PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri perikanan merupakan salah satu sektor yang paling penting dalam
dunia perdagangan dan menjadi sumber peningkatan ekonomi. Indikator yang
dapat menentukan kondisi perekonomian suatu negara yaitu dapat dilihat dari data
Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang
begerak dalam sektor Kelautan dan Perikanan adalah sebesar Rp. 199, 4 triliun
dari nilai PDB Indonesia sebesar Rp. 6864, 1 triliun pada tahun 2010. Nilai PDB
pada sektor Kelautan dan Perikanan meningkat sebesar Rp. 227, 6 triliun dan
pada tahun 2012 meningkat sebesar Rp. 255, 9 triliun. Nilai PDB pada sektor
Kelautan dan Perikanan tahun 2013 hingga tahun 2014 terus mengalami
peningkatan. Peningkatan tersebut termasuk dalam produk unggulan perikanan
menurut KKP yaitu, rumput laut, udang, kepiting, tuna, tongkol dan cakalang
(KKP 2016).
Udang menjadi salah satu komoditi unggulan perikanan di Indonesia.
Volume ekspor udang pada tahun 2015 mencapai 193, 133 ton. Volume ekspor
tersebut menurut KKP 2015 termasuk yang paling tinggi kedua dibanding
komoditas perikanan lainnya. Jenis udang yang menjadi produk ekspor unggulan
Indonesia yaitu jenis udang windu (Panaeus monodon) dan udang vanamei
(Litopenaeus vannamei). Volume ekspor udang windu pada tahun 2010 hingga
tahun 2014 mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut berturut-turut yaitu sebesar
125, 519 ton, 126, 157 ton, 117, 888 ton, 171, 583 ton, dan 126, 595 ton. Jenis
udang vanamei tahun 2010 hingga 2014 memiliki volume ekspor berturut-turut
sebesar 206, 578 ton, 246, 420 ton, 251, 763 ton, 390, 278 ton, dan 411, 729 ton
(DJPPHP 2015).
Hasil data ekspor udang yang setiap tahunnya semakin meningkat
mendorong industri perikanan untuk dapat menjadikan udang sebagai produk
yang layak ekspor. Udang termasuk dalam produk yang memiliki sifat highly
perishable yaitu produk yang dapat dengan mudah mengalami kemunduran mutu.
Wiranta et al. (2017) menyatakan kemunduran mutu udang dapat dihambat
dengan cara menerapkan penanganan rantai dingin. Penanganan rantai dingin
yaitu mempertahankan udang dalam suhu dingin (suhu rendah), agar kesegaran
udang dapat terjaga. Teknik penanganan rantai dingin pada udang yaitu dengan
cara pembekuan.
Pengembangan usaha dan pengolahan industri perikanan udang memiliki
kelemahan terhadap jaminan mutu produk. Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan No. 52A/Kepmen-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu
Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi
menyatakan produk pangan dalam hal ini produk perikanan yang di pasarkan
untuk di konsumsi harus sesuai dengan standar dan persyaratan yang telah
ditetapkan. Strategi untuk menjamin keamanan dan mutu pangan yang telah
diakui secara internasional yaitu dengan manerapkan sistem manajemen Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP).
1
2
Tujuan
METODE PELAKSANAAN
Acuan Standar
Hazard Analysis
Critical Control
Point (HACCP) Penilaian/Evaluasi Penerapan
Plan Kelayakan Dasar
3
4
Sejarah Perusahaan
PT Istana Cipta Sembada merupakan perusahaan swasta nasional yang
bergerak dibidang pembekuan udang. Perusahaan ini bersifat korporosi
(gabungan beberapa perusahaan) yang bernama ICS group, dengan kantor pusat
berada di Surabaya. Perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam ICS group
terletak di daerah Tuban, Rembang, dan Madura. PT Istana Cipta sembada
awalnya didirikan pada tanggal 1 Oktober 1989 dan bernama PT Istana Cipta
Sejahtera yang beralamat di Desa Watukebo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten
Banyuwangi. Pada tanggal 1 Agustus 2001 perusahaan memindahkan
produksinya ke Desa Labanasem, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi,
Jawa Timur. Produk unggulan dari perusahaan ini yaitu frozen shrimp yang
terdiri dari beberapa produk yaitu udang beku tanpa kepala (head less), head on
dan peeled tail on (PTO), semi individual quick frozen (IQF), peeled and
devained (PND) natural, peeled and devained dengan perendaman sodium there
poly phosphate (PND STPP), dan peeled undevained (PUD) dan frozen octopus.
Target pemasaran dari perusahaan ini yaitu pasar internasional dengan tujuan
Jepang dan Uni Eropa.
Fasilitas Produksi
Fasilitas produksi menjadi aspek penting dalam menunjang kelancaran
proses produksi. Fasilitas produksi yang tersedia di PT Istana Cipta Sembada
diantaranya yaitu meja kerja untuk tiap-tiap tahapan proses udang kupas yang
berbeda, keranjang, bak fiber, troli, pan pembekuan dan metal detector. Fasilitas
tersebut berada dalam kondisi baik dan dilakukan pengecekan kesesuaian serta
sanitasi sebelum dan setelah proses pengolahan berlangsung. Sanitasi sebelum dan
sesudah produksi yaitu dengan cara menyemprotkan air ke semua area produksi
sebelum memulai proses dan setelah proses berakhir.
Pemasaran
Pemasaran produk PT Istana Cipta Sembada khususnya udang kupas
mentah beku diekspor kebeberapa negara. Produk tidak dipasarkan dalam negeri,
produk udang kupas mentah beku dipasarkan hanya untuk tujuan ekspor. Negara
tujuan ekspor udang kupas mentah beku yaitu negara Jepang dan Amerika.
Produk udang kupas mentah beku yang diekspor ke negara tujuan tergantung
permintaan.
KP/2013 terdiri dari dua bagian pokok, yaitu Sanitasi atau Sanitation Standar
Operating Procedures (SSOP) dan Good Manufacturing Practices (GMP).
Kedua sistem tersebut dibuat untuk membantu industri pangan dalam
mengembangkan menerapkan prosedur pengawasan sanitasi, melakukan
monitoring sanitasi, serta memelihara kondisi dan praktik sanitasi.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengelola limbah cair agar tidak
berbahaya bagi lingkungan.
Ruang Penerimaan
Ketentuan ruang penerimaan berdasarkan PERMENPERIN No.75/M-
IND/PER/7/2010 bahwa lantai, dinding dan langit-langit harus terbuat dari bahan
yang tahan lama, mudah dibersihkan, dipelihara atau didesinfeksi, serta dapat
melindungi produk dari kontaminasi silang selama proses produksi
(PERMENPERIN 2010). Penerimaan bahan baku udang di PT Istana Cipta
Sembada dilakukan melalui sebuah tirai yang terbuat dari plastik tebal. Ruang
penerimaan bahan baku dalam kondisi yang baik dan higienis. Pembersihan
ruang penerimaan bahan baku dilakukan sebelum dan setelah proses penerimaan
bahan baku berlangsung. Pembersihan dilakukan dengan cara menyemprotkan air
ke seluruh area. Ruang penerimaan bahan baku dilengkapi dengan pendingin
ruangan yang bertujuan untuk menjaga suhu agar tetap rendah selama proses
penerimaan. Lantai pada ruang penerimaan bahan baku berupa semen halus
berwarna kuning dengan kemiringan yang baik sehingga dapat dilakukan
pembersihan dengan mudah, setiap sisi ruangan dilengkapi dengan drainase.
Dinding penerimaan bahan baku dilapisi dengan keramik berwarna putih dan
mudah dibersihkan. Ruangan tidak memiliki sudut yang sulit untuk dibersihkan,
tiap-tiap sudut ruangan dibuat melengkung, sehingga tidak memungkinkan
7
8
serta hewan pengerat dan serangga. Atap dan langit-langit pada ruang proses PT
Istana Cipta Sembada telah memenuhi persyaratan regulasi yang digunakan.
4) Pintu
Persyaratan yang ditetapkan oleh KEPMEN-KP No. 52A/KEPMEN-
KP/2013 bahwa pintu UPI harus terbuat dari bahan yang kuat dan mudah
dibersihkan (KEPMEN-KP 2013). Ketentuan pintu UPI berdasarkan SNI
CAC/RCP 1:2011 bahwa harus memiliki permukaan yang halus, tidak menyerap
air, serta mudah dibersihkan (BSN 2011). Ruang pengolahan PT Istana Cipta
Sembada memiliki pintu masuk berupa kayu yang dibawahnya dilapisi dengan
alumunium, sehingga mudah dibersihkan pintu selalu dibiarkan terbuka. Area
pintu masuk proses pengolahan dilengkapi dengan pemasangan perangkap
serangga. Antar ruang proses dilengkapi dengan tirai yang terbuat dari vinyl.
Pintu masuk bahan baku berupa loket yang dipasang dengan tirai plastik, untuk
mencegah kontaminasi. Pintu pada ruang proses PT Istana Cipta Sembada telah
memenuhi persyaratan regulasi yang digunakan.
5) Ventilasi
Ventilasi pada ruang pengolahan dan penanganan UPI memiliki
persyaratan yang ditetapkan oleh KEPMEN-KP No.52A/KEPMEN-KP/2013
BAB II, yaitu UPI harus memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang dapat
menghindari kondensasi (KEPMEN-KP 2013). Ventilasi pada ruang pengolahan
PT Istana Cipta Sembada hanya terdapat antar wilayah pengolahan yang dibiarkan
selalu terbuka, terbuat dari kaca transparan. Sirkulasi udara terjaga dengan baik
karena adanya air conditioner pada tiap-tiap ruang pengolahan, sehingga suhu
pada ruangan tetap rendah dan meminimalisir kemungkinan terjadinya
kondensasi. Ventilasi pada PT Istana Cipta Sembada telah memenuhi regulasi
yang digunakan.
6) Penerangan
Ketentuan penerangan UPI berdasarkan SNI CAC/RCP 1:2011 bahwa
lampu tidak menghasilkan warna yang menyesatkan, intensitas cahaya yang
cukup serta perlengkapan penerangan sesuai dan dilindungi untuk memastikan
bahwa pangan tidak terkontaminasi oleh pecahan lampu (BSN 2011). Ketentuan
penerangan pada UPI menurut KEPMEN-KP No.52A/KEPMEN-KP/2013 BAB
II bahwa UPI harus memiliki penerangan yang cukup, baik lampu maupun cahaya
alami (KEPMEN-KP 2013). Penerangan ruang produksi PT Istana Cipta
Sembada menggunakan lampu neon dengan pencahayaan terang berwarna putih
dan tidak menyebabkan penyamaran warna produk. Lampu pada tiap-tiap
ruangan di lengkapi cover untuk mencegah kontaminasi debu dan kotoran serta
sebagai pelindung apabila lampu pecah, maka pecahan lampunya tidak
membahayakan karyawan dan keamanan produk tetap terjaga. Penerangan pada
PT Istana Cipta Sembada telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
9
10
11
12
Sistem penataan produk udang kupas mentah beku dalam cold storage yaitu
menggunakan sistem first in first out (FIFO) yaitu barang yang pertama kali
dimasukkan maka akan pertama kali dikeluarkan. Pembekua udang kupas mentah
beku dilakukan dengan pembekuan Individual Quick Freezing (IQF). Petunjuk
suhu pembekua terletak pada bagian depan pintu cold storage. Pengontrolan suhu
dilakukan secara berkala oleh petugas quality control. Fasilitas pendinginan dan
pembekuan PT Istana Cipta Sembada telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan.
Pengendalian Hama
Pengendalian hama berdasarkan ketentuan KEPMEN-KP No.
52A/KEPMEN-KP/2013 yang menyatakan bahwa bangunan UPI harus mampu
melindungi produk dari binatang pengganggu dan potensi kontaminasi lainnya
(KEPMEN-KP). Pengendalian hama pada Unit Pengelola (UPI) yang ditetapkan
menurut regulasi SNI CAC/RCP 1: 2011 yang menyatakan bahwa infestasi hama
harus ditangani dengan segera dan tanpa mempengaruhi keamanan atau kelayakan
pangan. Perlakuan secara kimia, fisik, atau biologi harus dilakukan tanpa
menimbulkan ancaman terhadap keamanan atau kelayakan pangan (BSN 2011).
Pengendalian hama yang dilakukan oleh PT Istana Cipta Sembada yaitu
dengan pemasangan perangkap disetiap sudut-sudut tertentu. Pemasangan
perangkap untuk binatang pengerat tikus dipasang dibeberapa titik tertentu seperti
pada gudang, wilayah kamar mandi dan lubang saluran-saluran air. Pengawasan
dan pengendalian terhadap serangga juga dilakukan pemasangan perangkap
serangga. Perusahaan menggunakan perangkap serangga yang dilengkapi dengan
lampu neon violet. Perangkap serangga dipasang pada pintu masuk ruang
produksi pengolahan. Pintu masuk ruang produksi pengolahan udang kupas
mentah beku dilengkapi dengan tirai plastik yang bertujuan untuk mencegah
masuknya serangga ke dalam ruang produksi. Pengendalian hama PT Istana Cipta
Sembada telah memenuhi ketentuan regulasi yang ditetapkan.
pengecekan secara berkala setiap tiga bulan sekali. Lampiran hasil pengujian air
dan es dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11.
Pekerja
Ketentuan-ketentuan pekerja pada UPI ditetapkan oleh KEPMEN-KP
No.52A/KEPMEN-KP/2013 BAB II yaitu harus sehat, tidak mengalami luka,
tidak menderita penyakit menular atau menyebarkan kuman penyakit menular,
dan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik minimal 1 kali dalam
setahun. Pekerja harus menggunakan pakaian kerja yang bersih dan tutup kepala
sehingga menutupi rambut secara sempurna. Pekerja harus mencuci tangan
sebelum memulai pekerjaan, pekerja tidak diperbolehkan merokok, meludah,
makan dan minum di area penanganan dan pengolahan produk. Pekerja yang
menangani produk tidak diperbolehkan menggunakan aksesoris, kosmetik, obat-
obat luar atau melakukan tindakan yang dapat mengkontaminasi produk
(KEPMEN-KP 2013).
Pekerja PT Istana Cipta Sembada harus mengenakan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang telah ditentukan oleh perusahaan. Perlengkapan pekerja
pada proses pengolahan udang kupas mentah beku yaitu baju Alat Pelindung Diri
(APD), sarung tangan, penutup kepala sekaligus masker, sepatu boots, dan manset
13
14
tangan. Seragam yag digunakan oleh pekerja dicuci setiap 3 hari sekali dalam
satu minggu dan dicuci di laundry khusus yang disediakan oleh perusahaan.
Pekerja dilarang menggunakan aksesoris, serta kosmetik selama kegiatan
pengolahan udang kupas mentah beku. Pekerja PT Istana Cipta sembada masih
ada yang menggunakan kosmetik ke dalam ruang produksi. Pekerja dilarang
meroko, meludah, makan maupun tindakan-tindakan yang dapat mengkontaminasi
produk udang kupas mentah beku. Kondisi kesehatan karyawan terkontrol
dengan baik setiap 6 bulan sekali. Pekerja proses produksi PT Istana Cipta
Sembada belum memenuhi ketentuan yang berlaku.
dan size udang per nota supplier. Pengecekan ukuran udang dilakukan selama
penerimaan dengan mengmbil sampel 2 kg udang dalam 1 ton setiap tujuh kali
sampling.
Penimbangan I
Penimbangan udang kupas mentah beku mengacu pada SNI 3457:2014 yang
menyatakan bahwa produk ditimbang sesuai dengan spesifikasi secara cepat,
cermat, dan saniter. Penimbangan dilakukan dalam keranjang udang, kemudian
penimbangan dilakukan sebelum memasuki ruag proses prduksi. Petugas
penimbangan melakukan pencatatan hasil penimbangan sesuai dengan hasil
sampling. Proses penimbangan dilakukan secara cepat, cermat dan hati-hati.
Proses penimbangan I udang kupas mentah beku PT Istana Cipta Sembada telah
memenuhi ketentuan yang berlaku.
Pencucian I
Pencucian I udang kupas mentah beku mengacu pada SNI 3457:2014 yang
menyatakan pencucian udang dilakukan menggunakan air mengalir secara cepat,
cermat dan saniter dalam kondisi dingin. Tahap pencucian I dilakukan setelah
proses pembongkaran udang. Pencucian I menggunakan air 750 L dan konsetrasi
klorin 50 ppm. Pencucian ini dilakukan dengan mencelupkan keranjang udang
kedalam bak pencucian. Tujuan dari pencucian ini untuk membersihkan kotoran
dalam tubuh udang dan benda asing yang masih menempel pada udang setelah
pemanenan. Proses pencucian udang kupas mentah beku PT Istana Cipta
Sembada belum memeuhi regulasi yang digunakan karena tidak menggunakan air
mengalir.
Pemotongan Kepala
Pemotongan kepala udang kupas mentah beku mengacu pada SNI
3457:2014 yang menyataka pemotongan kepala udang dipotong dengan atau tanpa
alat pemotong dari bagian atas kepala kebawah secara cepat, cermat dan saniter
dalam kondisi suhu dingin. Proses pemotongan kepala dilakukan secara manual
oleh karyawan pabrik. Kepala udang dipisahkan dengan menggunakan alat
berupa kuku bantuan yang terbuat dari logam yang diletakan pada ibu jari tangan
sebelah kanan. Pemotongan kepala dilakukan dengan cara mematahkan kepala
udang dari bagian bawah ke arah atas dilanjutkan dengan menarik kepala udang
dengan menggunakan kuku metal. Proses pemotongan kepala dilakukan untuk
menghilangkan bagian kepala udang secara sempurna beserta kotoran dan kaki
renang, serta menyisakan daging dekat leher (hanging meat). Proses pemotongan
kepala dilakukan dengan cepat dan mempertahankan suhu <5 0C dengan
memberikan es curai pada udang secara berkala. Proses pemotongan kepala
udang kupas mentah beku PT Istana Cipta Sembada telah memenuhi ketentuan
regulasi yang digunakan.
Pencucian II
Pencucian II udang kupas mentah beku mengacu pada SNI 3457:2014 yang
menyatakan pencucian udang dilakukan menggunakan air mengalir secara cepat,
cermat dan saniter dalam kondisi dingin. Tahap pencucian II dilakukan setelah
proses pemotongan kepala udang. Pencucian II menggunakan air 450 L dan
15
16
Pencucian III
Pencucian udang kupas mentah beku mengacu pada SNI 3457:2014 yang
menyatakan pencucian udang dilakukan menggunakan air mengalir secara cepat,
cermat dan saniter dalam kondisi dingin. Tahap pencucian III dilakukan setelah
proses pengupasan dan pembuagan usus. Pencucian III menggunakan air 450 L
dan konsentrasi klorin50 ppm. Pencucian III dilakukan dengan memasukan udang
ke dalam tangki dan air pencucian mengalir dalam tangki. Tujuan dari pencucian
III yaitu untuk mereduksi kotoran pada tubuh udang yang masih tersisa selama
proses pengupasan dan pembuangan usus. Proses pencucian III udang kupas
mentah beku PT Istana Cipta Sembada telah memenuhi ketentuan regulasi yang
digunakan.
sortasi warna dan keutuhan udang kupas mentah beku PT Istana Cipta Sembada
telah memenuhi ketentuan regulasi yang digunakan.
Penimbangan II
Penimbangan udang kupas mentah beku mengacu pada SNI 3457:2014 yang
menyatakan bahwa produk ditimbang sesuai dengan spesifikasi secara cepat,
cermat, dan saniter. Penimbangan II dilakukan untuk mengetahui berat udang
setelah pemisahan warna dan keutuhan dan kemudian dilakukan soaking dan
penyusunan. Penimbangan II dilakukan secara cepat, cermat, dan hati-hati.
Proses penimbangan II PT Istana Cipta Sembada telah memenuhi ketentuan
regulasi yang di tetapkan.
Soaking
Proses Soaking yaitu penambahan bahan tambahan Sodium Tripoliposfat
kedalam udang dengan cara perendaman. Proses soaking bertujuan untuk
menambah bobot udang dan menjadikan tekstur udang menjadi kenyal. Proses
soaking yaitu dengan cara menambahkan Sodium Tripoliposfat (STPP) kedalam
250 kg udang 180 ml air, yang kemudian diaduk selama empat jam dan dilakukan
perendaman 11-13 jam. Proses soaking ini dapat menaikan bobot udang sebesar
20%.
Penyusunan
Penyusunana udang kupas mentah beku mengacu pada SNI 3457:2014 yang
menyatakan bahwa produk disusun dalam pan sesuai spesifikasi secara cepat,
cermat dan saniter serta dalam kondisi dingin. Proses penyusunan udang kupas
mentah beku PT Istana Cipta Sembada yaitu pada conveyer mesin pembekuan
Individual Quick Freezing (IQF) yang dilakukan oleh karyawan pabrik secara
manual. Penyusunan udang dilakukan secara cepat dan merata pada conveyor.
Hal tersebut bertujuan untuk efisiensi proses pembekuan yang berlangsung.
Proses penyusunan udang kupas mentah beku PT Istana Cipta Sembada telah
memenuhi ketentuan regulasi yang ditentukan.
Pembekuan
Pembekuan udang kupas mentah beku mengacu pada SNI 3457:2014 yang
menyatakan bahwa produk dibekukan dengan pembekuan cepat, dengan cara
disusun dalam pan selanjutnya dimasukan pada alat pembeku Contact Plate
Freezer (CPF) atau Air Blast Freezer (ABF) untuk frozen block, sedangkan untuk
Individual Quick Freezing (IQF) udang disebar merata diatas conveyer belt IQF
17
18
atau ditebar dalam pan dan dibekukan dalam ABF hingga mencapai suhu pusat
produk maksimal -18 0C. Proses pembekuan udang menggunakan mesin
Individual Quick Freezing (IQF) dengan suhu yaitu diatas -300C. Produk disebar
diatas conveyer secara merata kemudian dibekukan dalam mesin Individual Quick
Freezing (IQF). Waktu pembekuan udang tergantung dari suhu conveyer semakin
suhu rendah maka semakin cepat proses pembekuan. Proses pembekuan udang
kupas mentah beku PT Istana Cipta Sembada telah memenuhi ketentuan regulasi
yang ditentukan.
Glazing
Proses glazing udang kupas mentah beku mengacu pada SNI 3457:2014
yang menyatakan bahwa pembekuan yang menggunakan Individual Quick
Freezing (IQF) penggelasan dilakukan dengan cara disemprotkan dengan air
dingin dalam tunnel IQF atau ditampung dalam keranjang dan dicelupkan dalam
air dingin secara cepat, cermat, dan saniter. Proses glazing dilakukan dengan cara
menyemprotkan air dingin pada udang. Proses glazing dilakukan oleh mesin
glazing setelah udang keluar dari mesin pembekuan IQF. Proses glazing
bertujuan untuk menambah bobot dan membentuk lapisan es pada udang beku
sehingga mencegah dehidrasi pada saat penyimpanan dan distribusi. Proses
glazing udang kupas mentah beku PT Istana Cipta Sembada telah memenuhi
ketentuan regulasi yang ditentukan.
Pengemasan I
Proses pengemasan I udang kupas mentah beku mengacu pada SNI
3457:2014 yang menyatakan bahwa produk dimasukan kedalam plastik,
selanjutnya ke dalam inner carton yang telah diberi label. Proses pengemasan
dilakukan secara cepat, cermat, dan saniter. Udang kupas mentah beku dikemas
menggunakan plastik berupa Polyethilene,berkapasitas 1 kg. Informasi yang
terdapat pada kemasan meliputi merek produk, kode produksi, logo produk, logo
MUI halal, dan saran penyimpanan. Pengemasan dalam plastik merupakan
pengemasan primer pada produk. Pengemasan I direkatkan dengan menggunakan
sealer untuk mencegah produk keluar dari kemasan. Proses pengemasan dalam
plastik udang kupas mentah beku PT Istana Cipta Sembada telah memenuhi
ketentuan regulasi yang ditentukan.
Pendeteksi Logam
Proses pendeteksian logam udang kupas mentah beku mengacu pada SNI
3457:2014 yang menyatakan bahwa produk dalam inner carton dilewatkan
kedalam metal detector sesuai spesimennya. Proses dilakukan secara cepat,
cermat, dan saniter. Proses pendeteksian logam dilakukan dengan melewatkan
produk pada mesin metal detector. Tujuanya adalah mendeteksi adanya logam
yang terdapat pada produk. Mesin metal detector dikalibrasi dengan fragmen
metal setiap 1 jam sekali. Seluruh produk dilewatkan ke mesin metal detector
dengan diletakkan pada conveyer, kemudian conveyor akan berhenti bergerak dan
mesin akan berbunyi apabila terdeteksi logam. Produk yang mengandung logam
akan dipisahkan dan dicek kembali. Proses pendeteksian logam udang kupas
mentah beku PT Istana Cipta Sembada telah memenuhi ketentuan regulasi yang
ditentukan.
19
Pengemasan II
Proses pengemasan dalam udang kupas mentah beku mengacu pada SNI
3457:2014 yang menyatakan bahwa produk dalam inner carton dimasukan
kedalam master carton yang telah diberi label. Proses pengepakan dilakukan
secara cepat, cermat, dan saniter serta dengan mempertahankan suhu pusat udang
maksimal -180 C. Udang sebelum dikemas dengan master karton dikemas dahulu
menggunakan inner carton. Kemasan karton berisi 10 inner carton berkapasitas 1
kg. Penutupan master carton dibantu dengan perekat (lackband) dan diikat dengan
pita strapping menggunakan mesin strapping band. Produk akhir diberi label
pada kemasan, yaitu berisi informasi mengenai jenis produk, merek dagang, logo
MUI halal, logo produk, tanggal kadaluarsa, nama perusahaan importer, dan
intruksi penyimpanan. Proses pengemasan dalam karton udang kupas mentah
beku PT Istana Cipta Sembada telah memenuhi ketentuan regulasi yang
ditentukan.
Penyimpanan
Proses pengemasan dalam udang kupas mentah beku mengacu pada SNI
3457:2014 yang menyatakan bahwa produk disusun secara rapi didalam gudang
penyimpanan beku dan suhu penyimpanan dipertahankan stabil maksimal -18 0C
dengan sistem penyimpanan first in first out (FIFO). Penyimpanan udang kupas
mentah beku dilakukan pada produk akhir untuk mempertahankan mutu dan
memperpanjang daya simpan produk. Proses pengangkutan master carton
kedalam ruang penyimpanan (cold storage) menggunakan alat angkut lori. Suhu
penyimpanan selalu dilakukan pengecekan secara berkala untuk mencegah
fluktuasi suhu. Bagian pintu cold storage dilengkapi dengan tirai plastik agar
produk terjaga. Sistem penataan produk dalam cold storage menggunakan sistem
first in first out (FIFO) yaitu barang yang pertama kali dimasukkan maka akan
pertama kali dikeluarkan. Proses penyimpanan udang kupas mentah beku PT
Istana Cipta Sembada telah memenuhi ketentuan regulasi yang ditentukan.
Ekspor
Proses pengemasan dalam udang kupas mentah beku mengacu pada SNI
3457:2014 yang menyatakan bahwa produk dalam kemasan dimuat secara cepat,
cermat, saniter dan higienis serta dimuat dalam alat transprortasi yang terlidung
dari peyebab yang dapat merusak atau menurunkan mutu dengan
mempertahankan suhu pusat produk maksimal -18 0C. Tahapan ekspor atau
pemuatan merupakan cara distribusi produk ke tempat tujuan pembeli. Distribusi
produk dilakukan langsung oleh bagian pemasaran perusahaan. Produk diangkut
menggunakan kontainer yang dilengkapi dengan sistem refrigasi. Proses
pemuatan atau ekspor udang kupas mentah beku PT Istana Cipta Sembada telah
memenuhi ketentuan regulasi yang ditentukan.
19
20
21
22
23
24
Deskripsi Produk
Bagaimana bahan baku diterima Bahan baku yang diterima langsung di cek
qualitasnya dengan cek suhu dan kondisi fisik.
Suhu bahan baku yang diterima < 5 oC,
kemudian bahan baku di cek size.
25
Identifikasi Pengguna
Udang beku yang di produksi di PT, Istana Cipta Sembada adalah jenis
produk frozen yang harus dimasak kembali saat akan dikonsumsi. Produk dapat
dikonsumsi oleh semua orang dan tidak ditunjukkan secara khusus untuk
kelompok populasi tertentu, kecuali untuk balita serta orang dengan gangguan
sistem kekebalan tubuh. Produk udang beku unggulan PT Istana Cipta Sembada
yaitu frozen shrimp yang terdiri dari beberapa produk yaitu udang beku tanpa
kepala (head less), head on dan peeled tail on (PTO), semi individual quick
frozen (IQF), peeled and devained (PND) natural, peeled and devained dengan
perendaman sodium there poly phosphate, dan peeled undevained (PUD) dan
frozen octopus . Tujuan pemasaran produk udang beku PT Istana Cipta Sembada
yaitu Jepang.
25
26
Analisis Bahaya
Bahaya potensial yang mungkin terjadi pada setiap tahapan dicatat oleh
tim petugas HACCP. Analisis bahaya dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya-
bahaya yang dapat dihilangkan atau dikurangi sampai tingkat yang dapat diterima.
Bahaya potensial yang terdapat pada tahapan proses dipertimbangkan berdasarkan
tindakan pengendalian yang dapat dilakukan pada bahaya tersebut untuk
menghasilkan pangan yang aman (SNICAC/RCP 1:2011). Proses penerimaan
bahan baku teridentifikasi bahaya potensial meliputi residu antibiotik (AOZ),
benda asing, biologi (E. coli, V. cholerae, V. parahaemoliticus, Salmonella).
Bahaya residu antibiotik muncul akibat penggunaan antibitoik selama budidaya
udang sehingga terakumulasi pada tubuh udang. Bahaya benda asing disebabkan
benda asing yang terbawa dari tambak selama proses pemanenan udang. Bahaya
mikrobiologi disebabkan oleh kontaminasi peralatan dan penyimpangan suhu
udang >5 °C.
Proses penimbangan I teridentifikasi bahaya potesial kontaminasi bakteri
(E. coli, Salmonella, V. cholerae, V. parahaemoliticus). Kontaminasi bakteri
disebabkan dari kontaminasi peralatan pekerja. Proses pencucian I teridentifikasi
bahaya potensial meliputi biologi yaitu (E. coli, Salmonella, V. cholerae, V.
parahaemoliticus). Bahaya mikrobiologi disebabkan oleh penggunaan air yang
tidak memenuhi standar. Proses pemotongan kepala teridentifikasi bahaya
potensial biologi (E. coli, Salmonella, V. cholerae, V. parahaemoliticus). Bahaya
mikrobiologi disebabkan oleh kontaminasi silang dari pekerja.
Proses pencucian II teridentifikasi bahaya potensial meliputi biologi (E.
coli, Salmonella, V. cholerae, V. parahaemoliticus). Bahaya mikrobiologi
disebabkan oleh penggunaan air yang tidak memenuhi standar. Proses Gradding
teridentifikasi bahaya potensial biologi (E. coli, Salmonella, V. cholerae, V.
parahaemoliticus). Bahaya mikrobiologi disebabkan oleh kontaminasi dari alat
gradding yang kurang saniter. Proses pengupasan dan pembuangan usus
teridentifikasi bahaya potensial biologi (V. cholerae, V. parahaemoliticus,
Salmonella, E. coli). Bahaya mikrobiologi disebabkan oleh kontaminasi silang
dari pekerja dan penggunaan peralatan yang digunakan.
Proses pencucian III teridentifikasi bahaya potensial biologi (E. coli,
Salmonella, V. cholerae, V. parahaemoliticus). Bahaya mikrobiologi disebabkan
oleh penggunaan air yang tidak memenuhi standar. Proses penimbangan II
teridentifikasi bahaya potesial kontaminasi bakteri (E. coli, Salmonella, V.
cholerae, V. parahaemoliticus). Kontaminasi bakteri disebabkan dari kontaminasi
27
silang peralatan pekerja. Proses sortasi warna dan keutuhan teridentifikasi bahaya
potensial kontaminansi mikroba (Escherichia coli, Salmonella, Vibrio cholera,
Vibrio). Bahaya potensial fisik yaitu kesalahan penyortiran yang menyebabkan
perbedaan ukuran dan bobot udang. Kontaminasi bakteri disebabkan oleh
kontaminasi dari pekerja yang, kesalahan penyortiran disebabkan oleh ketidak
telitian pekerja terhadapa penyortiran.
Proses penimbangan II teridentifikasi bahaya potesial kontaminasi bakteri
(E. coli, Salmonella, V. cholerae, V. parahaemoliticus). Kontaminasi bakteri
disebabkan dari kontaminasi silang peralatan pekerja. Proses soaking
teridetifikasi bahaya meliputi fisik yaitu produk tidak sesuai dengan spesifikasi.
Bahaya fisik disebabkan oleh akibat peredaman terlalu lama pada proses soaking.
Proses pencucian setelah soaking teridentifikasi bahaya biologi (E. coli,
Salmonella, V. cholerae, V. parahaemoliticus). Bahaya mikrobiologi disebabkan
oleh penggunaan air yang tidak memenuhi standar. Proses penyusunan
teridentifikasi bahaya potensial biologi (E. coli, Salmonella, V. cholerae, V.
parahaemoliticus). Bahaya mikrobiologi disebabkan oleh penggunaan tempat
penyusunan yang kurang saniter.
Proses pembekuan teridentifikasi bahaya potensial meliputi fisik dan
biologi yaitu pembekuan udang yang tidak sempurna dan kontaminansi
mikrobiologi (E. coli, Salmonella, V. cholerae, V. parahaemoliticus). Bahaya
fisik disebabkan oleh pembekuan yang tidak merata dan kontaminansi biologi
disebabkan oleh penyimpangan suhu. Proses glazing teridentifikasi bahaya
potensial meliputi biologi (E. coli, Salmonella, V. cholerae, V. parahaemoliticus).
Bahaya mikrobiologi disebabkan olehpenggunaan air yang tidak memenuhi
standar pada proses glazing. Proses pengemasan I teridentifikasi bahaya potensial
biologi (Salmonella, E. coli, V. cholerae, V. parahaemoliticus). Bahaya
mikrobiologi disebabkan oleh kontaminasi silang dari pekerja, kemasan, dan
mesin sealer.
Proses pendeteksian logam teridentifikasi bahaya potensial fisik yaitu
adanya fragmen logam pada udang. Bahaya fragmen logam disebabkan benda
asing yang mungkin tertempel pada udang dan fragmen yang terlalu kecil
diameternya sehingga tidak terdeteksi. Pengemasan II teridentifikasi bahaya fisik
yaitu kesalahan memberi label. Kesalahan pelabelan dapat disebabkan karyawan
bagian pengemasan salah memberikan label pada produk. Proses penyimpanan
teridentifikasi bahaya potensial biologi (Salmonella, E. coli, V. cholerae, V.
parahaemoliticus). Bahaya mikrobiologi disebabkan fluktuasi suhu penyimpanan
>-18 °C. Proses pemuatan ekspor teridentifikasi bahaya potensial biologi
(Salmonella, E. coli, V. cholerae, V. parahaemoliticus). Bahaya mikrobiologi
disebabkan suhu kontainer saat pengisian >-18 oC. Analisis bahaya udang kupas
mentah beku dapat dilihat pada Lampiran 6.
27
28
Batas kritis harus ditetapkan dan divalidasi untuk setiap titik kendali kritis.
Penentuan batas kritis ini merupakan batas-batas kriti s pada CCP yang ditetapkan
berdasarkan referensi dan standar teknis serta observasi unit produksi. Kriteria
batas kritis umumnya meliputi suhu, waktu, tingkat kelembaban, pH, berat bersih,
kadar air, dan kualitas organoleptik dan sensori. Batas kristus pada udang kupas
mentah beku PT Istana Cipta Sembada yaitu pada proses penerimaan bahan baku
dan pendeteksian logam. Batas kritis yang ditetapkan pada proses penerimaan
bahan baku terhadap residu antibiotic Furazolidone (AOZ) yaitu larangan
penggunaan antibiotik Furazolidone (AOZ) pada regulasi obat. Batas kritis yang
ditetapkan terhadap sensitivitas metal detector yaitu logam Fe 1.5 Ø, Sus 2.5 Ø,
dan Al 3 Ø. Penentuan batas kritis pengolahan udang kupas mentah beku dapat
dilihat pada Lampiran 7.
29
Prosedur Monitoring
Prosedur monitoring mengacu pada SNI CAC/RCP 1:2011 merupakan
aktivitas pengamatan, pengukuran atau pengujian yang dilakukan untuk menilai
apakah suatu CCP berada dalam batas-batas krtis yang ditetapkan atau tidak.
Proses pelaksanaan pemantauan atau monitoring dilakukan agar dapat
mengendalikan bahaya yang berpeluang dapat timbul setiap proses (BSN 2011).
Proses pemantuan dilakukan oleh tim HACCP PT Istana Cipta Sembada pada
seluruh proses yang berlangsung. Pemantuan dilakukan mencangkup apa, siapa,
bagaimana, dan frekuensi. Metode monitoring yang dilakukan pada saat priode-
priode tertentu yang telah disepakati oleh tim. Monotoring pada keseluruhan
proses pengolahan udang kupas mentah beku dapat dilihat pada Lampiran 7.
29
30
semua tahapan proses. Pencatatan yang diakukan pada titik kendali kritis yaitu
pada proses penerimaan bahan baku dan pendeteksian logam.
KESIMPULAN
REKOMENDASI
DAFTAR PUSTAKA
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Tata
Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.
Jakarta (ID): Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 01-4852-1998.
Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) serta
Pedoman Penerapannya. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional. [
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2011. Rekomendasi Nasional Kode Praktis
– Prinsip Umum Higiene Pangan SNI CAC/RCP 1:2011. Jakarta (ID):
Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2014. Udang Kupas Mentah Beku SNI
3457:2014. Jakarta(ID): Badan Standardisasi Nasional.
[CAC] Codex Alimentarius Commission. 2012. Recommended International
Code of Practice for Fish and Fishery Products. 2nd Edition. Rome (IT):
Food and Agriculture Organization/World Health Organization.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2015. Statistik Udang 2009
2013.Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Jakarta (ID): Kementerian
Kelautan dan Perikanan
[DJPPHP] Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan.2010.
Persyaratan, tata cara penerbitan, bentuk, dan format sertifikat kelayakan
pengolahan (SKP). Jakarta(ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia.
[KEPMEN-KP] Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan. 2013. Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 52A/KEPMEN-KP/2013 tentang
Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
Produksi, Pengolahan, dan Distribusi. Jakarta (ID): KEPMEN-KP.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2016. Pusat data, Statistik, dan
Informasi. Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan.
[PERMEN-KP] Peratutan Menteri Kelautan dan Perikanan. 2010. Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 19 tahun 2010 tentang
Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.
Jakarta(ID): PERMEN-KP.
[PERMENKES] Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia. 2010.
Persyaratan Kualitas Air Minum Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.
Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.
[PERMEN-RI]. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia 69/PERMEN/1999 tentang Label dan
Iklan Pangan.
[KEPMENKES-RI]. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2002.
Peraturan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
31
32
LAMPIRAN
33
34
Asal Bahan
Total Realisasi
Jenis Pengajuan Tujuan Pemasaran Baku/Produk
Produksi per
No Jenis Produk (Baru/ Alur Proses Domestik / LN % Tangkap/
Jenis Wilayah/
Perpanjangan) (wilayah / Negara) Budidaya/
(ton/bln) Negara
Impor
1 Udang Mentah Perpanjangan Terlampir LN 100 Budidaya Banyuwa
Beku ( Prima % ngi,
Merah IQF) Madura,
Sidoarjo,
Bali, dan
Sumbawa
35
36
c Dinding
Permukaan dinding kedap air, tidak mudah mengelupas,
halus, rata, tanpa retak, tidak beracun, mudah dibersihkan c X X
dan didesinfeksi, pertemuan antara lantai dan dinding serta
dinding dan dinding mudah dibersihkan
d Langit-langit/atap
Didesain untuk mencegah akumulasi kotoran, kondensasi,
pertumbuhan jamur dan pengelupasan, bebas dari retak dan c X X
celah, permukaan halus, mudah dibersihkan, berwarna terang
37
38
b Penerimaan Bahan
Dilakukan dengan cepat, saniter, terlindung dan mencegah
X
kontaminasi; bahan yang diterima didokumentasikan dan
dimonitor
KLAUSUL ASPEK MANAJEMEN / ASPEK TEKNIS OK Mn Mj Sr Kr Keterangan
VI BAHAN Bahan Pembungkus dan Pengemas
PEMBUNGKUS Tidak menjadi sumber kontaminan, tidak mempengaruhi
DAN PENGEMAS karakteristik produk, dapat melindungi produk, tidak X X
digunakan ulang, dan pengemasan dilakukan pada kondisi
higienis untuk menghindari kontaminasi
VII PENYIMPANAN a Suhu Penanganan Produk Segar, Mentah dan Masak
PRODUK (Sesuai yang Didinginkan X X
Perlakuan) Dipertahankan pada suhu mendekati titik leleh es (00C)
b Suhu Penyimpanan Produk Beku
Disimpan pada suhu sekurang-kurangnya -18 C, dilengkapi X
dengan alat pencatat suhu yang mudah dibaca
c Suhu Penyimpanan Ikan Kaleng Pasteurisasi -
- - - - X
Disimpan pada suhu maksimal 5C
Suhu Penyimpanan Ikan Kaleng Sterilisasi
d Suhu dan Cara Penyimpanan Ikan Hidup
Disimpan pada suhu yang tidak berpengaruh buruk terhadap - X - - - -
kelangsungan hidupnya atau keamanan pangan
e Cara Penyimpanan Produk Lainnya
Disimpan pada suhu yang tidak berpengaruh buruk terhadap X
kelangsungan hidupnya atau keamanan pangan
VIII AIR a Persyaratan Air*
Memenuhi persyaratan kualitas air minum, tersedia air
X
panas untuk pembersihan alat apabila memungkinkan,
pasokan dan tekanan air cukup
b Saluran Pipa Air
Dirancang agar tidak terjadi kontaminasi silang dengan air
X
kotor, penandaan yang jelas antar pipa - pipa air minum dan
bukan air minum
39
40
PERALATAN
PENGOLAHAN
KLAUSUL ASPEK MANAJEMEN / ASPEK TEKNIS OK Mn Mj Sr Kr Keterangan
XIII KEBERSIHAN b Ketersediaan Peralatan Kebersihan
X
RUANGAN DAN Tersedia dalam jumlah yang memadai
PERALATAN c Kondisi Peralatan Pengolahan
X
PENGOLAHAN Terawat, bersih dan saniter
XIV FASILITAS a Bak Cuci Kaki
KARYAWAN Pintu masuk ke ruang pengolahan dilengkapi dengan bak X
cuci kaki yang memadai dan didesinfeksi
b Tempat Cuci Tangan
Pintu masuk ke ruang pengolahan dan di dalam ruang
X X
pengolahan tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yang
cukup, kran air tidak dioperasikan dengan tangan
c Ruang Ganti Pakaian Karyawan
Tersedia dengan jumlah yang memadai, selalu dalam X
keadaan bersih
d Loker Tempat Penyimpanan Barang Karyawan
X
Tersedia dalam jumlah yang cukup
e Toilet *
Toilet jumlahnya sesuai dengan jumlah karyawan dan
semuanya berfungsi dengan baik
Tidak berhubungan langsung dengan ruang penanganan dan
pengolahan ikan
1 - 9 orang = 1 Toilet X
10 - 24 orang = 2 Toilet
25 - 49 orang = 3 Toilet
50 - 100 orang = 5 toilet
Setiap penambahan 30 pekerja dari 100 pekerja ditambah 1
(satu) toilet
f Perlengkapan Sanitasi Toilet
Dilengkapi dengan sabun, desinfektan dan pengering tangan
X
yang higienis, dilengkapi dengan sistem penyiraman air
(water flushing system) yang berfungsi dengan baik
41
42
g Ventilasi Toilet
X
Ada dan memadai
KLAUSUL ASPEK MANAJEMEN / ASPEK TEKNIS OK Mn Mj Sr Kr Keterangan
XIV FASILITAS h Tanda Peringatan Bagi Karyawan Tentang Tata Cara
KARYAWAN Melakukan Pengolahan Yang Baik
X
Ada dan memadai, seperti dilarang merokok, dilarang
meludah, dilarang buang sampah sembarang, dll
XV BAHAN KIMIA a Pemberian Label dan Penyimpanan Bahan Kimia dan
DAN BAHAN Bahan Berbahaya
X
BERBAHAYA Diberi label yang jelas dan disimpan secara terpisah dalam
wadah yang sama
b Penggunaan Bahan Kimia dan Bahan Berbahaya
Bahan kimia yang diizinkan dan penggunaannya sesuai
X
dengan metode yang dipersyaratkan, serta dilengkapi dengan
tanda (label) yang dipersyaratkan
XVI LIMBAH PADAT a Penanganan Limbah
DAN LIMBAH Ditampung dan ditangani segera selama proses pengolahan, X X
LAINNYA ditangani dengan saniter
b Tempat Penampungan Limbah
Tempat limbah ditempatkan pada wadah yang tertutup atau
X
sistem lain yang sesuai, mudah didesinfeksi, terawat dan
bersih
XVII PENGEMASAN a Cara Pengemasan
X
DAN PELABELAN Dilakukan secara cepat, cermat dan saniter
b Penyimpanan Bahan Pengemas
Di gudang tersendiri dan terlindung dari debu dan X
kontaminasi, dan gudang dalam keadaan kering
c Pemberian Label Pada Kemasan
Kemasan produk diberi label atau keterangan yang
X
menunjukkan ringkasan atau deskripsi produk, jenis produk,
tahun, bulan dan tanggal produksi, negara asal
d Bahan Pembuat Kemasan dan Label
X
Food grade
43
43
44
HASIL PENILAIAN
1. KETIDAKSESUAIAN
a. Minor : -
b. Mayor 2
c. Serius -
d. Kritis -
2. TINGKAT (GRADE) KEPATUHAN 1. A (Baik Sekali)
2. B (Baik)
3. C (Cukup)
4. D (Gagal)
Mengetahui, Banyuwangi , 1 September 2018
Penanggung Jawab UPI ........................., .....................
Ketua Tim
Keterangan
TINGKAT JUMLAH PENYIMPANGAN
(RATING) Minor Mayor Serius Kritis
A = Baik sekali 6 0–5 0 0
B* = Baik ≥7 6 – 10 1-2 0
C = Cukup NA ≥ 11 3-4 0
D = Gagal NA NA ≥5 1
Catatan: *) jumlah penyimpangan Mayor dan Minor tidak lebih dari 10
45
45
46
2. Deskripsi Produk
Deskripsi produk merupakan pejelasan lengkap dari suatu produk yang
dibuat termasuk informasi mengenai komposisi, struktur kimia/fisik (termasuk
Aw, pH, dll.), perlakuan-perlakuan mikrosidal/statis, pengemasan, kondisi
penyimpanan dan daya tahan serta metode pendistribusiannya. Deskripsi produk
udang beku terdapat pada Tabel 2.
Bagaimana bahan baku diterima Bahan baku yang diterima langsung di cek
qualitasnya dengan cek suhu dan kondisi fisik.
Suhu bahan baku yang diterima < 5 oC,
kemudian bahan baku di cek size.
47
48
Penimbangan I
Pencucian I
Pemotongan kepala
Pencucian II
Pencucian III
Penimbangan II
Soaking
Pencucian IV
Penyusunan
Penggelasan
Pengemasan I
Pendeteksi logam
Pengemasan II
Penyimpanan
Pemuatan (ekspor)
Gambar 2 Diagrama alir proses pembekuan udang kupas mentah beku PT Istana
Cipta Sem
49
50
Pencucian I
Pemotongan kepala
Pencucian II
Sortasi
Pencucian III
Penimbangan
Penyusunan
Pembekuan
Penggelasan
Pendeteksi logam
Penyimpanan beku
Pemuatan
51
52
Analisis
Penggunaan Kimia L A SNI laboratorium
antibiotic Residu antibiotik 3457:2014 kandungan
selama antibiotik AOZ. antibiotic
budidaya setiap tambak.
udang. Surat jaminan
dari supplier.
53
Tahapan Penyebab Bahaya potensial Kategori bahaya SSOP/GMP Apakah bahaya potensial signifikan Pernyataan Tindakan
proses bahaya mengendalikan keputusan pencegahan
bahaya
53
54
Tahapan Penyebab Bahaya potensial Kategori SSOP/GMP Apakah bahaya potensial Pernyataan Tindakan
proses bahaya bahaya mengendalikan signifikan keputusan pencegahan
bahaya
Tahapan Penyebab Bahaya potensial Kategori SSOP/GMP Apakah bahaya potensial signifikan Pernyataan Tindakan
proses bahaya bahaya mengendalikan keputusan pencegahan
bahaya
55
56
Tahapan Penyebab Bahaya potensial Kategori SSOP/GMP Apakah bahaya potensial Pernyataan Tindakan
proses bahaya bahaya mengendalikan signifikan keputusan pencegahan
bahaya
Tahapan Penyebab Bahaya potensial Kategori bahaya SSOP/GMP Apakah bahaya potensial signifikan Pernyataan Tindakan
proses bahaya mengendalikan keputusan pencegahan
bahaya
57
58
Tahapan Penyebab Bahaya potensial Kategori bahaya SSOP/GMP Apakah bahaya potensial signifikan Pernyataan Tindakan
proses bahaya mengendalikan keputusan pencegahan
bahaya
Tahapan Penyebab Bahaya potensial Kategori SSOP/GMP Apakah bahaya potensial Pernyataan Tindakan
proses bahaya bahaya mengendalikan signifikan keputusan pencegahan
bahaya
59
60
Tahapan Penyebab Bahaya potensial Kategori bahaya SSOP/GMP Apakah bahaya potensial signifikan Pernyataan Tindakan
proses bahaya mengendalikan keputusan pencegahan
bahaya
Tahapan Penyebab Bahaya potensial Kategori bahaya SSOP/GMP Apakah bahaya potensial signifikan Pernyataan Tindakan
proses bahaya mengendalikan keputusan pencegahan
bahaya
61
62
Tahapan Penyebab Bahaya potensial Kategori bahaya SSOP/GMP Apakah bahaya potensial signifikan Pernyataan Tindakan
proses bahaya mengendalikan keputusan pencegahan
bahaya
Tahapan Penyebab Bahaya potensial Kategori bahaya SSOP/GMP Apakah bahaya potensial signifikan Pernyataan Tindakan
proses bahaya mengendalikan keputusan pencegahan
bahaya
63
64
Tahap ini memiliki memiliki tujuan untuk mengendalikan bahaya yang mungkin terdapat lebih dari satu titik kendali krits pada saat
pengendalian dilakukan. Penentuan dari CCP pada sistem HACCP dapat dibantu dengan menggunakan pohon keputusan.Penentuan titik
kendali kritis pengolahan daging rajungan rebus dingin beku dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 6 Penentuan titik kendali kritis
65
66
67
68
69
70
71
72
Lampiran 13 Dokumentasi
73
74