Anda di halaman 1dari 32

ANALISA KUALITAS PRODUK PERIKANAN DI UPT.

PMP2KP,
SURABAYA, JAWA TIMUR

PRAKTIK KERJA LAPANG


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

Oleh :

NABILA ZEN MAULIDA


MERAUKE – PAPUA

USWA HASANAH
PROBOLINGGO - JAWA TIMUR

JELENA ANGEL VISAKHADEVI


SIDOARJO - JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
ANALISA KUALITAS PRODUK PERIKANAN DI UPT. PMP2KP,

SURABAYA, JAWA TIMUR

Oleh:

NABILA ZEN MAULIDA


141911233074

USWA HASANAH
141911233079

JELENA ANGEL VISAKHADEVI


141911233088

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing


Teknologi Hasil Perikanan

Dr. RR. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si. Dr. Eng. Sapto Andriyono S.Pi., M.T.
NIP. 1969062119970320001 NIP. 197909252008121002
I PENDAHULUAN

1.1 Judul

Analisa Kualitas Produk perikanan di UPT. PMP2KP Surabaya,

Jawa timur

1.2 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara maritim yang berada dalam kawasan

teritoral laut yang luas, memiliki banyak pulau, di kelilingi oleh wilayah

laut dan perairan. Kekayaan alam yang dimiliki oleh laut Indonesia

meliputi kekayaan hayati seperti beberbagai macam jenis ikan, dari ikan

yang berukuran kecil sampai ikan yang berukuran besar, yang mana ikan

merupakan komoditas pangan yang sangat diminati oleh semua orang

bahkan di seluruh dunia. Potensi yang dimiliki Indonesia tersebut

merupakan suatu peluang ekonomi yang dapat dimanfaatkan untuk

kemajuan perekonomian Indonesia, serta sebagai tulang punggung

pembangunan nasional. (Rumalean, 2019)

Proses pegolahan dan pengawetan ikan merupakan salah satu

bagian penting dar mata rantai industri perikanan. Tanpa adanya kedua

proses tersebut, peningkatan produksi ikan yang telah dicapai selama ini

akan sia-sia, karena dapat dimanfaatkan oleh konsumen dalam keadaan

baik. Pengawetan ikan juga bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam

tubuh ikan sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk

berkembang biak. Untuk menghasilkan mutu produk yang baik


diperlakukan perlakuan yang baik selama proses pengawetan seperti

menjaga kebersihan alat dan bahan yang digunakan, menggunakan bahan

baku yang masih segar, serta bahan tambahan yang bersih dalam

pengolahan. (Imbir dkk, 2015)

Keamanan pangan saat ini sudah menjadi isu global dan mendapat

perhatian besar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Berbagai kasus

keracunan pangan akibat mikroba pathogen sepertri bakteri dan kapang

masih sering terjadi di Indonesia. Meningkatnya kesadaran masyarakat

akan keamanan pangan menyebabkan munculnya tuntutan dari masyarakat

yang menginginkan pangan yang lebih alami. Selama ini penggunaan

bahan kimia sintetik untuk mengawet makanan telah menimbulkan

masalah kesehatan (termasuk keracunan dan penyakit yang disebabkan

oleh makanan); juga menyangkut masalah sosial (meluasnya penggunaan

bahan kimia yang tak terkendali oleh masyarakat untuk pengawet

makanan) dan teknis (terbatasnya pilihan bahan pengawet yang aman dan

efektif). Karena masalah-masalah tersebut maka beberapa negara sangat

ketat mengawas, melarang atau mengendalikan penggunaan bahan kimia

untuk pengawetan pangan. Maka dari itu dipelukan beberapa uji untuk

mengamati mutu serta kandungan yang berada dalam produk perikanan

dengan fasilitas yang mampu dan berhak untuk melakukan pengujian

tersebut (Risky dkk, 2019)

Uji mutu secara organoleptik maupuns secara analisa kimia harus

dilakukan dengan tepat agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas


yang terjamin. Maka dari itu dilakukan praktik kerja lapang (PKL) yang

membahan tentang Analisis kualitas produk perikanan kering serta

manajemen laboratorium di UPT PMP2KP dan akan berfokus pada:

1. Uji Staphylococcus aureus pada Produk Perikanan di UPT. PMP2KP,

Surabaya, Jawa Timur.

2. Analisa Logam Berat pada Produk Perikanan di UPT. PMP2KP,

Surabaya, Jawa Timur.

3. Analisis Residu Antibiotik Kloramfenikol pada Produk Perikanan di

di UPT. PMP2KP, Surabaya, Jawa Timur.

1.3 Tujuan

Tujuan dari Praktik Kerja Lapang yang dilakukan adalah:

1. Mengetahui Uji Staphylococcus aureus pada Produk Perikanan di UPT.

PMP2KP, Surabaya, Jawa Timur.

2. Mengetahui Analisa Logam Berat pada Produk Perikanan di UPT.

PMP2KP, Surabaya, Jawa Timur.

3. Mengetahui Analisis Residu Antibiotik Kloramfenikol pada Produk

Perikanan di di UPT. PMP2KP, Surabaya, Jawa Timur.

I.4. Manfaat

Adapun manfaat dari Praktik Kerja Lapang yang dilakukan adalah:


1. Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan

mengenai uji Staphylococcus aureus pada Produk Perikanan di UPT.

PMP2KP, Surabaya, Jawa Timur

2. Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung untuk menganalisa

kandungan logam berat yang terdapat pada produk perikanan serta

batas keberterimaan yang aman untuk dipasarkan dan dikonsumsi

oleh masyarakat pada produk hasil perikanan

3. Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung bagaiman analisis

Residu Antibiotik Kloramfenikol pada Produk Perikanan di di UPT.

PMP2KP, Surabaya, Jawa Timur.


II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produk Perikanan

Salah satu sektor agribisnis yang memiliki potensi yang cukup

besar yaitu sektor perikanan. Produksi perikanan di Indonesia berasl dari

kegiatan perikanan tangkap dan budidaya perikanan. Sedangkan dari hasil

produksi digunakan untuk bahan baku pengolahan hasil perikanan dan

sebagian hasil lainnya diproduksi untuk dikonsumsi secara segar. Hasil

perikanan merupakan bahan yang mudah rusak oleh mikroorganisme

pembusuk dan enzim, sehingga perlu penanganan yang baik untuk

mempertahankan mutunya (Devi dkk., 2016). Sumberdaya perikanan

terdiri dari jenis ikan ekonomis penting dan non ekonomis (KKP 2015).

Produk perikanan merupakan sumber pangan yang memiliki kandungan

protein, mineral dan zat gizi lainya yang baik bagi pertumbuhan dan

regenerasi sel-sel yang ada di dalam tubuh manusia (Prabowo dkk., 2020).

Pengembangan industri dari produk perikanan ini dapat dilakukan

dengan menggunakan beberapa beberapa pendekatan diantaranya dengan

pendekatan teknologi pengolahan dan pemasaran produk perikanan.

Pendekatan teknologi dapat dilakukan melalui variasi olahan produk

perikanan guna meningkatkan nilai produk perikanan. Peningkatan

pemasaran dapat ditingkatkan melalui branding image produk dan

pemasaran berbasis digital media sosial. Kegiatan ini bertujuan untuk

meningkatkan nilai tambah produk perikanan dengan pendekatan variasi

olahan produk dan branding image (Mulyani dkk., 2019).


2.2. Analisis Mikrobiologi

Analisis mikrobiologi merupakan

2.2.1. Uji Staphylococcus aureus pada Produk Perikanan di UPT

PMP2KP, Surabaya

2.2.1.1. Pengertian Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah gram positif berbentuk bola

yang tersusun berkelompok seperti buah anggur, tak bergerak,

fakultatif aerob dan dapat tumbuh pada produk-produk yang

mengandung garam (NaCl) sampai 16 %. Mekanisme

pencemarannya melalui kulit, hidung dan tenggorokan

manusia. Bentuknya bulat (cocus) atau lonjong (0,8 smapai

0,9), jenis yang tidak bergerak, tidak berspora dan gram positif.

Tersusun dalam kelompok seperti buah anggur. Pembentukan

kelompok ini terjadi karena pembelahan sel terjadi dalam tiga

bidang dan sel anaknya cenderung dekat dengan sel induknya.

Bersifat aerob dan tumbuh baik pada pembenihan yang

sederhana pada temperatur optimum 37°C dan pH 7,4.

Keberadaan Staphylococcus aureus pada saluran pernapasan

atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit,

individu sehat biasanya hanya berperan sebaai karier. Infeksi

serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena

adanya perubahan hormon, adanya penyakit, luka, atau


perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang

memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.

Klasifikasi bakteri S.aureus menurut Syahrurahman (2010) :

Domain : Bacteria

Kingdom : Eubacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacilli

Oeder : Bacillales

Family : Staphylococcaceae

Genius : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Kerusakan pada produk perikanan segar dapat terjadi secara

biokimia maupun secara mikrobiologi. Kerusakan biokimia

disebabkan oleh adanya enzim-enzim dan reaksi-reaksi

biokimia yang masih berlangsung pada tubuh ikan segar.

Sementara itu kerusakan mikrobiologi disebabkan karena

aktivitas mikrobia, terutama bakteri. Staphylococcus aureus

salah satu bakteri penyebab kerusakan pada ikan layang.

Keracunan makanan dapat disebabkan kontaminasi

enterotoksin dari Staphylococcus aureus. Gejala keracunan

ditandai oleh rasa mual, muntah- muntah, dan diare yang hebat

tanpa disertai demam. Tuntutan konsumen terhadap jaminan

dan keamanan pangan pada produk perikanan semakin


meningkat. Untuk memberikan jaminan dan keamanan mutu

salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah melakukan

pengujian mikrobiologi salah satunya melakukan pengujian

Staphylococcus aureus (Sutriani , 2018). Dalam melakukan uji

S.aureus di perlukan Uji Koagulase untuk menghasilkan

koagulase suatu protein yang mirip enzim yang dapat

menggumpalkan plasma yang telah diberi oksalat atau sitrat

dengan bantuan suatu faktor yang terdapat pada banyak serum.

Faktor serum bereaksi dengan koagulase untuk menghasilkan

enterase dan menyebabkan aktivitas pembekuan. Koagulase

dapat mendapatkan fibrin pada permukaan Staphylococcus.

Staphylococcus aureus membentuk koagulase positif dianggap

mempunyai potensi menjadi patogen invasive. Selain itu , uji

tambahan seperti Uji Katalase perlu dilakukan untuk

menghasilkan katalase yang mengubah hyrogen peroksida

(H2O2) menjadi air dan oksigen. Tes katalase membedakan

Staphylococcus positif dari Streptococcus yang negatif.

2.2.1.2. Metode Spread Plate (cawan sebar)

Sesuai dengan SNI.2332.9 : 2015 , untuk menentukan jumlah

Staphylococcus aureus menggunakan metode cawan sebar. Menurut

Damayanti dkk. (2020), Metode ini adalah suatu teknik di dalam

menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara pat

menuangkan stok kultur bakteri di atas media yang telah padat.

teknik penanaman tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan.


pada metode cawan sebar dapat digunakan untuk memperkirakan

jumlah bakteri dalam satu sel. Adapun kekurangan pada metode ini

adalah cukup sulit saat meratakan suspensi dengan batang bengkok,

untuk menumbuhkan koloni secara merata, biakan justru dapat

terkontaminasi.

2.2.1.3. Media Uji Staphylococcus aureus

Untuk menguji s.aureus diperlukam media Baird parker agar

(BPA) untuk menumbuhkan koloni dan Media BFP sebagai media

pengenceran. Media BPA (Baird Parker Agar) merupakan media

selektif untuk Staphylococcus. Kandungan lithium klorida pada

media ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain selain

Staphylococcus, selain itu kandungan sodium piruvat yang juga

terkandung dalam BPA dapat merangsang pertumbuhan

Staphylococcous.

Hasil kultur yang menunjukkan ciri-ciri khas Staphylococcus

aureus kemudian di lanjutkan ke pewarnaan gram untuk melihat

sifat: gram dan morfologi bakteri. Staphylococcus aureus merupakan

bakteri gram positif dan berbentuk kokus bergerombol (Ibrahim dkk.,

2017). Sedangkan media BFP (Butterfields Phosphate Buffered)

adalah larutan buffer yang memiliki pH 7,2 yang sering digunakan

dalam persiapan kultur bakteri. Fungsi dari larutan BFP adalah

sebagai larutan pengenceran serta penyangga karena memiliki variasi

pH yang luas. komposisi dari larutan BPB adalah KH 2PO4 dan

Distilled Water. (Ibrahim dkk., 2017).

2.3. Analisis Kimia


Pada hakikatnya ilmu kimia memiliki dua dimensi, yaitu kimia

sebagai produk dan kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk berkaitan

dengan pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan

teori, sedangkan kimia sebagai proses berkaitan dengan kerja ilmiah di

laboratorium. Melalui kegiatan praktikum di laboratorium siswa akan

lebih termotivasi dalam belajar dikarenakan oleh terlibatnya seluruh indra

dalam pengamatan dan percobaan yang dilakukan ketika praktikum

berlangsung. Pemanfaatan laboratorium secara efektif merupakan salah

satu syarat dalam pembelajaran kimia, khususnya pada materi praktikum

(Dewi dkk., 2019).

Ilmu kimia dikembangkan melalui eksperimen-ekperimen di

laboratorium, sehingga laboratorium memiliki peran penting, namun

kenyataannya tidak semua lembaga pendidikan memiliki fasilitas

laboratorium yang memadai (Dewi dkk., 2019). Laboratorium yang

lengkap dapat menunjang kegiatan praktikum. Pelaksanaan praktikum di

Laboratorium kimia sangat tergantung pada ketersediaan alat dan bahan,

apabila alat dan bahan memadai maka pelaksanaan praktikum akan

berjalan dengan baik (Anggraini, 2016). Agar kegiatan praktikum dapat

terlaksana dengan baik, laboratorium kimia harus memiliki manajemen

yang baik (Kristianingrum, 2012). Manajemen laboratorium kimia harus

memiliki perangkat-perangkat yaitu tata ruang, alat yang berfungsi dan

terkalibrasi, infrastruktur laboratorium, administrasi laboratorium,

inventarisasi dan keamanan laboratorium, organisasi laboratorium, fasilitas


pendanaan, disiplin yang tinggi keterampilan, peraturan umum,

penanganan masalah umum dan jenis pekerjaan (Sitorus dan Sutiani,

2013).

2.2.2. Analisa Logam Berat pada Produk Perikanan di UPT PMP2KP,

Surabaya

2.2.2.1. Pengertian Logam Berat

Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa

jenis lebih besar dari 5 g/cm3 . Logam berat merupakan zat

pencemar yang berbahaya karena memiliki sifat tidak dapat

terdegradasi secara alami dan cenderung terakumulasi dalam

air, sedimen dasar perairan, dan tubuh organisme. Logam berat

merupakan komponen alami yang terdapat di kulit bumi yang

tidak dapat didegradasi ataupun dihancurkan dan merupakan

zat yang berbahaya karena dapat terjadi bioakumulasi.

Bioakumulasi adalah peningkatan konsentrasi zat kimia dalam

tubuh mahluk hidup dalam waktu yang cukup lama,

dibandingkan dengan konsentrasi zat kimia yang terdapat di

alam (Supriyatin dan Soenardjo, 2015).

2.2.2.2. Karakteristik Logam Berat

2.2.2.3. Macam Macam Logam Berat

a. Arsenik (As)

Arsen merupakan satu unsurpaling beracun dan

dijumpaidalam tanah, air dan udara. Secara alami arsen


dihasilkan dari letusan gunung vukanik yang dapat

melepaskan sekitar 3000 ton setiap tahun. Meskipun

demikian aktivitas manusialah yang diduga bertanggung

jawab atas pelepasan arsen lebih dari 80.000 ton tiap tahun

karena pembakaran bahan bakar dari fosil dan berbagai

kegiatan industri. Arsen banyak ditemukan di dalam air

tanah, terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk tereduksi,

ter- bentuk dalam kondisi anaerobik, sering disebut arsenit.

Arsenat adalah bentuk teroksidasi yang terjadi pada kondisi

aerobik, (Titin, 2010).

b. Kadmium (Cd)

Kadmium adalah produk sampingan dari produksi

seng. Tanah dan batuan, termasuk batu bara dan mineral

pupuk, mengandung beberapa jumlah kadmium. Kadmium

memiliki banyak aplikasi, misalnya dalam baterai, pigmen,

plastik dan coating logam dan secara luas digunakan dalam

elektroplating Kadmium dan senyawanya diklasifikasikan

sebagai karsinogen bagi manusia oleh Badan Internasional

untuk Penelitian Kanker. Kadmium dilepaskan ke

lingkungan melalui kegiatan alam seperti letusan gunung

berapi, pelapukan, transportasi sungai dan beberapa

aktivitas manusia seperti pertambangan, peleburan,

merokok tembakau, pembakaran limbah, dan pembuatan


pupuk. Meskipun emisi kadmium telah terasa berkurang di

negaranegara yang paling maju, itu adalah sumber tersisa

ketakutan bagi para pekerja dan orang-orang tinggal yang

di daerah tercemar. Kadmium dapat menyebabkan

intoksikasi baik yang akut dan kronis (Chakraborty et

al.,2013).

c. Timbal (Pb)

Timbal tersebar di alam dalam jumlah yang sangat

sedikit. Penyebaran logam ini diseluruh lapisan bumi

hanya sekitar 0,0002% dari kerak bumi. Timbal dapat

berbentuk logam murni maupun senyawa inorganik dan

organik. Dalam bentuk apapun logam ini memiliki

dampak toksisitas yang sama bagi makhluk hidup. Timbal

sifatnya lunakdanberwarnacokelat kehitaman, serta mudah

dimurnikan dari pertambangan. Senyawa ini banyak

ditemukan dalam pertambangan seluruh dunia. Logam ini

bertitiklebur rendah,mudahdibentuk,mempunyai sifat

kimia yang aktif, sehingga dapat digunakan untuk melapisi

logam untuk mencegah perkaratan. Bila dicampur dengan

logam lain, membentuk logam campuran yang lebih bagus

daripada logam murninya, mempunyai kepadatan melebihi

logam lain. (Titin, 2010)

d. Merkuri (Hg)
Air raksa atau merkuri(Hg) adalah logam yang ada

secara alami, merupakan satu-satunya logam yang pada

suhu kamar berwujud cair. Logam murni berwarna

keperakan/putih keabu-abuan, cairan tak berbau, dan

mengkilap. Bila dipanaskan sampai suhu 3570C, Hg akan

menguap. Walaupun Hg hanya terdapat dalam konsentrasi

0,08 mg/kg kerak bumi, logam ini banyak tertimbun di

daerah pertambangan. Merkuri dianggap logam berat

paling beracun di lingkungan. Keracunan merkuri disebut

sebagai acrodynia atau penyakit pink. Merkuri dilepaskan

ke lingkungan oleh kegiatan industri seperti farmasi,

kertas dan pengawet pulp, industri pertanian, dan klorin

serta industri produksi soda kaustik (Morais et al.,2012).

Merkuri memiliki 32 Logam Berat Sekitar Manusia

kemampuan untuk menggabungkan dengan unsur-unsur

lain dan membentuk merkuri organik dan anorganik.

Paparan peningkatan kadarlogam, merkuri organik dan

anorganik dapat merusak otak, ginjal dan janin yang

sedang berkembang (Alina et al.,2012).

e. Timah Putih (Sn)

Timah putih (Sn) adalah logam berwarna putih

keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3,

serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang


tinggi. Logam timah putih bersifat mengkilap dan mudah

dibentuk. Timah diperoleh terutama dari mineral kasiterit

yang terbentuk sebagai oksida, tidak mudah teroksidasi,

sehingga tahan karat. Kehadiran logam berat timah pada

konsentrasi yang tinggi di kolom peraian akan

membahayakan organisme perairan laut mulai dari

menghambat proses metabolisme hingga menyebabkan

kematian biota. (Setyaningrum dkk, 2018)

2.2.2.4. Pengujian Logam Berat dengan Instrumen ICP-MS

ICP-MS secara sederhana dapat dipandang sebagai

gabungan plasma induksi (Inductively Coupled Plasma) dengan

spektrometer massa. ICP sebagai sumber pengion telah sukses

digunakan selama puluhan tahun pada spektroskopi optik Emisi

(Atomic Emission Spectrometry). Penggabungan ICP dengan

spektroskopi optik Massa (Mass Spectrometry) merupakan

terobosan baru dalam dunia teknik analisis multi unsur dan

isotop. Alat ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan

dengan pendahulunya (AAS dan ICP-AES) yaitu mempunyai

latar lebih sederhana, batas deteksi lebih rendah dan dapat

memberi informasi kelimpahan isotop. ICP-MS mulai

dikomersialkan pad a tahun 1984. Saat ini penggunaan ICP-

MS sudah meluas dalam berbagai bidang seperti geologi,


industri, makanan, kesehatan, lingkungan dan lain-lain

sebagainya(Syarbaini,2014)

ICP-MS mempunyai beberapa komponen utama di

antaranya adalah ICP, interface, lensa, mass analyzer dan

detektor. ICP berfungsi sebagai sumber pengion. Larutan

sampel dengan bantuan pengemban gas argon disemprotkan

oleh nebulizer ke dalam plasma. Oleh nebulizer larutan sampel

berubah berupa butiranbutiran halus (aerosol). Proses yang

terjadi dalam ICP adalah penguapan, penguraian, eksitasi dan

ionisasi. (Syarbaini, 2014)

2.2.3. Analisis Residu Antibiotik Kloramfenikol pada Produk Perikanan

di UPT PMP2KP, Surabaya

2.2.3.1. Metode ELISA

Metode ELISA (Enzyme linked Immunosorbent Assay)

merupakan analisis kuantitatif yang menunjukkan reaksi

antigen-antibodi melalui perubahan warna yang diperoleh

dengan menggunakan konjugat terkait enzim dan substrat

enzim. Metode ELISA digunakan dalam mengidentifikasi

keberadaan dan konsentrasi molekul dalam cairan biologis

(Ipandi, dkk., 2019).

Seiring dengan kebutuhan deteksi antigen atau antibodi

secara secara sensitif dan spesifik, maka Teknik ELISA telah


banyak digunakan. Inovasi Teknik ELISA telah berkembang

pesat yang tujuannya adalah untuk mendapatkan hasil yang

optimal. Penjelasan berikut ini adalah contoh inovasi teknik

ELISA yaitu diantaranya ELISA Direct, ELISA Indirect,

ELISA Sandwich, ELISA Competitive dan lain-lain (Santosa,

2020).

2.2.3.2. Kloramfenikol

Kloramfenikol merupakan antibiotik berspektrum luas yang

memiliki aktivitas melawan bakteri aerobik, anaerobik dan

fungi. Kloramfenikol banyak digunakan karena harganya yang

relatif murah. Kloramfenikol dianggap dapat menghambat

timbulnya penyakit serta meningkatkan berat dari produk

budidaya. Ketidaksadaran para pembudidaya dalam

menggunakan antibiotik seperti kloramfenikol ternyata

menimbulkan efek negatif (Juliana dan Yulian, 2020).

Penyalahgunaan antibiotik ini dapat mengakibatkan

tertinggalnya bahan kimia sebagai residu dalam daging udang

yang berdampak pada gangguan kesehatan konsumennya.

Residu kloramfenikol akan mengakibatkan anemia aplastik,

gangguan lambung, usus, neuropati optis dan perifer, radang

pada mulut dan kerusakan sumsum tulang belakang serta

penyebab grey syndrome pada bayi (Juliana dan Yulian, 2020).

2.2.3.3. Antibiotik
Antibiotik adalah obat yang berasal dari seluruh atau bagian

tertentu mikroorganisme dan digunakan untuk mengobati

infeksi bakteri. Antibiotika tidak efektif untuk melawan virus.

Antibiotik selain membunuh mikroorganisme atau

menghentikan reproduksi bakteri juga membantu sistem

pertahanan alami tubuh untuk mengeleminasi bakteri tersebut

(Fernandez, 2013).

Antibiotik memiliki sifat toksisitas tinggi terhadap target

dan relatif rendah bagi manusia. Antibiotik bukan ditujukan

untuk pembunuhan virus. Antibiotik dibagi menjadi beberapa

golongan berdasarkan struktur kimia, sifat toksisitas selektif,

mekanisme kerja terhadap target, aktivitas, maupun daya

hambat antibiotik yang antara lain yaitu Golongan pertama

yaitu golongan beta-laktam (golongan sefalosporin, golongan

monosiklik, dan golongan penisilin). Kedua, yaitu golongan

aminoglikosida yang dihasilkan oleh fungi jenis

Micromonospora dan Streptomyces. Ketiga, antibiotik

golongan tetrasiklin yang memiliki spektrum antibakteri lebih

luas. Keempat, antibiotik golongan makrolida yang akan

menebabkan resistensi bila dikonsumsi dalam jangka waktu

lama. Kelima, antibiotik golongan linkomisin yang memiliki

spektrum kerja lebih singkat dibandingkan dengan golongan

makrolida. Keenam, golongan kuinolon yang hanya sesuai


digunakan untuk infeksi saluran kemih. Ketujuh, antibiotik

golongan kloramfenikol yang memiliki spektrum luas

(Pamungkas, 2019).

III
III RENCANA KEGIATAN

3.1 Tempat dan Waktu

Kegiatan PKL akan dilaksanakan di UPT. PMP2KP Surabaya, Jl.

Pagesangan II No. 56 B, Kecamatan Jambangan, Kota Surabaya, Jawa timur pada

tanggal 17 Januari-18 Februari 2022.

3.2 Metode Kerja

Metode kerja yang akan digunakan dalam PKL ini adalah metode deskriptif.

Metode deskriptif merupakan metode dalam meneliti objek ataupun peristiwa

pada masa sekarang. Tujuan dari metode ini adalah untuk memberikan deskripsi

atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-

sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Linarwati dkk., 2016). Metode

kerja pada saat PKL dilaksanakan dengan mengamati dan mengikuti semua

kegiatan analisa produk perikanan kering serta manajemen laboratorium di UPT.

PMP2KP Surabaya.

3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpulkan serangkaian

informasi atau fakta-fakta yang ada di lapangan. Data yang terkumpul merupakan

bahan utama yang menjadi inti dari objek penelitian (Handayani dkk., 2018). Data
yang akan diambil pada PKL kali ini berupa data primer dan sekunder yang

diperoleh melalui beberapa metode.

3.3.1 Data Primer

Data primer adalah data yang didapat langsung dari narasumber. Data

primer dapat dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan partisipasi aktif

(Pratiwi, 2015). Data primer yang akan dikumpulkan pada PKL ini merupakan

data yang ada di lapangan.

A. Observasi

Observasi merupakan kegiatan yang melibatkan panca indera. Observasi

dilakukan dengan mengamati secara langsung objek yang akan diteliti (Mania,

2017). Pada PKL ini kegiatan observasi akan dilakukan secara langsung di

lapangan.

B. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan yang berlangsung antara dua orang atau

lebih antara narasumber dan pewawancara. Wawancara dilakukan untuk

mendapatkan informasi dengan cara penyampaian secara langsung dari narasumber

(Rachmawati, 2007). Pada PKL ini wawancara akan dilaksanakan dengan pihak

perusahaan untuk mendapatkan informasi terkait hal yang berhubungan dengan

tujuan PKL.
C. Partisipasi Aktif

Partisipasi aktif merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara mengikuti

secara langsung kegiatan yang ada di suatu lembaga. Pada PKL ini mahasiwa akan

mengikuti kegiatan analis mutu produk perikanan dan manajemen laboratorium di

UPT. PMP2KP Surabaya. Partisipasi aktif mahasiswa nantinya akan didampingi

secara langsung oleh pihak perusahaan.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui

media perantara. Data sekunder berisikan informasi yang berkaitan dengan data

primer sebagai data pendukung (Pratiwi, 2015). Data sekunder yang akan

digunakan pada PKL kali ini berasal dari studi pustaka jurnal, buku, maupun

artikel ilmiah lainnya.

3.4 Jadwal Kegiatan PKL

Tabel 2. Jadwal Kegiatan PKL

Desember Januari Februari Maret April


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
1.1 Ijin
1.2
Sigi/Survey
Lapangan
2. Penyusunan
Usulan PKL
3. Konsultasi
Usulan PKL
4. Pelaksanaan
PKL
5. Penyusunan
Laporan
PKL
6. Konsultasi
Laporan
PKL
7. Ujian PKL
8. Penyerahan
Laporan
PKL
LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar pertanyaan

A. Pertanyaan Umum

1. Kapan UPT. PMP2KP ini berdiri?

..........................................................................................................................

2. Apakah Visi dan Misi dari UPT. PMP2KP Surabaya?

..........................................................................................................................

3. Bagaimanakah struktur organisasi yang ada di UPT. PMP2KP Surabaya?

..........................................................................................................................

4. Berapa jumlah tenaga kerja yang ada di UPT. PMP2KP Surabaya?

.........................................................................................................................

B. Pertanyaan Pengujian Organoleptik Produk Kering Perikanan

1. Bagaimana prinsip kerja ELISA ?

.........................................................................................................................

2. Bagaimana cara analisa residu antibiotik kloramfenikol pada produk

perikanan?

.........................................................................................................................

3. Bagaimana cara menghitung kadar kloramfenikol pada produk perikanan?

.........................................................................................................................

4. Apa kendala pada saat analisa kroramfenikol produk perikanan ?

.........................................................................................................................
C. Pertanyaan Uji Staphylococcus aureus pada Produk Perikanan di UPT

PMP2KP, Surabaya

1. Apa itu Staphylococcus aureus?

.........................................................................................................................

2. Bagaimana Cara Uji Bakteri Staphylococcus aureus pada Produk

Perikanan?

.........................................................................................................................

3. Bagaimana ciri-ciri seseorang yang terkena kontaminan Staphylococcus

aureus?

.........................................................................................................................

4. Dimana sumber kontaminasi Staphylococus aureus Berada?

.........................................................................................................................

D. Pertanyaan Analisa Logam Berat pada Produk Perikanan di UPT

PMP2KP Surabaya

1. Bagaimana Prinsip Kerja Instrumen ICP-MS?

.........................................................................................................................

2. Bagaimana prosedur kerja analisa logam berat pada produk perikanan?

.........................................................................................................................

3. Bagaimana cara menghitung konsentrasi logam berat pada produ

perikanan?

.........................................................................................................................

4. Apa kendala pada saat analisa logam berat pada produk perikanan?
........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
DAPUS

Alina M, Azrina A, Mohd Yunus AS, Mohd Zakiuddin S, Mohd Izuan Ef endi H,

Muhammad Rizal R. 2012. Heavymetals (mercury, arsenic, cadmium,

plumbum) in selected marine f sh and shellf sh along the Straits of

Malacca. Int Food ResJ; 19(1): 135–140

Anggraini, P. Dian. (2016). Analisis Kesulitan Mahasiswa dalam Perkuliahan dan

Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Pendidikan Biologi FKIP UNISBA.

Konstruktivisme. Jurusan Pendidikan Biologi UNISBA, Vol.8 No.1 Hal

61-71.

Chakraborty S,Dutta A.R.,dkk.2013.Ailingbonesandfailing kidneys: a case of

chronic cadmium toxicity. AnnClinBiochem 50(5): 492–495.

Damayanti E.W.N. , Abadi F.M. , Bintari D.W.N. 2020. Perbedaan jumlah

bakteriuri pada wanita lanjut usia berdasarkan kultur mikrobiologi

menggunakan teknik cawan tuang dan cawan sebar. Meditory. Vol. 8, No.

1, Juni 2020

Devi Trisna P.K, Suamba Ketut I, Artini P.W.N. 2016. Analisis pengendalian

mutu pada pengolahan ikan pelagis di PT Perikanan Nusantara

(Persero) Cabang Benoa Bali. E-jurnal Agribisnis dan Agrowisata.

Vol.5, No.1.

Dewi D.A.K.D.S., Sastrawidana D.K., dan Wiratini N.M. 2019. Analisis

Pengelolaan Alat dan Bahan Praktikum pada Laboratorium Kimia di SMA

Negeri 1 Tampaksiring. Jurnal Penfifikan Kimia Undiksha Vol. 3 No.1


Fernandez, B. A. M. 2013. Studi Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Di

Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat – NTT. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Universitas Surabaya. 2(2): 1-17.

Handayani, I., Febriyanto, E., & Bachri, E. W. 2018. Aplikasi Stat Counter

Sebagai Alat Monitoring Aktivitas Website PESSTA+ Pada Perguruan

Tinggi. SISFOTENIKA, 8(2), 188-197.

Ibrahmi J. Kiramang K. Irmawaty. 2017. Tingkat Cemaran Bakteri

Staphylococcus aureus pada Daging Ayam yang Dijual Di Pasar

Tradisional Makassar. JIIP Jurnal Ilmu dan Industri Perternakan - Vol.3,

No.3.

Imbir, E., Onibala, H., Pongoh, J. 2015. Studi pengeringan ikan layang

(Decapterus sp) asin dengan penggunaan alat pengering surya. Jurnal

Media Teknologi Hasil Perikanan. 3(1):13-18

Ipandi, I., Sa’adi, A., dan Sudjarwo. 2019. Verifikasi Metode ELISA (Enzym

Linked Immunosorbent Assay) untuk Penentuan Kadar AMH (Anti

Mullerian Hormone). Jurnal Surya Medika. 5(1): 201-208.

Juliana dan Yulian. 2020. Identifikasi Kloramfenikol pada Udang Vaname

(Litopenaeus vannamei) Menggunakan High Performance Liquid

Chromatography (HPLC). AMINA. 2(1): 13-18.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2015. Ikan-ikan Ekonomis Penting di

Indonesia. Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Kristianingrum, S. (2012). Manajemen Laboratorium Kimia. Disampaikan

sebagai materi Pelatihan dalam Rangka Pendidikan dan Latihan


Kepala Laboratorium Bagi Guru-guru Kimia Kabupaten Purworejo

dan Magelang Di FMIPA UNY.

Linarwati M. 2016. Studi Deskriptif Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Serta Penggunaan Metode Behavioral Event Interview dalam

Merekrut Karyawan Baru di Bank Mega Cabang Kudus. Journal of

Management Vol. 2, No. 2 : 1.

Morais S, Costa FG, Pereira ML. 2012. Heavy Metals and Human Health, in

Environmental health – emerging issues and practice(Oosthuizen J ed), pp.

227–246, InTech

Mulyani S, Florina D.I, Hendrayana. 2019. Peningkatan nilai tambah produk

perikanan melalui variasi olahan dan branding produk di Desa Surodadi,

Kabupaten Tegal. Dinamika Journal. Vol. 1, No. 4.

Pamungkas, C. 2019. Edukasi Penggunaan Obat Antibiotik terhadap Pasien di

Apotek Sawitan Kabupaten Magelang. Universitas Sebelas Maret.

Surakarta. 5 hal.

Prabowo I, Adharani N, Mutamimah D. 2020. Pembuatan Lumpia Udang sebagai

Inovasi Produk Perikanan. Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan, Vol.

2(1):15-21.

Risky H.J., Moniharapon T., dan Nelce M.M. 2019. Metode Aplikasi Serbuk Biji

Atung (Parinarium glaberimum, HASSK) terhadap Nilai Kadar Air Ikan

Lalosi (Casio sp.) Asin Kering. Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan

Perikanan 2019 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpattin Ambon

18-19 Desember 2019


Rumalean B.I. 2019. Analisis Efektivitas Kerjasama Bilateral Indonesia dan

Filipina dalam Menangani IUU(Illegal Unreported, and Unregulated)

Fishing di Maluku Utara Tahun 2015-2018. Skripsi. Universitas Islam

Indonesia. Yogyakarta.

Santosa, B. 2020. Teknik ELISA : Metode ELISA untuk Pengukuran Protein

Metallothionein Pada Daun Padi Ir Bagendit. Unimus Press. 36 hal.

Setyaningrum E.W., Dewi A.T.K, Yuniartik M., Masithah E.D. 2018. Analisis

Kandungan Logam Berat Cu, Pb, Hg, dan Sn Terlarut di Pesisir Kabupaten

Banyuwangi.

Sitorus M. Dan Sutiani A. 2013. Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium

Kimia. Graha Ilmu. Yogyakarta

Supriyantin, E dan N. Soenardjo. 2015. Kandungan logam berat timbal (Pb) dan

tembaga (Cu) pada akar dan buah mangrove Avicennia marina di perairan

Tanjung Emas Semarang. Jurnal Kelautan Tropis 18 (2): 98-106.

Sutriani. 2018. Pengujian bakteri jenis Staphylococcus aureus pada ikan layang

segar (Decapterus Sp). Politeknik pertanian negeri pangkep.

Syahrurachman. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Binarupa

Aksara Publishers 2010

Syarbaini. 2014. Teknologi ICP-MS dan Aplikasinya untuk Studi Radioaktivitas

Lingkunan. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif,

BATAN. Hal 208-216

Titin A. 2010. Kontaminasi logam berat pada makanan dan dampaknya pada

kesehatan. Teknubuga; 2(2): 53-65.

Anda mungkin juga menyukai