PROPOSAL
APRILLAYANI
L0311713012
Proposal Penelitian
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Prof. Dr. Ir.Yushinta Fujaya, M.Si. Dr. Andi Aliah Hidayani, S.Si., M.Si
NIP. 19650123 198903 2 003 NIP. 19800502 200501 2 002
Mengetahui,
A. Latar Belakang
Ikan nila merupakan jenis tilapia yang berasal dari perairan di lembah
sungai nil afrika, dan pertama kali didatangkan ke indonesia pada tahun
1969,1990, dan 1994 yang masing- masing berasal dari taiwan, thailand dan
filipina. Ikan ini banyak dikembangkan dan dibudidayakan oleh petani pembesar
di indonesia karena memiliki bentuk yang hampir menyerupai ikan kakap.
Namun, masalah yang sangat umum dihadapi adalah kemampuan ikan nila
untuk bereproduksi pada usia muda sehingga sulit mencapai ukuran besar.
Meskipun teknologi monoseks telah mulai dikembangkan namun benih
monoseks masih sulit diperoleh oleh kalangan petani budidaya daerah.
Dalam proses pemeliharaan ikan nila sering terdapat masalah misalnya
penyakit bakterial. Menurut Hernandes et al., (2009); Rhamadhan et al., (2015)
salah satu bakteri yang menyerang ikan nila adalah Streptocococcus dan
Micrococcus yang bersifat akut dan dapat menyebabkan kematian, jika tidak
ditangani dengan baik. Salah satu cara yang efektif dalam penanggulangan
penyakit adalah tindakan prevensi yaitu tindakan pencegahan dengan cara
meningkatkan sistem pertahanan tubuh ikan menghadapi penyakit. Salah satu
jenis immunostimulan yang diharapakan dapat meningkatkan imunitas ikan nila
adalah vitomolt.
Vitomolt merupakan produk stimulan molting yang dikembangkan oleh
Universitas Hasanuddin yang mengandung fitoekdisteroid yang diekstrak dari
tanaman bayam (Amaranthus sp). Fitoekdisteroid merupakan ekdisteroid yang
diisolasi dari tumbuhan (Fujaya et al.,2018). Kandungan fitoekdisteroid berperan
meningkatkan pembetukan protein melalui peningkatan sintesis mRNA (Preston
& Dinand, 2002; Aslamyah & Fujaya, 2010). Fitoekdisteroid juga menstimulasi
metabolisme karbohidrat, biosentesis lipid, dan berperan sebagai
immunostimulan dan antioksidan.
untuk mencegah reproduksi dini yang kemudian menghambat produksi
adalah dengan menggunakan herbal. Herbal adalah tanaman yang memiliki
khasiat sebagai obat. Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan
tanaman yang berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi
masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar
pada pengalaman dan keterampilan yang diwariskan secara turun temurun dari
satu generasi ke genarasi berikutnya. Salah satunya adalah buah pare, yang
selain dapat dikonsumsi sebagai sayur, juga dikenal mempunyai manfaat
sebagai obat.
Pare dapat diperhitungkan sebagai herbal yang berpotensi menjadi bahan
antifertilitas. Keuntungan dalam memanfaatkan bahan asal tanaman (herbal),
Antara lain toksisitasnya rendah, mudah diperoleh, murah, dan sedikit
menimbulkan efek. Pendapat beberapa ahli tentang sifat antifertilitas dari buah
pare ini. Ternyata rasa pahit buah pare adalah disebabkan oleh kandungan
kukurbitasin (momordikosida K dan L), yang dapat menghambat pertumbuhan
dan perkembangan sel. Biji pare juga mengandung triterpenoid yang mempunyai
aktivitas anti spermatozoa, sehingga dapat mengakibatkan infertilitas.
Berdasarkan uraian diatas sehingga perlu dilakukan penelitian tentang
Pengaruh berbagai dosis ekstrak buah pare dalam vitomolt terhadap
pertumbuhan dan perkembangan gonaad jantan ikan nila (Oreochromis
niloticous ).
Kingdom : Animalia
Filum : Cordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Familia : Cichlidae
Genus : Oreochoromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Secara umum karakteristik ikan nila yaitu bentuk tubuh agak memanjang
dan pipih, memiliki garis vertical berwarna gelap sebanyak 6 buah pada sirip
ekor, pada baian tubuh memiliki garis vertikal yang berjumlah 10 buah, dan pada
ekor terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya berwarna kehitam-hitaman.
Mata agak menonjol dan pinggirannya berwarna hijau kebiru- biruan , letak mulut
terminal, posisi sirip perut terhadap sirip dada adalah thoric, sedangkan linea
lateralis terputus menjadi 2 bagian, letaknya memanjang diats sirip dada, jumlah
sisik pada garis rusuk berjumlah 34 bua, memiliki 17 jari-jari keras pada sirip
punggung, pada sirip perut terdapat 6 buah jari-jari lemah, sirip dada 15 jari-jari
lemah, sirip dubur 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari lemah dan bentuk ekornya
berpinggiran tegak (Arifin, 2016).
B. Habitat Ikan Nila
Habitat ikan nila adalah air tawar seperti sungai, danau, waduk, dan rawa-
rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas (eyurhaline)
sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau dan laut. Salinitas yang
cocok untuk nila adalah 0-35 ppt, namun salinitas yang memungkinkan nila
tumbuh optimal adalah 0-30 ppt. Ikan nila masih dapt hidup pada salinitas 31-35
ppt, tetapi pertumbuhannya lambat (Prayudi et al., 2015).
D. Pertumbuhan
Faktor eksternal meliputi komposisi kualitas kimia dan fisika air, suhu,
bahan buangan metabolik dan ketersediaan pakan. Faktor internal meliputi
keturunan, umur, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan untuk
memanfaatkan makanan yang digunakan akan mempengaruhi pertumbuhan
dan kelangsungan hidupnnya ( Ninggrum, 2012).
E. Perkembangan gonad
F. Vitomolt
G. Buah Pare
Buah pare merupakan tumbuhan semusim, merambat atau memanjat
dengan alat pembelit berupa sulur, bercabang banyak , berbau tidak enak,
batang berusuk 5, panjangnya 2-5 m. Buah pare mengandung senyawa
flavonoid dan alkaloid yang mempunyai sifat antibakteri. Mekanisme flavonoid
sebagai antibakteri adalah dengan menghambat sintesis DNA. Sedangkan
alkaloid akan menggangu komponen penyusun peptidoglikan sel bakteri,
sehingga dinding sel tidak terbentuk utuh dan menyebabkan kematian sel
(Zaini,2016).
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan 2021. Pemeliharaan Ikan Nila
dilakukan di Laboratorium Pembenihan Ikan FIKP Universitas Hasanuddin,
Makassar Sulawesi Selatan.
B. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah juvenil ikan nila berukuran ± 8 cm.
Juvenil ikan nila diperoleh dari hasil pembenihan di Laboratorium Teknologi
Pembenihan Ikan FIKP UNHAS. Hewan uji yang diteliti berjumlah 600 ekor,
dengan kepadatan 50 ekor juvenil ikan nila per bak. Sebelum ditebar, ikan uji
didisinfeksi menggunakan vitomolt plus dengan dosis 10 ppm selama 30 menit..
C. Wadah Penelitian
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak kerucut volume
250 L, sebanyak 12 buah yang diisi dengan air sebanyak 200 liter. Air yang
digunakan adalah air tawar yang diperoleh dari sumur bor Laboratorium
Pembenihan Universitas Hasanuddin. Sebelum digunakan semua wadah
dibersihkan menggunakan klorin. Air yang akan digunakan juga didisinfeksi
dengan klorin setelah disaring terlebih dahulu menggunakan filterbag 10 µm, air
hasil filter didisinfeksi menggunakan klorin 100 ppm, didiamkan selama 24 jam,
setelah itu klorin dinetralkan menggunakan thiosulfate, selanjutnya diaerasi full
selama 24 jam, air yang sudah ditreatmen ditutup hingga digunakan sebelum
ikan uji ditebar, air media diberi vitomolt plus dengan dosis 2 ppm.
D. Pakan
Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan buatan komersil
yang biasa digunakan untuk ikan nila. Pakan bervitomolt dipersiapkan dengan
cara: ekstrak buah pare dilarutkan dalam 100 ml pelarut yaitu vitomolt plus
masing masing untuk 1 kg pakan. Jumlah ekstrak buah pare disesuaikan
dengan konsentrasi perlakuan. Selanjutnya larutan tersebut disemprotkan pada
pakan buatan secara merata. Dikering-anginkan dan disimpan dalam wadah
yang tertutup hingga akan digunakan. Sebelum pemberian pakan, pakan di
basahi dengan air secukupnya hingga sedikit mengembang. Ekstrak buah pare
dan vitomolt fermentasi diperoleh dari Prof.Yushinta Fujaya.
Penelitian ini terdiri atas 4 perlakuan, dan setiap perlakuan terdiri atas 3
ulangan dengan demikian, penelitian ini terdiri dari atas 12 satuan percobaan.
Adapun perlakuan yang dicobakan adalah perbedaan dosis ekstrak pare dalam
vitomolt pus, yaitu:
F. Prosedur Pemeliharaan
Koleksi gonad ikan dilakukan pada hari ke-0, 15, 30, 45, 60. Koleksi gonad
dilakukan dengan cara membedah ikan pada bagian abdominal secara vertikal
mulai dari lubang anus mengarah ke vertebrae, kemudian secara horizontal
mengarah ke sirip ventral. Setelah bagian perut ikan terbuka, maka gonad dapat
diamati untuk menentukan tingkat kematangan gonadnya. Gonad diambil dengan
memisahkannya dari saluran pencernaan secara perlahan untuk menghindari
kerusakan gonad. kemudian gonad ditimbang dengan elektrik beralaskan kertas
saring yang telah ditimbang sebelumnya. Fiksasi gonad dilakukan dengan
merendam organ target dalam larutan parafolmaldehid 4% selama 2 hari (2x24
jam), selanjutnya jaringan dipindahkan ke alcohol 70% hingga pemrosesan lebih
lanjut.
Tahap dehidrasi. Gonad direndam dalam alkohol 70% (24 jam), alkohol
80% (2 jam), alkohol (1 jam), alkohol 100% (1 jam).
G. Parameter Penelitian
A. Pertumbuhan
1. Pertumbuhan berat mutlak didapatkan dari selisih antara berat ikan di akhir
penelitian dikurangi berat awal penelitian dan dihitung dengan rumus menurut
(Astriani et al., 2019).
W = Wt-Wo
Keterangan :
2. Laju pertumbuhan spesifik merupakan % dari selisih berat akhir dan berat
awal , dibagi dengan lamanya waktu pemeliharaan dan dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
LnWt−LnWo
N SGR = t x 100%
KKeterangan :
B. Sintasan
Sintasan adalah tingkat perbandingan jumlah ikan yang hidup dari awal
hingga akhir penelitian. Adapun rumus sintasan menurut (Widyatmoko et al,
2019).
SR = Nt/N0 x100
KKeterangan :
SR = sintasan (%)
Nila jantan mempunyai bentuk tubuh membulat dan agak pendek dan
warna ikan nila jantan lebih umummnya lebih cerah. Pada bagian anus ikan nila
jantan terdapat alat kelamin yang memanjang dan terlihat cerah. Alat kelamin
pada induk jantan berbentuk meruncing. Ikan jantan akan mengeluarkan cairan
seperti air jika perutnya dipijat (Rahayu,2017).
Arifin, M. Y. (2016). Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp)
Strain Merah dan Strain Hitam yang Dipelihara pada Media Bersalinitas.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 17(3), 42–58. Retrieved from
http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/521246
Aslamyah, S., Fujaya, S. 2011. Efektivitas pakan buatan yang diperkaya ekstrak
bayam dalam menstimulasi molting pada produksi kepiting bakau
cangkang lunak. Jurnal Akuakultur,10 (1), hlm. 8-16.
Fujaya,Y. 2011. Pertumbuhan dan molting kepiting bakau yang diberi dosis
vitomolot berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia.10(1).24-28
Poernomo, D., dkk. 2004. Pemanfaatan Asam Cuka, Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) dan Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi) untuk Mengurangi
Bau Amis Petis Ikan Layang (Decapterus spp). Departemen Teknologi
Hasil Perikaanan FPIK – IPB
Prayudi, R. D. R. S. (2015). Effect of different salinity on growth and survival rate
of nile tilapia (Oreochromis niloticus). Fakultas perikanan dan ilmu
kelautan. Universitas riau. Pekan baru.
.
Rahmawati, Y. 2017. Bioekologi ikan nila (Oreochrommis niloticus) yang
tertangkap di Ranu klakah Kabupaten Lumajang. Skripsi. Fakultas
perikanan dan ilmu kelautan. Universitas brawijaya. Malang.
Suhaili, Y, M., Arifin, N. H., H, S., S, R., & Abdul M, W. W. (2018). Karakteristik
Biologi Reprodksi Ikan Air Tawar ( Nila , Oreochromis niloticus ) dan Air Laut
( Kuwe Gerong , Charanx Ignobilis ) ( Selar Kuning , Selaroides Leptolepis.
Jurnal Biologi Perikanan, 2(1), 11–21.
Widyatmoko & Effendi, Hefni & Pratiwi, Niken, T. (2019). Pertumbuhan dan
sintasan ikan nila , Oreochromis niloticus ( Linnaeus , 1758 ) pada sistem
akuaponik dengan padat tanaman vetiver ( Vetiveria zizanioides L . Nash )
yang berbeda [ The growth and survival rate of Nile tilapia , Oreochromis
niloticus ( Linn. Jurnal Iktiologi Indonesia, 19(1), 157–166.
Zaini, W. S., & Shufiyani, S. (2017). Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Pare
(Momordica Charantia L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
Aureus Dan Escherichia Coli Secara in Vitro. Jurnal Medikes (Media
Informasi Kesehatan), 4(2), 147–156.