Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KULTUR IKAN HIAS AMPHIBRION


(NEMO)

DOSEN PEMBIMBING:
Dr.Ir.SYAFIUDDIN, M.Si

Di susun oleh :
SALSA ANDINI L031201009

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANNUDIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji  Syukur  kami  ucapkan kepada  Allah  Yang  Maha  Esa,  karena  atas  berkat 
rahmat dan karuniaNya,  makalah  ini  dapat  terselesaikan  dengan  baik.  Yang 
”KULTUR IKAN HIAS AMPHIBRION (NEMO)” Meskipun banyak hambatan yang
kami  alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaian makalah ini
tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini. kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Makassar, 04 Oktober 2021

Salsa Andini
1.PENDAHULUAN

Ikan badut atau clownfish merupakan salah satu jenis ikan yang digemari oleh
penggemar ikan hias. Ikan ini hidup pada daerah perairan tropis dangkal dan
bersimbiosis dengan anemone sebagai habitatnya. Ikan ini masuk dalam kelompok
Pomancentridae dan beberapa genus yang sering ditemui ialah Amphiprion dan
Premnas. Ikan badut merupakan ikan omnivore, ikan ini memakan larva crustacea,
parasit dan anemon alga. Ikan ini dikenal ikan agresif dalam menjaga teritorinya. Ikan
ini tersebar luas di ekosistem terumbu karang di wilayah tropis dan subtropis mulai
dari Indo-Barat Pasifik: Archipelago Australia Indo termasuk India, Burma, Thailand,
Malaysia, Indonesia, Filipina, Nugini, New Britain, Kepulauan Solomon, Vanuatu dan
Australia (Madhu, 2012).

Para anemon milik keluarga Pomacen- tridae terdiri dari 27 spesies genus Am-
phiprion dan satu spesies dalam genus Premnas, dan merupakan spesies yang paling
popular dalam perdagangan akuarium laut karena memiliki warna yang menarik
mereka, serta harga bernilai ekonomis tinggi setiap ekornya berkisar hingga
Rp.10.000 s/d Rp.80.000. Ikan badut mempunyai karakteristik khusus terutama untuk
studi vertebrata (Langelandand Kimmel, 1997; Falk-Petersen, 2005). Ikan badut ini
termasuk dalam jenis ikan yang hermaprodit protandri, Herma- prodit protandri
merupakan keadaan dimana proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase jantan ke
fase betina. Ikan ini memulai siklus reproduksinya sebagai ikanjantan yang berfungsi
kemudian berubah menjadi ikan betina yang berfungsi perubahan kelamin ini
dipengaruhi ukuran umur dan jenisnya. Tingkat kematangan gonad dapat
dipergunakan sebagai penduga status reproduksi ikan, ukuran dan umur pada saat
pertama kali matang gonad, proporsi jumlah stok yang secara produktif matang
dengan pemahaman tentang siklus reproduksi bagi suatu populasi atau spesies.
Biologi reproduksi ikan adalah aspek mendasar dari ikhtiologi yang penting untuk
keperluan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan.Pengkajian jenis
kelamin dan tingkat kematangan gonad dalam aplikasinya dapat merupakan
pengetahuan dasar dari biologi reproduksi suatu sediaan dan potensi
reproduksinya.Sumber daya perikanan termasuk sumber daya yang dapat pulih
kembali, namun tetap diperlukan upaya untuk penjagaan kelestariannya.Salah satu
upaya pengelolaan dan pengembangandan pelestarian ikan badut ini yaitu dengan
mengetahui perubahan jenis kelamin berdasarkan ukuran panjang tubuh dengan
pengamatan histologis dan morfologi gonad, mengetahui aspek biologi reproduksi
meliputi tingkat kematangan gonad dan fekunditas ikan badut (Amphiprion
ocellaris). Mengetahui perubahan jenis kelamin berdasarkan ukuran panjang tubuh
ikan badut dengan pengamatan morfologi dan histologist gonad dan Mengetahui
aspek reproduksi ikan badut meliputi TKG (Tingkat Kematangan Gonad), Indeks
Kematangan Gonad (IKG), fekunditas dan diameter telur berdasarkan ukuran tubuh
Memberikan informasi ilmiah bagi dunia ilmu pengetahuan terkait pengelolaan dan
pengembangan sumberdaya ikan badut untuk kegiatan pengelolaan penangkapan,
budidaya dan konservasi.
2.PEMBAHASAN

2.1 Aspek Biologi Dan Reproduksi


a. Biologi Ikan Badut (Nemo)

Klasifikasi dan Morfologi Ikan Badut

Ikan badut yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis ikan badut Amphiprion

percula. Klasifikasi ikan badut Amphiprion menurut Burges (1990), adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata
Subfilum :Vertebrata
Superkelas :Osteichthyes
Kelas :Actynopterygii
Subkelas : Neopterygii

Ordo : Perciformes
Subordo : Labroidei
Famili : Pomacentridae
Genus : Amphiprion

Spesies : Amphiprion percula

Ikan badut (Amphiprion percula) memiliki ciri warna tubuh jingga (orange),

ukuran kecil, gerakan lincah dan termasuk ikan jinak, dihiasi dengan 3 garis putih

dengan siluet hitam gelap pada bagian pangkal kepala, tengah-tengah badan dan pangkal

ekor serta suka bersembunyi atau berlindung pada anemon

6
(Burgess, 1990). Garis putih di bagian badan mempunyai corak yang berbeda dengan dua

garis putih lainnya, sisi luar garis putih dihiasi siluet hitam, sisik relatif besar dengan sirip

dorsal yang unik. Pola warna pada ikan ini sering dijadikan dasar pada proses identifikasi,

disamping bentuk gigi, kepala dan bentuk tubuh. Kapsul-kapsul beracun pada cabang-

cabang anemon laut akan membuat ikan yang menyentuhnya terluka atau mati. Namun ikan

badut tidak pernah terluka oleh anemon laut, bahkan ikan badut bersembunyi di balik

cabang-cabang tersebut (Fautin, et.,al. 2007).

Ikan badut akan segera kehilangan kekebalannya bila dipisahkan dengan anemon

selama beberapa jam. Untuk menjadi kebal kembali perlu beradaptasi dan memerlukan

waktu seperti disebutkan di atas. Setiap jenis ikan badut memiliki kriteria dalam memilih

anemon (Mebs, 1994).

Ikan badut dikenal sebagai ikan yang berenang lambat sehingga ikan tersebut

cenderung mengandalkan anemon sebagai tempat perlindungan dari ikan-ikan

pemangsa. Berikut ini adalah gambar morfologi Ikan badut (Amphiprion percula) dapat

dilihat pada Gambar 2.

Sirip punggung berduri Sirip punggung lunak

Mata Sirip ekor

Mulut

Operkulum Sirip anal

Sirip dada Sirip Perut

Gambar 2. Morfologi ikan badut (Amphiprion percula)


b. Reproduksi ikan badut (nemo)

tahukah anda bahwa si ikan “nemo” itu juga mempunyai sistem reproduksi dan pola
mengasuh anak yang cukup unik ? Dalam kelompok ikan badut, atau juga lebih dikenal
sebagi ikan giru atau anemonefish, ada hirarki dominasi yang ketat. Ikan badut yang
bertubuh paling besar dan agresif dan berkelamin betina berada di tempat yang paling  atas.
Dan di dalam satu kelompok, perkawinan hanya dilakukan oleh dua anemonefish, jantan
dan betina, melalui fertilisasi eksternal. Anemonefish juga diketahui sebagai hermaprodit
berurutan, yang artinya, di awal perkembangannya  mereka akan berkelamin jantan, dan
ketika mereka dewasa, ikan badut jantan terbesar, secara otomatis akan berubah menjadi
betina,  Jika sang betina mati atau terbawa arus. Dan kemudian jantan yang tersisa akan
naik level dalam hirarki.

Anemonefish bertelur pada permukaan datar dekat dengan si anemon induk semang


mereka.Di alam liar, biasanya bibit anemonefish ada pada sekitar waktu bulan
purnama. Anemonefish dapat meletakkan ratusan atau ribuan telur.  Dan Induk jantan
menjaga telur sampai menetas sekitar enam sampai sepuluh hari kemudian, biasanya dua
jam setelah senja. Dalam hal pengasuhan, biasanya anemonefish jantan sering menjadi
pengasuh telur. Fekunditas, atau tingkat reproduksi, betina biasanya berkisar 600-1.500
telur tergantung pada ukuran si betina. Cara si indukan jantan ikan badut dalam merawat
telur mereka adalah  dengan cara mengipasi dan menjaga mereka selama 6 sampai 10 hari,
sampai menetas. Penelitian telah menunjukkan bahwa, secara umum, telur berkembang
lebih cepat , ketika si jantan mengipasinya dengan  benar. Ini karena mengipasi telur,
mewakili mekanisme penting dari pengembangan telur. Hal ini menunjukkan bahwa si
jantan memiliki kemampuan untuk mengontrol keberhasilan penetasan telur .
2.2 Tekhnik Budidaya (Perbenihan dan Pembesaran)
 Pembenihan
1.) Pedederan Benih
Benih dalam akuarium ukuran 100 cm x 40cmx 60 cm selama 1-2 bulan hingga berukuran 2
cm. Kepadatan benih 500 ekor per akuarium dengan menggunakan sistem resirkulasi. Pakan
yang berupa pakan alami jenis rotifera dan artemia serta pakan buatan, pemberian pakan 2
jam sekali.
2). Mencari Induk yang Berkwalitas
Untuk memperoleh bibit ikan Badut yang berkualitas langkah yang perlu dilakukan
ialah harus mencari Indukan yang berkwalitas pula.Biasanya yang diperlukan adalah
indukan dari alam. Namun jika ini sulit dilakukan kita bisa mendapatkan dari kolam
pemijahan namun kita perlu melakukan seleksi ketat dengan menyeleksi segi
Kesehatan, jenis, ukuran,warna maupun berbagai karakter lain yang digemari ,diminati
konsumen sesuai dengan selera pasar sekarang ini.
3). Perjodohan
Mencarikan pasangan jodoh untuk jenis ikan nemo ini bisa disebut sulit jika tidak hati hati.
Bagaimanapun ikan Badut ini memiliki selera yang sangat tinggi untuk berpasangan. Jika
ikan ini tidak merasa cocok maka setiap saat hanya akan berantem sampai salah satu ada
yang meninggal. Maka proses penjodohan ini dilakukan untuk mendapatkan pasangan induk
yang cocok. Cara membedakan jenis kelamin tiap ekornya kita bedakan dengan melihat
ukuran tubuhnya Untuk membedakannya , cukup memilih induk yang besar biasanaya
berkelamin betina dan induk yang agak kecil biasanya berkelamin jantan Lalu dimasukkan
dalam aquarium yang sudah disiapkan, sebaiknya sirkulasi air dilakukan selama 24 jam agar
kondisi kualitas air tetap terjaga hingga nyaman untuk ditempati jenis ikan ini. Setelah
perjodohan dilakukan, sebaiknya diamati terus, yang perlu diperhatikan agar mengetahui
lebih awal apakah pasangan ikan tersebut sudah cocok harmonis? Namun jika tidak
terjadi kecocokan maka tindakannya adalah pasangan tersebut harus dipisahkan dengan
segera atau digantikan dengan yang lain sampai mendapatkan pasangan yang benar
benar cocok, tandanya jika sudak tidak ada pertengkaran berarti kondisi sudah saling
cocok,sebaliknya jika terus berantem langkah yang perlu dilakukan adalah memisahkan
mereka satu sama lainnya sehingga betul terpisah.
4). Pengelolaan Indukan
Salah satu yang paling utama untuk mempercepat proses pemijahan dan dapat menghasilkan
telur yang berkualitas adalah memilih pakan yang diberika harus sangat berkualitas pula dan
diberikan sesering mungkin.Biasanya pada tahapan awal pemijahan telur yang akan
dihasilkan masih sedikit dan bahkan terkadang tidak berhasil menetas, namun pada
Pemijahan pada tahap selanjutnya produksinya bisa akan terus meningkat maka sebaiknya
kondisi ini jangan dipersoalkan jika tidak langsung dapat berhasil menetaskan karena perlu
proses yang memerlukan kehati hatian .Proses pemijahan terjadi pada siang hari yaitu sekitar
pukul 12 siang sampai 5 sore dimana induk an betina perlahan meletakkan dan menata
telurnya pada subsrat dekat anemone lalu dibuahi oleh pejantan, hal ini dilakukan secara
berulang ulang sampai proses pemijahan selesai.Telur dijaga dan juga dibersihkan oleh
induknya namun yang paling dominan adalah pejantan. Setelah telur menetas menjadi larva
setelah berumur sekitar atau sampai 8 hari dan biasanya telur menetas di malam hari yaitu
sekitar pukul 7 malam sampai pikul 8 malam.
5). Pengelolaan larva
Dalam pengelolaan larva ini ada beberapa yang kita harus lakukan diantaranya,sebaiknya
wadah yang digunakan minimal dengan volume sekitar 1 ton atau lebih karena semakin
kecil volume air maka perubahan kualitas air juga semakin cepat dan sangat akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan larva Hal ini dapat dilihat dari perubahan warna pada
larva dari mulai berwarna hitam kelam menjadi berwarna agak merah kemerahan dan pada
saat itulah larva dapat memakan naupli artemia. Sebagai pakan tambahan juga dapat
diberikan berupa pellet setelah umur kurang dari sekitar 10 hari. Maka larva sudah dapat
dipindahkan ke wadah untukpembesaran setelah mencapai 12 hari pemeliharaan.
 Pembesaran

Untuk proses pembesaran ikan nemo ini bisa dapat dilakukan pada aquarium yang
berukuran lebih besar sesuai dengan perbandingan isinya.Bisa juga dilakukan di bak fiber
atau kolam yang steril, namun untuk lebih memudahkan menangani ikan nemo ini kita harus
pisahkan di aguarium terlebih dahulu.Jadi disaat benih yang baru keluar dari bak larva
sebaiknya dipelihara dalam aquarium terlebih dahulu dengan kondisi system air mengalir
secara terus menerus. Beberapa pertimbangan kenapa dipilih penanganan di aquarium
karena akan mempermudah upaya untuk mengontrol penyakit yang mengancam pemberian
pakan, perbaikan kualitas. Kemudian jika perkembangan semakin baik ,setelah berukuran
sekitar 2 cm sebaiknya dipelihara di wadah yang lebih luas,lebih sesuai. Namun pemberian
pakan sebaiknya diberikan sesering mungkin setidaknya minimal 3 x sehari , dengan jenis
pakan yang dianjurkan dapat berupa vur atau semacam pellet, atau artemia, jenis cacing
renik, atau udang renik ataupun jentik jentik nyamuk atau larva nyamuk.
2.3 Kendala / Hambatan
Kendala dan Hambatan dalam budidaya ikan hias nem
1.Mahalnya harga pakan.
2.Susahnya Ketersedian benih yang berkualitas.
3.Besarnya biaya pembuatan kolam.
4.Waktu pengontrolan setiap saat.
5.Pemberian pakan harus tepat waktu.
6.Susah untuk beradaptasi dengan lingkungan.
7.Tidak semua species ikan bisa dibudidayakan.
8.Keterbatasan lahan untuk budidaya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor: YayasanDewi Sri.


2. Falk-Petersen, I. B. 2005. Comparative organ differentiation during early life stages of
marine fish. Fish Shellfish Immun., 19, 397 – 412.

3. Mariskha,P.R, 2012. Aspek Reproduksi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus sex


fasciatus) di Perairan glondo nggede Tuban, Jurusan Biologi, Fakultas matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Institut teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

4. Munafi, A.B., Lokman, N.H., Asma, N.A., Sarmiza, S., dan Abduh,
M.Y. 2011.Histological Sudy on the gonad of the Protandrus Anemofish
5. Setiawati, K.M, Gunawan, dan Hutapea, J.H. 2012. Biologi Reproduksi Induk Ikan Klon
Hitam (Amphiprion percula) di Hatchery. 1 (4) : 182-190.
6. Mariskha,P.R, 2012. Aspek Reproduksi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus sex
fasciatus) di Perairan glondo nggede Tuban, Jurusan Biologi, Fakultas matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Anda mungkin juga menyukai