Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejarah Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Payau dan Laut

(BPBIAPL) Maribaya Tegal dapat dikatakan dimulai pada tahun 1960 sampai

dengan tahun 2000, diawali dengan berdirinya Tambak Dinas Perikanan Jawa

Tengah.Pada tahun2000 sampai 2003, yang semula bernama Tambak Dinas

Perikanan Jawa Tengah menjadi Unit Pembinaan Budidaya Air Payau Maribaya

Tegal. Tahun 2003 sampai dengan tahun 2008, Satuan Kerja Perbenihan dan

Budidaya Ikan Air Payau Maribaya Tegal. Tanggal 30 Juni 2008 telah diatur dan

ditetapkan Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Maribaya.

BPBIAPL Maribaya ini merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada

dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah.Berdasarkan

Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2008 tugas pokok dari BPBIAPL Maribaya

adalah melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan kegiatan teknis

penunjang di bidang perbenihan dan budidaya ikan air payau dan laut. Sasaran

utamanya adalah akuakultur, dimana komoditas yang dikembangkan pada Ikan

Bandeng (Chanos chanos) secara terkendali untuk selanjutnya dibudidayakan di

tambak.

Bandeng (Chanos chanos) merupakan ikan bernilai ekonomis penting yang

banyak dipelihara di tambak-tambak air payau di Indonesia. Ikan ini merupakan

konsumsi yang berperan penting dalam memenuhi kebutuhan protein masyarakat

karena harganya relatif murah. Untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat

budidaya bandeng telah berkembang dengan pesat (Muntalim, 2007).

1
Ikan bandeng memiliki keunggulan yaitu mudah beradaptasi dan

mempunyai toleransi tinggi terhadap kadar garam 0–158 ppt (Martinez et al.,

2003 dalam Fidyandini et al., 2012) sehingga ikan bandeng dapat dibudidayakan

di perairan tawar, payau dan laut (Lin et al., 2003 dalam Fidyandini et al., 2012).

Ikan bandeng merupakan salah satu komoditas yang memiliki

keunggulan komparatif dan strategis dibandingkan komoditas perikanan lainnya

karena teknologi pembesaran dan pembenihannya telah dikuasai dan berkembang

di masyarakat, persyaratan hidupnya tidak memerlukan kriteria kelayakan yang

tinggi karena toleran terhadap perubahan mutu lingkungan dan merupakan sumber

protein ikan yang potensial bagi pemenuhan gizi serta pendapatan masyarakat

petambak. Cholik et al., (2005) dalam Malik (2008), menyatakan pendapatnya

bahwa ikan bandeng dapat bertahan hidup dalam kisaran salinitas antara 8 – 105

ppt. Pembudidayaan bandeng merupakan salah satu upaya diversifikasi akibat

kemerosotan mutu lingkungan yang diakibatkan oleh mewabahnya penyakit pada

udang. Sehingga berdampak pada menurunnya produksi udang dan banyaknya

tambak yang terlantar karena pemilik mengalami kerugian. Bandeng menurut

Ahmad et al (1998) dalam Malik (2008), adalah komoditas yang tahan terhadap

perubahan mutu lingkungan dan diharapkan dapat mempertahankan produktivitas

lahan tambak. Perkembangan teknologi budidaya bandeng berjalan sangat

lamban, namun menurut Ahmad et al (1998) dalam Malik (2008), bandeng tetap

menjadi komoditas budidaya yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di

Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi logis dari laju pertambahan penduduk dan

kesadaran masyarakat akan arti penting protein ikan.

2
Siklus hidup bandeng menurut Girl et al, 1986 dalam Mas’ud, 2011 di

mulai dari telur yang menetas menjadi larva (pro - larva dan post - larva), benih

bandeng atau juvenil, dan bandeng dewasa. Menurut Ahmad et al (2002) dalam

Mas’ud (2011) mulai dari telur bandeng biasanya terbawa arus ke arah pantai

yang dihasilkan dan pemijahan dari induk bandeng di perairan pantai. Larva

bandeng merupakan bagian dari komunitas plankton di laut lepas yang kemudian

hidup dan berkembang. Habitat larva bandeng berada di perairan pantai berpasir

dan banyak mengandung plankton. Berdasarkan siklus hidupnya benih bandeng

yang tertangkap didalam perairan pantai telah mencapai umur tiga — empat

minggu, berdasarkan dari pengamatan dari benih yang di hasilkan dari

pembenihan dan di bandingkan dengan benih tangkapan diperkirakan benih

bandeng yang di tangkap di daerah pantai pada musimnya telah mencapai usia 21

— 25 hari. Larva yang berumur lebih 20 hari di sebut benih. Habitat benih di

perairan pantai berkarang atau pasir yang kadang — kadang di tumbuhi vegetasi

campuran atau mangrove yang subur, hal ini dikemukan oleh Priyo et al, 1986

dalam Mas’ud, 2011. Benih bandeng hidup diperairan berlumpur yang sedikit

mengandung lumut, sedangkan induk bandeng biasanya berumur lebih dari empat

tahun dan panjang total 70 — 150 cm hidup diperairan pantai karang didaerah

pantai sampai perairan laut dalam (Giri et al, 1986 dalam Mas’ud, 2011).

3
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam

penulisan proposal ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah fluktuasi kualitas air pada tambak budidaya Chanos chanos?

2. Bagaimana pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan Chanos chanos?

1.3. Tujuan

Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan dari pembahasan topik ini ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui fluktuasi kualitas air pada tambak budidaya Chanos

chanos;

2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan Chanos

chanos.

1.4. Manfaat

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam pembahasan topik ini adalah

antara lain sebagai berikut:

1. Mengetahui kualitas air yang baik pada tambak budidaya Chanos chanos;

2. Mengetahui pengaruh kualitas air bagi pertumbuhan Chanos chanos.

4
1.5. Lokasi dan Waktu

Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Balai Perbenihan dan Budidaya

Ikan Air Payau dan Air Laut (BPBIAPL) Maribaya Tegal. Pelaksanaan Praktek

Kerja Lapangan dilakukan selama 2 minggu mulai tanggal 10 Februari 2015 – 23

Februari 2015.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Kondisi Lahan Untuk Kegiatan Budidaya di

BPBIAPL, Maribaya Tegal

Stasiun kegiatan budidaya di BPBIAPL terletak di wilayah pesisir

Kabupaten Tegal, mempunyai luas tanah kurang lebih 40.000 m² dan luas

bangunan 350 m².Tambak di BPBIAPL Maribaya dibagi ke dalam:

No. Tambak/Petak Jumlah Luas (m²) Keterangan


1 Petak A1 1 10.252 Pembesaran
2 Petak A2 1 2.148 Pembesaran
3 Petak A3 1 2.175 Pembesaran
4 Petak B1 1 4.757 Pembesaran
5 Petak B2 1 3.023 Pembesaran
6 Petak C1 1 4.035 Pembesaran
Jumlah 6 26.390
Persiapan lahan dimulai dengan pengeringan, menyiapkan pompa diesel

untuk menyedot air tambak. Air pasok berasal dari sumur bor yang diendapkan ke

dalam petakan tandon melalui pengolahan air secara tertutup. Air tersebut

kemudian diuji kualitasnya, baru digunakan untuk operasional tambak. Dengan

teknologi plastik HDPE, petakan yang luasnya + 2000 m2 dapat diisi dengan

kepadatan 200.000 ekor sekali musim tanam. Pengelolaan air dilakukan dengan

mudah karena petakan tambak relatif kecil. Kincir listrik dipasang setelah air

mencapai ketinggian 50 cm. Sedangkan kincir bertenaga diesel dipasang di

tanggul tambak sebagai kincir cadangan yang berfungsi untuk menambah suplai

oksigen. Sterilisasi air dan lingkungan dilakukan dengan menebarkan bubuk

kaporit ke air tambak sebanyak 30 ppm untuk membunuh virus dan bakteri.

Sedangkan samponin juga bisa digunakan untuk membunuh populasi ikan rucah

6
beserta telor-telornya. Air tambak yang sudah dicampur kaporit kemudian

dikincir. Kemudian dilakukan inokulasi nutrien berupa bakteri bacillus dan

molase/tetes tebu (Endi Faiz Effendi, S.Pi, M.A/Red).

2.2. Chanos chanos

Ikan Bandeng di alam bebas hidup di laut, telurnya di temukan pada jarak 8

– 26 Ion dart pantai pada laut yang dalamnya lebib dari 40 in, telurnya terapung

melayang dekat permukaan air. Memijah diwaktu malam sekitar 20.00 – 22.00

dan telurnya menetas sesudah 24 jam. Larva ikan bandeng dalam pertumbuhannya

mendekati pantai dan diketemukan dua kali setahun di dekat pantai – pantai yang

berpasir ditempat – tempat tertentu. Ikan bandeng termasuk jenis ikan pelagis

yang mencari makanan di daerah pennuk-aan dan sering di jumpai di perairan

dekat pantai atau daerah litoral. Secara geografis ikan in] hidup di daerah tropis

maupun sub tropis antara 300 – 400 LS dan antara 400 BT – 1000 BB. Ikan ini

suka hidup bergerombol dalam kelompok kecil antara 10 – 20 ekor. Berenang di

perniukaan perairan pantai terutama pada saat air pasang (Ahmad et al, 2002

dalam Mas’ud 2011).

Ikan bandeng tergolong jenis ikan euryhelline yaitu mempunyai daya

penyesuaian (toleransi) yang tinggi terhadap perubahan kadar garam perairan

mulai 0 — 60 %. Salinitas yang balk untuk perturnbuhan bandeng berkisar antara

20 30 %. Selain itu ikan bandeng juga memiliki ketahanan terhadap suhu perairan

yang tinggi mencapai 40°C (Girl et al, 1986 dalam Mas’ud, 2011). Secara alami

ikan berpijah di laut. Larva ikan bandeng wring di jumpai di sepanjang pantai

terutama pada bulan — bulan tertentu. Larva terutama di jumpai di sepanjang

pantai yang landai, berpasir, dan berair jernih serta kaya akan plankton seperti di

7
daerah pantai utara pulau Jawa, Bali, Lombok, dan pantai Timur Sumatera Utara

(Dana, 1990 dalam Mas’ud, 2011). Musim pemijahan bandeng di Indonesia

terjadi dua kali dalam satu tahun yaitu bulan Februari – Mei dengan puncak antara

bulan Maret - April dan bulan Juli - Desember dengan puncak antara bulan

September - Oktober (Giri et al, 1986 dalam Mas’ud, 2011).

2.3. Kualitas Air

Pengamatan kualitas air berfungsi untuk mengetahui karakteristik dari

perairan pada saat pengumpulan data di lokasi. Pengamatan kualitas air dilakukan

pada setiap pengambilan sampel. Suhu air diukur dengan cara inenggunakan

thermometer. Dimana thermometer dicelupkan ke dalam air tambak kurang lebih

3 — 5 menit. Kemudian dibaca skala yang ditunjukkan pada thermometer. Suhu

air dinyatakan dalam °C. Salinitas air diukur dengan refraktometer. Prinsip

refraktometer ditetesi dengan aquades agar skala indicator normal. Kemudian

dibersihkan dengan kertas tissue. Air tambak di teteskan pada prisma yang telah

bersih dan refraktometer ditutup. Nilai salinitas ditunjukkan pada angka skala

indikator. Salinitas dinyatakan dalam (%) (Muntalim, 2007).

Suhu air sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dalam air

dan laju konsumsi oksigen hewan air. Suhu air berbading terbalik dengan

konsentrasi jenuh oksigen terlarut, tetapi berbanding lures dengan laju konsumsi

oksigen hewan air dan laju reaksi kimia dalam air. Berdasarkan pengamatan di

Instalasi Tambak Percobaan Marana (Sulawesi Selatan), ikan bandeng masih

hidup normal pada suhu 27-35°C. Secara teoritis, ikan tropis masih hidup normal

pada kisaran suhu 30-35°C kalau konsentrasi oksigen terlarut cukup tinggi.

8
Bandeng mampu menyesuaikan diri terhadap salinitas, dapat hidup di air tawar (S

= <0-5 %o) maupun air asin (S = 30-50 %o). Namun karena bandeng di

budidayakan untuk tujuan komersial maka rentang salinitas optimal perlu

dipertahankan. Pada rentang salinitas optimal (12-20 %o), energi yang digunakan

untuk mengatur keseimbangan kepekaan tubuh dan air tambak cukup rendah

hingga sebagian besar energi asal pakan dapat digunakan untuk pertumbuhan

(Ahmad et al, 2002 dalam Mas’ud, 2011).

2.4. Pertumbuhan Ikan Bandeng

Pengamatan pertumbuhan dilakukan untuk mengetahui tingkat

pertumbuhan bandeng selama pemeliharaan dan juga untuk mengetahui tingkat

kelangsungan hidupnya. Monitoring laju pertumbuhan dilakukan dengan cara

sampling dan selama waktu pemeliharaan sampling dilakukan setiap minggu.

Cara sampling pada budidaya bandeng ini dilakukan dengan cara menggunakan

jala. Selanjutnya ikan yang tertangkap ke dalam jala diambil kemudian dihitung

berat dan panjangnya (Malik, 2008).

Pertumbuhan dinyatakan sebagai selisih antara berat ikan yang diukur pada

akhir percobaan dengan berat ikan pada awal percobaan: G= Wt–Wo,

G=pertumbuhan, Wt=berat ikan pada waktu t (g), Wo=berat ikan pada awal

percobaan (g). Penimbangan dilakukan dalam keadaan basah yaitu ikan ditangkap

dan dimasukkan dalam baskom berisi air yang sudah diketahui beratnya,

kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan digital (Reksono et al,

2012).

9
III. METODE

3.1. Tahap Persiapan

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode pengumpulan data

primer, pengukuran kualitas air pada media budidaya serta pengumpulan data

sekunder. Untuk mengetahui kondisi parameter-parameter yang diteliti, dalam hal

ini adalah fluktuasi kualitas air dan pertumbuhan Ikan bandeng. Lebih lanjutnya

diinformasikan bahwa studi ini dilakukan pada tambak untuk budidaya Chanos

chanos. Terkait dengan studi ini ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Persiapan lahan atau petakan yang luasnya + 2000 m2;

2. Pengisian air sumur bor yang sebelumnya telah diendapkan ke dalam petakan

tandon melalui pengolahan air secara tertutup;

3. Penggunaan teknologi plastik HDPE;

4. Penyiapan Chanos chanos yang dapat diisi dengan kepadatan 200.000 ekor;

5. Pemberian bubuk kaporit ke air tambak sebanyak 30 ppm;

6. Pemasangan kincir setelah air mencapai ketinggian 50 cm.

3.2. Tahap Pelaksanaan

Tahap Pelaksanaan dilakukan dengan metode pengukuran kualitas air serta

pertumbuhan Ikan Bandeng yang dilakukan pada tambak. Pengukuran parameter

dilakukan selama 2 hari. Di samping itu, selama studi juga dilakukan pengamatan

terhadap kondisi dari kutivan Chanos chanos dan kondisi perairannya.

10
3.3. Tahap Pelaporan

Tahap pelaporan meliputi pengerjaan laporan Praktek Kerja Lapangan

melanjutkan Bab 4 Hasil dan Pembahasan.

Bulan 1 2 3

Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Tahap Persiapan

- Perijinan X X

- Menyusun Proposal X

- Survei Lokasi X

Tahap Pelaksanaan X X

Tahap Pelaporan X

11
DAFTAR PUSTAKA

Budidaya Ikan Bandeng Di Tambak BPBIAPL Maribaya Tegal - Dinas Kelautan

dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah.htm

Fidyandini, et al. 2012. Identifikasi dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Bandeng

(Chanos chanos) yang Dipelihara di Karamba Jaring Apung UPBL

Situbondo dan di Tambak Desa Bangunrejo Kecamatan Jabon Sidoarjo.

Journal of Marine and Coastal Science, 1(2), 91 – 112.

Kholifah, Umy et al. 2008. Pengaruh Padat Tebar yang Berbeda terhadap

Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan pada Polikultur Udang Windu

(Penaeus monodon Fab) dan Ikan Bandeng (Chanos chanos) pada Hapa di

Tambak Brebes - Jawa Tengah. Neptunus, Vol. 14, No. 2, Januari: 152 -

158.

Kordi, Ghufran et al. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. Rineka Cipta: Jakarta.

Kusworo, Agustinus Bambang. 2004. Pengelolaan Kualitas Air pada Pembesaran

Bandeng. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Malik, Abdul. 2008. Pengaruh Pemberian Suplemen dan Probiotik terhadap Hasil

Panen Bandeng (Chanos chanos) di Wilayah Desa Kentong Kecamatan

Glagah Kabupaten Lamongan. Jurnal Saintek.

Mas’ud, Faisol. 2011. Prevalensi dan Derajat Infeksi Dactylogyrus sp. pada

Insang Benih Bandeng (Chanos chanos) di Tambak Tradisional Kecamatan

12
Glagah Kabupaten Lamongan. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol.

3,No. 1, April.

Muntalim. 2007. Prevalensi dan Derajat Infeksi Dactylogyrus sp. pada Insang

Benih Bandeng (Chanos chanos) di Tambak Tradisional Kecamatan Glagah

Kabupaten Lamongan. Jurnal Saintek.

Pong-Masak, Petrus Rani et al. 2006. Distribusi Residu Logam Berat Timbal (Pb)

dalam Organ Ikan Bandeng (Chanos chanos) pada Salinitas Air Berbeda.

Jurnal Perikanan. VIII(1): 44-49.

Rangka, Nur Ansari et al. 2010. Teknologi Budidaya Ikan Bandeng di Sulawesi

Selatan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Maros.

Reksono, et al. 2012. Pengaruh Padat Penebaran Glacilaria sp. terhadap

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng (Chanos chanos)

pada Budidaya Sistem Polikultur. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No.

3: 41-49.

Siboro, Guido F, et al. 2014. Laju Pertumbuhan Udang Windu (Penaeus

monodon), Ikan Bandeng (Chanos chanos) dan Rumput Laut (Eucheuma

cottonii, Gracilaria sp) pada Budidaya Polikultur dengan Padat Tebar yang

Berbeda di Desa Sungai Lumpur Kabupaten OKI Sumatera Selatan.

Maspari Journal Volume 6 Nomor 1, Januari: 46-55.

13

Anda mungkin juga menyukai