Udang kupas mentah beku Peeled and Deveined merupakan salah satu
produk pengolahan udang kupas mentah beku yang diproduksi di PT. 1368.
Pengolahan udang dengan bahan baku udang vannamei yang berasal dari tambak
milik sendiri. Bahan baku udang ini berasal dari tambak didaerah Lumajang,
Situbondo, Tuban, Gresik, Kendal, Blimbing sari dan Bali.
Menurut SNI udang kupas mentah beku SNI 01-3457.1-2006 udang kupas
mentah beku adalah produk olahan hasil perikanan dengan bahan baku udang
segar yang mengalami perlakuan sebagai berikut : penerimaan bahan baku,
pencucian 1, pemotongan kepala, pengupasan, pencucian 2, sortasi, penimbangan,
pembelahan, pencucian 3, penyusunan, pembekuan, penggelasan, pengepakan,
pelabelan, dan penyimpanan. Proses pengolahan udang kupas mentah beku di
PT.1368, dimulai dari penerimaan bahan baku, pencucian 1, sampling,
penimbangan 1, pemotongan kepala, pencucian 2, sortasi, kupas kulit, cabut usus,
pencucian 3, perendaman, penyusunan di conveyor, pembekuan, penimbangan,
glassing, metal detector, pengemasan, penyimpanan beku, stuffing, dan ekspor.
5.1. Proses Pengolahan PND Block Frozen
Penerimaan bahan baku
kotoran, lumpur dan benda asing yang masih menempel pada udang. Air pada
bak pencucian diganti setiap pencucian 1 jam agar kondisi air tetap hygiene.
Setelah itu udang ditiriskan dan disampling (pengecekkan size).
Gambar 4. Sampling
didalam bak dialirkan air bersih dan dingin secara terus menerus. Mesin
pencucian udang dapat dilihat pada Gambar 5.
tahap sortasi awal dinyatakan benar. Proses sortasi awal dapat dilihat pada
Gambar 6.
Pengupasan kulit udang dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual
menggunakan tangan dan menggunakan alat bantu berbentuk kuku, yang terbuat
dari bahan stainless steel yang digunakan pada ibu jari tangan kanan. Cara
pengupasan kulit udang yaitu dengan memegang udang pada bagian ruas keenam
dan ekor, kemudian ruas 1, 2, dan 3 dikupas dari arah bawah keatas secara
melingkar hingga terkupas, setelah itu dilakukan penguapasan pada ruas ke 4, 5,
6, dan ekor hingga tersisa bentuk udang tanpa kulit dan ekor.
Udang yang telah dikupas dan dibelah tersebut dikumpulkan dalam satu
keranjang besar untuk dibawa kebagian penimbangan, untuk mengetahui berapa
upah bagi karyawan borongan bagian kupas dan belah. Limbah kulit
dikumpulkan dalam keranjang besar dan dibawa ke ruangan pembuangan limbah
setiap 5 menit sekali untuk menghindari pencemaran bau diruangan proses, oleh
petugas sanitasi.
5.1.9. Penimbangan IV
Penimbangan dilakukan setelah pencucian dan penirisan. Penimbangan ini
bertujuan untuk mengetahui jumlah produk sesuai dengan jumlah yang
ditargetkan, dan untuk mengetahui upah karyawan borongan. Penimbangan ini
juga bertujuan untuk mengetahui jumlah lot udang yang telah diproses dan jumlah
lot udang yang berada ditampungan. Penampungan dilakukan apabila bahan baku
melebihi kapasitas produksi atau melebihi kapasitas jam kerja.
Penimbangan harus dilakukan secara higienis menggunakan timbangan
yang tidak berkarat. Timbangan harus selalu dikalibrasi untuk menjaga ketetapan
penimbangan (Purwaningsih, 1995).
5.1.10. Perendaman (Soaking)
Untuk jenis produk udang Peeled and Deveined ada dua macam produk
yaitu Pnd Treatment, dan PnD Untreatment. Untuk produk PnD Treatment
dilakukan perendaman/soaking, ini tergantung dari permintaan buyer.
Perendaman dilakukan setelah proses pencucian, untuk memastikan udang bebas
dari kotoran sebelum dilakukan perendaman. Bahan tambahan yang digunakan
sebanyak 2,5-3,5% dari keseluruhan jumlah larutan. Perendaman menggunakan
bahan-bahan yang terdiri dari phospat yaitu STPP (Sodyum Tripolyposphat), dan
nonphospat yaitu Sphring 1. Dengan perbandingan posphat 60-70% dan
nonposphat 30-40%. Sedangkan perbandingan larutan dan udang adalah 1,5 :1,
dengan 150 larutan dan 100 kg udang.
ditiriskan selama 3 menit kemudian ditimbang seberat 4 lbs (1816-1820) atau 900
gr tergantung permintaan buyer.
Penimbangan harus dilakukan secara higienis menggunakan timbangan
yang tidak berkarat. Timbangan harus selalu dikalibrasi untuk menjaga ketetapan
penimbangan (Purwaningsih, 1995).
5.1.12. Penyusunan
5.1.13. Pembekuan
Pembekuan yang dilakukan di PT. 1368 telah dilakukan cukup baik, dimana
pembekuan berjalan dengan cepat, sehingga kristal es yang terbentuk berukuran
kecil dan kerusakan fisik pada udang akibat pembekuan dapat dicegah sekecil
mungkin. Menurut Murniyati dan Sunarman (2000), makin kecil ukuran kriatal es
yang terbentuk yaitu jika dibekukan dengan cepat diyakini bahwa ini hanya
menyebabkan sedikit kerusakan pada dinding sel, dan hanya menyebabkan sedikit
cairan ikan yang hilang waktu dilelehkan. Menurut Hariadi (1994), pembekuan
dengan menggunakan freezer ini berlangsung lebih cepat yaitu sekitar 3-5 jam,
dan tergolong paling efisien untuk produk-produk yang dikemas. Produk yang
dimasukkan dalam CPF dapat dilihat pada Gambar 10.
5.1.14. Penggelasan
Proses penggelasan dilakukan setelah pelepasan udang blok dengan inner
pan yang dilakukan dalam bak stainless steel dan diatasnya terdapat pipa yang
mengalirkan air biasa yang berguna untuk memudahkan proses pelepasan inner
pan. Pelepasan inner pada bak ini dilakukan dengan menggunakan pencungkil.
Posisi inner pan dibalik dan ditekan atau dihentakkan hingga udang beku terlepas
dari inner pan, selanjutnya udang beku ini dialirkan / dicelupkan ke bak
65
penggelasan dengan suhu air glassing <50C yaitu 2,40C selama 2-3 detik sampai
penggelasan merata keseluruh udang. Proses penggelasan harus dilakukan secara
cepat, cermat, dan saniter dengan mempertahankan suhu pusat udang maksimal -
180C. Tujuan utama dari glazing adalah melapisi udang dengan air es agar tidak
mudah terjadi pengeringan pada saat penyimpanan.( SNI 01-3457.3-2006).
Penggelasan yang sempurna akan menghasilkan lapisan es dengan warna putih
merata atau permukaan udang mengkilat. Proses glassing dapat dilihat pada
Gambar 11.
jika masih berkisar antara -200C sampai -300C. Hal terpenting dalam susunan cold
storage adalah bagaimana menjaga kestabilan suhu tersebut, karena fluktuasi di
dalam cold storage akan merusakkan produk (Hariadi, 1994).
untuk lapisan es rata, bening dan lapisan es cukup tebal pada seluruh permukaan,
belum terjadi dehidrasi dan diskolorasi, kenamakan masih utuh bercahaya setelah
dithawing, bau masih segar dan daging masih elastis. Mutu dari udang beku
sangat dipengaruhi oleh kesegaran bahan baku, penanganan saat proses
pengolahan, seperti penerapan rantai dingin dengan baik, dan penerapan sanitasi
hygiene selama proses, dan hal itu sudah diterapkan dengan cukup baik di PT.
1368.
5.2.2. Pengujian mikrobiologi
Selain pengujian organoleptik juga dilakukan pengujian laboratorium
internal oleh perusahaan yaitu pengujian mikrobiologi diantaranya pegujian ALT,
coliform,E.coli, Salmonella, V. cholera. Untuk hasil pengujian dapat dilihat pada
report of microbiologi test pada Lampiran6 . Pengujian mikrobiologi merupakan
syarat utama yang harus diperhatikan untuk produk ekspor. Pengujian dilakukan
oleh QC di laboratorium PT. 1368 yang bertujuan untuk controlling dan di
LPPMHP Banyuwangi untuk persyaratan ekspor. Pengujian dilakukan terhadap
produk dengan jumlah terbanyak dan yang akan diekspor dengan cara mengambil
sampel dengan metode pengambilan contoh pengujian produk perikanan.
Pengujian ALT bertujuan untuk mengetahui jumlah bakteri dalam suatu produk
yang diuji tanpa melihat jenis bakterinya. Pengujian ALT di PT. 1368 dilakukan
pada bahan baku dan produk akhir. Yang berfungsi sebagai monitoring mutu.
Sebagai persyaratan ekspor pihak perusahaan juga melakukan pengujian ada
LPPMHP Banyuwangi.
Dari Dari Tabel. 6 Dapat dilihat bahwa hasil pengujian ALT terhadap bahan
baku dan produk akhir untuk produk udang kupas mentah beku (PND) pada PT.
1368 telah memenuhi persyaratan SNI 01-2332.3-2006 untuk produk mentah
yaitu 5 x 105. Sedangkan rata-rata ALT pada bahan baku adalah 6,3 x 104 dan
untuk produk akhir adalah 9,7 x 104. Sehingga produk layak dan memenuhi
persyaratan untuk dikonsumsi sesuai dengan syarat mutu dan keamanan pangan.
Dari hasil pengamatan dapat terlihat kalau penerapan rantai dingin belum
memenuhi standar, mulai dari panen, pengangkutan, sampai pada penyimpanan di
cold storage. Dalam setiap tahapan proses suhu udang diusahakan agar tidak
melebihi 5oC, untuk memperlambat proses penurunan mutu udang. Suhu pada
setiap tahapan proses dapat dilihat pada Tabel. 7
71
udang utuh (HO) sampai menjadi produk Peeled and deveined dapat dilihat pada
Tabel 8.
Dari Tabel 8. dapat kita lihat bahwa rendemen yang dihasilkan telah
memenuhi standar perusahaan, dimana rata-rata rendemen dari HO ke HL 71 %
dan rendemen dari HL ke PND 81,03%. Perusahaan memiliki standar sendiri dari
hasil kerja karyawan untuk proses potong kepala dan kupas belah, rendemen
untuk proses potong kepala atau rendemen dari HO ke HL adalah 68 – 70 %
sedangkan rendemen dari HL ke PND Cut adalah 80 – 85 %. Jadi rendemen yang
dihasilkan di PT.1368 sudah sesuai dengan standar perusahaan. Dapat dilihat
keahlian karyawan perusahaan telah melakukan penanganan dan pengolahan
selain dilakukan secara tepat, juga dilakukan dengan hati-hati, bila tidak cermat
pasti rendemen yang dilakukan pasti akan kecil (Ilyas, 1993). Pada proses potong
kepala pengawas harus sangat sering memperhatikan kerja karyawan, karena
biasanya karyawan borongan hanya mementingkan kecepatan dan kurang
memperhatikan hasil potongan kepala. Potongan kepala yang bagus adalah
73
apabila jengger pada ujung leher udang tidak terbuang, biasanya hal tersebut
kurang diperhatikan karyawan borongan.
Pada Tabel 9. dapat dilihat bahwa nilai rata-rata produktivitas pada tahapan
pemotongan kepala lebih besar dari pada tahapan pengupasan kulit dan terdapat
perbedaan pada nilai rata-rata produktivitas dari waktu gulir kerja. Nilai rata-rata
produktivitas pemotongan kepala pada waktu gulir pagi adalah 65,17 kg/jam/org,
waktu siang 57,37 kg/jam/org, sedangkan untuk waktu gulir sore 55,47
kg/jam/org, dalam hal pemotongan kepala dilakukan oleh 1 orang yang sama dari
pagi sampai dengan sore. Sedangkan nilai rata-rata untuk produktivitas
pengupasan kulit pada waktu gulir pagi adalah 23,07 kg/jam/org, waktu siang
74
27,15 sedangkan untuk waktu gulir sore 20,7 kg/jam/org. Dan nilai rata-rata
produktivitas cabut usus untuk waktu gulir pagi 13,15 kg/jam/org, waktu siang
18,02, sedangkan untuk waktu gulir sore 18,71 kg/jam/org, hal ini disebabkan
karena yang melakukan kegiatan kupas kulit dan cabut usus adalah orang yang
berbeda-beda setiap waktunya mulai pagi sampai dengan sore.
PT. 1368 secara umum telah menempati lokasi yang memenuhi syarat bagi
suatu unit pengolahan. Terletak ditepi jalan raya Situbondo-Banyuwangi
sehingga mempermudah pengangkutan untuk kegiatan ekspor ataupun
penerimaan bahan baku. Sebagian besar lahan terbuat dari aspal sehingga
mengurangi timbulnya debu.
Tujuanpemilihan lokasi yang memenuhi syarat adalah untuk mencegah dan
meminimalisasikan pengaruh lingkungan yang dapat menyebabkan kontaminasi.
Lokasi perusahaan cukup baik karena terbebas dari sumber pencemaran, lokasi
pabrik jauh dari industri yang terpolusi atau perusahaan lain yang mungkin dapat
menimbulkan pencemaran terhadap makanan yang membahayakan kesehatan,
tidak berada di daerah yang mudah tergenang air (daerah banjir), karena genangan
air dapat merupakan tempat berkembangbiaknya serangga, parasit dan
mikroorganisme yang dapat mencemari makanan, bebas dari daerah yang
merupakan sarang hama seperti hewan pengerat dan serangga, jauh dari tempat
pembuangan sampah atau limbah, baik limbah padat, cair maupun gas, karena
timbunan sampah dan limbah merupakan sarang hama dan penyakit, jauh dari
pemukiman penduduk yang padat dan kumuh, jauh dari daerah penumpukan
barang bekas, daerah kotor dan daerah lain yang diduga dapat mengakibatkan
pencemaran terhadap makanan, tidak menjadi satu dengan rumah atau tempat
tinggal atau fasilitas lain yang bersamaan letak dan atau penggunaannya dengan
bangunan, hal tersebut oleh pihak perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan yang berlaku. Bangunan unit pengolahan harus ditempatkan di daerah
yang bebas dari kotoran yang bersifat bakteriologis, fisis dan kimia
(Purwaningsih, 1995).
75
5.6.1.1.Konstruksi Bangunan
1) Denah
Adanya pembagian ruangan yang jelas pada bangunan utama yang terdiri
dari ruangan penerimaan, proses dan ante room, merupakan salah satu cara untuk
mengetahui keterikatan antar aktivitas dan juga mencegah kontaminasi. Saling
berdekatannya ruangan yang ada seperti ruangan penerimaan bahan baku dengan
ruangan proses utama bertujuan untuk memperlancar aktivitas pekerjaan yang
dilakukan sehingga penanganan terhadap bahan baku dapat dilakukan dengan
cepat. Penanganan yang cepat terhadap bahan baku menyebabkan mutunya tidak
cepat mengalami kemunduran. Penempatan ruang mesin di belakang bangunan
utama sudah baik karena suara bising yang dihasilkan dari mesin tidak
menggangu aktivitas kerja karyawannya.
Bangunan unit produksi dirancang sedemikian rupa sehingga baik rancang
bangun itu sendiri, bahan-bahan maupun konstruksinya tidak menghambat
program sanitasi. Cukup luasnya ruang proses yang dimiliki untuk peralatan dan
penyimpanan barang atau material, lorong dan tempat kerja serta susunan bagian
peralatan diatur sesuai dengan urutan produksi bertujuan untuk menghindari
terjadinya kontaminasi silang pada setiap tahapan proses produksi yang dilakukan.
2) Langit-Langit
Bahan untuk langit-langit di ruang proses merupakan bahan yang tahan air
dan mudah dibersihkan, permukaannya halus, warnanya putih terang, tidak
menyilaukan, tinggi langit-langit terhadap lantai 4 meter, pertemuan antara
dinding dan langit-langit membentuk sudut. Namun masih ada ditemukan celah
pada langit-langit yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi.
Tinggi langit-langit dan lantai mendukung lancarnya sirkulasi udara di
ruang proses sehingga cukup memadai. .
3) Dinding
Dinding unit pengolahan kedap air, permukaan halus dan rata, tahan retak,
mudah dibersihkan dan berwarna terang (Wiryanti dan Witjaksono,
2002).Pertemuan antara dinding dan lantai tidak membentuk sudut sehingga
memudahkan untuk dibersihkan dan tidak memungkinkan terjadinya akumulasi
kotoran yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada produk yang
akhirnya akan membahayakan produk tersebut.
4) Lantai
Lantai unit pengolahan harus kedap air, permukaannya halus dan rata, tidak
licin, mudah diperbaiki, mudah dibersihkan, serta pertemuan antara lantai dan
dinding tidak membentuk sudut (Wiryanti dan Witjaksono, 2002).Konstruksi
lantai yang terbuat dari bahan porselen tidak menyerap air sehingga menghindari
terjadinya perembesan air dari bawah lantai. Selain tidak licin dan kuat, juga
mudah dibersihkan, konstruksi lantai dibuat miring 3º sehinga memudahkan
pengaliran air ke saluran pembuangan yang dilengkapi dengan penutup yang
terbuat dari bahan tahan karat. Pertemuan antara lantai dan dinding tidak
membentuk sudut, dimaksudkan untuk menghindari terjadinya genangan air dan
akumulasi kotoran yang berlebihan, tetapi masih ditemukan keretakkan pada
lantai yang dapat menyebabkan kontaminasi.
5) Penerangan
Penerangan di ruang proses diperoleh dari lampu neon (TL) 40 watt yang
diletakkan sejajar dengan langit-langitdan diberi pelindung dari bahan mika yang
tembus pandang. Penerangan yang terdapat di ruang proses pancaran sinarnya
tidak menyilaukan, densitas sinarnya cukup terang untuk ukuran ruangan yang
ada. Di bagian sortasi, penerangannya mencapai 50 foot candle karena pada tahap
sortasi dilakukan pengawasan/pemeriksaan terhadap ukuran, mutu dan warna
produk yang akan dihasilkan.
Besarnya densitas dari sinar yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan
dan tidak menyilaukan sehngga tidak merubah warna asli dari benda tersebut hal
ini untuk menghindari kesalahan kerja dan menjaga kesehatan mata karyawan.
Pemasangan pelindung yang terbuat dari bahan mika yang transparan pada setiap
lampu sudah tepat karena apabila tidak diberi pelindung dapat menimbulkan
kontaminasi produk.
77
6) Ventilasi
Sistem perputaran udara di ruang proses dilakukan dengan
menggunakanbloweryang terus menerus menghembuskan udara dingin ke seluruh
ruangan dan exhaust fanyang menyedot udara panas dari dalam ruangan.Saluran
ventilasi dan perputaran udara di ruang proses belum memadai untuk mencegah
terjadinya kontaminasi terhadap produk.
7) Pintu
Pintu masuk ke ruang proses terbuat dari alumunium, tahan karat, halus,
rata, tahan air dan mudah dibersihkan. Pintu dirancang sehingga bisa menutup
sendiri (self closing type) serta dilapisi plastik curtain.
Pintu dilapisi dengan plastik curtain yang berfungsi untuk mencegah
masuknya serangga atau binatang pengganggu lainnya dan pintu dirancang
sehingga dapat menutup sendiri (self closing type) dan dibuat berlapis kamar
gelap ditengahnya.Pintu sudah memenuhi persyaratan dengan permukaan pintu
harus tahan karat, halus dan rata serta tahan air dan mudah dibersihkan.
8) Saluran Pembuangan
dalam wadah atau tong plastik, selanjutnya limbah padat ini dijual langsung ke
pembeli untuk dijadikan pakan ternak.
Bahan baku yang akan diproses di PT. 1368adalah udang yang datang dari
tambak, terhindar dari polusi dekomposisi dan terbatas dari antibiotik
Hal yang perlu pada saat penerimaan bahan baku adalah sebelum masuk
ruang proses, bahan baku harus dicuci terlebih dahulu. Proses pencucian yang
dilakukan di dalam ruang penerimaan umumnya sudah memenuhi persyaratan.
79
Penanganan bahan baku dilakukan untuk menjaga sanitasi dan higiene agar tidak
terkontaminasi dan tidak terdapat benda asing seperti pasir, potongan rumput dan
benda lainnya. Selain itu juga dilakukan pengujian terhadap mutu udang secara
organoleptik, mikrobiologi dan antibiotik. Untuk pengujian secara organoleptik
nilai bahan baku minimal 7. Namun masih ada sedikit bahan baku yang kulitnya
luka (scared), kulit yang tidak keras lagi (moulting) dan adanya perubahan warna
(discoloration). Kerusakan ini dapat terjadi akibat perlakukan udang di tambak
yang dapat menyebabkan kulitnya terluka atau terjadinya penurunan mutu udang
selama di perjalanan dari tambak ke perusahaan yang memakan waktu cukup
lama.
Peralatan yang digunakan untuk penerimaan harus bersih sebelum dan
setelah digunakan untuk mencegah kontaminasi.
Berdasarkan hasil tes mikrobiologi di laboratorium perusahaan
menunjukkan bahwa nilai uji mikrobiologi bahan baku yang akan diproses masih
berada di atas standar yang ditentukan sehingga bahan baku tersebut masih layak
untuk digunakan.
Bahan Pembantu
Penanganan
Penanganan bahan baku di PT. 1368 dilakukan dengan cepat dan terlindung
dari panas matahari, pengaruh panas cuaca dan kontaminasi kotoran.karena
dilakukan dalam ruangan yang tertutup dan sesuai dengan persyaratan sanitasi.
Setiap bahan baku yang masuk terlebih dahulu selalu diproses lebih dulu dan
diterapkan sistem FIFO (First In First Out) serta selalu dipertahankan suhunya
supaya tetap pada kisaran yang rendah (<5°C). penanganan bahan baku di ruang
proses dari tahap satu ke tahap berikutnya dilakukan secara hati-hati, cepat,
sanitasi dan higiene. Apabila ada produk yang datang ke perusahaan dimana
perusahaan telah menghentikan kegiatan prosesnya pada waktu itu, maka bahan
baku tersebut untuk sementara waktu ditampung di ruang penampungan dalam
bak fiber yang terlebih dahulu dibersihkan. Proses penampungan yang dilakukan
telah memenuhi syarat penyimpanan beku serta sanitasi dan higiene.
Penanganan awal yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya telah
dilakukan dengan baik. Penanganan awal meliputi pencucian awal dan sortasi.
81
Proses tersebut dilakukan secara cepat, hati-hati, saniter dan higienis serta
menerapkan rantai dingin.
Sistem FIFO telah dijalankan yaitu bahan baku yang datang lebih awal akan
diproses terlebih dahulu. Sementara itu bahan baku yang menunggu untuk
diproses lebih lanjut akan ditempatkan pada keranjang yang bersih dan di atasnya
diberi es curah untuk menjaga suhu udang agar tidak meningkat. Jika di ruang
proses terdapat kelebihan bahan baku yang tidak sempat diproses hari itu juga,
maka bahan baku tersebut akan disimpan dalam bak penampungan yang bagian
bawahnya diberi es balok dan pada bagian tengah dan atasnya diberi es curah. Hal
ini dimaksudkan agar udang tidak mengalami kemunduran mutu yang sangat
significant.
Pencucian yang dilakukan pada saat penerimaan awal telah dilakukan
dengan baik. Pencucian dilakukan dengan cara merendam keranjang yang berisi
udang berkali-kali ke dalam bak yang berisi air dingin, kemudian air pencucian
diganti bila telah digunakan. Pada tiap bagian tahapan proses produksi mulai dari
penerimaan bahan baku sampai distribusi ditempatkan atau dipekerjakan orang-
orang yang telah terampil dan diawasi secara ketat oleh QC dan supervisor agar
tidak terjadi kesalahan.
Pengolahan
Proses pengolahan udang beku di PT. 1368 pada umumnya sudah dilakukan
secara saniter dan higienis. Proses pembekuan yang dilakukan sesuai dengan
jenis produk dan suhu serta waktunya sesuai dengan persyaratan. Produk yang
sudah dalam bentuk beku sudah mempunyai ukuran dan bentuk yang teratur.
Sistem pemberian kode-kode dilakukan pada waktu memproses bahan baku,
seperti kode supplier, size, nomor lot dan lain-lain.
Pada saat pengolahan, setiap tahapan proses selalu dijalankan dengan
diagram alir proses. Produk akhir yang dibuat telah memenuhi standar yang
berlaku dan standar dari negara tujuan (buyer). Kode produksi pada produk akhir
dibuat untuk mempermudah identifikasi produk jika terjadi kesalahan. Selain itu
ada buyer yang meminta pada saat pemotongan kepala agar genjernya dibuang
dan ada juga buyer yang menginginkan agar pada saat pemotongan kepala
genjernya disisakan sehingga dapat menambah berat produk.
82
Pengemasan
Produk Akhir
Produk akhir yang akan diekspor harus memenuhi persyaratan mutu dari
masing-masing Negara pengimpor. Persyaratan umum dari negara tujuan antara
lain meliputi kode produksi yang sesuai dengan negara tujuan, bahasa yang
dipakai atau dicetak dalam bahasa Internasional serta dilengkapi dengan
persyaratan produk ekspor lainnya. Sebelum diekspor, produk akhir diuji
kandungan mikrobanya di laboratorium perusahaan dan LPPMHP Banyuwangi.
Produk akhir yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan, sebelum diekspor
terlebih dahulu produk diuji di laboratorium perusahaan sendiri dan LPPMHP
Banyuwangi.
Masih adanya benda asing, seperti adanya logam dan sisa kotoran pada
produk akhir disebabkan kurangnya perhatian terhadap pencucian dan sanitasi
selama proses berlangsung. Adapun hal ini yang dapat menyebabkan mesin metal
detector berhenti karena adanya logam yang berasal dari tambak seperti kerikil-
kerikil kecil yang berasal dari tambak pada saat dipanen. Tindakan
83
Setiap produk akhir yang dikemas langsung disimpan di cold storage yang
bersuhu ≤ -22°C (±2). Penyimpanan dalam cold storage disusun sedemikian rupa
sehingga seluruh permukaan master carton dapat terselubungi oleh hembusan
udara dingin dan menggunakan sistem FIFO (First In First Out). Untuk
penyimpanan bahan-bahan kimia yang berbahaya seperti STPP, disimpan di
tempat terpisah dan diberi label, sedangkan untuk bahan pengemas disimpan di
tempat tersendiri yaitu di gudang kering terlindungi dari kontaminasi. Pintu dan
jendela tempat penyimpanan dilengkapi dengan tirai plastik curtain.
Pada prinsipnya penyimpanan produk akhir dalam cold storage telah
dilakukan dengan baik. Penyimpanan dengan sistem FIFO telah dijalankan.
Produk disimpan dalam rak-rak, disusun secara teratur sehingga tidak bersentuhan
dengan lantai ruang cold storage. Suhu cold storage menjadi meningkat dari suhu
yang ditetapkan, terjadinya fluktuasi suhu disebabkan karena seringnya pintu cold
storage terbuka dalam waktu yang cukup lama pada saat memasukkan master
carton. Namun peningkatan suhu tidak pernah lebih dari ±2°C. suhu cold storage
masih berkisar antara -21°C sampai dengan -25°C dan masih berada pada standar
yang berlaku.
Kondisi alat angkut dan distribusi produk akhir udang beku yang digunakan
PT. Satu Tiga Enam Delapan sesuai dengan jenis produk. Suhu container
disetting dalam kisaran suhu penyimpanan beku -20°C ± 2, untuk
mempertahankan mutu produk yang akan didistribusikan. Container yang
digunakan selalu dalam kondisi bersih untuk menghindari kontaminasi dari
kendaraan ke produk.
Pelaksanaan distribusi di PT. 1368 telah digunakan baik. Produk yang akan
diekspor dikeluarkan dari cold storage dengan cepat dan hati-hati. Apabila ada
kemasan yang rusak atau pelabelan yang salah, maka kemasan akan diganti.
Pengangkutan produk ke dalam kontainer dilaksanakan dengan sistem FIFO, suhu
di dalam kontainer diatur hingga mencapai suhu -22°C. Hal ini dilakukan untuk
mencegah kenaikan suhu pada produk selama transportasi.
84
Selama dilakukan stuffing, produk dihindarkan dari sinar matahari, hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi peningkatan suhu yang dapat menyebabkan
terjadinya dekomposisi pada produk. Upaya pencegahannya adalah dengan cara
mengatur penyimpanan kemasan dalam container agar sirkulasi udara dingin
merata pada produk. Selama transportasi suhu pusat produk selalu dijaga agar
tetap pada suhu -18°C.
suatu sumber yang tidak berbahaya bagi kesehatan dan penggunaannya hanya
dengan izin pejabat pemerintah yang berwenang (Ditjenkan, 1997).
Air yang digunakan untuk pencucian udang disalurkan terpisah dan tidak
berhubungan silang dengan system aliran air kotor. Air untuk pencucian dan
pengolahan, sebelum dipakai harus disaring dengan perlakuan lain sehingga air
tersebut bersih.
Es yang digunakan adalah buatan sendiri terbuat dari air yang berasal dari
sumur bor artesis yang telah memenuhi persyaratan (potable) dan telah diijinkan
pemakaiannya oleh pihak berwenang dimana setiap 1 minggu sekali dilakukan
pengujian terhadap mikrobiologi oleh laboratorium perusahaan sendiri dan 6
bulan sekali diuji oleh LPPMHP Banyuwangi. Es ini dibuat, ditangani dan
digunakan sesuai dengan persyaratan sanitasi. Lantai ruang penampungan es
terbuat dari keramik, dinding dan langit-langit dilapisi dengan bahan kedap air.
Sebelum digunakan es terlebih dahulu dicuci.
Jumlah toilet yang tersedia sebanyak 4 buah toilet yang ada di bagian ruang
proses dan8 buah toilet bersambung dalam satu ruangan dengan kamar mandi di
uar ruang proses. Lantai toilet terbuat dari tegel, dan selalu dibersihkan oleh
petugas sanitasi setiap harinya. tetapi perlengkapan toilet yang tersedia tidak
sesuai dengan ketentuan. Misalnya perusahaan tidak menyediakan sarana untuk
mencuci tangan seperti sabun dan alat pengering (lap atau tissue), tidak adatanda
peringatan untuk mencuci tangan setelah keluar dari toilet. Hal ini berpengaruh
banyak terhadap sanitasi dan higiene karyawan dan akan menimbulkan bahaya
kontaminasi bagi produk yang seharusnya dijaga dengan ketat.
Higiene Karyawan
Setiap karyawan yang menangani produk harus dalam kondisi yang sehat
dan bersih.Kesehatan dan kebersihan karyawan merupakan hal yang penting
dalam industri pembekuan udang. Karyawan yang tidak sehat dapat menjadi
sumber kontaminasi bagi produk, oleh sebab itu kesehatan karyawan harus selalu
diperiksa secara periodik dengan tujuan untuk menjamin agar tidak seorang
karyawan pun menderita penyakit yang dapat ditularkan melalui makan dan
bertindak sebagai pembawa penyakit.
Karyawan juga diwajibkan menjaga kebersihan pribadi selama mengikuti
kegiatan produksi karena karyawan merupakan salah satu sumber kontaminasi.
Untuk menghindari kontaminasi karyawan terhadap produk, pihak perusahaan
telah menyediakan perlengkapan kerja. Selain diharuskan menggunakan
perlengkapan kerja, sebelum masuk ruang proses karyawan diharuskan mencuci
kaki dengan air yang sudah dicampur dengan kalporit/chlor dengan konsentrasi
200 ppm dalam bak yang sudah disediakan dan mencuci tangan dengan sabun dan
air bersih.
Selama proses produksi berlangsung setiap karyawan tidak boleh makan,
minum, merokok ataupun meludah. Setiap karyawan tidak boleh menggunakan
aksesoris apapun seperti cincin, jam tangan, gelang, kalung dan tidak boleh
mempunyai kuku panjang atau memakai cat kuku.
88
Pengendalian Pest
Penyimpangan minor
Penyimpangan minor merupakan jenis penyimpangan karena tidak
sesuainya persyaratan sanitasi dan higiene tetapi masih dibawah kategori
penyimpangan mayor, serius dan kritis. Adapun penyimpangan minor yang
terjadi.
1) Ventilasi tidak mencukupi
Kurangnya pemasangan blower dan exhaust fan di ruang proses membuat
saluran ventilasi dan perputaran udara di ruang proses belum memadai untuk
mencegah terjadinya kontaminasi terhadap produk.
2) Lantai pada gudang beku tidak kedap air dan terbuat dari bahan yang sulit
dicuci
Konstruksi lantai yang terbuat dari seperti semen tidak menyerap air
sehingga menghindari terjadinya perembesan air dari bawah
lantai.Sebagaimana telah diterapkan pada kuisioner kelayakan dasar
(KEP.01/MEN/ 2007), Lantai kedap air dan terbuat dari bahan yang mudah
dicuci dan didesinfeksi.
3) Kemiringan lantai gudang beku tidak sesuai
4) Sensor suhu pada alat pencatat suhu tidak diletakkan di lokasi/area yang
mempunyai suhu paling tinggi. Sebagaimana telah diterapkan pada kuisioner
kelayakan dasar (KEP.01/MEN/ 2007),
91
Penyimpangan Mayor
1) Lantai ruang pengolahan tidak terbuat dari bahan yang kedap air dan retak
Lantai unit pengolahan harus kedap air, permukaannya halus dan rata,
tidak licin, mudah diperbaiki, mudah dibersihkan, serta pertemuan antara
lantai dan dinding tidak membentuk sudut (Wiryanti dan Witjaksono,
2002).Konstruksi lantai yang terbuat dari bahan porselen tidak menyerap air
sehingga menghindari terjadinya perembesan air dari bawah lantai. Lantai
ruang pengolahan juga terdapat keretakkan. Sebagaimana telah diterapkan
pada kuisioner kelayakan dasar (KEP.01/MEN/ 2007. BAB V. B,3), lantai
ruang pengolahan terbuat dari bahan yang kedap air. tidak beracun, tidak
menyerap, tidak licin, tidak retak.
2) Dinding tidak bebas dari penonjolan, ada beberapa pipa dan kabel yang tidak
ditutup dengan baik.Sebagaimana telah diterapkan pada kuisioner kelayakan
dasar (KEP.01/MEN/ 2007, BAB V B.3), Bebas dari penonjolan dan seluruh
pipa dan kabel ditutup dengan baik.
saluran ventilasi dan perputaran udara di ruang proses belum memadai untuk
menyaring uap air.Sebagaimana telah diterapkan pada kuisioner kelayakan
dasar (KEP.01/MEN/2007), ventilasi memungkinkan untuk menyaring uap
air.
Penyimpangan Serius
1) Pakaian kerja tidak dicuci oleh DPI. Sebagaimana telah diterapkan pada
kuisioner kelayakan dasar (KEP.01/MEN/2007), pakaian kerja karyawan
dicuci oleh DPI.
2) Temperatur atau suhu tidak memenuhi standar atau < 30C. Sebagaimana
standar yang telah ditetapkan.