Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Ikan Buntal sering disebut juga blowfish, toadfish, swellfish, globefish dan ikan balon. Nama-nama
tersebut disesuaikan dengan kebiasaan mereka menggembungkan tubuh dengan air atau udara di saat
terancam, sehingga predator akan kesulitan menelan ikan buntal tersebut. Ikan buntal adalah spesies
ikan yang umumnya hidup di laut dan memiliki perilaku dan anatomi yang unik. Ikan ini termasuk kedalam
famili Tetraodontidae. Meskipun famili Tetraodontidae sebagian besar ditemukan di perairan laut tetapi ada
beberapa spesies yang ditemukan di air payau dan air tawar. Ikan Buntal memiliki kemampuan unik yaitu
dapat memperbesar ukuran tubuhnya dengan menelan air masuk ke dalam perutnya atau ia dapat
menggelembungkan tubuhnya jika ia merasa terancam.

Keunikan selanjutnya yaitu ikan ini mengandung racun tetapi dapat di konsumsi jika tepat cara
pengolahannya. Di Jepang, hidangan ikan buntal ini menjadi special dan sangat berharga karena hanya
restoran-restoran tertentu yang koki nya telah memiliki sertifikat saja yang bisa menyajikan hidangan ikan
buntal ini. Racun ikan buntal juga menjadi racun kedua yang paling berbahaya setelah katak emas.

1.2.Tujuan
1. Untuk mengetahui Penyebaran ikan buntal
2. Untuk mengetahui Klasifikasi Ikan Buntal
3. Untuk mengetahui Cara makan dan ukuran tubuh ikan buntal
4. Untuk mengetahui Morfologi ikan buntal
5. Untuk mengetahui Anatomi ikan buntal
6. Untuk mengetahui Manfaat ikan buntal
7. Untuk mengetahui Racun ikan buntal

1.3.Rumusan Masalah
1. Dimana saja Penyebaran ikan buntal?
2. Tuliskan Klasifikasi Ikan Buntal ?
3. Bagaimana Cara makan dan ukuran tubuh ikan buntal?
4. Bagaimana Morfologi ikan buntal?

1
5. Bagaimana Anatomi ikan buntal?
6. Apa saja Manfaat ikan buntal?
7. Mengapa ikan buntal beracun?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyebaran Ikan Buntal

Menurut Deskawati, dkk (2014:102) bahwa Ikan Buntal termasuk ke dalam famili Tetraodontidae yang
terdiri dari 19 genus dengan 130 spesies. Ikan Buntal terdistribusi di daerah tropis dan sub tropis di
Samudera Atlantik, India, dan Pasifik. Ikan ini banyak ragamnya di perairan tropis, tidak umum ada di
perairan subtropis maupun di perairan dingin. Di Asia ikan buntal menyebar di Jepang, India, Birma,
Thailand, Singapura dan Philipina. Di Indonesia sendiri, ikan buntal tersebar di seluruh perairan seperti
Pulau Weh, Sumatera (Bagan Siapi-api, Sibolga, Deli), Pulau Bintang, Pulau Bangka, Pulau Jawa (Jakarta,
Karawang, Subang, Cilacap, Semarang, Surabaya), Madura, Kalimantan (Pemangkat, Singkawang,
Pontianak, Sungai Kapuas, Banjarmasin, Sungai Mahakam).

Beberapa jenis Ikan Buntal yang pernah ditemukan di perairan tawar Indonesia adalah Tetraodon
palembangensis ditemukan di Sungai Musi, Palembang, Tetraodon leiurus ditemukan di Sungai Kapuas,
Borneo, Tetraodon erythrotaenia ditemukan di Sungai Mirdika, Pulau Ambon, Tetraodon fluviatilis
ditemukan di perairan Pontianak, dan Tetraodon nigroviridis ditemukan di perairan Sumatera.

Sumber: www.alamy.com Sumber: www.pinterest.com

Gambar : Tetraodon palembangensis Gambar : Tetraodon leiurus

3
Sumber : http://fishesofaustralia.net.au Sumber : www.ebay.com

Gambar: , Tetraodon erythrotaenia Gambar : , Tetraodon fluviatilis

Sumber : www.seriouslyfish.com Gambar : Tetraodon nigroviridis

2.2 Klasfikasi Ikan Buntal

Klasifiasi Ilmiah Ikan Buntal :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Upaphylum : Vertebrata

Kelas : Actinopterygii

Upakelas : Neopterygii

Ordo : Tetraodontiformes

4
Famili : Tetraodontidae
Genus : Tetraodon
Spesies : Tetraodon lunaris (buntal pisang)

2.3 Cara Makan dan Ukuran Tubuh Ikan Buntal

Ikan Buntal ini adalah predator malam hari, biasanya bersembunyi di celah-celah
karang pada siang hari dan baru akan berakasi mencari makan pada malam hari. Gigi yang
menyatu bersama menjadi satu kesatuan, menciptakan mulut yang kuat dan dapat meretakan
kulit kerang siput, landak laut, dan kepiting yang merupakan makanan utama ikan buntal.
Ukuran tubuh ikan buntal ini sebenarnya kecil , namun ia dapt menggelembungkan
tubuhnya hingga 3kali dari ukuran normal tubuhnya.

Sumber : 51cantikmanis.blogspot.com

Gambar . Ikan buntal ketika normal dan ketika menggembung

2.4 Morfologi Ikan Buntal

Menurut Wibowo (2014) yang menarik dari ikan ini adalah terletak pada bentuk tubuhnya yang
bulat dan berduri. Kemampuan dari kulit ikan ini yang bisa mengembung ketika menghadapi stress dan
gangguan dari luar. Luhulima, dkk (2017: 14) Ikan buntal (puffer fish) tergolong ke dalam famili
Tetraodontidae yang memiliki tubuh berbentuk torpedo, kulit tubuh yang sangat lembut dengan duri
kecil,dan gigi yang berbentuk paruh. Karakteristik lain dari ikan tersebut adalah racun neurotoksin
dan tetrodotoksin (TTX) yang dijumpai di kulit, daging, dan organ dalam sehingga dapat
menyebabkan efek keracunan pada manusia. Sampai saat ini ikan buntal dikenal sebagai vertebrata

5
nomor dua paling beracun di dunia

Tetraodontidae adalah sebuah famili dari ikan muara dan laut yang berasal dari ordo
Tetraodontiformes. Secara morfologi, ikan-ikan serupa yang termasuk dalam famili ini serupa
dengan ikan landak yang memiliki tulang belakang yang lebih tipis, tersembunyi, dan dapat
terlihat ketika ikan ini menggembungkan diri. Menurut Rahayu,dkk (2015: 80) bahwa Ikan buntal
berasal dari family Diodontidae dan berasal dari ordo Tetraodontiformes. Nama tetraodontiformes berasal
dari morfologi gigi ikan ini, yaitu memiliki empat gigi besar, dua gigi besar pada rahang atas dan
bawahnya yang cukup tajam yang digunakan untuk menghancurkan cangkang krustasea
dan moluska, mangsa alami mereka.

Sumber: https://www.idntimes.com sumber:thamsilthamsil.blogsport.com

Gambar : gigi ikan buntal Gambar : duri ikan buntal

Contoh Ikan buntal Tetraodon nigroviridis merupakan salah satu jenis ikan buntal, yang umum
dikenal sebagai ikan buntal air tawar. Pada ikan dewasa, bagian atas tubuh berwarna hijau dengan
banyak spot hitam, sementara di bagian bawah tubuh berwarna putih kecoklatan. Ikan tersebut sangat
sensitif, dalam keadaan stress warna tubuh mereka akan berubah menjadi hijau gelap, tidak memiliki
keinginan untuk makan, dan hanya berenang di bawah permukaan. Hal tersebut dapat mengganggu
pertumbuhan dan reproduksi, bahkan menyebabkan kematian. T. nigroviridis merupakan ikan
omnivora, yaitu selain memakan alga di atas batu atau karang, ikan tersebut juga menelan avertebrata
kecil seperti halnya udang dan moluska. T. nigroviridis memerlukan makanan berupa moluska
(siput/kerang) untuk mencegah gigi mereka tumbuh terlalu besar.

6
Contoh spesies berikutnya adalah Tetraodon lunaris (buntal pisang) Ikan buntal pisang
memiliki bentuk badan membulat. Mulut kecil dengan moncongnya yang tumpul. Ikan ini memiliki 4 buah
gigi seri yaitu 2 buah gigi di rahang atas menyatu dan 2 buah berada di rahang bawah menyatu. Gigi tersebut
menyerupai paruh burung kakak tua. Ikan buntal pisang berwarna kuning kecokelatan dari ujung kepala,
bagian punggung (dorsal) sampai sirip ekor dan berwarna putih di bagian perut (ventral) serta ujung sirip
ekor. Ikan buntal pisang memiliki satu sirip 8 punggung, satu sirip ekor, satu sirip dubur, dan sepasang sirip
dada. Sirip punggung memiliki 12-13 jari-jari lemah. Sirip dubur memiliki 10-11 jari-jari lemah dan sirip
dada memiliki 16 jari-jari lemah. Gurat sisinya terlihat dari bagian anterior mata sampai ke dorsal dan
berakhir di pangkal ekor .

Sumber: www.semuaikan.com

2.5 Anatomi Ikan Buntal

Menurut Yusfiati, dkk (2006: 12 ) bahwa Ikan buntal memiliki keunikan pada alat
pencernaannya yaitu lambung yang mampu menggelembung, sehingga ikan ini dikenal sebagai blowfish.
Kantung lambung ikan buntal dapat membesar dengan cara memasukkan air/ udara ke dalam lambung.
Kemampuan menggelembung ini disebabkan oleh bekerjanya otot esofagiko-kardia dan otot sfingter
pilorik.. Air atau udara yang mengisi lambung pada saat pengosongan kantung lambung dikeluarkan
melalui celah insang yang berada di bagian anterior sirip dada. Modifikasi lambung ikan buntal
digunakan sebagai alat untuk mempertahankan dirinya dari predator. Lambung ini dapat menjadi besar
karena kulit ikan buntal memiliki serabut kolagen tidak elastis tersusun berombak di bagian dermis yang
dapat mengulur menjadi memanjang saat terjadinya penggelembungan. Ikan ini juga tidak memiliki tulang
rusuk pleural, sirip pelvis dan tulang pelvis. Pengosongan kantung lambung dapat berlangsung oleh

7
kontraksi otot lambung yang dibantu oleh otot-otot abdominal tubuh ikan. Air atau udara yang mengisi
lambung pada saat terjadi pengosongan kantung lambung dikeluarkan melalui celah insang yang berada di
bagian anterior sirip dada. Modifikasi lambung ikan buntal digunakan sebagai alat untuk mempertahankan
dirinya dari predator.
Alat pencemaan ikan buntal pisang yaitu rongga mulut ikan buntal pisang mempunyai gigi, dan
lidah. Gigi ikan memiliki dua gigi incisivus di rahang atas yang menutupi dua gigi incisivus di rahang
bawah sehingga terlihat seperti paruh burung kakak tua. Masing-masing gigi tersebut menyatu. Gigi ini
berfungsi memo tong makanan menjadi potongan-potongan kecil yang kemudian ditelan ke dalam mulut.
Lidah ikan terdapat di dasar mulut dan bersifat statis yang tidak dapat digerakkan secara bebas. Faring ikan
ini terletak di antara insang kiri dan insang kanan. Ikan ini memiliki tapis insang yang tidak berfungsi
sebagai alat penyaring makanan, karena tapis insangnya pendek, kaku dan tidak rapat. Insang ikan ini tidak
mempunyai apparatus operculum dan memiliki celah insang tunggal. Esofagus ikan buntal pisang
merupakan saluran pendek lanjutan dari faring dan berhubungan dengan pars kardia lambung. Tidak
ditemukar. hubungan antara esofagus dengan gelembung renang. ( Yusfiati, dkk .2006: 12 )
Lambung ikan buntal pisang terdiri atas parskardia, pars fundus dan pars pilorus. Lambung
iniberbentuk seperti kantung sederhana yang besar,mempunyai dua divertikula yang masing-masingterletak
di daerah pars kardia dan pars pilorus. Pars kardia berhubungan dengan bagian distal esofagus dan pars
pilorus berhubungan dengan proksimal usus depan. Pars kardia dan pars pylorus lebih pendek dari pars
fundus. Pars fundus buntal pisang dilapisi oleh dinding yang tipis dan melekat pada dinding abdomennya.
Lipatan longitudinal mukosa pars kardia dan pars pilorus ikan buntal pisang lebih kecil. Lipatan-lipatan
longitudinal yang kecil tersebut merupakan struktur yang beradaptasi lebih banyak sebagai tempat makanan
dan air/udara pada saat hewan mempertahankan diri. Dengan demikianmakanan tidak dapat ditahan dengan
baik di dalam lambung ikan buntal pisang. Struktur lipatan-lipatan longitudinal ini menunjukkan kurang
efisiensinya sistem pencemaan di dalam lambung, karena adanya fungsi ganda dari lambung ikan buntal
pisang.
Sedangkan dua divertikula di lambung ikan buntal pisang diduga berfungsi sebagai tempat maserasi
makanan dan tempat makanan yang terdesak pada saat lambung berisi air. Usus ikan buntal pisang terdiri
atas usus depan, usus tengah, usus belakang. Struktur usus ikan memiliki satu Iipatan. Bagian usus depan
dan belakang memiliki diameter lebih besar dibandingkan dengan bagian usus tengah dan rektum. (
Yusfiati, dkk .2006: 13 )

8
2.6 Manfaat Ikan Buntal

Menurut Ginting,dkk ( 2015:221) bahwa di Indonesia ikan buntal lebih banyak dijadikan ikan hias
air laut, namun sangat sedikit yang menjadikannya untuk dikonsumsi. Pada dasarnya ikan ini baik dan enak
untuk dikonsumsi, namun racun tetraodotoxin yang dimiliki organ dalamnya dapat menyebabkan kematian
pada manusia, oleh karenanya pengolahan daging ikan ini sebaiknya dilakukan oleh koki yang telah
bersertifikasi. Selain itu variasi warna dan morfologi tubuhnya sangat berpotensi dalam pengembangan
dunia ikan hias.
Menurut Rahayu,dkk (2015: 80) bahwa kulit ikan buntal juga bisa di manfaatkan dengan
mengawetkan kulit nya atau dengan proses penyamakan kulit. Menurut Deskawati, dkk (2014: 102) bahwa
. Tetrodotoksin, racun yang trkandung di dalam ikan buntal meskipun berbahaya, ternyata dapat
dimanfaatkan terutama pada bidang farmasi dapat digunakan sebagai obat anastesi lokal (dapat memblok
syaraf). Tetrodo- toksin yang dicampur dengan bupivacaine dan dexamethasone dapat meningkatkan waktu
anastesi.

2.7 Racun Ikan Buntal

Para peneliti dari Institute of Molecular and Cell Biology (IMCB) dan National University
of Singapore (NUS) bahkan menunjukkan bahwa ikan buntal menggunakan racun tersebut. Racun
tetrodotoxin yang 20 kali lipat lebih mematikan daripada sianida ini digunakannya untuk
membantu proses perkembangbiakan dan menghindari pemangsa. Melalui proses yang disebut

9
adaptasi evolusi, ia menjadi kebal terhadap racun tetrodotoxin yang berasal dari sesuatu yang
dimakannya, khususnya dari makhluk hidup laut yang terkontaminasi racun.

Menurut Pratama (2015: 7) Ikan buntal pisang memiliki kandungan racun yang tinggi pada
jaringan ototnya yaitu lebih dari 1000 MU/g, sedangkan pada kulit ikan ini mempunyai kandungan
racun antara 100-1000 MU/g. Tingkat toksisitas yang rendah terdapat pada bagian ovari, testis, hati
dan usus ikan ini yaitu kurang dari 10 MU/g.

Menurut Deskawati, dkk (2014: 102) bahwa Ikan buntal memiliki kandungan meta- bolit primer
yang cukup lengkap terutama asam aminonya, ikan buntal juga memiliki kandungan metabolit sekunder
seperti racun tetrodotoksin (TTX). Racun ini biasanya digunakan sebagai alat pertaha- nan diri dari
serangan predator. Beberapa kasus keracunan yang terjadi di Indonesia diantaranya pada tahun 2010 dan
2008 di Cirebon.
Menurut Pratama (2015: 5) Ikan buntal terkenal dengan kandungan racunnya yaitu
tetrodotoksin (TTX). Tetrodotoksin adalah senyawa yang larut dalam air, tidak berwarna, tidak berbau,
stabil oleh panas dan tidak akan terdegradasi oleh proses pemasakan. Racun ini merupakan neurotoksin
dan belum ada penawar racunnya. Potensi racun pada ikan buntal ini berasal dari makanannya. Jenis
makanan ikan buntal yang mengandung tetrodotoksin yaitu gastropoda Monodonta lineata dan
Gibbula Umbilicalis, kepiting suku Xanthidae, bintang laut dan sebagainya. Tetrodotoksin tersebut
sebenarnya diproduksi dari bakteri laut seperti Vibrio alginolyticus, Shewanella algae, Shewanella
putrefaciens dan Alteromonas tetraodonis yang terdistribusi pada ikan buntal melalui rantai makanan
Gejala Keracunan Yang Disebabkan Oleh Ikan Buntal
1. Gejala awal timbul 15 menit hingga beberapa jam pasca paparan dengan makanan yang
mengandung tetradoksin,
2. Diawali dengan rasa mual
3. Muntah-muntah,
4. Mati rasa dalam rongga mulut,
5. Mucul gangguan fungsi saraf yang ditandai dengan rasa gatal di bibir, kaki dan tangan,
6. Terjadinya kelumpuhan dan kematian akibat sulit bernafas dan serangan jantung. Gejala
tersebut timbul selama 10 menit pertama hingga 30 menit,
7. Kematian dapat terjadi dalam 4 hingga 6 jam, kematian terjadi akibat paralisis otot-otot
pernapasan dan gagal nafas.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ikan buntal termasuk ke dalam ordo tetraodontiformes, yaitu memiliki bentuk tubuh
bundar seperti bola, memiliki duri-duri kecil diperutnya dan memiliki empat buah gigi. Sebagai
wujud pertahanan dirinya, ia mampu mengembungkan tubuhnya hingga 3 kali ukuran tubuhnya
jika ia merasa terancam. Racun yang terkadung pada bagian dalam ikan buntal ini disebut
Tetrodotoksin (TTX). Racun ini sangat mematikan dan akan bereaksi pada korbannya hanya
dalam waktu kurang dari setengah jam.

3.2 Saran

Dalam penyempurnaan makalah ikan buntal ini diharapkan saran dan kritik yang membangun baik
dari pembaca maupun dari ulasan-ulasan

11
DAFTAR PUSTAKA

Deskawati, dkk. 2014. “Karakterisasi Dan Uji Toksisitas Ikan Buntal Dari Perairan Pameungpeuk, Jawa
Barat.” Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 6(1): 101-107

Gordon, M.S., Plaut, I., and D. Kim. 1996. How puffers (Teleostei: Tetraodontidae) swim.
Journal of Fish Biology. 49: 319 –328.

Ginting,dkk. 2015. “Inventarisasi Jenis-Jenis Ikan Buntal (Famili Tetraodontidae) Di Muara Perairan
Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau”. Jurnal FMIPA. 2(1): 120-129
http://doktersehat.com/seputar-mengenai-ikan-buntal-fugu-kembung/

Luhulima, dkk . 2017. “Pengaruh Peningkatan Salinitas Pada Fisiologi Ikan Buntal Air Tawar (Tetraodon
Nigraviridis) Berdasarkan Perubahan Berat Tubuh Dan Feses”. Pertemuan Ilmiah Nasional
Tahunan XIV & Kongres X ISOI 2017 Tanjungpinang

Pratama. 2015. “Kajian Tetrodotoksin Ikan Buntal Pisang (Tetraodon Lunaris) Dari Perairan Kabupaten
Cirebon.” Thesis. Bogor : Ipb

Rahayu, dkk. 2015. “Pengaruh Natrium Sulfida (Na2s) Pada Proses Pengapuran Terhadap Uji Fisik
Kulit Samak Ikan Buntal (Arothon Reticularis).” Jurnal Perikanan. 17 (2) : 79-84

Wibowo, R.L.M.S Ari., N. Rofiatun. & P. Ambar. 2014. Physical characteristics of reserved and tanned puffer fish

(Arothon reticularis) skin. Proceedings of The 4th International Symposium for Sustainable
Humanospere (ISSH) a Forum of Humanosphere Science School (HSS) 22-23 December 2014.
Bandung, Indonesia. ISSH:102-108

Yusfiati, dkk. 2006. “Anatomi Alat Pencernaan Ikan Buntal Pisang (Tetraodon Lunaris)

[Anatomy Of The Digestive Apparatus Of The Puffer Fish Tetraodon Lunaris] “. Jurnal
Jktiologi Indonesia,. 6(1) : 11-21

12

Anda mungkin juga menyukai