dan dactylus, terdapat ruang
yang berturut-turut disebut basis, ischium, merus, carpus dan cropus. Pada bagian
ischium terdapat duri yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi beberapa spesies
Perut (abdomen) Udang terdiri atas 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5
pasang kaki renang dan sepasang uropoda (mirip ekor) yang membentuk kipas
senyawa aktif seperti asam lemak (omega-3 dan omega-6) pada udang dan ikan
bermanfaat untuk perkembangan otak anak, untuk bayi dan ibu hamil. Senyawa aktif
merupakan zat yang memiliki daya atau kemampuan untuk mencegah terjadinya
berbagai kondisi buruk tubuh saat metabolisme atau mencegah masalah kesehatan
protein karena memiliki kadar asam amino yang tinggi, berprofil lengkap dan sekitar
85-95 persennya mudah dicerna tubuh. Udang mentah seberat 100 gr mengandung
20,3 gr protein atau cukup untuk memenuhi kebutuhan protein harian sebanyak
41%. Profil asam amino udang (per 100 gr) berturut-turut yang termasuk tinggi
6
adalah glutamic acid (3465 mg), aspartat acid (2100 mg), arginine (1775), lysine
(1768 mg), leucine (1612 mg), glycine (1225 mg), isoleucine (985 mg), dan valine
(956 mg) hal ini berarti udang sangat cocok untuk dikonsumsi bagi mereka yang
(71 – 79,6%) terdiri dari air, protein (18 – 22%), lemak (23%) dan sebagian kecilnya
unsur mineral.
Udang juga mengandung TMAO (Trimetil Amin Oksida) yang cukup tinggi.
TMAO yang tinggi ini memberikan rasa yang khas terhadap daging udang. Daging
mempunyai rasa manis. Kandungan sulfur yang cukup tinggi pada udang juga
direbus.
2.2 Pembekuan
pembekuan menggunakan suhu yang lebih rendah, yaitu jauh di bawah titik beku.
Sehingga, hampir seluruh kandungan air pada produk menjadi es. Tetapi, pada
sebelum dibekukan. Proses penurunan suhu pada saat pembekuan ialah tahap
7
pertama suhu menurun dengan cepat sampai 00C yaitu titik beku air, tahap kedua
suhu turun perlahan – lahan untuk merubah air menjadi kristal es. Keadaan beku
menjadi lebih besar dibandingkan produk yang hanya didinginkan (Zailanie, 2015).
bagian luar dan berakhir di bagian tengah produk. Produk mulai membeku pada
suhu -0,60C sampai -20C, rata-rata pada suhu -10C air bebas (free water) membeku
menurunkan suhu ikan sampai jauh dibawah titik bekunya sehingga sebagian besar
dihentikan. Suhu dimana cairan itu membeku seluruhnya terletak antara -55 0C dan
-650C. Pada umumnya pembekuan sampai -120C dianggap telah cukup, tergantung
suhu di bawah -100C dapat menghentikan proses pembusukan yang dilakukan oleh
bakteri. Waktu yang diperlukan untuk menurunkan suhu pusat dari suhu awal produk
Afrianti (2008) menambahkan, titik beku suatu cairan adalah suhu dimana
cairan tersebut dalam keadaan seimbang dengan bentuk padatannya. Suatu larutan
dengan tekanan uap yang lebih rendah dari zat pelarut murni tidak akan seimbang
dengan zat pelarut padat pada titik beku normalnya. Sistem tersebut harus
didinginkan sampai suhu dimana larutan dan zat pelarut yang padat mempunyai
8
tekanan uap yang sama. Titik beku suatu larutan harus lebih rendah daripada larutan
murni.
Hal ini sependapat dengan Zailanie (2015), bahwa proses penurunan suhu
pada saat pembekuan ialah tahap pertama suhu menurun dengan cepat sampai 0°C
yaitu titik beku air, tahap kedua suhu turun perlahan-lahan untuk merubah air
menjadi kristal es sampai -12°C. Tahap ini sering disebut periode “thermal arrest”
yaitu waktu yang diperlukan untuk melintasi daerah kritis (critical zone). Tahap ketiga
suhu kembali turun dengan cepat ketika kira-kira 55% air telah menjadi es. Pada
tahap ini sebagian besar atau hampir seluruh air membeku. Kurva Data Waktu dan
pengecualian air murni, selalu di bawah 0 º C . Pada titik S air tetap cairan,
meskipun suhu berada di bawah titik beku. Fenomena ini dikenal sebagai
menjelaskan bahwa ini adalah keadaan menstabilkan cairan, cairan dapat terus
berada dalam keadaan ini untuk waktu yang sangat lama, sebelum pembentukan
• S-B: Suhu naik dengan cepat ke titik beku sebagai kristal es mulai membentuk
• B-C: Panas akan dihapus dari makanan pada tingkat yang sama seperti
sebelumnya, tetapi panas laten dihapus sebagai bentuk es dan suhu karena itu
tetap hampir konstan. Titik beku secara bertahap tertekan oleh peningkatan zat
• C-D: Salah satu zat terlarut menjadi jenuh dan mengkristal. Panas laten
kristalisasi dilepaskan dan suhu naik ke suhu eutektik untuk yang zat terlarut.
tersebut melampui zona pembekuan kristal maksimum (32oC sampai 25oF) dalam
waktu 30 menit atau kurang. Prinsip dasar dari semua pembekuan cepat adalah
cepatnya pengambilan panas dari bahan pangan secara cepat. Metode ini meliputi
pembekuan dalam hembusan cepat udara dingin, dengan imersi langsung bahan
(Zailanie, 2015).
10
a. Pembekuan Lambat
arrest time (suhu turun perlahan untuk merubah air menjadi kristal es) lebih dari dua
dapat merusak dinding sel dan menyebabkan hilangnya cairan yang cukup banyak
kualitas produk. Akan tetapi, perbedaan dalam kualitas tidak dipengaruhi oleh
perbedaan dalam bentuk kristal es. Penurunan kualitas selama pembekuan lebih
dapat merusak dinding sel dan menyebabkan hilangnya banyak cairan saat
besar air dalam otot ikan berbentuk gel dan terikat pada protein sehingga hanya
berkisar -23 oC sampai -34 oC. Saat proses pembekuan lambat berlangsung untuk
mencegah pengeringan pada ikan dilakukan pembasuhan dengan air hingga ikan
terlapisi es.
pembekuan yaitu :
1) Sharp Freezing, yaitu produk yang dibekukan diletakkan diatas lilitan pipa
evaporator, pembekuan ini berlangsung lambat dan teknik ini tidak dianjurkan
kecuali untuk produk yang dikemas dalam wadah kecil. Suhu maksimal pada
2) Air Blast Freezing, yaitu produk yang dibekukan diletakkan dalam ruangan
tertutup dan udara dingin ditiupkan di dalamnya dengan blower yang kuat. Proses
ini berlangsung cepat. Suhu yang digunakan pada metode ini adalah -30 0C
sampai -400C dengan laju aliran 1,5 – 6 m/detik. Alat ini dilengkapi dengan rak-
rak untuk meletakkan bahan yang akan dibekukan dan diletakkan dalam troli atau
tersebut baik secara vertical maupun horizontal (Estiasih dan Ahmadi, 2009).
diantara dua plat atau lempengan logam yang didalamnya dialiri bahan
dibekukan harus teliti, yaitu teratur dan padat tanpa rongga udara di dalamnya.
Pembekuan dengan Contact Plate Freezing berjalan cepat (3 – 5 jam) dan efisien
4) Immerson Freezing, yaitu membekukan produk di dalam air (larutan garam) yang
garam (NaCl) dengan suhu pembekuan -170C. Ikan atau udang yang hendak
dicelup ditaruh dalam keranjang atau peti, sedangkan larutan garam ditampung
cryogen, misalnya karbon dioksida dan nitrogen cair. Pembekuan ini berlangsung
cryogen, misalnya CO2 cair dan N2 cair. Pembekuan berlangsung sangat cepat
12
hanya dilakukan pada produk-produk mahal seperti udang, paha kodok. Alat
yang terjadi dapat perubahan fisik, biokimia, mikrobiologis dan organoleptik. Akan
tetapi, perbedaan varietas dan mutu bahan mentah serta perlakuan sebelum
pembekuan memiliki pengaruh yang lebih penting ada mutu produk pangan
a) Perubahan Fisik
1. Dehidrasi
Dehidrasi adalah masalah utama pada ikan dan udang beku. Pengeringan
(dehidrasi) yaitu berkurangnya kadar air selama produk dibekukan dan disimpan
beku. Proses pengeringan pada udang terjadi sejak masuk freezer dan selama
penyimpanan dalam cold storage, sampai akhirnya dibeli konsumen. Hal ini
disebabkan oleh adanya proses sublimasi, yaitu perpindahan uap air dari produk
yang suhunya lebih tinggi pada waktu masuk freezer dan tekanan uap airnya juga
Dehidarasi di dalam bak itu terjadi jika ruang kosong di dalam pembungkus
dan suhu ruang berfluktuasi. Jika hal ini terjadi, pembungkus dapat lebih dingin
daripada udang didalamnya dan air akan keluar dari udang untuk menempel pada
sisi dalam pembungkus, yang tampak sebagai salju di dalam pembungkus. Berat
13
total produk tidak berubah, tetapi jika dehidrasi di dalam bak ini berjalan terus, udang
akan rusak karena kehilangan terlalu banyak air (Murniati dan Sunarman, 2006).
Hal ini dipertegas oleh Sahubawa (2016), bahwa produk yang mengalami
dehidrasi akibat proses pembekuan permukaan tubuh ikan atau udang akan
mengalami pengeringan. Hal ini dikarenakan tekanan uap air jauh lebih besar
tubuh.
2. Drip Lost
Drip adalah zat alir keruh yang terdiri atas bahan nitrogen larut dan mineral
yang tidak diserap kembali oleh jaringan tubuh pada saat dilelehkan (Sahubawa,
2016). Sementara drip lost adalah cairan pada udang yang ikut keluar pada saat
dilakukan proses pelelehan (thawing). Jadi, terbentuknya drip saat kristal es yang
besar ada pada ikan atau udang sehingga cairan keluar dari jaringan tubuh ikan saat
di thawing. Kandungan yang terdapat didalam drip ialah nitrogen (N) yang berasal
Menurut Murniati dan Sunarman (2000), Jumlah drip dapat kurang dari 1%
dan dapat lebih dari 20% dari berat udang, tergantung pada faktor berikut :
a. Jenis udang : Jika kandungan air tinggi dan kandungan protein rendah maka
e. Suhu Pelelehan : Makin tinggi suhu pelelehan, makin banyak drip terbentuk.
14
Makin lama disimpan beku, daging udang menjadi makin keras. Menurut hasil
Ada juga pendapat, bahwa pengerasan daging udang disebabkan oleh proses
pengeringan yang terjadi, maka daging udang lebih keras dibandingkan sewaktu
4. Black Spot
Kemunduran mutu udang erat kaitannya dengan munculnya warna hitam yang
terdapat pada karapas udang. Pembentukan warna dapat dipengaruhi oleh reaksi
warna hitam yaitu disebut blackspot. Blackspot atau melanosis yang terjadi selama
dibandingkan pada bagian tubuh yang lain, hal ini karena adanya organ
cepat terjadi dan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang kering, adanya
oksigen, suhu, waktu penyimpanan, enzim tirosinase, dan substrat tirosin yang
Pencegahan black spot secara fisik pada pasca panen yaitu cephalothorax
udang dihilangkan sehingga menjadi udang head less. Cephalothorax udang telah
Noda hitam (black spot) sering tampak pada udang yang ditangkap di
perairan daerah tropis atau semitropis, dan jika sangat nyata akan menimbulkan
masalah yang besar dalam perdagangan. Hal ini diakibatkan oleh aktivitas enzim
bisulfit 1,25% selama satu menit. Waktu pencelupan harus dijaga dengan
ketat. Bila waktu terlalu singkat metode ini tidak akan efektif, sedangkan bila
natrium bisulfit ini harus dilakukan secara hati-hati, bahkan di beberapa negara
penggunaannya dilarang.
isomernya, pada dosis 1%. Hal ini dilakukan pada udang sebelum proses
pembekuan.
4. Pendinginan yang baik dan menghindari kontak dengan udara pada waktu
penanganan.
5. Honey Combed
Brosis atau honeycomb merupakan kerusakan fisik pada daging ikan yang
akan menghasilkan bentuk atau corak seperti sarang lebah. Pada proses
pembekuan, kantong tetap dan daging tampak diisi dengan lubang kecil atau
langkah udara. Jika udang yang mengalami pengeringan, teksturnya seperti kayu
6. Freezer Burn
Pengaruh nyata yang tampak pada udang akibat dehidrasi yang berlebihan
disebut freezer burn. Hal ini merupakan istilah yang agak keliru karena kerusakan ini
bukan timbul di dalam atau akibat freezer melainkan karena penyimpanan yang
lama di cold storage. Freezer burn adalah suatu kondisi yang terjadi ketika ikan atau
udang telah rusak oleh dehidrasi dan oksidasi, karena udara mencapai daging ikan
atau udang. Jika pengeringan pada permukaan daging ikan atau udang berlebih
17
yang terjadi permukaan daging akan kering dan berserat dan berubah warna. Hal ini
Perubahan Biokimia
antara lain denaturasi protein, perubahan oksidatif, dan perubahan kimiawi lainnya.
1. Denaturasi Protein
Penurunan kadar protein selama pembekuan ikan atau udang terjadi karena
denaturasi protein yang terjadi selama proses pembekuan dan penyimpanan. Akhtar
et al. (2013), menjelaskan bahwa denaturasi protein dapat terjadi selama proses
yang diikuti migrasi air ke jaringan ekstraseluler. Denaturasi protein bergantung pada
suhu, sehingga denaturasi akan berjalan lambat pada suhu rendah. Ketika suatu
mempercepat denaturasi. Hasil akhir dari kedua efek yang berlawanan ini adalah
denaturasi protein akan semakin rendah dengan semakin rendahnya titik akhir
Denaturasi tergantung pada suhu, jika suhu turun denaturasi berjalan lambat.
denaturasi. Jadi, ada dua faktor yang mempengaruhi kecepatan denaturasi dan
keduanya bekerja saling berlawanan jika suhu udang diturunkan (Murniati dan
Sunarman, 2000).
18
2. Oksidasi Lemak
beku tersebut, tingginya suhu penyimpanan beku, dan terjadinya kontak dengan
bahan kimiawi (misalnya logam, tembaga, besi, dan garam Nacl) (Sahubawa,
2016).
Oksidasi lemak menimbulkan bau tengik pada udang beku yang disimpan
lama, antara lain disebabkan oleh aktivitas beberapa enzim yang pada suhu
sampai -40°C masih belum berhenti. Diantara enzim-enzim itu adalah cytochrome
oxsidase, yang berfungsi sebagai katalisator kuat dengan bantuan garam (Zailanie,
2015).
c) Perubahan Mikrobiologis
tidak membeku. Seiring dengan penurunan suhu, air yang membeku akan semakin
banyak sehingga terjadi peningkatan konsentrasi padatan terlarut di dalam cairan tak
terbekukan tersebut. Akibatnya, air di dalam sel mikroba akan berdifusi keluar (Lund
et al., 2000).
2. Pembentukan es ekstraseluler.
4. Pembentukan es ektraseluler.
19
Hal ini sependapat menurut Ilyas (!993), kerusakan dan kematian sel selama
pembekuan dan penyimpanan beku dipengaruhi oleh suhu dan waktu. Secara umum
pada suhu yang sangat rendah, kerusakan sel akan terakumulasi secara perlahan.
Laju kerusakan akan meningkat apabila suhu bahan pangan semakin turun
mikroba, proses penurunan suhu dan derajat kecepaan pembekuan. Selama produk
dalam keadaan beku, pertumbuhan seagian besar mikroba akan terhambat atau
terhenti. Akan tetapi, pada saat dicairkan atau dilelehkan dan suhu produk naik,
Semakin tinggi kadar awal bakteri bahan mentah sebelum dibekukan, relatif
akan besar pula jumlah bakteri yang tersisa setelah pembekuan dan
penyimpanan beku.
d) Perubahan Organoleptik
serta cita rasa. Perubahan organoleptik ini tidak terlalu nyata pada saat proses
20
pembekuan, dan akan terlihat lebih jelas setelah penyimpanan beku selama
beberapa waktu.
peguapan air pada bagian permukaan (dehidrasi). Hal ini bergantung pada jenis
bahan pangan dan faktor sistem pembekuan. Perubahan warna yang terjadi pada
produk yang dibekukan dapat menjurus kearah memucat ataupun berubah warna
(dikolorisasi). Salah satu penyebab utama perubahan warna ini adalah reaksi
oksidasi. Oleh karena itu, perlindungan produk terhadap udara (oksigen) menjadi
untuk melindungi produk dari dehidras dan oksidasi (Ilyas, 1993). Perubahan
organoleptik, meliputi :
Masalah kualitas lain yang dihadapi yaitu, perubahan warna merah muda/merah
pada kulit udang karena terjadi selama proses pembekuan. Disebabkan oleh
enzim yang terlihat dalam oksidasi karotenoid dipengaruhi oleh hydrogen peroksida
Mutu udang sering dinilai dari penampilannya. Oleh karena itu perubahan warna
diperlambat dengan penyimpanan pada suhu yang lebih rendah (Murniati dan
Sunarman, 2000).
Menurut Sahubawa (2016), penyebab utama dari perubahan cita rasa adalah
proses oksidatif oleh oksigen atau enzim. Rasa apek, tengik, pahit berjalan seiring
21
dengan proses diskolorisasi. Perubahan cita rasa biasanya berlangsung dalam dua
tahapan. Pertama adalah hilangnya bau dan cita rasa asli dan kedua adalah
berkembangnya bau dan cita rasa abnormal, yang biasanya bersifat apek (tengik).
3. Perubahan Tekstur
daging yang dibekukan untuk menahan air. Air akan mudah bebas selama pelelehan
dan pemasakan. Perubahan tekstur melibatkan keadaan uap air ikan atau udang.
Ada yang berupa kapasitas protein memegang uap air (denaturasi), ada pula yang
demikian, produk – produk itu dapat dikelompokan menjadi dua kategori : produk
untuk dikonsumsi langsung dan produk untuk diolah lebih lanjut. Produk udang beku
yang umum ada dipasaran adalah Head On (HO), Head Less (HL),Peeled and
2011). Menurut Purwaningsih (2000), bentuk olahan dari udang beku adalah sebagai
berikut :
1. Head On (HO)
Head on (HO) yaitu udang yang dibekukan dalam keadaan utuh tanpa dikuliti
atau dipotong kepalanya. Produk ini harus dibuat dari udang yang mempunyai
tingkat kesegaran tinggi. Biasanya udang yang diolah head on adalah udang tambak
dan ukurannya besar. Udang dibiarkan utuh atau dikenal dengan istilah Head On
menggunakan CPF, hasilnya berupa ice block atau udang dalam es batu. Namun
sekarang sudah banyak udang HO yang juga dibekukan satuan (IQF). Gambar
Head less yaitu udang yang dibekukan sesudah dipisahkan kepalanya, tetapi
tidak dikuliti. Udang HL dibagi lagi menjadi dua jenis, ada HL (headless shell on)
yaitu jenis udang yang dipotong kepalanya tapi kulitnya kerangkanya masih ada.
Sedangkan HLSO (headless shell off) adalah udang yang bagian kepala dan kulitnya
IQF. Gambar udang dalam bentuk head less dapat dilihat pada Gambar 4.
23
3. Peeled
Peeled yaitu udang-udang yang dibekukan tanpa kepala, kulit dan tanpa ekor. Untuk
produk peeled dibedakan lagi menjadi lima jenis. Berikut ini kelima produk olahan
tersebut :
Peeled tail on adalah produk udang beku tanpa kepala dan kulit dikupas
mulai dari ruas pertama sampai ruas kelima, sedangkan ruas terakhir dan ekor
Produk peeled deveined tail on adalah produk udang kupas (hampir sama
dengan PTO), tetapi pada bagian punggung udang diambil vein (kotoran perutnya).
Kotoran perut tersebut diambil dengan cara membelah bagian punggung mulai dari
ruas pertama atau kedua sampai ruas kelima. Pembekuan dilakukan secara IQF.
Gambar udang dalam bentuk peeled deveined tail on dapat dilihat pada
Gambar 5.
Produk peeled and deveined (PND) adalah produk udang yang seluruh kulit
dan ekor dikupas dan dibuang kotoran perutnya. Gambar udang dalam bentuk
Produk peeled undeveined (PUD) adalah produk yang dikupas seluruh kulit
dan ekor tetapi tidak dikeluarkan kotoran perutnya. Gambar udang dalam bentuk
d. Butterfly
Produk butterfly adalah produk udang beku yang hampir sama dengan
produk peeled deveined tail on, Kulit udang dikupas mulai dari ruas pertama hingga
26
ruas kelima, sedangkan ruas terakhir dan ekor disisakan kemudian bagian punggung
dibelah sampai bagian perut bawahnya, tetapi tidak sampai putus dan kotoran
proses atau pengolahan produk yaitu bahan yang akan mengakibatkan gangguan
terhadap keamanan pangan (Food Safety). Untuk mencegah hal tersebut ditetapkan
alur proses produksi yang baik dan benar. Yaitu terdiri dari penerimaan bahan baku,
tahap awal dari semua proses dalam pengolahan, dimana bahan baku yang telah
diterima dari supplier baik udang hasil budidaya maupun udang tangkapan lainnya
permintaan buyer. Udang segar diluar pabrik berada dalam bak Fiberglass atau
27
Penerimaan bahan baku ini harus dikontrol oleh yang ahli dalam bidangnya yaitu QC
Bahan baku yang diterima di unit pengolahan diuji secara organoleptik dan
ditangani secara cepat, cermat dan saniter sesuai dengan prinsip teknik penanganan
yang baik dan benar dalam kondisi dingin. Secara organoleptik bahan baku harus
ruas kokoh, bau segar, tekstur elastis, padat dan kompak. Bahan baku harus
didinginkan cepat dan disimpan pada suhu rendah (0°C) untuk memperlambat
kerusakan akibat enzimatik dan aktivitas mikrobiologi. Kontrol suhu pada saat
penerimaan bahan baku sangat penting dan harus dipertahankan (0°C) agar bahan
kotoran yang menempel pada udang dan bebas dari bakteri patogen, udang
dimasukan kedalam keranjang lalu dicuci dengan air dingin yang mengalir dan di
dilakukan secara cepat, cermat dan saniter untuk mempertahankan suhu produk
maksimal 5°C, dan potensi bahaya yang dapat timbul adalah kontaminasi bakteri
ppm. Selama pencucian air yang kotor harus segera diganti. Udang yang telah dicuci
1:1 tetapi jika segera diproses udang yang berada dalam keranjang plastik harus
Cara pencucian dilakukan dengan cara disiram 1 kali, setelah itu raw material
dicelup kedalam air chlorine yang kapasitasnya 25-35 ppm dan celup kembali raw
material kedalam air biasa, supaya udang yang banyak mengandung chlorine dapat
Jadi, udang yang telah memenuhi syarat kemudian dibersihkan dari sisa es
dan kotoran, dimasukkan ke wash tank ruang receiver luar, dicuci dengan air ledeng
suhu <4oC, dibawa oleh conveyor melewati vibration conveyor yang berfungsi
menyebarkan dan meratakan tumpukan udang agar tidak menumpuk, juga berfungsi
memisahkan benda asing agar tidak menyatu dengan udang sehingga memudahkan
manual dengan mematahkan kepala dari arah bawah ke atas dan bagian yang
dipotong mulai dari batas kelopak penutup kepala hingga batas leher. Pelepasan
menunggu pemotongan tetap dalam keadaan diberi es. Udang tanpa kepala
tersebut kemudian diletakkan dalam wadah dan ditaburi es curai sehingga dapat
mempertahankan suhu udang <5oC dan sisa kepala ditempatkan terpisah sehingga
kotoran udang sehingga dapat menjadi sumber bakteri. Cara pemotongan kepala
adalah dari arah bawah ke atas dan bagian yang dipotong mulai dari batas kelopak
penutup kepala hingga batas leher. Rendemen yang dihasilkan berkisar antara 63-
29
65%. Udang yang telah dipotong kepalanya segera direndam dalam air dingin
berdasarkan ukuran, mutu dan jenisnya. Selama sortasi maka udang harus selalu
dalam keadaan suhu dingin (maksimal 5oC), dan semua wadah yang digunakan
untuk sortasi tidak boleh diletakkan di lantai, tetapi diletakkan di atas tempat yang
alat khusus (Granding Machine) yang telah diatur terlebih dahulu sesuai ukuran
berotasi lalu secara otomatis yang sesuai dengan ukuran udang. Selama proses
sortir, bak penampung selalu diberi es curah sehingga suhu tetap rendah. Menurut
Zulfikar (2016), sortasi yaitu untuk mengelompokkan udang berdasarkan range size
yang dibutuhkan atau diinginkan. Sortasi dilakukan dengan tenaga manusia yang
Sortasi mutu ditujukan untuk mendapatkan hasil yang seragam, baik dalam hal
kesegaran, ukuran, jenis maupun mutunya. Oleh karena itu sortasi dikerjakan
beberapa kali, biasanya sortasi dimulai dari sortasi mutu, kemudian sortasi warna,
Menurut Hadiwiyoti (1993), mutu udang dibedakan menjadi empat kelas, yaitu:
- Udang yang mempunyai mutu prima atau baik sekali, yaitu udang yang benar-
benar segar, belum adanya perubahan warna, transparan dan tidak ada kotoran
atau noda-noda.
30
- Udang yang mempunyai mutu baik. Udang ini mutunya dibawah mutu prima,
ditandai dengan adanya kulit udang yang tampak pecah-pecah, tubuh lunak,
- Udang bermutu sedang, pada udang yang bermutu sedang ini sudah mulai
- Udang bermutu rendah, yaitu kulit udang yang banyak pecah atau mengelupas,
b. Sortasi Warna
udang harus terlihat segar dan bening transparan. Dilakukan reject atau penolakan
seragam. Standar ukuran penerimaan udang segar yang belum diproses dapat
1 2
1 2
Colossal U/15
Jumbo 21/25
Large 31/40
Medium 41/50
Small 51/60
Tiny 61/70
d. Sortasi Jenis
e. Sortasi Akhir
Sortasi ini dilakukan untuk mengoreksi hasil sortasi yang belum seragam,
baik mengenai mutu, ukuran, maupun warna. Dalam sortasi ini diperlukan ketelitian
dilakukan per 1 pound dengan timbangan, bila jumlah udang sesuai dengan standar
dalam satu wadah yang berisi produk udang beku. Tujuan penimbangan yaitu untuk
mengetahui berapa banyak udang yang akan jadi produk udang beku yang siap
dibekukan, dalam proses penimbangan ini rantai dingin tetap diperhatikan pada tiap
32
meja penimbangan dilapisi dengan es curai agar udang yang menunggu untuk
Pada saat proses pembekuan udang tidak jauh dari perubahan warna,
sehingga dilakukan proses soaking. Soaking bertujuan untuk memperbaiki ikatan air,
tekstur, warna, dan rasa untuk melindungi oksidasi dan pertumbuhan mikroba.
tripolifosfat (STPP). STPP akan berinteraksi dengan protein pada tubuh udang
Na5P3O10 dengan berat molekul 367,86. STPP berupa zat anhidrat atau
mengandung 6 molekul air kristal dan mengandung tidak kurang dari 85% Na 5P3O10.
STPP berupa serbuk warna putih dan agak higroskopis. STPP sangat mudah larut
dalam air sehingga bersifat hidrofilik. Perbandingan antara udang dan larutan adalah
1 : 1. Artinya, 100 kg larutan yang telah dibuat, digunakan untuk perendaman udang
100 kg. Selama perendaman sesekali harus diaduk. Waktu perendaman udang
Water Holding Capacity). STPP meresap dan langsung bereaksi ke dalam tubuh
ikan maupun udang. STPP memiliki sifat sangat hidrofilik sehingga mudah menyatu
dengan air dalam tubuh dan melindungi ikatan-ikatan air tersebut. STPP membentuk
(Sahubawa,2016).
hati - hati agar tekstur udang tidak rusak. Tahap penyusunan udang dalam pan
33
harus sesuai dengan aturan. Peraturan ini tergantung dari size udang. Udang yang
telah disusun ke dalam pan kemudian diberi air es suhu <5°C sampai penuh,
kemudian ditutup dengan penutup pan yang dilapisi plastik blok. Pemberian air es ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan perubahan warna pada udang,
jika udang telah disusun diatas plate kemudian CPF ditutup dengan rapat. Lama
pembekuan pada CPF yaitu 4 jam dengan suhu -40°C (Zulfikar, 2016).
Hal ini dipertegas oleh Sahubawa (2016), penyusunan udang dalam pan beku
adalah penyusunan udang dengan metode ekor akan bertemu dengan ekor dan
potongan kepala berhadapan dengan tepi pan. Jumlah udang pada setiap lapis
tergantung pada ukuran udang yang disusun. Misalnya untuk ukuran 16-20 pada
lapisan paling bawah ada angka 8 berarti dalam satu deret ada 8 udang, angka 7 di
atasnya berarti dalam satu deret ada 7 udang. Setelah udang disusun dalam pan,
kemudian ditambahkan air dingin bersuhu <5oC sampai pan penuh dan merata. Pan
lalu ditutup dengan tutup pan dan siap dibekukan ke mesin CPF (contact plate
freezer).
produk hingga mencapai suhu pusat maksimal –18°C secara cepat dan tidak
sudah disusun dalam pan pembekuan ditambahkan air dingin. Kemudian dibekukan
dalam alat pembeku (freezer) hingga suhu pusat udang mencapai maksimal –18°C
dalam waktu maksimal 4 jam dan potensi bahaya yang dapat terjadi adalah
pembekuan yang tidak sempurna (partial freezing) dan kehilangan cairan (driploss).
glazing atau diberi lapisan atau dberi lapisan tipis sehingga permukaan udang beku
34
atau blok udang beku tampak mengkilat. Tujuan utama glazing adalah mencegah
Hal ini didukung dengan pendapat Ilyas (1983), bahwa pada deret suhu
dibawah –180C pertumbuhan bakteri ditekan minimum sehingga bakteri sisa tidak
aktif dan mutu udang beku lebih baik dan bertahan sampai satu tahun.
tujuan melindungi produk dari kontaminasi dan kerusakan selama transportasi dan
penyimpanan serta sesuai dengan label. Cara penanganannya udang kupas mentah
beku, kemudian dimasukan kedalam plastik dan inner carton yang telah diberi label.
mempertahankan suhu pusat udang maksimal -18°C dan potensi bahaya yang dapat
1. Kemasan Primer
Kemasan ini berupa bahan plastik pholyetihylen dengan ketebalan 0,003 mm.
2. Kemasan Sekunder
Kemasan ini berupa inner carton yang terbuat dari kertas duplex non coteid
dengan lapisan lilin pada bagian dalam dan luarnya. Lapisan lilin ini berguna untuk mencegah
ini selain untuk melindungi blok udang beku juga digunakan untuk melindungi
nama perusahaan, berat (netto), jenis produk, spesies udang, dan ukuran udang
3. Kemasan Tersier
Kemasan ini berupa master carton yang terbuat dari bahan corrugated
paperboard dengan tipe double wall dan bagian dalam dilapisi lilin. Ukuranya
tergantung dari jumlah inner carton yang dikemas. Kemasan ini digunakan
untuk melindungi kemasan sekunder. Ada master carton harus dicantumkan antara
lain jenis produk akhir, ukuran, tipe, grade (tingkatan mutu), berat bersih produk
akhir, bahan tambahan, nama dan alamat unit pengolahan atau dealer
serta negara dimana produk dibuat, nomor lisensi unit pengolahan, dan kode
dan hati – hati untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada produk.
Label pada master karton tertera nama produk, tanggal produksi, tanggal
penyajian/penyimpanan.
adanya benda asing terutama dari logam pada produk. Proses ini menggunakan alat
produk pada conveyor, jika pada produk terdapat logam atau benda asing, maka
secara otomatis conveyor akan berhenti ditandai dengan bunyi alarm. Metal detector
dikalibrasi secara berkala dengan rentang waktu satu jam menggunakan logam
untuk ferrous (Fe) yaitu 2,5 mm sedangkan untuk stainless (SUS) sebesar 3,0 mm.
36
untuk menjamin produk bebas dari serpihan logam yang dapat membahayakan.
Proses pendeteksian yang digunakan yaitu dengan cara produk dalam inner carton
Produk yang lolos metal detecting selanjutnya akan dikemas dengan inner
carton sedangkan produk yang yang tidak lolos metal detecting akan dipisahkan dan
dicairkan untuk diambil benda asing didalamnya. Bahaya potensial ditahap ini
disebabkan terdapatnya metal atau logam pada produk akibat adanya benda logam
yang masuk atau kontaminasi lingkungan. Bahaya ini terjadi apabila tidak dilakukan
01-3457.3-2006, penyimpanan udang kupas mentah beku harus dalam gudang beku
(cold storage) dengan suhu maksimal –25°C dengan fluktuasi suhu ± 2°C.
Hal ini sependapat dengan Wahyudi (2003), menjelaskan bahwa produk yang
penyimpanan udang dan sejenisnya, tidak boleh dicampur dengan produk lain. Di
berdasarkan sizenya, hal ini dilakukan agar produk saat dilakukan pengiriman
barang petugas yang bertugas tidak akan kesulitan untuk mencari produk yang
dimaksud. Selain itu, cara penyusunan disini harus diperhatikan karena apabila cara
37
penyusunan tidak sesuai standar maka akan berakibat pada produk yang dibekukan
karena dapat merusak kemasan bahkan produk didalamnya tertindih oleh produk
lain.
perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai macam data statistik yang
melaporkan bahwa dari tahun ke tahun jumlah ekspor udang selalu mengalami
peningkatan. Untuk mempertahankan kondisi ini, ada banyak hal yang harus
diperhatikan oleh setiap petambak udang, salah satunya adalah dengan terus
kondisi beku. Adapun persyaratan mutu dan keamanan pangan pada Tabel 3. Tabel
Menurut FAO (2009) tentang sanitasi dan hygiene adalah sebagai berikut :
mendapatkan perhatian yang khusus. Air sebagian besar digunakan sebagai bahan
dengan ikan atau udang. Air yang dipergunakan berasal dari air ledeng yang
sumbernya cukup aman dan dikelola dengan sistem yang baik. Air yang digunakan
sesuai dengan standar air minum. Ditambahkan oleh SNI 01-2705.3-2006, air yang
memenuhi persyaratan air minum. Untuk es yang digunakan harus dibuat dari air
minimal harus memenuhi syarat sebagai air yang dapat diminum. Syarat-syarat air
Es yang digunakan di unit pengolahan sebaiknya dibuat dari air yang telah
memenuhi persyaratan air minum dan disimpan pada ruang penyimpanan yang
39
bersih, suhu dingin dan terhindar dari cemaran bakteri patogen, jamur, potongan-
potongan kayu. Air dan es di uji mutunya di Laboratorium minimal 3 bulan sekali
(Rafel, 2011)
yang terbaik untuk mendinginkan ikan, karena es dapat mendinginkan ikan dengan
cepat tanpa banyak mempengaruhi keadaan ikan dengan biaya yang murah. Di
dipakai. Es kebanyakan dibuat dari air tawar dan selebihnya dari air laut, yaitu pada
a. Es balok (block ice), berupa balok berukuran 12-60 kg perbalok. Sebelum dipakai,
b. Es Tabung (tube ice), berupa tabung kecil-kecil yang siap untuk dipakai.
c. Es keping tebal (plate ice), berupa lempengan-lempengan yang besar dan tebal
diameter ±3 cm).
e. Es halus ( slush ice), berupa butiran-butiran yang sangat halus (diameter ±2 mm)
dan lembek, dan umumnya sedikut berair. Mesin yang digunakan untuk membuat es
ini pada umumnya kecil dan dipakai oleh pabrik pengolahan ikan untuk memproduksi
es dalam jumlah kecil untuk mengawetkan ikan dilingkungan pabrik (Rafel, 2011).
ikan yang diolah harus dirancang dan terbuat dari bahan tahan karat, tidak beracun,
hasil perikanan. Peralatan dan perlengkapan harus ditata sedemikian rupa pada
Dijelaskan oleh Agung (2003), bahwa peralatan yang digunakan untuk proses
harus dipastikan dalam kondisi bersih, tidak rusak, dan tidak mengandung zat-zat
pengolahan.
a. Harga
b. Untuk kerja
h. Melindungi produk dari kontaminasi baik dari luar maupun dari alat itu sendiri
pengolahan harus mudah dibersihkan dan tidak mudah rusak. Sedapat mungkin
hindari peralatan yang terbuat dari kayu, karena permukaan kayu yang penuh
peralatan yang terbuat dari bahan yang kuat dan tahan karat seperti bahan
alumunium atau baja tahan karat (stainless steel). Peralatan yang digunakan juga
harus disusun penempatannya dalam jalur tata letak yang teratur dan untuk alat
yang bersentuhan dengan bahan yang diolah, kecuali terhadap produk akhir yang
dikemas harus selalu dibersihkan dan desinfeksi sekurang – kurangnya satu kali
dalam satu gilir kerja. Barang dan alat yang tidak diperlukan jangan disimpan dalam
ruangan tempat bekerja agar operasi pembersihan unit pengolahan dapat dilakukan
persyaratan teknik dan higiene. Alat dan perlengkapan harus memenuhi syarat
harus halus, tidak berlubang atau bercelah, tidak mengelupas dan tidak berkarat,
tidak mencemari hasil produksi dengan jasad renik, unsur atau fragmen logam yang
lepas, minyak pelumas, bahan bakar dan lain-lain serta mudah dibersihkan.
3. Kontaminasi silang
kondisi yang tidak bersih pada makanan, material, kemasan atau cemaran fisik lain
serta dari permukaan yang kontak dengan bahan seperti peralatan dan
perlengkapan kerja karyawan. Perancangan atau tata letak juga harus dapat
42
mencegah kontaminasi silang. Selain itu, harus dijamin juga adanya pemisahan dan
(Silvana, 2010).
1. Denah
daerah persawahan atau rawa, daerah pembuangan kotoran dan sampah, daerah
kering dan berdebu, daerah kotor, daerah berpenduduk padat, daerah penumpukan
barang bekas, dan daerah lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran.
Selain itu bangunan unit pengolahan dan sekitarnya harus dirancang dan ditata,
tambahan makanan dan lain – lain diterima, disimpan, diolah dan dibungkus),
ruangan kantor, ruangan istirahat, gudang, toilet, ruang laboratorium serta ruang
2. Lantai
Lantai yang sifatnya basah harus cukup kemiringannya, terbuat dari bahan
yang kedap air, tahan lama dan mudah dibersihkan, pertemuan antara
43
lantai dengan dinding harus melengkung dan kedap air. Lantai yang sesuai dengan
3. Dinding
Permukaan dinding yang sifatnya untuk pekerjaan basah harus kedap air,
permukaan halus dan rata, serta berwarna terang. Ketinggian dinding 2 m dari lantai
harus dapat dicuci dan tahan terhadap bahan kimia pada bagian tersebut tidak boleh
dalam harus halus, rata, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas,
dan mudah dibersihkan. Pertemuan antara dinding dengan dinding dan dinding
dengan lantai tidak boleh membentuk sudut mati, harus melengkung dan rapat air.
4. Langit – langit
retak, tidak bercelah, tidak terdapat tonjolan, dan sambungan terbuka, kedap air dan
berwarna terang, tidak boleh ada pipa – pipa yang terlihat diatas, tinggi langit – langit
minimum 3 m, untuk menghindari jamur langit – langit sebaiknya dicat anti jamur.
5. Ventilasi
Dalam ruang proses harus ada ventilasi yang cukup untuk menjamin sirkulasi
menghindari panas yang berlebihan. ventilasi harus dilengkapi dengan alat yang
6. Penerangan
44
yang merata, sumber penerangan dapat berasal dari alam atau lampu yang tidak
dengan kasa yang bisa dilepas untuk dicuci atau dibersihkan, kasa tersebut terbuat
Permukaan pintu harus tahan karat, halus, rata, tahan air dan mudah
dibersihkan. Pintu harus dirancang sehingga dapat menutup dengan sendirinya dan
cukup lebar. Bibir jendela jika ada harus tahan air, halus, rata, dan mudah
dibersihkan serta dirancang sehingga bila dibuka dapat menahan debu, kotoran dan
dengan bagian luar harus dilengkapi dengan peralatan untuk mencegah masuknya
serangga, tikus, burung, dan binatang lainnya. Semua lubang tikus dan serangga
dapat mengalirkan air dan kotoran dengan lancar, kedap air, tahan lama, permukaan
halus dan rata, dilengkapi dengan bak kontrol untuk menghilangkan limbah padat.
Tutup selokan harus dibuat dari logam atau bahan lain tetapi bukan kayu.
Ruang istirahat harus tersedia yang dilengkapi dengan tempat cuci tangan
dan tempat ganti pakaian, ruang istirahat harus terpisah dengan ruang pengolahan,
cukup luas untuk jumlah pekerja minimal 2 m untuk satu pekerja. Pakaian kerja
hanya dipakai di unit pengolahan dan tidak boleh dipakai di ruang makan atau diluar
ruang pengolahan.
Harus tersedia ruang makan yang bersih dan cukup luas untuk pekerja
minimal 1 m2 untuk 1 orang pekerja, letaknya harus terpisah dari ruang pengolahan
dengan jumlah dan kapasitas yang cukup untuk menampung sampah dan kotoran.
Prosedur untuk mencegah kontaminasi silang yaitu : sistem air bersih dan
limbah (kotor) dibuat berbeda, antara lain dengan pemberian warna pipa yang
penyimpanan produk jadi terpisah dengan bahan baku, supervisor akan melakukan
pengecekan terhadap semua sistem air bersih dan air limbah dengan melihat visual
4. Kesehatan Karyawan
produksi makanan harus dalam keadaan sehat, bebas dari luka, penyakit kulit, dan
atau hal lain yang diduga dapat mencemari hasil produksi, diteliti dan diawasi
tutup kepala dan sepatu yang sesuai, mencuci tangan di bak sebelum melakukan
pekerjaan, menahan diri untuk tidak makan, minum, merokok, meludah atau
terhadap produk makanan dan tidak merugikan karyawan lain. Perusahaan yang
bidang produksi dan pengawasan mutu yang memiliki kualifikasi sesuai tugas dan
tanggung jawabnya.
Menurut Said (2007), ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
a. Tidak merokok, makan, atau mengunyah (misalnya permen karet, tembakau, dan
c. Selalu menutup mulut dan hidung pada waktu batuk atau bersin. Saat bersin dan
d. Tidak mencicipi atau menyentuh makanan dengan tangan atau jari. Gunakan
e. Bagi pekerja yang memiliki luka pada tubuhnya harus menutup luka tersebut
dengan pelindung yang kedap air, misalnya plester, sarung tangan plastik untuk
Oleh karena itu, perusahaan harus menjamin kelengkapan dan kondisi keberhasilan
cuci tangan, fasilitas sanitasi, serta fasilitas toilet. Lokasi fasilitas sanitasi dan cuci
tangan harus mudah dijangkau oleh pekerja dan dekat dengan area pengolahan.
pengolahan. Toilet dilengkapi dengan fasilitas seperti suplai air lancar, ventilasi,
pintu, dan langit-langit dalam kondisi baik, sabun cair, alat pengering dan
suplai air panas. (Rafel, 2011). Jumlah toilet yang disyaratkan untuk unit
pengolahan adalah :
yang menjadi sumber zat gizi untuk pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu, proses
kegiatan fisik pencucian dan pembilasan. Oleh karena itu, proses pembersihan
yang kontak dengan sisa makanan. Permukaan benda yang tidak dapat ditembus,
misalnya baja tahan karat (stainless steel) akan lebih mudah dibersihkan daripada
tergantung dari beberapa faktor yaitu : jenis dan jumlah cemaran yang akan
baja tahan karat, karet, plastik atau kayu, sifat fisik senyawa bahan pembersih (cair
atau padat), metode pembersihan, mutu air yang tersedia dan biaya. Bahan yang
baik memiliki syarat – syarat yaitu ekonomis, tidak beracun, tidak korosif, tidak
menggumpal dan tidak berdebu, stabil selama penyimpanan dan mudah larut
dengan sempurna.
Hal ini juga dijelaskan oleh Said (2007), bahwa jenis sisa makanan
mengandung lemak dapat dibersihkan dengan bantuan air panas dan sabun atau
dengan bahan pelarut lemak seperti alkhohol dengan kadar rendah. Bahan protein
proses pembersihan.
syarat dapat melindungi dan mempertahankan mutu isinya terhadap pengaruh luar,
tidak berpengaruh terhadap isi, dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian
49
atau unsur yang dapat menggangu kesehatan atau mempengaruhi mutu makanan,
tindakan sanitasi, steril bagi jenis produk yang akan diisi secara aseptik. Label
makanan harus memenuhi ketentuan, dibuat dengan ukuran, kombinasi warna dan
atau bentuk yang berbeda untuk tiap jenis makanan agar mudah dibedakan. Setiap
produk akhir yang akan diperdagangkan harus diberi label dengan betul dan mudah
b. Ukuran
c. Tipe
f. Bila ada beberapa bahan tambahan makanan yang ditambahkan, harus diberikan
g. Nama alamat unit pengolahan atau dealer, serta Negara dimana produk dibuat
i. Tanggal, bulan dan tahun saat produk tersebut dihasilkan (kode produksi)
Dalam penyimpanan yang perlu ada yaitu gudang beku dan pabrik-pabrik
refrigerasi harus dirancang dengan baik. Gudang beku harus dilengkapi dengan
suatu lonceng yang dapat dibunyikan dari dalam, sehingga bila seorang tertutup
dilengkapi dengan ruang pemuatan (loading bays) yang bersuhu rendah (10-
50
150C), diperlukan suatu lapisan penyangga uap air yang baik dengan luar gudang
beku dan dilengkapi dengan alat pencatat agar suhu gudang beku dapat diperiksa
setiap waktu. Gudang beku harus dilengkapi dengan anteroom. Pewadahan harus
produk, pembungkusan harus dilakukan serapat mungkin sehingga tidak ada rongga
8. Pest Kontrol
ruangan yang berhubungan langsung dengan bagian luar harus dilengkapi dengan
peralatan berupa tirai plastik, pembunuh serangga, logam berpori pada saluran
tikus, burung, dan hama lainnya serta binatang peliharaan. Semua kemungkinan
jalan dan lubang tikus dan serangga harus ditutup dengan saringan (screen) logam
yang tahan terhadap karat. Hama atau binatang pengganggu merupakan salah satu
sumber utama pencemar yang sangat berbahaya terhadap produk makanan. Oleh
sebab itu, sistem pengendalian hama dilakukan untuk menjamin bahwa tidak ada
lingkungan pabrik sehingga tidak menyebabkan kontaminasi pada produk. Hal ini
celah dan pintu diberi tirai plastik untuk menghindari masuknya lalat, dipasang insect
III. METODOLOGI
Praktek Kerja Lapang III (PKL) telah dilaksanakan mulai tanggal 17 Juni
2019 sampai dengan tanggal 12 Juli 2019. Adapun tempat pelaksanaan PKL III
III adalah survei dan magang, sedangkan sistem yang digunakan untuk
proses belajar dari seseorang atau beberapa orang yang telah berpengalaman
kegiatan produksi yang sedang berlangsung. Kegiatan ini dimulai dari proses
Pencapaian tujuan dalam PKL III dilaksanakan dengan cara partisipasi aktif
dalam kegiatan magang yang bertujuan untuk memperoleh data dalam kegiatan
produksi yang meliputi input yaitu, bahan baku, bahan pembantu, bahan
dan desain tata letak. Metode magang dilakukan dengan berpartisipasi aktif
sanitasi dan hygiene dan standar produk akhir. Sehingga menghasilkan output
internasional. Adapun kerangka dalam pelaksanaan PKL III dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari
sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang
mengumpulkan data primer antara lain observasi dan wawancara. Data primer
yang didapat selama Praktek Kerja Lapang di PT. Bumi Menara Internusa
pembantu yang digunakan, mengetahui alat yang digunakan, alur proses pada
pengolahan.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari berbagai
sumber yang telah ada. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber
seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain. Data
sekunder yang didapat selama Praktek Kerja Lapang di PT. Bumi Menara
struktur organisasi perusahaan, desain dan tata letak perusahaan dan kegiatan
yaitu :
a. Data Kuantitatif
permasalahan yang bersifat statistik. Data ini umumnya diolah memakai teknik
(2015) menjadi dua yaitu data kuantitatif berdasarkan proses atau cara
digunakan. Data kuantitatif yang didapat selama Praktek Kerja Lapang di PT.
Bumi Menara Internusa Lamongan yaitu mengetahui jumlah bahan baku yang
proses, mengetahui lama waktu yang dibutuhkan pada proses pembekuan dan
b. Data Kualitatif
pada akhirnya dituangkan dalam bentuk kata per-kata. Data kualitatif yang
didapat selama Praktek Kerja Lapang di PT. Bumi Menara Internusa Lamongan
yaitu mengetahui standart mutu udang yang diterima dan ditolak, mengetahui
Adapun kerangka jenis data dalam pelaksanaan PKL III dapat dilihat pada
Gambar 10.
DATA
SUMBER JENIS
Teknik pengumpulan data primer dan data sekunder (Siyoto dan Ali,
a. Observasi
yang didapat dari PT. Bumi Menara Internusa Lamongan obyek observasi
meliputi data untuk bahan dan alat produksi, serta prosedur pengolahan yang
b. Partisipasi (Magang)
56
terbentuknya hasil akhir dari produk yang memiliki tujuan untuk mendapatkan
dan mengolah data agar tercapainya tujuan praktek kerja lapang. Kegiatan
dengan literatur yang ada. Kegiatan magang tersebut diantaranya ikut melakukan
proses produksi selama proses pembekuan berlangsung, jika ada yang kurang
c. Wawancara
berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka
Wawancara tersebut melakukan tanya jawab denga HRD, QC, dan pegawai.
organisasi perusahaan, jenis dan mutu produk yang digunakan, cara dan alur
d. Dokumentasi
kepada subyek penelitian. Dokumen ini dapat berupa rekaman kaset, rekaman
radio, foto, catatan khusus, notulen rapat dan sebagainya, Kegiatan dokumentasi
Internusa Lamongan.
57
Pada Praktek Kerja Lapang (PKL) III ini teknik pengolahan data yang
analitis menurut Sugiyono (2013) adalah suatu metode yang berfungsi untuk
data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dengan kata lain
Hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil. tahap
penyusunan dan pengolahan data kedalam format laporan ilmiah. Untuk data
penyimpulan deduktif dan induktif. Contohnya : jenis bahan baku dan bahan
atas tanah seluas ± 17.000 m². Lokasi perusahaan bertempat di Jalan Raya
Lamongan Jawa Timur. Berikut adalah tampak perusahaan dari depan sebagai
berikut.
Lamongan terdapat faktor teknis dan non teknis yang mendukung lokasi
a. Faktor Teknis
dekat dengan sumber bahan baku. Ketersediaan air berasal dari Air PDAM.
59
Teknis
Ketersediaan sumber tenaga kerja yakni warga sekitar yang tempat tinggalnya
distribusi produk selain itu lokasi perusahaan juga dekat dengan sumber listrik
sebagai pendukung utama tenaga produksi. Berdasarkan aspek teknis dan non
teknis tersebut maka letak perusahaan tersebut masuk kedalam kategori memiliki
produk ekspor udang beku. Produk yang dihasilkan PT. Bumi Menara Internusa
Lamongan sampai saat ini telah diakui sebagai komoditas ekspor produk udang
beku yang telah diekspor ke beberapa benua yaitu Eropa, Amerika dan Asia
PT. Bumi Menara Internusa pertama kali didirikan di Surabaya pada tahun
1989 dengan memperkerjakan 100 karyawan saja. Produk utamanya yaitu Block
Frozen Black Tiger Headless, Peeled and Deveined, dan Peeled Undeveined
untuk pasar Jepang. Produk jadi yang dihasilkan 500ton/tahun. Pada tahun 1992,
PT. Bumi Menara Internusa mengembangkan produk seperti sushi ebi (untuk
jepang), Cooked Peeled and Deveined Tail On (Untuk Eropa dan Amerika
Serikat). Jumlah karyawan meningkat menjadi 500 orang, serta produk jadi yang
value product seperti Udang Headless Black Frozen, Non-Added value product
yaitu jenis produk udang beku yang tidak mengalami proses tambahan seperti
breaded atau cooked. PT. BMI juga telah membuka cabang pabrik di Medan,
Sumatera Utara pada bulan Agustus 2002 dengan 350 karyawan dengan
menggunakan nama PT. Bancar Makmur Indah. Produk utamanya adalah Black
Tiger Head On, Head Less, dan Peeled and Deveined. Produk yang dihasilkan
sebanyak 1200 ton/tahun. Selanjutnya pada Februari 2016 PT. Bumi Menara
terbanyak yaitu 2279 orang, meliputi 97 karyawan staff, 1871 karyawan produksi
dan 311 karyawan non proses. Produk yang dihasilkan yaitu jenis udang
vannamei beku bentuk Headless, Peeled and Deveined, Peeled and Deveined
penyedia dan produsen produk udang beku yang aman dan berkualitas tinggi.
Hal ini dapat dilihat dari sistem produksi yang mengacu pada sistem manajemen
mutu keamanan pangan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) yang
maka proses akan terus berjalan ketersediaan bahan baku tersebut mencukupi.
PT. Bumi Menara Interusa Lamongan memiliki visi dan misi untuk
menjalankan suatu perusahaan. Visi dari PT. Bumi Menara Internusa Lamongan
mencakup produk raw dan cook baik shrimp, crab dan fish. Berbagai produk ini
yang berlokasi di Surabaya, Dampit dan Lamongan. BMI juga menyiapkan dan
untuk mencantumkan suatu struktur organisasi dan uraian tugas dan tanggung
tertentu. Pada level terkahir dari struktur organisasi terlihat bahwa pembagian
kerja sudah sesuai dengan fungsinya masing – masing. Untuk lebih jelas tentang
Beberapa tugas dan jabatan yang ada di PT. BMI akan di jelaskan sebagai
berikut :
1. Plant Manager
umum.
kerja.
3. Manager QC
4. Manager QA
produksi berlangsung pada setiap tahapan proses. Sarana produksi pada PT.
1) Thermometer
Thermometer yang digunakan untuk mengecek suhu udang dan air pada
bagian ujungnya pada daging udang sehingga dapat mengetahui suhu pada
udang tersebut.
2) Washing Tank
berbentuk bak persegi terdapat konveyor untuk sebagai tempat masuknya udang
ke dalam mesin washing tank. Pada PT. Bumi Menara Internusa Lamongan
terdapat 3 unit washing tank. Alat ini memiliki kapasitas 1000 kg.
64
3) Timbangan
lain:
pengecekan size.
pakai, timbangan akan dilakukan validasi sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan
yang sama.
4) Conveyor belt
• Conveyor belt potong kepala, yaitu conveyor yang digunakan pada proses
bahan baku udang yang sudah Head Less (HL) untuk dibawa ke bagian
• Conveyor belt kupas dan pengambilan usus, yaitu conveyor yang digunakan
pada proses pengupasan kulit dan pengambilan usus udang. Conveyor ini
untuk meletakkan bahan baku udang. pada setiap conveyor terdapat 50 orang
conveyor kupas dan pengambilan usus. Conveyor ini juga digunakan sebagai
5) Mesin Pembuat Es
Mesin Ice Flake type KF 2500 kapasitas 40 ton dan 50 ton per hari dengan
suhu -150C sampai -180C berjumlah 3 buah terletak di ruang flake ice.
6) Keranjang Industri
saat proses penimbangan dan pencucian udang. Keranjang industri terbuat dari
8) Baskom
akan diproses lebih lanjut. Baskom yang digunakan oleh PT. Bumi Menara
66
antara lain:
pemotongan kepala
menampung bahan baku udang tanpa kepala atau Head Less (HL), yang
akan dikirim ke bagian kupas dan pegambilan usus. Selain itu digunakan
Cincin potong kepala merupakan alat bantu yang digunakan oleh PT.
kepala. Alat ini berbahan stainless steel dan berbentuk cincin dengan terdapat
kaitan untuk memotong kepala udang. Cara penggunaannya yaitu diletakan pada
Alat ini digunakan untuk mencuci baksom dan keranjang yang digunakan
pada proses potong kepala. Mesin ini mencuci baskom dan keranjang dengan
menggunakan tiga suhu yang berbeda-beda, pada bak 1 suhu air 60°C, bak 2
suhu air 70°C, dan bak 3 suhu air 65°C. Air yang suhunya berbeda-beda ini
disemprotkan ke baskom atau keranjang yang akan dibersihkan melalui rel yang
telah di setting besar kecilnya keranjang atau baskom yang akan dicuci.
terendam air dingin dan ditambahkan es curai. Selain itu box fiber digunakan
12) Blong
liter.
Alat ini digunakan untuk mengambil es pada blong atau box fiber. Ice scoop
Grader yang terdapat di PT. Bumi Menara Internusa terdapat 4 unit mesin, setiap
mesin memiliki 5 range ukuran. Range ukuran dapat setting secara manual.
15) Pisau
Pisau digunakan untuk menyayat bagian punggung udang agar bisa diambil
ususnya. Pisau yang dipakai merupakan pisau yang berbahan stainless steel dan
ukuran 6cm.
Digunakan untuk memindahkan barang agar lebih mudah dan efisien. pada
setiap ruang proses terdapat hand pallet yang digunakan oleh karyawan
produksi. Hand Pallet yang digunakan jenis manual dengan sistem hidrolik
yang memompa oli untuk mengangkat beban. terbuat dari plat besi dengan
17) Gunting
untuk mengambil ususnya. Gunting yang digunakan terbuat dari stainless stell
dan dibuat khusus untuk membelah punggung udang dengan salah satu bagian
gunting dibuat lebih runcing dan berukuran lebih kecil dan tipis.
kandungan logam yang ada pada produk. Pada bagian pengemasan raw
IQF dengan kapasitas 600 kg/jam dengan suhu -350C dengan lama
2) Hardening Tunnel
diglazing. Proses pada mesin hardening tunnel selama 2 menit dengan suhu
-350C. Terdapat 2 buah mesin hardening tunnel pada ruan pembekuan raw.
1) Pakaian Proses
warna pakaian yang dipakai sesuai dengan hari kerjanya, berikut aturan
➢ : Biru
Senin dan Kamis
➢ Selasa dan Jumat : Merah
➢ Rabu dan Sabtu : Hijau
yang berbeda-beda sesuai dengan tugasnya, pada sabuk tersebut terdapat kartu
identitas, kartu jam kerja, dan kartu jam istirahat. Berikut uraian sabuk yang
berikut.
2) Sarung Tangan
yang dapat dibawa oleh karyawan itu sendiri. Sarung tangan yang digunakan di
PT. Bumi Menara Internusa Lamongan terdapat 4 macam sarung tangan yaitu
sarung tangan latex berwarna hijau, sarung tangan latex bewarna biru, sarung
3) Jaket Tebal
Jaket tebal digunakan untuk melindungi tubuh dari suhu rendah ketika
4) Jas Laboratorium
dibawa oleh pekerja melalui baju yang dikenakan. Jas laboratorium yang
laboratorium yang digunakan oleh pekerja diberikan langsung oleh PT. Bumi
Menara Internusa Lamongan, jumlah jas laboratorium yang beredar yaitu 6.400
pcs. Jas laboratorium dicuci setelah digunakan oleh karyawan oleh petugas
laundry. Berikut peraturan peakaian jas laboratorium di PT. Bumi Menara Internusa
5) Sepatu Boots
Sepatu boots digunakan untuk melindungi kaki dari area basah, dingin dan
langsung oleh perusahaan dengan jumlah 2.780 pasang sepatu. Sanitasi sepatu
boots juga dijaga dengan ketat. Setiap hari ada petugas penjaga yang berkeliling
untuk mengecek kebersihan sepatu, apabila sepatu terlihat kotor maka sepatu
langsung dicuci oleh petugas. Pesiapan pencucian sepatu boots yaitu air,
chorine, box 3 buah, rak sepatu ukuran 290 x 30 x 130 cm, sabun cair, adapun
Rendam sepatu boots kotor ke dalam box 1 dengan chlorine konsentrasi 200
ppm
Sikat bagian seppatu yang kotor dengan sabun cair konsentrasi sabun cair
250 ml/ liter air
Bilas sepatu boots yang sudah dibersih di box 2 yang berisi air biasa. Bilas
sampai tidak ada sabun yang tersisa
Bilas sepatu boots sekali lagi di box 3 yang berisi air chorine dengan
konsentrasi 100 ppm
Sepatu yang sudah dicuci kemudian digantung pada rak sepatu.
6) Avron
Avron digunakan untuk melindungi pakaian agar tidak basah dan kotor.
Avron terbuat dari bahan yang kedap air sehingga avron dapat melindungi baju
dari air yang dapat mengotori jas laboratorium dan pakaian karyawan. Setiap
2.150 pcs avron yang beredar. Avron yang sudah digunakan oleh karyawan akan
langsung dicuci oleh petugas. Sebelum melakukan pencucian hal yang perlu
72
dipersiapkan yaitu sabun cair dengan konsentrasi 250 ml / liter air, baskom,
Siapkan box : box 1 berisi larutan chlorine 200 ppm, box 2 berisi air, box 3
berisi larutan chlorine 100 ppm
Rrendam avron kotor kedalam box 1, kurang lebih 10 menit
Sikat avron bagian luar dan bagian dalam avron dengan sabun cair
Bilas avron yang telah dibersihkan di box 2 sampai sabun hilang atau tidak
bau sabun
Bilas avron sekali lagi di box 3 dengan cara mencelupkan avron sampai avron
terendam
Tiriskan avron atau keringkan di tempat gantung avron.
7) Penutup kepala
kepala. Untuk karyawa laki-laki maupun perempuan yang tidak berjilbab wajib
karyawan di PT. Bumi Menara Internusa Lamongan dapat dilihat pada Tabel 7.
73
pada produk. Oleh karena itu PT. Bumi Menara Internusa Lamongan memiliki
1) Setiap karyawan dan tamu yang berjenggot yang akan memasuki ruang
2) Security pintu masuk proses wajib memeriksa setiap karyawan dan tamu
1) Setiap karyawan dan tamu yang memiliki bulu tangan lebat bila akan
2) Security pintu masuk proses wajib memeriksa setiap karyawan dan tamu
4.2.3 Prasarana
sehingga dapat bekerja lebih baik. Prasarana yang dimiliki PT. Bumi Menara
Ruang proses pengolahan udang beku adalah ruang yang digunakan untuk
Ruang masuk proses terdapat sliding lock untuk karyawan, bak cuci kaki
karyawan sebelum memasuki ruang proses, bak cuci kaki terdapat larutan
chlorine 200 ppm. Selain itu pada ruangan in terdapat hand wash untuk bak
cuci tangan yang wajib dilakukan oleh seua karyawan, ditabah bak tangan
yang berisi larutan chlorine 100 ppm untuk merendamkan tangan yang sudah
dicuci. Ruangan ini dilengkapi soap dispenser, hand dryer dan terdapat
Karyawan dengan bantuan alat hair roller dan seorang security yang
Ruangan ini digunakan sebagai tepat penerimaan bahan baku udang dari
dalam pabrik. Diruangan ini dilakukan cek ulang size, cek penimbangan, dan
cek kualitas udang oleh QC. Ruangan ini juga digunakan sebagai pembagian
Area ini digunakan sebagai proses potong kepala, pada area ini terdapat
7 unit conveyor.
penyimpanan alat, bahan kimia, dan mesin pencuci baskom dan keranjang.
Area ini digunakan untuk mencuci udang yang sudah dipotong kepalanya,
mesin pencucian udang ini langsung dihubungkan dengan mesi roller grader.
sudah disortir untuk dibawa ke area kupas dan pengambilan usus. Dan
Area ini digunakan pada area kupas dan pengambilan usus, yang
j) Area Rendaman
2) Ruang Ganti
Ruang ganti di PT. Bumi Menara Internusa Lamongan terdapat 1 ruang ganti
pria dan 1 ruang ganti wanita yang terletak sebelum pintu masuk ruang proses.
3) Toilet
PT. Bumi Menara Internusa Lamongan memiliki 2 jenis toilet, yaitu toilet
karyawan dan toilet staff. Untuk karyawan wanita terdapat 94 toilet dan 6 toilet
untuk laki-laki. Sedangkan toilet staff wanita tedapat 10 toilet dan 3 toilet untuk
staff laki-laki
4) Musholla
ibadah. Hal tersebut juga bertujuan untuk memudahkan karyawan sehingga tidak
kesulitan mencari tempat ibadah yang terlalu jauh yang dapat menyebabkan
5) Kantin
6) Klinik
kesehatan karyawan dan sebagai tempat tes kesehatan bagi pelamar kerja di
perusahaan tersebut. Bagi karyawan yang merasa sakit saat bekerja dapat
terdapat 4 unit tempat tidur untuk karyawan beristirahat dan obat-obatan yang
7) Laundry
pengering.
8) Ruang Staff
9) Laboratorium
Digunakan untuk menguji bahan baku yang diterima dan menguji produk
yang sudah jadi. Pada PT. BMI Lamongan terdapat 1 buah laboratorium.
digunakan untuk menyimpan produk jadi. Cold storage B dan Cuntuk menyimpan
udang dalam bentuk blok dan produk udang yang repack. Suhu pada cold
ada di PT. Bumi Menara Internusa Lamongan terutama limbah cair hasil produksi
Pada bagian pos jaga terdapat security untuk menjaga keamanan dan
ketertiban dari lingkungn PT. BMI lamongan sendiri. Terdapat beberapa titik yaitu
di depan gerbang utama, di bagian pintun masuk perusahan dan ruang produksi,
13) Parkir
Terdapat area ruang parkir untuk karyawan PT. BMI Lamongan yang terletak
14) Mess
pada perusahaan PT. Bumi Menara Internusa Lamongan memiliki tata letak dan
lay out pabrik yang sesuai dengan kebutuhan proses produksi yang sesuai
dengan alur proses, dimana kegiatan yang satu dan yang lain saling berkaitan.
Lay out ini dibuat sebelum didirikan unit pengolahan tujuannya untuk mencegah
berurutan. Sehingga tata letak pada ruang proses dan tata letak gedung
Lamongan ini dibuat dengan baik, tertata rapi dan secara berurutan.
79
Tujuan dari dibuat lay out ini untuk mempermudah dan melancarkan waktu
Desain tata letak bagian produksi pada PT. Bumi Menara Internusa
Lamongan dibuat terpisah sesuai dengan bagian produksi. Dimana pada setiap
disetiap pintu masuk dilengkapi tirai dari plastik. Pada bagian ruang
Thaheer (2005) mengatakan bahwa tata letak pabrik atau tata letak fasilitas
untuk luas area penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya,
desain tata letak pada PT. Bumi Menara Internusa Lamongan yaitu pola aliran U
tepat. Pola liran U ini akan mempermudah pemanfaatan fasilitas transportasi dan
4.3 Ketenagakerjaan
produksi. Oleh sebab itu tenaga kerja suatu perusahaan sangatlah penting
perannya dalam aktifitas kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dan untuk
Jumlah karyawan di PT. Bumi Menara Internusa Lamongan adalah 2.279 karyawan
termasuk staf kantor, pekerja produksi dan non produksi dengan tingkat pendapatan yang
beragam sesuai dengan kedudukan dan bagiannya pada perusahaan. Perincian sebaran tenaga
kerja PT. Bumi Menara Internusa Lamongan berdasarkan jenis kelamin yaitu. Tabel 8. Tenaga Kerja
sliding lock di awal kerja dan pekerja magang absensi menggunakan tanda
tangan di akhir jam kerja. Jumlah jam kerja sebanyak 8 jam kerja.
menjadi 3 shift. Untuk pembagian waktu jam kerja akan dijelaskan sebagai
berikut.
Penambahan jam kerja (jam lembur) akan dilakukan jika hasil produksi
yang harus dihasilkan lebih banyak dan harus di selesaikan untuk memenuhi
target produksi. Hari libur diberlakukan 2 hari dalam seminggu dan dilakukan
81
secara bergantian dan hari besar keagamaan. Untuk menjadi karyawan dalam
perusahaan ini dapat disesuaikan dengan keterampilan dan lulus training selama
dengan pihak pekerja dan perusahaan. Syarat perjanjian pemberian upah telah
dapat diketahui bahwa bagi perusahaan upah merupakan salah satu elemen
merasa puas bila memperoleh penghasilan pada tingkat yang wajar dengan
suatu penilaian kerja yang adil. Perusahaan memiliki tiga jenis karyawan yang
berikut :
1. Karyawan Tetap
jabatan, tunjangan hari raya / tahun baru, BPJS, bonus dan tunjangan lainnya
tersebut.
2. Karyawan Kontrak
Pegawai baik staf maupun pegawai produksi dimana statusnya masih bersifat
sementara masa kerjanya ditentukan lama kontrak yang diberi perusahaan pada
kontrak. Hal ini dinilai dari produktifitas dan prestasi kerja. Upah yang diberikan
3. Karyawan Magang
Pegawai produksi yang masih belum mendapat kontrak dari perusahaan dan
h. Tunjangan jabatan dan bonus sesuai kecakapan dan prestasi kerja yang
dihasilkan.
bergerak khusus dalam bidang pembekuan udang. Produk udang bentuk Head
Lees merupakan salah satu produk utama dari PT. Bumi Menara Internusa
Udang beku bentuk Head Less merupakan bentuk udang tanpa kepala, dan
Hasil produk udang bentuk Head Less ini hasil produknya di ekspor ke Benua
Asia, Eropa dan Amerika. Hal inilah yang menyebabkan kualitas dan mutu dari
udang bentuk Head Less yang diproduksi harus selalu diperhatikan kerena target
konsumen adalah internasional. Proses udang bentuk Head Less erat kaitannya
dengan penerapan sistem rantai dingin untuk menjaga suhu udang dengan
pengolahan yang baik, mengingat udang adalah produk dengan nilai ekonomis
tinggi sehingga perlu sangat diperhatikan mutu dan kualitasnya, agar diperoleh
produk udang bentuk Head Less yang bermutu. Penerapan sistem rantai dingin
di suatu perusahaan harus selalu dipantau oleh seorang Quality Conol (QC) yang
bertugas untuk mengawasi hal-hal yang mendasar dalam proses produksi. Hal ini
sesuai dengan Darwanto (2003) yang menyatakan bahwa produk udang beku
merupakan produk komoditas ekspor yang tinggi, oleh karena itu akan dapat
produk udang vannamei bentuk Head Less dapat dilihat pada Tabel 9.
84
sebagai keterangan tertulis terhadap jenis produk yang dihasilkan dan sekaligus
juga sebagai keterangan kepada pihak buyer maupun dari instansi terkait untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas dan nyata mengenai produk yang
dihasilkan apabila sewaktu – waktu ada inspeksi keperusahaan. Hal ini sesuai
Bahan baku yang digunakan oleh PT. Bumi Menara Internusa Lamongan
yang telah terdaftar di perusahaan dengan size yang beragam. Pembelian bahan
baku di PT. BMI Lamongan berdasarkan perjanjian atau kontrak yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak antara perusahaan dengan supplier baik
mengenai harga, jumlah, size dan jadwal penerimaan. Jadwal penerimaan bahan
baku udang didatangkan pada hari Senin-Jumat pada pukul 07.00 WIB dengan
Udang berasal dari tambak berbentuk Head On, diletakkan dalam fiber box atau
drum plastik kapasitas 100kg dan diberi pecahan-pecahan es dan air dingin agar
mutu. Hal ini sesuai dengan (Purwaningsih, 2000), bahwa udang segar yang
diterima di pabrik diletakkan di dalam bak fiber yang diberi es. Proses pengiriman
udang dilengkapi dengan surat jaminan dari supplier dan surat jalan. Pada saat
bahan baku datang, supplier memberikan surat jalan kepada perusahaan dan
surat jaminan supplier. Surat jalan sesuai dengan keadaan udang yang meliputi:
nama petambak, lokasi tambak, jenis, size, jumlah barang, alat transportasi, no.
Polisi, dan suhu saat bahan baku dimuat dan saat dibongkar, juga disertai
sertifikat jaminan supplier. Untuk mengetahui surat jalan supplier dapat dilihat
pada Lampiran 5. Pada surat jaminan supplier ini merupakan dokumen yang
penting dalam transaksi jual beli bahan baku guna mendapatkan bahan baku
dalam keadaan segar. Surat jaminan supplier dibuat oleh pihak supplier dan
berisi tentang jaminan bahwa bahan baku yang dikirim oleh supplier tidak
teridentifkasi antibiotik.
Berikut adalah daftar dari tambak yang terdaftar pada PT. BMI Lamongan
sebagai berikut
Berikut adalah daftar dari supplier yang terdaftar pada PT. BMI Lamongan
yaitu.
Pada Tabel diatas adalah daftar nama tambak dan supplier yang telah
terdaftar pada PT. Bumi Menara Internusa Lamongan. Hal ini dikarenakan
tambak sudah memiliki sertifikat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak dan
87
supplier juga memiliki surat jaminan supplier yang telah ditetapkan oleh pihak
PT.BMI Lamongan. Sistem kontrak yang diterapkan oleh pihak PT. BMI
Lamongan yaitu apabila terdapat kerusakan pada udang vannamei yang sangat
parah hingga tidak layak untuk diproduksi akan masuk ke produk reject dan akan
2. Bahan baku yang diterima harus sesuai dengan kontrak dan jadwal
jenis/spesiesnya.
0
g) Bahan baku di pack pada suhu <2 C.
1) Air
Air merupakan salah satu bahan pembantu yang penting dalam proses
produksi di PT. Bumi Menara Internusa Lamongan. Air digunakan mulai dari
penerimaan bahan baku hingga proses pembekuan, selain itu air juga digunakan
dengan standar air minum untuk proses produksi karena air akan kontak
langsung dengan produk. Syarat-syarat air yang sesuai dengan standar air
minum. Pengadaan air bersih di PT. BMI Lamongan yaitu bertujuan untuk
memperoleh air yang sesuai dengan standar air minum, bersih, tidak berbau, dan
jernih. PT. BMI Lamongan menggunakan air PDAM untuk pencucian peralatan
dan permukaan yang kontak langsung dengan produk. Sedangkan air yang
yang telah dilakukan treatment. Air selalu dikontrol untuk menjaga kualitas air
yang digunakan maka dilakukan pengujian terhadap mutu air tersebut secara
dinyatakan aman sesuai standar air minum yang baik. Hal ini sesuai dengan
(2010) Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
2) Es
Dengan suhu rendah maka udang tidak mengalami kerusakan dan kesegaran
menggunakan mesin ice flake dengan kapasitas 80 ton dan berjumlah 4 unit
mesin ice flake sehingga ketersediaan es sangat tercukupi. Ice flake digunakan di
pemotongan kepala, pencucian II, dan glazing. Pada proses produksi ice flake
ditambahkan garam. Es yang dihasilkan berbentuk pipih dan berwarna putih. Hal
ini es yang digunakan telah sesuai spesifikasi perusahaan yaitu terhindar dari
cemaran mikroba dan telah dilakukan penerapan sanitasi yang baik, es yang
bentuk Head Less yang ada di PT. BMI Lamongan. Bahan tambahan ini
berfungsi untuk membantu produk baik secara volume, tekstur, cita rasa, serta
daya simpan pada produk. Hal ini sesuai sesuai pendapat (Julaeha.L, 2016)
pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu
pangan.
selera.
Bahan tambahan yang digunakan pada proses pembekuan udang yaitu Sodium
3. Menambah rendemen pada udang karena sifat phosphate yang mengikat air,
bertujuan untuk :
penurunan Water Activity (AW) bahan dan terjadinya pengikatan kation logam
air daging, mengurangi drip dalam daging selama penyimpanan atau ketika
(USDA) batas pengguna alkali fosfat 0,5% pada hasil akhir. Menurut Departemen
2) Garam
penambahan garam ini bertujuan untuk menambah cita rasa pada produk udang
beku tersebut, selain itu garam juga berfungsi untuk mengawetkan udang
sehingga lebih tahan lama karena sifat garam sebagai anti mikroba. Menurut
halus bewarna putih bersih. Bahan garam yang digunakan adalah garam yang
langsung didatangkan oleh salah satu perusahaan garam yaitu PT. Sumatracoo
Mempunyai kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik. Secara sifat
Plastic ini terbuat dari nylon 15 dan LDPE 65 dengan ukuran 292mm x
203 mmx 38 mm2 dengan isi tiap polybag 2 lbs (908 gram). Plastic ini berfungsi
sebgai kemasan primer dimana kemasan primer sendiri memiliki fungsi untuk
melindungi produk pertama kali. Hal ini sesuai pendapat Aziz (2016), bahwa
buyer. Plastik polyetylan ini dipesan selama 1 bulan sebelum proses produksi
dan dikirim dengan menggunakan kemasan master carton dengan jumlah tiap
master carton adalah 2400pcs untuk kemasan besar dan 2200 pcs untuk
kemasan kecil.
b) Master Carton
kemasan yang lebih kecil untuk memudahkan dalam pengiriman. Hal ini sesuai
pengecekan tanggal kadaluarsa, supplier, jumlah udang, dan jenis udang. udang
93
yang telah dilakukan pengecekan, kemudian diberi selotip dan dilakukan proses
Bahan pemberish dan saniter yang digunakan PT. Bumi Menara Internusa
1) Klorin
disebabkan oleh adanya sodium hipoklorit (HOCL) pada klorin klorin yang
penggunaan klorin pada PT. Bumi Menara Internusa Lamongan sebagai berikut. Tabel 13.
Penggunaan Klorin di PT. Bumi Menara Internusa Lamongan
No. Penggunaan Kadar Klorin (ppm)
1. Cuci tangan 100
2. Bak celup sepatu 200
3. Cuci peralatan 100
4. Cuci keranjang 100
5. Cuci meja 100
6. Pencucian udang 100
Sumber. PT. BMI Lamongan (2019)
tangan, kaki, peralatan, keanjang, meja dan udang yaitu kadar klorin yang
digunakan berkisar antara 100-200 ppm. Hal ini sesuai dengan Said (2007),
bahwa penggunaan klorin untuk pencucian bahan yang akan kontak dengan
produk (peralatan) tidak boleh melebihi 200 ppm karena dapat menimbulkan
2) Sabun Cair
Selain klorin bahan saniter yang digunakan adalah sabun cair. Sabun ini
digunakan untuk cuci tangan dan perlatan. Karyawan sebelum dan sesudah
proses produksi wajib mencuci tangan dengan sabun cair. Penggunaan sabun
cair bertujuan untuk mematikan bakteri-bakteri yang masih terdapat pada tangan
dihindari. Sabun cair yang digunakan di PT. Bumi Menara Internusa Lamongan
adalah clean and smooth, sabun ini berbentuk gel berwarna putih serta tidak
berbau.
dengan Master Carton (MC), Peyimpanan. Berikut penjelasan lebih lanjut dari
Bahan baku udang segar yang didatangkan menggunakan truk atau mobil
pick up. Udang diletakkan pada box fiber berkapasitas 100 kg yang tersegel.
udang yang terdapat dalam box. Pengambilan sampel dilakukan oleh Quality
udang yaitu maksimal 5ºC dan dilakukan penambahan es bila suhu udang
pengujian fisik seperti bau, kenampakan udang, dan meraba atau menekan
udang untuk melihat tekstur daging udang. Mutu bahan baku memiliki nilai rata–
rata uji organoleptik ≥7. Sebelum pembongkaran harus dilakukan pengujian kimia
kimia lain) sedangkan untuk uji mikrobiologi harus bebas dari (TPC, Coliform,
E.coli,Salmonella, Vibrio collera, dan Staphylococcus). Hal ini sesuai dengan SNI
3457:2014, yang menyatakan bahan baku bersih, bebas dari setiap bau yang
dari sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak
penerimaan bahan baku memeriksa terlebih dahulu keadaan suhu udang yaitu
maksimal 5ºC dan dilakukan penambahan es bila suhu udang melebihi batas
seperti bau, kenampakan udang, dan meraba atau menekan udang untuk melihat
tekstur daging udang. Mutu bahan baku memiliki nilai rata–rata uji organoleptik
5.7.2. Pencucian 1
dan mikroba yang terdapat pada permukaannya, serta membersihkan udang dari
pecahan es, dan benda-benda asing yang dapat mengkontaminasi udang itu
96
washing tank. Pada PT. Bumi Menara Internusa Lamongan memiliki bak mesin
udang tetap pada suhu 00C. Proses pencucian I dilakukan setelah dilakukan
direndam pada washing tank dan air pencucian diganti setiap 1 jam sekali, air
yang digunakan adalah air PDAM. Bak mesin washing tank dilengkapi dengan
pada bagian penerimaan luar. Pengecekan suhu dan klorin selalu dilakukan
setiap 1 jam sekali oleh Quality Control (QC) dengan cara mengecek kadar klorin
menggunakan clorine paper, dan suhu air menggunakan termometer. Hal ini
pencucian I ini adalah menghilangkan kotoran yang menempel pada udang dan
bebas dari bakteri patogen, udang dimasukan kedalam keranjang lalu dicuci
dengan air dingin yang mengalir dan dilakukan secara cepat, cermat dan saniter.
Tabel 14.
Dapat dijelaskan dari Tabel 6 tersebut bahwa suhu air rata-rata pada
proses pencucian I adalah 0,20C dan suhu rata-rata udang adalah 1,40C. Hal ini
sesuai dengan kriteria ketetapan suhu udang dan air pada PT. BMI Lamongan
yaitu ≤20C. Hal ini sesuai dengan pendapat dengan Wahyudi (2003),
yang suhunya 0 sampai 2 ºC. Proses pencucian di PT. BMI Lamongan dapat
Penerimaan luar bertujuan untuk memastikan berat, jenis, dan size udang
udang yang sudah dicuci akan masuk pada penerimaan luar melalui jendela
kemudian ditiriskan dan ditimbang seberat 1 kg serta dilakukan cek size oleh
udang di cek mutu oleh Quality Control (QC). Pengecekan dimulai dengan
penerimaan luar telah di beri label setiap 8 keranjang udang dengan berat 1 kg
untuk di cek mutu oleh QC. Setelah dilakukan cek mutu, udang dikelompokkan
berdasarkan kualitas fisik dan bau dari udang tersebut. Pengelompokan mutu
stainless steel dengan diberi es dibagian atas udang. Baskom juga dilengkapi
label yang berisi transaksi udang dari penerimaan dalam ke bagian potong
dapat mempercepat proses pembusukan. Hal ini sesuai dengan SNI 3457:2014,
pemotongan kepala bertujuan untuk mendapatkan bahan baku yang baik serta
bebas bakteri patogen dan memenuhi persyaratan mutu. Pada PT. BMI
jam sekali. Alat yang digunakan untuk PK berupa keranjang kapasitas 7 kg dan
10 kg, sarung tangan dan cincin PK. Pemotongan kepala dilakukan di atas
1. Meletakkan baskom dan keranjang yang berisi es curah sebelah kiri dan
3. Sebelum dilakukan PK, melihat label terlebih dahulu. Apabila label tidak jelas
4. Mengambil udang dengan tangan kanan pada bagian kepala pegang badan
udang dengan tangan kiri. Atur posisi udang perut menghadap keatas.
5. Kait bagian kepala udang dengan cincin PK dan genjer tidak boleh lepas.
100
conveyor.
Standar rendemen yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 68%. Adapun standar rendemen
potong kepala dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 15. Standar Randemen Potong Kepala Udang
berikut:
Berat akhir
Berat awal
X100%
perusahaan maka dari itu karyawan dapat bekerja lebih hati – hati dan bekerja
sesuai dengan SOP. Namun masih ada masalah yang terjadi pada proses potong
kepala berkaitan dengan rendemen. Apabila rendemen tidak sesuai maka akan
1. Putusnya genjer
Melakukan teknik potong kepala tidak semudah dan tidak sesulit itu
namun ketika sudah mengetahui teknik yang baik dan benar makan genjer ini
tidak akan terputus. Masalah yang sering terjadi karena karyawan bekerja
dengan cepat sehingga terkadang melupakan teknik potong kepala yang baik,
2. Udang jatuh
standar. Karyawan yang kurang teliti, pada saat pemotongan kepala udang.
Udang yang telah terpotong kemudia diletakkan pada udang yang belum di
lakukan proses potong kepala, sehingga ketika akan membuang hasil potong
kepala secara tidak langsung udang yang masih utuh pun ikut terbuang kedalam
corong pembuangan kepal. Hal terebut menjadi peringatan dan koreksi untuk
karyawan.
3. Udang susut
ketersediaan es dan air yang ada pada baskom. Pastikan bahwasanya udang
setelah dipotong kepala direndam dengan air es, karena 70% kandungan udang
adalah air oleh karena itu, harus tetap menjaga ketersedian air es agar udang
tidak susut. Sehingga sangat perlu dilakukan training yang berkelanjutan untuk
memberi pengetahuan mengenai proses potong kepala yang baik dan benar
dan mengurangi cemaran mikroba yangterdapat pada bahan baku udang. Berikut
Dapat dilihat pada Tabel 16 bahwa 10kg udang yang telah dipotong
randemen yang diamati lebih besar dari standar yang telah ditetapkan
perusahaan. Hal ini dikarenakan hasil potongan kepala yang dihasilkan oleh
pekerja masih belum dilakukan pencucian. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat
pemotongan kepala sekitar 63-65%. Pada PT. Bumi Menara Internusa Lamongan
kriteria pemotongan kepala harus memiliki genjer. Genjer yang ditetapkan harus
panjang dan bercabang. Hal ini bertentangan pendapat Hadiwiyoto (1993), genjer
pada udang harus dihilangkan agar tidak terganggu dalam pengemasannya dan
terlihat rapi. Jumlah genjer dapat mencapai sekitar 3% dari sklaa produksi udang
beku (Irianto dkk, 2017). Sehingga penambahan jumlah rendemen potong kepala
Gambar 15.
103
5.7.6. Pencucian II
pencucian II. Pada bak pencucian dihubungkan langsung dengan mesin grader
roller. Komposisi untuk pencucian II sama dengan bagian pencucian I, yaitu air,
es curai dan klorin. Untk kadar klorin pada pencucian II sebesar 50-100ppm.
sortasi.
5.7.7. Sortasi
dengan bak pencucian udang dengan jumlah 5 unit. Setiap mesin WCS terdapat
7 orang pekerja sebagai checker yang bertugas untuk cek size dan mutu udang.
atau 1,5kg, keranjang kapasitas 2,5 kg, lengser kecil dan tanda OK/Reject. Pada
mesin WCS juga dilengkapi roll plat sebagai pemisah size. Cara mengatur roll
plat pemisah size yaitu dengan mengatur jarak roll ke kanan untuk menyempitkan
dan ke kiri untuk melebarkan. Hal ini akan berakibat untuk sortasi udang pada
mesin grader dengan mengatur jarak roll bagian bawah sesuai size besar dan
bagian atas sesuai size kecil. Selanjutnya udang dari bak pencucian
104
akan dibawa conveyor ke atas untuk disortasi di roll plat pemisah size. Udang
akan jatuh di atas belt conveyor dan dilakukan pengecekan ulang oleh checker.
1. Mengambil udang pada keranjang industri yang sudah ada label transaksi
sizing.
5. Cek kualitas produk meliputi (scarred sell, molting, black tail, broken, red,
black spot).
6. Kemudian, udang yang telah dicek pada keranjang diberi tanda “OK” untuk
size yang sesuai spesifikasi dan tanda tanda “Reject” yang tidak sesuai.
Selanjutnya, udang diberi air dan es dibagian atasnya untuk menjaga kesegaran
udang saat dilakukan pengiriman hasil sizing ke tahap selanjutnya. Pada box
fibber dilengkapi label hasil pengecekan yang berisi : kode material, so/item,
quantity, tujuan. Proses sortir pada WCS dapat dilihat dibawah ini.
Persiapan alat yang dibutuhkan yaitu gunting, baskom kapasitas 5 kg dan 2,5 kg,
di atas baskom kapasitas 5kg yang berisi air dan es curai di sebelah kiri. Lalu,
kanan. Cara kerja saat pengguntingan dan pengambilan usus yaitu, udang
usus pda punggung udang. Pengguntingan terdapat 2 jenis yaitu gunting 1-5
dengan menggunting punggung udang mulai ruas ke-1 hingga ruas ke-5 dan
gunting 2-5 yatu menggunting punggung udang pada ruas ke-2 hinggan ruas ke-
5. Pengambilan usus ditarik dari ruas ke-5 dan usus harus benar-benar bersih
tidak boleh ada yang tersisa. Selanjutnya udang ditampung kedalam keranjang
tampung yang berisi air dan es untuk tetap menjaga kesegaran udang.
conveyor dengan tujuan untuk dilakukan cek mutu oleh checker yang berada di
bagian ujung conveyor. Cek mutu udang meliputi warna dan tekstur Pada cek
warna yang dilihat yaitu udang berwarna red, brown dan black. Untuk tekstur
yaitu soft shell dan lost shell dimana keaddan kulit udang sudah mengelupas.
5.7.9. Perendaman
kedalam larutan bersuhu ≤7°C pada blong berkapasitas 400 liter kg dengan
yang dibutuhkan yatu blong kapasitas 400liter, mesin aduk, alat peniris,
termometer.
Jika larutan telah dibuat maka udang ditimbang 120 kg dan dimasukkan
dalamblong. Perbandingan air (air inggridient yaitu air yang telah ditambahkan
berat udang, 1,25= air) yakni 150 liter air. Kemudian masukkan larutan yang telah
jadi pada blong rendaman dengan perlahan dan sesui takaran dan dilakukan
minute). Tujuan dari pengadukan ini adalah agar bahan – bahan yang terlarut
yang telah dilakukan proses pengadukan produk Head Less untuk size 31-40
sebesar 4-5 Rpm dan size 41-50 sebesar 2-3 Rpm maka akan memasuki tahap
tetap dilakukan pengecekan suhu dan dilakukan unggaran agar bahan – bahan
tetap tercampur dengan baik serta udang tidak mengalami kemunduran mutu.
berdasarkan bentuk udang. untuk produk HL diaduk sebanyak 7-10 kali dalam
sekali pengadukan. Untuk spesifikasi randemen udang yaitu size 16-20 sebear
115% dan size 26-30 sebesar 16%. Adapun suhu rata-rata udang pada proses
dengan lama pembekuan maksimal ±27 menit sesuai dengan ukuran udang.
≤ -45°C yang dimonitor oleh QC dan teknisi setiap 1 jam. Setelah udang selesai
direndam kemudian disusun secara sejajar dan merata diatas conveyor untuk
antara disesuaikan dengan size udang, sehingga suhu produk pada saat
dilakukan pengecekan oleh QC yaitu dibawah -18ºC sampai -22ºC. Jika ada
bisa beku dengan sempurna. Hasil pengecekan suhu dan waku pembekuan di
5.7.11. Glazing
diatas conveyor dengan melewati air selama 3 detik dengan ice flake di bagian
samping conveyor untuk menjaga suhu air agar tetap 00C dengan
15%. Pada proses ini dilakukan oleh 2 orang karyawan produksi. Suhu air
Glazing dicek oleh QC setiap 1 jam sekali agar tidak mengalami kenaikan suhu
sehingga mempengaruhi suhu pusat pada produk. Hal ini Hal ini sesuai dengan
penyimpanan dan distribusi. Data hasil pengamatan suhu air pada proses glazing
penggelasan adalah 0,8°C. Hal ini sama dengan pendapat Wahyudi (2003),
menyatakan bahwa suhu air glazing sekitar -1 sampai 2ºC. Hasil udang setelah
Hal ini terjadi untuk membuat udang kembali beku setelah dilakukan glazing.
sampai ≤ -45°C yang dimonitor oleh QC dan teknisi setiap 1 jam. Kapasitas
ukuran, nama/tipe produk, size udang, tanggal produksi, berat bersih, petunjuk
asal, bahan yang digunakan, ketelusuran dan kode supplier. Hal ini sesuai
adalah berbeda tergantung pada berat udang dan tergantung dengan permintaan
buyer.
logam pada produk. Pendeteksian logam ini menggunakan mesin metal detector
adalah dengan cara melewatkan produk udang dalam plastik polybag secara
satu persatu kedalam mesin melalui conveyor metal detector. Bahan logam pada
produk akan terdeteksi dengan adanya bunyi alarm. Produk yang terdeteksi
adanya bahan logam akan disortir dan lakukan cek ulang lalu dilewatkan
kedalam mesin metal detector kembali. Apabila telah disortir dan dilakukan cek
metalnya dan masih terdeksi dalam mesin metal detector maka produk akan
dimusnahkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Muniyarti dan Sunarman (2000),
bahwa cara kerja metal detecting pada kondisi normal, arah gelombang
pemancar menyebar kearah penerima atau produk yang akan dideteksi, apabila
ada benda asing baik logam maupun non logam maka alat indikator akan
berbunyi dan konveyor pada metal detector akan berhenti dengan sendirinya.
Untuk standar pendeteksian logam pada perusahaan yaitu Fe = 1,5 mmn Non Fe
berisi udang yang telah dilewatkan pada mesin metal detector dimasukkan
tanggal kadaluarsa, negara asal, bahan yang digunakan, ketelusuran dan kode
supplier. Hal ini sesuai dengan Purwaningsih (2000) bahwa kemasan dilengkapi
dengan label, keterangan yang menjelaskan isi, manfaat isi, dan informasi yang
di area packing dan dilakukan secara cepat, cermat, dan saniter dengan
carton terdapat 10 polybag dengan berat masing-masing 2 lbs atau 908 gram.
mempertahankan suhu pusat udang tetap -18°C. Produk yang sudah dikemas
harus segera disimpan dalam coldstorage. Pada PT. Bumi Menara Internusa
coldstorage B dan C untuk menyimpan udang dalam bentuk blok dan produk
dahulu diberi barcode yang berisi tentang informasi produkk. Produk yang masuk
coldstorage sudah dikemas dalam Master carton (MC), hal ini untuk melindungi
sirkulasi udara bisa merata. Susunan dalam coldstorage diberi kode mengenai
letak dan posisi produk. Hal ini agar produk mudah teridentifiksi ketika
pembongkaran karena produk yang lebih awal disimpan akan lebih awal juga
dikeluarkan. Monitoring suhu akan dicatat secara otomatis oleh mesin pencatat
suhu dan secara manual oleh QC pada setiap 1 jam sekali dan suhu cold storage
yang digunakan yaitu ≤ −26°C. Hal ini sesuai dengan SNI 01-3457.3-2006 bahwa
pembongkaran. Suhu dalam cold room selalu dicek oleh QC bagian packing.
secara bersusun dan dipisahkan berdasarkan tipe, ukuran, brand, dan tingkatan
mutu dengan pemberian alas kayu. Hal ini sesuai dengan Wahyudi (2003) bahwa
produk disimpan dalam gudang beku khusus, tidak boleh dicampur dengan
Sanitasi dan higiene yang diterapkan oleh PT. Bumi Menara Internusa
Lamongan meliputi berbagai hal, yakni mulai dari sanitasi bahan baku, peralatan,
ruang proses, lingkungan dan karyawan. Sanitasi dan higiene diterapkan oleh PT.
Bumi Menara Internusa Lamongan dengan tujuan agar produk yang dihasilkan
benar-benar menjadi produk yang berkualitas dan layak ekspor, serta kepuasan
udang, atau dengan kata lain, tindakan sanitasi dan higiene agar mutu produk
yang kemudian diolah untuk menjadi es kristal dengan mesin ice flake. Air dan es
yang digunakan oleh PT. BMI Lamongan telah sesuai dengan standar air minum
serta telah melalui pengujian mikrobiologi air. Mekanisme pengujian es dan air
yang ada di PT.BMI dilakukan dengan rutin mrnggunakan metode acak, untuk
beberapa kran produksi secara acak dan terus berlangsung pada bulan
berikutnya hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa air yang digunakan tetap
sesuai standar dan aman untuk kegiatan proses produksi. Pengujian air
114
secara internal yang didapatkan masih dalam standar SNI 01-3553-2006 tentang
air minum dalam kemasan yang dimana untuk pengujian fisik yaitu tidak berbau,
seminggu dua kali dengan metode penjadwalan untuk minggu pertama dilakukan
pengujian pada mesin ice flake 1 dan 2, untuk minggu berikutnya 3 dan 4 dan
terus berlangsung pada minggu berikutnya. Dan untuk pengujian air pada
aman sesuai standar air minum. Adapun syarat-syarat air yang dapat diminum
Tujuan dari dari menjaga kondisi permukaan yang kontak dengan produk
produk dalam kondisi bersih. Seluruh peralatan yang digunakan untuk proses
produksi di PT. BMI Lamongan berbahan stainless steel dan memiliki warna yang
peralatan yang berkontak langsung dengan produk harus terbuat dari bahan anti
karat, tidak beracun, tidak menyerap air dan mudah dibersihkan serta peralatan
juga harus diberi tanda dan dipisahkan sehingga dapat menghindari kontaminasi.
Selain peralatan benda yang kontak langsung dengan produk adalah tangan
Sedangkan kegiatan
115
dengan produk harus bersih dan dalam kondisi saniter. Prosedur yang dilakukan
dengan produk harus dirancang dan terbuat dari bahan tahan karat, tidak
kondisi peralatan sebelum, selama dan setelah proses, apabila alat tersebut tidak
dalam keadaan bersih maka dilakukan pencucian, dicatat oleh Qc dalam cek
pada peralatan dan produksi. Hal tersebut telah sesuai dengan KEPMEN KP
diatas kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak langsung dengan produk
prosedur dilapangan telah sesuai dengan panduan SSOP yang ada di PERMEN
bersentuhan dengan produk harus bersih dan dalam kondisi saniter serta terbuat
dari bahan tahan karat, tidak beracun, mudah dibersihkan, tidak menyerap air
lengkap mulai dari penutup kepala, sarung tangan, ninja, sepatu boot, dan apron
harus dipakai setiap kali memasuki ruangan proses. Seragam kerja hanya
memasuki area produksi dilakukan pemeriksaan kuku dan dilakukan rol untuk
membersihkan sisa – sisa rambut dan debu yang menempel pada seragam kerja,
Karyawan mencuci tangan pada air dengan kandungan klorin 100-200 ppm.
Sabun yang digunakan adalah sabun yang berwarna bening dan tidak beraroma
pabrik, bahan tambahan dan personil. Prosedur yang dilakukan ialah pemakaian
seragam lengkap. Seragam kerja hanya dig unakan diarea produksi serta adanya
pembedaan seragam kerja high risk dan low risk. Pekerjaan harus mencuci
Lantai terbuat dari bahan yang kedap terhadap air, permukaan rata tapi tidak
Dinding terbuat dari beton yang kuat dan dilapisi dengan semen yang
berkenampakan rata dan halus. Langit langit perusahaan terlihat bersih, kedap
air, tidak bocor. Pintu disetiap ruang proses selalu dilengkapi dengan tirai plastik.
saling anatara produk dengan lingkungan pabrik, bahan tambahan, dan personil
seragam lengkap. Seragam kerja hanya digunakan diarea produksi dan adanya
pembedaan seragam kerja high risk dan low risk. Pekerjaan harus mencuci
memakai sarung tangan. Tata letak pabrik harus mencegah kontaminasi silang.
Lantai terbuat dari ubin atau keramik kedap terhadap air tahan lama dan sangat
mudah dibersihkan. Dinding terbuat dari panel yang kuat dan berkenampakan
rata dan halus. Langit langit perusahaan terlihat bersih, kedap air, tidak bocor.
Pintu disetiap ruang proses selalu dilengkapi dengan tirai plastik. Ventilasi
memiliki kemiringan dan tidak menimbulkan genangan limbah cair. Ruang ganti
seragam proses bersih dan rapi. Ruang istirahat karyawan tertata rapi, bersih
digunakan pada area produksi saja. Pekerja high risk dilarang keluar masuk di
sarung tangan dan apron kotor maka harus diganti dengan yang bersih, jika ada
kimia yang digunakan adalah klorin yang standarnya telah ditentukan oleh
perusahaan. Klorin ini dikenal sebagai pembunuh bakteri khususnya bakteri yang
jurigen yang khusus untuk klorin yang diletakkan digudang dan memastikan agar
produk tidak terkontaminasi dari bahan kimia, pembersih, dan sanitizer yang
pembersih tegantung dari beberapa faktor yaitu : jenis dan jumlah cemaran yang
alumunium, baja tahan karat, karet, plastik atau kayu, sifat fisik senyawa bahan
pembersih (cair atau padat), metode pembersihan, mutu air yabg tersedia dan
biaya. Bahan yang baik memiliki syarat – syarat yaitu ekonomis, tidak beracun,
tidak korosif, tidak menggumpal dan tidak berdebu, stabil selama dan mudah
benar dengan dilengkapi sabun cair dengan pH 9, dan sikat untuk menggosok
kuku. Kran yang digunakan untuk cuci tangan adalah kran otomatis, sehingga
penggunaanya tidak kontak dengan tangan. Adapun prosedur cuci tangan yaitu :
oleh petugas sanitasi. Untuk toilet wanita dibedakan dengan toilet laki-laki, yang
cuci tangan, sanitasi dan toilet ini sudah sesuai dengan SSOP yang dibuat oleh
perusahaan.
untuk memproteksi produk dari kontaminasi toksin tersebut. PT. Bumi Menara
Setiap bahan kimia diberi label penggunaan yang jelas, jenis bahan kimia yang
digunakan adalah klorin, alkohol, sabun cuci tangan, cairan pembersih lantai.
kimia. Label untuk bahan kimia berisi informasi tentang nama bahan kimia
saat penyimpanan. Bahan kimia disimpan di ruang khusus di luar ruang proses,
ruang penyimpanan bahan kimia dibersihkan setiap hari oleh petugas sanitasi.
Hal ini sesuai dengn (Susiwi, 2009) bahwa label bahan atau larutan harus
baik untuk menghindari kontaminasi jamur selain itu pintu masuk gudang
tujuan yang jelas pada setiap bahan kimia yang digunakan untuk menghindari
gudang MC. Hanya personil tertentu yang dapat mengambil bahan tersebut.
Dilakukan oleh karyawan dan QC bagian penyimpanan bahan kimia setiap hari,
dilakukan dengan memberi label dengan tujuan yang jelas pada setiap bahan
tertentu yang akses ketempat penyimpanan bahan kimia beracun dan bahan
kimia harus diberi label dan disimpan terpisah dan zat lainnya, jika bahan kimia
telah terjadi perubahan dan sudah Kadaluarsa, maka tidak dapat digunakan
dalam proses produksi dan harus dimusnahkan. Dicatat oleh QC dalam laporan
toksin yaitu, syarat pelabelan dan penympanan bahan kimia bertujuan untuk
produk dari kontaminasi toksin tersebut, yaitu dengan cara memberikan label
dengan tujuan yang jelas pada stiap bahan kimia yang digunakan untuk
7. Kesehatan Karyawan
tidak ada karyawan yang sakit saat memasuki ruang proses. Pada saat bekerja
kondisi karyawan harus bersih dan sehat, karena kondisi kesehatannya dapat
kondisi sehat dan tidak menderita penyakit infeksi selama bekerja di area
dilakukan setiap 1 tahun 1x, disarankan 6 bulan 1x, untuk pengecekan kuku
dilakukan 1 minggu 2x. Adapun syarat karyawan yang tidak boleh masuk ruang
jarum pentul)
tidak ada karyawan yang sakit saat memasuki ruang proses. Prosedur yang
dilakukan dilapangan ialah karyawan harus dalam kondisi sehat dan tidak
dilapangan ialah supaya karyawan yang sakit tidak memasuki ruang proses.
Dilakukan oleh petugas keamanan ruang proses setiap hari sebelum memasuki
ruang proses. Karyawan yang sakit dilarang masuk ruang proses, dengan
terdapat karyawan yang tidak sehat mereka tidak diijinkan masuk ruang proses
kondisi sehat. Dicatat oleh QC dalam laporan medical cek up setiap tahun, dan
tidak ada karyawan yang sakit saat memasuki ruang proses. Persyaratan bagi
keadaan sehat bebas dari luka/penyakit kulit atau hal lain yang diduga
Monitoring yang dilakukan supaya karyawan yang sakit tidak memasuki ruang
dengan panduan SSOP yang ada di KEPMEN KP 52A 2013 dan PERMEN
masuk ruang proses hingga mereka mendapatkan keterangan dari dokter bahwa
8. Pengendalian Pest
Tujuan dari pengendalian pest adalah untuk memastikan tidak ada pest
atau hewan pengerat yang masuk kedalam ruang proses. Pengendalian pest
pintu masuk ruangan dengan insect killer dan tirai plastik agar serangga dan
hewan pengerat tidak dapat memasuki ruang produksi. Hama pengganggu yang
ditemukan pada PT. Bumi Menara Internusa yaitu lalat, tikus, cicak. Pemasangan
insect killer diluar setiap pintu masuk, untuk pembasmian hama di lakukan oleh
pihak ketiga (Rentokil). Monitoring pest control secara internal dilakukan oleh
eksternal dilakukan setiap 6 bulan 1 kali oleh pihak yang telah berlisensi.
tidak ada pest atau hewan pengerat yang masuk kedalam ruang proses.
pintu masuk ruangan dengan insert killer dan tirai plastik. Pemasangan jebakan
tikus dan racun tikus diluar ruang proses untuk mencegah masuknya binatang
hewan pengerat yang masuk kedalam ruang proses dilakukan oleh QC dan pihak
ketiga pada area proses dan lingkungan pabrik. Dilakukan dengan pemasangan
insect killer dan tirai plastik, pemasangan jebakan tikus dan racun tikus diluar
ruang proses, pemasang penutup besi disetiap saluran air, pemasangan plastik
curtain disetiap pintu masuk, monitoring pest control secara eksternal dilakukan
berlisensi, analisa lebih jauh dari monitoring pest control dilakukan setiap 6 bulan
sekali oleh pihak ketiga yang berlisensi. Dilakukan di pintu ruang masuk, diluar
ruang proses, setiap saluran air, setiap pintu masuk ventilasi. Tindakan koreksi
yang dilakukan dilapangan ialah Jika ada hama ditemukan didaerah tertentu
masuknya hama dalam keadaan tertutup. Jendela, pintu dan ventilasi dilapisi
dengan kasa dari kawat untuk menghindari masuknya hama. Untuk mencegah
sebagai berikut, pangan olahan seharusnya disimpan dan disusun dengan baik,
tidak langsung bersentuhan dengan lantai dan jatuh dari dinding serta keadaan
dalam keadaan bersih. Pembasmian hama dengan bahan kimia, bahan biologi
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Dari kesimpulan diatas, beberapa saran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
1. Penerapan GMP dan SSOP dilakukan dengan baik oleh PT. Bumi Menara
produk akhir yang dihasilkan memiliki jaminan mutu keamanan pangan untuk
pembekuan udang vannamei bentuk HL yang lebih baik sesuai dengan standar
mutu.
Akhtar S, Muhammad Issa Khan and Farrukh Faiz. 2013. Effect of Thawing on
Frozen Meat Quality: A comprehensive Review. Pakistan Journal of
Food Sciences. 23(4): 198-211.
Direktorat Jenderal Perikanan. 1996. Petunjuk Teknis Sanitasi dan Hygiene Unit
Usaha Pengolahan Hasil perikanan. Direktorat Bina Usaha Tani dan
Erlangga, Erick. 2012. Budi Daya Udang Vannamei Secara Intensif. Pustaka Agro
Mandiri. Tangerang Selatan.
FAO. 2009. Guidelines for risk-based fish inspection. FAO food and nutrition paper.
90
Ilyas S. 1993. Teknik Refrigerasi Hasil Perikanan Jilid II. Jakarta (ID): Paripurna.
JeyakumariA. 2014. Quality Defects In Fish and Fishery products. Fish Processing
Division Central Institute of Fisheries Technology. Cochin
Lund, B.M., Bird-Parker, T.C, dan Gould, G.W. 2000. The Microbiology Safety and
Quality of Food. Aspen Publisher, Maryland.
Michaelsen. Kim. F., Dewey. K. G., Perez. E. A. B., Nurhasan. M., Lauritzen. L.,
Roos. N. 2011. Food Sources and Intake of n-6 and n-3 Fatty Acids in
low-income Countries with Emphasis on Infants, Young Children (6-24
months), and Pregnantand Lactating Women.Department of Nutrition,
Program in International and Community Nutrition, University of
California, Davis, California, USA. (124-138)
Nirmal NP, Benjakul S. 2011. Use of tea extract for inhibition of polyphenoloxidase
and retardation of quality loss of Pacific white shrimp iced storage.
LWT-Food Science and Technology 44: 924-932.
Said, A. 2007. Sanitasi Higiene & Keselamatan Kerja. Sinar Wadja Lestari.
Jakarta.
Siyoto, S dan Ali Sodikin. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media
Publishing. Karanganyar.
Zailanie, Kartini. 2015. Fish Handling. Universitas Brawijaya Press (UB Press).
Malang.
Zulfikar, Rully. 2016. Cara Penanganan yang Baik Pengolahan Produk Hasil
Perikanan Berupa Udang. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan.
Semarang. [diakses pada tanggal 25 April 2019]
131
INPUT
Metode Survey :
- Keadaan Umum
- Sarana dan Prasarana
- Desain Tata Letak
132
Head Off
Plan Manager
HR&GA
HRD
Payroll
HRNDC
Requitment
TC Sumber: PT. BMI Lamongan (2019)
Lampiran
3. Layout PT. Bumi Menara lnternusa Lamongan
i
nPr
S
134
Lampiran 4. Surat Jalan Supplier
SURAT JALAN
HO III 80 1700
Petak 5
Total 3100
Vendor / Kontrak : 3056/57….4408 (50-80)
Keterangan :
Supplier
(Nama Terang)
135
ORGANOLEPTIC SCORESHEET
(Lembar Penilaian Organoleptik)
rts&Ptr
Dosen Pembimbing
qr'