I. PENDAHULUAN
yang dapat hidup di perairan tawar, laut atau payau dan berasal dari proses
seperti tannin, flavonoid, saponin yang dapat bermanfaat pada tubuh manusia.
Mikroalga juga berpotensi menjadi bahan baku alternatif dalam bidang industri.
Adapun salah satu mikroalga yang berpotensi sebagai alternatif bahan baku
sebagai antivirus, anti bakteri dan anti jamur dalam tubuh manusia (Widowati et
al., 2015). Selain itu, Spirulina sp. juga memiliki nutrisi tinggi dan senyawa
bioaktif seperti phycocyanin sehingga menjadi salah satu mikroalga yang banyak
dipelajari (Diini et al., 2015). Adanya kandungan fitokimia yang cukup tinggi
bahan baku alternatif dalam bidang industri. Keunggulan yang dimiliki Spirulina
sp. dari jenis mikroalga yang lain adalah siklus pertumbuhan yang singkat, proses
harvesting dan dewatering berkelanjutan, efisien energi, dan hemat biaya dalam
mengandung unsur hara yang cukup. Limbah cair tahu mempunyai peluang
anorganik ini berasal dari bahan organik seperti protein, kabohidrat, lemak
perkembangan mikroalga selain CO2, suhu, dan salinitas adalah metode kultivasi
dan hasil pengukuran OD selama masa kultivasi dapat ditunjukkan melalui kurva
pemanenan sesuai dnegan waktu yang ditunjukkan pada kurva (Priyatno, 2016).
sp. menujukkan bahwa mikroalga jenis ini memiliki kandungan kalsium yang
tinggi untuk mengobati suatu penyakit (Markou et al., 2012). Spirulina sp.
memiliki kandungan kalsium 512,53 mg Ca/100g pada air laut dan 110,89 mg
Ca/100g pada air tawar (Salmean et al., 2015). Berbagai penelitian tentang limbah
cair tahu telah dilakukan, salah satunya adalah penelitian Rini (2012) dengan
perlakuan konsentrasi limbah cair tahu 15%, 20%, 25%, dan 30%, menunjukkan
pertumbuhan Chlorella sp. tertinggi dihasilkan pada konsentrasi 25% dengan rata-
sumber nutrisi, pakan ikan, produk kosmetik, biofertilzer, atau sebagai sumber
antimikroba dan juga sebagai sumber bahan baku untuk bahan bakar.
berpotensi di masa depan. Untuk itu diperlukan riset lebih lanjut salah satunya
tersebut.
pada media yang terbuat dari limbah cair tahu terbatas (minim), maka penelitian
Spirulina sp. pada media yang terbuat dari limbah cair tahu melalui kultivasi
limbah cair tahu yang berbeda terhadap pertumbuhan Spirulina sp. dan kandungan
manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi ilmiah mengenai
1.4. Hipotesis
Spirulina sp.
H1 : Ada efek konsentrasi limbah cair tahu terhadap pertumbuhan Spirulina sp.
5
Sungai merupakan salah satu sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan
Hidup (2014), sebanyak 75% sungai di Indonesia tercemar berat akibat limbah
industry dan limbah rumah tangga termasuk Sungai Siak di Kota Pekanbaru.
Sistem pembuangan air limbah yang buruk menyebabkan hal ini terjadi. Saluran
pembuangan air limbah (SPAL) serta instalansi Pembuangan Air Limbah (IPAL)
yang kurang memadai mengakibatkan kualitas air sungai menurun (Dawud et al.,
2016).
Pada daerah aliran Sungai Siak berlangsung berbagai kegiatan yang dapat
and paper, kelapa sawit, crumb rubber, plywood), perkebunan, rumah tangga dan
kualitas air Sungai Siak. Bahan pencemar yang masuk ke Sungai Siak ada yang
berupa limbah cair, sedimen, nutrien, logam beracun, zat kimia beracun, pestisida,
organisme patogen dan sampah rumah tangga. Beban limbah terbesar yang masuk
ke dalam Sungai Siak adalah limbah cair yang bersumber dari kegiatan industri,
hidup di dalamnya, salah satunya yaitu mikroalga. Kondisi perairan Sungai Siak
(Delgado, 2007).
Pemanfaatan limbah organik yang kaya akan bahan organik sebagai sumber
Spirulina sp. Salah satu limbah organik yang ketersediannya melimpah dan
mudah didapat yaitu limbah cair pabrik tahu. Limbah cair tahu merupakan salah
satu hasil proses pembuatan tahu selain limbah padat tahu. Limbah cair tahu
memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro yang sesuai dengan kebutuhan
normal badan air penerima 600C-800C, warna limbah putih kekuningan dan keruh,
pH<7, COD 1534 mg/L. Limbah cair tahu mengandung bahan organik seperti
2013). Limbah cair tahu berpotensi menjadi pupuk alternatif yang murah daripada
2.3. Mikroalga
makanan sendiri. Habitatnya di tempat yang lembab, air tawar dan air laut.
selain itu mikroalga juga berperan sebagai rantai makanan terbawah, yaitu sumber
berkembang pada kisaran suhu 20-30ºC dengan derajat keasaman (pH) berkisar
terutama di perairan tawar dan hidup dalam bentuk soliter maupun koloni.
species, sebagian besar belum dikenali dan belum bisa dikultivasi (dibiakkan
dapat dikenali, dan 15.000 komponen kimia penyusun biomasnya telah diketahui
ditemukan di berbagai tipe lingkungan baik di perairan payau, laut, dan tawar
(Ciferri, 1983 dalam Hidayati, 2014). Klasifikasi Spirulina sp. menurut Bold dan
mempunyai spiral, tidak bercabang, autotrof, dan berwarna biru kehijauan. Bentuk
tubuh Spirulina sp. yang menyerupai benang merupakan rangkaian sel yang
berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis, berdiameter 1-12 µm. Spirulina
9
sp. berwarna hijau tua dalam koloni besar yang berasal dari klorofil dalam jumlah
air tawar, payau, dan laut. Spirulina sp. dapat tumbuh di daerah yang tercemar dan
sistem air sisa produksi atau limbah. Bukan hanya itu, Spirulina sp. memiliki
toleransi yang cukup tinggi terhadap salinitas tempat hidupnya, sehingga mampu
hidup di air tawar, payau, dan laut dengan salinitas tinggi. pH yang baik bagi
pertumbuhan Spirulina sp. berkisar antara 7,2-9,5 dan tumbuh baik pada kisaran
1. Fase lag
3. Fase Deklinasi
Fase ini ditandai dengan pembelahan sel tetap terjadi, namun tidak secepat
4. Fase stasioner
5. Fase kematian
Fase kematian, kualitas air memburuk dan nutrient habis hingga ke level
cepat karena laju kematian fitoplankton lebih tinggi daripada laju pertumbuhannya
hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan indikator penilain yang
mempengaruhi kinerja kerja suatu enzim. pH media berkisar antara 7,0- 8,0 cukup
baik digunakan dalam kultur alga di laboratorium (Kurnia, 2016). Nilai pH yang
bersifat sangat basa maupun sangat asam akan mengganggu proses metabolisme
2. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan organisme
bergantung pada lokasi, media yang digunakan, serta jenis mikroalga yang
(Khairul, 2017).
3. Cahaya
matahari yang diperlukan oleh mikroalga dapat digantikan dengan lampu Tube
(Febriani et al., 2020). Adapun kisaran intensitas cahaya yang baik bagi
ada (terlarut) di air. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua makhluk hidup untuk
laboratorium perlu penyediaan oksigen terlarut (DO) yang cukup. Kadar oksigen
terlarut (DO) 3-5 mg/l kurang produktif, 5-7 mg/l produktivitasnya tinggi dan
2. Karbondioksida Bebas
mempengaruhi pH (Ugwu et al., 2015). Semakin tinggi kadar CO2 di atas 33%
3. Nutrien
mikroalga yang terlalu rendah dan tinggi akan mempengaruhi pertumbuhan dan
Adapun unsur hara yang dibutuhkan mikroalga terdiri dari mikro nutrien
dan makro nutrien. Unsur hara makro nutrien didefinisikan sebagai unsur hara
yang digunakan untuk pertumbuhan dan perbanyakan sel. Makro nutrien terdiri
dari karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S),
magnesium (Mg), dan kalsium (C). Sedangkan mikro nutrien yang dibutuhkan
antara lain besi (Fe), tembaga (Cu), mangan (Mn), zink (Zn), molibdenum (Mo),
borat (Bo), dan silikon (Si). Nutrien yang diberikan kepada mikroalga tergantung
2012).
dapat berubah menjadi kontaminan yang dapat berasal dari protozoa, zooplankton,
jamur, dan bakteri. Kontaminan dapat berebut makanan dengan mikroalga dan
kontaminan menjadi predator bagi jenis mikroalga yang dikultivasi. Oleh karena
itu, seluruh kegiatan kultivasi mikroalga harus dilakukan secara steril untuk
d. Kemampuan untuk mensintesis lemak sangat tinggi (± 40– 86% berat kering
biomassa),
diantaranya sebagai sumber protein yang baik jika dibandingkan dengan nasi,
sayuran atau gandum. Mikroalga juga mengandung sterol dan DHA (ω3 fatty
acid) yang apabila dikonsumsi oleh manusia (adults) bisa digunakan untuk
menjanjikan di masa depan karena dapat dijadikan sebagai bahan baku industri
atau pemisahan serta ekstraksi zat aktif yang ada pada tanaman mengunakan
metoda kimia. Kajian fitokimia meliputi uraian yang mencakup aneka ragam
senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh organisme, yaitu struktur
belum tampak melalui suatu tes pemeriksaan yang dapat dengan cepat
dengan bahan alam yang tidak memiliki kandungan fitokimia tertentu. Skrining
tanaman obat yang sedang diteliti (Sani et al., 2014). Menurut Khotimah (2015),
skrining fitokimia serbuk simplisia dan sampel dalam bentuk basah meliputi
b. Flovonoid tersusun dari dua cincin aromatis yang terdiri dari 15 atom
karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propana
yang berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus kimia C12H22O11,
d. Tanin adalah senyawa polifenol yang memiliki berat molekul besar serta
e. Triterpenoid adalah kelompok senyawa kimia yang terbentuk dari tiga unit
f. Saponin adalah senyawa dalam bentuk glikosida yang terbesar luas pada
karbohidrat.
17
Universitas Riau Kecamatan Bina Widya Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Bibit
Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat
mengontrol satu atau lebih variable bebas dan melakukan pengamatan terhadap
sebab-akibat dari satu variabel bebas dengan satu atau lebih variabel terikat.
Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi limbah cair tahu
15%, 30%, 45%, 60% dan kontrol (0%). Media kontrol hanya diberi aquades.
Media perlakuan diberi limbah cair tahu sebagai sumber nutrient dan variabel
yaitu masing-masing pada limbah cair tahu yang terdiri dari masing-masing lima
Keterangan:
Yij : jumlah sel Spirulina sp. akibat perlakuan kosentrasi limbah cair tahu
εij : galat akibat pengaruh perlakuan limbah cair tahu ke-i dan ulangan ke-j
Biomassa Mikroalga
kemudian di pindahkan ke 2 botol sampel (volume 200 ml), dan botol tersebut
diberi label (botol A1 adalah sampel segar tanpa pengawet, dan A2 adalah botol
sampel yang telah diberi pengawet dengan lugol). A1 akan digunakan untuk
isolasi murni dan kultur skala laboratorium. Sedangkan A2 akan digunakan untuk
untuk dianalisis.
seperti protozoa, bakteri, plankton dan jenis lainnya, dan menghilangkan kotoran
yang berada pada toples dan alat. Adapun strelisasi alat skala laboratorium di
Riau yaitu dengan cara mencuci alat-alat yang akan digunakan dengan sunlight
dan sikat hingga noda pada alat-alat tersebut hilang. Sterilisasi alat dicuci dengan
air mengalir dan deterjen kemudian disemprotkan sebuah larutan yang berisi
aquades pada alat yang akan digunakan kemudian dikeringkan (Zulaika, 2014).
tingkat magnifikasi okuler terhadap ukuran sampel tersebut (10x10 µm, 10x25
21
µm, 10x40 µm, 10x100 µm). Objek yang didapat difoto, lalu di catat
untuk mendapatkan jenis dan klasifikasi dari mikroalga tersebut. Buku manual
ditemukan dari perairan Sungai Siak tersebut dan berpotensi dijadikan sebagai
bahan baku industri. Teknik isolasi yang digunakan adalah menggunakan metode
pengenceran bertingkat. Metode ini cukup efektif untuk menapis dan mengisolasi
sampel perairan. Berdasarkan sumber dari (Adi Mulyanto, 2010). Mikroalga hasil
isolasi ini dikultur dalam skala laboratorium dan dihitung kelimpahannya dari hari
cair tahu sebagai media kultur. Variasi limbah cair thau ditunjukkan pada Tabel 3.
tahu 15%, 30%, 45%, 60% dan kontrol (0%). Tahap ini bertujuan untuk
mengetahui batas maksimal penambahan limbah air tahu ke dalam media tumbuh.
22
15%, 30%, 45%, 60% dan kontrol (0%) dalam media kultur. Kemudian aquades
ditambahkan sampai total volume media kultivasi sebanyak 1000 mL. Kultivasi
haemocytometer dengan 3 kali pengulangan dan dilakukan pada jam 15.00 setiap
aquades, tabung reaksi, dan gelas ukur volume 10 ml dan telah disterilkan,
dimasukkan dalam tabung reaksi, setelah itu 1 mL air sampel diambil dan
sampel dan dihitung dengan rumus berikut menurut kepada (Mukhlis et al.,
2017).
23
N (sel/L) = n x 10 x 104
3
Keterangan:
N = Kepadatan Mikroalga
n = Jumlah sel setelah pengulangan
10 = Pengenceran
104 = Ketetapan perhitungan
3.5.6. Perhitungan Kualitas Air
yang optimal. Kondisi yang dimaksud adalah suhu dan pH. Pengukuran kualitas
air pada 5 toples mikroalga akan dilakukan pada hari ke-1 hingga hari ke-15 pada
jam 10.00 WIB. Pengkulturan kualitas air dilakukan dengan alat pH meter dan
termometer.
thermometer,
24
yang aman.
3.5.7. Pemanenan
telah dikultur dengan menggunakan kertas saring whatman No. 42. Wadah
saringan dibuat dengan menggunakan botol yang dibelah menjadi dua. Kemudian
sampel. Setelah itu sampel dimasukkan ke dalam penyaring dan dibiarkan selama
Kemudian kertas saring dikeringkan di bawah lampu selama satu hari hingga
kering. Mikroalga yang menempel pada kertas saring dapat digerus hingga
dan berat kering tepung mikroalga pada timbangan digital. Adapun prosedur
Kemudian berat kertas saring dihitung kembali untuk mengetahui berat kering
Spirulina sp.
a. Uji Alkaloid
Sejumlah sampel dilarutkan dalam 10 tetes asam sulfat 2N. Lalu diuji
dibuat dengan cara 10 mL akuades ditambahkan dengan 2,5 gram iodine, dan 2
sebanyak 200 ml. Jika hasil uji ini dinyatakan positif jika endapan nya
dengan cara 1 ml formalin 40%, lalu ditambahkan 5 ml asam sulfat pekat. Jika
hasil uji dinyatakan positif jika endapan nya berwarna ungu anggur, merah atau
b. Uji Flavonoid
panas, lalu dididihkan selama 5 menit. Setelah itu sampel di saring, dan difiltrat
sebanyak 5 ml. Kemudian ditambahkan 0,05 serbuk mg, dan 1 ml HCL pekat.
Hasil uji dinyatakan positif jika terbentuk warna merah, kuning atau jingga
(Sutisna, 2000).
c. Uji Steroid
yang kering, lalu ditambahkan 10 tetes anhidra asetat, serta 2 tetes H2SO4 pekat.
26
Terbentuknya larutan berwarna jingga dan ungu untuk pertama kali menunjukkan
d. Uji Saponin
90oC. Kemudian ditambahkan 2 tetes HCL pekat. Hasil uji dinyatakan positif Jika
Analisis data kepadatan populasi sel Spirulina sp. dianalisa secara deskriptif
anava (Analysis of Varian) satu arah dengan taraf signifikansi 0,05 untuk
mengetahui pengaruh limbah cair tahu yang digunakan dalam penelitian terhadap
biomassa populasi Spirulina sp. Apabila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan
Uji Duncan. Jika hasilnya signifikan maka dilanjutkan dengan uji BNT untuk
perlakuan konsentrasi. Konsentrasi yang digunakan antara lain 15%, 30%, 45%,
60% dan kontrol (0%). Parameter yang diukur ialah kepadatan populasi Spirulina
sp. dan biomassa populasi Spirulina sp. Adapun variabel manipulasi yaitu
konsentrasi limbah cair tahu yaitu antara lain 15%, 30%, 45%, 60% dan kontrol
(0%). Sedangkan variabel respon dalam penelitian ini adalah kepadatan populasi
dan biomassa populasi Spirulina sp. Variabel kontrol meliputi volume medium,
jenis medium, spesies Spirulina sp., waktu penebaran bibit, ukuran toples, waktu
3.7 Asumsi
2. Ketelitian peneliti dan akurasi alat yang digunakan dalam menganalisis sampel
dianggap sama.
DAFTAR PUSTAKA
Regista, Ambeng, Litaay, M., dan Umar, M. R. 2017. The research on effect
giving liquid vermikompos Lumbricus rubellus on the of Chlorella sp
BIOMA : Jurnal Biologi Makassar, 2 (1): 1-8.
Widowati, I., M. Zainuri., H.P. Kusumaningrum., dan J.L. Mouget. 2015. Salina
Sustanaible Valorization of Indonesian Phytoplankton in Aquaculture : New
Approaches to Control Infection Deseas. Laporan Penelitian Kerjasama
Luar Negeri dan Publikasi Internasinal. Fakultas Kelautan dan Perikanan.
Universitas Diponegoro. Semarang.
30
LAMPIRAN
1. Pelaksana Penelitian
NIM : 1804111275
2. Dosen Pembimbing I
3. Dosen Pembimbing II
Adapun Rencana pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
1. Biaya Persiapan