Anda di halaman 1dari 39

TUGAS MAKALAH

EKOLOGI HEWAN
(ABKC-2602)

HABITAT, MIKROHABITAT DAN KLASIFIKASI HABITAT

Disusun Oleh:
Kelompok 14
Ahmad Fazri Haekal (1710119310001)
Cici Ayu Wulan Dari (1710119120006)
Evi Wulandari (1710119120009)
Isra Melliyanti Putri (1710119220011)

Dosen Pengasuh :
Dr. Dharmono, M.Si.
Drs. H. Hardiansyah, M.Si.
Mahrudin, S.Pd., M,Pd.
Maulana Khalid Riefani, S.Si., M.Sc.
Nurul Hidayati Utami, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
MARET 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ekologi Hewan dengan lancar
dan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mendapat banyak bantuan dan
dorongan dari berbagi pihak, untuk itu tidak lupa penyusun mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
2. Drs. H. Hardiansyah, M.Si., Dr. Dharmono, M.Si., Mahrudin, S.Pd., M.Pd.,
Maulana Khalid Riefani, S.Si., M.Sc. dan Nurul Hidayati Utami, S.Pd, M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Ekologi Hewan yang telah membimbing
dan memberikan ilmunya.
3. Orang tua yang telah memberikan dorongan baik secara material maupun
spiritual.
4. Teman-teman yang telah memberikan saran dan kritiknya.
5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini dikarenakan terbatasnya pengetahuan, dan kemampuan kami.
Karena itu penyusun mengharapkan kriktik dan saran yang membangun dari
pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan kita
semua.
Banjarmasin, 2020

Penyusun
Kelompok 14

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………...
………………....……………… i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan.......................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................2
1.5 Metode Penulisan......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Pengertian Habitat.....................................................................................4
2.2 Macam-Macam Habitat.............................................................................5
2.3 Pengertian Mikrohabitat..........................................................................13
2.4 Pengertian Klasifikasi Habitat.................................................................17
2.5 Tujuan Pengklasifikasian Habitat untuk Makhluk Hidup.......................19
2.6. Data Keanekaragaman dan Kemelimpahan Fauna Sisipan (Intersisi)
di Daerah Pantai Psamolitoral Pesisir ……………………………...

21
2.7. Data Keanekaragaman dan Kemelimpahan
Makrozoobentos.................................................................................. 23

Analisis Data............................................................................................25

Foto Hasil Lapangan................................................................................27

BAB III PENUTUP...............................................................................................29


3.1 Kesimpulan..............................................................................................29
3.2 Saran........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekologi merupakan kajian tentang bagaimana tanaman, binatang, dan
organisme lain yang saling berhubungan satu sama lain dalam lingkungan
atau “rumah mereka”. Kata ekologi “berasal dari bahasa Yunani “Oikos”
yang berarti rumah. Ekologi juga berati kajian tentang kelimpahan dan
distribusi organisme.
Menurut Begon dkk (1986) dalam Soetjipta (1993) sejarah kehidupan
yang dilayakkan oleh seleksi alami tergantung pada habitat makhluk yang
bersangkutan. Jadi habitat memainkan peranan penting dalam mencetak
sejarah kehidupan. Tiap tiap habitat makhluk, seperti sejarah kehidupan
makhluk, adalah unik.
Selain itu, istilah habitat dapat juga dipakai untuk menunjukkan
tempat tumbuh sekelompok organisme dari berbagai spesies yang membentuk
suatu komunitas. Dalam hal seperti ini, maka habitat sekelompok organisme
mencakup organisme lain yang merupakan komponen lingkungan (komponen
lingkungan biotik dan komponen lingkungan abiotik). Dalam uraian tentang
hamparan habitat Odum (1983) menyebutkan bahwa dengan mempelajari
suatu habitat yang tertentu akan dikenali makhluk dan faktor fisik yang
sesungguhnya menyertai suatu ekosistem tertentu. Dengan demikian akan
diperoleh pandangan mengenai misalnya metode, peralatan dan kesukaran
teknis yang dapat diterapkan pada situasi yang spesifik (Soetjipta, 1993).
Selain habitat, kehidupan makhluk hidup juga terdiri atas mikrohabitat yang
hidup berdampingan dengan habitat serta dari hal tersebut akan muncul
klasifikasi habitat. Maka dari itu makalah ini akan membahas lebih dalam
terkait hal tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian habitat ?
1.2.2 Apa saja macam-macam habitat ?
1.2.3 Apa pengertian mikrohabitat ?
1.2.4 Apa pengertian klasifikasi habitat ?
1.2.5 Apa pengklasifikasian habitat untuk makhluk hidup?
1.2.6 Bagaimana hasil data dilapangan pada topik Keanekaragaman dan
Kemelimpahan fauna sisipan (Intersisi) Di Daerah Pantai Psamolitoral
pesisir pantai Desa Tabanio?
1.2.7 Bagaimana hasil data dilapangan pada topik Keanekaragaman dan
Kemelimpahan Makrozobentos di Desa Tabanio?

1.3 Tujuan Penulisan


1.2.1 Untuk mendeskripsikan pengertian habitat
1.2.2 Untuk mendeskripsikan macam-macam habitat
1.2.3 Untuk mendeskripsikan pengertian mikrohabitat
1.2.4 Untuk mendeskripsikan pengertian klasifikasi habitat
1.2.5 Untuk mendeskripsikan pengklasifikasian habitat untuk makhluk
hidup
1.2.6 Untuk mendeskripsikan hasil data dilapangan pada topik
Keanekaragaman dan Kemelimpahan fauna sisipan (Intersisi) Di
Daerah Pantai Psamolitoral pesisir pantai Desa Tabanio
1.2.7 Untuk mendeskripsikan hasil data dilapangan pada topik
Keanekaragaman dan Kemelimpahan Makrozobentos di Desa
Tabanio.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini diharapkan dapar bermanfaat bagi penulis
sendiri sebagai bentuk pemenuhan kewajiban dalam mata kuliah ekologi
hewan dan juga bermanfaat bagi orang lain yakni pembaca sebagai sumber

2
belajar untuk memperoleh pengetahuan dan mengembangkan wawasan
ekologi khususnya mengenai habitat dan mikrohabitat.

1.5 Metode Penulisan


Penulisan makalah ini menggunakan metode studi kepustakaan yaitu
mengumpulkan berbagai materi dan bahan pendukung berupa informasi
terkait yang bersumber dari buku maupun internet

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Habitat


Habitat suatu organisme adalah tempat organisme itu hidup, atau tempat
kemana seseorang harus pergi untuk menemukan organisme tersebut. Istilah
habitat banyak digunakan, tidak saja dalam ekologi tetapi dimana saja. Tetapi
pada umumnya istilah ini diartikan sebagai tempat hidup suatu makhluk
hidup.
Habitat suatu spesies adalah jenis lingkungan spesies sebagai tempat
keberadaan spesies itu, lingkungan ini dapat mengenai keadaan fisik, dan
kimianya dan sering mengenal elevasi atau posisi topografiknya atau
mungkin mengenai jenis komunitasnya. Suatu spesies mungkin ada di suatu
kisaran habitat yang berbeda-beda, atau mungkin lebih dari satu jenis habitat
yang pilah, di dalam bagian yang berbeda areanya. Didalam tiap - tiap habitat
terdapat suatu spesies dalam ruang, waktu, dan hubungan fungsional
komunitas yang mendiami habitat tersebut. Kedudukan spesies di dalam
suatu komunitas dalam hubungan dengan spesies lainnya disebut relung.
Habitat suatu makhluk adalah tempat hidup atau tempat untuk tumbuh
makhluk tersebut, jadi habitat dapat berupa hutan, perairan, atau bahkan
hanya seluas usus jenis hewan yang ada dalam usus suatu mahkluk. Habitat
dalam pengertian ini meliputi kemajemukan abiotik dan biotik. Jadi habitat
suatu jenis mahkluk atau sekelompok makhluk (populasi) meliputi baik
mahkluk lain sebagai lingkungan yang biotik maupun lingkungan yang
abiotik (Dharmono, 2017).

4
2.2 Macam-Macam Habitat
a. Habitat Air Tawar
Air tawar bersifat penting dan merupakan bahan yang paling
melimpah di dalam protoplasma, sehingga dapat dikatakan bahwa semua
makhluk hidup bersifat “akuatik”. Dalam praktiknya yang dikatakan
sebagai habitat akuatik adalah habitat dengan air sebagai medium eksternal
dan internal. Ekosistem perairan tawar secara umum dibagi menjadi dua
yaitu perairan mengalir dan perairan menggenang. Perairan tawar dapat
menjadi habitat berbagai macam hewan perairan seperti ikan, plankton,
kelompok crustacea, alga, bivalvia, gastropoda, amphibi dan lain lain.
1) Perairan Mengalir

(Sumber : Dewa. 2015)


Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yang dapat
membedakannya dari air menggenang walaupun keduanya merupakan
sama-sama satu habitat, yaitu air tawar. Semua perbedaan itu tentu saja
mempengaruhi bentuk serta kehidupan tumbuhan dan hewan yang
menghuninya. Satu perbedaan mendasar antara danau dan sungai adalah
bahwa danau terbentuk karena cekungannya sudah ada dan air yang
mengisi cekungan itu, tetapi danau setiap saat dapat terisi oleh endapan
sehingga menjadi tanah kering. Sebaliknya, sungai terjadi karena airnya
sudah ada sehingga air itulah yang membentuk dan menyebabkan tetap

5
adanya saluran selama masih terdapat air yang mengisinya (Ewusie,
1990:186).
2) Perairan Menggenang

(Sumber : Dewa. 2015)


Perairan menggenang dibedakan menjadi perairan alami dan
perairan buatan. Dilihat dari proses terbentuknya perairan alami
dibedakan menjadi perairan yang terbentuk karena aktivitas tektonik
dan aktivitas vulkanik. Beberapa contoh perairan menggenang yang
alami antara lain adalah danau, rawa, situ dan telaga, sedangkan
perairan buatan antara lain adalah waduk (Ewusie, 1990).
Menurut Soetjipto (1993), habitat air tawar hanya bagian kecil
permukaan bumi bila dibandingkan dengan habitat perairan lainnya,
tetapi kepentingannya bagi kehidupan makhluk hidup terutama manusia
jauh lebih besar dibandingkan jenis perairan lainnya, karena ;
1. Perairan tawar merupakan sumber air yang paling murah dan paling
mudah untuk keperluan rumah tangga serta untuk keperluan industri.
Air mungkin dapat diperoleh dengan pemrosesan air laut tetapi
dengan biaya yang mahal.
2. Air tawar merupakan bagian penting dalam daun hidrologik.
3. Ekosistem perairan tawar dapat digunakan sebagai suatu sistem
pembuangan limbah yang paling murah dan mudah.

6
Menurut Odum (1983:11), pembagian zona pada perairan air
tawar terdapat perbedaan dengan pembaian zona di perairan air laut.
Pembagian zona perairan air tawar dapat dibedakan berdasarkan letak
dan intensitas cahaya sebagai berikut :

(Sumber : Teguh Yuonro.2015)


a. Zona Litoral, merupakan daerah pinggiran perairan yang masih
bersentuhan dengan daratan. Organisme yang biasanya ditemukan
antara lain adalah siput, kerang, crustacea, serangga, ampfibi, ikan,
dan lain-lain.
b. Zona Limnetik, merupakan daerah air yang terbentang antara zona
litoral di satu sisi dan zona litoral disisi lain. Zona ini memiliki
berbagai variasi secara fisik, kimiawi maupun kehidupan di
dalamnya. Organisme yang hidup dan banyak ditemukan di daerah
ini antara lain ikan, udang dan plankton.
c. Zona Profundal, merupakan daerah dasar perairan yang lebih dalam
dan menerima sedikit cahaya matahari dibandingkan daerah litoral
dan limnetik. Bagian ini dihuni oleh sedikit organisme terutama
organisme bentik karnivor dan detrifor.
d. Zona Sublitoral, merupakan daerah peralihan antara zona litoral dan
zona profundal. Sebagai daerah peralihan zona ini banyak dihuni
oleh banyak jenis organisme bentik dan juga organisme temporal
yang datang untuk mencari makan.

b. Habitat Air Laut

7
(Sumber : Pruss, Kayla. 2013)
Habitat lautan itu tidak terpisah-pisah seperti habitat daratan dan
habitat perairan darat. Semua lautan itu berhubungan, suhu, salinitas, serta
kedalaman merupakan faktor utama dalam mempengaruhi gerakan bebas
hewan lautan. Sirkulasi lautan sedemikian efektif sehingga kekurangan-
kekurangan oksigen seperti yang terjadi di perairan tawar secara
komperatif jarang terjadi di kedalaman lautan. Seperti halnya perairan
tawar, perairan laut menurut Wiadnya, 2012 juga dibagi menjadi beberapa
zona yaitu :
1. Coast-line atau garis pantai
Batas air laut terakhir mencapai darat (coast-line) adalah garis pantai
secara praktis bersifat dinamis, tergantung kondisi pasang surut. Setiap
hari, setiap garis pantai mengalami air naik ke arah darat dan turun ke
arah laut.
2. Zona littoral
Zona littoral merupakan wilayah dengan variasi faktor lingkungan yang
sangat bervariasi dalam waktu yang relatif singkat. Organisme yang
mampu tinggal pada wilayah littoral mempunyai mekanisme tertentu
untuk beradaptasi terhadap variasi lingkungan yang ekstrem. Beberapa

8
jenis kurang bisa bertahan hidup dan menempati wilayah pada ujung
zona littoral .
3. Neritic
Zona neritic atau sublittoral juga merupakan wilayah yang sangat
penting bagi keragaman hayati dan sumber daya perikanan. Bagian atas
dari zona neritic, sampai kedalaman sekitar 20 m, ialah tempat untuk
habitat terumbu karang.
4. Istilah continental shelf, diterjemahkan sebagai paparan benua
Paparan benua ialah dasar laut yang relatif datar, menjadi perangkap
bahan organik dari pantai, kaya dengan nutrien dan sinar matahari
relatif sampai di dasar. Wilayah ini menghasilkan 90% dari total hasil
tangkap perikanan (ikan dan komoditas perikanan lainnya) di dunia.
5. Continental slope atau lereng benua
Lereng benua umumnya relatif sempit dengan kemiringan tajam,
lebarnya bervariasi antara 6 – 10 km. Beberapa referensi menyatakan
bahwa landas kontinen di laut juga menjadi bagian dari landas kontinen
di darat.
Berikut adalah parameter yang telah diukur saat praktikum topik
Hewan intersisi dan hewan pantai di pantai Desa Tabanio.
1. Parameter Hewan Intersisi
Pengulangan
Nama alat Kisaran
1 2 3
Salinometer 2 ppm 2 ppm 3 ppm 2-3 ppm
Termometer 24˚C 24˚C 24˚C 24˚C
pH meter 7,5 7,8 7,8 7.5-7.8
Sechidisk 7 cm 5.8 cm 6.7 cm 5.8--7 cm
0.04-0.14
Bola arus 0.14 m/s 0.05 m/s 0.04 m/s
m/s
(Sumber: Data Angkatan, 2020)

9
2. Parameter hewan Pantai
Pengulangan
Nama alat Pengukuran Kisaran
1 2 3
Termometer 32˚C 31˚C 31˚C 31-32˚C
Hygrometer 77% 80% 79% 77-80%
Min 1.1 m/s 0.1 m/s 2.9 m/s 0.1-2.9 m/s
Anemometer
Max 3.4 m/s 3.7 m/s 3.7 m/s 3.4-3.7 m/s
>20000 >20000 >20000
Min >20000 lux
lux lux lux
Lux meter
>20000 >20000 >20000
Max >20000 lux
lux lux lux
(Sumber: Data Angkatan, 2020)

c. Habitat Estuaria

(Sumber : Husna, Raudah. 2015)


Estuari berasal dari bahasa Latin aestus, berarti pasang-surut
(Odum, 1971 dalam Rositasari dan Rahayu, 1994). Estuaria adalah suatu
tempat pertemuan antara air tawar dan air laut atau transisi antara habitat
tawar dan habitat laut. Habitat estuaria lebih subur (produktif) sehingga
daerah ini menjadi daerah asuhan (nursery ground) yang baik bagi larva
maupun udang, ikan dan kerang, bahkan menjadikan estuaria sebagai
habitat sepanjang hidupnya (Genisa et al., 1999 dalam Indarmawan dan
Manan, 2011).
Wilayah estuaria merupakan pesisir semi tertutup (semi-enclosed
coastal) dengan badan air mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka
(open sea) dan kadar air laut terlarut dalam air. Pada wilayah tersebut

10
terjadi percampuran antara masa air laut dengan air tawar dari daratan,
sehingga menjadi air payau. Wilayah ini meliputi muara sungai dan delta-
delta besar, hutan mangrove dekat estuaria dan hamparan lumpur dan pasir
yang luas. Wilayah ini juga dapat dikatakan sebagai wilayah yang sangat
dinamis, karena selalu terjadi proses dan perubahan baik lingkungan fisik
maupun biologis. Menurut (Bengen, 2002) berdasarkan salinitas (kadar
garamnya), estuaria dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Oligohalin yang berkadar garam rendah (0,5% – 3 %)
2. Mesohalin yang berkadar garam sedang (3% – 17 %)
3. Polihalin yang berkadar garam tinggi, yaitu diatas 17 %
d. Habitat Terrestrial (Habitat Daratan)

(Sumber :Dokumentasi Kelas, 2020)


Dalam menjelaskan konsep habitat terrestrial atau habitat daratan,
Di dalam lingkungan terrestrial maka kajian ekologik cenderung memberi
tekanan pada prinsip organisasi populasi dan organisasi komunitas dan
proses perkembangan yang autogenik. Ciri habitat terrestrial antara lain
sebagai berikut:
1. Kelembaban secara sendirian mampu menjadi fakor pembatas di
daratan. Hewan terrestrial secara konstan akan ditantang dengan
masalah dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh.
2. Perbedaan suhu dan harga ekstrim suhu lebih nyata di lingkungan
udara dari pada di medium air.

11
3. Sirkulasi udara yang cepat diseluruh muka bumi berakibat kandungan
gas oksigen dan gas karbondioksida bercampur dan konstan.
4. Tanah merupakan pendukung yang padat. Kerangka yang kuat didalam
hewan yang memiliki alat pergerakan mengalami proses evolusi diatas
habitat tanah.
5. Daratan tidak seperti lautan tidak kontinyu. Ada faktor yang penting
dalam menentukan perpindahan yang bebas bagi makhluk hidup.
6. Sifat substratum terutama vital dilingkungan terrestrial. Tanah adalah
sumber zat hara yang sangat berbeda beda.
Iklim (misalnya suhu kelembaban dan lainnya) dan substratum
(fisiografi tanah dan lainnya) ialah dua kelompok faktor yang bersama
dengan interaksi populasi menentukan sifat komunitas terrestrial dan
ekosistem terrestrial. Tiap-tiap kawasan benua cenderung memiliki fauna
sendiri yang istimewa. Kepulauan seringkali memiliki perbedaan yang
besar dengan benua. Relevansi yang istimewa terdapat didalam ebolusi
komunitas terrestrial merupakan subyek dalam biogeografi
(Wiadnya.2012).
Berikut adalah parameter yang telah diukur saat praktikum topik
mamalia dan burung siang.
1. Parameter topik Keanekaragaman Jenis Mamalia
Pengulangan
Nama alat Kisaran
1 2 3
Termometer 36.4˚C 34.8˚C 34.6˚C 34.6-36.4˚C
Hygrometer 63,0% 68% 69% 63-69%
1214.5-1278
Luxmeter 1214.5 lux 1274 lux 1278 lux
lux
Anemometer 4.3 m/s 4 m/s 3.1 m/s 3.1-4.3 m/s
(Sumber: Data Angkatan, 2020)
2. Parameter Topik Keanekaragaman Jenis Burung (Burung siang)
Pengukura Pengulangan
Nama alat Kisaran
n 1 2 3
Termometer 27˚C 28˚C 30˚C 27-30˚C
Hygrometer 82,5% 79% 75% 75-82.5%
Soil tester pH 7 5,8 6,9 5.8-7

12
Kelembaban 80% 20% 10% 10-80%
Min 0.6 m/s 0 m/s 0 m/s 0-0.6 m/s
Anemometer
Max 4 m/s 2.7 m/s 0.6 m/s 0.6-4 m/s
>20000 1009 101.2 101.2->20000
Min
lux lux lux lux
Lux meter
>20000 1434 183->20000
Max 183 lux
lux lux lux
(Sumber: Data Angkatan, 2020)

2.3 Pengertian Mikrohabitat


Habitat-habitat di alam ini umumnya bersifat heterogen, dengan area-
area tertentu dalam habitat itu yang berbeda vegetasinya. Populasi-populasi
hewan yang mendiami habitat itu akan terkonsentrasi di tempat-tempat
dengan kondisi yang paling cocok bagi pemenuhan persyaratan hidupnya
masing-masing. Bagian dari habitat yang merupakan lingkungan yang
kondisinya paling cocok dan paling akrab berhubungan dengan hewan
dinamakan mikrohabitat. Sehubungan dengan bagaimana kisaran-kisaran
toleransinya terhadap berbagai faktor lingkungannya, maka berbagai spesies
hewan yang berkonsentrasi dalam habitat yang sama akan menempati
mikrohabitatnya masing-masing (Maspupah, 2011).
Antara makrohabitat dan mikrohabitat harus ditentukan untuk masing-
masing studi yang berkenaan dengan spesies spesifik. Mikrohabitat biasanya
menunjukkan kondisi habitat yang sesuai. Contoh makrohabitat dan
mikrohabitat : Organisme penghancur (pembusuk) daun hanya hidup pada
lingkungan sel-sel daun lapisan atas fotosintesis, sedangkan spesies
organisme penghancur lainnya hidup pada sel-sel daun bawah pada lembar
daun yang sama hingga mereka hidup bebas tidak saling mengganggu.
Lingkungan sel-sel dalam selembar daun di atas disebut mikrohabitat
sedangkan keseluruhan daun dalam lingkungan makro disebut makrohabitat
(Maspupah, 2011).

13
(Ades, 2017)
Semua makhluk hidup menempati suatu tempat untuk hidupnya.
Setiap spesies serangga menempati tempat yang cocok untuk tempat
hidupnya. Tempat-tempat tersebut merupakan tempat fisik yang disebut
habitat. Suatu speies serangga herbivor biasanya tidak menempati semua
bagian tanaman, tetapi hanya bagian-bagian tanaman tertentu saja yang
ditempatinya. Tempat yang demikian disebut mikrohabitat. Suatu spesies
serangga hama yang menempati suatu habitat akan melakukan sesuatu di
dalamnya, misalnya bagaimana serangga hama mentransformasikan energi,
bagaimana perilakunya, bagaimana serangga hama menanggapi lingkungan
fisik dan biotiknya dan bagaimana serangga hama dibatasi aktifitasnya oleh
spesies lainnya (Maspupah, 2011).

(Aburamai, 2018)
Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan makhluk hidup
yang menghuninya. Batas bawah persyaratan hidup itu disebut titik minimum
dan batas atas disebut titik maksimum. Antara dua kisaran itu terdapat titik
optimum. Ketiga titik itu yaitu titik minimum, titik maksimum dan titik
optimum disebut titik cardinal.

14
Apabila sifat habitat berubah sampai diluar titik minimum atau
maksimum, makhluk hidup itu akan mati atau harus pindah ke tempat lain.
Misalnya jika terjadi arus terus-menerus di pantai habitat bakau, dapat
dipastikan bakau tersebut tidak akan bertahan hidup. Apabila perubahannya
lambat, misalnya terjadi selama beberapa generasi, makhluk hidup umumnya
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru di luar batas semula. Melalui
proses adaptasi itu sebenarnya telah terbentuk makhluk hidup yang
mempunyai sifat lain yang disebut varietas baru atau ras baru bahkan dapat
terbentuk jenis baru (Darmawan, 2005).
a. Hutan bakau masih asri

(Desy, 2016)

b. Hutan bakau sudah hampir rusak

(Mi, 2017)

15
Batas antara mikrohabitat yang satu dengan yang lainnya sering tidak
nyata/jelas. Namun demikian mikrohabitat memegang peranan penting dalam
menentukan keanekaragaman spesies yang menempati habitat itu. Tiap
spesies akan berkonsentrasi pada mikrohabitat yang paling sesuai baginya.
Sebagai contoh, dalam suatu habitat perairan tawar yang mengalir (sungai)
secara umum dapat dibedakan menjadi bagian riam dan lubuk. Riam berarus
deras dan dasarnya berbatu-batu sedang lubuk hampir tidak berarus, relatif
dalam dan dasarnya berupa lumpur dan serasah. Ada beberapa populasi
hewan air yang lebih menyukai tinggal atau bermikrohabitat di riam dan ada
beberapa populasi yang lebih menyukai tinggal atau bermikrohabitat di lubuk.
Pemilihan atas dasar mikrohabitat utama ini dapat dipilah-pilah lagi lebih
lanjut, seperti bagian permukaan batu, di sel-sela batu, di bawah lapisan
serasah dan sebagainya. Pemilihan atas dasar mikrohabitat-mikrohabitat yang
berbeda itu terkait dengan masalah perbedaan status fungsional atau relung
ekologi dari berbagai spesies hewan yang menempati habitat perairan tersebut
(Darmawan, 2005).
a. Riam

(Hutagalung, 2020)

16
b. Lubuk

(Muharrman, 2018)

2.4 Pengertian Klasifikasi Habitat


Klasifikasi adalah proses pengelompokkan benda berdasarkan ciri-ciri
persamaan dan perbedaan. Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal
dan berkembang biak. Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah
lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau
kelompok spesies, atau komunitas. Jadi klasifikasi habitat yaitu
pengelompokkan tempat atau lingkungan suatu makhluk hidup berdasarkan
hal-hal tertentu seperti berdasarkan ruang dan bentuk serta ukuran.
Secara garis besar dikenal empat tipe habitat utama, yakni: daratan,
perairan tawar, perairan payau dan estuaria serta perairan bahari/laut.
Berdasarkan variasi habitat menurut waktu dibagi menjadi 4 macam
(Kramadibrata, 1996) yaitu:
1. Habitat yang konstan, yaitu habitat yang kondisinya terus-menerus relatif
baik atau kurang baik.
2. Habitat yang bersifat memusim, yaitu habitat yang kondisinya relatif
teratur berganti-ganti antara baik dan kurang baik.
3. Habitat yang tidak menentu, yaitu habitat yang mengalami suatu periode
dengan kondisi baik yang lamanya bervariasi diselang-selingi oleh periode
dengan kondisi kurang baik yang lamanya juga bervariasi sehingga
kondisinya tidak dapat diramal.

17
4. Habitat yang ephemeral, yaitu habitat yang mengalami periode dengan
kondisi baik yang berlangsung relatif singkat diikuti oleh suatu periode
dengan kondisi yang kurang baik yang berlangsungnya lama sekali.
Berdasarkan variasi kondisi habitat menurut ruang, habitat dapat
diklasifikasi menjadi tiga macam (Maspupah, 2011):
1. Habitat yang bersinambung, yaitu apabila suatu habitat mengandung area
dengan kondisi baik yang luas sekali, yang melebihi luas area yang dapat
di jelajahi populasi hewan lainnya
2. Habitat yang berputus-putus, merupakan suatu habitat yang mengandung
area dengan kondisi baik letaknya berselang-seling dengan area yang
berkondisi kurang baik, hewan penghuninya dengan mudah dapat
menyebar dari area berkondisi baik yang satu ke yang lainnya.
3. Habitat yang terisolasi merupakan suatu habitat yang mengandung area
terkondisi baik yang terbatas luasnya dan letaknya terpisah jauh dari area
berkondisi baik yang lain, sehingga hewan-hewan tidak dapat menyebar
untuk mencapainya, kecuali bila didukung oleh faktor-faktor kebetulan.
Berdasarkan ukuran dan bentuknya, menggunakan skala geografi,
menurut Hugget (2003) habitat dibagi menjadi :
1. Mikrohabitat yaitu mengacu pada kondisi habitat terkecil dimana masih
terjadi interaksi antar organisme dengan lingkungannya. Luas
mikrohabitat beberapa cm persegi hingga beberapa meter suatu area.
2. Mesohabitat yaitu suatu kondisi habitat yang ukurannya lebih besar
daripada mikrohabitat dan lebih kecil dari makrohabitat. Ukuran
mesohabitat sekitar 10.000 km.
3. Makrohabitat yaitu lebih cenderung mengarah pada kondisi luasan yang
sangat besar (seperti habitat perairan dan lainnya), dimana luas areanya
sekitar 1.000.000 km.
4. Megahabitat yaitu terdiri dari benua.
Habitat makhluk hidup dapat lebih dari satu, misalnya burung pipit,
habitat untuk mencari makannya adalah di sawah dan habitat untuk bertelur
adalah pohon-pohonan di kampung. Ikan salem yang terkenal di Eropa dan

18
Amerika utara, waktu dewasa mempunyai habitat di laut. Waktu akan bertelur
ikan itu berenang ke sungai sampai ke hulu. Di daerah hulu ikan bertelur.
Anak ikan untuk beberapa tahun tinggal di sungai. Kemudian pergi ke laut
untuk menjadi dewasa sampai saatnya ikan akan bertelur. Istilah habitat dapat
dipakai untuk menunjukkan tempat tumbuh sekelompok organisme dari
berbagai jenis yang membentuk suatu komunitas. Misalnya, kita boleh
mengunakan istilah habitat padang rumput, habitat hutan mangrove, dan
sebagainya. Dalam hal ini habitat sekelompok organisme mencakup
lingkungan abiotik dan lingkungan biotik.

2.5 Tujuan Pengklasifikasian Habitat untuk Makhluk Hidup


Berikut ini akan dipaparkan beberapa tujuan dilakukannya klasifikasi habitat
1. Untuk Mempermudah Proses Mempelajari Habitat Makhluk Hidup
Klasifikasi habitat dilakukan dengan mengelompokkan tempat
atau lingkungan suatu makhluk hidup berdasarkan hal-hal tertentu seperti
berdasarkan ruang dan bentuk serta ukuran.
Dengan mengetahui klasifikasi habitat tertentu kita sekaligus
mengetahui ciri-ciri dari makhluk tersebut, kita sekaligus akan
mengetahui makhluk hidup apa saja yang memiliki ciri yang serupa.
2. Mengetahui Hubungan Kekerabatan
Klasifikasi habitat terjadi karena adanya pengelompokan
berdasarkan hal-hal tertentu seperti berdasarkan ruang dan bentuk serta
ukuran. Tingkat takson yang diperkenalkan oleh Linnaeus dapat
membantu kita mengetahui hubungan kekerabatan antara makhluk hidup
yang satu dengan makhluk hidup yang lain. Dengan mengetahui ciri-ciri
makhluk hidup berdasarkan tingkatan takson, kita jadi memahami
hubungan kekerabatan pada makhluk hidup.
3. Membedakan Makhluk Hidup yang Satu dengan yang Lainnya
Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh makhluk hidup, kita dapat
mengetahui dan membedakan makhluk hidup satu dengan yang lainnya.
Misalnya antara kera dan monyet, meskipun mirip namun keduanya

19
memiliki nama ilmiah yang berbeda karena ada ciri yang membedakan
antara keduanya.
4. Untuk Menyederhanakan Objek Studi
Makhluk hidup yang ada di bumi berjumlah jutaan. Untuk
mempelajarinya tentu dibutuhkan waktu yang sangat lama. Untuk itu,
perlu dilakukan klasifikasi ilmiah agar objek studi menjadi lebih
sederhana. Klasifikasi habitat akan lebih membantu kita untuk mengenali
dan mempelajari makhluk hidup karena telah dikelompokkan berdasarkan
kesamaan ciri.
5. Memberi Nama Makhluk Hidup yang Belum Diketahui Namanya
Seiring perkembangan waktu, berbagai penemuan spesies baru
terus terjadi. Spesies-spesies baru tersebut belum memiliki nama, karena
itu perlu dilakukan klasifikasi makhluk hidup. Dengan melihat ciri-ciri
spesies yang ditemukan, spesies tersebut akan memiliki nama ilmiah
sesuai ciri-ciri yang ditunjukkan (Syarifulloh, 2019).

20
2.6. Hasil Data Di Lapangan Keanekaragaman dan Kemelimpahan Fauna Sisipan (Intersisi) di Daerah Pantai Psamolitoral Pesisir

Topik : Keanekaragaman dan Kemelimpahan Fauna Sisipan (Intersisi) di Daerah Pantai Psamolitoral Pesisir Pantai
Tujuan : Untuk Mengetahui Keanekaragaman dan Kemelimpahan Fauna Sisipan di Daerah Psamolitoral
Data Kelas
Jumlah individu per titik K F
∑ ∑
(Indivi (Cupli FR
No Nama Spesies 10 11 12 13 14 15 16 17 Indivi Cupli KR % NP Pi (-) Pi ln Pi
du/m^ kan/tit %
du kan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 3) ik)
Megalacron
1 12                             19 2 43,98 10,83 0,13 3,64 14,46 0,11 0,24
admiralitatis 7
Turritella
2 15                             18 2 41,67 10,26 0,13 3,64 13,89 0,10 0,23
bacillum 3
Amaea
3 1                             1 1 2,31 0,57 0,06 1,82 2,39 0,01 0,03
magnifica  
Nassarius
4 1         1                   2 2 4,63 1,14 0,13 3,64 4,78 0,01 0,05
distortus  
Teralatirus
5     2                         2 1 4,63 1,14 0,06 1,82 2,96 0,01 0,05
funebris  
Otopleura
6   1 2                         3 2 6,94 1,71 0,13 3,64 5,35 0,02 0,07
auriscati  
Teretriphora 
7     2                         2 1 4,63 1,14 0,06 1,82 2,96 0,01 0,05
finlay  
Megalacron
8   9 7                         16 2 37,04 9,12 0,13 3,64 12,75 0,09 0,22
admiralitatis  
Scylla
9                           1 1 2,31 0,57 0,06 1,82 2,39 0,01 0,03
paramosain   1  
Phenacolepas
10                           8 2 18,52 4,56 0,13 3,64 8,19 0,04 0,14
cremulatus   6 2
Lacuna
11                         2 1 4,63 1,14 0,06 1,82 2,96 0,01 0,05
vincta       2
Terebra
12                         1 1 2,31 0,57 0,06 1,82 2,39 0,01 0,03
maculata       1
Echinolittorin
13                         1 1 2,31 0,57 0,06 1,82 2,39 0,01 0,03
a malaccana     1  
Nautica
14         1               2 2 4,63 1,14 0,13 3,64 4,78 0,01 0,05
fasciata     1  
Turritella
15           1             3 2 6,94 1,71 0,13 3,64 5,35 0,02 0,07
terebra     2  
16 Rhinoclavis             1   1               2 2 4,63 1,14 0,13 3,64 4,78 0,01 0,05

21
vertagus
Oxymeris
17                         1 1 2,31 0,57 0,06 1,82 2,39 0,01 0,03
crenulata     1  
Mactra
18                         1 1 2,31 0,57 0,06 1,82 2,39 0,01 0,03
chinensis       1
Melampus
19                         1 1 2,31 0,57 0,06 1,82 2,39 0,01 0,03
flavus       1
Amaea
20                         2 1 4,63 1,14 0,06 1,82 2,96 0,01 0,05
magnifica       2
Admete
21                         1 1 2,31 0,57 0,06 1,82 2,39 0,01 0,03
viridula       1
Cancellaria
22         1               1 1 2,31 0,57 0,06 1,82 2,39 0,01 0,03
terebra        
Scalptia
23                 1               1 1 2,31 0,57 0,06 1,82 2,39 0,01 0,03
textilis
Admete
24                             11 2 25,46 6,27 0,13 3,64 9,90 0,06 0,17
crispa 6 5
Marinula
25                             12 2 27,78 6,84 0,13 3,64 10,47 0,07 0,18
pepita King. 7 5
Terebra
26                             6 1 13,89 3,42 0,06 1,82 5,24 0,03 0,11
undulate   6
Demoulia
27                             4 1 9,26 2,28 0,06 1,82 4,10 0,02 0,08
retusa   4
Glycymeris
28                             5 1 11,57 2,85 0,06 1,82 4,67 0,03 0,10
sp   5
29 Cyllne owenii                     7 7         14 2 32,41 7,98 0,13 3,64 11,61 0,08 0,20
30 Epitonium sp                     9 8         17 2 39,35 9,69 0,13 3,64 13,32 0,09 0,22
31 Ocypode sp                         1       1 1 2,31 0,57 0,06 1,82 2,39 0,01 0,03
Lophiotoma
32                         1       1 1 2,31 0,57 0,06 1,82 2,39 0,01 0,03
brevicaudata
33 Canarium sp                           1     1 1 2,31 0,57 0,06 1,82 2,39 0,01 0,03
Turritella
34                         1       1 1 2,31 0,57 0,06 1,82 2,39 0,01 0,03
communis
35 Polinices sp                         1       1 1 2,31 0,57 0,06 1,82 2,39 0,01 0,03
36 Gibbula sp                           1     1 1 2,31 0,57 0,06 1,82 2,39 0,01 0,03
37 Turitella sp                             2 1 3 2 6,94 1,71 0,13 3,64 5,35 0,02 0,07
38 Pomaceae sp                             1 2 3 2 6,94 1,71 0,13 3,64 5,35 0,02 0,07
39 Physella                             2   2 1 4,63 1,14 0,06 1,82 2,96 0,01 0,05

22
ghyrina
Turiculla
40                             5   5 1 3,47 0,85 0,06 1,82 2,67 0,03 0,10
javana
1 1 1 2 4
∑ 29 7 5 7 5 4 1 4 2 10 3 179 55 406,25 100 3,44 100 200 1 3,14
0 0 3 9 0

Indeks Keanekaragaman Kesimpulan : Jadi, keanekaragaman dan kemelimpahan fauna sisipan


No Indeks Keanekaragaman (intersisi) di daerah Psamolitoral pesisir pantai tinggi karena H' > 3
1 H' < 1 Rendah
yaitu 3.14
2 1 ≤ H' ≤ 3 Sedang
3 H' > 3 Tinggi Data Parameter Fauna sisipan (Intersisi)
Sumber : Shannon Pengulangan
Nama alat Kisaran
Wiener 1 2 3
Salinometer 2 ppm 2 ppm 3 ppm 2-3 ppm
Termometer 24˚C 24˚C 24˚C 24˚C
pH meter 7,5 7,8 7,8 7.5-7.8
Sechidisk 7 cm 5.8 cm 6.7 cm 5.8--7 cm
0.04-0.14
Bola arus 0.14 m/s 0.05 m/s 0.04 m/s
m/s

2.7 Hasil Data Di Lapangan Keanekaragaman dan Kemelimpahan Makrozoobentos


: Keanekaragaman dan Kemelimpahan
Topik
Makrozoobentos
: Untuk Mengetahui Keanekaragaman dan Kememlimpahan
Tujuan
Makrozobentoz

23
Titik ∑ ∑ K
No Nama Spesies KR% F (cup/volume FR% NP% Pi (-)pi Ln pi
1 2 Ind cup (ind/titik)
1 Pomacea canaliculata 4 6 10 2 5 55,56 1 67 122 0,6 0,33
2 Pila ampullacea   8 8 1 4 44,44 0,5 33 78 0,4 0,36
  ∑ 4 14 18 3 9 100,00 1,5 100 200 1,0 0,69

Indeks Keanekaragaman
Kesimpulan : Jadi indeks Keanekaragaman dan kelimpahan
Indeks Keanekaragaman
makrozobentoz rendah, Karena 1 > H' < 3 yakni 0,69
H' < 1 Rendah

1 ≤ H' ≤ 3 Sedang

H' > 3 Tinggi


Data Parameter Makrozobentoz
pengulangan
Nama alat Pengukuran 1 2 3 Kisaran
Secchi disk   7 cm 8 cm 29 cm 7-29 cm
termometer   33˚C 34˚C 32˚C 32-34˚C
Ph 6,4 6,8 6,8 6.4-6.8
soil tester Kelembaban 70% 60% 60% 60-70%
bola arus   6 m/s 8 m/s 10 m/s 6-10 m/s
Min 65,40% 71,10% 69,30% 65.4-71.1%
Hygrometer Max 65,90% 71,70% 70,70% 65.9-71.7%
Min 0.6 m/s 1.6 m/s 1.1 m/s 0.6-1.6 m/s
Anemometer Max 8 m/s 6 m/s 2.9 m/s 2.9-8 m/s
Min >20000 lux >20000 lux >20000 lux >20000 lux
Lux meter Max >20000 lux >20000 lux >20000 lux >20000 lux
pH meter   7,5 7,4 7,5 7.4-7.5

24
Analisis Data:
Data tabel pengamatan kami di Pantai Tabonio tentang Keanekaragaman dan
Kemelimpahan Fauna Sisipan (Intersisi) di Daerah Pantai Psamolitoral Pesisir didapatkan 40
spesies hewan yang berbeda. Sedangkan tentang Keanekaragaman dan Kemelimpahan
Makrozoobentos didapatkan 2 spesies yang berbeda, yaitu Pomacea canaliculata dan Pila
ampullacea.
1. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Fauna Sisipan (Intersisi) di Daerah Pantai
Psamolitoral Pesisir
Jadi pada saat pengamatan tentang Keanekaragaman dan Kemelimpahan Fauna
Sisipan (Intersisi) di Daerah Pantai Psamolitoral Pesisir dilakukan dengan pengambilan
sampel pada 3 zona pengamatan yaitu plot 1, plot 2 dan plot 3. Plot-plot tersebut dibuat
dengan cara menggali pasir di daerah intersisi pantai sedalam 30 cm. Keanekaragaman
hewan intersisi di Pantai Tabanio termasuk dalam keanekaragaman tinggi menurut
indeks Shanon-Wiener yaitu pada mikrofauna intersisiz H' > 3 yaitu 3,14. Seperti yang
dijelaskan oleh Soegianto (1994), bahwa suatu komunitas dikatakan mempunyai
keanekaragaman jenis tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan
kelimpahan jenis yang sama atau hampir sama.
Berdasarkan hasil pengamatan kecerahan air laut pada pantai Tabanio berkisar 5,8
– 7 cm. Suhu pada daerah pantai kisarannya 24oC. Menurut Hutabarat dan Evans (1995)
yang menyatakan bahwa suhu di perairan merupakan salah satu faktor penting bagi
kehidupan organisme di dalamnya, karena suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme
maupun perkembangbiakkan. Hasil pengukuran pH air pada lokasi penelitian dapat di
lihat pada tabel dengan kisaran pH 7,5 – 7,8, pH tersebut sangat sesuai untuk
pertumbuhan organisme pantai, Sedangkan untuk kisaran pH pada kelas Bivalvia
menurut Odum (1993), menjelaskan bahwa Bivalvia membutuhkan pH air 6 – 8,5 untuk
kelangsungan hidup dan reproduksi. Sedangkan pada hewan kelas Gastropoda kisaran
pH air laut menurut Nyakkaben (1992) adalah 7 – 8.

2. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Makrozoobentos


Bentos adalah organisme dasar perairan baik berupa hewan maupun tumbuhan,
baik yang hidup di permukaan dasar maupun dasar perairan (Fachrul, 2006).
Berdasarkan hasil pengamatan kecerahan air laut pada pantai Tabanio berkisar 7-29
cm. Penetrasi cahaya sering kali dihalagi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi
zona fotosintesa di mana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kedalaman dapat
25
berkisar antara beberapa cm pada air yang amat keruh sampai 40 m pada air yang amat
jernih. Kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat
mengendap, seringkali penting sebagai faktor pembatas (Odum, 1993).
Diperoleh hasil pH air berkisar antara 6,4 – 6,8. Dari data perhitungan yang kami
peroleh didapatkan hasil perhitungan keanakeragaman bentos di perairan desa tabanio
rendah karena 1 > H’ < 3 sebesar 0,69. Organisme perairan mempunyai kemampuan
yang berbeda dalam mentoleransi pH perairan. Batas toleransi organisme terhadap pH
bervariasi dan dipengaruhi banyak faktor. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap
perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003).
Hasil suhu pada daerah pantai berkisar antara 32-34oC. Menurut Effendi (2003),
aktivitas mikroorganisme memerlukan suhu optimum yang berbeda-beda. Setiap
peningkatan suhu sebesar 10oC akan meningkatkan proses dekomposisi dan konsumsi
oksigen menjadi 2-3 kali lipat.

Pada tabel data keanekaragaman dan kemelimpahan fauna sisipan(intersisi) di daerah


pantai psamolitoral pesisir merupakn contoh dari mesohabitat, dimana definisi mesohabitat
yaitu suatu kondisi habitat yang ukurannya lebih besar dari pada mikrohabitat, dan lebih kecil
dari makrohabitat, ukuran mesohabitat sekitar 10.000 km. Jadi dari definisi tersebut kami
menyimpulkan, bahwa fauna sisipan (intersisi) di daerah panta tabanio merupakan
mesohabitat, dimana hewan intersisi tersebut, hanya di peroleh atau di ambil dari pantai
tabanio saja. Sedangkan untuk tabel data keanekaragaman dan kemelimpahan makrozobentoz
menurut kelompok kami merupakan mikrohabitat, dimana definisi dari mikrohabitat yaitu
mengacu pada kondisi habitat terkecil dimana masih terjadi interaksi antar organisme dengan
lingkungannya. Luas mikrohabitat beberapa cm persegi hingga beberapa meter suatu area.
Mengingat makrozobentoz yang di ambil terdapat pada kawasan sawah, yang luasnya
beberapa meter. Sedangkan untuk makrohabitatnya, yaitu laut yang ada di tabanio.

26
3. Foto Hasil Pengamatan

a) Hewan Intersisi
Sp 1 Turritella terebra Sp 2 Rhinoclavis vertagus

(Dok. Kelompok. 2020) (Dok. Kelompok. 2020)

Sp 3 Natica fasciata Sp 4 Cancellaria reticulate

(Dok. Kelompok. 2020) (Dok. Kelompok. 2020)

Sp 5 Scalptia textilis Sp 6 Spisula subtruncata

(Dok. Kelompok. 2020) (Dok. Kelompok. 2020)

27
b) Makrozobentoz

Sp 1 Pomacea canaliculata Sp 2 Pila ampullace

(Dok. Kelompok. 2020) (Dok. Kelompok. 2020)

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pengertian habitat dalam istilah ekologi umumnya diartikan sebagai tempat hidup
sesuatu makhluk atau suatu perangkat kondisi fisik dan kimiawi yang mengelilingi
suatu spesies tunggal, suatu kelompok spesies, suatu komunitas besar.
2. Macam-macam habitat terdiri dari habitat lautan, habitat perairan tawar, habitat
perairan payau dan habitat darat.
3. Mikrohabitat merupakan kumpulan populasi hewan yang mendiami suatu habitat
yang akan terkonsentrasi di tempat-tempat dengan kondisi yang paling cocok bagi
pemenuhan persyaratan hidupnya masing-masing.
4. Klasifikasi habitat merupakan pengelompokkan tempat atau lingkungan suatu
makhluk hidup berdasarkan hal-hal tertentu seperti berdasarkan ruang dan bentuk
serta ukuran.
5. Tujuan klasifikasi habitat diantaranya adalah untuk mempermudah proses
mempelajari makhluk hidup, mengetahui hubungan kekerabatan, membedakan
makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya, untuk menyederhanakan objek studi,
dan memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya.

3.2 Saran
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
memperluas wawasan pembaca. Adapun apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan
makalah ini, kritik dan saran yang membangun akan selalu diterima dengan terbuka
untuk kebaikan di masa yang akan datang.

29
DAFTAR PUSTAKA

Aburamai. 2018. 4 Cara Mengatasi Hama Ulat pada Tanaman Paling Ampuh. Diakses
melalui https://ilmubudidaya.com/ pada 4 Maret 2020

Ades. 2017. Locusta Migratoria has a sharp eyes and there is a tracking antenna on its head.
Diakses melalui https://steemit.com/ pada 4 Maret 2020

Bengen, D. G. 2002. Ekosistem dan sumber daya pesisir dan laut serta pengelolaan terpadu
dan berkelanjutan. Makalah Prosiding Pelatihan Pengelolaan WilayahPesisir
Terpadu.PKSSPL-IPB. Bogor.

Block, W.M., & Brennan L.A. 1993. Current Ecology vol. 11: The Habitat Concept in
Ornithology, Theory and Application. Plenum Press. New York.

Chime. 2011. Aulocophora similis. Diakses melalui https://www.projectnoah.org/ pada 4


Maret 2020

Clements, Frederic E., and Victor E. Shelford. 1939. Bio-ecology. New York: John Wiley &
Sons

Darmawan, Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang : Universitas Negeri Malang.

Desy. 2016. 9 Ciri-Ciri Hutan Bakau dan Penjelasannya. Diakses melalui


https://ilmugeografi.com/ pada 4 Maret 2020

Dewa. 2013. Ekologi. Melalui http://isengbanblogspot.co.id/2013/05/


ekologi.html pada taggal 27 Februari. 2018

Dharmono.2020. Buku Ajar Ekologi Hewan. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius Yogyakarta

Ewusie, J Yanney. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: ITB Press.

Fachrul, Melati Ferianita.2006. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta

Hugget R.J. 2003. Fundamentals of Geomorphology. Routledge Fundamental of Physical


Geography, Tylor & Francis Group, London.

Husna, Rausdah. 2015. Ekologi Hewan. Universitas Negeri Malang. Malang

Hutabarat, S dan Evans, S. M. 1995. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia Press


Jakarta.

Hutagalung. 2020. Tabrak Batu di Riam Panjang, Speedboat Ambo Dalle Karam. Diakses
melalui http://kabarkubar.com/ pada 4 Maret 2020

30
Indarmawan, Taufik dan Manan, Abdul. 2011. Pemantauan Lingkungan Estuaria Perancak
Berdasarkan Sebaran Makrobenthos. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. (Online).
3(2): 215-220. Diakses melalui http://fpk.unair.ac.id/ pada tanggal 8 Maret 2020

K Fakhri. 2012. Studi Awal Populasi dan Distribusi Macaca fascicularis Raffles di Cagar
Alam Ulolanang. FMIPA. Universitas Negeri Semarang.

Kramadibrata, H. (1996). Ekologi Hewan. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.

Maspupah, S Siti. 2011. Studi Mikrohabitat dan Relung Ekologi Kutu Anjing (Phyllotreta
vittata F.) pada Tanaman Sawi Hijau (Brassica Juncea L) di Areal Persawahan Desa
Sukarame. Diakses melalui http://digilib.uinsgd.ac.id/ pada tanggal 10 Maret 2020.

Mi, 2017. 50% Hutan Mangrove Sudah Rusak. Diakses melalui https://mediaindonesia.com/
pada 4 Maret 2020

Muharrman. 2018. Komponen dan Fungsi Abiotik. Diakses melalui


https://www.kompas.com/ pada 4 Maret 2020

Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia : Jakarta.

Odum, F.P. 1983. Basic Ecology. Philadelphia : Saunders

Odum. 1993. Dasar-dasar Ekologi. UGM Press: Yogyakarta.

Pruss, kayla. 2013. Ekologi Hewan. Institut Teknologi Bandung Press

Rositasari, Ricky dan Rahayu, Sri Kusdi. 1994. Sifat-Sifat Estuari Dan Pengelolaannya.
Jurnal Oseana (Online). 19 (3): 21-31. Diakses melalui http://www.eafm-
indonesia.net/ pada 14 Maret 2020

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Metode Analisis Populasi dan Komunitas.


Penerbit Usaha Nasional : Jakarta.

Soetjipta. 1993. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Syarifulloh, Rahmat. 2019. Tujuan, Manfaat, Tahap Dan System Klasifikasi Makhluk Hidup.
Diakses melalui http://tutorial.danalestari.com/ pada 10 Maret 2020

Teguh younro. 2015. Ekologi Hewan. Institut Teknologi Bandung Press

Tomas. 2018. Leptoglossus occidentalis. Diakses melalui


https://www.biodiversidadvirtual.org/ pada 4 Maret 2020

Wiadnya.2012. Kawasan Konservasi Perairan Dan Pengelolaan Perikanan Tangkap Di


Indonesia Diakses melalui http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id/ pada tanggal 10 Maret
2020.

31
SESI DISKUSI:

Pembahas dari kelompok 5


1. Bella Augita Widistya
 Makalah ppt sdh bagus, utk tujuan penulisan masih mengetahui, diganti jadi
mendeskripsikan. (semuanya)
 Dippt penulisan dapus kurang tepat.
 Data intersisi dititik 11 tdk ada di tabel.
 Tabel makro tdk memakai kaidah tulisan yang benar.
Jawaban : Sudah diperbaiki semuanya.

2. Gusti Salma Assyifa Balela


 Tambahan
 Bertanya : dijelaskan batas antara mikrohabitat sering tdk jelas atau tdk nyata.
Bagaimana memastikan habitat hewan tidak jelas atau tidak nyata ?

Jawaban : Izin menjawab pertanyaan dari salma tadi, “Bagaimana memastikan habitat
hewan tidak jelas atau tidak nyata?” Jadi tadi sudah dijelaskan melalui contoh pada
slide gambar riam dan lubuk. Nah jadi, ada beberapa populasi hewan air yang lebih
menyukai tinggal atau bermikrohabitat di riam dan ada beberapa populasi yang lebih
menyukai tinggal atau bermikrohabitat di lubuk.
Maksud dari memastikan mikrohabitat hewan itu tidak jelas/ tidak nyata itu yaitu
pemilihan atas dasar mikrohabitat utama ini dapat dipilah-pilah. Pemilihan atas dasar
mikrohabitat-mikrohabitat yang berbeda itu terkait dengan masalah perbedaan status
fungsional atau relung ekologi dari berbagai spesies hewan yang menempati habitat
tersebut. Misalnya, adanya hewan yang tinggal ditempat seperti bagian permukaan
batu, di sela-sela batu, di bawah lapisan serasah dan sebagainya. Pemilihan atas dasar
mikrohabitat-mikrohabitat yang berbeda itu terkait dengan masalah perbedaan status
fungsional atau relung ekologi dari berbagai spesies hewan yang menempati habitat
perairan tersebut. Begitu kiranya penjelasan dari saya...

32
Tambahan bapak/ ibu dosen
1. Ibu Nurul
 Bertanya : Mengenai gambar belalang agak rancu..
Jawaban : Izin menjawab pertanyaan ibu nurul mengenai gambar belalang tadi. Tadi
kan ibu agak bingung mengapa ulun meletakkan gambar belalang itu, begitu kiranya
bu? Jadi bu, ulun mengambil contoh gambar belalang itu dikarenakan belalangnya itu
tinggal dibagian atas daunnya saja, belalang itu mendapatkan makanan dan tempat
tinggal disana. Sedangkan ada sel-sel daun bawah pada lembar daun yang sama juga
hidup spesies organisme penghancur lainnya hingga mereka hidup bebas tidak saling
mengganggu. Lingkungan sel-sel dalam selembar daun di atas/ tempat belalang hidup
tadi itu disebut mikrohabitat sedangkan keseluruhan daun dalam lingkungan makro
disebut makrohabitat. Begitu kiranya ibu..

2. Bapa Mahrudin
 Di tabel, mana yg dalam kondisi mikrohabitat, megahabitat, bagaimana analisisnya?
Jawaban : Pada tabel data keanekaragaman dan kemelimpahan fauna sisipan(intersisi)
di daerah pantai psamolitoral pesisir merupakn contoh dari mesohabitat, dimana
definisi mesohabitat yaitu suatu kondisi habitat yang ukurannya lebih besar dari pada
mikrohabitat, dan lebih kecil dari makrohabitat, ukuran mesohabitat sekitar 10.000
km. Jadi dari definisi tersebut kami menyimpulkan, bahwa fauna sisipan (intersisi) di
daerah panta tabanio merupakan mesohabitat, dimana hewan intersisi tersebut, hanya
di peroleh atau di ambil dari pantai tabanio saja. Sedangkan untuk tabel data
keanekaragaman dan kemelimpahan makrozobentoz menurut kelompok kami
merupakan mikrohabitat, dimana definisi dari mikrohabitat yaitu mengacu pada
kondisi habitat terkecil dimana masih terjadi interaksi antar organisme dengan
lingkungannya. Luas mikrohabitat beberapa cm persegi hingga beberapa meter suatu
area. Mengingat makrozobentoz yang di ambil terdapat pada kawasan sawah, yang
luasnya beberapa meter. Sedangkan untuk makrohabitatnya, yaitu laut yang ada di
tabanio.

3. Bapa Maulana
 Penyaji mungkin bisa menjelaskan lagi definisi pengklasifikasian habitat, karena
tujuan klasifikasi habitatnya seperti itu jadi agak rancu.

33
Jawaban :
Klasifikasi adalah proses pengelompokkan benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan
perbedaan. Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak.
Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di
sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas.
Jadi klasifikasi habitat yaitu pengelompokkan tempat atau lingkungan suatu makhluk
hidup berdasarkan hal-hal tertentu seperti berdasarkan ruang dan bentuk serta ukuran.

Tujuan dilakukannya pengklasifikasian habitat untuk makhluk hidup, yaitu:


1. Untuk Mempermudah Proses Mempelajari Habitat Makhluk Hidup
Klasifikasi habitat dilakukan dengan mengelompokkan tempat atau
lingkungan suatu makhluk hidup berdasarkan hal-hal tertentu seperti berdasarkan
ruang dan bentuk serta ukuran.
Dengan mengetahui klasifikasi habitat tertentu kita sekaligus mengetahui
ciri-ciri dari makhluk tersebut, kita sekaligus akan mengetahui makhluk hidup apa
saja yang memiliki ciri yang serupa.
2. Mengetahui Hubungan Kekerabatan
Klasifikasi habitat terjadi karena adanya pengelompokan berdasarkan hal-
hal tertentu seperti berdasarkan ruang dan bentuk serta ukuran. Tingkat takson
yang diperkenalkan oleh Linnaeus dapat membantu kita mengetahui hubungan
kekerabatan antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup yang lain.
Dengan mengetahui ciri-ciri makhluk hidup berdasarkan tingkatan takson, kita
jadi memahami hubungan kekerabatan pada makhluk hidup.
3. Membedakan Makhluk Hidup yang Satu dengan yang Lainnya
Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh makhluk hidup, kita dapat
mengetahui dan membedakan makhluk hidup satu dengan yang lainnya. Misalnya
antara kera dan monyet, meskipun mirip namun keduanya memiliki nama ilmiah
yang berbeda karena ada ciri yang membedakan antara keduanya.
4. Untuk Menyederhanakan Objek Studi
Makhluk hidup yang ada di bumi berjumlah jutaan. Untuk mempelajarinya
tentu dibutuhkan waktu yang sangat lama. Untuk itu, perlu dilakukan klasifikasi
ilmiah agar objek studi menjadi lebih sederhana. Klasifikasi habitat akan lebih
membantu kita untuk mengenali dan mempelajari makhluk hidup karena telah
dikelompokkan berdasarkan kesamaan ciri.
34
5. Memberi Nama Makhluk Hidup yang Belum Diketahui Namanya
Seiring perkembangan waktu, berbagai penemuan spesies baru terus terjadi.
Spesies-spesies baru tersebut belum memiliki nama, karena itu perlu dilakukan
klasifikasi habitat. Dengan melihat ciri-ciri spesies yang ditemukan, spesies
tersebut akan memiliki nama ilmiah sesuai ciri-ciri yang ditunjukkan (Syarifulloh,
2019).

Yang Bertanya:
1. Rabiatul
 Saya rabiatul dari kelompok 8 ingin bertanya.. pada praktikum amphibi kita
menemukannya pada kubangan-kubangan,, namun ada juga yang berada dijalanan…
sedangkan dihutan pantai tabanio sendirikan terdiri dari banyak habitat… jadi yang
manakah sebenarnya microhabitat dari amphibi tersebut,, lalu apakah rana dan bufo
memiliki microhabitat yang sama ataukah berbeda… terimakasih
Jawaban :
Bapak Dharmono : Konsep utama mikrohabitat itu adalah tempat dimana organisme
hidup, mencari makan, tinggal, dan bereproduksi. Pada amphibia khususnya Rana
ditemukan di genangan-genangan, hewan ini hidup, mencari makan, bertelur, berudu,
dan dewasanya ada di kubangan tersebut. Jadi itulah mikrohabitat Rana, meskipun
Rana ditemukan dijalanan, dijalanan Rana hanya mencari makan tetapi tidak untuk
berlindung dan bereproduksi. Spesies lain yaitu Bufo ditemukan di bawah bawah
pohon, di sela sela batu, atau di dalam semak. Dari gambaran bufo, sulit dibedakan
batas mikrohabitat tersebut.
Kelompok Penyaji:
Izin menambahkan jawaban atas pertanyaan rabiatul, sebelumnya terimakasih kepada
bapak sudah membantu menjawab pertanyaannya. Jadi, tadi sudah dijelaskan bahwa
batas antara mikrohabitat yang satu dengan yang lainnya sering tidak nyata/jelas.
Namun demikian mikrohabitat memegang peranan penting dalam menentukan
keanekaragaman spesies yang menempati habitat itu. Tiap spesies akan berkonsentrasi
pada mikrohabitat yang paling sesuai baginya. Jadi, pada praktikum amphibi
menemukannya kubangan-kubangan, namun ada juga yang berada dijalanan,
sedangkan dihutan pantai tabanio sendirikan terdiri dari banyak habitat kan. Nah, jadi
microhabitat dari amphibi tersebut tidak dapat diketahui kejelasannya dimana, yang

35
jelas amphibi tersebut akan berkonsentrasi pada mikrohabitat yang paling sesuai
baginya.

2. Maulida
 Assalamu'alaikum wr wb. Terima kasih kepada kawan kawan penyaji atas
kesempatannya. Perkenalkan nama saya Maulida dari kelompok 12
Telah dijelaskan oleh saudari Isra bahwa Mikrohabitat merupakan bagian dari habitat
yang merupakan lingkungan yang kondisinya paling cocok dan paling akrab
berhubungan dengan hewan, karena kondisinya yang memenuhi persyaratan hidup
masing-masing. Nah jadi yang ingin saya tanyakan adalah persyaratan yang seperti
apa yang dimaksud pada mikrohabitat ini?
Demikian dari saya, semoga dapat dipahami😊
Terima kasih
Jawaban :
Kelompok Penyaji: Izin menjawab, persyaratan yang dimaksud adalah batas bawah
persyaratan hidup suatu mahkluk, yaitu ada titik minimum, maksimum, dan optimum.
jika sifat habitat berubah maka makhluk hidup tersebut akan mati atau pindah ke
tempat lain.
Tambahan jawaban:
Bapak maulana: untuk persyaratan mikrohabitat sangat luas itu, krn hal ini
tergantung dari jenis hewan tersebut, krn kajian mikrohabitat terkait dengan
sumberdaya, ruang dan waktu,,,untuk penyaji mungkin djelaskan dengan contoh saja
agar memperjelas pernyataannya..seperti yang disampaikan pa Dharmono,,,
Bapak Hardi: Kalo makhluk hidup bisa hidup pada suatu habitat, berarti kondiisi
habitat itu, baik makanan, sifat fisika, kimia, dll nya cocok atau sesuai untuk hewan
itu. kalo sesuai berarti persyaratan itu bisa untuk kehidupan hewan tersebut, seperti
yang dicontohkan Pa Dharmono di atas.

36

Anda mungkin juga menyukai