Anda di halaman 1dari 7

Analisa Critical Control Point (CCP) pada Produksi Ikan Kaleng…

Jurnal Teknologi Pangan dan Ilmu Pertanian Vol. 3 No. 1 (2021)

ANALISA CRITICAL CONTROL POINT (CCP) PADA PRODUKSI IKAN KALENG


DI PT. PERMATA BAHARI MALINDONESIA
Analisys of Critical Control Point (CCP) on Canned Fish Production at PT. Permata Bahari
Malindonesia

Moh.Rizki Aziz 11), Rosiana Ulfa 22), Bagus Setyawan 32)


1
Mahasiswa Program Studi Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas PGRI Banyuwangi
2
Dosen Program Studi Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas PGRI Banyuwangi
*Email korespondensi: bagusetyawan89@gmail.com

ABSTRACT

Food quality is the main key to improving the safety of food products. Consumers today are
smarter in choosing food products, the food quality assurance logo is a benchmark that influences
purchases. The concept of food quality control has changed, from initially only analyzing the final
product to product analysis at every critical stage of its processing. Hazard Analysis Critical Control
Point (HACCP) is one method to identify each critical point in the processing process. The purpose of
this fieldwork practice is to know, study, understand, and analyze Hazard Analysis Critical Control
Point HACCP which has been apply at the fish canning process at PT. Permata Bahari Malindonesia.
This study uses a survey method, primary data is collected through observation, documentation,
interviews and direct participation in lemuru fish canning activities. The result obtained from this study
is that PT. Permata Bahari Malindonesia implements GMP, SSOP, and traceability in each canning
process as the basic feasibility of implementing HACCP.

Keywords: production analysis, HACCP, lemuru fish, canning

PENDAHULUAN Salah satu cara yang dapat digunakan


untuk memberikan jaminan keamanan
Penjaminan mutu dalam industri pangan dari resiko munculnya bahaya
pangan merupakan hal utama yang harus adalah dengan menerapkan Hazard
diperhatikan. Konsumen saat ini lebih Analysis Critical Control Point (HACCP).
cerdas mengenai jaminan mutu dan HACCP adalah tindakan preventif yang
keamanan dari produk pangan. Beberapa efektif untuk menjamin keamanan pangan.
tahun belakangan ini mutu dan keamanan Metode ini dilakukan dengan
pangan tidak hanya dapat dijamin dengan mengidentifikasi berbagai kemungkinan
hasil uji pada produk akhir di laboratorium bahaya yang mungkin muncul pada proses
saja. Pada awal perkembangannya, pangan pembuatan, pengolahan atau penyiapan
diyakini akan terjamin mutunya apabila produk pangan, menilai resiko-resiko yang
bahan baku yang digunakan baik, diproses terkait dan menentukan kegiatan dimana
dengan baik dan didistribusikan dengan prosedur pengendalian akan berdaya guna.
baik. Hal inilah yang menyebabkan terjadi Industri pangan diharapkan dapat
perkembangan terhadap sistem mutu yang menerapkan metode ini untuk dapat
mampu memberikan jaminan mutu dan menjamin keamanan dari produk yang
keamanan pangan from farm to fork. dihasilkan.

13
Analisa Critical Control Point (CCP) pada Produksi Ikan Kaleng…
Jurnal Teknologi Pangan dan Ilmu Pertanian Vol. 3 No. 1 (2021)

Ikan kaleng merupakan salah satu pendahuluan, medium filling, penutupan,


produk olahan pangan yang memiliki pencucian produk, sterilisasi, pendinginan,
resiko keamanan pangan yang cukup tinggi. pembersihan dan pengeringan, inkubasi,
Banyak sekali tahapan-tahapan dalam pelabelan dan kemasan, penyimpanan dan
proses pengolahannya yang dapat terakhir pengiriman.
menimbulkan resiko terhadap keamanan
pangan. Proses pengalengan adalah Penerimaan Bahan Baku
pengawetan dengan menggunakan suhu
tinggi atau sterilisasi yang dikombinasikan Proses ini meliputi proses penerimaan
dengan pengemasan vakum yang bertujuan ikan beku dari produsen dan proses
untuk mematikan mikroorganisme seperti thawing. Untuk mendapatkan bahan baku
bakteri, jamur dan kapang yang mungkin dengan kualitas sesuai dengan standar
terdapat pada bahan pangan untuk maka dilakukan pengecekan meliputi cek
meningkatkan umur simpan dari bahan organoleptik yang terdiri dari tekstur, bau,
produk pangan (Widnyana & Suprapto, rasa dan insang serta suhu tidak melebihi
2019). 4,4⁰ C menggunakan thermometer, cek
laboratorium kadar formalin, histamin dan
METODE PENELITIAN pengecekan ukuran.

Tempat dan Waktu Pemotongan

Kegiatan Praktek Kerja Lapang Tujuan pemotongan untuk


(PKL) ini dilaksanakan dari tanggal 24 menghilangkan kepala, isi perut dan ekor,
November sampai dengan 26 Desember untuk menghilangkan benda asing dan
2016 bertempat di PT. Permata Bahari darah, untuk mereduksi bakteri pathogen.
Malindonesia Kecamatan Muncar
Banyuwangi. Pencucian

Metode Pengambilan Data Pencucian bertujuan untuk


membersihkan ikan dari kotoran, untuk
Pengambilan data pada kegiatan ini mereduksi bakteri pathogen, untuk
dilakukan dengan metode survey, data mendapatkan produk yang bersih. Untuk
primer dikumpulkan melalui observasi, ikan segar setelah digunting, ikan dicuci
dokumentasi, wawancara serta partisipasi dengan Rotary Washer untuk
langsung dalam kegiatan pengalengan ikan membersihkan sisa darah dan dicuci
lemuru di PT. Permata Bahari kembali sebelum di transfer ke ruang
Malindonesia. Data sekunder dikumpulkan filling. Untuk ikan beku, ikan dicuci di meja
melalui studi pustaka yang berkaitan pengguntingan untuk membersihkan sisa
dengan materi penelitian ini. darah dan dicuci kembali sebelum
Pada dasarnya secara umum proses ditransfer ke ruang filling.
pengalengan ikan di perusahaan ini diawali
dari penerimaan bahan baku, pemotongan,
pencucian, pengisian ikan, pemanasan

14
Analisa Critical Control Point (CCP) pada Produksi Ikan Kaleng…
Jurnal Teknologi Pangan dan Ilmu Pertanian Vol. 3 No. 1 (2021)

Pengisian Ikan
Medium Filling
Pengisian ikan memiliki standar yang
telah ditetapkan. Untuk mendapatkan Pada proses pengalengan ikan,
jumlah dan berat ikan sesuai dengan standar biasanya digunakan berbagai jenis medium
yang dimiliki oleh perusahaan, maka untuk penambahan rasa dan menjaga
dilakukan pengecekan setiap satu jam produk tidak gosong karena proses
sekali pada setiap kaleng yang telah diisi. sterilisasi. Beberapa jenis medium filling
Adapun bahan pengemas yang digunakan yang digunakan antara lain saus tomat, saus
telah disiapkan terlebih dahulu melalui minyak atau brine, tergantung pada jenis
tahapan yang hampir mirip dengan ikan sampel atau produk yang akan dibuat.
yaitu proses penerimaan kaleng dari Proses tahapan pembuatan medium filling,
produsen sesuai dengan standar yaitu penerimaan bahan baku, pencucian,
perusahaan, penyimpanan kaleng dalam penggilingan, dan pemasakan.
gudang sebelum digunakan setelah itu
proses pencucian kaleng dengan air yang Penutupan
mengandung klorin sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh SNI. Proses penutupan bertujuan untuk
keamanan produk akhir yang tahan lama.
Pemasakan Pendahuluan Prosedur yang dilakukan yaitu cek seamer
sebelum digunakan (setting lipatan kaleng),
Tahap ini masih tergolong dalam pada saat digunakan dan selesai, cek hasil
operasi pra proses yang bertujuan untuk lipatan kaleng antara body dan cover, cek
menurunkan kadar air dari ikan, hasil overlap kaleng. Untuk standar over
mengurangi mikroorganisme patogen lap kaleng pada PT Permata Bahari
penyebab penyakit atau kerusakan dan juga Malindonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
untuk memperoleh tekstur yang diinginkan
sesuai standar yang ditetapkan. Prosedur Tabel 2. Standar Over Lap Kaleng Pada PT
yang dilakukan yaitu cek suhu exhaust Permata Bahari Malindonesia.
antara 90-100⁰ C. Standar waktu lama Canned Find
pemasakan yang diterapkan pada PT. 200x308 300x407
Permata Bahari Malindonesia untuk setiap Drained weight (gram) 80-100 240-270
berat produk yang diproduksi dapat dilihat Suhu ikan (°C) 60-80 60-80
Suhu exhaust (°C) 90-100 90-100
pada Tabel 1 berikut.
Waktu (menit) 10 15

Tabel 1. Standar Waktu Pemasakan Pada PT


Permata Bahari Malindonesia Pencucian Produk
Canned Find
200x308 300x407
Adapun tujuan dari pencucian produk
Drained weight (gram) 80-100 240-270 yaitu untuk membersihkan sisa saos dan
Suhu ikan (°C) 60-80 60-80 kotoran mesin seamer. Pencucian
Suhu exhaust (°C) 90-100 90-100 dilakukan dengan menggunakan alat can
Waktu (menit) 10 15 washer menggunakan bahan pembersih

15
Analisa Critical Control Point (CCP) pada Produksi Ikan Kaleng…
Jurnal Teknologi Pangan dan Ilmu Pertanian Vol. 3 No. 1 (2021)

yang aman untuk kaleng dan tidak beresiko Pembersihan dan Pengeringan
mengkontaminasi produk. Air yang
digunakan untuk proses pencucian juga Pembersihan dan pengeringan
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia bertujuan untuk mencegah benda asing dan
untuk menghindari kemungkinan adanya kotoran seperti sisa lemak dan chemical
kontaminan yang terikut didalamnya. pada sabun pencucian.

Sterilisasi Inkubasi (Incubation)

Tujuan dari proses ini adalah untuk Untuk keamanan produk akhir
mengeliminasi bakteri dan menambah sardine yang diinkubasi diberi tanda
umur simpan produk lebih lama. Prosedur kuning. Lama inkubasi 5-7 hari. Setelah
yang dilakukan yaitu masukkan kaleng selesai masa inkubasi, produk bisa
yang telah berisi ikan sardine dan saus langsung dipasarkan.
kedalam keranjang pada mesin retort,
kemudian memulai proses venting selama 6 Pelabelan dan Packing
menit untuk membuang udara yang ada
didalam retort, tutup kran venting dibiarkan Pelabelan bertujuan untuk
terbuka hingga suhu naik mencapai 118⁰ C memberikan pedoman dalam pemberian
dengan tekanan sebesar 0,8 bar. identifikasi produk ikan dalam kaleng
sardine yang diproduksi sehingga setiap
Tabel 3. Standar Sterilisasi Pada PT Permata produk memiliki identifikasi yang jelas dan
Bahari Malindonesia. dapat diidentifikasi dengan jelas. Packing
Canned Find bertujuan untuk mempermudah
200x308 300x407 pengangkutan dan keamanan produk.
Pressure 08-1 08-1
Temperature (°C) 118 118 Penyimpanan
Time (menit) 90 110
Penambahan 15 10
(menit)
Untuk menjaga agar tidak
terkontaminasi produk lain, susun tumpuk
Pendinginan 2 palet dan pisahkan dengan produk yang
masih di inkubasi serta beri tanda siap
Pada tahapan ini kaleng dikeluarkan kirim.
dari mesin retort untuk menurunkan
suhunya dan juga untuk membunuh bakteri Pengiriman
dengan cara memberikan perubahan suhu
yang sangat kritis juga untuk mengetahui Untuk mempermudah pengiriman
ada tidaknya cacat fisik pada kaleng. produk dengan aman, maka cek kondisi
container dari kebersihan dan kebocoran.
Isi container jika sudah siap dan tumpukan
tidak boleh melewati batas limit kemudian
tutup dan seal container untuk menjaga

16
Analisa Critical Control Point (CCP) pada Produksi Ikan Kaleng…
Jurnal Teknologi Pangan dan Ilmu Pertanian Vol. 3 No. 1 (2021)

keamanan produk. Standar pengiriman pecahan keramik, rambut, kuku, sobekan


container dapat dilihat pada Tabel 3. karton, kertas, plastik, cacat kaleng,
pengkodean dan label tidak sesuai. Disini
Tabel 4. Standar Pengisian Kontainer Pada PT terbukti bahwa analisa bahaya pada setiap
Permata Bahari Malindonesia. pabrik berbeda meskipun dilokasi yang
Canned (grm) Kontainer 20 ft sama. Kemungkinan hal ini disebabkan
300x407 (425) 1.850 cartoon oleh perbedaan sumber atau asal bahan
200x308 (155) 1.900 cartoon baku yang digunakan pada kedua PT
tersebut. Selain itu setiap perusahaan
memiliki kekurangan dan kelebihan pada
Analisa Bahaya (Hazard Analysis)
teknik, lokasi dan lingkungan tersendiri,
sehingga akan menghasilkan produk yang
Dalam melakukan analisis bahaya,
berbeda pula.
PT Permata Bahari Malindonesia
melakukan identifikasi potensi bahaya
Penentuan Critical Control Point (CCP)
disetiap rantai tahapan produksinya. Prinsip
pertama yang diterapkan oleh PT. Permata
Critical control point (CCP) atau titik
Bahari Malindonesia Muncar Banyuwangi
kendali kritis diartikan sebagai suatu titik,
mengidentifikasi bahaya yang berpotensi
prosedur dimana pengendalian dapat
menyebabkan ketidaknyamanan makanan
diterapkan dan bahaya keamanan pangan
untuk dikonsumsi adalah bahaya biologis,
dapat dicegah, dihilangkan, atau diturunkan
kimia, dan fisik. Penelitian Paramadina
sampai ke batas yang aman atau dapat
(2015), menunjukkan bahwa bahaya
diterima. Disetiap pabrik pengalengan ikan
biologis yang sering ditemui pada proses
dalam identifikasi CCP memiliki
pengalengan ikan lemuru terutama pada
perbedaan, menurut Paramadina di PT.
PT. Blambangan Food Packers Indonesia
Blambangan Food Packers Indonesia
(BFPI) Muncar, Banyuwangi adalah
(BFPI) Muncar Banyuwangi, identifikasi
bakteri E. Coli, bakteri Salmonella, bakteri
CCP pada proses pengalengan ikan lemuru
Staphylococcus aureus, bakteri C.
adalah pada seaming dan retorting.
Botulinum, jamur dan kapang. Sedangkan
Menurut Khofiah di CV. Pasific
potensi bahaya kimianya adalah formalin
Harvest Muncar Banyuwangi, identifikasi
dan logam berat. Bahaya fisik pada PT.
CCP pada proses pengalengan yaitu
Blambangan Food Packers Indonesia
penerimaan bahan baku, pengisian
(BFPI) Muncar Banyuwangi adalah plastik,
medium, penutupan kaleng/seaming,
jaring, kayu, pasir dan sekam, sisik lemuru,
sterilisasi/rectorting. Pada PT. Permata
dan kaleng pesok.
Bahari Malindonesia Muncar Banyuwangi,
Bahaya kimia yang sering ditemukan
identifikasi CCP nya yaitu penerimaan
pada PT. Permata Bahari Malindonesia
bahan baku, seaming dan retorting. Hal ini
Muncar Banyuwangi antara lain adalah
dikarenakan dalam penentuan CCP tidak
histamin, kontaminasi logam berat,
ada anjuran dan standarisasi, namun dalam
pelumas kimia dan residu klor. Sedangkan
penentuan CCP bisa menggunakan alat
bahaya fisik yang sering ditemui yaitu
bantu berupa pohon keputusan untuk
pasir, sobekan, sarung tangan, benang,
mengetahui bahwa proses tersebut

17
Analisa Critical Control Point (CCP) pada Produksi Ikan Kaleng…
Jurnal Teknologi Pangan dan Ilmu Pertanian Vol. 3 No. 1 (2021)

merupakan CCP atau bukan. Faktor terkendali. Tindakan koreksi PT. Permata
penunjang yang menjadi pra-syarat (pre- Bahari Malindonesia Muncar Banyuwangi
requisite) keefektifan penerapan program menggunakan metode koreksi langsung
HACCP sebagai sebuah sistem pada setiap proses yang memiliki potensi
pengendalian mutu adalah terpenuhinya bahaya di luar batas CCP. Koreksi langsung
persyaratan kelayakan dasar suatu system merupakan tindakan untuk menghilangkan
unit pengolahan, yang meliputi GMP dan suatu ketidaksesuaian yang terdeteksi
SSOP. Di PT. Permata Bahari selama proses dan mengendalikan sesuai
Malindonesia Muncar Banyuwangi selain dengan standar HACCP yang telah
GMP dan SSOP yaitu ada traceability atau ditetapkan. Tindakan koreksi pada proses
ketelusuran yang menjadi syarat kelayakan penerimaan bahan baku yaitu penambahan
dasar pengolahan dan keefektifan es jika terdapat suhu yang melebihi standar.
penerapan program HACCP. Manfaat Jika ditemukan tes organoleptik ada yang
traceability yaitu : a) menyediakan tidak memenuhi syarat maka direject dan
informasi untuk membantu dalam ikan ditolak jika keluar speck atau tidak
mengoptimalkan efisiensi proses produksi sesuai prosedur penerimaan.
dan meningkatkan control mutu misalnya Ketidaksesuaian pada proses seaming
control stok, efisiensi pemakaian bahan, seperti nilai OL dibawah standar, tindakan
asal dan karakteristik produk, b) membantu koreksi yang diterapkan yaitu penyetingan
masalah manajemen yang efisien, ulang terhadap mesin seamer. Untuk
mendukung penarikan atau recall produk produk yang menyimpang diberi tindakan
yang efektif dengan cepat mengisolasi IR (Investigation Report) yang merupakan
masalah, meminimalkan ukuran penarikan tindakan penelusuran terhadap masalah
dan gangguan perdagangan sehingga yang terjadi dalam proses pengalengan.
mengurangi segala biaya yang timbul, c) Tindakan koreksi lainnya dilakukan uji
membantu dalam diagnosis masalah teardown terhadap produk akhir dan
internal yang disorot memungkinkan produk inkubasi untuk menentukan status.
identifikasi akar penyebab,menyampaikan Uji teardown bertujuan untuk mengetahui
kewajiban mana yang relevan dan secara pasti besarnya cover hook, body
memungkinkan tindakan yang ditargetkan hook dan panjang overlap. Penutupan
untuk mencegah pengulangan, d) kaleng yang baik hanya dapat dijamin bila
memastikan validasi dari klaim produk dan tingkat kerapatan dan overlap berada dalam
memberikan informasi kepada konsumen batas-batas yang diijinkan.
misalnya berkaitan dengan asal atau Koresi langsung pada proses
jaminan status. retorting yaitu dengan mengecek kondisi
retort dan sumber uap panas jika terjadi
Tindakan Koreksi Perusahaan penyimpangan selama retorting. Setelah
proses retorting dilakukan inkubasi selama
Tindakan koreksi dilakukan untuk
menetapkan penyimpangan yang terjadi KESIMPULAN
dengan melakukan tindakan perbaikan
yang dilaksanakan jika hasil pemantauan Hazard Analysis Critical Control
menunjukkan bahwa CCP tertentu tidak Point (HACCP) pada PT. Permata Bahari

18
Analisa Critical Control Point (CCP) pada Produksi Ikan Kaleng…
Jurnal Teknologi Pangan dan Ilmu Pertanian Vol. 3 No. 1 (2021)

Malindonesia Muncar, Banyuwangi yaitu Lemuru (Sardinella sp). Jurnal Samakia


dengan melaksanakan GMP, SSOP dan 03 (02):38-46.
Shofiah S. L, Ika J.N. (2012). Penerapan
traceability disetiap proses pengalengan HACCP Pada Proses Pengalengan Ikan
sebagai kelayakan dasar penerapan Lemuru (Sardinella sp). Jurnal Samakia
HACCP. Menurut ketua HACCP PT. 03 (02):38-46.
Permata Bahari Malindonesia Muncar,
Banyuwangi, traceability dimasukkan
dalam kelayakan dasar penerapan HACCP
karena traceability memberikan pedoman
dalam pelaksanaan sistem mampu telusur
diproses produksi ikan dalam kaleng
sardine sehingga setiap produk dapat
ditelusuri sejarah bahan baku dan
produksinya dengan lengkap, dan
memberikan pedoman dalam pemberian
identifikasi produk ikan dalam kaleng
sardine yang diproduksi sehingga setiap
produk memiliki identifikasi yang jelas dan
dapat diidentifikasi dengan jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2017). Kaleng Dengan Metode


Statistikal Process Control.
http://www.daneprairie.com. [diakses
pada 7 Januari 2017].
Daulay S, Widyaiswara M. (2012). Hazard
Analysis Critical Control Point
(HACCP) dan Implementasinya Dalam
Industri Pangan.
http://www.kemenperin.go.id/downloa
d/6761/HACCP-dan-implementasinya-
dalam-industri-pangan. [diakses pada
02 Januari 2017].
E-Book Pangan. (2006). Panduan Penyusunan
Rencana HACCP Hazard Analysis
Critical Control Point Bagi Industri
Pangan. E-bookpangan.com.
Handoyo, A. (2013). HACCP Dan
Penerapannya Dalam Industri Pangan.
https://bambangtriatma.wikispaces.com
/file/view/higienearis.pdf. [diakses pada
02 Januari 2017].
Mahendra T. (2005). Evaluasi Resiko Bahaya
Keamanan Pangan HACCP Tuna.
Shofiah S. L, Ika J. N. (2012). Penerapan
HACCP Pada Proses Pengalengan Ikan

19

Anda mungkin juga menyukai