Anda di halaman 1dari 35

PERHITUNGAN SEL DARAH MERAH DAN

SEL DARAH PUTIH IKAN LELE (Clarias sp)


DAN BELUT (Monopterus albus)

Disusun sebagai laporan praktikum fisiologi hewan air


Tahun akademik 2018/2019

Disusun oleh
Kelompok 4/Perikanan B

Nasrudin Gunawan 230110180064


Sekar Fathiya Ali 230110180069
Ilham Achmad Hardani 230110180102

UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum “Perhitungan Sel Darah Merah Dan Sel Darah Putih
Ikan Lele ( Clarias sp) Dan Belut (Monopterus albus)”
Kelas Perikanan B
Kelompok Nama NPM
4 Nasrudin Gunawan 230110180064
Sekar Fathiyah Ali 230110180069
Ilham Achmad Hardani 230110180102

Jatinangor, April 2019


Asisten Laboratorium

Monica Naomi
NPM. 230110160031

Dosen Penanggung Jawab Praktikum


Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air

Irfan Zidni, S.Pi.,MP.


NIP. 19901112 201604 3 00

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas nikmat dan
karunianya-Nya Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air tentang “Perhitungan
Sel Darah Merah Dan Sel Darah Putih Ikan Lele ( Clarias sp) Dan Belut
(Monopterus albus)” dapat diselesaikan. Tujuan penulisan laporan praktikum ini
adalah untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air.
Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena
itu kelompok 4 mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dosen pengampu Drs. H. Walim Lili, M.Si, Dra. Titin Herawati, M.Si.,
dan Irfan Zidni, S.Pi.,MP. yang menyampaikan materi dengan baik.
2. Asisten laboratorium Filia dan Monica Naomi yang membimbing penulis
dalam praktikum.
3. Teman-teman yang bekerja sama dengan baik pada saat praktikum.
Demikian harapan penyusun, semoga laporan praktikum ini dapat
bermanfaat bagi penulis serta pembaca. Adanya sara yang membangun dari
pembaca untuk perbaikan laporan praktikum selanjutnya sangat dihargai, penulis
ucapkan terima kasih.

Jatinangor, April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................2
1.3 Manfaat......................................................................................2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Lele (Clarias sp)................................................................3
2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele..................................................................3
2.1.2 Fisiologi Ikan Lele.....................................................................4
2.2 Belut (Monopterus albus)..........................................................4
2.2.1 Klasifikasi Belut........................................................................5
2.2.2 Fisiologi Belut...........................................................................5
2.3 Sistem Peredaran Darah............................................................5
2.4 Darah.........................................................................................6
2.4.1 Sel Darah Merah........................................................................7
2.4.2 Sel Darah Putih..........................................................................7
2.5 Larutan Hayem..........................................................................8
2.6 Larutan Turk..............................................................................9
2.7 Haemocytometer........................................................................9
III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat..................................................................10
3.2 Alat dan Bahan........................................................................10
3.2.1 Alat..........................................................................................10
3.2.2 Bahan.......................................................................................10
3.3 Prosedur Praktikum.................................................................11
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Kelompok........................................................................13
4.2 Data Angkatan.........................................................................14
V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan..................................................................................16
5.2 Saran........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................17
LAMPIRAN.....................................................................................19

iii
DAFTAR TABEL

No. Judul Halama

Y
1. Alat-Alat Praktikum............................................................................10
2. Bahan-Bahan Praktikum.....................................................................10

iv
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halama

Y
1. Ikan Lele (Clarias sp)...........................................................................3
2. Belut (Monopterus albus)......................................................................5
3. Grafik Jumlah Sel Darah Pada Belut Kelompok 4..............................13
4. Grafik Jumlah Sel Darah Ikan Angkatan ...........................................14

v
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halama

Y
1. Alat Praktikum....................................................................................20
2. Bahan Praktikum.................................................................................21
3. Prosedur Praktikum.............................................................................22
4. Dokumentasi Kegiatan........................................................................23
5. Perhitungan Sel Darah Merah dan Putih Kelompok...........................24
6. Data Kelompok...................................................................................25
7. Data Angkatan.....................................................................................26

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu komoditas perikanan yang sangat prospektif untuk
dibudidayakan dalam skala industri maupun rumah tangga adalah ikan lele
(Clarias sp.). Ikan lele di Indonesia mempunyai beberapa nama daerah, antara
lain ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan
Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa
Tengah). Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada
malam hari. Suyanto (2006) menyatakan bahwa lele dapat hidup normal di
lingkungan yang memiliki kandungan oksigen (DO) terlarut 4 ppm dan air yang
ideal bagi lele dumbo, mempunyai kadar karbondioksida kurang dari 2 ppm,
namun pertumbuhan dan perkembangan ikan lele akan cepat dan sehat jika
dipelihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti air sungai, mata air, saluran
irigasi ataupun air sumur.
Belut merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang banyak dikenal dan
dikonsumsi oleh masyarakat. Jenis belut yang banyak dikonsumsi adalah belut
sawah (Monopterus albus), karena jenis belut ini yang paling banyak terdapat di
perairan dibandingkan jenis belut lain seperti belut rawa (Synbrancus bengalensis)
maupun belut laut (Macrotema caligans). Hewan ini banyak ditemukan di sawah
maupun rawa yang berlumpur. Belut termasuk makanan sumber protein dan
mineral (Roy 2009).
Belut termasuk ke dalam Kelas Pisces akan tetapi ciri fisiknya sedikit
berbeda dengan Kelas Pisces lainnya. Tubuhnya hampir menyerupai ular, yaitu
gilig (silindris) dan memanjang (Roy 2009). Belut sawah (Monopterus albus)
bersifat hermaprodit protogini dengan perubahan jenis kelamin dari betina,
interseks dan jantan (Putra 2013).
Belut dan ikan lele dipilih sebagai objek pengamtan karena cara hidupnya
sederhana dan mudah di peroleh.

1
2

Darah merupakan suatu fluida yang tersusun dari bahan terlarut juga
eritrosit, leukosit serta bahan lain yang tersuspensi. Fungsi dari darah yaitu untuk
mengedarkan suplai makanan ke sel-sel tubuh, megangkut oksigen untuk
diedarkan ke jaringan tubuh, membawa hormon ke organ yang memerlukan
(Soewolo 2005). Darah merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan
untuk melihat kelainan yang terjadi pada ikan, baik yang terjadi karena penyakit
ataupun karena keadaan lingkungan. Sehingga dengan mengetahui kondisi
gambaran darah, dapat diketahui kondisi kesehatan suatu organisme (Delmann
dan Dieter 1989).
Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ikan
khususnya adaptasi menyangkut sistem peredaran darah. Ikan yang terserang
penyakit biasanya terjadi perubahan jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah
putih. Sebagai mahasiswa perikanan sudah selayaknya mengetahui bagaimana
cara pengecekan jumlah sel darah pada ikan untuk mengetahui kondisi kehidupan
ikan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
1. Mengetahui jumlah sel darah merah pada ikan
2. Mengetahui jumlah sel darah putih pada ikan

1.3 Manfaat
Manfaat praktikum kali ini adalah praktikan dapat mengetahui mengenai
jumlah sel darah merah dan sel darah putih, memahami pengaruh jumlah sel darah
pada kesehatan ikan serata dapat diaplikasikan dalam pengecekan kondisi
kesehatan ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Lele (Clarias sp)


Ikan lele hidup di perairan air tawar, pada dataran rendah dan tinggi.
Makanan yang biasa dikonsumsi ikan ini adalah binatang-binatang renik, kutu air,
cacing, larva, jentik, siput kecil, juga pelet. Ikan lele memiliki alat pernapasan
tambahanseperti pohon yang disebut arborescent pada insang kedua dan keempat,
sehingga lele dapat mengambil oksigen langsung dari udara (Kurnianingsih 2006).
Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada
malam hari. Suyanto (2006) menyatakan bahwa lele dapat hidup normal di
lingkungan yang memiliki kandungan oksigen (DO) terlarut 4 ppm dan air yang
ideal bagi lele dumbo, mempunyai kadar karbondioksida kurang dari 2 ppm,
namun pertumbuhan dan perkembangan ikan lele akan cepat dan sehat jika
dipelihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti air sungai, mata air, saluran
irigasi ataupun air sumur.

2.1.2 Klasifikasi Ikan Lele


Ikan lele memiliki klasifikasi sebagai berikut (Saanin 1984) :
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Silluroidea
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus

Gambar 1. Ikan Lele (Clarias sp)

3
4

2.2.2 Fisiologi Ikan Lele


Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal, dimana hanya terdapat satu
jalur sirkulasi peredaran darah. Dimulai dari jantung yang menuju insang untuk
melakukan pertukaran gas. Selanjutnya darah dialirkan ke dorsal aorta dan
menyebar ke organ-organ tubuh melewati saluran-saluran kecil (Soewolo 2000).
Saluran pembuluh darah utama pada ikan adalah arteri dan vena. Arteri
yang disebut juga dengan pembuluh nadi berfungsi membawa darah dan
meninggalkan jantung. Sementara itu, vena atau pembuluh balik berfungsi
membawa darah kembali ke jantung. Selain pembuluh utama, ada juga pembuluh-
pembuluh cabang atau kapiler yang menuju ke kulit, otot, otak, tulang belakang,
dan organ visceral (Mahyuddin 2008).

2.2 Belut (Monopterus albus)


Belut merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang potensial untuk
dikembangkan sebagai ikan budidaya di masa mendatang. Belut termasuk ke
dalam Kelas Pisces akan tetapi ciri fisiknya sedikit berbeda dengan Kelas Pisces
lainnya. Tubuhnya hampir menyerupai ular, yaitu gilig (silindris) dan memanjang
(Roy 2009). Salah satu kandungan gizi yang terdapat pada belut adalah asam
lemak.
Belut merupakan salah satu jenis ikan tawar (hidup di daerah air tawar).
Ada berbagai jenis belut yang hidup diseluruh dunia, dengan berbagai jenis dan
ukuran. Dua jenis belut yang umum dikenal di negara Indonesia, yaitu ikan belut
sawah (Monopterus albus) dan belut rawa. Belut sawah (Monopterus albus)
bersifat hermaprodit protogini dengan perubahan jenis kelamin dari betina,
interseks dan jantan (Putra 2013).
Belut hidup di perairan dangkal dan berlumpur, tepian sungai, kanal, serta
danau dengan kedalaman kurang dari tiga meter. Belut di habitat aslinya hidup
pada media berupa 80% lumpur dan 20 % air (Roy 2009). Habitat yang disenangi
ikan belut adalah sawah yang berpengairan teknis (cukup air), kaya dengan bahan
organik, dan bersuhu relatif tinggi (>26 °C) (Affandi et al. 2003). Spesies ini
5

merupakan spesies yang berasal dari Asia, Utara India, Cina, Jepang, Indonesia,
Malaysia (Santoso 2014).

2.2.1 Klasifikasi Belut


Menurut Saanin (1968) klasifikasi belut sawah adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidea
Famili : Synbranchoidae
Genus : Monopterus
Spesies : Monopterus albus

Gambar 2. Belut
2.2.2 Fisiologi Belut
Komponen penyusun sistem peredaran darah meliputi jantung, darah,
saluran darah, dan limpa. Saluran pembuluh darah utama dalam tubuh ikan adalah
pembuluh arteri dan pembuluh vena yang terdapat di sepanjang tubuh. Sistem
peredaran darah melayani banyak fungsi, namun secara umum sebagai alat
transfor antara lain transfor oksigen, karbondioksida, sari-sari makanan, maupun
hasil metabolisme. (Fujaya 2004).
Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal, dimana hanya terdapat satu
jalur sirkulasi peredaran darah. Dimulai dari jantung yang menuju insang untuk
melakukan pertukaran gas. Selanjutnya darah dialirkan ke dorsal aorta dan
menyebar ke organ-organ tubuh melewati saluran-saluran kecil (Soewolo 2000).

2.3 Sistem Peredaran Darah


6

Secara umum, sistem peredaran darah pada semua vertebrata adalah sama,
meskipun tetap ada perbedaan-perbedaan di antara setiap kelompok hewan. Hal
tersebut tergantung anatomi, fisiologi, dan kondisi lingkungannya. Komponen
penyusun sistem peredaran darah meliputi jantung, darah, saluran darah, dan
limpa. Saluran pembuluh darah utama dalam tubuh ikan adalah pembuluh arteri
dan pembuluh vena yang terdapat di sepanjang tubuh. Sistem peredaran darah
melayani banyak fungsi, namun secara umum sebagai alat transfor antara lain
transfor oksigen, karbondioksida, sari-sari makanan, maupun hasil metabolisme.
(Fujaya 2004).
Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal, dimana hanya terdapat satu
jalur sirkulasi peredaran darah. Dimulai dari jantung yang menuju insang untuk
melakukan pertukaran gas. Selanjutnya darah dialirkan ke dorsal aorta dan
menyebar ke organ-organ tubuh melewati saluran-saluran kecil (Soewolo 2000).
Saluran pembuluh darah utama pada ikan adalah arteri dan vena. Arteri yang
disebut juga dengan pembuluh nadi berfungsi membawa darah dan meninggalkan
jantung. Sementara itu, vena atau pembuluh balik berfungsi membawa darah
kembali ke jantung. Selain pembuluh utama, ada juga pembuluh-pembuluh
cabang atau kapiler yang menuju ke kulit, otot, otak, tulang belakang, dan organ
visceral (Mahyuddin 2008).

2.4 Darah
Darah merupakan suatu fluida yang tersusun dari bahan terlarut juga
eritrosit, leukosit serta bahan lain yang tersuspensi. Fungsi dari darah yaitu untuk
mengedarkan suplai makanan ke sel-sel tubuh, megangkut oksigen untuk
diedarkan ke jaringan tubuh, membawa hormone ke organ yang memerlukan
(Soewolo 2005). Darah mempunyai dua komponen utama yaitu sel darah dan
plasma darah yang mengandung bahan-bahan penyusunnya. Komposisi terbesar
yang ada dalam darah adalah air sebagai media yang memfasilitasi sejumlah
faktor yang tidak terdispensasi dalam pembentukan darah. Dalam 1 mm3 darah
ikan tersusun atas sekitar 5 juta corpuscle berwarna merah yang disebut eritrosit
dan 200.000 hingga 300.000 platelet yang disebut trombosit (Soewolo 2005).
7

Menurut Isnaeni (2006), darah tersusun atas plasma dan tersusun atas sel
darah. Sel darah mencakup eritrosit, leukosit, dan trombosit, plasma darah yang
mengandung sekitar 90% air dan berbagai zat terlarut atau tersuspensi di
dalamnya. Zat tersuspensi mencakup beberapa jenis bahan berikut:
1. Protein plasma, yaitu albumin, glubolin, dan fibrinagen.
2. Sari makanan, yaitu glukosa, monosakurida, asam amino, lipid.
3. Bahan untuk dibuang dari tubuh, antara lain urea dan senyawa hidrogen.
4. Berbagai ion, misalnya natrium, kalium, ulur, fosfat, kalsium, sulfat, dan
senyawa bikarbonat.

2.4.1 Sel Darah Merah


Eritrosit pada ikan merupakan jenis sel darah yang paling banyak
jumlahnya. Bentuk eritrosit pada semua jenis ikan hampir sama. Eritrosit pada
ikan memiliki inti, seperti pada bangsa aves dan reptil. Jumlah eritrosit pada ikan
teleostei berkisar antara (1,05 – 3,0) x 106 sel/mm3 (Irianto 2005).
Eritrosit berwarna kekuningan, berbentuk lonjong, kecil, dengan ukuran
berkisar antara 7 – 36 μm. Eritrosit yang sudah matang berbentuk oval sampai
bundar, inti eritrosit berukuran kecil dengan sitoplasma besar. Ukuran eritrosit
ikan lele berkisar antara (10 x 11μm) – (12 x 13 μm), dengan diameter inti brkisar
antara 4 – 5 μm. Jumlah eritrosit ikan lele adalah 3,18 x 10 6 sel/ml (Angka et al.
1985).
Rendahnya eritrosit merupakan indicator terjadinya anemia sedangkan
tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stress (Wedemeyer
dan Yatsuke 1977).
Menurut Soetrisno (1987) perbedaan jumlah eritrosit dipengaruhi oleh :

1. Jenis kelamin, pada ikan jantan jumlah eritrositnya lebih banyak daripada
betina;
2. Umur, semakin tua umurikan, maka jumlah eritrositnya semakin sedikit;
3. Kondisi badan, pada kondisi sehat jumlah eritrosit akan lebih banyak;
4. Aktivitas harian, jumlah eritrosit akan meningkat pada waktu bergerak
aktif;
8

5. Stress, jika stress akan menurunkan jumlah eritrosit pada ikan.

2.4.2 Sel Darah Putih


Leukosit memiliki ciri-ciri yaitu mempunyai inti atau nukleus dan dapat
bergerak secara aktif. Leukosit mempunyai bentuk yang khas (bulat telur sampai
bulat), sitoplasma, nukleus, dan organel semuanya bergerak dan bervariasi
tergantung jenis hewan (Dellman dan Brown 1989). Leukosit tidak berwarna dan
jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar antara 20.000 – 150.000 butir tiap
mm3. Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat (Moyle dan Chech 1988).
Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar
antara 20.000-150.000 butir tiap mm3. Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat
(Moyle dan Chech 1988). Pada ikan lele, mas, dan nila, leukosit jenis eosinofil
dan basofil jarang ditemukan, kecuali bila ada reaksi kekebalan dengan
perantaraan sel (Nabib dan pasaribu 1989).
Leukosit berfungsi pada kekebalan dan pertahanan tubuh, memiliki warna
bening berbeda dengan sel darah merah yang berwarna merah dan berfungsi
sebagai media dalam pengangkutan sari-sari makanan dan oksigen dalam darah.
Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu meningkat pada kondisi tertentu
seperti umur, stress serta aktivitas fisiologisnya. Saat adanya infeksi, leukosit
berperan untuk menghalau sehingga ditemukan adanya total leukosit yang lebih
banyak pada areal infeksi. Secara alamiah pada ikan yang terinfeksi patogen akan
ditemukan jumlah leukosit yang lebih banyak dari kondisi normal, karena salah
satu antisipasi tubuh untuk mencegah perkembangan bakteri dalam tubuh dan
mengirimkan darah lebih banyak ke daerah infeksi (Hardi et al. 2011).
Leukosit merupakan sel darah yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
Leukosit membantu membersihkan tubuh dari benda asing, termasuk invasi
patogen melalui sistem tanggap kebal dan respon lainnya. Ikan yang sakit akan
menghasilkan banyak leukosit untuk memfagosit bakteri dan mensintesa antibodi
(Moyle and Cech 2004)

2.5 Larutan Hayem


9

Larutan hayem adalah larutan isotonis yang dipergunakan sebagai


pengencer darah dalam perhitungan sel darah merah. Apabila sampel darah
dicampur dengan larutan hayem maka sel darah putih akan hancur, sehingga yang
tinggal hanya sel darah merah saja. Dengan begitu banyaknya sel darah merah
dapat diketahui dengan menambahkan larutan hayem. Komposisi dari larutan
hayem adalah terdiri dari 5 gram NaSO4, 1 gram NaCl, 0,5 gram HgCl2, dan 100
ml akuades (Sitomorang 2010).

2.6 Larutan Turk


Larutan turk’s adalah larutan yang sejenis dengan larutan hayem, hanya
saja fungsi dan komposisinya yang berbeda. Larutan ini digunakan untuk
pengencer darah pada saat perhitungan sel darah putih. Dengan begitu banyaknya
sel darah putih dapat diketahui dengan menambahkan larutan Turk Komposisi
larutan turk terdiri dari larutan gentian violet 1% dalam 1 mL air, asam asetat
glacial 1 mL, dan 100 mL akuades (Sitomorang 2010).

2.7 Haemocytometer
Haemocytometer awalnya dirancang untuk menghitung sel darah, namun
sekarang banyak digunakan untuk kepentingan mikrobiologi, digunakan untuk
menentukan sel per satuan volume. Haemocytometer merupakan alat bantu yang
digunakan untuk mengukur kepadatan sel dengan menggunakan mikroskop
(Wardhani et al. 2015).
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 24 April 2019 pada pukul
09.30 sampai 11.30. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Gedung
dua, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :
3.2.1 Alat
Berikut ini merupakan alat-alat yang digunakan dalam praktikum.
Tabel 1. Alat-Alat Praktikum
No Alat Fungsi Alat
.
Sebagai alat bantu dalam perhitungan
1. Haemacytometer
sel darah
2. Mikroskop Sebagai alat untuk mengamati sel darah
Sebagai alat untuk menghitung jumlah
3. Hand counter
sel darah.
4. Pipet tetes Sebagai alat untuk memindahkan cairan
Sebagai tempat meletakkkan objek
5. Cover glass preparat untuk diamati dengan
menggunakan mikroskop cahaya. 
Sebagai alat untuk menyayat bagian
6. Pisau pangkal ekor untuk diambil sampel
darah
Sebagai media tempat ikan disayat
7. Talenan
bagian pangkal ekor.
Sebagai alat untuk mengambil sampel
8. Pipet Thoma
darah.

3.2.1 Bahan
Berikut merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum.
Tabel 2. Bahan-Bahan Praktikum
No. Nama Bahan Fungsi

10
1. Belut Sebagai sampel ikan yang diamati.
2. Ikan Lele Sebagai sampel ikan yang diamati.
Sebagai larutan pengencer darah untuk
3. Larutan Hayem mempermudah dalam perhitungan sel darah
merah.

11
11

Sebagai larutan pengencer darah untuk


4. Larutan Turks mempermudah dalam perhitungan sel darah
putih.
3.3 Prosedur Praktikum
Prosedur pengerjaan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut:
Prosedur Perhitungan Sel Darah Merah
1. Mikroskop disiapkan dengan perbesaran tertentu (10x), lalu diletakkan
haemacytometer tipe “Improved Neubaeur” di bawah mikroskop, diamati
sampai terlihat kotak-kotak kecil.
2. Ikan uji ditempatkan pada wadah lalu disayat bagian pangkal ekornya
dengan pisau. Darah yang keluar segera dihisap dengan pipet thomma
sebatas skala 0,5 dan dihentikan penghisapan dengan menekan ujung lidah
ke ujung karet penghisap, kemudian ditambah larutan hayem sampai skala
101.
3. Karet penghisap dilepaskan dari pipet dan kedua ujung pipet ditekan
dengan ibu jari dan telunjuk agar cairan tidak keluar, selanjutnya
digerakkan dengan arah memutar selama 3 menit agar merata.
4. Ditetesi kamar hitung dengan cairan darah tadi melalui parit
haemacytometer, biarkan beberapa saat, kemudian dilakukan perhitungan
dengan menggunakan hand counter.
5. Untuk sel darah merah dilakukan dengan menghitung ke lima kotak di
bagian sudut dan hitung persel kotak kemudian dijumlah dan dibagi lima
untuk rata-ratanya. Faktor pengali 200x10x25 = 50.000 yang harus
dikalikan dengan jumlah rata-rata sel darah merah tersebut yang
merupakan jumlah sel darah merah per ml darah.

Prosedur Perhitungan Sel Darah Putih


1. Mikroskop disiapkan dengan perbesaran tertentu (10x), lalu diletakkan
haemacytometer tipe “Improved Neubaeur” di bawah mikroskop, diamati
sampai terlihat kotak-kotak kecil.
12

2. Ikan uji ditempatkan pada wadah lalu disayat bagian pangkal ekornya
dengan pisau. Darah yang keluar segera dihisap dengan pipet thomma
sebatas skala 0,5 dan dihentikan penghisapan dengan menekan ujung lidah
ke ujung karet penghisap, kemudian ditambah larutan hayem sampai skala
11.
3. Karet penghisap dilepaskan dari pipet dan kedua ujung pipet ditekan
dengan ibu jari dan telunjuk agar cairan tidak keluar, selanjutnya
digerakkan dengan arah memutar selama 3 menit agar merata.
4. Ditetesi kamar hitung dengan cairan darah tadi melalui parit
haemacytometer, biarkan beberapa saat, kemudian dilakukan perhitungan
dengan menggunakan hand counter.
5. Untuk sel darah putih dilakukan dengan menghitung ke empat kotak di
bagian sudut dan hitung persel kotak kemudian dijumlah dan dibagi empat
untuk rata-ratanya. Faktor pengali 200x10x16 = 3200 yang harus dikalikan
dengan jumlah rata-rata sel darah putih tersebut yang merupakan jumlah
sel darah merah per ml darah.
13

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Kelompok


Berikut ini merupakan hasil pengamatan jumlah sel darah merah dan sel
darah putih pada belut yang dilakukan oleh kelompok 4 :

Jumlah Sel Darah Pada Belut


4,000,000 3,750,000
3,500,000
Jumlah Sel (sel/mm3)

3,000,000
2,500,000
2,000,000
1,500,000
1,000,000
614,400
500,000
0
Sel Darah Merah Sel Darah Putih

Sel Darah

Gambar 3. Grafik Jumlah Sel Darah Pada Belut Kelompok 4


Bedasarkan Grafik di atas dapat diketahui bahwa belut memiliki jumlah
sel darah merah sebanyak 3.750.000 sel/mm3 dan jumlah sel darah putih sebanyak
614.400 sel/mm3.
Tabel diatas menunjukan bahwa sel darah merah lebih banyak
dibandingkan sel darah putih. Jumlah hasil perhitungan sel darah merah
yang diamati sebesar 3.750.000 sel/mm3 dan juga nilai sel darah putih yang
diuji sebesar 614.400 sel/mm3. Pengujian ini menunjukkan bahwa jumlah
sel darah merah pada belut yang diuji memilki jumlah di atas normal.
Jumlah eritrosit ikan lele adalah 3,18 x 10 6 sel/ml (Angka et al. 1985).
Jumlah eritrosit pada ikan teleostei berkisar antara (1,05 – 3,0) x 10 6
sel/mm3 (Irianto 2005). tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam
keadaan stress (Wedemeyer dan Yatsuke 1977).

13
14

Sementara itu jumlah sel darah putih yang diuji adalah 614.400
sel/mm3.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah leukositnya memiliki jumlah
di atas jumlah normal. Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit total
ikan teleostei berkisar antara 20.000 – 150.000 butir tiap mm3. Leukosit
berbentuk lonjong sampai bulat (Moyle dan Chech 1988). Arry (2007)
menyatakan bahwa peningkatan jumlah leukosit total terjadi akibat adanya
respon dari tubuh ikan terhadap kondisi lingkungan pemeliharaan yang
buruk, faktor stress dan infeksi penyakit. Sedangkan penurunan jumlah
leukosit total disebabkan karena adanya gangguan pada fungsi organ ginjal
dan limpa dalam memproduksi leukosit yang disebabkan oleh infeksi
penyakit.

4.2 Data Angkatan


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Angkatan 18 didapat data
sebagai berikut :

Jumlah Sel Darah


4,000,000
3,468,107
3,279,310
Jumlah Sel Darah (sel/mm3)

3,500,000
3,000,000
2,500,000
2,000,000
1,500,000
1,000,000
494,718
500,000 319,893
0
Sel Darah Merah Sel Darah Putih
Sel Darah

Ikan Lele Belut

Gambar 4. Grafik Jumlah Sel Darah Ikan Angkatan


Dapat dilihat dari data ternyata nilai sel darah merah dan sel darah putih
pada belut lebih banyak dari ikan lele. Sel darah merah pada ikan lele dengan rata-
rata tiap kelompok sebanyak 3.279.310 sel/mm3 sedangkan sel darah merah pada
15

belut sebanyak 3.468.107 sel/mm3. Berdasarkan pernyataan Irianto (2005) bahwa


jumlah normal eritrosit pada ikan teleostei adalah 1,05 × 106 –3,0 × 106 sel/mm3.
Sehingga sel darah merah pada ikan lele dan belut sama sama meningkat.
Peningkatan sel darah merah merupakan usaha homeostasis tubuh ikan dalam
upaya untuk memperbanyak haemoglobin guna mengikat oksigen. Ikan yang
hidup di air rendah oksigen akan mengalami hematopoiesis sehingga eritrositnya
meningkat sebagai upaya penyesuaian penambahan oksigen. Hal ini menunjukan
bahwa meningkatnya jumlah Sel Darah merah pada Ikan lele dan Belut
dikarenakan tempat hidup ikan lele dan belut diair yang rendah oksigen sehingga
sel darah merah meningkat sebagai upaya penambahan oksigen.
Dapat dilihat juga rata-rata sel darah putih pada ikan lele sebanyak
319.893 sel/mm3. Sedangkan sel darah putih pada belut sebanyak 494.718
sel/mm3. Menurut Dopongtonung (2008) jumlah sel darah putih (leukosit) tiap
mm3 darah ikan berkisar 20.000-150.000 butir. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah leukositnya berada pada keadaan tidak normal karena melampaui jumlah
normal leukosit ikan teleostei. Beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidaknormalan jumlah leukosit menurut arry (2007) bahwa peningkatan jumlah
leukosit total terjadi akibat adanya respon dari tubuh ikan terhadap kondisi
lingkungan pemeliharaan yang buruk, faktor stres dan infeksi penyakit. Namun
ada beberapa kelompok, jumlah sel darah putihnya berada pada kondisi normal.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh kelompok 4,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Sel darah merah lebih banyak dibandingkan sel darah putih. Jumlah hasil
perhitungan sel darah merah yang diuji adalah 3.750.000 sel/mm3.
2. Jumlah sel darah putih yang diuji adalah 614.400 sel/mm3.

Pengujian ini menunjukkan bahwa jumlah sel darah merah dan jumlah sel
darah putih pada ikan lele yang diuji berada pada kondisi stress dan sakit. Jumlah
eritrosit ikan normal adalah 3,18 x 106 sel/ml (Angka et al. 1985). Jumlah eritrosit
pada ikan teleostei berkisar antara (1,05 – 3,0) x 106 sel/mm3 (Irianto 2005).
Ertirosit berwarna kekuningan, berbentuk lonjong, kecil, dengan ukuran berkisar
antara 7 – 36 μm (Lagler et al. 1977). Dan leukosit tidak berwarna dan jumlah
leukosit total ikan teleostei berkisar antara 20.000 – 150.000 butir tiap mm 3.
Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat (Moyle dan Chech 1988).

5.2 Saran
Pada praktikum mengenai perhitumgan sel darah merah dan putih pada
ikan lele dan belut ini disarankan agar membandingkan dengan bobot ikannya
juga agar dapat diketahui apakah bobot tubuh berpengaruh terhadap jumlah sel
darah merah ataupun sel darah putih pada ikan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Affandi R., Y. Ernawati dan S. Wahyudi . 2003. Studi eko-biologi belut sawah
(Monopterus albus) pada berbagai ketinggian tempat di kabupaten
subang, jawa barat. Jurnal Iktiologi Indonesia. 3(2): 49-56.
Angka S. L., G. T. Wongkar dan W. Karwani. 1985. Blood Picture and Bacteria
Isolated from Ulcered and Crooked Back Clarias bathrachus. Biotrop
Special Publishing (2). Biotrop, Bogor.
Arry. 2007. Pengaruh Suplementasi Zat Besi (Fe) Dalam Pakan Buatan Terhadap
Kinerja Pertumbuhan dan Imunitas Ikan Kerapu Bebek Cromileptes
Altivelis .Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.

Bastiawan, D., A. Wahid., M. Alifudin dan I. Agustiawan. 2001. Gambaran Darah


Lele Dunmo (Clarias sp) yang Diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp.
Pada pH yang Bebeda. Jurnal Penelitian Indonesia. 7(3): 44-47.
Dellman, H. D. Brown dan Esther M. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner, edisi
ketiga, hal 108. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Dellmann, H. dan Dieter. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner. UI Press. Jakarta.
Dopongtonug A. 2008. Gambaran Darah Ikan Lele (Clarias sp.)
Hardi, Esti dkk. 2011. Karakteristik dan Patogenisitas Streptococcus
agalactiae Tipe β-hemolitik dan Nonhemolitik pada Ikan Nila. Jurnal
Veteriner. Volume 12. Halaman 152-164.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta.

Jastrzębska. K.L. S. A. et al. 2007. Pathogenesis of Hypertension. Prasał.


Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Moyle, P. B dan J. J Cech. 1988. Fishes an Introduction to Ichtyology. Second


Edition. Department of Wildlife and Fisheries Biology. University of
California.

Nabib, R dan F. H. Pasaribu. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. Bogor: PAU.

Putra, W. K. A. 2013. Induksi Maturasi Belut Sawah (Monopterus albus) Secara


Hormonal. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

17
18

Roy R. 2009. Budi Daya dan Bisnis Belut. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Santoso, R. 2014. Penambahan Atraktan yang Berbeda dalam Pakan Buatan Pasta
Terhadap Pertumbuhan dan Feed Convertion Rasio Belut (Monopterus
albus) dengan Sistem Resirkulasi. Skripsi. Universitas Airlangga.
Surabaya.
Situmorang, Manihar. 2010. Bahan Kuliah Pengelolaan Laboratorium. PPS
Unimed. Medan.

Soetrisno. 1987. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan, UNSOED :


Purwokerto.

Soewolo, 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Yasaguna. Jakarta.


Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. UM Press. Malang.
Suyanto, S. R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wardhani, A., B. Susilo dan R. Yulianingsih. 2015. Rancang Bangun Alat


Pengukur Kepadatan Mikroalga Chlorella sp. dengan Menggunakan
Sensor Fotodioda dan Mikrokontroler ATMega 16. Jurnal Keteknikan
Pertanian Tropis dan Biosistem. 3(1): 86-94.

Wedemeyer G. A dan Yasutke. 1977. Clinical Methods for The Assessment on


The Effect of Enviromental Stress on Fish Health. Technical Paper of
The US Departement of The Interior Fish ang the Wildlife Service, 89 :
1-17.
LAMPIRAN
20

Lampiran 1. Alat Prktikum

Pipet Thoma Eritrosit Pipet Thoma Leukosit

Talenan Pisau

Haemacytometer Mikroskop

Hand Counter
21

Lampiran 2. Bahan Praktikum

Ikan Belut Larutan Turk

Larutan Hayem
22

Lampiran 3. Prosedur Praktikum

Siapkan alat dan bahan praktikum.

Tempatkan ikan uji di atas talenan lalu lukai bagian pangkal ekornya dengan
pisau. Darah yang keluar segera dihisap dengan pipet thoma leukosit dan
eritrosit sebatas skala 0,5, kemudian segera ditambah larutan hayem hingga
skala 101 pada pengujian darah merah dan larutan turk hingga skala 11 pada
pengujian darah putih.

Karet pengisap pada pipet dilepas dan kedua ujung pipet ditekan dengan ibu
jari dan telunjuk untuk dihomogenkan.

Tetesi kamar hitung dengan cairan darah melalui parit haemacytometer,


biarkan beberapa saat kemudian lakukan perhitungan menggunakan hand
counter.
23

Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

1.Pemotongan bagian tubuh ikan belut 2.Pengisapan darah dengan pipet


thomma leukosit

3.Pengisapan darah ikan dengan pipet 4.Penambahan larutan hayem dan turk
thoma eritrosit pada cairan darah

5.Proses penghomogenan cairan darah 6.Penetesan cairan darah ke dalam


kamar hitung haemacytometer

7.Tampak sel darah merah pada kamar 8.Tampak sel darah putih pada kamar
hitung hitung
24

Lampiran 5. Perhitungan Sel Darah Merah dan Putih Kelompok


Perhitungan sel darah merah
Σ Sel Darah Merah = Σ 5 𝐾𝑜𝑡𝑎𝑘/5 x 200 x 10 x 25
= 375/5 x 200 x 10 x 25
= 3.750.000 sel/mm3
Perhitungan sel darah putih
Σ Sel Darah Putih = Σ 4 𝐾𝑜𝑡𝑎𝑘/4 x 20 x 16 x 10
= 768/4 x 20 x 16 x 10
= 614.400 sel/mm3
25

Lampiran 6. Data Kelompok:


Kotak Hitung
Sel Darah Jumlah
I II III IV V
Merah
79 74 87 64 71 375
(Eritosit)
Putih
187 173 200 208 - 768
(Leukosit)
Berikut merupakan data hasil pengamatan jum;ah sel darah belut
kelompok 4
26

Lampiran 7. Data Angkatan


Berikut merupakan data hasil pengamatan jumlah sel darah pada Ikan Lele
Angkatan :

Kela Ikan Lele


Kelompok
s SDM SDP
1 1920000 203200
2 2420000 240000
3 410000 112000
4 330000 88800
5 5730000 141600
A
6 6410000 129600
7 3500000 592000
8 4210000 647200
9 1260000 328800
10 4020000 62400
11 3.960.000 228.000
12 3.830.000 103.200
13 - -
14 960.000 550.400
15 1.140.000 408.800
B
16 3.520.000 434.720
17 3.610.000 251.690
18 4.230.000 181.600
19 3.630.000 197.000
20 4.220.000 92.500
1 3.650.000 600.000
2 3.680.000 578.000
3 3.930.000 215.200
4 3.110.000 279.600
5 2.920.000 296.000
C
6 3.970.000 289.600
7 3.800.000 470.400
8 2.470.000 449.600
9 4.490.000 549.000
10 3.770.000 556.000
Rata-Rata 3.279.310 319.893
27

Berikut merupakan data hasil pengamatan jumlah sel darah pada Belut
Angkatan :

Kela Belut
Kelompok
s SDM SDP
11 2.470.000 216.000
12 3.370.000 276.800
13 3.010.000 436.000
14 2.520.000 441.600
A 15 137.000 93.600
16 360.000 41.600
17 2.520.000 90.400
18 4.830.000 248.000
19 3.500.000 265.600
1 2.700.000 653.600
2 3.070.000 553.600
3 5640000 619200
4 3.750.000 614.400
5 3.170.000 1.083.200
B
6 3.170.000 612.000
7 3.780.000 885.600
8 3.750.000 881.600
9 3.960.000 228.000
10 2.030.000 220.800
11 5.440.000 845.600
12 5.000.000 755.200
13 8.170.000 368.000
14 6.690.000 554.400
C 15 5.140.000 250.400
16 5.400.000 416.800
17 1.220.000 1.476.000
18 1.020.000 136.000
19 1.290.000 130.500
Rata-Rata 3.468.107 494.718

Anda mungkin juga menyukai