PENDAHULUAN
1
Kebutuhan udang oleh pasar dunia yang selalu mengharapkan dalam
bentuk segar dan memenuhi standar mutu ekspor menyebabkan sebagian besar
ekspor udang Indonesia berupa udang yang telah dibekukan. Pembekuan adalah
proses pendinginan sampai suhu di bawah titik beku bahan. Pembekuan dapat
menghambat kerusakan pada udang. Pembekuan yang baik untuk udang yaitu
pembekuan secara cepat.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui alur proses pengolahan udang tanpa kepala ( head less)
b. Untuk mengetahui karakteristik udang dan penetapan kunci SSOP
c. Untuk mengetahui rendemen pengolahan udang
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ord : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
3
Gambar 1. Udang vannamei
4
Udang adalah pangan yang sangat cepat membusuk, penanganannya harus
selalu hati-hati guna mencegah pembiakan mikroorganisme. Udang harus
dilindungi terhadap cahaya matahari dan angin yang mengeringkan, karena udang
segar atau masak/rebus cepat menurun mutunya. Udang yang sudah menurun
mutunya atau dicemari atau terkena bahan asing tidak boleh diolah selanjutnya.
Udang yang akan dibekukan harus sama perlakuannya seperti udang yang
dipasarkan segar. Hanya udang segar yang terbaik yang boleh dibekukan. Udang
segar beku setelah dilelehkan, rupa, cita rasa dan teksturnya harus seperti yang
dimiliki udang baru ditangkap (Hardiwiyoto, 1993).
d. Filth - Maks 0
5
lebih tinggi dibandingkan hewan darat. Hal ini disebabkan tingginya protein pada
udang dengan 18 jenis asam amino yang terkandung didalamnya.
a. Udang yang mempunyai mutu prima (prime) atau baik sekali, yaitu
udangudang yang benar-benar masih segar, belum ada perubahan warna,
transparan dan tidak ada kotoran atau noda-nodanya.
b. Udang yang mempunyai mutu baik (fancy). Udang ini mutunya dibawah
prima, ditandai dengan adanya kulit udang yang sudah tampak pecah-
pecah atau retak-retak, tubuh udang lunak tetapi warnanya masih baik dan
tidak terdapat kotoran atau noda-nodanya.
c. Udang bermutu sedang (medium, black dan spot). Pecah-pecah pada kulit
udang lebih banyak daripada udang yang bermutu baik. Udang sudah tidak
utuh lagi, kakinya patah, ekornya hilang atau sebagian tubuhnya putus.
6
Daging udang sudah tidak lentur lagi, pada permukaan tubuhnya sudah t
ampak banyak noda berwarna hitam atau merah gelap.
d. Udang yang bermutu rendah (jelek dan rusak). Kulit udang banyak yang
pecah atau mengelupas, ruas-ruas tubuh sudah banyak yang putus dan
udang sudah tidak utuh lagi.
Daerah tambak yang baik adalah daerah yang dijangkau oleh pasang
surutdengan ketinggian 2 meter. Daerah yang baik untuk pemeliharaan
udang tambak, khususnya udang jerbung “ White“ dan udang dogol ialah perairan
dengan salinitas lebih dari 15 %. Sedangkan daerah yang memperoleh aliran air
tawar, dengan salinitas kurang dari 15 % lebih baik untuk pemeliharaan udang
windu. Jenis udang yang sering dikonsumsi dan diolah yaitu :
Udang jerbung disebut juga udang putih “ White Shrimp” ciri-cirinya antara
lain :kulitnya tipis dan licin, warna putih kekuningan dengan bintik hijau dan ada
yang berwarna kuning kemerahan. Udang ini mempunyai jenis-jenis lain seperti :
Udang Peci
warna kulitnya lebih gelap dan berbintik hitam dengan nama dagang White
Shrimp. Udang Bambu, warna kulitnya kuning berbercak merah seperti bambu
dengan nama dagang Bamboo Shrimp. Udang Banana, warna kulitnya kuning
seperti kulit pisang dengan nama dagang Banana Shrimp.
Udang Flower (Penaeus sp)
Udang ini berwarna hijau kehitaman dengan garis melintang coklat, kulit
dan kakinya agak kemerahan. Corak warnanya seperti bunga dengan nama
dagang Flower Shrimp.
7
Udang ini kulitnya tebal dan keras, berwarna hijau kebiruan dengan
garis melintang yang lebih gelap, ada juga yang berwarna kemerah-merahan
dengan garis melintang coklat kemerahan. Nama dagang Tiger Shrimp.
Udang ini adalah udang air tawar. Warnanya bermacam-macam, ada yang
hijau
kebiruan, hijau kecoklatan, kuning kecoklatan dan berbercak seperti udang windu
tetapibentuknya lebih bulat. Nama dagangnya Fresh Water Shrimp.
Udang ini kulitnya tebal dan kasar, berwana merah muda agak kekuningan.
Namadagangnya adalah Pink Shrimp, ada yang berwarna kuning
kehijuan disebut yellowWhite Shrimp.
Udang Medium
Yang termasuk jenis udang ini adalah udang peci yang warnanya lebih gelap
danberbintik-bintik hitam dan udang dogol yang warna kulitnya merah
kecoklatan. Namadagangnya Medium Shrimp.
Udang ini seperti “ Lobster “ tetapi ukurannya lebih kecil dan kulitnya lebih
lunak serta agak kasar. Warna kulit kecoklatan bergaris-garis melintang.
Nama dagangnya Baby Slipper Lobster .
8
Menurut Hadiwiyoto (1993), proses pembekuan berdasarkan system
pindah panas dari alat yang digunakan atau cara yang dikerjakan, proses
pembekuan terdiri atas:
• Blast freezing, pada metode ini bahan ditempatkan pada suatu ruang pembekuan
dengan udara bersuhu rendah dihembuskan. Beberapa cara metode ini adalah
pembekuan dalam alat berbentuk terowongan (tunnel freezing), air blast freezing
dan flow freezing.
• Contact plate freezing, pada metode ini bahan dibekukan dengan alat pelat-pelat
pembekuan yang ditempatkan pada bahan.
• Pembekuan celup (immersion freezing), pada metode ini bahan yang akan
dibekukan dicelupkan dalam cairan yang sangat dingin, misalnya larutan garam
(NaCl) dingin, campuran gliserol dan alkohol atau larutan gula dingin.
9
1 (satu bagian es : satu bagian udang). Tray sebaiknya diberi label yang berisi
tanggal panen, ukuran, dan berat udang.
Transportasi, udang yang sudah diberi es dapat dikirim ke tempat
pengolahan dengan boks berinsulasi (boks berpendingin dan kedap udara)
kemudian dinaikkan ke truk berinsulasi. Jika truk berinsulasi tidak
tersedia, selama transportasi truk ditutup dengan terpal.
Pembuangan kepala (deheading), kepala udang harus segera dipotong
karena 75% bakteri terdapat di kepala udang. Pembuangan kepala
dilakukandengan tangan.
Pencucian, udang yang telah dipotong kepalanya dimasukkan kedalam
wadah plastik fiber. Di dalam wadah ini udang dicuci kembali dengan
cara merendamnya ke dalam wadah yang berisi air bersih yang terus
mengalir. Selanjutnya, udang direndam selama satu menit ke dalam
larutan natrium bisulfit 1% untuk mencegahterjadinya black spot (bercak
hitam) kemudian ditiriskan. Setelah melalui tahap pencucian, udang
dikemas berdasarkan kualitas dan ukuran yang sesuai dengan permintaan
pasar.
Pembekuan, udang yang sudah dikemas kemudian dibekukan.
Metode pembekun yang digunakan ada dua, yakni pembekuan cepat
dan pembekuan lambat. Pembekuan cepat menggunakan plate
freezer. Caranya, udang dikemas di dalam kotak persegi. Setiap kemasan
berisi udang dengan berat 2–4 kg. Kemasan tersebut kemudian dijepit di
antara dua plate yang bagian dalamnya dialiri bahan pendingin.
Prosespembekuan ini berlangsung cepat, hanya 3 –5 jam dengan suhu
-35oC sampai -40oC.
10
storage dan siap dikirim (diekspor). Suhu penyimpanan berkisar antara -
20OC sampai -22oC
2.5.1 Higiene
11
diproduksi dengan cara menghilangkan atau mengendalikan faktor-faktor di
dalam pengolahan pangan yang berperan dalam pemindahan bahaya (hazard)
sejak penerimaan bahan baku, pengolahan, pengemasan dan penggudangan
produk, sampai produk akhir didistribusikan. (Thaheer, 2005)
1) Pasokan Air
12
mulut, caramemakai sarung tangan dengan benar dan lain sebagainya
(Winarno,2004).
Pabrik harus dilengkapi dengan toilet yang cukup dimana jumlah toilet
yang diharuskan adalah: 1. Untuk 1 – 24 karyawan adalah satu toilet 2. Untuk 25
– 50 karyawan adalah dua toilet 3. Untuk 51 – 100 karyawan adalah tiga toilet
Penambahan 50 karyawan maka ditambah dengan satu toilet, selain itu harus juga
terdapat gayung, sabun, dan ventilasi serta pintu yang tidak menyerap air yang
dijaga agar tetap selalu bersih yang tidak berhubungan langsung dengan ruangan
pengolahan. Konstruksi toilet harus tipe leher angsa.
Prosedur pembersihan dalam program hygiene tidak akan berhasil jika disain,
kontruksi, tata letak, dan material dari bangunan dan peralatan, tidak memenuhi
13
persyaratan dan ketentuan sanitasi dan hygiene. Permukaan lantai yang retak-
retak, pecah-pecah, dan tidak
kedap air mustahil dapat dibersihkan secara saniter, demikian pula meja sortasi
dan penyiangan ikan yang terbuat dari material kayu. Oleh karena itu, program
dan prosedur kebersihan akan sukses, jika persyaratan dan ketentuan sanitasi dan
hygiene terpenuhi.
Label makanan harus dibuat dengan ukuran, kombinasi warna dan atau
bentuk yang berbeda untuk tiap jenis makanan, agar mudah dibeda-bedakan.
Bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong serta produk akhir harus
disimpan terpisah masing-masing ruangan yang bersih, bebas serangga binatang
pengerat dan binatang lain, cukup penerangan terjamin peredaran udara dan pada
suhu yang sesuai (Winarno, 2004).
7) Kesehatan Karyawan
SSOP ini mencakup kesehatan karyawan agar tidak tidak menjadi sumber
kontaminasi bagi produk, bahan pengemas, atau pemukaan yang kontak dengan
makanan. Ketentuan mengenai cara pelaporan karyawan yang sakit atau
mendapatkan perawatan karena sakit ini terdapat di dalam SSOP. Penjadwalan
bagi pemeriksaan rutin kesehatan karyawan, imunisasi, dan pengujian untuk
penyakit penyakit tertentu.
8) Pengendalian Pest
14
industri pangan terutama di area produksi. Pencegahan hama ini dilakukan untuk
menjamin tidak ada hama di
Hama harus diberantas dengan cara yang tidak mempengaruhi mutu dan
keamanan pangan. Pemberantasan hama dapat dilakukan secara fisik seperti
dengan perangkap tikus atau secara kimia seperti dengan racun tikus. Perlakuan
dengan bahan kimia harus dilakukan
2.6 Rendemen
BAB III
METODEOLOGI
15
Waktu pengolahanan limbah ikan cakalang menjadi tepung di laksanakan
pada:
3.2.1 Alat:
3.2.2 Bahan:
16
dilaksanakan dengan metode sebagai berikut:
BAB IV
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
No Tanggal masuk Berat awal (kg) Kode produksi Jenis bahan baku
1 03 oktober 2018 44,57 277-53B 3 Beku
2 11 oktober 2018 99,4 2853B 3 Beku
Udang yang datang di workshop adalah udang dalam bentuk segar, dan di
dalam boxfiber biru yang berukuran menengah kemudian di bongkar. Udang
dipisahkan dari sisa-sisa es udang dimasukkan dalam keranjang kemudian
ditimbang dan dibawa keruang produksi. Setiap keranjang di timbang kemudian
hasilnya di catat, udang di ambil 1 kg untuk dijadikan sampel untuk ditimbang
dan disortir mutu dan ukuran serta menentukan penentuan kualitas udang.
2. Pencucian 1
18
tiriskan udang dan dilanjutkan proses berikutnya. Pencucian bahan pangan yang
ditujukan untuk mengurangi populasi mikroba alami (flora alami) yang terdapat
dalam bahan pangan, sehingga populasinya tidak berpengaruh pada proses
selanjutnya. Pencucian dilakukan dalam air mengalir, bersih dan sudah
didinginkan antara suhu 0-5oC .
19
Gambar 4. Pemotongan kepala dan genjer
4. Pencucian II
Udang yang telah dipotong kepalanya direndam di air dingin yang telah
dicampurkan cloring 30 ppm dengan suhu maksimum 5°C. . Pencucian bertujuan
menghilangkan lendir, kotoran dan mengurangi jumlah bakteri dengan cara
menggoyang-goyangkan keranjang pada tiga deret bak pencuci. Proses ini
dilakukan dengan cepat dan hati-hati agar tidak terlalu lama dan memnyebabkan
penumpukan di atas meja dan suhu menjadi naik.
20
Tahap sortasi warna udang mengalami proses pemisahan menurut
warnanya. Pemisahan warna berdasarkan warna bahan baku dan diklasifikasikan
sesuai dengan warna produk yang berwarna pucat adalah udang yang tidak
layak untuk di lanjutkan pengolahannya (rijek)
Gambar 6.sortasi
Sortasi ukuran adalah suatu cara penyortiran udang berdasarkan ukuran.
Udang dikelompokkan sesuai dengan jumlah tertentu untuk setiap pound. Tahap
ini udang selalu dipertahankan dalam kondisi dingin yaitu dengan cara memberi
es curah pada udang yang sedang disortir.
Sortasi final dilakukan untuk mengoreksi hasil sortasi yang belum
seragam, baik mengenai mutu, ukuran, maupun warna. Pengecekan ukuran
dilakukan per 1 pound dengan timbangan. Jika jumlah udang sudah sesuai
dengan jumlah standarpada daftar maka proses penanganan dapat dilanjutkan.
6. Pencucian III
Udang yang telah di sortir kemudian direndam di air dingin dengan suhu
maksimum 5°C. Pencucian ke III ini dilakuakan tampa clorin. Pencucian
bertujuan menghilangkan kotoran yang masih tersisa dan menghilangkan residu
clorin atau menghilangkan clorin yang masih terdapat pada kulit udang
pencucian dengan cara menggoyang-goyangkan keranjang pada tiga deret bak
pencuci. Proses ini dilakukan dengan cepat dan hati-hati agar tidak terlalu lama
dan memnyebabkan penumpukan di atas meja dan suhu menjadi naik.
21
Gambar 7. Air pencucian III
7. Penimbangan II
Tahap ini ada dua aktivitas utama yaitu penghitungan jumlah dan
penimbangan. Penghitungan jumlah dilakukan untuk menentukan jumlah yang
tepat dan ukuran yang seragam. Penimbangan dilakukan dengan cara udang di
masukkan kedalam plastic ADPE (packing). Setelah penimbangan dilakukan
pencatatan berdasarkan ukuran, mutu, dan jumlah bobotnya.. Kemudian udang
diberi label serta ditambahkan es agar tetap keadaan segar.
8. Vacuum sealer
Setelah udang di packing kemudian dilakukan proses vacuum sealer
dengan cara susun udang di atas mesin vacuum sealer kemudian atur suhu sealer
kemudian tutup sealer dan tunggu beberapa detik sampai mesin terbuka dengan
sendirinya proses ini dilakukan dengan hati-hati.
22
9. Penyusunan dalam Long Pan
Setelah udang beku kemudian di simpan dalam cold storage dengan suhu
maksimal -25°C dengan fluktuasi suhu maksimal ± 2°C. Penataan produk dalam
gudang beku diatur sedemikian rupa di susun dengan rapi sehingga
memungkinkan sirkulasi udara dapat merata dan memudahkan pembongkaran
system pembongkaran yang di gunakan di workshop Sekolah tinggi perikanan
adalah system FIFO adalah First In, First Out (Pertama Masuk, Pertama Keluar)
hingga tidak aka nada produk yang lama tersimpan di dalam penyimpanan beku,
Produk pangan yang sudah dihasilkan perlu ditangani secara baik dan hati-
hati agar tidak mengalami rekontaminasi, sehingga mutu produk pangan tetap
terjaga sampai ke konsumen. Pengemasan merupakan salah satu cara untuk
mencegah terjadinya rekontaminasi. Pemilihan waktu untuk mengemas, jenis
bahan pengemas, dan kebersihan bahan pengemas sangat berpengaruh terhadap
upaya pencegahan rekontaminasi (Afrianto, 2008).
23
Adapun alur proses pengolahan udang (Head less) beku dapat di lihat pada
grafik 1 dibawah ini.
ALUR PROSES
PENGOLAH UDANG sortasi
(HEAD LESS) BEKU
pencucian III
penerimaan bahan baku packing and labelling
pecucian 1
pemotongan kepala dan
vacum sealer Pemasaran
penyusunan long pan
pembersihan pembekuan
pencucian II penyimpanan beku
sortasi
pencucian II
24
Tabel 4. Produksi I
No. Panelis Kenampakan Bau Tekstur Rata-rata
1 Anggun 7 7 7 7
2 Yuli 7 7 7 7
3 Fitria 7 9 9 8,3
4 Dea 8 9 7 7
5 Mahiza 9 7 9 8,3
6 Recky 9 9 9 9
7 Nova 7 7 9 7,6
8 Nana 7 9 9 8,3
Jumlah 7,8125
Perhitungan:
n
∑ x́ = Jumlah rata−rata
Jumlah panelis
i−1
62,5
x́= =7,8125
8
Simpangan:
2
n
(x1 − x́)2
S =∑
i =1 i
4,279
S² =
8
25
S = 0,534
s s
( (
P x́− 1,96.
√n )) ( (
≤ μ ≤ x́ + 1,96.
√n ))
(
P 7,8125− ( 1,96.0,73
2,82 ) ) ≤ μ ≤ ( 7,8125+(
1,96.0,73
2,82 ) )
¿7,8125 - 0,507 )
P (7,3) ≤ P (8,3)
P = 7,3 ≤ µ ≤ 8,3
Interval nilai organoleptik udang vannamai potong kepala beku adalah 7,3 – 8,3
Tabel 5 Produksi 2
0,53
S2=
8
26
P=8,8− ( 1,96 x8 0,24 ) ≤ 8,8+( 1,96 x8 0,24 )
P=8,8−0,06 ≤ µ ≤ 8,8+0,06
P=8,74 ≤ µ ≤8,86
27
V 1.N 1
V2 =
N2
270 .250
=
100000
= 0,675 L
V2 = 675 ml
28
= 0,5 L
= 50 ppm
d. Pencucian II
Klorin yang dibutuhkan untuk pencucian II dengan volume
100 L dan konsentrasi klorin 30 ppm adalah sebanyak 100 ml
klorin. Berikut perhitungannya
Perhitungan :
V1 . N1 = V2 . N2
V 1.N 1
V2 =
N2
100 .30
=
100000
= 0.3 L
= 30 ppm
29
e. Setelah area produksi dalam keadaan steril. Pekerja dilarang kelaur
masuk lagi kedalam gedung.
f.
berat akhir
Rendemen= x 100 %
berat awal
155,22kg
¿ x 100 % = 71,17
218,08 kg
30
Jadi rendemen pada pengolahan udang heand less adalah 71,17, berat limbah
udang keseluruhan adalah 58,05kg
b. Produksi 2 (7 Novembar 2018)
Berat awal udang = 337,44
Berat headless = 218 kg
Jumlah pack berdasarkan size = 436 pack
Size 10-15 = 232 pack
Size 15-20 = 204 pack
Jumlah rijeck = 739 gr ( 1 pck size mix)
berat akhir
Rendemen= x 100 %
berat awal
218 kg
¿ x 100 % = 64,6 %
337,44 kg
Jadi rendemen pada pengolahan udang heand less produksi 2 adalah 64,6%
Pada setiap alur proses alangkah baiknya kita mengetahui suhu pada
proses tersebut. Adapun suhu yang penulis ambil bisa dilihat pada tabel 4.
BAB IV
31
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
1.2 SARAN
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :
1. Pada saat produksi alangkah baiknya menggunakan perlengkapan personil.
2. Pada saat produksi alangkah baiknya dilakukan dengan baik dan hati-hati agar
tidak mempengaruhi rendemen.
DAFTAR PUSTAKA
32
http://mirror.unpad.ac.id/orari/pendidikan/materi-kejuruan/pertanian/agro-
industri-pangan/penerimaan_dan_persiapan_bahan_baku_udang.pdf. Diakses
pada tanggal 29 november 2013
33