Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang budidaya perikanan

terus mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan adanya peralihan dari sistem

budidaya ikan secara tradisional menuju ke sistem budidaya ikan secara intensif. Pada

budidaya ikan intensif, penggunaan padat penebaran dan dosis pakan yang tinggi,

berakibat pada penurunan kualitas air budidaya yang dipicu oleh tingginya sisa pakan

dan sisa metabolisme ikan, yang menghasilkan produk sampingan berupa amonia

yang memberikan pengaruh negatif terhadap mutu kualitas air suatu perairan. Pada

kenyataannya kuantitas dan kualitas suplai air merupakan faktor utama yang

menentukan keberhasilan budidaya ikan dari serangan penyakit.

Penelitian Samsundari, dkk, (2011), diketahui bahwa ikan sidat sangat

menyukai kondisi kualitas air yang jernih dengan kandungan oksigen terlarut sebesar

7,5 - 9,0 mg/l, suhu berada pada kisaran 26,91°C - 29,04°C, dan kandungan pH

berkisar antara 7 - 8. Dari kenyataan tersebut, maka dilakukan salah satu upaya

pengembangan budidaya ikan sidat dengan mengaplikasikan teknologi biofiltrasi

pada sistem resirkulasi akuakultur.

Sistem resirkulasi akuakulktur (Recirculation Aquaculture System) merupakan

sistem yang memanfaatkan ulang air yang telah digunakan dengan meresirkulasinya

melewati sebuah filter, sehingga sistem ini bersifat hemat air (Sidik 1996). Filter di

dalam sistem ini berfungsi mekanis untuk menjernihkan air dan berfungsi biologis
untuk menetralisasi senyawa ammonia yang toksik menjadi senyawa nitrat yang

kurang toksik dalam suatu proses yang disebut nitrifikasi (Spotte 1979). Berhasil

tidaknya budidaya ikan di dalam sistem resirkulasi sangat ditentukan oleh baik

tidaknya fungsi nitrifikasi di dalam sistem tersebut.


BAB II
ISI

2.1. Klasifikasi dan Morfologi

Menurut Deelder (1984) klasifikasi ikan sidat (Anguilla bicolor) adalah

sebagai berikut :

Filum : Vertebrata

Sub Filum : Craniata

Super Kelas : Gnathostomata

Kelas : Teleostei

Sub Kelas : Actynopterigii

Ordo : Anguilliformes

Sun Ordo : Anguilloidei

Famili : Anguillidae

Genus : Anguilla

Spesies : Anguilla bicolor

Ciri utama sidat dewasa adalah bentuknya menyerupai belut. Apabila

diperhatikan lebih teliti terdapat beberapa perbedaan morfologi yang membedakan

antara sidat dengan belut. Sidat memiliki sirip dada (pectoral) yang sempurna yang

terdapat pada bagian belakang tutup insang serta sirip punggung (dorsal), sirip ekor

(caudal) dan sirip anal yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sirip sidat

dilengkapi dengan jari-jari lunak yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
Ikan sidat memiliki linea lateralis yang terbentuk dengan baik, perut jauh dari

kepala, mulut terminal, rahang tidak memanjang secara khusus, gigi kecil, pektinat

dan setiform dalam beberapa sisi rahang dan vomer, terdapat gigi halus pada tulang

faring, membentuk “ovate patch” pada faring, bagian atas celah insang lateral vertical

berkembang dengan baik dan terpisah satu sama lainnya. Insang dapat terbuka lebar,

terdapat lidah, bibir tebal, tulang frontal, berpasangan tetapi tidak tumbuh bersama.

Palatopterygoid berkembang baik, premaksila tidak berkembang sebagi suatu elemen

yang dapat dibedakan pada ikan dewasa, lengkun pektoral terdiri dari 7-9 (untuk yang

masih muda mencapai 11) elemen radial, tulang ekor tanpa proses transverse.
DAFTAR PUSTAKA

Deelder, C. L. 1984. Synopsis of Biological Data on The Eel Anguilla Anguilla


(Linaeus, 1758). FAO Fisheries Synopsis No. 80. Revision 1. Food and
Angriculture Organization of The United Nations. Rome.

Samsundari S., dan Adhy G. W. 2011. Pengaruh tingkat salinitas yang berbeda
terhadap pertumbuhan dan sintasan ikan sidat (Anguilla bicolor). Jurusan
Perikanan DPPM. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Anda mungkin juga menyukai