Anda di halaman 1dari 125

PENGOLAHAN GURITA (Octopus vulgaris) BEKU BENTUK BOLA

(Balltype) DI PT. BIRU LAUT NUSANTARA,


MAKASSAR, SULAWESI SELATAN

LAPORAN KERJA PRAKTIK AKHIR (KPA)


PROGRAM STUDI TEKNIK PENGOLAHAN PRODUK PERIKANAN

Oleh:

NURJAYA
NIT. 19.4.01.120

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN PERIKANAN BITUNG
2022
PENGOLAHAN GURITA (Octopus vulgaris) BEKU BENTUK BOLA
(Balltype) DI PT. BIRU LAUT NUSANTARA,
MAKASSAR, SULAWESI SELATAN

Oleh:

NURJAYA
NIT: 19.4.01.120

Laporan Kerja Praktik Akhir untuk memenuhi persyaratan


Memperoleh gelar Ahli Madya Perikanan (A. Md. Pi) Pada
Program Studi Teknik Pengolahan Produk Perikanan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung

KEMENTRIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN BITUNG
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Pengolahan Gurita (Octopus vulgaris) Beku Bentuk Bola (Balltype) di

PT. Biru Laut Nusantara, Makassar, Sulawesi Selatan

Nama : Nurjaya

NIT : 19.4.01.120

Menyetujui:
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Nova M. Tumanduk, S. Pi., M. Si Agusta Putri Balqis L. Soeharso, M. Sc


NIP. 19711129 200112 2 003 NIP. 19920830 201902 2 004

Mengetahui:
Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung

Daniel H. Ndahawali, S. Pi., M. Si


NIP. 19720717 200212 1 003
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengolahan Gurita (Octopus vulgaris) Beku Bentuk Bola (Balltype) di

PT. Biru Laut Nusantara Makassar, Sulawesi Selatan

Nama : Nurjaya

NIT : 19.4.01.120

Telah dipertahankan di hadapan tim penguji


sidang laporan Kerja Praktik Akhir Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung
dan dinyatakan LULUS pada tanggal.

Tim Penguji:
Ketua/sekretaris Tim Penguji I

Ir. Fidel Ticoalu, M. Si Ir. Samuel Hamel, M. Si


NIP. 19630831 199003 1 002 NIP. 19600630 199003 1 002
Tim Penguji II Tim Penguji III

Nova M. Tumanduk, S. Pi., M. Si Agusta Putri Balqis L. Soeharso, M. Sc


NIP. 19711129 200112 2 003 NIP. 19920830 201902 2 004
Menyetujui:
Ketua Program Studi Teknik Pengolahan Produk Perikanan

Nova M. Tumanduk, S. Pi., M. Si


NIP. 19711129 200112 2 003
RIWAYAT HIDUP

Nurjaya, biasa dipanggil “ Jaya atau Yaya” lahir pada tanggal 27 Juni 2000, di
desa Sausu Peore, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi
Sulawesi Tengah, anak ke tiga dari lima bersaudara pasangan dari bapak
Baharuddin Arash dan ibu Dalmin Husaini Daeng Massiri. Dunia pendidikan
formal dimulai pada tahun 2005, dengan memasuki pendidikan TK (taman kanak-
kanak) Angrek 1 Cempaka Sari, melanjutkan sekolah dasar SD Kecil Cempaka
Sari pada tahun 2007 dan lulus ditahun 2013, tahun yang sama melanjutkan
pendidikan di SMP Satu Atap Negeri 1 Sausu dan lulus pada tahun 2016, dengan
melajutkan pendidikan pada tahun yang sama 2016 di SMA Model Negeri 1
Sausu dan lulus pada tahun 2019. Pada tahun yang sama 2019 penulis
melanjutkan pendidikan Diploma 3 sekolah kedinasan di Politeknik Kelautan dan
Perikanan Bitung diterima pada program studi Teknik Pengolahan Produk
Perikanan dan lulus pada tahun 2022 dengan gelar A. Md. Pi (Ahli Madya
Perikanan).
RINGKASAN

NURJAYA, NIT. 19.4.01.120. Pengolahan Gurita (Octopus vulgaris) Beku


Bentuk Bola (Balltype) di PT. Biru Laut Nusantara Makassar, Sulawesi Selatan.
Dibimbing Nova M. Tumanduk dan Agusta Putri Balqis Linda Soeharso.

Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan laut dengan banyak pulau. Salah
satu potensi yang belum banyak dimanfaatkan dapat dieksplor lebih adalah jenis
Cephalopoda meliputi gurita, cumi, sotong dan nautilus yang termasuk kedalam
komoditas perikanan dengan kandungan gizi cukup tinggi setelah ikan dan udang.
Hal ini yang menyebabkan daging gurita yang putih, aroma yang khas, dan
memiliki nilai gizi yang baik. Oleh karena itu, harus meningkatkan sumber
dayanya agar tidak merubah bentuk gurita yaitu dengan membekukan. Kerja
Praktik Akhir dilakukan mulai dari tanggal 14 januari 2022 di PT. Biru Laut
Nusantara Makassar Sulawesi Selatan. Tujuan kegiatan praktik akhir yaitu dapat
melakukan proses Pengolahan Gurita (Octopus Vulgaris) Beku Bentuk Bola
(Balltype) di Pt. Biru Laut Nusantara, Makassar, Sulawesi Selatan serta dapat
menerapkan Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) dan dapat
menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP). Dari hasil pengamatan
selama praktik kerja akhir dapat di peroleh bahwa bahan yang di terima oleh unit
pengolahan berupa bahan baku gurita (Octopus vulgaris). Alur proses pembekuan
gurita di mulai dari tahapan: Penerimaan Bahan Baku, Sortasi I, Penimbangan I,
Pencucian I, Pembersihan , Penimbangan dan Sortasi II, Pencucian II,
Pembentukan Gurita Bentuk Balltype, Penyusunan dalam Pan, Pembekuan di
ABF, Penimbangan Akhir, Pengemasan dan Pelabelan, Penyimpanan di Cold
Storage, Pendeteksian Logam hingga Stuffing.

Kata kunci: GMP, Pembekuan, SSOP


ABSTRACK

NURJAYA, NIT. 19.4.01.120. Processing of Frozen Octopus (Octopus vulgaris)


in Balltype (Bentuk Bola) at PT. Blue Sea Archipelago Makassar, South Sulawesi.
Supervised by Nova M. Tumanduk and Agusta Putri Balqis, Linda Soeharso.

Most of Indonesia's territory is a sea with many islands. One of the untapped
potentials that can be further explored is the cephalopod species including
octopus, squid, cuttlefish and nautilus which are included in fishery commodities
with high nutritional content after fish and shrimp.This is what causes the white
octopus meat, distinctive aroma, and has good nutritional value. Therefore, it must
increase its resources so as not to change the shape of the octopus by freezing it.
Final Practical Work is carried out starting from January 14, 2022 at PT. Blue Sea
Archipelago Makassar, South Sulawesi.The purpose of the final practice activity
is to be able to carry out the Process of Processing Frozen Octopus (Octopus
Vulgaris) in Balltype (Bentuk Bola ) at Pt. Biru Laut Nusantara, Makassar, South
Sulawesi and can apply Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) and
can apply Good Manufacturing Practices (GMP).From the observations during the
final work practice, it can be obtained that the material received by the processing
unit is in the form of raw material for octopus (Octopus vulgaris). The flow of the
octopus freezing process starts from the stages: Receiving Raw Materials, Sorting
I, Weighing I, Washing I, Cleaning, Weighing and Sorting II, Washing II,
Formation of Balltype Octopus, Arrangement in Pan, Freezing in ABF, Final
Weighing , Packaging and Labeling, Storage in Cold Storage, Metal Detection to
Stuffing.

Keywords: GMP, Freezing, SSOP


i

KATA PENGANTAR

Puji sukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik
Akhir (KPA) pada Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung yang berjudul
“Pengolahan Gurita (Octopus vulgaris) Beku Bentuk Bola (Balltype) di PT. Biru
Laut Nusantara, Makassar, Sulawesi Selatan”. Melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan, bapak. Daniel H. Ndahawali,
S. Pi., M. Si atas ijin pelaksanaan KPA di PT. Biru Laut Nusantara ,Akassar
Sulawesi Selatan.
2. Ibu Nova M. Tumanduk, S. Pi., M. Si selaku Ketua Program Studi Teknik
Pengolahan Produk Perikanan (TPPP) sekaligus dosen Pembimbing Utama
yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam rangka penyusunan
Laporan KPA.
3. Ibu Agusta Putri Balqis Linda Soeharso, M. Sc selaku pembimbing
pendamping, atas arahan dan bimbingannya dalam rangka penyusunan
Laporan KPA.
4. Ayah dan ibu selaku orang tua, serta keluarga penyemangat bagi penulis
dalam penyusunan Laporan KPA.
5. Bapak Muhammad Zainu Arifin, S. Pi., M. Si selaku dosen Wali
6. Direktur PT Biru Laut Nusantara Bapak. Edi Junaidi, yang telah membantu
penulis untuk kegiatan praktik KPA.
7. Rekan-rekan Taruna/i, angkatan XXII, terkhususnya anak kamar barak 3
dan kamar 4 perdana Octopus. Adam Nuah, Adji Adnan, Briansyah Umar,
Cloudio Kapoh, Calvin Pungus, I Ketut Arum, Iradat Salamat, Kasmin
Kadir, Muh. Zunaldin, Randi, Untung Muh. Yasin, dan Ziraji P. Palakiyah,
yang selalu memberi support, saran serta penghibur bagi penulis dalam
penyusunan laporan KPA.
Penulis menyadari dalam penulisan Laporan KPA ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membantu. Semoga Laporan Kerja KPA ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
terkhususnya bagi penulis.

Bitung, Juni 2022

Nurjaya
ii

DAFTAR ISI

RINGKASAN
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRACK
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
I. PENDAHULUAN ........................................................................................1
I.1 Latar Belakang......................................................................................1
I.2 Tujuan ...................................................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................5
II.1 Deskripsi Gurita (Octopus vulgaris).....................................................5
II.2 Syarat Mutu Bahan Baku Gurita (Octopus vulgaris)............................8
II.3 Alur Proses Pembekuan Gurita (Octopus vulgaris)............................10
II.4 Pembekuan Gurita (Octopus vulgaris)................................................12
II.5 Tata Letak (Layout).............................................................................16
II.6 Penerapan GMP...................................................................................17
II.7 Penerapan SSOP..................................................................................18
II.8 Faktor 4M dan 1E dalam Produksi......................................................21
III. METODE PRAKTIK.................................................................................24
III.1 Waktu dan Tempat..............................................................................24
III.2 Peralatan..............................................................................................24
III.3 Bahan...................................................................................................24
III.4 Prosedur Praktik dan Pengumpulan Data............................................25
III.5 Analisis Data.......................................................................................28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................29
IV.1 Keadaan Umum Lokasi Pabrik...........................................................29
IV.2 Profil Umum Prusahaan......................................................................29
IV.3 Struktur Organisasi .............................................................................38
IV.4 Tata Letak (Layout) Perusahaan..........................................................38
IV.5 Prasarana.............................................................................................40
IV.6 Deskripsi Produk.................................................................................42
IV.7 Alur proses gurita bentuk Ballttype.....................................................45
iii

IV.8 Penerapan GMP...................................................................................60


IV.9 Penerapan SSOP..................................................................................62
V. SIMPULAN DAN SARAN.........................................................................68
V.1 Simpulan..............................................................................................68
V.2 Saran ...................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................69
LAMPIRAN .........................................................................................................70
iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Deskripsi Gurita..............................................................................................5

2. Mutu Bahan Baku Gurita (Octopus sp)..........................................................8

3. Deskripsi Gurita............................................................................................42

4. Alur Proses Gurita Bentuk Balltype.............................................................47


v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Deskripsi Gurita..............................................................................................5
2. Alur Proses Pembekuan Gurita (Octopus sp)...............................................10
3. Keadaan Umum Lokasi Pabrik.....................................................................29
4. Pakaian Kerja Karyawan..............................................................................30
5. Masker..........................................................................................................31
6. Penutup Kepala.............................................................................................31
7. Celemek........................................................................................................31
8. Sarung Tangan..............................................................................................32
9. Sepatu Boots.................................................................................................32
10. Meja Kerja....................................................................................................33
11. Bak Penampungan/Fiber..............................................................................33
12. Keranjang dan Baskom.................................................................................34
13. Timbangan Digital........................................................................................34
14. Troelly dan Handlip......................................................................................35
15. Pisau..............................................................................................................35
16. Mesin Strapping Band..................................................................................36
17. Pallet.............................................................................................................36
18. Pan................................................................................................................37
19. Sikat..............................................................................................................37
20. Mobil Perusahaan.........................................................................................38
21. Tata Letak (Lay Out) Perusahaan.................................................................39
22. Alur Proses....................................................................................................45
23. Penerimaan Bahan Baku (Receiving Raw Material) ...................................46
24. Sortasi I (Sarting I).......................................................................................47
25. Penimbangan I (Weighing I).........................................................................48
26. Pencucian I (Washing I)................................................................................49
27. Pembersihan (Cleaning)...............................................................................50
28. Penimbangan dan Sortasi II (Weighing and Rotating II)..............................51
29. Pencucian II (Washing II).............................................................................52
30. Pembentukkan Gurita Balltype.....................................................................53
31. Penyusunan dalam Pan (Arrangement in Pan)............................................54
32. Pembekuan ABF (ABF Freezing)................................................................54
33. Pendeteksian Logam (Metal Detector).........................................................55
34. Penimbangan Akhir (Fibel Weighing)..........................................................56
35. Pengemasan dan Pelabelan...........................................................................57
36. Penyimpanan dalam Cold Storage................................................................58
37. Stuffing .........................................................................................................59
vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Profirl Perusahaan.........................................................................................71
2. Workshet.......................................................................................................72
3. Tugas dan Tanggung Jawab Team................................................................73
4. Pengujian Air dan Es....................................................................................79
5. Uji Organoleptik...........................................................................................80
6. Lay Out PT. Biru Laut Nusantara.................................................................81
7. Good Manufacturing Practices Cara Produksi Baik dan Benar ..................82
8. Sanitation Standard Operating Procedure...................................................91
9. Struktur Organisasi.......................................................................................95
10. Penerapan Rantai Dingin pada Produk Gurita..............................................96
11. Sertifikat Kelayakan Perusahaan..................................................................10
12. Sertifikat HACCP.......................................................................................101
13. Surat Permohonan Pengujian......................................................................102
14. Laporan Hasil Uji.......................................................................................103
15. Surat Kuasa Pelaksanaan Pengurusan Ekspor............................................104
16. Jurnal Harian...............................................................................................105
1

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kekayaan sumber daya laut di Indonesia sangat berlimpah, menyesul dua

pertiga wilayah Indonesia terdiri dari laut, potensi perikanan Indonesia sebesar

2,26 juta ton/tahun dengan keragaman jenis ikan, namun belum seluruhnya di

manfaatkan secara optimal. Pada tahun 2005, total produksi perikanan 4,71 juta

ton, dimana 75% (3,5 juta ton) berasal dari tangkapan laut. Apabila dilihat tingkat

pemanfaatannya, terutama ikan-ikan non ekonomis belum optimal. Hal ini

disebabkan pemanfaatannya masih terbatas dalam bentuk olahan tradisional dan

konsumsi segar. Akibatnya ikan-ikan tidak ditangani dengan baik di kapal, ikan

yang di daratkan bermutu rendah (20-30%), sehingga berdampak pada tingginya

tingkat kehilangan (losse) sekitar 30-40%. Lebih jauh lagi, ekspor hasil perikanan

Indonesia hingga saat ini masih mendominasi ikan dalam bentuk gelondongan dan

belum diolah. Sebelum konsekuensinya, usaha hasil produk pengolahan perikanan

di Indonesia belum bergairah (Ditjen P2HP, 2009).

Kerusakan atau kemunduran mutu ikan beku segar yang disimpan didalam

cool storage, dapat mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan baik secara

fisik, biokimia maupun mikrobiologi yang berakibat terjadi perubahan pada nilai

gizinya. Untuk itu diperlukan teknologi penyimpanan beku yang bersifat

mengawetkan akan tetapi tidak mengurangi nilai gizi serta aman dikonsumsi.

Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakuan yang

baik selama proses pengawetan seperti: menjaga kebersihan alat dan bahan yang

digunakan, menggunakan ikan yang segar serta garam yang bersih. Ada beberapa
2

macam pengawetan ikan antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan,

pemindangan, pengasapan, peragian, dan pendinginan ikan (Adawiah, 2007).

Beberapa cara pengawetan sudah banyak dilakukan, tetapi sebagian diantara

pengawetan ikan tersebut tidak mampu mempertahankan sifat-sifat yang alami,

dan salah satu cara pengawetan ikan yang tidak mengubah sifat dan bentuk ikan

adalah dengar cara pembekuan (Murniati dan Sunarman, 2000).

Hingga saat ini komoditas pengolahan perikanan Cephalopoda khususnya

gurita belum begitu berhasil karna kurang mendapat perhatian baik dibidang

produksi maupun faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembangnya usaha

penangkapan dan pengolahan gurita, kurangnya informasi tentang jenis gurita

yang mungkin menyebabkan kurang berkembanya volume ekspor gurita sehingga

perlu dibina ilmu pengetahuan tentang jenis-jenis Cephalopoda di kalangan para

nelayan agar lebih diketahui syarat-syarat permintaan dan musim yang ada di

Indonesia. Cephalopoda adalah komoditas yang paling digemari, hal ini karena

dangingnya yang putih, aroma yang khas dan memiliki nilai gizi yang cukup baik.

Mengingat prospek pembangunan yang besar, maka perlu mencurahkan perhatian

dan meningkatkan pendayungan sumber daya Cephalopoda. Gurita adalah hewan

moluska dari kelas cephalopoda (kaki hewan terletak dikepala). Gurita terdiri dari

289 jenis spesies yang mencakup sepertiga dari spesies kelas Cephalopoda,dalam

bahasa ingris disebut Octopus (Yubabi: Octatious, delapan kaki) yang sering

mengacu pada hewan dari genus Octopus (Listiani, 2013).

Gurita (Octopus sp) merupakan sumber daya perikanan yang memiliki

sumber daya ekonomis tinggi. Namun, informasi produksinya sangat minim

meski komoditas ekspor. Data ekspor perikanan perikanan Indonesia juga tidak
3

spesifik. Pada tahun 2018, nilai dan volume ekspor produk kelautan dan perikanan

yang dirilis Kementrian Kelautan an Perikanan, gurita di gabungkan dengan cumi

dan sotong berada diperingkat 3, setelah udang, tnua, cakalang-tongkol

(Christopel, 2019).

Perairan Indonesia adalah konfigurasi yang amat kompleks, sehingga

mempunyai sumber daya ikan yang sangat berpotensi baik dari segi jumlah

maupun dari segi jenisnya. Salah satu jenis sumber daya hayati laut di Indonesia

adalah gurita (Octopus sp) yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi,

baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor. Dengan pengolahan yang baik jenis

makhluk hayati ini dapat menjadi produk olahan yang sangat mahal dan bernilai

gizi (Rosmiati, R 2018).

Gurita (Octopus sp) beku adalah peroduk perikanan dengan bahan baku

gurita utuh segar yang mengalami perlakuan (SNI 6941.1-2011). Bahan baku

yang didapatkan adalah gurita (Octopus sp) segar yang belum mengalami

perubahan, dan asal bahan baku yang diterima dari perairan yang tidak tercemar,

mutu bahan baku dalam keadan bersih, bebas dari setiap bau yang menandakan

kebusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas dari sifat alamiah

lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak membahayakan kesehatan

(SNI 6941.2-2011).

PT. Biru Laut Nusantara Makassar, Sulawesi Selatan adalah salah satu

perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan produk ikan beku dan

menghasilkan produk sampingan yaitu gurita, sotong, udang, dan ikan kakap,

serta memahami proses penerapan GMP dan SSOP, serta pembekuan gurita

(Octopus vulgaris) bentuk bola (Blltype) di PT. Biru Laut Nusantara Makassar,
4

Sulawesi Selatan. Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk

mempelajari pembekuan gurita bentuk bunga di PT. Biru Laut Nusantara,

Makassar, Sulawesi Selatan

I.2 Tujuan

1. Menghasilkan gurita beku bentuk bola (balltype) di PT. Biru Laut

Nusantara, Makassar, Sulawesi Selatan.

2. Mengetahui penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan

Sanitation Standard Oprational Procedures (SSOP) pada proses pembekuan

gurita bentuk bola di PT. Biru Laut Nusantara Makassar, Sulawesi Selatan.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Gurita (Octopus vulgaris)

Gurita adalah hewan Mollusca yang habitatnya diterumbu karang.

Hewan yang memiliki kakinya dikepala berjumlah 8 lengan dengan alat

penghisap yang digunakan untuk bergerak dan menangkap mangsa.

Lengan pada gurita berupa lapisan otot tanpa tulang, gurita ini tidak

memiliki cangkang namun memiliki paruh yang digunakan sebagai rahang

untuk membunuh mangsa dan menggigitnya menjadi bagian-bagian kecil.

Pada bagia kulit gurita terdapat kromatofor (kelompok sel yang

mengandung pikmen yang dapat memantulkam cahaya) berupa lapisan

kantung-kantung pewarna yang lentur dan bisa berubah warna, opasitas

dan refleksitas jaringan epidermis. Otot-otot yang di sekeliling

kromatofora bisa membuat kantung-kantung pewarna bisa kelihatan atau

hilang. Kromatofora berisi pikmen berwarna kuning, oranye, merah, dan

coklat, atau hitam, sebagian besar spesies gurita memiliki 3 warna dari

seluruh pilihan warna kromatofora yang ada, walaupun ada juga spesies

gurita yang memiliki 2 atau 4 warna, sel-sel yang dapat berubah warna

adalah sel iridhopore dan leuchopore (warna putih). Kemampuan berganti

warna yang di gunakan gurita untuk berkomunikasi atau memperingatkan

gurita lain. Gurita merupakan hewan perenang yang sangat cepat tapi

mereka lebih memilih merangkat perlahan sepanjang dasar laut. Untuk

berenang gurita harus menghisap air ke tubuh mereka dan menembaknya

dari tebung yang di kenal dengan sebutan siphon,ini memumngkinkan


6

ledakkan gurita turun, jauh dari penyerang. Tidak hanya itu, gurita juga

bisa berubah warna untuk menyembunyikan diri dan mencocokkan

lingkungannya. Mereka juga bisa berubah warna menjadi biru, abu-abu,

pink, coklat, atau hijau. Gurita mimik juga bisa melenturkan tubuhnya

menyerupai hewan yang lebih berbahaya seperti belut morai, ular laut, lion

fish (ikan lepu ayam atau ikan singa) (World Animal Fondation, 2017).

Gurita terdiri dari 289 spesies yang mencakup sepertiga dari total

spesies kelas cephalopoda. Gurita dalam bahasa ingris di sebut octopus

yang sering hanya mengacu pada hewan dan genus octopus. Gurita

merupakan makanan laut bagi penduduk di negara-negara eropa dan asia.

Berikut ini adalah klasifikasi dari gurita sesuai dengan pembaharuan

tahun menurut (Amien, 2016) sebagi berikut:

Filum : Mollusca
Kelas : Cephalopoda
Anak Kelas : Coleoidea
Bangsa : Octoppoda
Suku : Ocopodidae
Anak Suku : Octopodinae
Marga : Octopus
Jenis : Octopus sp

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 1. Gurita (Octopus vulgaris)


7

Sumber: Calista, 2018

Gurita memiliki 8 lengan alat penghisap berupa bulatan-bulatan

cekung pada lengan yang digunakan untuk bergerak di dasar laut yang

berfungsi untuk menangkap mangsa. Gurita juga adalah hewan yang tidak

memiliki cangkang sebagai pelindung dan hanya paru yang merupakan

bagian terkeras dari tubuh gurita. Gurita memiliki 3 buah jantung untuk

memompah darah ke dua buah insang, dan sebuah jantung untuk

memompa darah keseluruh bagian tubuh gurita. Cara gurita bernapas yaitu

dengan menyedot air ke dalam rongga mantel melalui kedua buah insang

dan di semburkan keluar melalui tabung siphon, gurita juga memiliki

insang dengan pembagian yang sangat halus, berasal dari pertumbuhan

tubuh bagian luar atau bagian dalam yang mengalami vaskulerisasi

(Anonim, 2010).

Manfaat gurita menurut (Fitday, 2010), gurita adalah sumber kalori

rendah dengan bentuk ramping. Ada sekitar 140 kalori/3 ons (85 gram)

gurita, dengan kandungan lemak hanya 1,8 gram. Gurita merupakan

sumber zat besi yang sangat baik untuk mengatasi kelemahan, kelehan,

dan anemia. Gurita juga merupakan sumber kalsium, fosfor, kualitas dan

selenium juga menyediakan vitamin yang penting sperti vitamin C, A, dan

B, serta beberapa omega 3 dan asam lemak. Omega 3 adalah nutrisi

penting yang dapat menurunkan kemungkinan penyakit jantung, serta

kanker depress, gurita juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan

membantu perkembangan masa otot pada anak-anak.


8

Gurita juga mengandung taurin, yang merupakkan asam organik

yang bertindak sebagai antioksidan dan dapat melindungi terhadap efek

stress. Taurin juga membantuh mencegah penyakit jantung walaupun

belum dilakukan penelitian lebih lanjut. Beberapa studi dikaitkan dengan

kadar gula darah mengikat, namun hal ini juga melakukan penelitian lebih

lanjut.

Gurita perporsi 100 gram mengandung protein dan karbohidrat yang

cukup banyak seperti yang terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Gizi Gurita (Octopus sp) 100 gram


No Nutrisi Perporsi 100 gram
1. Energi 343 kj
82 kkal
2. Lemak 1,04gram
3. Lemak jenuh 0,227gram
4. Lemak tak jenuh ganda 0,239gram
5. Lemak tak jenuh tunggal 0,162gram
6. Kolestrol 48mg
7. Protein 14,91gram
8. Karbohidrat 2,2gram
9. Serat 0gram
10 Gula 0gram
.
11 Sodium 230mg
.
12 Kalium 350mg
.
Sumber: Fitday, 2010

2.2 Mutu Bahan Baku Gurita (Octopus sp)


9

Sesuai dengan SNI 01-6941.1.2011, standar ini menetapkan jenis

bahan baku, bentuk bahan baku, asal bahan baku, mutu bahan baku, dan

penyimpanan bahan baku untuk gurita utuh segar, berasal dari perairan

yang tidak tercemar, bersih, bebas dari setiap bau yang menandakan

pembusukkan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas dari

sifat-sifat lamiah yang lain serta dapat menurunkan mutu serta tidak

membahayakan kesehatan, bahan baku disimpan dalam wadah yang baik

untuk mempertahankan sushu pusat bahan baku antara 0-5oC, saniter dan

higiene. Pengaturan dalam standar ini di tunjukan sebagai acuan

untuk menghasilkan produk gurita beku yang higenis dan aman untuk di

konsumsi. SNI ini berlaku untuk pengolahan gurita beku dan tidak berlaku untuk

produk yang mengalami pengolahan lebih lanjut. Persyaratan bahan baku yang

harus dipenuhin untuk proses pengolahan gurita (Octopus sp) dilihat dari tabel 2

persyaratan mutu dan keamanan pangan.

Tabel 2. Syarat Mutu Bahan Baku Gurita (Octopus sp)


Jenis Uji Satuan Persyaratan
a. Organoleptik Angka 1-9 Minimal 7
b. Camera Microba
 ALT (Angka Lempeng Total) Koloni/gram Maksimal 5,0 x 105
 Escherichia colie APM/gram Maksimal <3
 Salmonela Per 25 gram Negatif
 Vibrio chorea Per 25 gram Negatif
 Vibrio parahaemoliticus Per 25 gram Ekor Maksimal <3
 Parasit 0
c. Cemaran Kimia
 Kadmium (Cd) mg/kg Maksimal 1,0
10

 Merkuri (Hg) mg/kg Maksiml 0,5


 Timbal (Pb) mg/kg Maksimal 1,0
d. Fisika
 Suhu Pusat 0
C Maksimal -18
Sumber: SNI 01-6941.1.2011 (2011)

2.3 Alur Prsoes Pembekuan Gurita (Octopus sp)

Dalam SNI 01-6941.3.2002, secara garis besar proses pembekuan gurita

(octopus sp) meliputi 12 tahapan-tahapan alur proses sebagai berikut:

1.
2. 3.
Penerimaan
Penyiangan Pencucian
Bahan Baku

6.
5. 4.
Pencelupan Dalam
Sortasi Perendaman
Larutan Chlorine

7. 8. 9.
Penyusunan
Pembungkusan Pembekuan
dalam Pan

11.
12. 10.
Pengepakan
Penyimpanan pengelasan
dan Pelabelan
11

Gambar 2. Diagram alur proses pembekuan gurita (Octopus sp) beku


Sumber : SNI 01-6941.3.2002

1. Penerimaan Bahan Baku dan Penimbangan: bahan baku di terima di unit

pengolahan harus di tangani secara cermat, bersih dengan suhu 5oC dan

selanjutnya disortir dan ditimbang menurut mutu dan ukuran dengan tujuan

untuk memperolaeh mutu, jenis ukuran yang tepat sesuai dengan

pensyaratan serta mencegah kontaminasi bakteri patogen dan parasit

dekomposisi.

2. Penyiangan: penyiangan dilakukan dengan cara pembuangan mata, gigi, isi

perut dan cairan hitam dengan cepat, hati-hati mempertahankan rantai

dingin dengan tujuan untuk mendapatkan bahan baku gurita yang bebas

mata, gigi, isi perut, dan cairan hitam.

3. Pencucian: pencucian gurita dilakukakn dengan mencelupkan gurita pada

wadah yang berisi air dingin dengan sushu maksimal 5oC, dengan tujuan

memperoleh gurita yang bersih, bebas lendir, dan benda asing

4. Perendaman: perendaman gurita yang telah di cuci kemudian direndam

selama 45 menit dalam air garam dengan konsentrasi 3% - 8%, dengan

tujuan membentuk kekenyelan dan bentuk sesuai dengan bentuk pada saat

di dinginkan/dibekukan.

5. Sortasi: gurita yang direndam kemudian di tiriskan dan di angkut ke meja

sortir untuk penyortiran ukuran dan mutu. Tujuan penyortiran ini adalah

memperoleh gurita dalam bentuk dan kualitas yang baik serta ukuran yang

seragam.
12

6. Pencelupan Dalam Larutan Chlorine: gurita di cuci dengan cara perendaman

dalam larutan chlorine 5 ppm dengan suhu 5oC. tujuan dari larutan chlorine

untuk memperoleh gurita beku terbebas dari kontaminasi bakteri dan

dekomposisi.

7. Pembungkusan: gurita yang sudah beku kemudian dibungkus dengan

kantung plastik yang bersih dan suhu maksimal 5 oC. tujuan pembungkusan

untuk menghindari produk dari kontaminasi bakteri dan oksidasi.

8. Penyusunan Dalam Pan: gurita yang telah dibungkus berjajar dan rapi dalam

pan pembeku, proses ini dilakukan dengan cepat dan saniter dengan

mempertahankan suhu maksimal 5oC.

9. Pembekuan: gurita di bekukan dengan suhu -18oC dalam waktu maksimum

8 jam.

10. Pengelasan: untuk melapis gurita dengan air es atau juga agar muda tidak

terjadi pengeringan pada saat penyimpanan. Gurita yang telah disemprot

dengan air dingin. Proses pengelasan dilakukan secara cepat, cermat, dan

saniter

11. Pengepakan dan Pelabelan: gurita beku di kemas dalam kotak karton yang

berlapis plastik dan bersih dari kontaminasi mikroba serta filt. Untuk dapat

terhindar produk bebas dari bakteri dan produk sesuai label.

12. Penyimpanan: penyimpanan dilakukan dalam gudang beku (cold storage)

dalam suhu maksimal -25oC. tujuan penyimpanan dalam gudang beku yaitu

agar produk yang habis dilakukan kegiatan pengepakan harus terjaga suhu

beku agar kualitas produk tidak turun.

2.4 Pembekuan
13

Pembekuan adalah proses penurunan suhu bahan pangan sampai bahan

pangan membeku, yaitu jika suhu pada bagian dalamnya paling tinggi sekitar 18

C, meskipun umumnya produk beku mempunyai suhu lebih rendah. Pada kondisi

suhu beku ini bahan pangan menjadi awet karena mikroba tidak dapat tumbuh dan

enzim tidak aktif.Pembekuan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan

dengan cara membekukan bahan pada suhu di bawah titik beku pangan tersebut.

Dengan membekunya sebagian kandungan air bahan atau dengan terbentuknya es,

maka kegiatan enzim dapat dihambat atau di hentikan sehingga dapat

mempertahankan mutu bahan pangan. Antara pembekuan (Freezing) dan

penyimpanan beku (Cold Storage) terdapat perbedaan penting dalam kaitannya

dengan proses pembekuan, yaitu panas diambil, diikiuti oleh turunnya suhu

produk yang dibekukan dan berubahnya sebagian besar kadar air yang terkandung

dalam produk menjadi es. Membekukan produk sampai pada suhu -18oC

merupakan perlakuan beku dalam industri pendinginan ikan. Penyimpanan beku

berarti meletakkan produk yang sudah beku didalam ruangan dengan suhu yang

dipertahankan sama dan telah ditentukan sebelumnya. Selama proses pembekuan

berlangsung, terjadi pemindahan panas dari tubuh ikan bersuhu lebih tinggi ke

refrigerant bersuhu rendah. Dengan demikian kandungan air didalam tubuh ikan

akan berubah bentuk menjadi kristal es kandungan air ini terdapat di dalam sel

jaringan dan ruang antar sel (Fila Fadilla, 2018)

Menurut (Adawyah, 2007), berdasarkan panjang pendeknya waktu

thermal arrest, pembekuan dibagi menjadi dua yaitu:

1. Pembekuan Cepat (Quick Freezing), yaitu pembekuan dengan thermal

arrest time tidak lebih dari dua jam. Pembekuan cepat menghasilkam kristal
14

kecil-kecil di dalam jaringan daging ikan, jika ikan yang dibekukan lalu di

cairkan kembali maka kristal-kristal es yang mencair akan diserap kembali

oleh daging dan hanya sedikit yang mengalami drip.

Tiga metode pembekuan cepat tersebut adalah:

 Pembekuan Aliran Udara Dingin (Blast Freezing)

Bahan pangan yang akan di dinginkan diletakkan dalam freezer yang di

aliri udara dingin (suhu -400C atau lebih rendah lagi).

 Pembekuan Alat Pindah Panas Tipe Gesekan (Scraped Heat

Exchanger)

Produk dibekukan dengan metode ini untuk mengurangi pembentukan

kristal es berukuran besar. Produk digesekkan pada permukaan

pendingin dan kemudian segera dibawah menjauh, proses ini dilakukan

ber ulang-ulang.

 Pembekuan Kriogenik (Cryogenic Freezing)

Dimana nitrogen cair (karbon dioksida) disemprotkan langsung pada

bahan-bahan pangan berukuiran kecil seperti udang. Karena cairan

nitrogen dan karbon dioksida mempunyai suhu beku yang sangat

rendah (berturut-turut -196oC dan -78oC) maka proses pembekuan akan

berlangsung spontan.

2. Pembekuan Lambat (Slow Freezing atau Sharp Freezing), yaitu pembekuan

dengan thermal arrest time lebih dari dua jam. Pembekuan lambat akan

menghasilkan kristal-kristal besar sehingga merusak jaringan daging ikan

dan tekstur daging ikan setelah di thawing menjadi kurang baik karena akan

berongga-berongga dan banyak sekali drip yang berbentuk. Pembekuan


15

lambat umumnya menyebabkan rendahnya kualitas produk akan tetapi,

perbedaan kualitas di pengaruhi oleh perbedaan dalam bentuk kristal es.

Penurunan kualitas selama pembekuan lebih berhubungan dengan

perubahan sifat protein. Pembekuan menyebabkan beberapa perubahan

dalam protein, atau beberapa perubahan dari kondisi asal mereka, oleh sebab

itu di sebut dengan istilah “perubahan sifat” (Zailani, 2015).

Lima metode cepat tersebut adalah:

 Sharp Freezer

Yaitu produk diletakkan di atas rak yang terbuat dari pipa pendingin.

 Multi Plate Freezer

Merupakan metode pembekuan yang memanfaatkan susunan plat

alumunium sebagai pendingin, yaitu ikan dijepitkan diantara plat-plat

tersebut. Metode ini lebih efisien dan cepat membekukan produk.

 Air Blast Freezer

Merupakan metode pembekuan yang memanfaatkan udara dingin, yaitu

dengan menghembuskan dan mengedarkan udara dingin kesekitar

produk secara kontinyu.

 Immersion Freezer

Merupakan metode yang memanfaatkan cairan dingin, yaitu

mencelupkan kedalam cairan misalnya brine NaCl atau CaCL.

 Spray Freezer,

Yaitu menyomprotkan ikan dengan cairan dingin.

Menurut (Murniyati & Sunarman, 2000), metode pembekuan berdasarkan

alat yang dipakai di bagi menjadi 4 macam:


16

1. Sharp Freezer, termasuk metode pembekuan lambat, yaitu produk diletkkan

di atas rak yang terbuat dari pipa pendingin.

2. Multy Plat Freezer, merupakan metode pembekuan yang di manfaatkan

susunan plat alumunium sebagai pendingin, yaitu ikan dijepitkan diantara

plat-plat tersebut. Metode ini lebih efisien dan cepat membekukan produk.

3. Air Blast Freezer, merupakan metode pembekuan yang memanfaatkan

udara dingin , yaitu dengan menghembuskan dan mengedarkan udara dingin

kesekitar produk dengan kontinyu.

4. Immersion Freezer, merupakan metode pembekuan yang memanfaatkan

cairan dingin, pembekuan yang cepat sering di peraktikkan di kapal

penangkapan ikan dan tuna, dan alat yang di gunakan: brin freez spray

freezer.

2.5 Tata Letak (Lay Out)

Yohannes (2011) mengatakkan bahwa tata letak (lay out) pabrik

merupakan salah satu masalah karena tat letak sangat berpengaruh

terhadap efisiensi operasoi dalam jangka panjang. Tata letak memilki

berbagai implikasi strategi karena tata letak menentukkan nilai saing

perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, biaya, dan mutu

kehidupan kerja. Sistem tata letak memegang peranan penting dalam

perencanaan suatu pabrik. Dari hasil pengamatan, tata letak pabrik dapat

memproduksi biaya pemindahan bahan (material handling), dengan

demikina jelaslah perencanaan tata letak pabrik atau tata letak fasilitas

pabrik akan berkaitan erat dengan perencanaan proses pemindahan bahan.

Perencanaan pemindahan tata letak pabrik tidak bisa mengabaikan


17

signifikasi dari aktifitas pemindahan bahan dan juga sebaliknya, tidak

menerapkan sistem pemindahan bahan secara efektif tanpa memperhatikan

tata letak fasilitasnya.

Tujuan utama perencanaan tata letak pabrik pada dasarnya adalah

untuk menimbulkan total biaya, yang antara lain menyangkut elemen-

elemen biaya sebagai berikut:

 Biaya untuk konstruksi dan instalasi baik unrtuk bangunan, mesin, maupun

fasilitas produksi lainnya.

 Biaya pemindahan bahan (material handing cost)

 Biaya produksi, tenaga kerja, safety, dan storage cost

2.6 Penerapan GMP

GMP (Good Manufacturing Practices) adalah penerapan atau cara teknik

produksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi

persyaratan mutu dan keamanan (BKIPM, 2017). Menurut BKIPM (2007),

faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam GMP meliputi:

1. Seleksi Bahan Baku

Tidak ada bahan baku yang diterima mengandung parasit, bakteri, pestisida,

obat ikan atau racun.

2. Penanganan dan Pengolahan

Bahan baku yang mengandung proses lebih lanjut harus ditempatkan pada

wadah yang saniter dan higienis untuk mencegah kemunduran mutu bahan

baku, daqn harus di beri es atau penyimpanan dalam ruang pendingin.

3. Bahan Pembantu dan Bahan Kimia


18

Yaitu untuk membantu produksi pada perusahaan, bahan pembantu yang

umum digunakan berupa air, es, dan bahan kimia.

4. Pengemasan

Dsain dan material harus memberikan perlindungan yang cukup untuk

meminimalisir kontaminasi dan kerusakkan.

5. Penyimpanan

Penyimpanan harus sesuai produk dan lama penyimpanan harus

diperhatikan.

6. Distribusi

Jenis produk harus sesuai dengan sarana pengangkutan.

2.7 Penerapan SSOP

SSOP (Sanitation Standard Operational Procedure) adalah serangkaian

proses yang dilakukan untuk menjaga kebersihan. Sanitasi merupakan hal yang

penting harus dimiliki industri pangan dalam penerapan GMP. Sanitasi dilakuakan

sebagai usaha mencegah penyakit atau kecelakaan dari konsumsi pangan yang

diproduksi dengan cara menghilangkan atau mengendalikan faktor- faktor dalam

pengolahan pangan yang berperan dalam pemindahan bahaya (hazard), sejak

penerimaan bahan baku, pengolahan, pengemasan dan penggudangan produk,

sampai produk akhir didistribusikan (Thaheer, 2005).

Menurut Direktur Jendral Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan

Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan (2017), terdapat delapan kunci

SSOP yang harus di perhatikan. 8 kunci SSOP yang harus di perhatikan yakni:

1. Keamanan Air dan Es: keamanan bahan penolong (air dan es) yang

berhubungan langsung dengan pangan/permukaan peralatan yang digunakan


19

langsung untuk pangan pada pembuatan es dan menggunakan air yang

berstandar air minum

2. Kondisi Alat dan Kebersihan Permukaan yang Kontak Dengan Bahan

Pengan: semua peralatan yang dipakai dalam melakukkan pengolahan harus

dalam kondisi bersih, Pisau yang digunakan dicuci dengan air bersih dan

panas, gunakan bahan-bahan dari stainless,peralatan disimpan pada

tempatnya.

3. Pencegahan kontaminasi Silang: upaya untuk tidak terjadinya kontaminasi

silang bisa dilakukkan dengan beberapa cara:

 Bahan baku (ikan) jangan diletakkan di lantai, letakkan diatas

box/keranjang ikan

 Lampu tempat pengolahan ditutup agar pecahan lampu tidak mengenai

ikan

 Keberihan karyawan, sebelum bekerja dan setelah dari toilet cuci

tangan

 Dilarang meludah dan merokok saat mengolah ikan

 Kesehatan pekerja, pekerja harus mandi agar ikan terhindar dari bakteri,

gunakan pakaian yang bersih, cuci tangan sebelum dan sesudah

memegang ikan,pekerja yang sakit harus istirahat periksa ke dokter

 Penyimpanan Produk, produk ikan yang sudah diolah diletakkan diatas

rak agar tidak terkena kotoran

4. Menjaga Fasilitas Pencuci Tangan, Sanitasi dan Toilet: sediakan

washtafeldekat pintu,air harus mengalir dan dilengkapi dengan fasilitas

sanitasi (sabun antiseptik, pengering tangan) toilet berfungsi baik, tidak


20

berhubungan langsung dengan ruangan penanganandan pengolahan

dilengkapi dengan fasilitas sanitasi (sabun antiseptik, pengering

tangan).Ruang ganti digunakan karyawan untuk ganti pakaian kerja harus

selalu dalam keadaan bersih,loker digunakan untuk menyimpan pakaian

kerja dan pakaian ganti karyawan serta peralatan pribadi karyawan tersedia

dalam jumlah cukup

5. Proteksi dari Bahan–Bahan Kontaminan: semua bahan kimia, pembersih

dan saniter harus sesuai persyaratan:

 Gunakan sesuai petunjuk persyaratan

 Semua bahan kimia, pembersih dan saniter diberi label dengan jelas

 Disimpan diruang khusus dan terpisah dengan ruang penyimpanan

produk olahan

 Penggunaannya harus sesuai prosedur dan ada petugas khusus yang

ditunjuk dan bertanggung jawab dalam penanganan bahan kimia

6. Pelabelan, Penyimpanan dan Penggunaan Bahan Toksin yang Benar:

tujuannya untuk menjamin bahwa pelabelan, penyimpanan dan penggunaan

bahan toksin adalah benar untuk proteksi produk darikontaminan

 Pemberian label dan penyimpanan bahan kimia dan bahan berbahaya

diberi label yang jelas dan disimpan secara terpisah dalam wadah yang

sama

 Penggunaanbahan kimia dan bahan berbahaya; bahan kimia yang

diijinkan dan penggunaannya sesuai dengan metode yang

dipersyaratkan, serta dilengkapi dengan tanda (label) yang

dipersyaratkan
21

7. Pengawasan Kondisi Kesehatan Personil: tujuan mengelola personil yang

mempunyai tanda-tanda penyakit, luka atau kondisi lain yang dapat menjadi

sumber kontaminasibakteri

 Kondisi karyawan/pekerja di monitor, bagi yang sakit tidak diijinkan

bekerja

 Karyawan yang melakukan pekerjaan penanganan, pengolahan,

pengepakan, harus mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja

 Karyawan harus menggunakan alat perlengkapandiri, antara lain

pakaian kerja termasuk tutup kepala, masker, sepatu, sarung tangan

 Jenis penyakit yang dapat mengkontaminasi seperti: batuk/pilek, flu,

diare, penyakit kulit dsb

8. Pengendalian Hama: perlu tersedianya fasilitas pengendalian binatang

penganggu (serangga, tikus, hewan peliharaan dan binatang lainnya) yang

berfungsi dengan efektif yang bertujuan:

 Pencegahan masuknya dan pembuangan pest

 Mengendalikan lingkungan sumber pest

 Pemusnahan dan pembasmian pest

2.8 Faktor 4M dan 1M dalam Produksi

Menurut (Noor Charif Rachman, S. T. 2019) dalam proses produksi

di suatu perusahaan, tentu banyak faktor yang berpengaruh terhadap

kelancarannya. Faktor – faktor tersebut dikenal dengan nama 4M + 1E.

Berikut ini adalah penjelasan dari masing – masing faktor tersebut. Faktor

4M + 1E terdiri dari Man (manusia), Machine (mesin), Method (metode),

Material (bahan baku).


22

1. Man (manusia)

Manusia sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses produksi. Hal ini

disebabkan karena manusia merupakan sumber daya yang bisa mengatur

kelancaran suatu proses, baik secara manual maupun otomatis

(menggunakan mesin). Manusia terdiri dari operator, leader, supervisor,

ataupun level management up yang bertanggung jawab terhadap

pengambilan kebijakan di perusahaan.

2. Machine (mesin)

Mesin sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses produksi. Hal ini

disebabkan karena mesin merupakan sumber daya yang bisa membantu

dalam proses produksi secara tepat, cepat, dan otomatis. Dalam proses

produksi yang banyak mengandalkan mesin, kebanyakan hasil produksinya

adalah sama secara ukuran dan standarnya. Bila ada perbedaan dalam hal

ukuran dan standar terhadap produk, maka tugas manusia (operator, leader,

supervisor) adalah melakukan setting mesin hingga mendapatkan standar

yang baik.

3. Method (metode)

Metode sangat berpengaruh terhadap ketepatan pengoperasian produksi. Hal

ini disebabkan karena metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk

mendapatkan hasil produksi yang sesuai dengan harapan. Contoh dalam

metode produksi adalah pembuatan instruksi kerja atau prosedur kerja

sebagai pedoman operator dalam menjalankan peralatan produksi.

4. Material (bahan baku)


23

Material cukup berpengaruh terhadap kualitas hasil produksi. Bila material

yang digunakan dalam proses produksi tidak sesuai dengan standar,

mungkin saja dapat mengganggu kelancaran proses produksi. Walaupun

tidak mengganggu secara langsung, namun pada akhirnya akan berdampak

pada penurunan kualitas produk. Oleh karena itu, perlu adanya pengecekan

yang maksimal pada proses penerimaan bahan baku (QC incoming).


24

III. METODE PRAKTIK

III.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan KPA

Pelaksanaan Kerja Praktik Akhir (KPA) dilaksanakan mulai pada tanggal 14

Februari sampai 23 April 2022. Lama waktu pelaksanaan KPA adalah 60 hari.

Lampiran 16 menunjukkan jurnal harian KPA di PT. Biru Laut Nusantara,

Makassar, Sulawesi Selatan, yang berlokasi di Kawasan Industri Makassar, Jl.

Kima VIII Daya, Kav SS No. 23 A, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar,

Sulawesi Selatan.

III.2 Peralatan

Alat yang digunakan saat Kerja Praktik Akhir di PT. Biru Laut Nusantara

saat proses produksi Gurita sebagai berikut:

1. Meja Kerja
2. Bak Penampung atau Fiber
3. Keranjang dan Baskom
4. Timbangan Digital
5. Troelly atau Handlip
6. Pisau
7. Mesin Strapping Band
8. Pallet
9. Pan
10. Sikat
11. Mobil Perusahaan

III.3 Bahan

 Bahan baku yang digunakan selama Kerja Praktik Akhir yaitu gurita

Vulgaris yang berasal dari perairan aut Sulawesi dan Malaku.

 Bahan pembantu adalah air dan es batu


25

 Air yang akan digunakan yaitu air yang sudah diuji dan bebas warna,

bebas bau, tidak berasa, dan sudah . Hasil pengujian air dapat dilihat pada

lampiran 4.

 PT. Biru Laut Nusantara, Makasssar, Sulawesi Selatan. Mengambil es

dari perusahaan PT. Multi Sari, Makassar, Sulawesi Selatan. Es yang

digunakan es curah atau es kristal yang sudah teruji. Hasil pengujian es

dapat dilihat pada lampiran 4.

 Bahan kimia adalah kaporit, Clorine, sabun cair, dan Alkohol.

 Kaporit digunakan saat pencucian air.

 Clorine digunakan sanitai air dan pencucian Platic

 Sabun cair digunakan pada saat karyawan mencuci tangan sebelum

masuk kedalam ruang produksi

 Alkohol digunakan saat penyemprotan tangan , peralatan yang terjatu

dilantai, dan pada bahan baku

 Bahan pengemas adalah yang digunakan plastik Poyiethylene

III.4 Prosedur Praktik dan Pengumpulan Data

Studi literatur untuk mendapatkan data dokumentasi KPA yang dilakukan

melalui beberapa tahap untuk mencapai tujuan KPA. Prosedur kerja yang

dilakukan adalah dengan mengikuti setiap alur proses dan mengetahui serta

memahami persyaratan dasar dengan cara produksi yang baik dan benar meliputi

1. Persyaratan Awal

 Lokasi: bebas dari banjir, efek dari industri lain, bebas dari limbah atau

sampah
26

 Lingkungan: penanganan sampah, pencegahan debu/lumpur, drainase,

dan pagar

2. Persyaratan Fisik

 Bangunan: tidak ada Cross Contamination, ukuran ruang cukup, dan

sesuai

 Fasilitas: suplai air, penanganan ventilasi, gudang, drainase, dan fasilitas

proses higiene

3. Persyaratan Operasional

  GMP (Good Manufacturing Practices)

a. Seleksi bahan baku

b. Penanganan dan pengolahan

c. Bahan kimia

d. Pengemasan

e. Penyimpanan

f. Distribusi

 SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure) 

a. Keamanan air dan es

b. Kondisi dan kebersihan permukaan yang kotor dengan produk

c. Pencegahan kontaminasi silang

d. Menjaga fasilitas pencucian tangan, sanitasi, dan toilet

e. Proteksi dari bahan-bahan kontaminasi

f. Pelabelan, penyimpanan, dan penyimpanan bahan toksin

g. Pengawetan kondisi kesehatan personil

h. Pengendalian hama
27

4. Pengumpulan Data

Tujuan pengumpulan data yaitu untuk mendapatkan data yang valid

sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan, pengumpulan

data dan informasi yang diperoleh sebegai berikut:

 Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya

atau wawancara dengan HRD, QC, dan karyawan diperusahaan serta

responden dengan membawa panduan wawancara.

 Observasi

Observasi atau pengamatan adalah melihat langsung kejadian yang

sistematis tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-

individu ditempat kejadian.

 Dokumentasi (Menggunakan Kamera)

Mengambil gambar pada proses kegiatan produksi mulai dari penerimaan

sampai distribusi, alat yang digunakan saat produksi serta sarana dan

prasarana yang ada diperusahaan jika diizinkan oleh pihak perusahaan.

Adapun metode pengumpulan data yang diperoleh penulis dalam

penyusunan laporan KPA ini adalah:

 Data Primer

Adalah data atau objek praktik yang diperoleh secara langsung dari

lapangan serta responden seperti melakukan kuesioner, wawancara,

observasi, dan dokumentasi serta ikut peran aktif dilapangan melakukan

kegiatan produksi bersama karyawan.


28

 Data Sekunder

Adalah data yang di ambil secara tidak langsung melalui buku literatur

atau buku sejarah perusahaan yang ada

III.5 Analisis Data

Analisis data yang digunakan penulis pada saat pengumpulan data KPA

yaitu analisis deskriptif. Teknik analisis deskriptif adalah prosedur pencatatan

untuk menggambarkan keadaaan objek berdasarkan fakta yang ada. Data-data

yang didapatkan penulis saat melakukan KPA di PT. Biru Laut Nusantara

Makassar, Sulawesi Selatan meliputi 15 alur proses pengolahan gurita beku

bentuk bola, menghasilkan produk gurita bentuk bola, keadaan umum perusahaan

yang lokasinya bebas dari banjir, sejarah berdirinya perusahaan berdiri dilahan

daerah khusus industri kota makassar,


29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Keadaan Umum Lokasi Pabrik

PT. Biru Laut nusantara Makassar, Sulawesi Selatan. Terletak dikawasan

Industri Makassar, Jl. Kima VIII Daya, Kav SS No. 23 A, Kecamatan

Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Area sisi kanan perusahaan

terdapat PT. Aftech Makassar, aera sisi kiri terdapat pabrik coklat, dan diarea

depan terdapat PT. Sibalec Makassar. Gambar 3 dibawah ini menunjukkan lokasi

KPA di PT. Biru Laut Nusantara Makassar, Sulawesi Selatan.

Gambar 3 . Lokasi Kerja Praktik Akhir (KPA) di PT. Biru Laut Nusantara
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
Sumber: Google Maps, 2022

IV.2 Profil Perusahaan

PT. Biru Laut Nusantara, Makassar, Sulawesi Selatan adalah perusahaan

yang bergerak dibidang industri pengolahan perikanan. Perusahaan ini yang

terletak di Kawasan Industri Makassar, Jl. Kima VIII Daya, Kav SS No. 23 A,

Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Perusahaan ini

berdiri pada tahun 2009, dan mulai beroprasi memproduksi pada tahun 2013

diberi nama Makassar Sehat Nusantara, setelah beroprasi beberapa tahun

perusahaan mengganti namanya dengan PT. Biru Laut Nusantara dan awal
30

memproduksi tuna loin , ikan bandeng tanpa tulang, ikan bandeng WR, lumpia,

ikan kakap merah WR dan filet, udang kipas, cumi teropong, cumi semampar,

gurita, slipper lobster WR dan sekarang hanya memproduksi dan fokus pada

pengolahan pembekuan gurita dan kakap merah.

PT. Biru Laut Nusantara, Makassar, Sulawesi Selatan adalah unit

pengolahan hasil perikanan yang memiliki nilai grade B untuk kegiatan ekspor

sehingga produk yang dihasilkan dapat dipasarkan hampir keseluruh negara,

minus negara di Uni Eropa dan Rusia. Dalam melakukan produksi PT. BLN telah

menerapkan sistem menejemen mutu Hazard Analysis Critical Control Point

(HACCP) untuk menjamin kualitas mutu produk perikanan yang dihasilkan.

Penerapan sistem HACCP meliputi pelaksanaa Good Manufacturing Practices

(GMP) dan Standard Sanitation Operating Procedure (SSOP) yang ada di

perusahaan.

Adapun peralatan dan fasilitas penunjang yaitu meliputi:

1. Pakaian Kerja Karyawan

Merupakan pakaian yang digunakan untuk melakukan kegiatan produksi.

Pakaian tersebut disesuaikan pada tempat dan proses produksinya dan

gambar 4 dapat dilihat di bawah ini

A B C

Gambar 4. (a) jaket Cold Storage, (b) dan (c) baju karyawan model seragam yang
digunakan PT. BLN
Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022
31

2. Masker

Masker yang digunakan yaitu berbahan dasar kain, dipakai saat masuk di

ruang ganti baju karyawan. Gambar 5 dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 5. Model masker yang digunakan karyawan PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

3. Penutup Kepala

Digunakan untuk menutupi kepala dan menahan keringat dari kulit kepala

serta rambut yang jatuh tidak langsung ke produk yang mengakibatkan

terjadinya kontaminasi silang produk. Gambar (a) dan (b) penutuk kepala

yang dukenakan laki-laki atau pria, dan (c) penutup kepala sejenis jilbab

untuk karyawan perempuan.

A B C

Gambar 6 . Penutup kepala karyawan di PT. BLN


Sumber : PT. Biru Laut Nusantara, 2022

4. Celemek (Apron)

Sebagai alat untuk menjaga kebersihan baju dari dada, pinggang, sampai

bawah lutut, panjang apron yang digunakan berdiameter 125-145 cm,


32

celemek yang digunakan di PT. BLN berbahan dasar plastik atau water

froof apron sehingga celemek tahan air dan baju karyawan tidak mudah

basah. Gambar celemek atau apron dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 7 . Model celemek atau apron yang digunakan di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

5. Sarung Tangan

Digunakan untuk kegiatan produksi dari penerimaan bahan baku sampai

penyimpanan dalam ruang cold storage. Model (a) sarung tangan di

gunakan diproses ABF atau cold storage, (b) dan (c) digunakan dari

penerimaan bahan baku sampai packing di PT. BLN Gambar kaos tangan

produksi dapat dilihat dibawah ini.

A B C

Gambar 8 . Model sarung tangan di gunakan di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

6. Sepatu Boots

Digunakan untuk melindungi dan mengurangi terjadinya kecelakaan yang

menimpa kaki karyawan seperti jatuhnya pisau dari meja, saat masuk di
33

cold storage tidak kontak langsung dengan es batu yang mengakibatkan

luka pada telapak kaki, mengurangi luka gesekan pada kaki karena bahan

sepatu terbuat dari karet plastik bukan kain, tidak membuat kaki menjadi

basah sehingga tidak membuat bau busuk pada kaki.

Gambar 9. Sepatu boots dikenakan karyawan di perusahaan PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

7. Meja Kerja

Merupakan meja kerja yang digunakan untuk proses produksi gurita. Hal

disesuaikan menurut fungsi dan kegunaannya dalam proses produksi. Meja

kerja terbuat dari bahan besi stainless steel yang tahan karat.

Gambar 10. Meja produksi di perusahaan PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

8. Bak Penampung atau Fiber

bak ini digunakan untuk menampung bahan baku gurita dan es. Bak

penampung yang dipakai PT. BLN terbuat dari fiber dan stainless steel. bak
34

penampung (a) digunakan saat proses penerimaan bahan bakau, bak

penampung (b) digunakan pada pembersihan dan penyiangan.

A B

Gambar 11. Bak penampung di perusahaan PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2021

9. Keranjang dan Baskom

keranjang (a) digunakan untuk menampung gurita ketika proses penerimaan

bahan baku, (C) untuk menampung gurita pada saat proses produksi dan

ukuran keranjang panjang: 45 cm, lebar:33 cm , tinggi 16 cm, gambar (b)

digunakan proses pembungkusan produksi sebagai wadah gurita yang

sudah di bungkus plastik PE (polietilene) dan ukuran keranjang panjang: 45

cm, lebar: 35 cm, dan tinggi: 15 cm. Keranjang ini terbuat dari plastik

ringan, mudah di bersihkan dan mudah di angkat oleh karyawan

A B C

Gambar 12. Keranjang plastik di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

10. Timbangan Digital


35

Timbangan ini digunakan untuk menimbang gurita untuk mengetahui berat

gurita dan kapasitas timbangan yang di gunakan kapasitas 150 kg dan 350

kg

Gambar 13. Timbangan digital di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

11. Trolley dan Handlip

Trolley digunakan untuk mengangkut gurita yang telah diproses kemudian

di angkut keruang pembekuan dan mempermudah jalannya proses produksi.

Handlip digunakan untuk mengangkut produk yang telah dikemas kedalam

gudang penyimpanan beku (cold storage) dan terbuat dari besi stainless

steel agar tidak mudah berkarat.

Gambar 14. Trolley atau kereta dorong di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

12. Pisau

pisau di gunakan untuk membersihkan dan mengeluarkan isi kepala, mata

dan gigi gurita.


36

Gambar 15. Pisau di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

13. Mesin strapping band

Alat ini digunakan untuk mengikat master carton (MC) yang sudah di

lakban dan berisi gurita beku. Tujuannya untuk menjaga master carton agar

tidak mudah terbuka.

Gambar 16. Mesin strapping band di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

14. Pallet

Digunakan untuk menyusun produk dan sebagai alas produk yang telah di

kemas yang siap di masukkan ke dalam cold storage.

Gambar 17. Pallet di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2021
37

15. Pan

Sebagai wadah atau tempat gurita yang sudah dibentuk produk dan akan

dimasukkan ke dalam ABF (Air Blast Freezer) dan wadah yang digunakan

ini terbuat dari Stainless steel.

Gambar 19. Model Pan di PT. BLN


Sumbe : PT. Biru Laut Nusantara, 2021

16. Sikat

digunakan untuk membersihkan kotoran yang masih menempel pada bagian

gurita. Sikat terbuat dari bahan plastik.

Gambar 20. Sikat di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2021

17. Mobil perusahaan

Di PT. Biru Laut Nusantara terdapat 2 mobil perusahaan yang berjenis pick

up yang digunakan untuk mengambil es dan mengangkut raw material


38

Gambar 21. Mobil perusahaan di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2021

IV.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan yang dimeliki PT. Biru Laut Nusantara,

Makassar, Sulawesi Selatan meliputi Direktur (Pemimpin Unit Pengolahan Ikan),

Menejemen Pabrik, Pengawas Umum, Kepala Produksi, Kordinator Keuangan

atau Akunting, Staf Mekanik, Dan Elektrik. PT. Biru Laut Nusantara menetapkan

struktur organisasi dengan kebutuhan perusahaan. Struktur organisasi perusahaan

dapat dilihat pada Lampiran 9.

IV.4 Tata Letak (Lay Out) Perusahaan

Berdasarkan data yang diambil dari penulis bahwa tata letak khusus ruang

produksi yang ada di PT. Biru Laut Nusantara, Makassar, Sulawesi Selatan,

mudah dibesihkan, kemiringan lantai sudah sesuai dengan standar kelayakan

industri pengolahan, dinding terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, jendela

dan pintu yang saling berhubungan dengan ruang produksi yang sudah dipasangi

tirai plastik agar hama seperti lalat dan seramngga lainnya tidak mudah masuk.

Pentingnya Tata Letak adalah memperlancar proses produksi dan mencegah

kontaminasi pada setiap alur proses, selain itu memberi kemudahan, kenyamanan,

keamanan, dan keselamatan pekerja karyawan. Berdasarkan pengamatan penulis

Tata Letak PT. Biru Laut Nusantara, Makassar, Sulawesi Selatan dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.


39

Gambar 4. Tata Letak PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

Keterangan:
1. Pos penjagaan security 16. Ruang vacum
2. Tempatpenyemprotan desinfektan 17. Ruang ABF 2
3. Ruang HRD, ruang QC, dan ruang admin 18. Ruang pengemasan
4. Ruang cold storage 19. Ruang packing dan glazing
5. Ruang loading 20. Gudang logistik
6. Ruang rapat dan ruang laboratorium 21. Kamar mesin 1
7. Toilet karyawan (pria dan wanita) 22. Kamar mesin 2
8. Tempat perendaman kaki 23. Anteroom
9. Loker wanita 24. Cold storage
10. Loker pria 25. Ruang istirahat karyawan
11. Ruang reaceiving 26. Ruang cuci baju atau laundry
12. Ruang pembersihan 1 27. Musholah
13. Ruang pembersihan 2 28. Kamar mesin 3
14. Ruang menimbang dan mengukur 29. Tempat parkir
15. Ruang ABF 1 30. Water reservior
40

IV.5 Prasarana

PT. Biru Laut Nusantara atau yang lebih di kenal BLN sangat

memperhatikan keamanan dan mutu produk serta berbagai upaya yang dilakukan

sebelum karyawan memasuki ruangan produksi, karyawan harus memakai

seragam perusahaan lengkap seperti pakaian kerja, masker, penutup kepala,

celemek atau apron, dan sepatu boot, serta mencuci tangan dengan sabun sebelum

masuk ke ruang produksi. Selain itu diruang proses produksi dilarang makan,

minum, merokok, dan meludah, memakai perhiasan, berbicara, mengambil

gambar atau dokumntasi tanpa izin dari management atau pembimbing eksternal

di tmpat praktik, serta jika ijin ke WC atau keluar dari ruang proses produksi

harus minta ijin ke supervisor. Serta sebelum melakukan kegiatan pengolahan atau

produksi dilakukan kegiatan sanitasi pada ruang produksi dan peralatan-peralatan

yang digunakan seperti meja, keranjang bak penampung, kereta dorong atau

trolley, pisau dan pan.

Prasarana yang di miliki oleh PT. Biru Laut Nusantara, Makassar, Sulawesi

Selatan meliputi bangunan-bangunan yang di gunakan sebagai penunjang

produksi. Bangunan perusahaan dapat di kelompokkan menjadi beberapa bagian

yaitu bangunan kantor, ruang produksi, gedung dan bangunan penunjang lainnya.

Adapun fasilitas bangunan penunjang proses produksi antara lain ;

1. Ruang Kantor: ruang kantor terletak pada bagian samping kanan ruang

produksi yang terdiri dari beberapa ruangan di antaranya ruang manager,

ruang finance, ruang meeting, ruang administrasi, dan ruang HRD

2. Ruang Produksi: terdiri dari ruang penerimaan bahan baku, , ruang

penampungan bahan baku gurita, ruang cleaning servis, ruang sizing &
41

weighing, ruang pembekuan ABF, ruang pengemasan dan pelabelan, ruang

penyimpanan di cold storage.

3. Pos Penjagaan: pos penjagaan di PT. Biru Laut Nusantara, Makassar,

Sulawesi Selatan berjumlah 1 yaitu terletak di samping pintu gerbang masuk

atau di depan ruang penerimaan bahan baku.

4. Ruang Ganti Karyawan: di PT. Biru Laut Nusantara, Makassar, Sulawesi

Selatan terdapat 2 ruang ganti, yaitu untuk pria dan wanita. Ruang ini

berfungsi untuk lokasi tempat mengganti pakaian karyawan selama produksi

dan di dalam ruang ganti terdapat 2 toilet untuk pria dan wanita.

5. Ruang Laboratorium Uji: digunakan untuk uji organoleptik dan memeriksa

bahan baku serta produk yang telah jadi bebas dari kontaminasi.

6. Tempat Istirahat Karyawan: terletak di bagian belakang perusahaan.

7. Musholla : di PT. Biru Laut Nusantara terdapat 1 Musholla yang terletak di

bagian belakang ruang produksi

8. Ruang Laundry: di PT. Biru Laut Nusantara terdapat 1 ruamg laundry

digunakan untuk mencuci pakaian kerja karyawan. Ruang ini terletak di

bagian kiri musholla.

9. Air Blast Freezer (ABF): Air Blast Freezer untuk membekukan gurita.

10. Cold Storage: ruang yang di gunakan untuk menyimpan produk yang telah

jadi agar dapat mempertahankan kesegaran sebelum dilakukan proses

stuffing.

11. Gudang logistik: digunakan untuk menyimpan bahan pengemas untuk

proses packing dan plastik untuk membungkus gurita.


42

12. Gudang kimia: gudang kimia berfungsi untuk menyimpan bahan-bahan

kimia seperti chlorine, sabun, dan alkohol.

IV.6 Deskripsi Produk

Jenis produk beku yang dihasilkan di PT. Biru Laut Nusantara, Makassar,

Sulawesi Selatan terdapat beberapa produk seperti frezh + frozen fillet demersal,

frezh + frozen pelagis, frezh + frozen udang kipas, frozen cephalopod, frezh +

frozen bandeng, frezh + frozen tuna, frezh + frozen crab . Kegiatan KPA yang

telah dilakukan berfokus pada proses cephalopod (gurita balltype) yang

disesuaikan dengan judul laporan “Pengolahan Gurita (Octopus vulgaris) Beku

Bentuk Bola (Balltype) Di PT. Biru Laut Nusantara, Makassar Sulawesi Selatan.

Pembekuan gurita balltype adalah gurita yang mengalami tahapan proses

dari penerimaan bahan baku sampai pada proses stuffing. Pengambilan mata, gigi,

isi perut, dan dibentuk menyerupai bola dengan cara produk dimasukkan ke dalam

plastik PE (Polietilena). Size 1-2 lbs dengan berat gurita 454-908 gr, size 2-4 lbs

dengan berat gurita 908-1816 gr, size 4-6 lbs dengan berat gurita 1816-2724 gr,

size 6-8 lbs dengan berta gurita 2724 gr-Up

Setelah gurita melalui proses pembungkusan kemudian dimasukkan ke dalam

ruang ABF 1 berkapasitas maksimal pembekuan 900 kg produk gurita dengan

suhu -350 C lama waktu pembekuan 5- 8 jam dan ABF 2 berkapasitas 2100 kg

produk gurita. Setelah produk beku dilakukan proses packing, kemudian produk

disimpan dalam cold storage, pemindahan produk gurita yaitu untuk penyimpanan

akhir dan sebelum proses stuffing dilakukan.

Mengingat olahan gurita memiliki nilai produk yang sangat tinggi nilai

ekonominya, maka perlu diperhatikan kualitasnya agar diperoleh produk gurita


43

aman dikonsumsi dengan penerapan GMP (Good Manufacturing Practicese) dan

SSOP (Sanitation Stabdart Operating Procedure) tugas diperhatiakan oleh para

QC (Quality Control) yang bertugas untuk memperhatikan hal-hal yang berkaitan

dengan metode produksi. PT. Biru Laut Nusantara, Makassar, Sulawesi Selatan

menjelaskan menyangkut dengan deskripsi produk pada gurita beku bentuk bola

(balltype), deskripsi produk dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

No Karakteristik Deskripsi Produk


1 Nama ProdukGurita
:
2 Nama Spesies : Octopus cyaneus
3 Asal Bahan Baku : Bone, Sinjai, dan Sulawesi Tengah
4 Bahan Tambahan : Garam dan Es
5 Produk Akhir : Frozen Ball dan Polybag
6 Tahapan Proses : Penerimaan Bahan Baku (Receiving Raw
Material), Sortasi (Sarting), Penimbangan I
(Weighing I), Pencucian I (Washing I),
Pembersihan (Cleaning), Penimbangan dan
Sortasi II (Weighing And Rotating II), Pencucian
II (Washing II), Pembekuan Gurita Bentuk
Balltype (Forming Balltype), Penyusunan dalam
Pan (Arrangement in Pan), Pembekuan ABF
(ABF Freezing), Penimbangan akhir (final
Weighing), Pengemasan dan Pelabelan
(Peckaging and Labeling), Penyimpanan dalam
cold storage (Storage in Cold), Pendeteksian
Logam (Metal Detector), Pemuatan (Stuffing)
7 Jenis Kemasan : Plastik dan Master Carton atau (MC)
8 Label/ Spesifikasi : Tipe Produk, Tanggal Produk, Tanggal
Kedaluwarsa, daerah penangkapan, berat, nama
dan alamat perusahaan, approval number.
9 Penyimpanan : Disimpan di ruangan dingin dengan suhu ruangan
-250C atau lebih rendah
10 Umur Penyimpanan : 18 bulan
11 Cara Dimasak sebelum dikonsumsi
Penyimpanan :
12 Negara Tujuan : Asia, Amerika dan Australia
Tabel 3. Deskripsi Produk gurtia bentuk bola (balltype)
44

Sumber: PT. Biru Laut Nusantara,2022

Berdasarkan tabel di atas deskripsi digunakan perusahaan untuk

sebagai untuk tertulis produk yang dihasilkan dan sekaligus juga sebagai

keterangan buyer mampu dari instansi terkait bisa untuk memberi

gambaran yang lebih jelas dan nyata mengenai produk yang dihasilkan

apabila sewaktu-waktu ada infeksi atau peninjauan kepada perusahaan

tersebut.
45

IV.7 Alur Proses Gurita Bentuk Balltype

Dalam SNI 01-6941. 3. 2002, secara garis besar proses pembekuan gurita

(octopus sp) meliputi 12 tahapan-tahapan alur proses Pembekuan gurita (Octopus

sp), sedangkan di PT. Biru Laut Nusantara Makassar, Sulawesi Selatan terdapat

15 alur proses pengolahan gurita (Octopus vulgaris) beku bentuk bola (Balltype).

Adapun gambar alur proses pengolahan gurita (Octopus vulgaris) beku bentuk

bola (Balltype) di PT. Biru Laut Nusantara Jl. Kima VIII Daya, Kav SS. No. 23 A,

Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan adalah sebagai


1. Penerimaan Bahan Baku
berikut
(Receiving Raw Material)
9. Penyusunan dalam Pan
(Arrangement in Pan)

2. Sortasi (Sarting )

10. Pembekuan ABF (ABF Freezing)

3. Penimbangan I (Weighing I)

11. . Pendeteksian Logam (Metal


Detector)
4. Pencucian I (Washing I)

12. Penimbanga Akhir (Final Weighing)


5. Pembersihan (Cleaning )

13. Pengemasan dan Pelabelan


6. Penimbangan dan Sortasi II (Peckaging and Labeling)
(Weighing And Rotating II)

14. Penyimpanan dalam cold storage


7. Pencucian II (Washing II) (Storage in Cold)

8. Pembentukkan Gurita Balltype 15. Pemuatan (Stuffing)


(Forming Balltype)
46

Gambar 23 : Alur proses pengolahan gurita (Octopus vulgaris) beku bentuk


Bola (Balltype) di PT. BLN
Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

Keterangan:

1. Penerimaan Bahan Baku (Receiving Raw Material)

Bahan baku yang diterima dari supplier dengan keadaan utuh dan tertutup

dengan es yang berasal dari perairan sulawesi dan maluku. Gurita diletakkan di

fish box yang telah di isi es di turunkan dari mobil pick up dan dituangkan ke atas

meja sortir dan dilakukan pengecekan organoleptik dengan metode visual yang

dilakukan oleh QC di perusahaan PT. BLN, dan pengujian mikrobiologi seperti

salmonella, ecoli, ALT (Angka Lempeng Total) dan sebagainya dilakukan tiap 3

bulan sekali di LPPMHP (Laboratorium Pembinaan Pengujian Mutu Hasil

Perikanan) alamat Parang Loe, Kecamatan. Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi

Selatan 90245. Suhu gurita yang diterima saat penerimaan bahan baku tidak boleh

lewat dari 4oC jika lebih dari suhu yang ditentukan maka bahan baku ditambahkan

es hingga suhu mencapai -1o sampai 4oC. Nama alat yang digunakan termometer ,

dan kadar garam maksimal 0.5% jika lewat dari 0.5% bahan baku dipulangkan ke

supplier nama alat yang digunakan salt meter di bagian daging gurita.

Cara mengukur suhu gurita dan kadar garam pada gurita adalah dengan

memasukkan alat ke dalam daging gurita, pada saat ini disesuaikan dengan SNI

01-6941. 3. 2002, pada saat proses penerimaan bahan baku dilakukan dengan

pengecekan suhu pada bahan baku dan dilakukan secara cepat dan hati-hati untuk

mencegah terjadi kontamiasi. Pada tahapan ini penulis dapat melakukan secara

langsung kegiatan penerimaan bahan baku dan dibantu para karyawan serta
47

petugas yang terkait dengan penerimaan bahan baku. Penulis menerima data dan

informasi dari mengamati dan melakukan wawancara kepada QC dan pihak-pihak

yang terkait pada tahapan ini. Proses penerimaan bahan baku dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar 24: Penerimaan bahan baku di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

2. Sortasi I (Sarting I)

Pada tahapan ini gurita disortir berdasarkan ukuran dan berat gurita,

kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan digital de 100kg tujuannya

untuk mempermudah proses selanjudnya. penerimaan bahan baku adalah dapat

dilhat pada tabel dibawah ini

Tabel 4. Size pembelian gurita


No Ukuran
Berat (gram)
1 D. 300-500
2 C. 500-800
3 B. 800-1800
4 A. 1800-UP
Sumber : PT. Biru Laut Nusantara, 2022

Pada saat penyortiran sangat memperhatikan kualitas sesuai dengan standar

penerimaan bahan baku yaitu: tentakel gurita tidak puntung lebih dari satu, tinta
48

gurita tidak pecah, warna gurita tidak kemerahan apabila terdapat gurita yang

sudah berwarna kemerahan maka gurita dirijek dan dikembalikan ke suplier atau

tidak diterima. Penangan ini dilakukan secara cepat dan hati-hati agar terhindar

dari kontaminasi bakteri agar kesegaran gurita tetap terjaga. Hal ini disesuaikan

dengan SNI 01-6941. 3. 2002, disebutkan bahwa pada tahap ini dilakukan dengan

cermat, bersih dan disortir menurut mutu dan ukuran dengan tujuan memperoleh

bahan baku yang sesuai dan tepat dengan standar SNI serta mencegah kontaminasi

bakteri pathogen dan parasite. Pada tahap ini penulis tidak dapat melakukan

secara langsung proses penyortiran bahan baku gurita (Octopus vulgaris). Pada

alur proses Sortasi I dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 25. Proses sortasi 1 di PT. BLN


SumbeR: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

3. Penimbangan I (Weighing I)

Setelah tahap penyortiran dilakukan tahap selanjutnya yaitu penimbangan 1,

gurita ditimbang kemudian di catat hasil timbangan oleh petugas yang

berkewajiban mencatat, tujuan mencatat untuk mengetahui berat bahan baku yang

masuk dari suplier. Penimbangan ini dilakukan dengan cara menimbang gurita

perkeranjang dengan menggunakan timbangan digital. pada tahap penimbangan 1

di PT. Biru Laut Nusantara tidak terdapat pada alur proses yang disebutkan dalam

SNI 01-6941. 3. 2002, karena tahap ini hanya diterapkan oleh perusahaan. Pada
49

tahap ini penulis tidak dapat melihat secara langsung proses penimbangan 1 yang

dapat dilakukan oleh pihak karyawan. Data yang penulis peroleh dari tanya jawab

atau wawancara dengan pihak QC, karyawan dan orang yang berkepentingan di

tahap penimbangan 1. Proses penimbangan 1 dapat dilihat pada gambar dibawah

ini.

Gambar 27. Proses penimbangan 1 di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

4. Pencucian I (Washing I)

Bahan baku gurita yang telah melalui tahapan penimbangan 1, selanjudnya

dilakukan tahap pencucian 1 dengan menggunakan klorin dan air bersih, pada

larutan air pertama menggunakan campuran larutan chloryn sebanyak 20 ppm

sedangkan pencucian kedua tidak menggunakan cairan chloryn atau hanya

menggunakan air bersih. Dilakukan dengan cara menyiram menggunakan gayung

dengan tujuan membersihkan gurita dari kotoran yang menempel pada gurita. Hal

ini sesuai dengan SNI 01-6941. 3. 2002, bahwa gurita dicuci dengan tujuan

memperoleh gurita yang bersih dari lendir dan benda asing yang menempel pada

gurita. Pada tahap ini penulis melihat secara langsung proses pencucian 1 karena

pada tahap ini hanya dapat dilakukan oleh karyawan. Data yang diperoleh penulis

yaitu dengan melakukan wawancara atau tanya jawab kepada pihak yang
50

bersangkutan seperti karyawan, QC, dan supervisor. Gambar proses pencucian 1

dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 28. Prosesn pencucian I di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

5. Pembersihan (Cleaning)

Setelah melawati tahapan pencucian pertama, gurita dibersihkan dengan

cara menghilangkan gigi, mata, isi perut, tulang, tinta, dan lendir dengan hati-hati

menggunakan pisau yang tajam. dengan menggunakan baskom untuk

mempermuda proses pembersihan, dan air bersih yang mengalir. Setelah proses

pembersihan, karyawan membersihkan ruang produksi, alat-alat penyiangan

seperti pisau, loyang, keranjang, pan, meja stainles, dan dinding menggunakan

sabun dan menyiram lantai menggunakan cairan chloryn, agar tidak menimbulkan

bau gurita pada ruang produksi dan alat-alat produksi. Pada tahap ini sesuai

dengan satndar SNI 01-6941. 3. 2002, bahwa pembersihan gurita dilakukan

dengan cara membuang gigi, mata, isi kepala, tulang, tinta, dan lendir untuk

mendpatkan gurita yang bebas dari gigi, mata, isi perut, tulang, tinta. Pada tahap

ini penulis dapat melakukan secara langsung alur proses pembersihan mulai dari

mengeluarkan isi perut, menghilangkan mata, gigi, sampai dengan menghilangkan

lendir dan kotoran yang masih menempel pada gurita dengan bantuan dari

karyawan. Proses penyiangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


51

A B

C D

Gambar 29. (a) proses isi kepala, (b) proses pencungkilan gigi(c) proses
pencungkilan mata, dan (d) proses penyikatan di PT. BLN
Sumber: pt. Biru Laut Nusantara, 2022

6. Penimbangan dan Sortasi II (weighing and Rotating II)

Gurita yang telah melawati tahapan pembersihan, kemudian ditampung ke

dalam fiber dan diberi es untuk mempertahankan rantai dingin, kemudian di size.

Penimbangan ini dilakukan untuk memisahkan gurita sesuai dengan ukuran atau

size dan jenis produk yang sudah ditentukan, adapun size yang digunakan pada

proses octopus ball type yaitu 1-2 dengan berat 454-908 gr, size 2-4 dengan berat

908-1816 gr, size 4-6 dengan berat 1816-2724 gr, dan size 6-8 dengan berat 2724-

up gr (3632 gr), setelah di size dilakukan penimbangan berdasarkan size dengan

berat 13,6 kg/keranjang. Pada tahap ini sesuai dengan satndar SNI 01-6941. 3.

2002, bahwa pada tahap ini dilakukan proses size dengan tujuan memperoleh

gurita dengan kualitas yang baik serta ukuran yang seragam. Dalam tahapan ini

penulis dapat mengikuti secara langsung alur proses sizing dan penimbangan.
52

Data yang di peroleh dengan praktik langsung dengan karyawan serta melakukan

tanya jawab kepada QC dan karyawannya.

Gambar 29. Sizing & weighing di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

7. Pencucian II (Washing II)

Gurita yang telah melewati tahap sizing & weighing kemudian dilakukan

proses pencucian II. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan sisa

kotoran dan bakteri yang masih melengkat pada bahan baku gurita dari alur proses

siing & weighing. Pencucian II dilakukan dengan tiga kali pencucian. Pencucian

pertama manggunakan air klorin 10 ppm, pencucian kedua menggunakan air

klorin 5 ppm dan yang terakhir menggunakan air bersih tanpa klorin. Pada tahap

ini tidak terdapat pada alur proses SNI 01-6941. 3. 2002, karena hal ini hanya

diterapkan oleh perusahaan. Pada tahap pencucian II penulis dapat melakukan

secara langsung kegiatan pencucian II, dengan bantuan dari kakak karyawan atau

pihak yang menangi pencucian II. Proses penyiangan II dapat dilihat pada gambar

di bawah ini.
53

Gambar 30. Pencucian II di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara,2022

8. Pembentukkan Gurit Balltype

Gurita yang telah melalui tahap pencucian II, kemudian dibungkus dengan

menggunakan plastik PE (Poyietilene) yang telah di cuci dengan menggunakan

campuran air chloryn. Dimana dalam proses pembungkusan ini harus sesuai

dengan plastik ukuran produk, plastik yang digunakan memiliki ukuran yang

berbeda-beda sesuai size yang digunakan dalam produk terdapat empat size,

plastik ukuran 15 cm untuk size 1-2, plastik ukuran 20 cm untuk size 2-4, plastik

ukuran 25 cm untuk size 4-6 dan plastik ukuran 30 cm untuk size 6-8 UP. Setelah

dibungkus gurita di ikat kemudian di tekan-tekan hingga menyerupai bola setelah

itu diberi label susuai size pada setiap wadah. Tujuan dari pemberian label untuk

mengetahui size dari gurita tersebut. Pada tahap ini sesuai dengan standar SNI 01-

6941. 3. 2002, kemudian gurita yang sudah bersih kemudian dibungkus

menggunakan plastik yang bersih dan dibentuk seperti bola. Pada tahap ini penulis

dapat mengikuti alur proses pembekuan gurita bentuk ball mulai dari tahap

pembungkusan, sampai dengan pembentukkan bola. Proses pembentukkan gurita

bentuk ball dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

A B C
54

Gambar 31. (a) proses pembungkusan, (b) proses pengisian air, dan (c) proses
pembentukkan ball di PT. BLN
Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

9. Penyusunan dalam Pan (Arrangement in Pan)

Setelah dibentuk bola gurita kemudian disusun rapih dalam pan sesuai

dengan label dan size produk untuk mempermuda penyusunan dalam rak ABF.

Penyusunan dalam pan bertujuan untuk menyusunan produk gurita agar rapi,

mempercepat proses pembekuan karena terdapat ruang sirkulasi udara dalam

ABF, dan mepermuda proses pengeluaran produk dari dalam ABF. Pada saat

penyusunan dalam pan, pan harus dicuci terlebih dahulu menggunakan chloryn

100 ppm perbandingan dengan 100 liter air bersih, kemudian dibilas dengan

menggunakan air bersih agar kotoran dan bakteri yang menempel pada pan hilang

sehingga produk terhindar dari kontaminasi silang. Saat proses penyusunan pan

yang berisi gurita di simpan di atas trolley untuk di angkut di ke ruang ABF. Pada

tahap ini sesuai dengan satndar SNI 01-6941. 3. 2002, disebutkan bahwa gurita

yang sudah dibungkus dan dibentuk seperti bola disusun di pan dengan rapi.

Dalam tahapan ini penulis dapat mempraktikkan langsung proses penyusunan

dalam pan. Gambar dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 32. Penyusunan dalm pan di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

10. Pembekuan ABF (ABF Freezing)


55

Setelah penyusunan dalam pan kemudian produk gurita siap dimasukkan

kedalam ABF dengan cara menyusun produk di dalam rak ABF berdasarkan size

untuk mempermuda proses pengemasan, produk yang di simpan didalam ABF

akan dibekukan dengan suhu -35oC, lama pembekuan 8-12 jam hingga produk

mencapai suhu beku -18oC. Hal ini sesuai dengan SNI 01-6941-3-2002 bahwa

pada tahap ini suhu pembekuan gurita -18oC dalam waktu 8 jam untuk

membekukan produk. Pada tahap ini penulis dapat melakukan pengamatan

terhadap suhu ABF dan proses penyusunan pan dalam ABF serta melakukan

tanya jawab atau wawancara kepada QC atau karyawan yang terkait.penyusunan

dalam pan. Gambar dapat dilihat pada gambar 33 dibawah ini.

Gambar 33. Pembekuan ABF (ABF Freezing) di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

11. Pendeteksian Logam (Metal Detector)

Pendeteksian logam berat pada pembekuan gurita beku dilewatkan pada alat

metal detector untuk mendeteksi adanya logam yang mencemari produk gurita.

Semua produk yang telah dikemas harus melewati metal detector dan bertujuan

untuk mendeteksi ada tidaknya logam yang dapat membahayakan konsumen serta

keamanan produk yang akan di ekspor. Logam yang dapat terdeteksi seperti paku,

steples, serta segala macam yang tebuat dari logam Fe (besi) dengan ketelitian

diameter 2,5 mm dan batas tersebut telah distandarkan oleh perusahaan apabila

pada prosesnya terdeteksi logam maka produk akan terhenti dan mesin metal akan
56

berbunyi sebagai tanda penolakan produk tersebut. Produk yang terdeteksi adanya

logam, yang pertama dilakukan adalah membersihkan mesin metal yang terdapat

genangan air dan benda yang tesangkut, lalu produk dilewatkan lagi sebanyak 3

kali dan apabila produk masih berbunyi saat dilewatkan di mesin metal maka

dilakukan pembersihan kembali pada produk gurita yang sudah dikemas dalam

MC. Pada tahap pendeteksian logam di PT. BLN tidak terdapat pada alur proses

yang disebutkan dalam SNI 01-6941.3-2022,karena tahapan ini hanya diterapkan

oleh perusahaan. Pada tahapan ini penulis tidak dapat mengikuti secara langsung

pendeteksian logam, karena pada tahap ini hanya dilakukan oleh karyawan atau

petugas yang berkewajiban. Data yang penulis peroleh dengan melakukan

wawancara atau tanya jawab pada QC, karyawan, dan pembimbing ekstern di

perusahaan BLN. Gambar 33 dapat dilihat pada gambar.

Gambar 37. Pendeteksian Logam (Metal Detector) di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

12. Penimbangan Akhir (Fibal Weighing)

Produk gurita yang telah melewati mesin metal detector kemudian

dimasukkan kedalam keranjang untuk dilakukan penimbangan akhir

menmggunakan timbangan digital berkapasitas 150 kg. penimbangan akhir

bertujuan untuk mengetahui berat bersih gurita yang akan dimasukkan kedalam

master cartoon (MC), karena setelah penimbangan akhir dilakukan tahapan alur

proses selanjutnya yaitu pengemasan dan pelabelan dalam 1 keranjang dikemas


57

dalam 1 MC. Timbangan dicek terlebih dahulu sebelum digunakan dan produk

ditimbang sesuai dengan standar perusahaan, berat bersih produk gurita balltype

adalah 14,5 kg. pada tahap penimbangan akhir di PT. BLN tidak terdapat pada

alur proses yang disebutkan dalam SNI 01-6941.3-2022, karena tahapan ini hanya

diterapkan oleh pihak perusahaan, dalam tahapan ini dapat melihat cecara

langsung proses penimbangan. Gambar 34 penimbangan akhir dapat dilihat

dibawah ini

Gambar 34. Penimbangan akhir (Fibal Weighing) di BLN


Sumber: PT.Biru Laut Nusantara, 2022

13. Pengemasan dan Pelabelan

Gurita yang telah meleati tahapan penimbangan akhir dimasukkan kedalam

matster cartoon yang sudah berisi plastik polyetiline kemudian disusus didalam

MC dengan rapi dikemas menggunakan lakban lalu diberi lebel u tuk mengetahui

jenis produk, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa, berat produk, grade, nama

perusahaan, negara asal, dan nomor penegsahan. Pada tahap pengemasan dan

pelabelan di PT. BLN tidak terdapat pada alur proses yang disebutkan dalam SNI

01-6941.3-2022, bahwa semua produk gurita beku yang akan dipasarkan harus

diberi tanda yang benar dan mudah dibaca, mencantumkan bahasa yang yang

dipersyaratkan serta memberi keterangan untuk jenis produk, berat produk, nama

perusahaan, tanggal, bulan, dan tahun saat peroduksi dihasilkan. Pada tahap ini

penulis dapa mengikuti alur proses pengemasan dan pelabelan, mulai dari
58

pelabelan di MC, mengisi produk gurita balltype kedalam plastik PE, sampai

dengan memasukkan produk gurita ke dalam master cartoon. Gambar 35 pada

alur proses pengemasan dan pelabelan dapat dilihat dibawah ini.

A B

Gambar 35. (a) memasukan produk kedalam plasti PE dan master cartoon, (b)
pelabelan di PT. BLN
Sumber: PT. biru Laut Nusantara, 2022

14. Penyimpanan dalam Cold Storage

produk yang telah dikemas kemudian dimasukkan kedalam cold storage.

Produk disusun rapi tidak rapat kedinding, diberi alas pallet, dalam perbaris

susunan diberi cela ruang agar sirkulasi udara keluar masuk kedalam master

cartoon dan mempercepat proses pembekuan produk sehingga sirkulasi udara di

produk berjalan dengan baik, dan di atur berdasarkan jenis dan ukuran, tanggal

produksi untuk mempermudah pelaksanaan First In First Out (FIFO) “Pertama

Masuk Pertama Keluar”. Penyimpanan di CS bertujuan mempertahan mutu

kualitas produk. Suhu pada CS -20oC sampai -25oC. Pada tahap penyimpanan di

cold storage telah sesuai dalam penerapan SNI 01-6941.3-2022, penyimpanan

produk gurita beku harus disimpan di cold storage dengan suhu maksimum -25oC,

dan menjamin suhu pusat gurita beku -18oC akan mencegah kerusakan pada

produk. pada tahapan ini penulis dapatmengikuti alur proses penyimpanan di cold

storage.
59

Gambar 36. Penyimpanan di cold storage. Di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

15. Stuffing

Produk yang dikeluarkan dari dalam cold storage segera diangkut atau

dimasukkan satu Persatu ke kontainer 20 pit dengan ukuran panjang kontainer 33

m yang berkapasitas mencapai 22 ton , dengan metode “First In First Out (FIFO)

Pertama Masuk Pertama Keluar”. Suhu minimal dalam kontainer -25oC,

penyusunan dalam kontainer terdiri daris 7 baris ke atas 8 baris kesamping dengan

jumlah keseluruhan 62 master cartoon dalam 1 baris pengisian di kontainer. Pada

tahap ini penulis dapat mengikuti secara langsung alur proses stuffing di

perusahaan. Pada tahap stuffing di PT. BLN sesuai pada alur proses yang

disebutkan dalam SNI 01-6941.3-2022. Gambar 38 dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 38. Stuffing di PT. BLN


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

IV.8 Penerapan GMP (Good Manufacturing

Practices)

Dalam tahapan alur proses,

semua prosedur harus diterapkan dengan baik untuk menjamin proses


60

produksi benar-benar aman dan sesuai standar jaminan mutu. Adapun

demikian sistem jaminan mutu yang harus dapat diterapkan oleh

perusahaan adalah sala satunya penerapan GMP (Good Manufacturing

Practices).

Penerapan GMP (Good Manufacturing Practices) adalah suatu cara atau

teknik memproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang

memenuhi mutu dan keamanan.

Berdasarkan data yang diterapkan melalui wawancara dan keterlibatan

secara langsung penulis di PT. Biru Laut Nusantara Makassar, Sulawesi Selatan

telah melaksanakan tatacara produksi baik dan benar yang dilakukan pada setiap

tahap alur proses produksi dengan tujuan untuk menghasilkan produk yang benar-

benar memenuhi persyaratan keamanan dan mutu. Adapun penerapan GMP di PT.

BLN sebagai berikut:

1. Seleksi Bahan Baku

Bahan baku yang diterima di PT. BLN sudah memiliki standar perusahaan

itu sendiri. Bahan baku yang diterima masih dalam keadaan segar, tidak berwarna

merah, tidak ada lendir yang menempel, dan tidak berbau amis serta masih

tertutup es dengan nilai organolepti minimal 7, suhu 4 oC dan apabila ditemukan

kerusakan langsung pada bahan baku langsung dikembalikan ke suplyer. Jika

bahan baku sebelumnya yang diterima masih ada maka perusahaan tidak

menerima bahan baku gurita yang baru dari suplyer. Bertujuan untuk mencegah

penumpukan bahan baku di chiling room dan jika terjadi penumpukan maka akan

mengurangi kualitas kesegaran bahan baku gurita.

2. Penanganan dan Pengolahan


61

Penanganan bahan baku yang dilakukan dengan cepat dan saniter untuk

mencegah terjadinya kenaikan suhu, pertumbuhan bakteri, serta kerusakan fisik

pada saat pengolahan dilakukan. Lokasi pembongkaran dilakukan terpisah dengan

lokasi pengolahan untuk menjaga kontaminasi dari luar. Proses pengolahan

dilakukan dengan cepat dan selalu dilakukan penambahan es pada gurita untuk

menjaga agar suhu gurita selalu terjaga setiap 30 menit karyawan diwajibkan

mencuci tangan dengan air klorin dan air bersih tanpa klorin, kemudian

disemprotkan alkohol 74% ke tangan. Penanganan bahan baku yang berlebihan

akan disimpan dibak penampung dengan menambah es curah untuk menjaga mutu

dari gurita tersebut. Selama penanganan dan pengolahan, QC maupun kepala

bagian yang bertanggung jawab dan mengawasi seluruh tahap pada produksi.

3. Bahan Pembantu

Bahan pembantu merupakan bahan yang digunakan untuk membantu tahap

penanganan dan pengolahan produk. Bahan pembantu yang digunakan di PT. Biru

Laut Nusantara Makassar adalah master carton plastik polyetiline, air, dan es.

4. Bahan Kimia

Bahan kimia merupakan bahan yang digunakan sebagai desinfektan. Bahan

kimia yang digunakan di PT. BLN disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan

seperti penggunaan klorin, sabun, dan alkohol agar tidak berpengaruh terhadap

kualitas produk yang dihasilkan.

5. Pengemasan

Bahan kemasan yang digunakan dalam proses pengemasan produk gurita

beku menggunakan bahan yang bersih dan bebas dari bahya kontaminan yang

dapat berpengaruh pada produk. kemasan yang digunakan sudah dijamin


62

kebersihan dan keamanannya. Proses pengemasan dilakukan dengan cara

menyemprotkan alkohol kedalam MC yang didalamnya terdapat plastik PE

dengan tujuan untuk melindungi produk selama proses produksi

6. Penyimpanan

Semua produk yang telah dikemas harus disimpan dalam cold storage

dengan suhu -25oC dengan di identifikasi sesuai dengan kode produk sebelum

dimuat ke kontainer, produk diletakkan diatas pallet plastik dengan sistem FIFO

(masuk pertama keluar pertama) dan ditata agar sirkulasi udara dingin dapat

merata kesuam produk.

7. Distribusi

Menggunakan kontainer dengan suhu -25oC berkapasitas 22 ton. Proses

distribusi dilakukan dengan cara produk yang berada didalam cold storage

kemudian diangkut kedalam kontainer dengan ,enggunakan rolly. Didalam

kontainer produk disusun rapih dan memberi jarak agar sirkulasi udara berjalan

dengan baik.

IV.9 Penerapan SSOP (Sanitation Stnadard Operating Procedure)

Penerapan SSOP (Sanitation Stnadard Operating Procedure), merupakan

salah satu persyaratan kelayakan dasar yang dimaksutkan untuk melakukan

pengawasan terhadap kondisi lingkungan agar tidak terjadi sumber kontaminasi

terhadap produk yang dihasilkan sehingga dapat mengasilkan produk yang baik

dan aman untuk dikonsumsi.

Berdasarkan data yang didapat dari penulis baik secara primer atau sekunder

bahwa PT. Biru Laut Nusantara Makassar, Sulawesi Selatan telah menerapkan

persyaratan kelayakan dasar (pre-requisite) atau atau program diantaranya


63

Sanitation Stnadard Operating Procedure yang didasarkan 8 kunci sanitasi

didalamnya meliputi tujuan sanitasi, prosedur, monitoring atau pengawasan,

koreksi dan rekaman sanitasi. 8 kunci sanitasi yang diterapkan oleh perusahaan

PT. Biru Laut Nusantara Makassar, Sulawesi Selatan sebagai berikut:

1. Keamanan Air dan Es

a. Air

Air yang digunakan di PT. BLN adalah air yang berstandar air minum

yang berasal dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) kota

Makassar, ditampung dipenampung instalasi air dan sudah dilakukan

pengujian air selama 6 bulan sekali sehingga terjamin aman dan bersih

serta cukup untuk digunakan dalam kegiatan produksi misalnya kegiatan

pencucian bahan baku, dan untuk kegiatan sanitasi lainnya seperti

pembersihan lantai, pencucian tangan karyawan, dan pencucian peralatan

proses produksi. Pengujian air di PT. BLN dapat dilihat pada lampiran 4.

b. Es

Es yang digunakan di PT. Biru Laut Nusantara yaitu es yang berasal dari

perusahaan PT. Multi Sari Makassar. Untuk jenis es yang digunakan

seperti es curah, dan es kristal yang sebelumnya sudah teruji hasil

pengujian es terdapat pada lampiran 4.

2. Kondisi dan Kebersihan yang Kontak dengan Produk

Kondisi yang kontak langsung dengan produk merupakan aspek sanitasi

yang tujuannya untuk menghindari kontaminasi terhadap produk. semua peralatan

dan perlengkapan yang dirancang khusus untuk mencegah adanya kontaminasi

yang nantinya berpengaruh terhadap mutu produk yang dihasilkan, perlengkapan


64

tersebut memiliki permukaan yang halus, rata dan bebas dari cela-cela yang tidak

dapat menampung cairan ataupun kotoran dari sisa-sisa proses produksi. Namun

meskipun peralatan sudah baik para pekerja pada saat menggunakan peralatan

terutama pisau pada saat setelah diasa pisau harus dicuci menggunakan air klorin

dan dibersihkan. Kelengkapan yang sudah ditata dengan baik sehingga menjamin

kelencaran proses penanganan dan pengolahan, selain perlengkapan meja dan

tempat kerja juga harus ditata sehingga menjamin kelencaran proses penanganan

dan pengolahan.

Karyawan diperusahaan pada saat melakukan kegiatan produksi harus

menggunakan pakaian produksi yang diterapkan oleh perusahaan seperti baju

produksi, masker, penutup kepala, jilbab, sarung tangan, apron, dan sepatu boot

dalam keadaan bersih, sebelum masuk ke ruang produksi baju produksi dipakai

diruang ganti pakaian karyawan serta karyawan dilarang membawa HP dan

mengenakan perhiasan (cincin, gelang, kalung, dan jam tangan).

3. Pencegahan Kontaminasi Silang

Pencegahan dilakukan dengan memastikan kondisi kebersihan dan sanitasi

peralatan perlengkapan yang digunakan selama proses produksi. Pada bagian

pintu masuk setelah penerimaan bahan baku, UPI menyediakan pest control yang

berfungsi sebagai alat penangkapan serangga. Selai itu sebelum masuk keruang

proses semua karyawan diwajibkan mencuci tangan terlebih dahulu diwajibkan

menggunting kuku jika kepanjangan, saat karyawan masuk keruang proses sudah

menggunakan baju produksi lengkap seperti sarung tangan, penutup kepala,

jilbab, apron, dan sapatu boot srta harus melewati bak pencucian kaki yang berisi

campuran klorin. Penggunaan sensi atau sarung tangan di PT. BLN selama
65

produksi diganti 1x dalam sehari produksi. Hal ini tidak sesuai dengan penerapan

GMP pada produk pangan dan SSOP pada perusahaan. Tata letak ruang produksi

di PT. BLN belum dirancang dan di desain sesuai dengan yang telah diterapkan

sesuai dengan penerapan GMP, pada tahap distribusi dilakukan dengan rute arah

yang tidak sesuai dengan diagram alir. Hal ini tidak sesuai dengan diagram alir

yang diterapkan pada penerapan GMP produk pangan dan SSOP pada perusahaan.

4. Menjaga Fasilitas Pencucian Tangan, Sanitasi, dan Toilet

Fasilitas pencucian tangan, kaki, dan toilet ditempatkan sebelum memasuki

ruang proses untuk memestikan karyawan dalam keadaan bersih saat melakukan

kegiatan pengolahan. Fasilitas pencucian tangan yang dimiliki perusahaan

dilengkapi dengan keran pencuci tangan dengan cara diinjak, tidak lupa pula

dilengkapi dengan sabun cair, tissue, dan hand dryer. Bak pencucian kaki berisi

air dengan campuran klorin 100-200 ppm. Selama proses produksi berlangsung

dilakukan pencucian tangan dengan cara apron di cuci dengan menggunakan air

campuran klorin 100 ppm, tangan direndam didalam air campuran klorin 100 ppm

selama 30 detik, apron dibilas menggunakan air bersi, kemudin tangan setelah

direndam didalam larutan klorin kemudian dibilas menggunakan air bersih yang

mengalir dari kran air, setelah itu tangan disemprotkan menggunakan alkohol

75%. Selain pada pintu masuk karyawan fasilitas pencucian tangan juga ditempat

dibeberapa bagian ruang dengan lokasi yang mudah dijangkau oleh karyawan

ketika melakukan kegiatan pengolahan. Jumlah toilet di PT. Biru Laut Nusantara

adalah 2 buah, satu untuk pria dan satunya untuk wanita. Karyawan di PT. BLN

berjumlah 89 orang, 43 orang karyawan pria, 46 orang karyawan wanita.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor:75/M-


66

IDN/PER/7/2010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang baik

(Good Manufacturing Practices), jumlah karyawan wanita 21 – 40 orang harus

tersedia minimal 2 kamar mandi. Jumlah karyawan pria sebanyak 1 – 25 orang

harus tersedia minimal 1 kamar mandi. Berdasarkan hal tersebut jumlah toilet di

PT. Biru Laut Nusantara Makassar belum memenuhi syarat SSOP.

5. Proteksi dari Bahan-bahan Kontaminasi

Produk gurita beku bebas dari bahan-bahan kimia, karena penggunaan

bahan kimia di PT. Biru Laut Nusantara Makassar, Sulawesi Selatan, digunakan

sesuai dengan kegunaan dan kebutuhan serta proses produksi menggunakan

sarana dan prasarana yang aman dan tidak berbahaya. Di PT. Biru Laut Nusantara

Makassar, Sulawesi Selatan. Bahan kimia disimpan dalam ruangan yang sama

dengan bahan pembantu untuk proses produksi seperti MC (Master Caton),

plastik polyetiline. Berdasarkan hal ini penempatan bahan kimia di PT. Biru Laut

Nusantara Makassar, Sulawesi Selatan. Belum memenuhi syarat penerapan GMP.

6. Pelabelan, Penyimpanan, dan Penyimpanan Bahan Toksin

Penyimpanan dilakukan dengan menyimpan produk di CS (Cold Storage)

dengan cuhu -25oC. sebelum produk dimasukkan di CS, QC (Quality Control)

atau leader packing memeriksa suhu didalam CS, apakah memenuhi standar

penyimpanan produk akhir. Kebersihan ruang cold storage tetap terjaga karena

setiap kurangnya produk yang akan disimpan karyawan membersihkan ruang cold

storage terlebih dahulu . penyimpanan di CS dilakukan dengan cara produk

disusun rapih di atas pallet sebelum produk disimpan produk diberi lebel terlebih

dahulu sebagai identitas produk, produk disimpan berdasarkan jenis dan tanggal
67

pembeuatannya. Bahan pengemas dan lebel harus terbuat dari bahan yang aman

dan tidak mengkontaminasi produk.

7. Pengawasan Kondisi Kesehatan Personil

Karyawan yang sedang sakit atau menderita penyakit menular tidak

diperbolehkan masuk kedalam ruang produksi dan karyawan yang tangannya

terluka tidak diijinkan melanjutkan pekerjaan produksi gurita dan bagi karyawan

yang sakit tidak diijinkan masuk perusahaan atau dipersilahkan pulang.

8. Pengendalian Hama

Setiap bagian yang dekat dengan pintu utama perusahaan yang sekitarnya

terhadap kemungkinan masuknya serangga atau hewan pengerat dipasangi insect

killer agar serangga dan hewan pengerat tidak dapat masuk kedalam ruang proses.

Pintu ruang proses yang dilengkapi dengan tirai plastik untuk mencegah adanya

serangga yang lolos dari jebakan insect killer.


68

V. SIMPULAN DAN SARAN

V.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan kegiatan kerja praktik akhir dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pengolahan gurita beku bentuk balltype di PT. Biru Laut Nusantara

Makassar, Sulawesi Selatan, dihasilkan dengan 15 tahapan alur proses yang

penulis ikuti mulai dari penerimaan bahan baku, sortasi I, penimbangan I,

pencucian I, Pembersihan, Penimbangan dan Sortasi II, Pencucian II,

Pembentukan Gurita Balltype, Penyusunan dalam Pan, Pembekuan ABF,

Penimbangan Akhir, Pengemasan dan Pelabelan, Penyimpanan dalam Cold

Storage sampai pemuatan produk di kontainer (stuffing).

2. Penerapan GMP (Good Manufacturing Practices) pada proses

pembentukkan gurita balltype meliputi seleksi bahan baku penenganan dan

pengolahan, bahan pembantu, bahan kimia, pengemas, penyimpanan,

distribusi dan telah diterapkan di PT. Biru Laut Nusantara Makassar,

Sulawesi Selatan serta SSOP yang didasarkan pada 8 kunci sanitasi yang

dilaksankan dengan baik.

V.2 Saran

PT. Biru Laut Nusantara Makassar, sudah menerapkan GMP dengan

baik pada saat proses produksi beralangsung. Pada penerapan SSOP lebih

ditingkatkan lagi sehingga sejalan dengan moto perusahaan.


69

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan pengawetan ikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Anonim, 2010. Gurita http://burhan-syah.blogspot.com/2011/12/review.html
Balazis M. 2011. A Habiat And Abundance Study Of Octopus Cyanea In
Southwest Madagaskar [Tesis]. Colorado (US): Tha University Of
Colorado.
BKIPM. 2017. GMP & SSOP Persyaratan Dasar/Pre Requisite HACCP Di Unit
Pengolahan Ikan (UPI).
Christopel, P. 2019. Berburu Gurita di Laut Banggai [Bagian 1].
https://www.mongabay.co.id/2019/10/21/berburu-gurita-di-laut-banggai-
bagian-1/
Direktoral Jendral Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
Kementrian Kelautan Dan Perikanan. 2017
Ditjen P2HP. 2009. peningkatan nilai tambah rumput melalui teknologi penangan
dan pengolahan. Direktoral Pengolahan Hasil Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan Dan
Perikanan. Jakarta
Fitday. 2010. The Nutriation of Octopus.
https://www.fiday.com/fitnes-articel/nutriartion/healty--eating/the;nutriation
;of;octopus.html.ologi
Listiani, 2013. Penerapan Standar Ekspor Gurita dan Ikan Teri Perusahaan
perikanan di Kendari, Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LPI, Jakarta. Diakses
Senin 21 Oktober 13:30
Murniyati dan Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan.
Murniyati, AS dan Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan
Ikan PT. Kanisius. Yogyakarta. Hal 5.
SNI 01-6941. 3. 2002. Gurita (Octopus Sp) Utuh Beku Bagian 3: Penangan DAN
Pengolahan. Badan Starisasi Nasional. Jakarta.
Thaheer, Hermawan. 2005. Sistem Menejemen Hazard Aanalysis Crytical
Control Point. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Yohannes A. 2011. Perencanaan Ulang Kalsifikasi Tata Letak Fasilitas Di Lantai
Produksi Produk The Hijau Dengan Metode From The Chart Untuk
Meminimumkan Material Handling Di PT. Rumpun Sari Medini Vol. V
No. 1 Hal: 59-60
Zaelani, Kartini. 2015. Fish Handling. Universitas Brawijaya Press. Malang
70

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Profil Umum Prusahaan


71

Nama Perusahaan : PT. Biru Laut Nusantara

Jenis Kegiatan Pengolahan : Industri pengolahan dan pengawetan

Nama Produk Olahan : Gurita Ball.

Daerah pemasaran : Australia, Amerika, Regina.

Alamat Perusahaan : Jl. Kima VIII Daya, Kav SS No. 23 A.

No.Telpon : 082 187 306 969

Nama Pemilik : Siti Taskiyah

Nama Direktur : Edi Junaidi

Status Kepemilikan Modal : Swasta

Fasilitas Perusahaan :K3, Musholla, kantin/catering

Jumlah karyawan : 89 orang

Sertifikasi yang dimiliki : IUI, SIUPM, SIUP, HACCP

Lampiran 2. Workshet
72

WORKSHEET
Program Studi Teknik Pengolahan Produk Perikanan

Nama : Nurjaya

NIT : 19.4.01.120

Nama perusahaan : PT. Biru Laut Nusantara Makassar

Alamat perusahaan : Jl. Kima VIII Daya, Kav SS No. 23 A.

Tanggal Mulai : 14 februari 2022

Tanggal selesai : 23 April 2022

Bitung, Juni 2022


Instruktur/Suferviosor

Muh. Alfian

Lampiran 3. Tugas dan Tanggung Team


73

No Jabatan Tugas dan Tanggung Jawab


1.Direktur (Pemimpin UPI) Berperan sebagai direktur yang memimpin
perusahaan.
 Memutuskan dan menentukan peraturan dan
kebijakan tertinggi di perusahaan.
 Penanggung jawab perusahaan
2.Direktur Pemasaran  Melakukan kerja sama dengan klien,
manajemen, tim kreatif dan konten, serta
mitra distribusi dengan tujuan meningkatkan
strategi pemasaran secara efektif dan efisien.
 Menguji dan mengontrol pembuatan desain
produk berdasarkan sistem pemasaran
strategis, melacak, dan menangani pelaporan
hasil analisis, serta memberikan rekomendasi
tentang program penjualan.
 Mengadaka pertemuan rutin dengan manajer
untuk berdiskusi tentang penyelesaian dan
peninjauan program kerja pemasaran.
3.Manajer Pabrik Berikut adalah tugas manajer pabrik :
 Merencanakan dan mengawasi seluruh
pekerjaan yang ada dibawahnya supaya
berjalan dengan baik, efektif dan effisien.
 Mengevaluasi pengembangan
pabrik demi meningkatnya
produktifitassehingga keuntungan juga ikut
meningkat.
 Mengupayakan pencapaian target yang telah
ditetapkan perusahaan.

4. Pengawas Mutu  Bertanggung jawab kepada Ahli Kendali


Mutu/QC.
 Membantu Ahli Kendali Mutu/QC dalam
menganalisa data–data eksisting perencanaan
yang dari sisi mutu rencana perlu dikoreksi.
 Membantu Ahli Kendali Mutu/QC dalam
menyiapkan format dan standar kendali mutu
yang akan menjadi acuan pelaksanaan
pekerjaan dan sebagai panduan standar
pemeriksaan oleh Tim Pengawas Lapangan.
74

5.Kepala Produksi  Bertanggung jawab dan mengawasi


pelaksanaan proses produksi, mulai dari
bahan baku awal sampai menjadi barang
jadi.
 Menjaga dan mengawasi agar mutu bahan
baku dalam proses dan mutu barang jadi
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
perusahaan.
 Bertanggung jawab atas perawatan mesin-
mesin produksi.
Konsistensi dalam menerapkan metode
kerja dan keselamatan kerja.
 Dapat berkoordinasi dengan bagian lain
yang berkaitan dengan keberlangsungan
produksi

6.Koordinator Keuangan  Bekerja sama dengan manajer lainnya


dan Akunting untuk merencanakan serta meramalkan
beberapa aspek dalam perusahaan termasuk
perencanaan umum keuangan perusahaan.
 Menghubungkan perusahaan dengan pasar
keuangan, di mana perusahaan dapat
memperoleh dana dan surat berharga
perusahaan dapat diperdagangkan.
 Merencanakan, mengkoordinasi, dan
mengontrol arus kas perusahaan (cash
flow), terutama pengelolaan piutang dan
utang. Sehingga, hal ini dapat memastikan
ketersediaan dana untuk operasional
perusahaan dan kondisi
keuangan dapat tetap stabil.
7.Kepala Mekanik  Memperbaiki mesin produksi yang
dan Elektrik bermasalah.
 Mengatur masalah kelistrikan yang
ada di dalam perusahaan.
8.Staf QC  Menganalisis, memantau, kemudian
menguji serta meneliti
seluruh produk.
 Memantau perkembangan seluruh produk
yang diproduksi.
 Memonitoring proses dalam pembuatan
produk.
 Merekomendasikan terhadap perusahaan
agar melakukan pengolahan ulang pada
setiap produk yang memiliki kualitas
rendah.
 Memastikan setiap barang yang diproduksi
telah memiliki kualitas yang telah
75

memenuhi standar yang ditetapkan


perusahaan.
 Melakukan analisis serta
mendokumentasikan produk yang dapat
digunakan kembali sebagai referensi
mendatang.
 Mendokumentasi inspeksi dan juga
tes pada produk perusahaan.
9 Staf Produksi  Mempunyai tanggung jawab terhadap
. pelaksanaan proses produksi dan prosedur
kualitas produk sebagaimana yang
ditentukan oleh perusahaan yang
bersangkutan.
 Melaksanakan pengoperasian mesin dan
mengontrol proses produksi.
 Melaksanakan rencana produksi serta
kebijakan produksi di perusahaan yang
bersangkutan.
 Melaksanakan pengontrolan dan
pengaturan bahan baku proses produksi
menjadi bahan jadi dengan ketentuan yang
sudah ditargetkan oleh perusahan yang
bersangkutan.

10Purchasing Staf  Mengerjakan semua dokumentasi yang


dibutuhkan.
 Mengerjakan semua pengajuan yang
dibutuhkan.
 Mengatur dan menghadir rapat.
 Membantu secara umum pada pembelian
dan inventaris dalam skala yang lebih kecil.
11.
Staf Keuangan Dan  Membantu dan melaksanakan tugas-tugas
Akunting yang diberikan oleh koordinator keuangan
dan umum.
 Melaksanakan pencatatan dan
pengumpulan data-data dan atau bukti-bukti
transaksi dalam kegiatan perusahaan.
 Menyusun bukti-bukti laporan secara baik
dan benar.
 Mengklarifikasi semua transaksi yang
terjadi dalam Perusahaan kepada
koordinator keuangan dan umum.
 Menyusun dokumen-dokumen kegiatan-
kegiatan akuntansi dan keuangan
Perusahaan.
Menerima pembayaran atau
Menerima pembayaran atau setoran tagihan
76

dari hasil-hasil transaksi kegiatan usaha


perusahaan.
 Membayarkan tagihan-tagihan kepada
pihak luar perusahaan setelah data-data dan
syarat kelengkapannya terpenuhi, serta
setelah mendapat persetujuan dari pimpinan
atau pejabat perusahaan yang diberi
wewenang untuk itu.
 Mengklarifikasikan semua tagihan- tagihan
yang timbul dan atau yang akan dibayarkan
pada pihak luar melalui koordinator
keuangan dan umum.
 Bertanggung jawab serta mengatur
pemasukan dan pengeluaran kas kecil.
 Membukukan dan mengadministrasikan
semua transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas perusahaan.
 Mengumpulkan dan mengarsipkan data-
data dan atau bukti-bukti transaksi yang
terjadi dalam Perusahaan.
 Menyusun tagihan-tagihan sesuai tanggal
jatuh tempo dan menjadwalkan
pembayaran tagihan-tagihan pada pihak
luar perusahaan.
 Mengurus administrasi pada bank
12Staf Mekanik dan Elektrik  Membantu Kepala ME untuk mengatur
. masalah mesin dan kelistrikan di
perusahaan.
77

setoran tagihan dari hasil-hasil transaksi


kegiatan usaha perusahaan.
 Membayarkan tagihan-tagihan kepada
pihak luar perusahaan setelah data-data dan
syarat kelengkapannya terpenuhi, serta
setelah mendapat persetujuan dari pimpinan
atau pejabat perusahaan yang diberi
wewenang untuk itu.
 Mengklarifikasikan semua tagihan- tagihan
yang timbul dan atau yang akan dibayarkan
pada pihak luar melalui koordinator
keuangan dan umum.
 Bertanggung jawab serta mengatur
pemasukan dan pengeluaran kas kecil.
 Membukukan dan mengadministrasikan
semua transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas perusahaan.
 Mengumpulkan dan mengarsipkan data-
data dan atau bukti-bukti transaksi yang
terjadi dalam Perusahaan.
 Menyusun tagihan-tagihan sesuai tanggal
jatuh tempo dan menjadwalkan
pembayaran tagihan-tagihan pada pihak
luar perusahaan.
Mengurus administrasi pada bank atau lalu
lintas keuangan perusahaan pada bank yang
telah ditetapkan.
 Bertanggung jawab kepada finance
manager.

atau lalu lintas keuangan perusahaan pada


bank yang telah ditetapkan.
 Bertanggung jawab kepada finance
manager.
1 Staf Mekanik dan Elektrik  Membantu Kepala ME untuk mengatur
. masalah mesin dan kelistrikan di
perusahaan.
78

Lampiran 4. Pengujian Air dan Es


79

Lampiran 5. Uji Organoleptik

Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

Lampiran 6. Lay Out PT. Biru Laut Nusantara


80

Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 202


81

Lampiran 7. Good Manufacturing Practices Cara Produksi Baik dan Benar

Step Goal Procedures Monitoring Corrective Action


(Tahapan) (Sasarana) (Prosedur) What Why Who (Tindakan perbaikan)
(Apa) (Kapan) (Siapa)

1. Memperoleh  bahan baku cephaloppoda diterima  suhu pusat  pada saat  dicek oleh  jika ditrmukan beberapa
Penerimaan Bahan bahan baku jika shipment produk lain sudah  nilai penerimaan QC/Staf Lab cephalopoda dengan temperatur suhu
Baku cephalopoda dikerjakan untuk mencegah organoleptik bahan baku lebih dari 4oC, cephalopda
dengan kualitas kontaminasi silang diantara dipisahkan terlebih dahulu dan
baik keduanya. disimpan dalam kondisi dingin
 bahan baku diterima dalam bentuk hingga mencapai suhu dibawa 4oC.
utuh tertutup es dengan nilai  bahan baku/ikan yang suhunya >4 oC,
organoleptik minimal 7 dan suhu dan nilai organoleptiknya <7 akan
cephalopoda <4 C. o
dikembalikan supplier/dirijek.
 pengecekan organoleptik dan parasit.  Bahan baku dicek secara periodik
 pengecekan area penengkapan, alat setiap 3 bulan sekali di llaboratorium
tangkap, packing, transpoetasi dan eksternal.
waktu perjalanan memonitoring
traceability bahan baku.
 Penegcekan cephalopoda harus
sesegeera dan sehati-hati mungkin
untuk mencegahah peningkatan suhu
dan kerusakan fisik.
82

 Pengecekan dengan menggunakan


termometer, kalibrasi harian
dilakukan dengan mengukur suhu es
batu (0oC).
2. Penimbangan  Cephalopda ditimbang dengan hati-  Keakuratan  Sebelum  Dicek oleh  Melakukan perbaikan dan kalibrasi
Penimbangan yang benar yang hati oleh karyawan dan berat timbangan . penimbangan QC ulang jika timbangan eror
sesuai dengan cephalopoda ducatat.  Berat setiap .
spesifikasi  Penimbangan dilakukan secepat cephalopoda  Pada saat
pembeli mungkin untuk mencegah . penimbangan
peningkatan suhu dan menggunakan .
timbangan yang steril untuk
mencegah kontaminasi dengan
bakteri.
3. Memperoleh  Hanya gunakan air dengan standar air Kualitas  Pada saat  Dicek oleh  Penambahan es jika suhu >4oC,
Pencucian I cephalopoda minum untuk mencuci cephalopoda. mikrobiologi pencucian. staf QC. pergantian air secara periodik.
yang bersih.  Suhu air pencucian dipertahankan , kimia.
dibawa 4C o
untuk mencegah Kebersihan
pertumbuhan bakteri. cephalopoda
 Chephalopoda dicuci dengan air .
larutan klorin 20 ppm, kemudian
dibilas dengan air bersih yang
berstndar air air minum.
4. Memperloreh  Cephalopoda dibersihkan dengan Kualitas  Sebelum  Dicek oleh  Penambahan atau pengurangan kadar
83

Pembersihan cephalopoda cara mengeluarkan isi perut dan mikrobiologi kegiatan QC klorin jika konsentrasi klorin tidak
yang bersih, dari kotoran yang masih menemple di dan kimia. proses sesuai (konsentrasi klorin dicek
isi perut, gigi, daging. Kebersihan dimulai, menggunakan kertas klorin).
mata, dan  Cephalopoda harus disikat dengan cephalopoda istirahat  Jika air terkontaminasi, stop proses,
kotoran. menggunakan sikat yang bersih . makan siang, dan lakukan beberapa perbaikan pada
dengan menggunakan air dingin dan setelah water treatmend system. Buang
untuk membersihkan kotoran, benda kegiatan seluruh air yang terkontaminasi dan
asing atau lendir yang masih proses untuk ganti dengan air baru yang segar.
menempel diseluruh permukaan kualitas fisik  Cuci ulang cephalopoda jika belum
tubuh cephalopoda supaya tercegah (warna, bau, bersih.
dari kontaminasi. dan kotoran
 Pembersihan harus dilakukan dengan benda yang
cepat, hati-hati, bersih, dan tidak
menerapkan sistem rantai dingin. terlarut).

5. Memperoleh  Hanya menggunakan air yang Kualitas  Pada saat  Dicek oleh  Penambahan es jika suhu >4oC,
Pencucian II cephalopoda berstandar air minumuntuk mencuci mikro pencucian QC pergantian air secara periodik.
yang bersih. cephalopoda. biologi kimia
 Suhu air pencucian dipertahankan Kebersihan
4oC untuk mencegah pertumbuhan cephalopoda
bakteri. .
 Cephalopoda dicuci dengan laruta
klorin 100 ppm, 5 ppm kemudian
dibilas dengan air bersih dengan
84

standar air minum.


6. Memperoleh  Cephalopoda diaduk dalam mesin Tampilan  Pada saat  Dicek oleh  Pengerjaan ulang jika masih terdapat
Pengadukan tampilan produk dallam garam, air dingin, dan es. produk. pengadukan QC. daging dengan tampilan yang tidak
yang baik ssuai  Aduk dengan baik sampai Kualitas proses. sesuai spesifikasi.
dengan memperoleh tampilan produk yang mikrobiologi
spesifikasi bagus (15 menit). kimia.
pembeli.  Penggunaan air dengan standar air Suhu bahan
minum dan garam berkualitas dalam tambahan
proses penggilingan. (air, es, dan
 Memastikan suhu air, es, dan garam garam).
selalu dibawa 4oC.
 Membersihkan mesin sebelum dan
sesudah dipakai.
7. Memperoleh  Cephalopoda dicuci dengan air Kualitas  Pada saat  Dicek oleh  Penambahan es jika suhu >4oC,
pencucian III cephalopoda dingin dengan standar air mnium. mikrobiologi pencucian. staf QC. penggantian air secara periodik.
yang bersih  suhu air pencucian dipertahankan 4 C o
kimia.
untuk mencegah pertumbuhan Kebersihan
bakteri. cephalopoda
8. Memperoleh  Cephalopoda dipotong menjadi  Suhu produk  Pada saat  Dicek oelh  Penambahan es jika suhu >4oC,
Pengirisan/ tampilan yang beberapa bagian sesuai spesifikasi proses staf QC penggantian air secara periodik.
Pemotongan baik sesuai pasar. cutting
dengan  Pemotongan dilakukan menggunakan
spesifikasi pisau stailess khusus yang saniter.
85

pembeli  Pemotongan dilakukan oleh


karyawan terlatih secara cepat untuk
mencegah terjadi peningkatan suhu
produk.
9. Meperoleh  Cephalopoda dicui dengan air dingin  Kualitas  Pada saat  Dicek oleh Penambahan es jika suhu >4oC,
Pencucian IV cephalopoda dengan standar air minum. mikrobiologi pencucian. staf QC. penggantian air secara periodik.
yang bersih  suhu air pencucian dipertahankan 4 C o
kimia.
untuk mencegah pertumbuhan  Kebersihan
bakteri. cephalopoda
10. Untuk  Timbangan harus dicek sebelum  Kekurangan  Sebelum  Dicek oleh Melakukan sizing ulang jika terjadi
Penambahan ukuran memisahkan digunakan. timbangan. digunakan. staf QC. kesalahan.
dan penimbangan. ukuran serta  Penimbangan dilakukan secepat-  Berat produk.  Pada saat Melakukan kalibrasi dan diperbaiki
berat dari produk cepatnya dan seakurat mungkin. penimbangan kembali jika ada timbangan yang
sesuai dengan  Masing- masing individu . kurang akurat.
spesifikasi pasar. cephalopoda dipisahkan berdasarkan
ukuran.
11. Untuk mencegah  Mesin vakum dibersihkan sebelum  Kebersihan  Sebelum  Dicek oleh Melakukan sanitasi ulang jika
Pembungkusan dan terjadinya digunakan. mesin proses, staf QC. kebersihan mesin vakum kurang
pemvakuman dehidrasi dan  Melakukan pengesetan tekanan dan vakum. itirahat memuaskan.
perubahan warna kekuatan seal dari mesin dan  Kebocoran. makan siang, Pengaturan kembali mesin vakum
nyalakan. setelah dan setelah untuk mendapatkan hasil vakum dan
 Atur prosuk dipapan vakum dan vakum. kegiatan sealing yang baik.
jalankan mesin. proses
86

 Memastikan tidak ada kebocoran berakhir.


pada kemasan setelah pemvakuman.  Selama
 Masukkan produk kedalam air es proses
segera unruk menghindari kenaikan berlangsung.
suhu.
 Pemvakuman ini dilakukan secara
cepat dan hati-hati.
12. Keseragaman  Produk disusun diatas talang yang  Suhu produk  Pada saat  Dicek oleh Jika suhu >4oC, didinginkan kembali.
penyusunan bentuk produk bersih dan dipisahkan satu sama lain proses staf QC
untuk dengan plastik untuk mencegah panning
memudahkan kerekatan produk.
pembekuan  Penyusunan harus dilakukan dengan
cepat untuk mencegah peningkatan
suhu, hati-hati, dan bersih.
 Setiap talang diberi label meliputi
tipe produk.
 Ta;ang-talang kemudian disusun pada
rak pembekuan.
13. Membekukan  Kapasitas alat pembeku mampu  Suhu ABF.  Selama  Dicek oleh Jika proses pembekuan mengalami
Pembekuan produk, menurunkan subu secara cepat waktu staf QC masalah, tidak dapat mencapai suhu
meminimalkan sampai -35 C untuk menghindari
o
pembekuan. dan waktu yang ditetapkan, proses
pertumbuhan pembekuan lambat. pembekuan harus di stop lakukan
bakteri dan  Pembekuan dilakukan di ABF dengan beberapa perbaikan , jika perlu muat
87

mempertahankan suhu operasi pada -35oC atau lebih produk didalam ABF lainnya.
mutu produk. rendah selama 8-12 jam, sampai
mencapai suhu pusat produk -8oC.
 Pembeku dilengkapi dengan alat
pencatat suhu yang muda dibaca.
13.a Melindungi  Pelapisan es dilakukan pada air  Suhu es dan  Pada saat  Dicek oleh Jika suhu >2oC ditambahkan es.
Pelapisan es dan produk dari dingin(2oC). air yang proses staf QC.
pembungkusan (untuk dehidrasi  Pelapisan dilakukan harus secepat digunakan glazing.
produk IQF) mungkin. untuk
 Air dingin disiapkan dengan standar glazing.
air minum.
 Masukkan cephalopoda ke dalam
basket, dicelup kedalam air dingin
selama 30 detik berdasarkan %
pelapisan es.
 Setelah di glazing masukkan kedalam
plastik dan di seal.
 Memastikan plastik dan wadahnya
dalam kondisi bersih.
14. Untuk  Pendeteksian logam harus  Kebersihan  Sebelum  Dicek oleh  Melakukan kalibrasi ulang untuk
Pendeteksian logam memeastikan dibersihkan sebelum digunakan. metal kegiatan staf QC. mesin metal detector jika tidak
produk tidak  Pastikan metal detercor berfungsi detector. proses akurat.
terdapat serpihan dengan baik, dengan mengecek  Sensitivitas dimulai,  Produk yang telah dideteksi
88

atau potongan sensitivitas menggunakan testpieces metal istirahat mengandung logam harus dirijek.
golam untuk tipe pices (Fe : ᴓ 3,0 mm; Non detector. makan siang,
Fe ᴓ 3,5 mm; Sus ᴓ 4,0 mm) dan setelah
untuk setiap keranjang/ MC (Fe:ᴓ 4,0 kegiatan
mm; Non Fe ᴓ 5,0 mm; Sus ᴓ 6,0 proses.
mm)  Setiap jam
 Pastikan seluruh produk telah melalui selaama
metal detector. proses
 Tempatkan produk pada posisi yang pendeteksian
tepat sebelum melewati metal logam.
detector agar memperoleh hasil yang
lebih baik.
15. Memperoleh  Cephalopoda ditimbang sesuai  Keakuratan  Sebelum  Dicek oleh  Melakukan sizing ulang jika terjadi
Penimbangan akhir berat yang tepat dengan spesifikasi sebelum dan timbangan. digunakan. staf QC kesalahan.
sesuai spesifikasi setelah pelapisan es.  Berat produk  Pada saat  Melakukan kalibrasi dan diperbaiki
produk.  Kalibrasi timbangan sebelum penimbangan kemballi jika ada timbangan yang
produksi dan setelah istirahat. kurang akurat.
Dengan cara meletakan batu
timbangan berbagai ukuran, dan
memastikan yang terbaca sesuai
denngan ukuran baru timbangan.
 Penimbangan harusndilakukan
dengan cepat untuk menghindari
89

peningkatan suhu.
16. Melindungi  Pengemasan harus dilakukan pada  Kondisi  Sebelum  Dicek oleh  Jika kebersihkan area pengemasan,
Pengemasan dan produk dan kondisi yang higienis. sanitasi kegiatan staf QC pelabelan, penyimpanan tidak
pelabelan memberi  Bahan pengemas disimpan digudang daerah proses, memuaskan, stop aktifitaas, lakukan
identitas lengkap tersendiri dan terlindung daari debu pengemasan. istirahat pembersihan ulang.
sesuai dengan dan kontaminasi.  Spesifikasi makan siang,  Jika baahaan pengemas tidak
spesifikasi pasar.  Kemasan produk diberi label atau bahan setelah memeenuhi spesifikasi jangan
dokumen yang menunjukan deskripsi pengemas. kegiatan digunakan ganti dengan yang baru
produk, jenis produk, tahun, bulan,  Kondisi proses yang telah di cek oleh staf QC.
dan tanggal produksi, negara asal. gudang. selesai.  Buang semua label yang salah
 Informasi  Pada saat informasinya, ganti dengan label
pada label. kedatangan yang benar.
bahan
pengemas.
 Pada saat
pelabelan.
17. Untuk  Semua produk yang telah dikemas  Suhu cold  Selama masa  Dicek oleh  Untuk mempertahankan dan menjaga
Penyimpanan beku mempertahankan disimpan dalam cold storage dengan storage penyimpanan staf QC mutu produk sebelum dikirim
dan menjaga diidentifikasi sesuai dengan kode beku
mutu produk produk sebelum dimuat dikontainer,
sebelum dikirim produk diletakan diatas palet plastik
dengan system FIFO (Masuk
Pertama Keluar Pertama) dan ditata
90

agar sirkulasi udara dingin dapat


merata kesemua produk.
 Gudang beku dikelilingi dengan alat
pencatat suhu yang mudah dibaca.
 Suhu ruang cold storage harus
dipertahankan dengan suhu > (-20)-(-
25) oC
18. Properly.  Sebelum pemuatan container harus di  Kebersihan  Selama  Dicek oleh  Kontainer harus dibersihkan dan
Pemuatan dikontainer Memuat barang semprot dengan air, sikat seluruh kontainer proses staf QC disucihamakan kembali jika kondisi
kedalam permukaan dengan menggunakan air stuffing kurang saniter.
container sebaik- klorin 50 ppm; gunakan wioer untuk  Jika alaat pencatat suhu tidak
baiknya mengeringkan; semprot berfungsi dengan baik, sampaikan
(susunan) menggunakan alkohol 70% keluhan kepaada agen container atau
 Catatann suh
 Sebelum pemuatan, container harus ganti dengan yang baru.
container
dioperasikan untuk mencapai -20 C o

atau lebih rendah.

Lampiran 8 : SSOP (Sanitation Standart Operating Procedure)


Step Goal Procedurs Monitoring and Responsibility Corrective Action
91

(Tahapan) (Sasaran) (Prosedur) (Monitoring dan Tindakan) (Korelsi)


1. Menggunakan air  Air yang digunakan selama proses dipasok dari  Pengecekan rutin dilakukan di lab  Laporkan ke bagian mekanik jika
Keamanan dan es yang layak PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) external minimal satu tahun sekali uji kwalitas air dan es tidak sesuai
air dan es untuk proses  Air bersih ditampung ditempat penampungan lengkap (Fisika, Kimia dan standar yang ditetapkan.
instalasi air dari bak penampungan sampai kran- Mikrobiologi: TPC dan E-Coli) untuk  QC segera mengajukan permohonan
kran air dalam ruang proses produksi dibersihkan memastikan kualitas air memenuhi pengujian kualitas air ke
minimal dua kali sebulan Standar Nasional Indonesia. alboratorium untuk melakukan
 Es terbuat dari air bersih yang memenuhi standar  QC dan bagian pengawasan produksi pengujian
air minum. mengecek secara visual air sebelum
digunakan.
2. Peralatan yang  Permukaan yang kontak dengan produk dijaga  Semua karyawan bertanggung jawab  Jika peralatan yang sudah tidak
Kondisi dan digunakan sesuai dan terlindungi dari sumber kontaminasi. untuk melakukan prosedur pencucian memenuhi standar segera diganti
kebersihan dengan ketentuan  Permukaan peralatan yang kontak langsung sebelum dan sesudah proses produksi
permukaan yang diterapkan di dengan produk terbuat dari bahan yang mudah dimulai dibawah pengawasan QC.
peralatan proses dibersihkan, tahan karat, tidak mudah patah, tidak  Semua karyawan diwajibkan
yang kontak menyerap air dan tidak menyebabkan kontaminasi membersihkan permukaan peralatan
dengan suatu apapun terhadap bahan baku yang sedang setiap jam sekali.
produk diolah maupun produk akhir.  Semua prosedur ini diawasi oleh QC
 Permukaan yang kontak langsung dengan produk dan Pengawas bagian produksi.
sebelum digunakan dibersihkan dengan sabun dan
disanitasi dengan klorin 100 ppm dan dibilas lagi
dengan air bersih.
 Sarung tangan dan apron kerja dicuci dan
92

dibersihkan jika kontak dengan produk yang


berbeda.
3. Menerapkan sistem  Sebelum masuk ke ruang proses semua karyawan  Karyawan bagian sanitasi selalu  Meninformasikan pada karyawan
Pencegahan sanitasi yang tepat diwajibkan mencuci tangan terlebih dahulu mengontrol daan membersihkan lantai agar menerapkan prosedur SSOP
kontaminasi sehingga dapat  Limbah produk harus segera dipindahkan dari dan bagian yang terlihat kotor agar dengan baik dan benar untuk
silang mencegah ruang proses untuk mencegah kontaminasi silang. tidak terjadi kontaminasi. mencegah kontaminasi silang.
terjadinya  Sebelum memulai kegiatan produksi, semua  Pengecekan aktifitas pembuangan
kontaminasi silang. peralatan yang digunakan untuk produksi limbah, pada saat proses dan setelah
dibersihkan dan disanitasi dengan klorin 100 proses oleh staf QC.
ppm terlebih dahulu, disiram dengan air bersih  Pengecekan kondisi sarana dan
dan panas oleh bagian produksi. prasarana yang menyebabkan
 Pembatasan pergerakan produk dan karyawan kontaminasi silang oleh QC.
didalam pabrik; antara obyek dan kurang bersih.
 Karyawan dilarang meludah, makan, minum,
merokok dan memakai perhiasan (jam tangan,
peniti, cincin, gelang dsb) serta make up didalam
ruang proses.
4. Kebersihan dan  Fasilitas toilet harus tidak jauh dari ruang ganti,  Pengecekan terhadap kebersihan,  Jika fasilitas toilet dan cuci tangan
Menjaga ketersedianya secara fisik terpisah dari ruang proses produksi. sanitasi, dan ketersediaan fasilitas toilet berkurang karyawan bagian sanitasi
Fasilitas semua fasilitas  Fasilitas toilet harus tertutup dan dijaga oleh karyawan sanitasi. segera melaporkan kepada QC dan
toilet, toilet, sanitasi dan kebersihannya dengan baik serta kebersihan  Pengecekan terhadap kelancaran fungsi atau pengawas produksi untuk segera
sanitasi dan wastafel dapat setiap hari sebelum dan sesudah proses. fasilitas toilet dan cuci tangan oleh menyediakan fasilitas yang kurang.
pencuci mencegah  Petugas sanitasi dan petugas mekanik selalu bagian mekanik.  Jika menemukan toilet atau cuci
93

tangan. terjadinya mengontrol fasilitas toilet dan pencuci tangan tangan yang tidak berfungsi dengan
kontaminasi. lengkap serta berfungsi dengan baik atau tidak baik segera dibetulkan petugas
(ketersediaan peralatan antara lain ; tissue sekali mekanik.
pakai, sabun cair dan sandal khusus.
 Segera menyediakan fasilitas yang kurang oleh
bagian pembelian.
 Karyawaan diarahkan untuk tidak melanggar
prosedur yang berlaku dengan penyuluhan.
5. Menggunakan dan  Bahan pembersih, sanitasi dan pelumas yang  Pengontrolan dan pengawasan  Jika menemukan bahan pembersih,
Proteks menyimpan bahan digunakan dalam area proses produksi adalah dilakukan secara rutin terhadaap bahan sanitasi dan pelumas yang tidak
makanan dari pembersih dan bahan yang dianjurkan untuk pabrik makanan. pembersih, sanitasi dan pelumas yang sesuai segera keluarkaan dari ruang
bahan bahan pelumas  Bahan kimia yang food grade dan non food grade digunakan diruang proses produksi. proses produksi.
kontaminan secara benar disimpan terpisah dari ruang proses dan  QC atau pengawas bagian produksi
mencegah penggunaanya oleh orang yang mengerti bertanggung jawab atas pengawasan
terjadinya prosedurnya. ini.
kontaminasi silang.  Peralatan dan perlengkapan yang memakai
bahan/materi non food grade yang dapat
menyebabkan kontaminasi baik secara langsung
atau tidak langsung harus diberi tanda dan
dipisahkan dengan jelas agar tidak dipergunakan
untuk menangani ikan, bahan penolong, bahan
makanan tambahan serta produk akhir.
6. Pelabelan,  Semua bahan kimia yang dibeli harus dilengkapi  QC bertanggung jawab untuk  Menginformasikan ke bagian
94

Bahan Kimia penyimpanan dan dengan standar keamanan penggunaan dan cara mengecek semua bahan kimia yang pembelian sebelum membeli bahan
penggunaan bahan penyimpanan bahan kimia. dibeli oleh bagian pembelian, apakah kimia beracun harus memeriksa
toksin atau bahan  Bahan kimia beracun harus diberi label yang jelas memiliki label yang jelas dan standar standar MSDS.
kimia yang benar. dan disimpan terpisah dan penggunaanya harus keamanan penggunaan yang jelas.
sesuai dengan petunjuk penggunaan.  Bagian pembelian harus menjamin dan
teliti dalam membeli bahan kimia yang
dibutuhkan dan menjamin bahwa bahan
kimia tersebut mempunyai standar
keamanaan penggunaan dan
penyimpanan.
8. Memastikan  Hama – hama disekitar UPI harus dikontrol agar  Lokasi yang telah teridentifikasi ada  Tirai plastik yang rusak segera
Pengawasan lingkungan pabrik tidk masuk ke ruang proses. binatang penganggu diawasi secara diganti dengan baru.
binatang terbebas dari  Bangunan harus dilengkapi dengan peraangkap ketat oleh QC dan karyawan sanitasi.  Ditiap masuk pintu UPI dipasang
pengerat binatang pengerat hama untuk mencegah masuknya hama ke ruang perangkap.
proses.
 Tirai plastik harus dipasang pada semua pintu
masuk di ruang proses.
97

Lampiran 9. Struktur organisasi


Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022

Direktur
Pemimpin UPI

General Menajer

Production Purchasing HR&GA Finance


QA Team M&E Team Team
Team Team Team

Supplier
Senior Senior
Driver Mechani
c staff
Security Electric
staff
QC Line QC Line QC Line QC Line QC Line
sanitasi Receiving Pocess packing ABF/CS

Leader Leader Leader Gudang


Process packing ABF/CS
Sanitati Clean
Sortir Checkin ABF/CS Sortir
on serv
operator g oprt Oprt operator
operator opperato
r Opr Opr Opr Opr
98

Lampiran 11. Penerapan Rantai Dingin Pada Produk Gurita

N Penerimaan Bahan Baku ?


O
1 Jenis Gurita apa yang diterima Cephalopods (Octopus vulgaris dan
Octopus sp)
2 Dari mana asalnya Diperoleh dari perairan indonesia
timur seperti kab. Bone, Sinjai, Bau-
bau, Kendari dan Makassar.
3 Berapa jumlahnya 1-4 ton per-hari (kalau lagi musim)
4 Siapa yang melakukan tahapan ini Karyawan yang ditugaskan pada
bagian receiving
5 Kapan tahapan ini dilakukan Pada saat penerimaan bahan baku
6 Bagaimana prosesnya Diterima dari supplier, kemudian
bahan baku di tumpahkan di atas meja
sortir, dilakukan pengecekan secara
virtual oleh QC untuk memastikan
bahan baku dalam kondisi segar atau
kualitas bagus.
7 Bagaimana penerapan rantai dingin Mempertahankan suhu produk tetap
pada penerimaan bahan baku berada dibawah 4oC dengan
menggunakan es
8 Berapa suhu bahan baku Dengan mempertahankan suhu 4oC
dengan melakukan penambahan es
9 Berapa perbandingan es dan ikan 1:1
10 Bahan baku diangkut menggunakan Mobil pick up
apa
11 Bagaimana penanganan saat Bahan baku di simpan dalam box
transportasi styrofoam dengan menambahkan es
curia
12 Darimana asal air dan es yang Es dari PT. Multisari Makassar (es
digunakan kristal dan es curah)
Air pam
13 Apa saja peralatan yang digunakan Timbangan , blong, keranjang,
baskom stainless, pisau, viber, lori
dan keranjang plastik.
14 Dari bahan apa peralatan tersebut Plastik dan stainless
15 Kapan dilakukan pecuciannya Setelah bahan baku selesai di sortir
dan di timbang
16 Bagaimana cara pencuciannya Disiram menggunakan timbah
17 Apakah menggunakan bahan
Sanitiser dan apa jenis sanitisernya
99

18 Berapa jumlah sanitiser yang


digunakan (mg, gram, kg)
19 Apa saja perlengkapan yang Apron, sarung tangan, latex (sensi),
digunakan karyawan baju seragam, sepatu both dan
masker.

20 Bagaimana kebersihannya
21 Kapan waktu pencucian Sebelum kegiatan produksi,
perlengkapan karyawan menjelang istirahat dan setelah
kegiatan produksi selesai

22 Apakah ada insect killer(pembunuh Ada


insekta) pada pintu masuk
23 Apakah ada alat pencegah hama Perangkap Tikus
lain selain insect killer

N Penyiangan ?
O
1 Bagian apa saja dari gurita yang Gigi, mata, kotoran dibagian kepala
dihilangkan
2 Siapa yang melakukan tahapan ini Karyawan yang ditugaskan pada
bagian cleaning
3 Dimana dilakukannya tahapan ini Pada ruang cleaning
4 Kapan dilakukannya tahapan ini Setelah melalui tahapan receiving
5 Bagaimana hasil penyiangan Bebas dari mata, gigi dan kotoran
lainnya
6 Bagaimana penerapan rantai dingin Mempertahankan suhu produk tetap
pada penyiangan berada dibawah 4oC dengan
menggunakan es
7 Berapa suhu gurita pada tahapan ini Dibawah 4oC
8 Berapa berbandingan es dan gurita 1 : 1
9 Darimana asal air dan es yang Air PAM, es kristal , dan es curah
digunakan dibeli di PT. Multi Sari Makassar
10 Apa saja peralatan yang digunakan Pisau, sikat, baskom, timbah dan
basket
11 Terbuat dari bahan apa peralatan Plastik dan stainless
tersebut
12 Bagaimana pencucian peralatan Dilakukan secara berkala
13 Apakah menggunakan bahan
sanitiser / berapa jumlahnya
14 Berapa jumlah karyawan yang 6 orang
melakukan tahapan ini
15 Apa saja perlengkapan yang Seragam produksi, apron dan sarung
digunakan karyawan tangan
100

16 Bagaimana kebersihannya Seragam produksi dicuci 2 hari sekali,


untuk apron setiap hari
17 Kapan waktu pencucian perlengkapan karyawan

NO Pencucian ?
1 Dimana dilakukannya tahapan ini Pada tahap cleaning
2 Siapa yang melakukan tahapan ini Karyawan yang ditugaskan pada
bagian tersebut
3 Kapan dilakukannya tahapan ini Pada saat proses cleaning selesai
4 Bagaimana hasil pencucian
5 Bagaimana penerapan rantai Mempertahankan suhu produk tetap
dingin pada pencucian berada di bawah 4oC dengan
menggunakan es
6 Berapa suhu ikan dan air pada Dibawah 4oC
pencucian ini
Berapa berbandingan air, es dan 1 : 1
7 gurita
8 Darimana asal air dan es yang Air PAM dan untuk es dari es murah
digunakan kristal
9 Apa saja peralatan yang digunakan Timbangan, pisau, baskom stainless,
baskom bahan plastik,keranjang,lori
dan viber.
10 Berapa kapasitas bak pencucian
11 Apakah menggunakan klorin/ Menggunakan 3 kali pencucian
berapa dosisnya dengan konsentrasi klorin 10 ppm, 5
ppm dan 0 ppm
12 Berapa jumlah karyawan yang 1-2 orang
melakukan tahapan ini
13 Apa saja perlengkapan yang Seragam produksi, apron dan sarung
digunakan karyawan tangan
14 Bagaimana kebersihannya Seragam produksi dicuci 2 hari sekali
dan untuk apron setiap hari
15 Kapan waktu pencucian
perlengkapan karyawan

NO Pembekuan ?
1 Dimana pembekuan dilakukan Pada tahapan freezing
2 Siapa yang melakukannya Karyawan yang sudah ditugaskan pada
bagian tersebut
3 Kapan dilakukannya tahapan ini
4 Berapa kapasitas mesin 1 sampai 3 ton per-hari
pembekuan
5 Bagaimana hasil pembekuan
101

6 Berapa suhu pembekuan dan -35oC


fluktuasinnya
7 Apa jenis pembekuan ini Air Blast Freezer (ABF)
8 Apa jenis mesin pembeku
9 Berapa lama pembekuan 8 sampai 10 jam satu kali beroperasi
10 Kapan dilakukannya pembersihan
mesin pembekuan
11 Berapa jumlah karyawan yang 2 sampai 3 orang
melakukan tahapan ini
12 Apa saja perlengkapan yang Seragam produksi , apron dan sarung
digunakan karyawan tangan khusus
13 Bagaimana kebersihannya Seragam produksi dicuci 2 hari sekali,
apron dan sarung tangan setiap hari
14 Kapan waktu pencucian Setelah selesai proses produksi
perlengkapan karyawan

NO Penyimpanan ?
1 Dimana dilakukannya tahapan ini Ruangan packing
2 Siapa yang melakukannya Karyawan yang ditugaskan pada
bagian cold storage
3 Kapan dilakukannya tahapan ini Jika produk selesai di packing
4 Berapa kapasitas ruang
penyimpanan.
5 Bagaimana hasil penyimpanan
6 Berapa suhu penyimpanan dan -25oC
fluktuasinnya
7 Bagaimana sistem penyusunan First In First Out (FIFO)
barang di ruang penyimpanan
8 Berapa lama penyimpanan
9 Kapan dilakukannya pembersihan Setiap hari
ruang penyimpanan
10 Berapa jumlah karyawan yang 4 sampai 5 orang
melakukan tahapan ini
11 Apa saja perlengkapan yang Seragam produksi, jaket dan sarung
digunakan karyawan tangan khusus
12 Bagaimana kebersihannya Seragam dan jaket 2 hari sekali, untuk
sarung tangan setiap hari
13 Kapan waktu pencucian Setelah selesai proses produksi
perlengkapan karyawan
Sumber: PT. Biru Laut Nusanatar, 2022
102

Lampiran 11. Sertifikat Kelayakan Perusahaan


103

Sumber: PT. Biru Laut Nusanatar, 2022

Lampiran 12. Sertifikat HACCP


104

Sumber: PT. Biru Laut Nusanatar, 2022

Lampiran 13. Surat Permohonan Pengujian


105

Sumber: PT. Biru Laut Nusanatar, 2022


106

Lampiran 14. Laporan Hasil Uji

Sumber: PT. Biru Laut Nusanatar, 2022


107

Lampiran 15. Surat Kuasa Peleksanaan Pengurusan Ekspor

Sumber: PT. Biru Laut Nusantara, 2022


108

Lampiran 16. Junal Harian KPA


109
110
111
112
113
114

Credit photo: Nurjaya, 2022

Anda mungkin juga menyukai