Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BUDIDAYA PAKAN ALAMI


CACING SUTRA (Tubifex sp.)
Dosen pengampu: Dr. Ir. Subandiyono, M.App.Sc.

Disusun oleh:

Alya Elok Fatina (26020118140043)


Rayhan Arif Krishnamurti (26020118130046)
Ika Puspitasari (26020118130047)
Valentine Zalsabila (26020118130063)
Amelia Rimadhani (26020118130081)

DEPARTEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
BAB I
SIKLUS HIDUP

Cacing sutra (Tubifex sp.) adalah salah satu jenis pakan hidup yang disenangi karena
mempunyai kandungan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan larva ikan. Media hidup cacing
sutra terdiri dari lumpur dan bahan organik. Cacing sutera adalah salah satu jenis pakan hidup
yang disenangi karena mempunyai kandungan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan larva
ikan. Menurut Muria et al., (2012), kandungan nutrisi Tubifex sp. yaitu protein 41.1%, lemak
20.9%, dan serat kasar 1.3%, serta memiliki daya cerna dalam usus ikan antara 1,5-2 jam.
Ketersediaan cacing sutera di alam sebagai pakan alami masih relatif sedikit dibandingkan
dengan perkembangan akuakultur. Kebutuhan cacing sutera pada tahun 2014 mencapai
1.067.565 liter. Selama ini kebutuhan cacing sutera (Tubifex sp.) diperoleh dari penangkapan
alam, terutama dari sungai yang memiliki dasar perairan yang berlumpur dengan aliran air
yang tenang dan memiliki sumber bahan organik yang tinggi.

Cacing sutra mempunyai habitat lingkungan dengan konduktifitas tinggi, kedalaman


rendah, sedimen liat berpasir dan bahan-bahan organik. Pergerakan air yang lambat
menyebabkan terjadinya pengendapan partikel-partikel lumpur halus pada dasar sungai,
detritus melimpah dan kandungan bahan organik tinggi. Febrianti (2004), sekitar 90%
Tubifex sp. menempati daerah permukaan hingga kedalaman 4 cm. Substrat dengan
kedalaman 0-2 cm tempat hidup juvenile dengan bobot 0,1 mg, kedalaman 0-4 cm tempat
hidup immature dengan bobot 0,1-5,0 mg, dan kedalaman 2-4 sebagai tempat meture yang
bobot lebih dari 5 mg. Cacing sutera sendiri merupakan salah satu jenis benthos yang hidup
diperairan tawar dengan siklus hidup sekitar 50 – 57 hari. Cacing sutera hidup diperairan
yang memiliki dasar perairan yang berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan dari
cacing sutera berupa bahan-bahan organik yang mengendap didasar perairan dan telah terurai.
Masyarakat masih mengandalkan cacing hasil tangkapan dari alam untuk memenuhi
kebutuhan pembenihan ikan. Sejauh ini masyarakat masih beranggapan bahwa budidaya
cacing sutera masih sulit dilakukan. Menurut Hadiroseyani et al. (2007), ketersediaan cacing
sutera di alam tidak tersedia sepanjang tahun, terutama pada saat musim penghujan, karena
cacing sutera di alam terbawa oleh arus deras akibat curah hujan yang cukup tinggi. Budidaya
cacing sutera saat ini sudah mulai dikembangkan, sehingga akan memudahkan mendapatkan
cacing secara teratur tanpa mengandalkan pasokan dari alam. Keberhasilan dalam budidaya
cacing sutera sangat ditentukan oleh nutrisi pada media yang akan menjadi asupan makanan
cacing untuk bertahan hidup selama masa pemeliharaan. Menurut Suharyadi (2012), makanan
dipergunakan oleh cacing untuk berkembang dan bertahan hidup. Apabila asupan nutrisi
tidak tercukupi, maka akan mempengaruhi kandungan nutrisi pada cacing sutera.
Budidaya cacing sutra membutuhkan media dengan kandungan bahan organik tinggi.
Limbah budidaya ikan banyak mengandung partikel organik dan bakteri melimpah yang
berasal dari sisa-sisa pakan yang terakumulasi di dalam kolam selama pemeliharaan,
khususnya dalam sistem budidaya secara intensif (Gunadi, 2012). Limbah yang dihasilkan
dari proses budidaya lele memiliki kandungan partikel organik yang melimpah. Kandungan
bahan organik yang tinggi ini mungkin dapat dimanfaatkan untuk produksi cacing sutera
sebagai pakan alami ikan. Untuk dapat menghasilkan Optimalisasi biomassa cacing sutera
dapat dilakukan dengan mengatur media dengan ketebalan yang optimal pula.
Dalam kegiatan budidaya cacing sutra, pertumbuhan cacing sutera dipengaruhi oleh
bakteri dan partikel organik hasil perombakan bakteri sebagai makanan cacing sutera. Bakteri
membutuhkan kandungan C/N yang terdapat dalam media pemeliharaan untuk menghasilkan
protein sel sehingga dimanfaatkan oleh cacing sutera untuk pertumbuhannya. Cacing sutra
tergolong ke dalam oligochaeta telah menjadi incaran untuk dibudidayakan karena memiliki
kemampuan untuk hidup pada densitas yang tinggi dan memiliki kesanggupan untuk bertahan
pada lingkungan dengan kelarutan oksigen yang sangat rendah. Kebutuhan akan cacing sutra
sebagai pakan alami sangat diperlukan karena biota ini sangat bernutrisi dengan nilai protein
yang tinggi (58,68%), menunjang pertumbuhan, memperpanjang masa reproduksi dan
menstimulasi pemijahan ikan. Budi daya cacing ini sangat penting diupayakan karena
perolehan dari perairan alami ditemukan banyak telah terkontaminasi oleh logam berat.
Kebanyakan cacing sutra ditemukan pada bahan organik dan perairan dengan polusi tinggi,
karena pada umumnya cacing sutra dapat beradaptasi pada oksigen rendah.
Cacing sutra mempunyai habitat lingkungan dengan konduktivitas tinggi, kedalaman
rendah, sedimen liat-berpasir atau liat-berlumpur, kecepatan arus rendah, dan jumlah yang
berubah-ubah dari bahan organic. Sedimen liat-berlumpur merupakan media terbaik bagi
pertumbuhan cacing sutra. Sekitar 90% cacing sutra menempati daerah permukaan hingga
kedalaman 4 cm, dengan perincian sebagai berikut: juvenil (dengan bobot kurang dari 0,1
mg) pada kedalaman 0–2 cm, immature (0,1– 0,5 mg) pada kedalaman 0–4 cm, mature (lebih
dari 0,5 mg) pada kedalaman 2–4 cm. Pemenuhan kebutuhan cacing sutra saat ini hanya
mengandalkan hasil tangkapan alam dengan kualitas yang tidak dapat dijamin, bahkan dapat
menjadi agen pembawa penyakit. Cacing sutra di alam merupakan salah satu indikator
parameter kualitas air. Semakin banyak kandungan logam berat pada suatu perairan semakin
tinggi pula kandungan logam berat tersebut di dalam tubuh cacing sutra .Pada awalnya, usaha
budidaya cacing sutra dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan oleh
Myxobolus cerebral.
Media kultur sebagai tempat pemeliharaan cacing sutra sangatlah penting,hal ini
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan nutrisi dari Cacing Sutera (Tubifex
sp) Nutrient yang tinggi terutama kandungan N dan P didalam pupuk organik tersebut dapat
di-manfaatkan untuk memacu pertumbuhan dan peningkatan kualitas nutrisi yang terkandung
dalam cacing sutra.
BAB II
METODE BUDIDAYA

1. Persiapan bibit cacing sutera

Adapun langkah jika ingin mendapatkan bibit cacing sutera secara langsung :

 Perhatikan terlebih dahulu cacing sutera yang akan jadikan bibit, cacing sutera yang
dijadikan bibit haruslah berkualitas dan memiliki daya tahan lama dengan ciri
gumpalan cacing sutera menyerupai gumpalan rambut yang bergerak- gerak dengan
cepat.
 Pisahkan sebuah gumpalan dari gumpalan cacing sutera lainnya dan pindahkanlah ke
dalam sebuah wadah yang telah diisi air bersih secukupnya.
 Pemindahan cacing sutera ini bertujuan untuk mengkarantina agar terhindar dari
berbagai macam bakteri ataupun logam yang terkandung di dalamnya.
 Proses pengkarantinaan ini dianjurkan selama kurang lebih 2 hingga 3 hari dan
selama proses karantina usahakanlah agar wadah cacing sutera selalu dialiri oleh air
bersih dengan volume air yang kecil.
 Memastikan bahwa kondisi air yang anda alirkan memiliki tingkat kadar oksigen
yang cukup. Apabila kadar oksigen kurang anda dapat memasang alat aerator untuk
menambah oksigen dalam air.

2. Media budidaya cacing sutera


Pembuatan media kultur bertujuan untuk membuat media berkembangnya cacing
sutera sehingga dapat memberikan daya dukung dan produktivitas yang  baik  pada
produksi pakan alami cacing sutera.
Ada dua macam media yang dapat digunakan diantaranya yaitu media lumpur dan
media air biasa. Jika ingin membudidayakan cacing sutera di lumpur, maka disarankan
untuk mencari lumpur dengan kondisi yang baik yaitu media lumpur yang tidak
mengandung logam dan usahakan ketika menggunakan media lumpur, lumpur harus
dialiri air dengan baik.
Pembuatan media dengan air:
 Pertama sediakanlah nampan yang bersih dan cukup besar.
 Lalu siapkan air yang bersih, dalam budidaya cacing sutera air merupakan
komponen terpenting yang harus diperhatikan dengan baik. Usahakan air selalu
mengalir dan untuk memudahkan budidaya cacing sutera dapat menggunakan
nampan plastik yang disusun seperti sistem rak yang mudah disusun sehingga
terlihat rapih.
 Mengalirkan air bersih dengan meletakkan saluran air di tempat rak nampan paling
atas.
Pembuatan media dengan lumpur:
 Lumpur halus setelah ditiriskan selama 24 jam, dimasukkan kedalam bak kultur
ukuran 2 x 1 x 0,5 m. 
 Lumpur halus tersebut dicampur dengan pupuk kandang dan dedak padi
halus/bekatul dengan perbandingan 2:1:0.5 (artinya Lumpur=50kg : Pupuk=25kg :
12.5kg bekatul), dengan tinggi media kurang lebih 10-15 cm.
 Bekatul terlebih dulu di fermentasi menggunakan Effective Microorganism (EM4),
dengan cara 25 ml EM4 di encerkan ke dalam ember berisi 5 liter air kemudian
diaduk rata dengan menggunakan sendok plastik, setelah itu masukkan 12.5 kg
bekatul kedalam ember dan di campur merata menggunakan stik pipa agar bekatul
dan EM4 menyatu sempurna.
 Setelah itu bekatul yang difermentasi itu disimpan dan ditutup rapat dengan penutup
dalam ember kapasitas 25 liter, biarkan selama 3 hari agar proses fermentasi terjadi
dan setelah itu baru dicampurkan dengan lumpur halus. 
 Pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam petelur sebanyak 25 kg dimasukkan
kedalam bak kultur yang telah berisi lumpur halus dan bekatul yang telah
terfermentasi, kemudian dicampur dan diaduk merata. Larutkan probiotik sebanyak
200 ml kedalam ember yang berisi air sebanyak 5 liter, kemudian diaduk merata,
Setelah itu larutan probiotik tersebut di masukkan kedalam bak kultur cacing sutera
dengan cara menyiram secara merata pada permukaan media kultur.
 Terakhir masukkan air sampai setinggi 7-10 cm dari permukaan substrat, setelah itu
media didiamkan selama 4-5 hari supaya terjadi dekomposisi bahan media dan
dilakukan penebaran bibit cacing sutera.

3. Pemindahan bibit cacing sutera


Dalam cara budidaya cacing sutera juga harus melakukan pemindahan bibit yang
telah dikarantina sebelumnya. Bibit yang sudah siap dibudidayakan bisa langsung
dipindahkan dalam media budidaya yang telah disiapkan sebelumnya.
Adapun cara pemindahan yang tepat dan benar agar cacing sutera tidak mati dalam
tahap pemindahannya:
 Lakukan pemindahan bibit cacing sutera menggunakan alat seperti sendok ataupun
jaring ikan kecil.
 Disarankan tidak memindahkan cacing sutera dengan tangan, karena suhu pada
tangan dapat mempengaruhi kegagalan dalam budidaya cacing sutera.
 Lakukan pemindahan bibit dengan cepat dan jangan mengulur waktu agar bibit tidak
stress dan cepat mati.

4. Perawatan cacing sutera


Langkah terpenting dalam cara budidaya cacing sutera adalah perawatan. Perawatan
ini akan menentukan hasil dari budidaya cacing sutera dan perawatan yang tepat dan
dilakukan dengan benar akan menghasilkan cacing sutera dengan kualitas yang baik.
Berikut adalah langkah sederhana dan baik yang dapat diaplikasikan dalam
membudidayakan cacing sutera:
 Langkah pertama dalam perawatan cacing sutera adalah, perhatikanlah selalu debit
air yang mengalir pada media budidaya.
 Untuk debit yang mengalir usahakan pada kisaran 5 hingga 7 cm, usahakan debit
yang mengalir tidak lebih dan tidak kurang agar cacing dapat hidup dan berkembang
biak dengan baik.
 Dengan debit air yang baik untuk mengaliri media, maka kondisi oksigen dalam
airpun akan terjaga dan usahakan air tidak tercemari oleh bahan- bahan kimia agar
hasil panen berkualitas baik.

5. Pemberian pakan cacing sutera


Selain memperhatikan air pada media budidaya, perlu melakukan pemberian pakan
pada cacing sutera. Agar cacing sutera dapat ternutrisi dengan baik maka harus
menyediakan bahan- bahan organik dan akan lebih baik jika itu sudah difermentasikan.
Berikut adalah makanan cacing sutera yang dapat berikan:
 Untuk bahan organik yang difermentasikan adalah bahan organik yang sudah
memiliki tekstur yang lembek dan mudah hancur. Ini bertujuan untuk meningkatkan
kandungan nutrisi pada bahan organik yang sangat dibutuhkan oleh cacing sutera.
 Dapat juga memberikan ampas tahu untuk makanan cacing sutera, ampas tahu
memiliki banyak sekali protein serta jamur yang sangat baik untuk nutrisi cacing
sutera dan pastikan bahwa ampastahu sudah difermentasi dan memiliki tekstur yang
lembek.
 Makanan fermentasi ini dapat diberikan hingga budidaya cacing sutera sudah
memasuki usia 10 hingga 12 hari setelah pemindahan berlangsung.
 Agar cacing sutera melimpah ketika dipanen, bisa menambahkan kotoran ayam yang
sudah difermentasi terlebih dahulu dan makanan tambahan seperti sawi yang juga
sudah di hancurkan dan difermentasi terlebih dahulu.

6. Panen cacing sutera


Pada dasarnya, konsep dari memanen cacing sutera adalah mengurangi koloni pada
cacing sutera yaitu jika bagian atas pada cacing sutera diambil atau dipangkas maka
bagian bawah dari bagian koloni cacing akan berkembang biak lagi. Perlu diketahui
pula bahwa dalam satu wadah nampan media dapat menghasilkan kurang lebih sekitar
100 hingga 150 ml cacing sutera. Berikut adalah cara memanen cacing sutera yang
tepat :
 Cacing sutera pada umumnya sudah dapat dipanen ketika sudah memasuki usia
sekitar 70 hingga 75 hari setelah pemindahan pada media budidaya.
 Pertama sediakanlah kain berwarna gelap, usahakan kain dapat menutupi setiap
nampan media budidaya.
 Usahakan nampan benar benar tertutup, apabila tidak memiliki kain maka taruhlah
media budidaya pada tempat yang sangat gelap.
 Biarkan media tertutup selama kurang lebih 5 hingga 6 jam dan perhatikan setelah
tutup dibuka.
 Kumpulkan menggunakan sendok ataupun jaring ikan berukuran kecil dan
pindahkan
BAB III

NILAI NUTRISI

Cacing sutera mempunyai peranan yang penting karena mampu memacu


pertumbuhan
benih ikan lebih cepat dibandingkan pakan alami lain, disebabkan nilai nutrisi cacing
sutera yang tinggi. Menurut Pursetyo et al. (2011) cacing sutera memiliki kandungan gizi
yang cukup baik yaitu protein (57%), lemak (13,3%), serat kasar (2,04%), kadar abu (3,6%)
dan air (87,7%).

Keberhasilan dalam budidaya cacing sutera sangat ditentukan oleh nutrisi pada
media yang akan menjadi asupan makanan cacing untuk bertahan hidup selama masa
pemeliharaan. Media mempunyai peranan penting dalam budidaya cacing sutera,
kurangnya nutrisi pada media budidaya dapat menyebabkan kurangnya asupan makanan
sehingga menyebabkan rendahnya biomassa dan kandungan nutrisi cacing sutera (Suharyadi,
2012). Makanan utama cacing yaitu bahan-bahan organik yang telah terurai dan mengendap
didasar perairan (Johari, 2012).
BAB IV

PERMASALAHAN DAN SOLUSI

Budidaya cacing sutra terus mengalami pengembangan oleh para pelaku budidaya.
Pengembangan terus dilakukan, namun belum menunjukan hasil yang memuaskan. Cacing
sutra yang dihasilkan belum mampu memenuhi kebutuhan pembenih. Salah satu
penyebabnya adalah pengetahuan dan skill dalam membudidayakan cacing sutra masih
sangat rendah sehingga kegagalan budidaya cacing sutra masih cukup tinggi. Oleh karena itu,
perlu diadakannya pelatihan kepada pembudidaya untuk meningkatkan skill dalam teknik
budidaya cacing sutra.

Masalah lain yang dihadapi yaitu kegagalan dalam membudidayakan cacing sutra
hingga mengalami kematian. Hal ini disebabkan oleh lingkungan sebagai media tidak
mendukung kelangsungan hidup. Oleh karena itu, pembudidaya harus tepat mengkondisikan
cacing sutra tersebut untuk dapat hidup pada kondisi mendekati lingkungan asalnya. Pakan
yang digunakan harus mendekati kondisi pakan alaminya di alam. Untuk dapat tumbuh dan
bereproduksi, cacing sutra membutuhkan nutrisi. Nutrisi tersebut didapatkan dari bahan
organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan. Kebiasaan makan cacing sutra
adalah memakan detritus, alga benang, diatom atau sisa-sisa tanaman yang terlarut di lumpur
(Suharyadi, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Tatelu Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2019.
Pembuatan media Budidaya Cacing Sutra (Tubifex Sp).
Fajri, W. N., Suminto dan J. Hutabarat. 2014. Pengaruh Penambahan Kotoran Ayam, Ampas
Tahu Dan Tepung Tapioka Dalam Media Kultur Terhadap Biomassa, Populasi Dan
Kandungan Nutrisi Cacing Sutera (Tubifex sp.). Journal of Aquaculture Management
and Technology. 3(4): 101-108.
Febriyanti, D. 2004. Pengaruh Pemupukan Harian dengan Kotoran Ayam terhadap
Pertumbuhan Populasi dan Biomassa Cacing Sutera (Limnodrillus). [Skripsi].
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor, 46 hlm.
Hadiroseyani Y., Nurjanah dan D. Wahjuningrum. 2007. Kelimpahan Bakteri dalam
Budidaya Cacing Limnodrilus sp. yang Dipupuk Kotoran Ayam Hasil Fermentasi. J.
Akuakultur Indonesia 6(1): 79-87.
Johari Y, T. 2012. Pemanfaatan Limbah Lumpur (Sludge) Kelapa Sawit dan Kotoran Sapi
untuk Budidaya Cacing Sutera (Tubifex sp.) dalam Pengembangan Pakan Alami. Tesis.
Program Studi Ilmu Kelautan. Universitas Terbuka. Jakarta.
Masrurotun., Suminto dan J. Hutabarat. 2014. Pengaruh Penambahan Kotoran Ayam, Silase
Ikan Rucah Dan Tepung Tapioka Dalam Media Kultur Terhadap Biomassa,
Populasi Dan Kandungan Nutrisi Cacing Sutera (Tubifex sp.). Journal of
Aquaculture Management and Technology. 3(4): 151-157.
Muria, E S, E. D. Masithah dan S Mubarak. 2012. Pengaruh Penggunaan Media dengan
Rasio C:N yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Tubifex. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Airlangga, 2 hlm (Abstrak).
Pardiansyah, D., E. Supriyono dan D. Djokosetianto. 2014. Evaluasi budidaya cacing sutra
yang terintegrasi dengan budidaya ikan lele sistem bioflok. Jurnal Akuakultur
Indonesia. 13(1): 28-35.
Pursetyo, K.T., W.H. Satyantini, A.S. Mubarak. 2011. Pengaruh pemupukan ulang kotoran
ayam kering terhadap populasi cacing Tubifex Tubifex. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan, 3(2):177-182.
Simangunsong, T. L., & Susanti, A. 2017. Aplikasi Sistem Wadah Bertingkat Dalam
Budidaya Cacing Sutra Di Desa Pungpungan Bojonegoro [Application Of A Rack
Culture System For Tubifex Worms Farming At Pungpungan Village, Bojonegoro].
Jurnal Sinergitas PKM & CSR, 2(1), 32-41.
Suharyadi. 2012. Studi Penumbuhan dan Produksi Cacing Sutra (Tubifex sp.) dengan Pupuk
yang Berbeda dalam Sistem Resirkulasi. Tesis. Universitas Terbuka.
Suryadin, D., S. Helmiati dan R. Rustadi. 2017. Pengaruh Ketebalan Media Budidaya Cacing
Sutra (Tubifex sp.) menggunakan Lumpur Limbah Budidaya Lele. Jurnal Perikanan
Universitas Gadjah Mada. 19(2): 97-105

Anda mungkin juga menyukai