Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Jeumpa, 4 (1)- Juni 2017

ETNOBOTANI TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT BERDASARKAN


PENGETAHUAN LOKAL PADA SUKU JAWA DI DESA SUKAREJO
KECAMATAN LANGSA TIMUR TAHUN 2016

Elfrida1) , Nursamsu2), Marfina3)


1),2),3)
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Samudra
Jln. Kampus Meurandeh, Langsa 24416

E-mail: elfrida410@gmail.com

Abstrak
Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan yang digunakan
oleh masyarakat suku bangsa. Tumbuhan berkhasiat obat telah lama digunakan masyarakat
tradisional, salah satunya masyarakat Suku Jawa di Desa Sukarejo Kecamatan Langsa Timur
dalam penyembuhan berbagai penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada
etnobotani tumbuhan berkhasiat obat berdasarkan pengetahuan lokal pada Suku Jawa dan
mengetahui jenis tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan oleh masyarakat Suku Jawa di
Desa Sukarejo Kecamatan Langsa Timur Tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh KK Suku Jawa yaitu 225 KK (Kepala Keluarga) dan pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan metode Purposive sampling, sehingga didapatkan sebanyak 15
responden sebagai sampel. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode
kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui penggunaan
tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan Suku Jawa di Desa Sukarejo dengan wawancara,
sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan berkhasiat
obat dari hasil wawancara. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 20 jenis tumbuhan
berkhasiat obat yang digunakan oleh masyarakat Suku Jawa di Desa Sukarejo, Kec.Langsa
Timur yaitu kunyet, jae, kencor, temu lawak, pacar kuku, kemangi, jeruk nipes, kates, kelopo,
jambu klutok, pisang monyet, lidah buaya, kapok, katuk, bluntas, sirih, beras, laos, bamban
dan pace. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat terdiri dari Akar (8,33%), rimpang
(20,83%), daun (45,83%), buah (20,83%) dan biji (4,17%). Jenis penyakit yang dapat diobati
dengan tumbuhan berkhasiat obat tersebut yaitu penyakit kronik (15%), penyakit menular
(25%), penyakit tidak menular (25%) dan perawatan kesehatan (35%). Berdasarkan analisis
persentase jenis tumbuhan obat, maka tumbuhan obat yang memiliki nilai persentase tertinggi
adalah kunyet dan kencor, masing-masing sebesar 93,33%, sedangkan analisis persentase
bagian tumbuhan berkhasiat obat tertinggi yang digunakan adalah Daun sebesar 45,83% dan
analisis penyakit yang diobati dengan tumbuhan berkhasiat obat yang tertinggi adalah
perawatan kesehatan sebesar 35%.

Kata kunci : Etnobotani, Tumbuhan berkhasiat obat, Pengetahuan Lokal, Suku Jawa.

PENDAHULUAN diikuti dengan penggunaan obat-


Seiring dengan obatan alami, yaitu yang berasal
meningkatnya tingkat dari tumbuhan secara internasional
kesejahteraaan, kesadaran dan dikenal dengan Herbal Medicine”
kebutuhan akan perlunya hidup (Indriati, 2014:52). “Berdasarkan
sehat, masyarakat cenderung data hasil Survei Sosial Ekonomi
kembali kealam (Back to nature) Nasional (SUSENAS) tahun 2001,
atau gerakan hidup kembali secara persentase penduduk Indonesia
alami. “Gaya hidup sehat alami ini yang menggunakan obat tradisional

21
Jurnal Jeumpa, 4 (1)- Juni 2017
dalam pengobatan sendiri selama memanfaatkan pengetahuan lokal
kurun waktu empat tahun (1998- dalam pengobatan melalui berbagai
2001) cenderung meningkat dari jenis tumbuhan adalah etnis (suku)
angka 15,6% menjadi 30,2% Jawa. Berdasarkan uraian diatas
“(Supardi et al., dalam Mamahani, maka penulis tertarik untuk
et al. 2016:206) dan “terus mengadakan suatu penelitian yang
meningkat dari tahun ke tahun berjudul “Etnobotani Tumbuhan
hingga pada tahun 2006 menjadi Berkhasiat Obat Berdasarkan
38,30%”(Supardi dan Susyanty, Pengetahuan Lokal Pada Suku
2010:87). Jawa Di Desa Sukarejo
Masyarakat Desa Sukarejo Kecamatan Langsa Timur Tahun
Kec. Langsa Timur adalah salah 2016“.
satu contoh masyarakat di
Indonesia yang masih METODE PENELITIAN
memanfaatkan tumbuhan Jenis penelitian ini adalah
berkhasiat obat sebagai obat penelitian deskriptif dengan metode
tradisional, yang didukung dengan kualitatif dan kuantitatif. Menurut
kekayaan keanekaragaman Nawawi dalam Hidayat (2009:22),
hayatinya dan potensi pengetahuan “Penelitian Deskriptif yaitu
tradisional yang dimiliki berbagai memusatkan perhatian pada
etnis asli di Desa Sukarejo. masalah-masalah yang ada pada
Kekayaan keanekaragaman hayati saat penelitian dilakukan (saat
ini memiliki keterkaitan dengan sekarang) atau masalah yang
budaya masyarakat setempat. Salah bersifat aktual dan menggambarkan
satunya melalui pemanfaatan fakta-fakta tentang masalah yang
berbagai jenis tumbuhan berkhasiat diselidiki sebagaimana adanya
obat yang digunakan dalam diiringi dengan interpretasi
pengobatan tradisional etnis lokal, rasional. Metode kualitatif
terutama yang berada disekitar digunakan untuk mengetahui
Desa Sukarejo. Pengetahuan penggunaan tumbuhan berkhasiat
pengobatan tradisional ini telah obat yang digunakan Suku Jawa di
teruji secara empiris dari generasi Desa Sukarejo dengan wawancara,
ke generasi. Salah satu etnis di sedangkan metode kuantitatif
Desa Sukarejo yang masih digunakan untuk mengidentifikasi

22
Jurnal Jeumpa, 4 (1)- Juni 2017
jenis tumbuhan berkhasiat obat dari responden memiliki cara tersendiri
hasil wawancara. dalam penggunaan tumbuhan
berkhasiat obat untuk
HASIL PENELITIAN menyembuhkan berbagai jenis-jenis
Masyarakat Desa Sukarejo penyakit dan ada cara
Kecamatan Langsa Timur sebagian pengunaannya mereka dapatkan
besar adalah Suku Jawa. dari ahli pengobatan yang mereka
Masyarakat suku jawa di Desa datangi untuk berobat dan ada
Sukarejo percaya dan informasi yang didapat secara turun
memanfaatkan tumbuh-tumbuhan temurun.
untuk pengobatan tradisional dalam Berdasarkan hasil
kehidupan sehari-hari atau disebut wawancara dengan 15 responden
etnobotani. Kepercayaan bahwa terdapat 20 jenis tumbuhan
masyarakat suku jawa di Desa berkhasiat obat yang digunakan
Sukarejo terhadap tumbuhan sebagai obat pada Suku Jawa di
berkhasiat obat untuk pengobatan Desa Sukarejo. Walaupun jumlah
tradisional merupakan kepercayaan jenis tumbuhan berkhasiat obat
turun temurun. yang digunakan masyarakat Suku
Pada penelitian ini terdapat Jawa di Desa Sukarejo hanya
15 responden yang di wawancarai berjumlah 20 jenis tumbuhan
merupakan ahli pengobatan yaitu 3 berkhasiat obat, yaitu jumlah jenis
responden (dukun bayi, bidan dan tumbuhan berkhasiat obat yang
tukang jamu), tetua desa yaitu 3 masih rendah dibandingkan dengan
responden (imam desa, kepala penelitian yang telah dilakukan
lorong dan ustad) sebagai informan oleh Veriana, T tahun 2014 dengan
kunci dan masyarakat umum yaitu judul penelitian yaitu studi
9 responden yang mengetahui etnobotani tumbuhan obat
tumbuhan berkhasiat obat sebagai tradisional oleh suku jawa Dan
informan non kunci. Hal ini karena lembak kelingi di kecamatan
responden tersebut dianggap sindang kelingi Kabupaten rejang
memiliki pengetahuan yang lebih lebong dan implementasinya pada
terkait tumbuhan berkhasiat obat Pembelajaran biologi SMA, di
yang mereka gunakan untuk Universitas Bengkulu didapatkan
menyembuhakan penyakit. Setiap hasil 86 jenis tumbuhan obat yang

23
Jurnal Jeumpa, 4 (1)- Juni 2017
digunakan oleh suku jawa. tumbuhan berkhasiat obat terendah
Penyebab jumlah jenis tumbuhan salah satunya dari responden yang
berkhasiat obat yang digunakan menyebutkan tentang jenis
masyarakat suku jawa di Desa tumbuhan yang digunakan sebagai
Sukarejo masih rendah dikarenakan obat tradisional adalah tumbuhan
masyarakat hanya mendapatkan Kapok (Ceiba pentandra), Bluntas
informasi tentang tumbuhan (Pluchea indica) dan Bamban
berkhasiat obat secara turun (Donax canniformis) yaitu masing-
temurun dari orang tua dan ahli masing dengan presentase
pengobatan dan kurangnya sebanayak 33,33% dengan jumlah
informasi masyarakat bahwa responden yang menyebut
tumbuhan yang ada disekitar tumbuhan tersebut sebanyak 5
tempat tinggal mereka berpotensi orang dari 15 orang sebagai
sebagai obat, karena masyarakat responden.
hanya percaya dan meyakini Hasil wawancara dengan 15
tumbuhan yang dapat digunakan responden didapatkan persentase
sebagai obat adalah tumbuhan yang tertinggi dari penggunaan bagian
diinformasikan oleh orang tua tumbuhan sebagai obat tradisional
mereka dan ahli pengobatan karena adalah bagian daun, dimana nilai
telah terbukti khasiatnya. persentase yang didapat sebanyak
Persentase jenis tumbuhan 45,83%. Persentase penggunaan
berkhasiat obat tertinggi dari bagian daun jauh lebih tinggi jika
responden Suku Jawa di Desa dibandingkan dengan bagian
Sukarejo yang menyebutkan lainnya karena menurut Zuhud dan
tentang jenis tumbuhan yang Haryanto dalam Akhsa, dkk.,
digunakan sebagai obat tradisional (2015:64), “Penggunaan daun
adalah tumbuhan kunyet (Cucurma sebagai bahan ramuan obat-obatan
domestica) dan kencor (Kaempferia dianggap sebagai cara pengolahan
galanga) yaitu dengan presentase yang lebih mudah, mudah diambil
sebanyak 93,33% dengan jumlah dan mempunyai khasiat yang lebih
responden yang menyebut baik dibandingkan dengan bagian-
tumbuhan tersebut sebanyak 14 bagian tumbuhan yang lain,
orang dari 15 orang sebagai penggunaan daun juga tidak
responden dan presentase jenis merusak bagian tumbuhan yang

24
Jurnal Jeumpa, 4 (1)- Juni 2017
lain, karena bagian daun mudah Hasil wawancara dengan 15
tumbuh kembali dan bisa responden didapatkan Persentase
dimanfaatkan secara terus- penyakit tertinggi dengan
menerus”). Hal ini juga dipertegas penggunaan obat tradisional oleh
oleh Kandowangko dkk, (2011:65) masyarakat Suku Jawa di Desa
mengatakan bahwa “Pemanfaatan Sukarejo yaitu tergolong perawatan
bagian daun dari tumbuhan obat ini kesehatan dengan jumlah
merupakan salah satu upaya persentasenya adalah 35%.
konservasi terhadap tumbuhan obat. Perawatan kesehatan merupakan
Penggunaan daun sebagai obat suatu proses pencegahan atau
tidak berdampak buruk bagi pemulihan suatu penyakit yang
kelangsungan hidup tumbuhan. pernah diderita. Contohnya seperti
Bagian tumbuhan yang perlu perawatan muka dengan resep
dibatasi penggunaannya dalam tradisional dan perawatan kulit
pengobatan adalah bagian akar, lainnya. Terapi juga termasuk
batang, kulit kayu dan umbi, karena dalam perawatan kesehatan, seperti
penggunaan bagian-bagian terapi kehamilan dan lain-lain
tumbuhan ini dapat langsung (Akhsa, dkk., 2015:66).
mematikan tumbuhan”. Persentase Persentase penyakit yang
yang memiliki nilai tertinggi tergolong menular dan tidak
setelah daun yaitu persentase pada menular sama yaitu masing-masing
rimpang dan buah sebesar 20,83%. sebesar 25%. Penyakit menular
Kemudian untuk bagian akar yaitu sebuah penyakit yang
memiliki nilai persentase kedua disebabkan oleh virus, bakteri atau
terendah setelah biji yaitu 8,33%, mikroorganisme patogen lainnya
dari sisi konservasi, penggunaan yang dapat menginfeksi tubuh
akar sebagai bahan baku obat akan manusia. Contohnya seperti
mengganggu kelangsungan hidup HIV/AIDS, influenza, cacar dan
tumbuhan dan kemungkinan lainnya(Akhsa, dkk., 2015:66).
menyebabkan kematian karena Sedangkan penyakit yang tidak
bagian akarnya diambil”(Safitri, menular menurut Dahlan (2011:51),
2014:33), sedangkan presentase yaitu penyakit yang tidak
yang terendah adalah bagian biji disebabkan oleh kuman, tetapi
nilai persentase yaitu 2,70%. disebabkan karena adanya masalah

25
Jurnal Jeumpa, 4 (1)- Juni 2017
fisiologis atau metabolisme pada bamban, dan lain-lain. Tumbuhan
jaringan tubuh manusia, seperti berkhasiat obat yang ada di Desa
luka bakar, terkena benda tajam, Sukarejo ditemukan di pekarangan
sakit gigi dan lain-lain. Hal ini juga rumah baik tumbuh secara liar
ditegaskan oleh Zaman dalam maupun sengaja di tanam dan ada
Yatias (2015:15) yaitu Penyakit yang ditemukan diladang dan
tidak menular adalah kelompok sawah yang letaknya tidak jauh
penyakit yang disebabkan adanya dari rumah responden yang sengaja
masalah fisiologis atau metabolism ditanam namun tetap berada di
pada jaringan tubuh manusia, Desa Sukarejo. Tumbuhan
penyakit ini tidak menular kepada berkhasiat obat yang tumbuh liar
orang lain. yaitu kapok, bluntas, dan lain-lain.
Sedangkan untuk penyakit Sedangkan tumbuhan berkhasiat
yang tergolong kronik memiliki obat yang sengaja ditanam seperti
persentase terendah yang diperoleh kunyet, jae, kencor, kates, bamban,
yaitu 15%. Penyakit kronik adalah kelopo, jambu klutok, sirih,
penyakit yang diderita dengan padi(beras) dan lain-lain.
rentang waktu yang cukup lama, Hal ini menunjukkan
tidak terjadi secara tiba-tiba atau bahwa masyarakat Suku Jawa Desa
spontan dan biasanya tidak dapat Sukarejo sudah mempraktekkan
disembuhkan dengan sempurna, penanaman tumbuhan berkhasiat
dimana penyakit kronik sangat obat di area kultivasi seperti
berhubungan erat dengan terjadinya pekarangan rumah dan adanya
kecacatan dan bahkan menjadi etnobotani pada Suku Jawa di Desa
penyebab kematian (Yatias, Sukarejo, karena etnobotani
2015:15). menurut kamus besar Bahasa
Berdasarkan hasil Indonesia adalah Ilmu botani
wawancara di Desa Sukarejo bahwa mengenai pemanfaatan tumbuh-
masyarakat Suku Jawa banyak tumbuhan dalam keperluan
menanam dan memanfaatkan kehidupan sehari-hari dan adat suku
tumbuhan berkhasiat obat untuk bangsa. Teknik budidaya tumbuhan
mengobati penyakit yang mereka berkhasiat obat di pekarangan
alami, seperti kunyet, jae, kencor, rumah memiliki kelebihan yaitu
kelopo, jambu klutok, jeruk nipis, tumbuhan obat mudah dijangkau

26
Jurnal Jeumpa, 4 (1)- Juni 2017
saat dibutuhkan dalam kehidupan Suku Jawa di Desa
sehari-hari. Menurut Kandowangko Sukarejo.
et al, (2011:72) “Upaya 2. Berdasarkan hasil
pembudidayaan tumbuhan obat penelitian yang telah
untuk keperluan sehari-hari ini dilakukan dapat
menunjukan bahwa masyarakat disimpulkan bahwa terdapat
masih memiliki kepeduliaan 20 jenis tumbuhan
terhadap upaya konservasi alam”. berkhasiat obat yang
digunakan masyarakat Suku
KESIMPULAN Jawa di Desa Sukarejo
Berdasarkan hasil penelitian Kecamatan Langsa Timur
yang telah dilaksanakan tentang untuk menyembuhkan
Etnobotani Tumbuhan Berkhasiat penyakit yaitu kunyet, jae,
Obat Berdasarkan Pengetahuan kencor, temu lawak, pacar
Lokal Pada Suku Jawa Di Desa kuku, kemangi, jeruk nipis,
Sukarejo Kecamatan Langsa Timur kates, kelopo, jambu klutok,
Tahun 2016. Dapat diambil pisang monyet, lidah buaya,
beberapa kesimpulan sebagai kapok, katuk, bluntas, sirih,
berikut : beras, laos, bamban dan
1. Berdasarkan hasil penelitian pace. Adapun persentase
yang telah dilakukan bahwa jenis tumbuhan berkhasiat
ada tumbuhan berkhasiat obat yang tertinggi adalah
obat berdasarkan tumbuhan kunyet (Cucurma
pengetahuan lokal pada domestica) dan kencor
Suku Jawa di Desa (Kaempferia galanga) yaitu
Sukarejo, terbukti dengan 93,33%. Persentase tertinggi
adanya pemanfaatan penggunaan bagian
tumbuhan dalam suku jawa tumbuhan berkhasiat obat
untuk kehidupan sehari-hari adalah daun yaitu 45,83%
yaitu pengetahuan dan Persentase penyakit
penggunaan tumbuhan tertinggi yaitu perawatan
berkhasiat obat untuk kesehatan sebesar 35%.
pengobatan tradisional pada

27
Jurnal Jeumpa, 4 (1)- Juni 2017
SARAN Bahan Obat-obatan Pada
Masyarakat Suku Taa Wana
Dari hasil penelitian yang telah
Di Desa Mire Kecamatan
diperoleh, maka penulis akan Ulubongka Kabupaten Tojo
Una Una Sulawesi Tengah.
memberikan saran-saran sebagai
Jurnal Biocelebes. 9(1) : 58-
berikut : 72.
1. Disarankan kepada
Dahlan, S. 2011. Etnobotani
masyarakat Indonesia Tumbuhan Obat Oleh
Masyarakat Lokal Kedang
khususnya masyarakat Desa
Kabupaten Lembata
Sukarejo Kecamatan Langsa Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Skripsi. Universitas
Timur untuk menggunakan
Muhammadiyah Malang.
tumbuhan berkhasiat obat
Hidayat, M. R. 2009. Pencarian
untuk menyembuhkan
dan Pemaknaan Bab III
penyakit, dikarenakan obat Metodologi Penelitian.
Skripsi. FIB. UI.
herbal yang mengandung
bahan-bahan alami dari Indriati, G. 2014. Etnobotani
Tumbuhan Obat Yang
tumbuhan tidak
Digunakan Suku Anak
mengandung efek samping Dalam Di Desa Tabun
Kecamatan VII Koto
bagi kesehatan manusia,
Kabupaten Tebo Jambi.
jika penggunaannya tidak Jurnal Sainstek. VI (1) : 52
– 56.
berlebihan.
2. Perlu dilakukan penelitian Kandowangko N., Solang M. dan
Ahmad J. 2011. Kajian
lebih lanjut mengenai
Etnobotani Tumbuhan Obat
etnobotani tumbuhan oleh Masyarakat Kabupaten
Bonebolango Provinsi
berkhasiat obat berdasarkan
Gorontalo. Laporan
pengetahuan lokal di Desa Penelitian Etnobotani
Tanaman Obat. Jurusan
Sukarejo Kecamatan Langsa
Biologi FMIPA UNG.
Timur, sehingga tidak hanya
Safitri, S. 2014. Studi Etnobotani
Suku Jawa saja yang
Tumbuhan Obat Di
dijadikan sampel dalam Kecamatan Rambah Samo
Kabupaten Rokan Hulu.
penelitian.
Skripsi. Universitas Pasir
Pengaraian.
DAFTAR PUSTAKA
Supardi, S dan Susyanty, A.L.
Akhsa, M., Pitopang, R., Anam, S. 2010. Penggunaan Obat
2015. Studi Etnobiologi Tradisional Dalam Upaya

28
Jurnal Jeumpa, 4 (1)- Juni 2017
Pengobatan Sendiri di
Indonesia (Analisis Data
SUSENAS Tahun 2007).
Bul. Penelit. Kesehatan.
32(2):80-89.

Yatias, E.A. 2015. Etnobotani


Tumbuhan Obat Di Desa
Neglasari Kecamatan
Nyalindung Kabupaten
Sukabumi Provinsi Jawa
Barat. Skripsi. Universitas
Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

Zaman, M. Q. 2009. Etnobotani


Tumbuhan Obat Di
Kabupaten Pamekasan-
Madura Provinsi Jawa
Timur. Skripsi. Universitas
Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim
Malang.

29

Anda mungkin juga menyukai