Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan JKPT Vol: 1 No: 01 JUNI 2018

PENERAPAN SISTEM KETERTELUSURAN (TRACEABILITY) PADA PRODUK


UDANG VANNAMEI BREADED BEKU (FROZEN BREADED SHRIMP)
DI PT. RED RIBBON JAKARTA

IMPLEMENTATION OF TRACEABILITY IN VANNAMEI OF FROZEN BREADED SHRIMP)


PRODUCTS IN PT. RED RIBBON JAKARTA

Simson Masengi*1, Yuliati H Sipahutar2 dan Anita Coriana Sitorus2


1
Direktorat Pengolahan dan Bina Mutu, Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
2
Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta 12520, Indonesia
*Korespondesi Penulis: simson.masengi@kkp.go.id

Diterima: 12 Oktonber 2018; diterima setelah perbaikan: 7 November 2018; Disetujui: 13 November 2018

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alur proses pengolahan udang breaded beku, sistem traceability
pengolahan udang breaded beku mulai dari proses penerimaan bahan baku, pengolahan sampai produk akhir serta
mutu bahan baku dan produk akhir melalui uji organoleptik dan mikrobiologi. Metode kerja dilakukan dengan
mengamati langsung diperusahaan melalui pengambilan data suhu produk setiap alur proses dan pemantauan
penerapan ketertelusuran diperusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan ketertelusuran Internal di PT.
Red Ribbon sudah diterapkan selama proses penerimaan dibahan baku sampai produk akhir. Ketertelusuran eksternal
perusahaan menggunakan sistem tertutup, yang mana pemasok bertanggung jawab dalam memberikan informasi
kepada pihak perusahaan atas produk yang dikirim. Hasil Uji organoleptik bahan baku dan produk akhir sesuai standar
SNI yaitu 7. Hasil uji ALT, E.coli dan coliform masih memenuhi standar SNI yaitu 5 x10 5 untuk bahan baku dan 2 x
105 untuk produk akhir pada ALT dan <2 MPN/gr pada E.coli dan coliform.
Kata kunci : Udang breaded beku, Ketertelusuran, Mutu

ABSTRACT
This study aims to determine the processing flow of frozen breaded shrimp, traceability system for processing frozen
breaded shrimp from the process of receiving raw materials, processing to the final product and the quality of raw
materials and end products through organoleptic and microbiological tests. The work method is done by observing
directly in the company through product temperature data collection of each process flow and monitoring the
application of traceability in the company
The results of this report show that the application of Internal traceability in PT. Red Ribbon has been applied
during receiving of raw material to the final product. Whereas external traceability using a closed system, in which
the suppliers are responsible for providing information to the company on the products delivered. Organoleptic test
results of raw materials and final products according to standards of SNI is 7. The ALT test results, E.coli and coliform
still comply SNI standards is 5 X105 for raw materials and 2 x 105 for the final product at the ALT and <2 MPN /gr
in E.coli and coliform.
Keyword : Frozen breaded shrimp, Traceability, Quality

Copyright © Jkpt Juni 2018


Penerapan Sistem Ketertelusuran (Traceability)……..Masengi, et.al
46 JKPT
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan JKPT Vol: 1 No: 01 JUNI 2018

PENDAHULUAN PT. Red Ribbon yang berlokasi di Muara baru


Udang merupakan salah satu komoditas ujung blok K, No. V, Jakarta Utara.
utama dalam industrialisasi perikanan budidaya Alat yang digunakan timbangan, meja
karena memiliki nilai ekonomis tinggi (high penyiangan, meja sortir, keranjang, timbang, bak
economic value) serta permintaan pasar yang penampung, keranjang plastic, bak pencucian,
juga tinggi (high demand product). Komoditas pan pembeku, alat pembeku dan notebook untuk
ini bahkan sampai saat ini merupakan primadona mencatat hasil pengamatan yang dilakukan.
ekspor produk perikanan budidaya. Produk Pengumpulan data pada masing-masing
udang Indonesia pada 3 tahun terakhir terus pengujian menggunakan score sheet
menunjukkan peningkatan cukup segnifikan. organoleptik udang segar sesuai SNI-01-2728.1-
Tercatat produksi tahun 2012 mengalami 2006, untuk penilaian mutu produk akhir
peningkatan hingga 32,87% dari 400.385 ton menggunakan score sheet Udang Berlapis
pada tahun 2011 menjadi 457.600 ton pada tahun Tepung (Breaded) Beku. SNI 6163.1-2009,
2012. Pada tahun 2014 KKP menargetkan sedangkan untuk pengamatan traceability alat
peningkatan produksi udang sebesar 200 ribu ton. yang digunakan adalah buku tulis, alat tulis dan
Terjadinya peningkatan ekspor tidak dukumentasi.
lepas kaitannya dengan sistem jaminan mutu, Bahan yang digunakan adalah udang
keamanan hasil perikanan dan pengembangan vannamei (Litopenaeus vannamei) segar, tepung
produk yaitu penganekaragaman produk predust, batter mix dan serpihan roti. Bahan
perikanan. Dewasa ini Negara-negara pengimpor untuk pengujian organoleptik dan mikrobiologi
hasil perikanan menerapkan sistem ALT, E.coli dan Coliform. Air dan es yang
ketertelusuran dalam rangka perlindungan memenuhi persyaratan, serta bahan pengemas.
konsumen dinegaranya. Secara ringkas, Metoda dilakukan dengan wawancara
pentingnya penerapan ketertelusuran diunit tekstruktur dan observasi yang dilakukan dari
pengolahan perikanan adalah untuk mengetahui pihak perusahaan yang dianggap berkompeten
semua pihak yang terlibat dalam mata rantai dalam hal ini dan melalui pengamatan langsung
produksi atau nilai harus dapat mengidentifikasi di lapangan.
pihak lain yang memasok bahan kepadanya atau
Data yang diambil adalah data asal bahan
mengidentifikasi kepada siapa bahan baku
baku, alur proses pengolahan udang kupas
tersebut dipasok dan wajib membuat catatan
mentah beku yang meliputi pengamatan jumlah
tentang ini, memeliharanya dengan baik dan
bahan baku yang diterima, suhu pusat mulai dari
menunjukkannya kepada Otoritas Komponen
penerimaan sampai pengiriman produk.
manakala diperlukan.
Pemantauan penerapan ketelusuran (traceability)
Penelitian ini bertujuan untuk dilakukan pengamatan pencatatan pada
mengetahui sistem traceability pengolahan ketelusuran internal dan eksternalnya.
udang breaded beku mulai dari proses Pengamatan mutu bahan baku dan produk akhir
penerimaan bahan baku dan pengolahan sampai dilakukan pengujian ALT di Laboratorium serta
produk tersebut siap diekspor (distribusi) dan dilakukan pengujian organoleptik.
mengetahui mutu hasil produk udang breaded
Pengamatan Ketertelusuran (Traceability)
beku dengan melakukan uji organoleptik dan
mikrobiologi. Pengamatan keterlusuran (Traceability)
dibagi menjadi 2 bagian yaitu pengamatan
ketertelusuran internal dan eksternal yang
BAHAN DAN METODA dilakukan 3 kali pengamatan dan 3 kali
Penelitian dilakukan pada bulan Mei pengulangan. Dengan melakukan pencatatan
sampai dengan Agustus 2016, dilaksanakan di (record) pada tiap bagian proses.

Copyright © Jkpt Juni 2018


Penerapan Sistem Ketertelusuran (Traceability)……..Masengi, et.al
47 JKPT
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan JKPT Vol: 1 No: 01 JUNI 2018

Ketertelusuran Eksternal dikirimkannya. Beberapa informasi yang harus


Melakukan pencatatan pada pelaku usaha ada yaitu minimal nama pemasok, deskripsi
bidang pemanenan udang untuk memasok produk, kode produk pemasok dan tanggal
hasilnya ke unit pengolahan ikan (UPI). Baik itu produksi.
langsung maupun tidak langsung meliputi: nama Bahan baku didatangkan dari supplier
supplier (tambak), alamat pemanenan, jumlah atau pengepul udang yang berada di daerah
pasokan, tanggal transaksi (tanggal penerimaan), Lampung. Kemampuan PT. Red Ribbon untuk
tanggal pemanenan dan nama beserta alamat melakukan penelusuran terhadap bahan baku
perusahaan yang dipasok. yang berasal dari supplier ini masih sangat
Ketertelusuran Internal rendah. PT. Red Ribbon sebagai pihak pembeli
hasil tangkapan nelayan, hanya mengetahui nama
Pengamatan ketertelusuran internal ini
supplier dan area tambak penyedia bahan baku
dilakukan pencatatan dengan melakukan
yang didatangkan hari itu, sedangkan informasi
perekaman pada beberapa tahapan yang dapat
mengenai nomor tambak, kapan dan dimana
ditelusuri pengkodeannya mulai dari tahap
bahan baku tersebut dipanen belum dapat
penerimaan, pencucian, pemotongan kepala,
diketahui dengan pasti oleh bagian pembelian.
penimbangan, sortasi sampai kepenyimpanan.
Sistem pengkodean selama proses produksi
Pencatatan ditertelusuri dari asal bahan baku
dilakukan setiap harinya, perusahaan hanya
(nama pemasok) tanggal penerimaan atau proses,
menerima satu supplier penyediaan bahan baku
jumlah bahan baku yang diterima, hasil sortasi,
saja. Sehingga kemungkinan tertukarnya bahan
pengkodean pada tahapan proses sampai
baku yang berasal dari supplier satu dengan yang
pengemasan. Treasibility dilakukan pada bahan
lainnya saat proses sangat tidak mungkin terjadi.
baku (asal bahan baku dan nama supplier) proses
pengolahan sampai siap ekspor, sehingga Hal ini menunjukkan bahwa, masih
nantinya dapat diketahui produk tersebut mampu diperlukannya sedikit revisi pada traceability
telusur atau tidak eksternal, karena jika terjadi kegagalan
traceability tersebut maka efek lokal yang
Pengamatan mutu yang dilakukan
ditimbulkan adalah tidak diketahuinya nomor
meliputi organoleptik bahan baku dan produk
tambak yang dipanen. Revisi yang dapat
akhir, dengan mengguanakan lembar penilaian
dilakukan adalah dengan selalu memperhatikan
(Score sheet) organoleptik udang segar dan
sebelum udang dikirim ke perusahaan untuk
organoleptik udang beku. Pengujian
memastikan bahwa pemasok mencatat tambak
mikrobiologi tentang penentuan Angka Lempeng
yang dipanen pada hari tersebut.
Total (ALT) untuk bahan baku dan produk akhir
dilakukan dengan pengujian mikrobiologi sesuai
dengan SNI 01-2332.3-2006. 1. 2 Sistem Ketertelusuran Internal (intern
traceability)
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.2.1 Analisis Sistem
1. Ketertelusuran (Traceability) Analisis sistem traceability sangat
diperlukan pada setiap unit pengolahan, hal ini
Penerapan traceability dalam suatu
bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh
perusahaan sangat erat kaitannya apabila
implementasi yang dilakukan pada perusahaan
dihubungkan dengan penerapan rantai dingin.
dalam menerapkan sistem traceability. Analisis
Pencatatan suhu dalam perusahaan dilakukan
ini terdiri dari beberapa analisis yang harus
pada tiap tahapan proses untuk melakukan
dilakukan yaitu menetapkan tim manajemen,
evaluasi apabila terdapat suatu kesalahan dalam
analisis tahapan proses, analisis prosedur
produk akhir yang dihasilkan sebagai output dari
rekaman dan identifikasi rekaman,sehingga akan
hasil pengolahan (Derrick dan Dillon, 2004).
memudahkan dalam pemantauan sistem
1.1 Sistem Ketertelusuran Eksternal traceability yang diharapkan dapat memudahkan
PT. Red Ribbon Indonesia melaksanakan identifikasi produk dalam bentuk pelabelan atau
ketertelusuran eksternal dengan system pengkodean.
independent traceability yang biasa disebut PT. Red Ribbon secara umum telah
dengan sistem tertutup, yang mana pemasok melaksanakan sistem traceability selama tahapan
bertanggung jawab dalam memberikan informasi proses. Hal ini dapat dilihat dengan adanya
kepada pihak perusahaan atas produk yang
Copyright © Jkpt Juni 2018
Penerapan Sistem Ketertelusuran (Traceability)……..Masengi, et.al
48 JKPT
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan JKPT Vol: 1 No: 01 JUNI 2018

pengawasan, pencatatan dan pengkodean disetiap produksi dengan melakukan koordinasi dengan
tahapan. Namun pengawasan, pencatatan dan quality assurance (QA) dan bagian pembelian.
pengkodean ini masih dikerjakan oleh karyawan Pelaksanaan di lapangan QA melakukan
yang termasuk tim HACCP di perusahaan, pengontrolan terhadap pelaksanaan sistem
sehingga perusahaan masih mengalami kesulitan melalui record (catatan) monitoring QC (hancho)
dalam menganalisis sistem traceability yang serta terjun langsung ke lapangan untuk
diterapkan perusahaan. Hal ini berkaitan dengan memastikan bahwa pelaksanaan telah sesuai
belum adanya dibentuk tim traceability yang dengan hasil monitoring QC dan melakukan
menangani secara khusus masalah pemantauan, konfirmasi terhadap kepala produksi sebagai
pencatatan dan pengkodean pada produk selama penanggung jawab tahapan proses.
proses produksi. Oleh sebab itu, maka dapat 1.2.3 Analisis Sistem Pengkodean
memungkinkan adanya informasi atau kode yang
Sistem pengkodean di PT. Red Ribbon
terputus selama tahapan proses produksi. Apabila
baru dapat diterapkan pada tahap pengkupasan
terdapat kode atau informasi yang terputus pada
hingga tahapan proses akhir (packing) dengan
produk, maka dapat menyulitkan perusahaan
identifikasi produk menggunakan bahan yang
dalam melakukan penelusuran (tracing) dan
terbuat dari plastik putih dan telah dibuat tulisan
mengidentifikasi produk tersebut.
secara permanen, sedangkan untuk nama
Proses analisis sistem traceability akan pemasok dan area tambak dibuat menjadi
terlaksana dengan baik, apabila telah dibentuk permanen (tetap) yaitu supplier David area
tim traceability di perusahaan yang menangani lampung, karena supplier David memiliki
pemantauan, pencatatan dan pengkodean pada sertifikat tambak yang diterima oleh buyer. Pada
produk mulai dari proses penerimaan bahan baku proses penerimaan sampai sortasi masih belum
sampai penyimpanan produk akhir dalam cold dapat diidentifikasi di perusahaan dikarenakan
storage. masih belum diterapkannya keterangan atau kode
Menurut Derrick dan Dillon (2004), secara langsung pada tahapan tersebut.
analisis sistem untuk traceability adalah bersifat Penerapan dokumentasi secara menyeluruh pada
mutlak bagi suatu perusahaan untuk mengetahui setiap tahapan proses produksi memang masih
kegiatan dalam sistem manajemen perusahaan, belum dapat dilakukan, tetapi ketika terjadi
dengan adanya dokumen-dokumen yang penarikan produk maka perusahaan sudah dapat
berhubungan dengan pengoperasian dalam menelusuri kembali asal bahan baku udang.
pabrik, sehingga dapat diketahui sejauh mana Sedangkan pada tahap pelumuran tepung sampai
perkembangan yang telah dilakukan oleh pengecekan logam tidak dilakukan proses
manajemen pabrik. tagging secara langsung pada udang pada saat
1.2.2 Tim Traceability produksi hanya diberi kode yang sama dengan
tahap pengupasan sampai soaking, hal ini
Tiim traceability di perusahaan belum
menyebabkan saat dilakukan traceback secara
dibentuk, namun sistem traceability telah
langsung lewat label menjadi terputus. Akan
diterapkan pada unit produksi pengolahannya,
tetapi hal tersebut memang dapat ditelusuri lewat
meskipun masih terdapat kekurangan dalam
dokumen dan rekaman yang berkaitan dengan
pelaksanaannya. Hal ini dapat dilihat dengan
tahapan proses produksi tersebut.
adanya kode tertentu menurut kesepakatan
bersama perusahaan, menandakan sebagai kode Daftar nama atau kode supplier dan
pelacakan yang dapat dilihat pada kemasan nomor tambak yang digunakan perusahaan dapat
produk, sehingga dapat dilakukan penelusuran dilihat pada lampiran. Pada tahap pengupasan
(trace), yang mana apabila suatu saat perlu sampai soaking (perendaman) kode yang
diadakan verifikasi ataupun pada saat “claim” digunakan sama yaitu sebagai berikut :
pengaduan konsumen yang berhubungan dengan
keamanan pangan yang diterima perusahaan.
Adapun kode pelacakan terdiri dari beberapa 26/30 FC2
kode tertentu yang menerangkan data-data yang
dibutuhkan untuk dapat mengetahui sumber 05010110
masalah dan cara penyelesaiannya.
Penangung jawab kegiatan tracing Keterangan: 26/30 = size udang
120 DVD
produk di PT. Red Ribbon adalah kepala FC2 = nama brand
Copyright © Jkpt Juni 2018
Penerapan Sistem Ketertelusuran (Traceability)……..Masengi, et.al
49 JKPT
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan JKPT Vol: 1 No: 01 JUNI 2018

05010110 = kode traceabilty perusahaan. (DVD) merupakan nama


120 = jumlah udang dalam 1 supplier yang diproses pada hari itu juga untuk
keranjang mempermudah dalam menentukan kode
traceability pada produk akhir.
DVD = Nama supplier
Pengkodean untuk produk akhir
Masing-masing kode tersebut memiliki
perusahaan menggunakan kode produksi dengan
tujuan tersendiri pada alur proses yaitu: (26/30)
teknik penulisan variable yy – mm – dd – A
merupakan size yang dikerjakan pada proses
(year, month, date) yang menerangkan tahun,
breaded, (FC2) merupakan nama brand yang
bulan dan tanggal produksi, namun untuk kode
diproduksi, karena perusahaan tidak hanya
ini biasanya dijadikan juga sebagai waktu
memiliki satu nama brand, dan setiap brand juga
kadaluwarsa.
memiliki komposisi yang berbeda-beda pada saat
soaking dan pelumuran tepung, sehingga Pada tahap ini untuk kode traceability
meminimalisirkan terjadinya kesalahan ketika nya dapat dilihat pada pillow bag dan master
proses, (05010110) merupakan kode traceability carton (MC) yang mencantumkan waktu
pada saat penerimaan yang dapat dilihat pada kadaluwarsa, jam produksi, nama supplier, area
Lampiran 9, (120) adalah jumlah udang/pcs di tambak dan waktu produksi dengan
dalam satu keranjang yang bertujuan untuk menggunakan (angka) stempel manual yang
mengetahui jumlah udang yang masuk keproses permanen. Adapun kode yang digunakan adalah
breading apakah telah sesuai dengan target sebagai berikut:
planning proses pada hari itu dan susut hasil di

Kode pillow bag 07 03 15 05 01 10 1


1 = waktu proses (jam ke 1)
10 = No tambak
01 = Asal supplier
05 = Nama supplier
15 = Tahun produksi
03 = bulan produksi
07 = Tanggal produksi

Setiap kode yang terlampir pada pada saat produksi, perusahaan juga memiliki
kemasan pillow bag memiliki tujuan masing- standar produksi. Berikut adalah gambar
masing yaitu: (07 03 15) merupakan tanggal, pelabelan pada kemasan pillow bag.
bulan dan tahun produksi produk, (05 01) nama Pada mater carton tercantum spesifikasi dari
dan asal supplier yang telah diketahui pada saat produk sehingga memudahkan dalam verifikasi
penerimaan bahan baku, 10 merupakan nomor produk. Adapun kode yang digunakan pada MC
tambak yang telah tersedia pada daftar sebagai berikut:
nama/code supplier yang dapat dilihat pada
Lampiran 10, dan (1) merupakan waktu proses
Pada masing-masing kode tersebut proses, tujuannya untuk menentukan penentuan
memiliki tujuan pengkodean yaitu: (4) jenis waktu kadaluwarsa pada produk, (05010110)
produk yang diproduksi pada hari itu, karena kode traceability yang telah diketahui pada saat
jenis produk yang diproduksi perusahaan bukan penerimaan bahan baku, (1) merupakan waktu
hanya vannamei sehingga dilakukan pengkodean proses pada saat produksi.
untuk mempermudah karyawan melakukan Peraturan Uni Eropa No.178/ 2002 pada
trace, (09) nama produk yang diproses pada saat pasal 3, menyatakan bahwa traceability adalah
produksi, hal ini dikarenakan karena perusahaan kemampuan untuk menelusuri dan mengikuti
juga tidak hanya memproduksi breaded, (15 02 riwayat dari pangan, pakan, hewan yang
28) tanggal, bulan dan tahun produksi pada saat menghasilkan pangan (food-producing animal),
Copyright © Jkpt Juni 2018
Penerapan Sistem Ketertelusuran (Traceability)……..Masengi, et.al
50 JKPT
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan JKPT Vol: 1 No: 01 JUNI 2018

dan bahan tambahan yang akan dicampur ke kemungkinan terjadinya krisis pangan tapi
dalam pangan/pakan pada keseluruhan tahapan mengurangi konsekuensinya (Dupuy et al. 2005)
proses produksi, pengolahan dan distribusi.
Keseluruhan tahapan tersebut yaitu mulai pada
2 Pengujian Mutu
saat produksi awal (dari kolam, tambak/ laut),
proses produksi di pabrik, penyimpanan, 2.1 Pengujian Mutu Organoleptik
distribusi penjualan hingga saat mencapai 2.1.1 Pengujian organoleptik bahan baku
konsumen akhir (yaitu orang-orang yang tidak udang segar
menggunkana pangan tersebut sebagai bagian Pengujian dilakukan dengan cara
dari operasi/aktivitas dalam bisnis pangan/pakan) mengambil sampel bahan baku udang secara acak
(Regulation (EC) No. 178/2002). Sistem dan melakukan penilaian terhadap kenampakan,
traceability tidak berfungsi untuk mengurangi bau, dan tekstur udang.
Tabel 1. Hasil Organoleptik bahan baku
Table 1. Organoleptic results of raw materials
Pengamatan Simpangan Baku Nilai Organoleptik SNI
1 7,7 ≤ µ ≤ 8,6 8
2 7,5 ≤ µ ≤ 7,8 7,5
3 7,14 ≤ µ ≤ 7,65 7
4 7,24 ≤ µ ≤ 7,82 7
5 7,18 ≤ µ ≤ 7,62 7,5
7
6 7,65 ≤ µ ≤ 7,84 7
7 7,49 ≤ µ ≤ 7,9 7,5
8 7,51 ≤ µ ≤ 7,85 7,5
9 7,64 ≤ µ ≤ 7,8 7,5
10 7,56 ≤ µ ≤ 7,82 7,5

< 5°C serta pembongkaran dilakukan secara


Berdasarkan hasil pengujian cepat dan hati-hati.
organoleptik diatas menunjukkan bahwa nilai Menurut Purwaningsih (1995),
organoleptik bahan baku udang yang diterima pemanenan udang di tambak biasanya dilakukan
diunit pengolahan yaitu 7. Hal ini masih pada malam hari supaya udang hasil tangkapan
memenuhi standar yang dipersyaratkan oleh tidak terkena sinar matahar secara langsung.
perusahaan disesuaikan oleh SNI 01-2728.1- Udang yang rusak atau luka dan lembek langsung
2006 dengan minimal nilai organoleptik 7. dipisah untuk dijual di pasaran lokal, udang
Pengamatan organoleptik, bahan baku tersebut harus diberi es supaya suhunya
untuk pengolahan produk udang breaded masih mendekati 00C.
dalam keadaan segar, belum mengalami 2.1.2 Mutu Organoleptik Produk Akhir
perubahan warna dan daging masih padat, hal ini Udang Berlapis Breaded
dikarenakan dilakukan penanganan yang baik Pengujian organoleptik udang berlapis
pada saat pemanenan dan pemisahan terhadap tepung (breaded) beku sesuai SNI 6163.1:2009
udang yang mengalami kerusakan fisik. diuji sebelum dilakukan proses pengepakan
Pengangkutan bahan baku ke perusahaan dengan kriteria penilaian dari segi kenampakan
menggunakan mobil truk yang memakai blong dan dehidrasi.
plastik dan ditambahkan es agar suhu udang tetap

Copyright © Jkpt Juni 2018


Penerapan Sistem Ketertelusuran (Traceability)……..Masengi, et.al
51 JKPT
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan JKPT Vol: 1 No: 01 JUNI 2018

Tabel 2. Hasil uji Organoleptik Produk Akhir


Table 2. Final Product Organoleptic Test Results
Pengamatan Simpangan Baku Nilai Organoleptik
SNI

1 8,27 ≤ µ ≤ 8,49 8
2 7,45 ≤ µ ≤ 7,7 7,5
3 7,7 ≤ µ ≤ 8,2 8
4 7,7≤ µ ≤ 7,8 7
5 7,7≤ µ ≤ 7,79 7
6 7,62 ≤ µ ≤ 7,94 7,5
7 7,6 ≤ µ ≤ 7,96 7,5
7
8 7,65 ≤ µ ≤ 8,04 7,5
9 8,17 ≤ µ ≤ 8,40 8
10 7,96 ≤ µ ≤ 8,39 8
11 7,84 ≤ µ ≤ 8,18 8
12 7,68 ≤ µ ≤ 8,24 8
13 7,84 ≤ µ ≤ 8,22 8
14 7,68 ≤ µ ≤ 8,24 8

Berdasarkan hasil pengujian Salah satu cara untuk menghambat proses


organoleptik udang berlapis tepung beku di PT. penurunan mutu udang segar adalah dengan
Red Ribbon diperoleh dengan interval pembekuan yang merupakan cara paling baik
organoleptik udang berlapis tepung beku 8, hal untuk penyimpanan jangka panjang. Apabila cara
ini dikarenakan karyawan dapat pengolahan dan pembekuan dilakukan dengan
mempertahankan mutu bahan baku setiap alur baik dan bahan mentahnya masih segar, maka
proses pengolahannya sehingga dari hasil dapat dihasilkan udang beku yang bila dicairkan
pengujian organoleptik menunjukkan bahwa mendekati sifat-sifat udang segar (Moeljanto,
produk akhir udang breaded layak untuk 1992).
dikonsumsi. 2.2 Pengujian Mikrobiologi
Pengamatan organoleptik terhadap Pengujian mikrobiologi bahan baku dan
produk akhir dipengaruhi juga oleh kesegaran produk akhir didapat dari data sekunder, meliputi
dan mutu bahan baku yang diterima, penanganan ALT, E.coli, dan Coliform. Pengujian
yang baik dan penerapan rantai dingin selama mikrobiologi udang beku mengacu pada standar
proses pengolahan, efisiensi terhadap waktu, perusahaan yaitu 5x105 kol/gr dan udang roti
sanitasi dan hygiene sebelum dan setelah proses (breaded) beku 3x105 kol/gr. Pengujian terhadap
pengolahan. jumlah mikrobiologi juga dilakukan untuk
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi mencegah kemungkinan terjadinya penarikan
mutu udang beku adalah penerapan suhu, produk. Hasi pengujian mikrobiologi perusahaan
kecepatan kerja (faktor waktu), kebersihan dan dapat dilihat pada Tabel 3.
kecermatan (faktor cara kerja) (Ilyas, 1993).

Copyright © Jkpt Juni 2018


Penerapan Sistem Ketertelusuran (Traceability)……..Masengi, et.al
52 JKPT
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan JKPT Vol: 1 No: 01 JUNI 2018

Tabel 3. Hasil Uji Mikrobiologi Penerimaan bahan baku dan breaded


Table 3. Microbiological Test Results Acceptance of raw and breaded ingredients

Raw Material Breaded Standar SNI (Koloni/gram)


Analysis Pengujian
Koloni/gram Koloni/gram Raw Material Breaded
1 2,3 x 104 1,4 x 104
2 1,2 x 105 4,3 x 104
3 3,3 x 104 1,3 x 104
4 8,7 x 104 1,2 x 104
5 2,6 x 105 3,4 x 103
6 4 x 105 6,4 x 103
7 2,1 x 105 5,3 x 104
ALT 5 x 105 2 x 105
8 4,8 x 104 2,1 x 103
9 1,1 x 104 3,2 x 104
10 1,6 x 105 4,3 x 103
11 2,9 x 103
12 9,6 x 103
13 1,1 x 104
14 7,9 x 104
E.coli (MPN/gr) 0 0 <2 <2
Coliform (MPN/gr) 0 0 <2 <2

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa baku yang masih segar, diolah dengan
hasil pengujian mikrobiologi untuk bahan baku menerapkan rantai dingin dan menggunakan
dan produk akhir memenuhi standar. Pada hasil klorin sebagai desinfektan sehingga diperoleh
pengujian ALT produk akhir mengalami produk akhir yang bermutu baik. Kerusakan hasil
penurunan dibandingkan dengan bahan baku. perikanan sebagian besar disebabkan oleh
Pada bahan baku hasil ALT tertinggi yaitu 4 x 105 berkembangnya jumlah mikroba yang ada
kol/gr, sedangkan pada produk akhir hasil ALT padanya. Selain itu ada beberapa jenis mikroba
yang tertinggi adalah 7,9 x 104. Hal tersebut yang bersifat pathogen (dapat menyebabkan
menunjukkan bahan baku dan produk akhir penyakit pada manusia) juga sering dijumpai
memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan terdapat pada udang yaitu Salmonella dan E.coli
maupun SNI yaitu 5x105 kol/gr pada bahan baku (Hadiwiyoto, 1993).
dan 2 x 105 pada produk akhir. Hal ini Pengujian ALT pada bahan baku
dikarenakan bahan baku disimpan dalam bak maupun produk akhir memenuhi standar
fiber yang diberi es sehingga mutu udang tetap perusahaan. Sistem rantai dingin masih belum
terjaga dengan tujuan untuk menghambat diterapkan dengan baik, tetapi karena kondisi
pertumbuhan bakteri. Pendinginan merupakan peralatan yang kontak langsung dengan produk
usaha untuk menghambat kegiatan bakteri dijaga kebersihannya dan penanganan
penyebab kerusakan mutu (Murniyati dan pengolahan yang dilakukan secara cepat dan hati-
Sunarman, 2000). hati. Menurut Rickenbacker (2006), penyebab
Pengujian E.coli dan Coliform untuk utama pembusukan oleh bakteri, bersumber dari
bahan baku dan produk akhir didapat 0 MPN/gr. insang, permukaan kulit, dan isi perut.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa bahan baku Penggunaan suhu rendah 0-50C pada proses
dan produk akhir memenuhi standar yang pengawetan dapat memperlambat bakteri,
ditetapkan perusahaan maupun SNI yaitu bahkan ada beberapa bakteri mengalami
maksimal 2 MPN/gr. Hal ini dikarenakan kematian dan beberapa lagi tetap tumbuh lambat
pengolahan udang breaded menggunakan bahan dengan membentuk spora. Selanjutnya,
Copyright © Jkpt Juni 2018
Penerapan Sistem Ketertelusuran (Traceability)……..Masengi, et.al
53 JKPT
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan JKPT Vol: 1 No: 01 JUNI 2018

penggunaan suhu rendah mengakibatkan DAFTAR PUSTAKA


penurunan proses kimia dan jumlah bakteri yang Amri, Khairul dan Iskandar Kanna. 2008.
berhubungan dengan pembusukan, namun Budidaya Udang Vaname. PT. Gramedia
penggunaan suhu rendah tidak dapat membunuh Pustaka Utama. Jakarta
semua bakteri (Pandit et al, 2007).
Derrick, Simon and Dillon, Mark. 2004. A Guide
Cara berproduksi yang baik dan benar (Good To Traceability Within The Fish Industry.
Manufacturing Practice/GMP) adalah langkah- Euro Fish / Swiss.
langkah yang dilakukan dalam pengolahan atau
Dupuy C, V. Botta-Genoulaz,dan A.Guinet.
produksi makanan untuk menghasilkan produk
2005. Batch dispersion model to optimise
bermutu tinggi dan aman dikonsumsi. Sanitasi
traceability in food industry. Journal of Food
dan hygiene hasil perikanan adalah upaya
Engineering 70:333339.
pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh
kembangnya jasad renik pembusuk dan pathogen Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan
pada hasil perikanan, peralatan dan bangunan Hasil Perikanan Jilid I. Liberty. Jakarta
yang dapat merusak hasil perikanan serta Hall, George.M. 2011. Fish Processing. Wiley
membahayakan manusia. Blackwell. UK
Hidayati, Diana dan Saparinto, Cahyo. 2006.
KESIMPULAN Bahan Tambahan Pangan. Kanisius.
Yogyakarta.
Proses pengolahan udang breaded dimulai dari
proses penerimaan bahan baku sampai stuffing Moe T. 1998. Perspective on food manufacture.
telah memenuhi standar SNI 6163.3:2009. Trends in food Science and Food Technology
Penerapan ketertelusuran internal di PT. Red 9:211-214
Ribbon sudah diterapkan meskipun belum Murniyati,A.S dan Sunarman. 2000.
dibentuknya tim traceability yang menangani Pendinginan Pembekuan dan Pengawetan
pemantauan, pencatatan dan pengkodean Ikan. Kanisius Media. Yogyakarta
sehingga penerapan dokumentasi secara Murty KH. 1991. Perdagangan Udang
menyeluruh pada setiap tahapan proses produksi Internasional. Jakarta: Penebar Swadaya.
masih belum dapat dilakukan, sedangkan proses Nuryani, AG.B. 2006. Pengendalian Mutu
ketertelusuran eksternal dilakukan pada saat Penanganan Udang Beku Dengan Konsep
bahan baku masuk ke perusahaan dengan HACCP. Universitas Diponegoro. Semarang
menggunakan sistem tertutup, yang mana
pemasok bertanggung jawab dalam memberikan Purwaningsih, S. 1995. Teknologi Pembekuan
informasi kepada pihak perusahaan atas produk Udang . Penebar Swadaya. Jakarta
yang dikirimkannya. Saulina, Hernita. 2009. Pengendalian Mutu Pada
Selama proses pengolahan, hampir setiap proses Proses Pembekuan Udang Menggunakan
suhu udang mengalami peningkatan tetapi masih Statistical Process Control (SPC). Institut
memenuhi standar perusahaan yaitu maksimal Pertanian Bogor. Bogor
10oC untuk proses sebelum breaded dan Thaheer H. 2005. Sistem Manajemen HACCP
maksimal 15oC untuk proses breaded. Hasil (Hazard Analysis Critical Control Points).
pengujian organoleptik terhadap bahan baku nila Jakarta: PT Bumi Aksara.
rata-rata 7 dan dan produk akhir 8. Hasil Ward, A. R. dan D. J. Jeffries. 2000. A Manual
pengujian mikrobiologi yaitu ALT bahan baku for Assessing Post-Harvest Fisheries Losses.
masih memenuhi standar yaitu 5x105 dan produk The University of Greenwich. England.
akhir 2x105. Hasil pengujian E-coli bahan baku Winarno F.G.1997. Kimia Pangandan Gizi.. PT.
dan produk akhir 0 dan coliform bahan baku dan Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
produk akhir yaitu 0.
Wiryanti J. 2009. Traceability (Mampu Telusur)
dalam pelatihan ISO 22000:2005. Bogor:
Departemen Teknologi Hasil Perairan
(THP), Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan (FPIK), IPB.

Copyright © Jkpt Juni 2018


Penerapan Sistem Ketertelusuran (Traceability)……..Masengi, et.al
54 JKPT

Anda mungkin juga menyukai