Anda di halaman 1dari 6

Tugas toxsikkologi dan homogenitas

Resum jurnal

Nama : Candra susila

Nim : 2020.02.5.0004

Jurna 1

Judul jurnal : Jurnal pusat kegiatan sumberdaya manusia kesehatan

Judul : ilmu teknologi pangan (Judul Papernya apa?)

Volume : cetakan pertama

Tahun : oktober 2017

Penulis : Maryam Razak, STP., M.Si. , Muntikah, SP., M.Pd.

Latar belakang :

Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu pengetahuan tentang bahan
pangan khususnya pasca panen guna memperoleh manfaatnya seoptimal mungkin sekaligus
dapat meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut. Dalam teknologi pangan, dipelajari sifat
fisis, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan proses mengolah bahan pangan tersebut.
Spesialisasinya beragam, di antaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan
sebagainya. Penerapan teknologi pangan sederhana telah dimulai sejak masa primitif dengan cara
penyimpanan hasil pertanian di lumbung-lumbung sampai mengeringkan bahan pangan agar
menjadi lebih awet dan tahan lama. Kemudian penerapan teknologi pangan modern dimulai
ketika Nicolas Appert (1804) mengalengkan bahan pangan dengan cara pemanasan sterilisasi
dan Louis Pasteur menemukan cara pemanasan pasteurisasi yaitu cara pemanasan di bawah suhu
sterilisasi untuk membunuh mikroba yang ada di dalam susu dengan perubahan sifat dari susu
yang minimal. Pemanasan tersebut bertujuan untuk membunuh mikroba pembusuk agar menjadi
lebih awet dan tahan lama. Manfaat teknologi pangan dalam pengolahan pangan adalah :
memperpanjang umur simpan dan ketersediaannya; mempermudah penyimpanan dan
distribusinya; meningkatkan nilai ekonomi; menghasilkan produk pangan yang lebih menarik;
limbah hasil pertanian dapat dimanfaatkan kembali; dan bertambahnya industri-industri
nonpertanian yang menunjang industri pertanian seperti industri kimia, gelas, bahan pengepak,
dan lain-lain.

Metode analisis

Cara-cara Penilaian Kualitas Makanan Terdiri dari dua, yaitu penilaian objektif dan subjektif. a.
Objektif (fisik, biologis, kimia, mikroorganisme) Metode pengujian mutu dengan menggunakan
alat dikenal dengan metode pengujian mutu secara objektif, meliputi: 1) Uji fisik Kualitas produk
diukur secara objektif berdasarkan hal-hal fisik yang nampak dari suatu produk. Metode
penilaian mutu dengan alat dapat digunakan untuk mengungkapkan karakteristik atau sifat-sifat
mutu pangan yang tersembunyi. Umumnya, hasil pengukuran karakteristik mutu dengan uji
sensori memiliki nilai korelasi yang tinggi dengan hasil pengukuran karakteristik mutu dengan
alat. Metode pengukuran uji fisik digunakan untuk menguji warna, volume, tekstur, viskositas
atau kekentalan dan konsistensi, keempukan dan keliatan serta bobot jenis.

Uji mikrobiologis Metode pengukuran uji mikrobiologis untuk mengukur jumlah bakteri,
kapang, ragi dan protozoa, contoh: uji total mikroba (Total Plate Count/TPC). Uji mikrobiologi
merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan simpan suatu
makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan
makanan. Pengujian mikrobiologi di antaranya meliputi uji kualitatif untuk menentukan mutu
dan daya tahan suatu makanan, uji kuantitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat
keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan tersebut
(Fardiaz, 1993).

Hasilnya mana ??

Jurnal 2

Judul jurnal : JURNAL KELAUTAN

Judul : Kualitas Mutu Bahan Mentah Dan Produk Akhir Pada Unit Pengalengan Ikan
Sardine Di Pt. Karya Manunggal Prima Sukses Muncar Banyuwangi
Volume : Jurnal Vol 2 N0 1

Tahun : April 2009

Penulis :Dyah Agustin Wulandari, Indah Wahyuni Abida, Akhmad Farid

Latar belakang :

Ikan segar merupakan salah satu komoditi yang mudah mengalami kerusakan (high
perishable food). Kerusakan ini dapat disebabkan oleh proses biokimiawi maupun oleh aktivitas
mikribiologi. Kandungan air hasil perikanan pada umumnya tinggi mencapai 56,79% sehingga
sangat memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi biokimiawi oleh enzim yang berlangsung pada
tubuh ikan segar. Sementara itu, kerusakan secara mikrobiologis disebabkan karena aktivitas
mikroorganisme terutama bakteri. Kandungan protein yang cukup tinggi pada ikan menyebabkan
ikan mudah rusak bila tidak segera dilakukan pengolahan dan pengawetan. Pengawetan
bertujuan untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan tersebut. Salah satu usaha untuk
meningkatkan daya simpan dan daya awet pada produk ikan adalah dengan pengalengan ikan
(Winarno, 1980). Teknik pengawetan pangan yang dapat diterapkan dan banyak digunakan
adalah pengawetan dengan suhu tinggi, contohnya adalah pengalengan ikan sardine.
Pengalengan merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan bahan makanan, terutama ikan
dan hasil perikanan lainnya, dari pembusukan. Dalam pengalengan ini daya awet ikan yang
diawetkan jauh lebih bagus dibandingkan pengawetan cara lain. Namun dalam hal ini dibutuhkan
penanganan yang lebih intensif serta ditunjang dengan peralatan yang serba otomatis. Sebab
dalam proses pengalengan, ikan atau hasil perikanan lain dimasukkan dalam suatu wadah yang
ditutup rapat agar udara maupun mikroorganisme perusak yang datang dari luar tidak dapat
masuk. Selanjutnya wadah dipanasi pada suhu tertentu dalam jangka waktu tertentu pula untuk
mematikan mikroorganisme yang ikut terbawa pada produk yang dikalengkan (Murniyati dan
Sunarman, 2004). Moejanto et al (1978) dalam Widodo (2001), mengatakan bahwa banyak hal
yang harus diperhatikan untuk menjaga mutu ikan kaleng. Mutu

ikan kaleng tergantung pada kesegaran bahan mentah, cara pengalengan, peralatan, dan
kecakapan serta pengetahuan pelaksana-pelaksana teknis, sanitasi dan hygiene pabrik dan
lingkungannya. Kesegaran bahan mentah sangat penting dalam industri perikanan. Kesegaran
adalah tolak ukur untuk membedakan ikan yang jelek dan bagus kualitasnya. Berdasarkan
kesegarannya, ikan dapat digolongkan menjadi empat kelas mutu, yaitu ikan dengan kesegaran
baik sekali (prima), kesegaran masih baik, kesegarannya mulai mundur (sedang), dan ikan yang
sudah tidak segar lagi. Kualitas bahan baku meliputi kenampakan secara visual dan jumlah
mikroba yang terkandung dalam tubuh ikan. Bahan baku yang prima akan sangat menentukan
kualitas produk akhir pada proses pengalengan ikan sardine. Untuk produk akhir kualitasnya
selain ditentukan secara fisik juga jumlah mikroba.
Metode analisa

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2008 di PT. Karya Manuggal Prima
Sukses, Muncar – Banyuwangi. Metode yang digunakan dalam menganalisa data adalah dengan
menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Pengumpulan data primer dilakukan dengan uji laboratorium, uji
yang dilakukan berupa uji organoleptik dengan menggunakan kuisoner bahan mentah dan
produk akhir dan penentuan angka lempeng total (ALT). Pengujian angka lempeng total
dilakukan pada bahan mentah dan produk akhir. Data sekunder berupa data alur proses
pengolahan ikan sardine, deskripsi produk sardine kaleng serta tingkah laku, kebiasaan karyawan
dan penerapan HACCP.

HASILNYA MANA

Jurnal 3

Judul jurnal :

Judul : Studi Pengawasan Mutu Pada Unit Pengolahan Pengalengan Ikan


Tuna (Thunnus Albacore) Kaleng

Volume : Makalah

Tahun : 2016

Penulis : Andi ihsan fahry

Latar belakang :

Studi Pengawasan Mutu Pada Unit Pengolahan Pengalengan Ikan Tuna (Thunnus Albacore) Kaleng,
dibimbing oleh Imran Mukhtar, dan Nurleli Fattah. Sumber daya kelautan dan perikanan adalah salah
satu sumber daya alam yang dapat meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa termasuk Indonesia.
Pengembangan produk yang efisien dan produktif dari pengembangan produk bernilai tambah adalah
dengan mengolah produk primer menjadi produk sekunder atau produk akhir. Salah satu bentuk
diversifikasi atau pengembangan nilai tambah adalah pengalengan ikan tuna. Maka dari itu di perlukan
suatu sistem pada suatu perusahaan perikanaan agar dapat memproduksi ikan tuna yang bermutu baik
sesuai ketentuan SNI, GMP, SSOP, dan SOP sebagai pedoman perusahaan dalam memproduksi ikan tuna
kaleng dengan baik dan benar,dan mutu ikan tuna kaleng tetap terjaga sehingga layak untuk di terima
konsumen. Dan dengan demikian masyarakat dapat dilindungi keselamatan dan kesehatannya terhadap
produksi dan peredaran makanan yang telah memenuhi syarat mutu dan keamanan. Prinsip pengolahan
ikan pada dasarnya bertujuan melindungi ikan dari pembusukan dan kerusakan. Selain itu juga untuk
memperpanjang daya awet dan mendiversifikasikan produk olahan hasil perikanan. Salah satu jenis
pengolahan yang dapat digunakan untuk menghambat kegiatan zat-zat mikroorganisme adalah
pengalengan ikan. Pengalengan merupakan salah satu bentuk pengolahan dan pengawetan ikan secara
modern yang dikemas secara hermatis dan kemudian disterilkan. Bahan pangan dikemas secara
hermetis dalam suatu wadah, baik kaleng, gelas atau alumunium. Pengemasan secara hermetis dapat
diartikan bahwa penutupannya sangat rapat, sehingga tidak dapat ditembus oleh udara, air, kerusakan
oksidasi maupun perubahan cita rasa. Oleh karena itu pada penulisan tugas akhir ini ini akan dijelaskan
lebih detail tentang pengalengan ikan dan pengawasan mutu pengolahan ikan kaleng. Metode yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah observasi atau pengamatan dan partisipasi di lapangan, sedangkan
teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan para staf karyawan PT.
Delta Pasific Indotuna. Untuk pengolahan data dilakukan dengan analisis secara deskriptif berdasarkan
data primer dan sekunder. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini menunjukkan bahwa proses
pengalengan ikan di PT. Delta Pasific Indotuna meliputi tahap receiving, chilling/thawing, butchering,
precooking, cooling 1, skining, loining, filling, retorting, cooling 2, case up, incubation, coding, labelling,
packing dan storage. menggunakan bahan baku skipjack dan yellow fin.

Metode analisa

Waktu dan Tempat Penulisan tugas akhir ini berdasarkan Pengalaman Kerja Praktek mahasiswa
(PKPM) dilaksanakan di PT. Delta Fasific indotuna pada tanggal 02 Februari 2016 sampai dengan tanggal
02 Mei 2016 yang bertempat di Kecamatan Girian Bawah, Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara PT. Delta
Fasific indotuna.

Metode Pengambilan Data Pengambilan data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan secara aktif mengikuti berbagai kegiatan secara
langsung di unit pengolahan. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yang
dikumpulkan dari beberapa pihak, diantaranya pengumpulan data informasi dari perusahaan berupa
data pengujian mikrobiologi, kimia dan biodata perusahaan.

Metode Kerja

Pengamatan Alur Proses Pengalengan Tuna Proses pengalengan ikan tuna meliputi penerimaan bahan
baku sampai dengan produk akhir sesuai dengan SNI.

Pengamatan Mutu Bahan Baku dan Produk Akhir Prosedur kerja yang dilakukan untuk melakukan
pengamatan mutu bahan baku adalah dengan melakukan penilaian mutu ikan tuna segar dengan
pengisian scoresheet organoleptik. Serta melakukan pengambilan data mengenai pengujian mutu bahan
baku secara mikrobiologi (ALT) dan kimia (histamin) Sedangkan prosedur kerja yang dilakukan untuk
pengamatan mutu produk akhir adalah dengan melakukan penilaian mutu tuna kaleng secara sensoris
dengan pengisian scoresheet, melakukan uji mutu mikrobiologi (ALT), mutu kimia (histamin),
dilabolatorium yang ada di perusahaan dan labolatorium yang diluar perusahaan (LPPMHP).
HASIL PENGAMATANNYA MANA?

Anda mungkin juga menyukai