Anda di halaman 1dari 29

MK.

DDA 2022

Produksi dan
Pertumbuhan Ikan/udang
PRODI AKUAKULTUR, FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Materi
1. Definisi dan kaktor-faktor yang mempengaruhi
2. Critical Standing Crop
3. Kepadatan Ikan/padat tebar
4. Nutrisi, Pakan dan Pertumbuhan Ikan/udang
1. Definisi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produksi dan Pertumbuhan Ikan
1. Produksi adalah total biomass baru yang dihasilkan pada tingkat trofik tertentu.
2. Produksi (perikanan) adalah hasil pertambahan dalam jumlah pada suatu populasi dan
pertambahan biomass ikan yang membentuk populasi tersebut.
Hasil panen atau produksi (yield) ikan per satuan luas merupakan fungsi dari laju pertumbuhan
(growth rate) dan padat penebaran ikan (fish stocking density).
Produksi dibagi menjadi dua
1. gross production dan
2. net production.

Gross production adalah jumlah total penambahan biomass, termasuk biomass yang digunakan
untuk metabolisme dan biomass yang hilang karena mati.
Net production adalah gross production yang dikurangi produksi untuk metabolisme dan mati.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan
1. Faktor internal (internal factors) dan
2. Faktor eksternal (external factors).
Faktor internal adalah hal-hal yang berkaitan dengan individu spesies (akuakultur) itu sendiri,
antara lain: karakter genetik (genetic characters), aktivitas (activity), spesies (species), jenis
kelamin (sex), umur dan ukuran ikan (age and size of fish), kondisi fisiologis (condition of
physiology) yang meliputi kondisi kesehatan (healthy), kematangan gonad atau seksual
(maturity), penyakit (diseases) dan lain sebagainya.
Faktor eksternal merupakan hal-hal di luar individu spesies dan biasanya berkaitan dengan
lingkungan (environment) di sekitar tempat hidup spesies yang dibudidayakan, seperti komposisi
kimia (compound of chemicals) air dan tanah dasar kolam atau tambak, suhu air (water
temperature), salinitas (salinity), oksigen terlarut (dissolved oxygen), derajad keasaman (pH),
level metabolit (metabolite levels) atau produk-produk ekskresi (excretion products) dan
makanan (feed) yang tersedia, baik jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas) serta jumlah
spesies yang memanfaatkan makanan
Pertumbuhan
Laju pertumbuhan relatif (relative growth rate) merupakan pertambahan materi
(bobot/panjang) per unit materi (bobot/panjang) yang ada per satuan waktu
Laju pertumbuhan per satuan bobot cendrung menurun dengan meningkatnya bobot ikan.
Contoh: Ikan karper dengan bobot 500 gram dapat tumbuh 10,6 gram per hari, sedangkan ikan
dengan bobot 250 gram dan 100 gram, masing-masing dapat tumbuh menjadi 6,7 gram per hari
dan 3,6 gram per hari. Pada kondisi yang sama, dua ekor ikan karper dengan bobot masing-
masing 250 gram (= 500 gram) akan tumbuh sebesar 2 x 6,7 = 13,4 gram per hari, sedangkan
lima ekor dengan bobot masing-masing 100 gram (= 500 gram) akan tumbuh sebesar 5 x 3,6 =
18 gram per hari.
Jika pertumbuhan tersebut diekspresikan dalam laju pertumbuhan relatif (relative growth rate),
yaitu persentase bobot tubuh ikan per hari (% BT per hari), maka ikan karper dengan bobot 500
gram akan tumbuh sebesar 2,12 % BT per hari, sedangkan ikan dengan bobot 250 gram dan 100
gram, masing-masing akan tumbuh sebesar 2,68 % BT per hari dan 3,60 % BT per hari (BT =
bobot tubuh). Hal ini dapat dilihat pada ilustrai pada gambar.
Istilah dalam pertumbuhan
F. Pertumbuhan Mutlak (berat/panjang): adalah pertambahan data (bobot atau panjang) ikan yang
dipelihara hingga akhir pemeliharaan. Rumus penghitungan:

Wm = Wt – W0 Lm = Lt – L0
Keterangan:
Lm : Pertumbuhan panjang mutlak (gr)
Wm : Pertumbuhan berat mutlak (gr)
Lt : Berat ikan pada waktu tertentu (gr)
Wt : Berat ikan pada ahir pemeliharaan(gr) L0 : Berat ikan pada awal Pemeliharaan (gr)
W0 : Berat ikan pada awal pemeliharaan (gr)
Spesific Growth Rate (SGR) atau Laju pertumbuhan spesifik: merupakan pertumbuhan ikan dalam
panjang maupun berat selama waktu pemeliharaan. Rumus penghitungan:

𝐼𝑛𝑊𝑡−𝐼𝑛𝑊𝑜
𝑆𝐺𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
Keterangan
SGR : Spesific growth rate (%)
InWt : Berat rata-rata benih pada hari ke-t (g)
In Wo : Berat rata-rata benih pada awal penelitian (g)
2. Critical Standing Crop
Dikarenakan kebutuhan untuk pemeliharaan tubuh harus terpenuhi terlebih dahulu, maka
dengan meningkatnya berat ikan yang melebihi titik dimana laju pertumbuhan ikan adalah
maksimum karena ditopang oleh adanya makanan alami yang mencukupi kebutuhan tersebut,
laju pertumbuhan ikan akan lebih rendah daripada laju pertumbuhan maksimum. Jika
kekurangan makanan masih terjadi, maka laju pertumbuhan akan terus menurun. Hal inilah
yang disebut sebagai critical standing crop (CSC) dari ikan.
Manakala laju pertumbuhan terhenti sama sekali dikarenakan makanan yang tersedia hanya
untuk mencukupi kebutuhan pemeliharaan tubuh, maka keadaan ini disebut sebagai carrying
capacity (CC) atau kapasitas bawaan (daya dukung). Standing crop adalah konsentrasi populasi
untuk area tertentu pada waktu tertentu. Carrying capacity juga disebut dengan maximum
standing crop.
Hepher (1978) mengemukakan bahwa peningkatan populasi (kepadatan) untuk tujuan
menghasilkan produksi besar kemungkinan dilakukan melalui salah satu atau kombinasi dari
beberapa metode yang ada. Metode tersebut adalah
a) peningkatan penggunaan sumber makanan alami melalui budidaya beberapa spesies ikan
berbeda dalam kolam yang sama dan masing-masing memiliki tingkatan trofik berbeda
(dikenal dengan sistem polikultur),
b) peningkatan produksi makanan alami dalam kolam melalui pemupukan kimia atau pupuk
organik dan
c) penambahan pakan suplemen atau makanan tambahan.
Peningkatan pada tingkat kepadatan dan produksi yang dicapai melalui metode-metode
tersebut terbatas, karena penurunan konsentrasi oksigen terlarut dan peningkatan akumulasi
metabolit berhubungan dengan peningkatan kepadatan ikan. Kebutuhan makanan pada ikan
dapat diekspresikan melalui persamaan :
Hubungan ini benar dan hanya berlaku jika makanan yang tersedia mencukupi untuk menyokong
laju pertumbuhan fisiologis maksimum. Apabila jumlah makanan tersebut tidak mencukupi atau
kurang, maka garis lurus (log) dalam persamaan linier tersebut akan membengkok atau terjadi
infleksi
3. Kepadatan Ikan (Fish Density) / Padat Penebaran
(Stocking Density)
Critical standing crop dan carrying capacity diekspresikan sebagai biomass
dalam kg per ha. Biomass merupakan produk dari bobot rata-rata individu ikan
dan jumlahnya per satuan luas (volume). Nilai critical standing crop dan carrying
capacity bisa bertambah atau berkurang, tetapi akan tetap (tidak berubah)
walaupun populasi dalam kolam terdiri atas sedikit ikan-ikan besar atau ikan-
ikan kecil, asalkan jumlahnya banyak. Suatu contoh, critical standing crop dan
carrying capacity pada ikan karper yang dipelihara dalam suatu kolam dengan
penambahan pupuk dan makanan tambahan “cereal grains”:
a. Jika kolam ditebar sejumlah 2.000 ekor ikan karper per ha, critical standing crop bisa tercapai
pada rerata bobot ikan adalah 275 gram (0,275 x 2000 = 550 kg per ha).
Bila, rerata bobot ikan kurang dari 275 gram, maka laju pertumbuhannya dapat maksimal, tetapi
bila rerata bobot individu ikan lebih dari 275 gram, maka laju pertumbuhan yang dicapai tidak
maksimal. Manakala bobot ikan karper mencapai 1 kg (2.000 kg per ha), maka pertumbuhannya
akan terhenti sama sekali.
b. Jika kolam ditebari 4.000 ekor ikan karper per ha, critical standing crop akan tercapai pada
bobot 135 gram (540 kg per ha) dan pertumbuhannya terhenti pada bobot 500 gram.
Apabila kondisi kolam di bawah kondisi critical standing crop, laju pertumbuhan ikan akan
mencapai maksimum dan hasil atau produksinya (yield) akan proporsional terhadap kepadatan
(density). Semakin tinggi kepadatannya, semakin tinggi pula hasil panen atau produksinya.
Sebaliknya, apabila kondisi suatu kolam di atas atau melebihi kondisi critical standing crop, laju
pertumbuhan akan menurun dan fungsi log yield-log density membengkok dari proporsi linier
atau persamaan linier
4.Nutrisi, Pakan dan Pertumbuhan
Pakan adalah merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang perkembangan dan
pertumbuhan ikan. Kebutuhan nutrisi dan nilai gizi suatu makanan sangat penting bagi
peningkatan laju pertumbuhan ikan dan produksinya. Nilai gizi minimum dari makanan harus
tersedia secara mencukupi untuk pemenuhan energi bagi ikan, paling tidak untuk pemeliharaan
tubuh dan kelangsungan hidupnya. Nilai nutrisi makanan pada umumnya dapat dilihat dari
komposisi gizinya seperti kandungan protein, lipid (lemak), karbohidrat, vitamin dan mineral dan
kadar air serta termasuk energi.
Kebutuhan nutrisi ikan terutama kandungan proteinnya, umumnya lebih tinggi dari jenis ayam
dan hewan mamalia lainnya. Apabila makanan yang diberikan rendah kandungan nutrisinya,
maka tidak akan dapat menghasilkan laju pertumbuhan yang baik dan bahkan bisa terjadi gejala
yang disebut sebagai mal-nutrition.
Ikan dalam aktivitasnya termasuk pertumbuhannya memerlukan energi dari makanan yang
cukup. Pemanfaatan energi makanan untuk metabolisme dan pertumbuhan dalam periode
waktu tertentu dapat dijelaskan sebagai berikut (lihat juga bab tentang Pemanfaatan Energi
Makanan),
Kebutuhan energi makanan untuk mendukung potensi pertumbuhan maksimum akan mudah
dihitung melalui model seperti tersebut di atas (jika jumlah energi atau komposisinya diketahui,
misalnya makanan buatan).
Rasio konversi pakan
Nilai rasio konversi pakan atau feed conversion rasio (FCR) adalah perbandingan antara pakan yang habis
digunakan dengan pertambahan berat yang dihasilkan pada akhir masa pemeliharaan (Sulatika dkk.,
2019).
Fti
FCR =
(Wti+1)−Wti
Keterangan:
Fti : Jumlah pakan yang dihabiskan selama pemeliharaan
Wti+1 : Bobot biomassa hewan uji pada akhir pemeliharaan
Wti : Bobot biomassa hewan uji pada awal pemeliharaan
kesimpulan
1. Produksi adalah total biomass baru yang dihasilkan pada tingkat trofik tertentu. Produksi dibagi menjadi dua, yaitu gross
production dan net production. Produksi (perikanan) adalah hasil pertambahan dalam jumlah pada suatu populasi dan
pertambahan biomass ikan yang membentuk populasi tersebut. Hasil panen atau produksi ikan per satuan luas merupakan
fungsi dari laju pertumbuhan dan padat penebaran ikan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan ikan secara individu adalah faktor internal terkait dengan individu
spesies (akuakultur), antara lain: karakter genetik, aktivitas, spesies, jenis kelamin, umur dan ukuran ikan, kondisi fisiologis,
seperti kondisi kesehatan, kematangan gonad atau seksual, serta penyakit dan faktor eksternal terkait dengan lingkungan,
seperti komposisi kimia air dan tanah dasar kolam atau tambak, suhu air, salinitas, oksigen terlarut, derajad keasaman (pH),
level metabolit atau produk-produk ekskresi dan makanan yang tersedia (kuantitas dan kualitas), serta jumlah spesies yang
memanfaatkan makanan. Sepanjang faktor kepadatan ikan tidak membatasi atau mengganggu laju pertumbuhan, ikan akan
mencapai potensi pertumbuhan fisiologis maksimum untuk suatu kondisi tertentu.
3. Kekurangan makanan yang menyebabkan laju pertumbuhan terus menurun disebut sebagai critical standing crop (CSC) dari
ikan. Jika laju pertumbuhan terhenti sama sekali karena makanan yang tersedia hanya untuk mencukupi kebutuhan
pemeliharaan tubuh, maka keadaan ini disebut sebagai daya dukung (carrying capacity). Standing crop adalah konsentrasi
populasi untuk area tertentu pada waktu tertentu. Carrying capacity juga disebut dengan maximum standing crop. Critical
standing crop dan carrying capacity suatu kolam juga dipengaruhi juga oleh tingkat kepadatan ikan, suplai oksigen terlarut
yang ada dalam perairan (kolam) tersebut atau adanya akumulasi metabolit (produk-produk ekskresi). Pada tingkat
manajemen yang sama, carrying capacity dapat berbeda untuk tiap-tiap spesies ikan.

Anda mungkin juga menyukai