Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH BERBAGAI DOSIS EKSTRAK BUAH PARE DALAM VITOMOLT

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GONAD JANTAN


IKAN NILA (Oreochromis niloticous)

PROPOSAL

APRILLAYANI
L0311713012

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengaruh berbagai dosis ekstrak buah pare dalam


vitomolt terhadap pertumbuhan dan perkembangan
gonaad jantan ikan nila (Oreochromis niloticous )

Nama Mahasiswa : Aprillayani

Nomor Pokok : L031 17 1012

Program Studi : Budidaya Perairan

Proposal Penelitian
Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir.Yushinta Fujaya, M.Si. Dr. Andi Aliah Hidayani, S.Si., M.Si
NIP. 19650123 198903 2 003 NIP. 19800502 200501 2 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi


Budidaya Perairan
Universitas Hasanuddin

Dr. Ir. Sriwulan, MP


NIP. 19660630 199103 2 002

Tanggal Pengesahan: 2021


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan nila merupakan jenis tilapia yang berasal dari perairan di lembah
sungai nil afrika, dan pertama kali didatangkan ke indonesia pada tahun
1969,1990, dan 1994 yang masing- masing berasal dari taiwan, thailand dan
filipina. Ikan ini banyak dikembangkan dan dibudidayakan oleh petani pembesar
di indonesia karena memiliki bentuk yang hampir menyerupai ikan kakap.
Namun, masalah yang sangat umum dihadapi adalah kemampuan ikan nila
untuk bereproduksi pada usia muda sehingga sulit mencapai ukuran besar.
Meskipun teknologi monoseks telah mulai dikembangkan namun benih
monoseks masih sulit diperoleh oleh kalangan petani budidaya daerah.
Dalam proses pemeliharaan ikan nila sering terdapat masalah misalnya
penyakit bakterial. Menurut Hernandes et al., (2009); Rhamadhan et al., (2015)
salah satu bakteri yang menyerang ikan nila adalah Streptocococcus dan
Micrococcus yang bersifat akut dan dapat menyebabkan kematian, jika tidak
ditangani dengan baik. Salah satu cara yang efektif dalam penanggulangan
penyakit adalah tindakan prevensi yaitu tindakan pencegahan dengan cara
meningkatkan sistem pertahanan tubuh ikan menghadapi penyakit. Salah satu
jenis immunostimulan yang diharapakan dapat meningkatkan imunitas ikan nila
adalah vitomolt.
Vitomolt merupakan produk stimulan molting yang dikembangkan oleh
Universitas Hasanuddin yang mengandung fitoekdisteroid yang diekstrak dari
tanaman bayam (Amaranthus sp). Fitoekdisteroid merupakan ekdisteroid yang
diisolasi dari tumbuhan (Fujaya et al.,2018). Kandungan fitoekdisteroid berperan
meningkatkan pembetukan protein melalui peningkatan sintesis mRNA (Preston
& Dinand, 2002; Aslamyah & Fujaya, 2010). Fitoekdisteroid juga menstimulasi
metabolisme karbohidrat, biosentesis lipid, dan berperan sebagai
immunostimulan dan antioksidan.
untuk mencegah reproduksi dini yang kemudian menghambat produksi
adalah dengan menggunakan herbal. Herbal adalah tanaman yang memiliki
khasiat sebagai obat. Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan
tanaman yang berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi
masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar
pada pengalaman dan keterampilan yang diwariskan secara turun temurun dari
satu generasi ke genarasi berikutnya. Salah satunya adalah buah pare, yang
selain dapat dikonsumsi sebagai sayur, juga dikenal mempunyai manfaat
sebagai obat.
Pare dapat diperhitungkan sebagai herbal yang berpotensi menjadi bahan
antifertilitas. Keuntungan dalam memanfaatkan bahan asal tanaman (herbal),
Antara lain toksisitasnya rendah, mudah diperoleh, murah, dan sedikit
menimbulkan efek. Pendapat beberapa ahli tentang sifat antifertilitas dari buah
pare ini. Ternyata rasa pahit buah pare adalah disebabkan oleh kandungan
kukurbitasin (momordikosida K dan L), yang dapat menghambat pertumbuhan
dan perkembangan sel. Biji pare juga mengandung triterpenoid yang mempunyai
aktivitas anti spermatozoa, sehingga dapat mengakibatkan infertilitas.
Berdasarkan uraian diatas sehingga perlu dilakukan penelitian tentang
Pengaruh berbagai dosis ekstrak buah pare dalam vitomolt terhadap
pertumbuhan dan perkembangan gonaad jantan ikan nila (Oreochromis
niloticous ).

B. Tujuan dan kegunaan

Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh berbagai dosis ekstrak buah


pare terhadap pertumbuhan dan perkembangan gonad ikan nila jantan dan
menentukan dosis ekstrak buah pare yang potensil digunakan sebagai
antifertilitas pada jantan.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi tentang
dosis ekstrak buah pare terhadap pertumbuhan dan perkembangan gonad jantan
ikan nila. Selain itu, sebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Adapun klasifikasi ikan nila menurut Arifin (2016) yaitu :

Kingdom : Animalia
Filum : Cordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Familia : Cichlidae
Genus : Oreochoromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Adapun bentuk tubuh ikan nila dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Bentuk ikan nila (Arifin, 2016).

Secara umum karakteristik ikan nila yaitu bentuk tubuh agak memanjang
dan pipih, memiliki garis vertical berwarna gelap sebanyak 6 buah pada sirip
ekor, pada baian tubuh memiliki garis vertikal yang berjumlah 10 buah, dan pada
ekor terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya berwarna kehitam-hitaman.
Mata agak menonjol dan pinggirannya berwarna hijau kebiru- biruan , letak mulut
terminal, posisi sirip perut terhadap sirip dada adalah thoric, sedangkan linea
lateralis terputus menjadi 2 bagian, letaknya memanjang diats sirip dada, jumlah
sisik pada garis rusuk berjumlah 34 bua, memiliki 17 jari-jari keras pada sirip
punggung, pada sirip perut terdapat 6 buah jari-jari lemah, sirip dada 15 jari-jari
lemah, sirip dubur 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari lemah dan bentuk ekornya
berpinggiran tegak (Arifin, 2016).
B. Habitat Ikan Nila

Habitat ikan nila adalah air tawar seperti sungai, danau, waduk, dan rawa-
rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas (eyurhaline)
sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau dan laut. Salinitas yang
cocok untuk nila adalah 0-35 ppt, namun salinitas yang memungkinkan nila
tumbuh optimal adalah 0-30 ppt. Ikan nila masih dapt hidup pada salinitas 31-35
ppt, tetapi pertumbuhannya lambat (Prayudi et al., 2015).

C. Kebiasaan Makan Ikan Nila

Ikan Nila merupakan golongan ikan omnivora yang cenderung herbivora


yang sangat responsif terhadap pakan buatan. ikan nila merupakan ikan
pemakan plankton terutama fitoplankton dan detritus, dimana fitoplankton
didominasi oleh kelompok Cholorophyceace, Myxophyceace, dan Desmid.
Sedangkan zooplankton didominasi oleh Rotifera, Crustacea dan Protozoa.
Pada umumnya ikan akan menyesuaikan jenis makanan dengan ukuran
bukaan mulutnya. Ikan yang berukuran lebih besar akan memangsa makanan
yang lebih besar dan melakukan spesialisasi terhadap jenis makanannya (Satia
et al, 2017).

D. Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan suatu proses fisiologis komplek yang dapat


dilihat dari pertambahan ukuran (panjang dan berat) dalam waktu tertentu.
Besarnya nilai pertumbuhan dalam usaha pembesaran ikan merupakan salah
satu parameter yang utama.

Pertumbuhan ada dua macam, yaitu pertumbuhan mutlak dan


pertumbuhan relatif. Pertumbuhan mutlak adalah pertambahan bobot rata-rata
atau panjang rata-rata ikan pada selang waktu tertentu sedangkan pertumbuhan
relatif adalah perbedaan ukuran akhir interval dengan ukuran pada awal interval
dibagi dengan ukuran pada awal interval menurut (Rounsefell dan
Everhart,1962) dalam (Ningrum,2012).

Pertumbuhan dapat terjadi apabila ada kelebihan energi bebas setelah


energi yang tersedia dipakai untuk pemeliharaan tubuh, metabolisme basal, dan
aktivitas. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
eksternal yang berhubungan dengan lingkungan dan faktor internal.

Faktor eksternal meliputi komposisi kualitas kimia dan fisika air, suhu,
bahan buangan metabolik dan ketersediaan pakan. Faktor internal meliputi
keturunan, umur, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan untuk
memanfaatkan makanan yang digunakan akan mempengaruhi pertumbuhan
dan kelangsungan hidupnnya ( Ninggrum, 2012).

Ukuran ikan ditentukan berdasarkan panjang atau beratnya. Ikan yang


lebih tua, umumnya lebih panjang dan gemuk. Pada usia yang sama, ikan betina
biasanya lebih berat dari ikan jantan. Pada saat matang telur, ikan mengalami
penambahan berat dan volume. Setelah bertelur beratnya akan kembali turun.
Tingkat pertumbuhan ikan juga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan
dilingkungan hidupnya (Poernomo, 2004 ).

E. Perkembangan gonad

Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang


menghasilkan telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada
umumnya mempunyai sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah.
Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku
dan habitanya sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran
kecil sebagai konsekuensi dari kelangsungan ikan yang rendah (Yushinta
Fujaya, 2004).
Perkembangan gonad dapat diketahui dengan menghitung indeks
kematangan gonad (IKG), yaitu perbandingan antara berat gonad dan berat
tubuh ikan. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian
vitellogenesis, yaitu pengendapan kuning telur sehingga terjadi perubahan-
perubahan pada gonad dan beratnya menjadi bertambah (Solang, 2010).

Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu perkembangan gonad


sebelum dan sesudah ikan memijah. Penentuan tingkat kematangan gonad
antara lain dengan mengamati perkembangan gonad. Dalam proses reproduksi,
perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari proses
produksi ikan sebelum pemijahan. Selama itu, sebagaian besar hasil
metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Berat gonad akan maksimal
pada waktu ikan akan memijah, kemudian akan menurun secara cepat dengan
berlangsungnya musim pemijahan hingga selesai (Suhaili et al, 2018).

Faktor internal yang mempengaruhi tingkat kematangan gonad adalah


umur, jenis spesies dan kondisi hormonal dari ikan sedangkan faktor eksternal
berupa suhu, kandungan oksigen yang terlarut pada pakan alami, faktor
lingkungan yang dominan mempengaruhi perkembangan gonad adalah suhu
dan makanan.

Gambar2. Perbedaan ikan nila jantan dan betina.

F. Vitomolt

Vitomolt merupakan produk stimulan molting yang dikembangkan oleh


Universitas Hasanuddin yang mengandung fitoekdisteroid yang diekstrak dari
tanaman bayam (Amaranthus sp). Fitoekdisteroid merupakan ekdisteroid yang
diisolasi dari tumbuhan (Fujaya et al.,2018). Kandungan fitoekdisteroid berperan
meningkatkan pembetukan protein melalui peningkatan sintesis mRNA (Preston
& Dinand, 2002; Aslamyah & Fujaya, 2010). Fitoekdisteroid juga menstimulasi
metabolisme karbohidrat, biosentesis lipid, dan berperan sebagai
immunostimulan dan antioksidan (Lafont & Dinan, 2003; Aslamyah & Fujaya,
2011).

G. Buah Pare
Buah pare merupakan tumbuhan semusim, merambat atau memanjat
dengan alat pembelit berupa sulur, bercabang banyak , berbau tidak enak,
batang berusuk 5, panjangnya 2-5 m. Buah pare mengandung senyawa
flavonoid dan alkaloid yang mempunyai sifat antibakteri. Mekanisme flavonoid
sebagai antibakteri adalah dengan menghambat sintesis DNA. Sedangkan
alkaloid akan menggangu komponen penyusun peptidoglikan sel bakteri,
sehingga dinding sel tidak terbentuk utuh dan menyebabkan kematian sel
(Zaini,2016).

Pare dapat diperhitungkan sebagai herbal yang berpotensi menjadi bahan


antifertilitas. Keuntungan dalam memanfaatkan bahan asal tanaman (herbal),
Antara lain toksisitasnya rendah, mudah diperoleh, murah, dan sedikit
menimbulkan efek. Pendapat beberapa ahli tentang sifat antifertilitas dari buah
pare ini. Ternyata rasa pahit buah pare adalah disebabkan oleh kandungan
kukurbitasin (momordikosida K dan L), yang dapat menghambat pertumbuhan
dan perkembangan sel. Biji pare juga mengandung triterpenoid yang
mempunyai aktivitas anti spermatozoa, sehingga dapat mengakibatkan
infertilitas (Lolok et al., 2017).

Rasa pahit buah pare disebabkan oleh kandungan kukurbitasin


(momordikosida K dan L), yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan sel . kukurbitisan yang digolongkan dalam glikosida triterpen
memiliki struktur dasar siklopentan perhidrofenantrena yang juga dimiliki oleh
steroid. Steroid dapat berperan sebagai penghambat spermatogenesis dan
bersifat reversible. Spermatozoa adalah sel haploid, yang berasal dari
perkembangan dan diferensiasi sel-sel induk germinal didalam testis

Gambar3. Buah Pare


III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan 2021. Pemeliharaan Ikan Nila
dilakukan di Laboratorium Pembenihan Ikan FIKP Universitas Hasanuddin,
Makassar Sulawesi Selatan.

B. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah juvenil ikan nila berukuran ± 8 cm.
Juvenil ikan nila diperoleh dari hasil pembenihan di Laboratorium Teknologi
Pembenihan Ikan FIKP UNHAS. Hewan uji yang diteliti berjumlah 600 ekor,
dengan kepadatan 50 ekor juvenil ikan nila per bak. Sebelum ditebar, ikan uji
didisinfeksi menggunakan vitomolt plus dengan dosis 10 ppm selama 30 menit..

C. Wadah Penelitian

Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak kerucut volume
250 L, sebanyak 12 buah yang diisi dengan air sebanyak 200 liter. Air yang
digunakan adalah air tawar yang diperoleh dari sumur bor Laboratorium
Pembenihan Universitas Hasanuddin. Sebelum digunakan semua wadah
dibersihkan menggunakan klorin. Air yang akan digunakan juga didisinfeksi
dengan klorin setelah disaring terlebih dahulu menggunakan filterbag 10 µm, air
hasil filter didisinfeksi menggunakan klorin 100 ppm, didiamkan selama 24 jam,
setelah itu klorin dinetralkan menggunakan thiosulfate, selanjutnya diaerasi full
selama 24 jam, air yang sudah ditreatmen ditutup hingga digunakan sebelum
ikan uji ditebar, air media diberi vitomolt plus dengan dosis 2 ppm.

D. Pakan

Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan buatan komersil
yang biasa digunakan untuk ikan nila. Pakan bervitomolt dipersiapkan dengan
cara: ekstrak buah pare dilarutkan dalam 100 ml pelarut yaitu vitomolt plus
masing masing untuk 1 kg pakan. Jumlah ekstrak buah pare disesuaikan
dengan konsentrasi perlakuan. Selanjutnya larutan tersebut disemprotkan pada
pakan buatan secara merata. Dikering-anginkan dan disimpan dalam wadah
yang tertutup hingga akan digunakan. Sebelum pemberian pakan, pakan di
basahi dengan air secukupnya hingga sedikit mengembang. Ekstrak buah pare
dan vitomolt fermentasi diperoleh dari Prof.Yushinta Fujaya.

E. Perlakuan dan Desain Penelitian

Penelitian ini terdiri atas 4 perlakuan, dan setiap perlakuan terdiri atas 3
ulangan dengan demikian, penelitian ini terdiri dari atas 12 satuan percobaan.
Adapun perlakuan yang dicobakan adalah perbedaan dosis ekstrak pare dalam
vitomolt pus, yaitu:

A. Vitomolt plus + Ekstrak Pare 0 mg/ kg pakan


B. Vitomolt plus + Ekstrak Pare 0,25 mg/ kg pakan
C. Vitomolt plus + Ekstrak Pare 0,5 mg/ kg pakan
D. Vitomolt plus + Ekstrak Pare 0,75 mg/ kg pakan

F. Prosedur Pemeliharaan

Ikan uji disortir untuk menghomogenkan ukuran.Ikan ditimbang dan diukur


panjangnya sebagai data awal.Selanjutnya ikan ditebar ke dalam bak kerucut
yang sebelumnya telah diisi air dan diukur kualitas airnya. Penimbangan
dilakukan menggunakan timbangan elektrik dengan ketelitian 1 gram dan
pengukuran panjang awal ikan menggunakan mistar geser dengen ketelitian 0,01
cm sebagai data awal.
Selama pemeliharaan ikan uji diberi pakan buatan bervitomolt sebanyak 5%
dari bobot biomassa ikan per hari dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak
2 kali sehari (07.00-08.00 dan 17.00-18.00 wita). Pemberian pakan dilakukan
secara manual atau ditebar langsung ke dalam setiap unit percobaan.
Pengamatan secara visual dilakukan setiap hari untuk mengontrol
perkembangan ikan. Sisa pakan diambil setiap sebelum pemberian pakan
berikutnya. Pergantian air sebanyak 50% dilakukan setiap minggu.

Koleksi gonad ikan dilakukan pada hari ke-0, 15, 30, 45, 60. Koleksi gonad
dilakukan dengan cara membedah ikan pada bagian abdominal secara vertikal
mulai dari lubang anus mengarah ke vertebrae, kemudian secara horizontal
mengarah ke sirip ventral. Setelah bagian perut ikan terbuka, maka gonad dapat
diamati untuk menentukan tingkat kematangan gonadnya. Gonad diambil dengan
memisahkannya dari saluran pencernaan secara perlahan untuk menghindari
kerusakan gonad. kemudian gonad ditimbang dengan elektrik beralaskan kertas
saring yang telah ditimbang sebelumnya. Fiksasi gonad dilakukan dengan
merendam organ target dalam larutan parafolmaldehid 4% selama 2 hari (2x24
jam), selanjutnya jaringan dipindahkan ke alcohol 70% hingga pemrosesan lebih
lanjut.

Untuk Pengamatan histologi dilakukan dengan prosedur yang dilakukan


gunarso (1989) sebagi berikut :

Tahap dehidrasi. Gonad direndam dalam alkohol 70% (24 jam), alkohol
80% (2 jam), alkohol (1 jam), alkohol 100% (1 jam).

Tahap penjernihan kesatu. Gonad direndam dalam alkohol 100% ditambah


xylol (1:1) selama 30 menit kemudian direndam dalam xylol I, xylol II, dan xylol III
masing-masing selama 30 menit.

Tahap penyusupan. Gonad direndam dalam xylol ditambah paraffin (1:1)


selama 45 menit pada oven bersuhu 65 – 70 0C, kemudian direndam dalam
paraffin I, paraffin II, dan paraffin III masing-masing selama 45 menit yang
dipanaskan dalam oven yang bersuhu 65 – 70 0C, kemudian jaringan dicetak
dalam cetakan selama 12 jam (proses blocking).

Tahap pemotongan, pemotongan dengan microtom, spesimen dipotong


tipis dengan ketebalan 4 sampai 6 mikron, kemudian hasil potongan diletakkan
diatas gelas objek dengan bantuan diapungkan diatas air hangat (500C).

Tahap deparaffinasi dan rehidrasi, preparat direndam berturut-turut dalam


xylol I, xylol II, xylol III masing-masing selama 5 menit dan selanjutnya dilakukan
rehidrasi, preparat direndam berturut dengan alkohol 100% I, alkohol 100% II,
alkohol 95% I, alkohol 95% II, alkohol 85%, alkohol 80%, alkohol 70%, dan
alkohol 50% masing-masing selama 2 menit kemudian preparat dicuci dengan
aquades sampai warna putih.

Tahap pewarnaan, preparat direndam berturut-turut dalam larutan


hematoksilin selama 5-7 menit, kemudian dicuci dengan air kran mengalir selma
5-7 menit kemudian preparat direndam dalam larutan eosin selama 3 menit dan
dicuci dengan air kran mengalir.
Tahap dehidrasi, preparat direndam berturut-turut dalam alkohol 50%,
alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 90%, alkohol 100% pertama, dan alkohol
100% kedua, masing-masing selama 2 menit.

Tahap penjernihan kedua dan penempelan. Preaprat direndam dalam xylol


I, xylol II, dan xylol III masing-masing selama 2 menit, kemudian dilakukan
penenmpelan dan preparat diberi zat perekat canada balsam, dan ditutup
dengan kaca penutup dan dibiarkan selama 12 jam.

Penentuan tingkat kematangan gonad ikan nila dengan pengamatan


preparat histologis gonad melalui mikroskop

G. Parameter Penelitian

A. Pertumbuhan

Mengetahui pertumbuhan ikan dapat dilihat dari perubahan bobot atau


panjang tubuh ikan pada satuaan waktu tertentu. Pada tahap pertumbuhan
terbagi 2 yaitu:

1. Pertumbuhan berat mutlak didapatkan dari selisih antara berat ikan di akhir
penelitian dikurangi berat awal penelitian dan dihitung dengan rumus menurut
(Astriani et al., 2019).

W = Wt-Wo

Keterangan :

W : pertumbuhan berat mutlak (g)

Wt : berat akhir ikan (g)

Wo : berat awal ikan (g)

2. Laju pertumbuhan spesifik merupakan % dari selisih berat akhir dan berat
awal , dibagi dengan lamanya waktu pemeliharaan dan dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

LnWt−LnWo
N SGR = t x 100%
KKeterangan :

SGR = laju pertumbuhan spesifik

Wt = berat akhir ikan nila (gr)

Wo = berat awal ikan nila (gr)

t = lama penelitian (hari)

B. Sintasan

Sintasan adalah tingkat perbandingan jumlah ikan yang hidup dari awal
hingga akhir penelitian. Adapun rumus sintasan menurut (Widyatmoko et al,
2019).

SR = Nt/N0 x100

KKeterangan :

SR = sintasan (%)

Nt = jumlah ikan di akhir penelitian (ekor)

N0 = jumlah ikan di awal penelitian (ekor)

C. Morfologi gonad jantan Tkg dan Ikg

Nila jantan mempunyai bentuk tubuh membulat dan agak pendek dan
warna ikan nila jantan lebih umummnya lebih cerah. Pada bagian anus ikan nila
jantan terdapat alat kelamin yang memanjang dan terlihat cerah. Alat kelamin
pada induk jantan berbentuk meruncing. Ikan jantan akan mengeluarkan cairan
seperti air jika perutnya dipijat (Rahayu,2017).

Dalam proses reproduksi , sebelum terjadi pemijahan sebagian besar


hasil metabolisme tubuh digunakan untuk perkembangan gonad. Penambahan
berat gonad ikan akan meningkatkan ukuran diameter telur. Berat gonad
akanmencapai maksimum saat ikan akan memijah dan menurun dengan cepat
saat ikan selesai memijah. Perubahan-perubahan keadaan gonad itu dinyatakan
dengan tingkat kematangan gonad (TKG). TKG ini untuk mengetahui
perbandingan ikan yang telah matang gonad dan ikan yang belum matang
gonad..

Kematangan gonad dapat diketahui dengan menghitung indeks


kematangan gonad (IKG). indeks kematangan gonad merupakan presentasi dari
berat gonad terhadap berat badan ikan. Ikg merupakan satuaan yang
menyatakan perubahan gonad secara kuantitaf, perkembangan gonad yang
semakin matang merupakan bagian vitellogenesis yaitu pengendapan kuning
telur sehingga terjadi perubahan pada gonad dan beratnya menjadi bertambah
(Rahayu,2017).
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. Y. (2016). Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp)
Strain Merah dan Strain Hitam yang Dipelihara pada Media Bersalinitas.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 17(3), 42–58. Retrieved from
http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/521246

Aslamyah, S., Fujaya, S. 2011. Efektivitas pakan buatan yang diperkaya ekstrak
bayam dalam menstimulasi molting pada produksi kepiting bakau
cangkang lunak. Jurnal Akuakultur,10 (1), hlm. 8-16.

Astriani, N. L. A. G., Arthana, I. W., & ., Kartika, G. R. A. (2019). Potensi Probiotik


Skala Rumah Tangga untuk Meningkatkan Laju Pertumbuhan Ikan Nila
( Oreochromis niloticus ), 39, 33–39.

Bhagawati, D., Rachmawati, F. N., & Rukayah, S. (2017). Karakteristik


Dimorfisme dan Gambaran Histologis Gonad pada Benih Ikan Nila Hasil Alih
Kelamin. Seminar Nasional Pendidikan Biologi Dan Saintek II, 87–99.

Fujaya,Y. 2011. Pertumbuhan dan molting kepiting bakau yang diberi dosis
vitomolot berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia.10(1).24-28

Lolok, N., Pasambo, P. D., & Bariun, H. (2017). 2-Article Text-10-2-10-20180708.


3(2), 96–102.

Ninggrum, N. E. P. H. 2012. Keragaan pertumbuhan ikan nila best (Oreochromis


niloticus) hasil seleksi f3. F4, dan nila lokal. Skripsi. Fakultas matematika
dan ilmu pengetahuan alam. Universitas sebelas maret. surakarta

Poernomo, D., dkk. 2004. Pemanfaatan Asam Cuka, Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) dan Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi) untuk Mengurangi
Bau Amis Petis Ikan Layang (Decapterus spp). Departemen Teknologi
Hasil Perikaanan FPIK – IPB
Prayudi, R. D. R. S. (2015). Effect of different salinity on growth and survival rate
of nile tilapia (Oreochromis niloticus). Fakultas perikanan dan ilmu
kelautan. Universitas riau. Pekan baru.
.
Rahmawati, Y. 2017. Bioekologi ikan nila (Oreochrommis niloticus) yang
tertangkap di Ranu klakah Kabupaten Lumajang. Skripsi. Fakultas
perikanan dan ilmu kelautan. Universitas brawijaya. Malang.

Rahayu, F. S. 2017. Kajian kondisi biologi ikan nila (Oreochrommis


niloticus)yang yang tertangkap di waduk sutami jawa timur berdasarkan
pertumbuhan, factor kondisi, dan tingkat kematangan gonad. Skripsi.
Fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Universitas brawijaya. Malang.

Satia, Y. P. O. Y. (2017). Kebiasaan Makanan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


di Danau Bekas Galian Pasir Gekbrong Cianjur - Jawa Barat. Jurnal
Agroqua, 9(5), 1–6.

Solang, M. (2010). Indeks kematangan gonad ikan nila (Oreochromis niloticus L)


yang diberi pakan alternatif dan dipotong sirip ekornya. Saintek, 5(2), 1–7.

Suhaili, Y, M., Arifin, N. H., H, S., S, R., & Abdul M, W. W. (2018). Karakteristik
Biologi Reprodksi Ikan Air Tawar ( Nila , Oreochromis niloticus ) dan Air Laut
( Kuwe Gerong , Charanx Ignobilis ) ( Selar Kuning , Selaroides Leptolepis.
Jurnal Biologi Perikanan, 2(1), 11–21.

Widyatmoko & Effendi, Hefni & Pratiwi, Niken, T. (2019). Pertumbuhan dan
sintasan ikan nila , Oreochromis niloticus ( Linnaeus , 1758 ) pada sistem
akuaponik dengan padat tanaman vetiver ( Vetiveria zizanioides L . Nash )
yang berbeda [ The growth and survival rate of Nile tilapia , Oreochromis
niloticus ( Linn. Jurnal Iktiologi Indonesia, 19(1), 157–166.

Zaini, W. S., & Shufiyani, S. (2017). Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Pare
(Momordica Charantia L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
Aureus Dan Escherichia Coli Secara in Vitro. Jurnal Medikes (Media
Informasi Kesehatan), 4(2), 147–156.

Anda mungkin juga menyukai