Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ Teknologi Budidaya Ikan Hias Laut “

Oleh : Kadar Abjan

Sandra Sriwayuni

Muhammad Azrif

Rafdi Farhan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNTE
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat allah SWT karena dengan rahmatnya sajalah sehingga penulis

dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Family Pomacentridae (Clown fish)”

guna untuk memenuhi kewajiban saya dalam mata kuliah Sumber Daya Perikanan.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mengharapkan dapat bermanfaat terhadap orang

lain sebagai bahan masukan dan menambah wawasan mengenai ekologi dan biologi hewan di

lamun.

Jika ada kesalahan dalam penulisan ini, penulis meminta maaf sebesar-besarnya karena

penulis juga sebagai manusia biasa yang tak lupuk dari kesalahan. Akhir kata wabillahi taufik

walidaya wassalamu’alaikum Wr. Wb.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.............................................................................

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................

1.3. Tujuan dan Manfaat....................................................................

II. PEMBAHASAN

2.1. Potensi Sumberdaya Perikanan .................................................

2.2. Ekobiologi .....................................................................................

A. Klasifikasi dan Morfologi ............................................................

B. Habitat .......................................................................................

C. Makanan .....................................................................................

D. Pertumbuhan .................................................................................

E. Reproduksi ...................................................................................

2.3. Tingkat Pengusahaan ..................................................................

III. PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................

B. Saran ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perairan Indonesia kaya dengan berbagai jenis ikan hias air laut dan juga memiliki

potensi alami yang sangat baik untuk mengembangkan usaha perikanan terutama ekspor ikan

hias laut. Iklim tropis Indonesia cocok untuk budidaya berbagai jenis ikan hias dan

memungkinkan dapat berproduksi sepanjang tahun. Sumber daya alamnya juga mendukung yaitu

lahan masih luas, sumber air melimpah, dan pakan alami juga masih banyak ketersediaannya di

alam. Pembudidayaannya tidak terlalu sulit karena didukung oleh iklim Indonesia yang sesuai

(Lesmana dan Iwan, 2006).

Ikan hias merupakan salah satu jenis hasil perikanan di Indonesia yang belum

memperoleh perhatian yang besar dibandingakan dengan komoditas pertanian lain pada

umumnya, dimana komoditas tersebut dapat memberikan andil tidak sedikit bagi pemasukan

devisa negara. Sampai saat ini Indonesia terkenal sebagai penghasil ikan hias terbesar di dunia

(Saksono, 2000).

Ikan nemo atau Clown fish berasal dari famili Pomacentridae. Salah satu famili terbesar

dalam komunitas ikan karang Hingga saat ini diketahui ada sekitar 32 spesies. 2 spesies

diantaranya termasuk dalam marga Amphiprion dan dua lainnya marga Premnas. Sedangkan

hybrid sendiri adalah perkawinan silang antara 2 jenis spesies yang berbeda untuk mendapatkan

keturunan yang berbeda pula. Mengingat jumlah spesies clownfish yang cukup banyak tersebut

dapat memberikan peluang untuk melakukan perkawinan silang. Sampai saat ini Balai Perikanan

Budidaya Laut Ambon telah mengembangkan 8 spesies clownfish dan berhasil menghibrid
beberapa spesies dari jenis tersebut. Ukuran maksimal clown fish bisa mencapai 10 – 18 cm

(Wood, 2001).

Ikan badut atau dikenal juga sebagai ikan giru dan ikan nemo adalah ikan kecil dari

family Pomacentridae.Terdapat 30 spesies yang umum disebut ikan badut. 29 spesies

diantaranya dikelompokkan dalam genus Amphiprion dan sisanya 1 spesies dalam sebagai

anggota genus Premnas. Dalam bahasa Inggris ikan badut dikenal sebagai clown fish atau

anemone fish (www.plosone.org, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makala ini hanya menyangkut beberapa aspek yang tlah di

sebutkan diatas tadi yaitu :

1. Bagaimana potensi sumberdaya ikan badut (clown fish) di Indonesia ?

2. Bagaimana aspek biologi dari ikan badut ?

3. Bagaimana dengan tingkat pengusahaan ikan badut di Indonesia ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahuai potensi sumber daya perikanan ikan nemo atau ikan badut (Clown fish)

2. Mengetahui aspek ekoblogi dari ikan nemo atau ikan badut (Clown fish)

3. Mengetahui teknik pemasaran dari ikan nemo atau ikan badut (Clown fish)

Manfaat dari makalah ini yaitu sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan

mengenai ikan hias family Pomacentridae (Clown fish).


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Potensi Sumberdaya Perikanan Ikan Nemo (Clown fish)

Potensi, ikan badut adalah salah satu jenis ikan hias yang ada di Indonesia yang memilki

potensi sangat tinggi jika kita melihat dari potensi keberadaanya di Indonesia yang merupakan

daera tropis dimana menjadikan karang yang menjadi habitat utama hewan ini tumbuh dengan

baik. Menurut Mc. Grouther, (2004) Ikan badut dapat ditemukan di kedalamn 1-12m ikan ini

terdapat pada perairan tropis. Makah hal ini seakan menjelaskan bahwa ikan badut atau clown

fish sangatlah berpotensi di perairan Indonesia. Potensi akan keberadaannya haruslah kita

manfaatkan dengan baik, karna hla ini bisa mnejadi penunjang ekonomi. Dewasa ini, ikan badut

mulai banyak dicari orang untuk dijadikan binatang peliharaan. Beberapa penelitian dan

budidaya sudah dilakukan terhadap ikan badut.

Ikan nemo (Clown fish) memiliki potensi yang cukup tinggi. Ikan ini memiliki 30 spesies

yang umum disebut ikan badut. 29 spesies diantaranya dikelompokkan dalam

genus Amphiprion dan sisanya 1 spesies dalam sebagai anggota genus Premnas. Berikut adalah

jenis-jenis ikan nemo (Clown fish) :

 Amphiprion akallopisos; atau Whitebacked clownfish, di Indonesia dikenal juga sebagai ikan

geger putih.

 Amphiprion akindynos; atau Barrier reef anemonefish.

 Amphiprion allardi; atau Allard’s anemonefish

Amphiprion bicinctus; atau Twoband anemonefish

 Amphiprion chagosensis; atau Chagos anemonefish

 Amphiprion chrysogaster; atau Mauritian anemonefish


 Amphiprion chrysopterus; atau Orangefin anemonefish

 Amphiprion clarkii; atau Clark’s anemonefish, di indonesia dikenal sebagai ikan giru atau ikan

badut.

2.2 Ekobiologi

A. Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi ikan badut (Amphiprion percula) menurut Fautin dan Allen (1992), adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Super kelas : Osteichthyes

Kelas : Actynopterygii

Sub kelas : Neopterygii

Ordo : Perciformes

b ordo : Labroidei

: Famili : Pomacentridae

Genus : Amphiprion

Spesies : Amphiprion percula

Ikan badut (Amphiprion percula) berwarna oranye cerah, dengan tiga garis putih pada

tubuhnya. Tiga garis putih pada ikan badut terdapat pada bagian pada bagian kepala, tengah-

tengah badan, dan pangkal ekor. Ikan ini, memiliki sebaran warna hitam pekat dan pola garis

putih di bagian perut lebih tajam. Selain itu, ikan badut memiliki jari-jari keras sebanyak 10 buah
dan jari-jari lunak pada sirip punggungnya sebanyak 17 buah, dengan panjang jari-jari sirip yang

berbeda (Fautin dan Allen, 1992).

B. Habitat
Ikan badut merupakan ikan karang tropis yang hidup di perairan hangat pada daerah

terumbu dengan kedalaman kurang dari 50 meter dan berair jernih. Dengan daerah penyebaran di

Samudera Pasifik (Fiji), Laut Merah, Samudra Hindia (Indonesia, Malaysia, Thailand,

Maladewa, Burma), dan Great Barrier Reef Australia (https://adearisandi.wordpress.com, 2012).

Ikan badut (Amphiprion percula) berasal dari Papua Nugini dan Kepulauan Solomon.

Ikan badut hidup di laut dengan kedalaman 1-12 meter pada derah terumbu karang di pesisir dan

di teluk. Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi dan arah distribusi dari ikan badut

adalah jumlah larva, ketersediaan anemon laut, faktor-faktor hidrografi dan adanya daratan

penghalang (Wood, 2001).

Habitat ikan badut (Amphiprion percula) berada di antara tentakel-tentakel anemon.

Hubungan antara ikan badut dan anemon adalah simbiosis mutualisme, sehingga ikan ini juga

dikenal sebagai ikan anemon. Simbiosis ini berupa, ikan badut mendapat proteksi dan memakan

material non-metabolik yang dikeluarkan oleh anemon. Disisi lain, anemon dibersihkan dan

dilindungi dari predator oleh ikan simbionnya. anemon yang biasa bersimbiosis dengan ikan

badut antara lain, Heteractis magnifica, dan Stichodactyla gigantean. Ikan badut (Amphiprion

percula) biasanya tinggal menetap di salah jenis anemon saja dan tidak suka berpindah-pindah

ke anemon lain (Nelson dkk., 1996).

Parameter kualitas air yang perlu diperhatikan dalam budidaya ikan badut menurut

Anonim (2009), yaitu suhu (28 -32 0C), salinitas (30-32 ppt), kesadahan (80-120 mg/l), pH (7-

8), DO (>5 mg/l), amoniak (<0,5 mg/l), phospat (<0,1 mg/l), NO2 (<0,1 mg/l), dan NO3 (<0,5

mg/l).
C. Makanan
Ikan badut merupakan ikan omnivore (pemakan hewan dan tumbuhan), jadi selain

invertebrata kecil (crustacea & parasit yang melekat pada tubuh anemon), alga juga diketahui

memenuhi 20 – 25% kebutuhan nutrisinya (http://ikanhiasahmad.blogspot.com, 2014).

Ikan badut (Amphiprion percula) di alam mendapatkan makanan dari sekitar anemon.

Ikan badut merupakan ikan omnivora yang mengkonsumsi zooplankton, invertebrata kecil

(crustacean) dan parasit yang melekat pada tubuh anemon serta alga bentik. Ikan badut biasanya

menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk mencari makan, bermain, dan berpasangan dalam

wilayah tempat hidupnya (Wood, 2001).

D. Pertumbuhan
Pada dasarnya clown fish terlahir dalam keadaan jantan dan yang akan berubah kelamin

menjadi betina adalah yang terbesar dari kelompoknya atau pasangannya. Untuk mencapai

ukuran induk membutuhkan waktu sekitar 8 bulan sampai 1 tahun (Fautin dan Allen, 1992).

Ikan badut hidup dalam kelompok kecil dalam satu anemon yang terdiri dari pasangan

induk, beberapa ikan jantan muda, dan beberapa anakan ikan yang juga berkelamin jantan.

Ketika betinanya mati, ikan jantan dominan akan berubah kelamin menjadi betina dan akan

mencari pasangan jantan, strategi ini dikenal sebagai sequential hermaphroditism (perubahan

kelamin secara berurutan). Saat musim pemijahan (sekitar bulan purnama), telur diletakkan pada

permukaan relatif datar dekat anemon mereka. Kedua induk menjaga telur dan mengipas telur

mereka dengan air segar selama 6 sampai 10 hari. Biasanya penetasan terjadi saat malam hari,

kurang lebih 2 jam setelah matahari terbenam. Setelah menetas, bayi ikan badut akan naik ke

permukaan dan hidup dengan memakan plankton. Setelah cukup besar, anakan ikan badut akan

turun dari permukaan dan mencari anemon inang yang sesuai. Di anemon inang, mereka akan

mengikuti tahapan hirarki yang ada. Setelah tumbuh dari anakan menjadi remaja yang belum
matang secara seksual, ikan badut akan masuk ke tahap berikutnya, yaitu mengembangkan alat

reproduksi jantan (gonad) yang matang sebagai pasangan betina dominan (Fricke, 1977).

E. Reproduksi

Ikan badut bersifat Sequential hermaphroditism (perubahan kelamin secara berurutan).

Semua ikan badut berjenis kelamin jantan ketika mereka lahir. Setelah mereka dewasa , individu

dominan akan berubah menjadi betina. Betina biasanya berukuran lebih besar daripada jantan

dan akan menjadi pemimpin utama dari wilayah mereka. Ikan badut hidup dalam kelompok kecil

dalam satu anemon yang terdiri dari pasangan induk, beberapa ikan jantan muda, dan beberapa

anakan ikan yang juga berkelamin jantan. Ketika betinanya mati, ikan jantan dominan akan

berubah kelamin menjadi betina dan akan mencari pasangan jantan, strategi ini dikenal

sebagai sequential hermaphroditism (perubahan kelamin secara berurutan). Saat musim

pemijahan (sekitar bulan purnama), telur diletakkan pada permukaan relatif datar dekat anemon

mereka. Kedua induk menjaga telur dan mengipas telur mereka dengan air segar selama 6

sampai 10 hari. Biasanya penetasan terjadi saat malam hari, kurang lebih 2 jam setelah matahari

terbenam. Setelah menetas, bayi ikan badut akan naik ke permukaan dan hidup dengan memakan

plankton. Setelah cukup besar, anakan ikan badut akan turun dari permukaan dan mencari

anemon inang yang sesuai. Di anemon inang, mereka akan mengikuti tahapan hirarki yang ada.

Setelah tumbuh dari anakan menjadi remaja yang belum matang secara seksual, ikan badut akan

masuk ke tahap berikutnya, yaitu mengembangkan alat reproduksi jantan (gonad) yang matang

sebagai pasangan betina dominan. Ikan badut merupakan salah satu jenis ikan hias air laut yang

berhasil dikembangbiakkan di penangkaran dalam skala besar (http://adearisandi, 2012).


2.3. Tingkat Pengusahaan

Clown fish merupakan salah satu ikan hias laut yang mempunyai harga yang bervariasi

yaitu mulai dari kisaran harga Rp 5000 sampai jutaan rupiah. Jika dilihat dari segi ukuran dan

usia pemeliharaan, dibandingkan dengan harganya yang cukup tinggi maka dapat memberikan

asumsi bahwa budidaya clownfish dapat memberikan keuntungan yang luar biasa. Tingginya

harga clownfish sangat ditentukan oleh keunikan warna dan coraknya. Untuk Amphiprion

percula, salah satu faktor penentu harga adalah ketebalan warna hitamnya. Induk Amphiprion

percula onyx yang hampir semua tubuhnya berwarna hitam hanya mampu mewariskan warna

yang sama dengan induknya sekitar 5 – 7 % dan sisahnya hanya memiliki warna hitam separuh

badan dan bahkan ada yang tidak memiliki warna hitam. Oleh karena itu perlu adanya penelitian

dan pengkajian dalam menciptakan corak dan warna yang diinginkan oleh pasar sehingga dapat

meningkatkan nilai ekonomisnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menyikapi hal

tersebut adalah dengan melalui perkawinan silang (hybrid) (Fricke, 1977).


BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Kesimpulan dalam pembuetan makalah ini mengenai ikan nemo atau biasa disebut ikan

badut yaitu :

1.Ikan nemo (Clown fish) memiliki potensi yang cukup tinggi. Ikan ini memiliki 30 spesies yang

umum disebut ikan badut.29spesiesdiantaranya dikelompokkan dalam genus Amphiprion dan

sisanya 1 spesies dalam sebagai anggota genus Premnas.

2.Clownfish merupakan salah satu ikan hias laut yang mempunyai harga yang bervariasi yaitu

mulai dari kisaran harga Rp 5000 sampai jutaan rupiah.

3.2. Saran

Adapun saran kami yaitu setelah melakukan pembuatan makalah ini, kami berharap di

kemudian hari dilakukan praktikum mengenai ikan badut (Clown fish) agar kami dapat

mengetahui lebih jauh lagi mengenai ikan badut (Clown fish).


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. www.freshmarine.com. Diakses 5 Juni

2014Anonim.2010.http://adearisandi.wordpress.com/2012/01/25/ikan-badut-clownfish. Diakses

5 Juni 2014Anonim. 2010. www.wikipedia.com. Diakses 5 Juni 2014Anonim.

2012.http://adearisandi.wordpress.com/2012/01/25/ikan-badut-clownfish. Diakses 5 Juni

2014Burgess, W. et all., 1990.

Atlas of Marine Aquarium Fishes, Second Edition

. TFHPublication. Sidney-AustraliaEmmens, C.W., 1988.

Marine Fishes and Invertebrates in Your Own Home

. TFHPublications. Sydney-AustraliaRichard, B., Rickajzen, S., Barker, J. 2007.

Ocean, Revealing The Secrets of The Deep

. Atlantic Publishing. UK. Pg 210

Anda mungkin juga menyukai