Anda di halaman 1dari 21

i

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA AKUAKULTUR


MENENTUKAN LUAS KOLAM

ASRIANI NINGSIH GEA


21020017

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN KELAUTAN MATAULI
PANDAN
2023
ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang
Maha Esa atas rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan tugas laporan yang
berjudul Menentukan luas kolam. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah praktikum rekayasa akuakultur
Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi
ilmu nutrisi hewan air bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Mhd Latiful Khobir , S.Pi., M.Si selaku dosen pengampu
mata kuliah ini yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Tidak lupa
pula kami ucapkan terimakasih kepada asisten dosen kami Kak Juwita Dwi Sakti
Harefa dan Siti Arifah Harhap yang selalu setia memberikan informasi dan segala
perhatian nya kepada kami dalam mengerjakan laporan ini.
Kami menyadari, laporan kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
laporan ini.

Pandan, 15 November 2023

ASRIANI NINGSIH
iii

DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.2 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2

1.3 Tujuan praktikum .............................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3

III. METODOLOGI ................................................................................. 5

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 6

4.1. Hasil ................................................................................................. 6

4.2. Pembahasan ...................................................................................... 7

V. KESIMPULAN ..................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 17


1

I. PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Rekayasa akuakultur (aquacultural engineering) adalah adalah cabang
dari ilmuakuakultur yang mempelajari tentang strategi, teknik dan metode untuk
perekayasaansistem dan teknologi produksi yang digunakan dalam setiap ruang
lingkup akuakultur.Rekayasa akuakultur diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha
yang dilakukan dalamproses budidaya untuk meningkatkan produktifitas hasil
budidaya melalui perubahan danmodifikasi sistem akuakultur.
Dengan adanya rekayasa, maka kualitas air dalam bak akan tetap terjaga
sehinggakelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan menjadi optimal. Disamping
itu, seranganbibit penyakit pada ikan budidaya akan berkurang. Akibatnya,
produksi ikan hasilbudidaya akan terjamin dalam jumlah yang optimal.
Kolam adalah merupakan suatu wadah yang sering kita lihat atau kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kolam adalah genagan air yg kondisinya dapat
dikendalikan. Biasanya kolam terbuat dari tanah, tembok, atau beton. Kolam tanah
umumnya memiliki pematang yang rapuh dan mudah dilubangi hama seperti,
kepiting sehinggah mudah bocor. Kolam memiliki banyak manfaat bagi manusia,
kolam memiliki bentuk yang berfariasi, ada yang berbentuk segi empat, berbentuk
bujur, dan ada juga yang berbentuk bundar. Kolam pada umumnya memiliki fungsi
sebagai tempat pembudidayaan
Keberhasilan usaha budidaya ikan sangat ditentukan oleh ketepatan pemilihan
lokasi dan luas kolam. Lokasi tambak/kolam harus menjanjikan masa depan yang
baik untuk budidaya secara berkelanjutan dan lestari. Lokasi dan luas kolam
budidaya erat kaitannya dengan kualitas lingkungan yang secara langsung
berpengaruh terhadap proses produksi. Di dalam memilih lokasi yang akan digunakan
dalam usaha budidaya yang perlu diperhatikan adalah faktor teknisdan faktor non
teknis.
2

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat dikemukakan yaitu :
1. Bagaimana cara menentukan lokasi kolam dan kontruksi kolam
2. Apa kegunaan dari pemilihan lokasi dan kontruksi kolam ?
3. Dan apa manfaat dari pemilihan lokasi dan kontruksi kolam ?

1.3 Tujuan praktikum


Adapun tujuan dari praktikum tentang tentang "Pengenalan Alat-alat
laboratorium “ yaitu :
1. Mengenal jenis-jenis dan bentuk-bentuk kolam
2. Mengetahui fungsi pemilihan lokasi, kontruksi dan cara penentuan lokasi
kolam serta kontruksi kolam Manfaat praktikum kali ini adalah
1. Agar mahasiswa tau cara pemilihan lokasi kolam dan kontruksi kolam,
2. Agar mahasiswa mengetahui fungsi pemilihan kolam dan kontruksi kolam
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kegiatan budidaya terus tumbuh dengan cepat seiring perkembangan konsep


rekayasa akuakultur. Rekayasa akuakultur membutuhkan pengetahuan tentang
aspek umum seperti sumber dantreatment air, pengetahuan mengenai unit produksi,
sistem pemberian pakan, kebutuhan nutrisi kultivan, instrumentasi, monitoring,
transportasi ikan dan penanganan limbah (Anonim, 2011).
Bagi pengusaha budidaya perikanan/petani ikan, pengetahuan tentang luas
kolam yang digarap sangatlah penting untuk diketahui. Dengan mengetahui
beberapa luas kolam yang diusahakan serta bagaimana morfologi kolamnya, maka
sudah tentu cara pengelolaannya juga akan lebih mudah. Hal ini sangat
dimungkinkan karena dengan mengetahui luas kolam ataupun volume air kolam,
maka pemberian jumlah kapur, pupuk, pakan dan sebagainya mudah diatur
(Mulyadi dan Niken, 2012).
Informasi dasar tentang jenis serta sifat-sifat tanah yang berkaitan dengan
perencanaanpembangunan kolam perikanan sangat penting untuk diketahui.
Pengetahuan dasarserta pengalaman dalam mengenali sifat-sifat berbagai jenis tanah
secara praktis dilapanganadalah syarat utama yang harus dipenuhi oleh
seorang pengamat untuk suksesnya suatupengamatan tentang tepat tidaknya
jenis tanah untuk pembangunan suatu kolam perikanan( Mulyadi, 2012).
Tanah telah diberikan batasan oleh berbagai instansi atau badan
seperti oleh ahlipertanian, ahli geologi dan badan atau keahlian yang berkaitan
dengan tanah. Sifat-sifat tanahakan bervariasi dengan tingkat gradasinya,
kandungan airnya, lokasi vertikalknyasehubungan dengan permukaan tanah
serta dengan lokasi geografinya. Tanpa menguasaitesktur tanah, kemungkinan
kolam tidak akan mampu menahan air karena teksturnya terlalubanyak pasir Jenis
tanah yang baik untuk kolam adalah tanah yang kedap air. Misalnya :tanahliat
(lempung), namun tanah tersebut harus mengandung humus, yaitu lapisan
4

tanahyang mengandung sisa zat organic yang telah membusuk atau dikenal
dengan topsoil. Adapun fungsi humus sebagai pupuk pada kolam
(Tarigan,2002).
Kolam perikanan adalah suatu genangan air tawar atau payau yang sengaja
dibuat untukpemeliharaan ikan, luas permukaan dan kedalaman airnya terbatas serta
airnya tidak atau hamper tidak mengalir. Disamping itu kolam budidaya yang
baikdidefenisikan sebagai suatu genangan air dari tanah yang dibuat untuk
dimodifikasi orangsecara sengaja untuk membudidayakan organism air dan dapat
dikontrol, artinya pemasukan,pengeluaran air, jumlah ikan yang ditebar, jumlah
pakan yang diberikan, kualitas air danpenyakit dapat dikontrol atau diatur
sesuai dengan keperluan ( Buku Ajar RekayasaAkuakultur, 2012 ).
5

III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan tempat


Praktikum Rekayasa Akuakultur dilakukan pada hari Rabu, 01 November 2023
pada pukul 13.15 WIB di Laboratorium Biologi Perairan STPK Matauli. Praktikan
diwajibkan sudah berada di depan laboratorium 5 menit lebih awal atau pada pukul
13.00 WIB dengan membawa alat dan bahan praktikum serta buku penuntun
praktikum.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum Rekayasa akuakultur yaitu Auto level,
Tripod, Rod, Meteran gulung dan alat lainnya seperti: Patok kayu, pita, payung,
kompak/arit dan Alat tulis. Adapun bahan yang diperlukan pada pratikum ini tidak
ada.

3.3. Prosedur praktikum


Berikut adalah prosedur praktikum yang dilakukn dlam proses pengukuran
kolam.
1. Tandailah semua titik-titik kritis (sudut-sudut) kolam dengan menggunakan Patok.
2. Hitunglah/tentukanlah jarak serta sudut antara titik-titik kritis tersebut. Dengan
menempatkan auto level atapun lensatic compass pada/disamping salah satu sisi
kolam ataupun dengan menggunakan meteran pita dan langkah
3. Gambarkan plotlal data kolam yang telah dicatat, baik yang diperoleh dengan
menggunakan alat autolevel maupun yang menggunakan lensatic compass dalam
kertas grafik dengan skala tertentu.
4. Hitunglah luas kolam dengan cara/metode:
6

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
1. Measuring tape
X-A (Sudut A-B) = 16
X-A (Sudut A-C) = 16
X-B (Sudut B-A) = 16
X-B (Sudut B-C) = 14
X-C (Sudut C-A) = 16
X-C (Sudut C-B) = 15

2. Langkah
3. Autolevel
 Sudut A-B dan B-A
BA : 19,144
BT : 12,140
BB : 8,136

 Sudut A-C dan C-A


BA : 16,136
BT : 13,133
BB : 10,130

 Sudut B-C dan C-B


BA : 14,142
BT : 11,140
BB : 8,137
7

4.2. Pembahasan
Konstruksi kolam yang akan digunakan untuk budidaya ikan sangat
dipengaruhi oleh pemilihan lokasi yang tepat. Untuk membuat kolam maka tanah
yang akan dijadikan kolam harus mampu menyimpan air atau kedap air sehingga
kolam yang akan di buat tidak bocor.Bentuk kolam yang akan digunakan untuk
membudidayakan ikan ada beberapa macam antara lain adalah kolam berbentuk segi
empat/empat persegipanjang, berbentuk bujur sangkar, berbentuk lingkaran atau
berbentuk segitiga. Dari berbagai bentuk kolam ini yang harus diperhatikan adalah
tentang persyaratan teknis konstruksi kolam. Persyaratan teknis konstruksi suatu
kolam yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan sebaiknya mempunyai
pematang kolam. Langkah-langkah pembuatan pematang sebagai berikut:
1. Tanah yang akan dipergunakan untuk lokasi perkolaman harus¬lah dibersihkan
dari rumput, batuan dan segala macam kotoran organik maupun anorganik.
2. Pemasangan propil yaitu rangka bambu untuk mempermudah pembuatan
bentuk pematang yang dikehendaki.
3. Tanah bagian atas setebal 15-20 cm yang biasanya merupakan lapisan humus
digali dan dikumpulkan di suatu tempat. Ini dimaksudkan agar lapisan tanah
yang subur dapat dipergunakan sebagai dasar kolam nantinya. Lagipula apabila
tanah digali biasanya lapisan tanah yang subur ini justru akan menyebabkan
kebocoran kolam apabila ikut tertimbun sebagai pernatang.
2. Supaya lebih memberikan jaminan kekuatan kolam, alangkah baiknya di tanah
yang akan dijadikan pematang dibuat galian dengan kedalaman 50 cm dan lebar
50 cm sebagai poros atau sumbu pematang.
3. Kemudian ditimbun tanah baru dari hasil penggalian tanah yang akan dijadikan
kolam.
A. Konstruksi kolam pembenihan ikan
Kolam pemeliharaan benih adalah kolam yang digunakan untuk memelihara
benih ikan sampai ukuran siap jual (dapat berupa benih atau ukuran konsumsi).
Kolam pemeliharaan biasanya dapat dibedakan menjadi kolam pendederan dan kolam
pembesaran ikan. Pada kolam semi intensif atau tradisional sebaiknya tanah dasar
8

kolam adalah tanah yang subur jika dipupuk dapat tumbuh pakan alami yang sangat
dibutuhkan oleh benih ikan..
A. Konstruksi kolam
Kontruksi kolam yang digunakan merupakan penyempurnaan dari
kontruksi sebelumnya yang menggunakan pintu monik sebagai out let. Outlet kolam
menggunakan “standing pipe”. Kontruksi ini tidak memerlukan kayu papan untuk
menutup pintu pengeluaran kolam (outlet), saat pemanenan cukup dengan
memiringkan pipa sedikit demi sedikit sehingga larva tidak terbawa arus kuat,
kematian larva dan induk pun relatif sangat sedikit. Tenaga kerja efisien dan efektif,
yaitu cukup dua orang untuk kolam dengan luas 800 m2. Konstruksi dasar kolam
dilengkapi dengan bak yaitu disebut dengan istilah kobakan berbentuk persegi
panjang dengan luas sekitar 0,5 sampai 1,5% dari luas kolam, dan tingginya 50-70
cm. dibuat dekat outlet kolam, dengan fungsi utamanya adalah sebagai tempat
berkumpulnya induk dan larva pada saat pemanenan. Saluran dasar kolam (kemalir)
dibuat dari inlet hingga ke kobakan yang berfungsi untuk memudahkan induk dan
larva dapat berkumpul dalam kobakan pada saat panen.
B. Persiapan kolam
Persiapan kolam untuk kegiatan pemijahan ikan antara lain peneplokan/
perapihan pematang agar pematang tidak bocor, meratakan dasar kolam dengan
kemiringan mengarah ke kemalir, membersihkan bak kobakan, menutup pintu
pengeluaran dengan paralon, pemasangan saringan di pintu pemasukan serta
pengisian kolam dengan air. Pemasangan saringan dimaksudkan untuk menghindari
masuknya ikan-ikan liar sebagai predator atau kompetitor yang dapat mempengaruhi
kuantitas hasil produksi maupun kualitas benih yang dihasilkan.
C. Pemijahan
BBAT Sukabumi mengembangkan sistem pengelolaan induk dalam satu unit
produksi benih dengan mempertimbangkan bilangan pemijah. Jumlah induk dalam
satu populasi pemijahan secara masal disebut satu paket. Satu paket induk berjumlah
400 ekor yang terdiri dari 100 ekor jantan dan 300 ekor betina (Ne = ±133,3). Dengan
induk sejumlah ini diharapkan dapat menghambat laju silang dalam dan
9

memungkinkan keturunannya dapat dijadikan induk kembali setelah melalui kegiatan


seleksi. Penebaran induk dilakukan pada pagi hari saat suhu udara dan air masih
rendah. Padat tebar induk adalah 1 ekor/m2, sehingga satu paket induk sebanyak 400
ekor memerlukan lahan untuk pemijahan seluas 400 m2. Satu periode pemijahan
berlangsung selama 10 hari untuk dapat dilakukan pemanenan larva. Proses
pemijahan sendiri dapat berlangsung selama delapan periode pemijahan dengan
delapan kali pemanenan larva, tanpa harus mengangkat induk. Setelah akhir periode,
induk diangkat dari kolam pemijahan dan dipelihara secara terpisah antara jantan dan
betina untuk pematangan gonad selama 15 hari. Selanjutnya paket induk tersebut
dimasukkan kembali kedalam kolam pemijahan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
D. Pengelolaan pakan dan air
Dosis pemberian pakan adalah 3% dari bobot biomas untuk lima hari pertama
pemijahan dan 2-2,5% untuk lima hari berikutnya sampai panen larva. Penurunan
dosis pemberian pakan ini disesuaikan dengan kondisi bahwa sebagian induk betina
sedang mengerami telur dan larva. Pakan yang diberikan harus cukup mengandung
protein ( 28-30%). Selama pemijahan debit air diatur dalam dua tahap, yakni 5 hari
pertama lebih besar 5 hari kedua. Debit air dalam 5 hari pertama adalah dalam rangka
meningkatkan kandungan oksigen dalam air, memacu nafsu makan induk disamping
mengganti air yang menguap. Dengan demikian air yang mengalir ke kolam terlimpas
ke luar kolam melalui saluran pengeluaran. Sedangkan untuk 5 hari kedua debit air
hanya dimaksudkan untuk mengganti air yang terbuang melalui penguapan
sedemikian rupa tanpa melimpaskan air ke luar kolam. Hal ini untuk menghindari
hanyutnya larva juga menghindari limpasnya pakan alami yang terdapat di kolam
pemijahan, sebagai makanan awal bagi larva.
E. Panen larva
Panen larva dilakukan setiap sepuluh hari sekali pada pagi hari. Tergantung
luas kolam, penyurutan kolam dapat mulai disurutkan sehari sebelumnya. Penyurutan
air kolam dilakukan pertama-tama sampai setengah-nya. Sebelum surut total, bak
tempat panen larva perlu dibersihkan dari lumpur dengan cara membuka sumbat
outlet kobakan. Penyusutan secara total dilakukan sampai air hanya tersisa pada
10

kobakan saja. Induk dan larva akan berkumpul pada kobakan, dan segera dilakukan
pengambilan larva menggunakan scoop net. Kemudian larva ditampung sementara
dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan mesh size 1,0 mm. Proses pengambilan larva
ini dapat dilakukan oleh dua orang. Pemungutan larva dilakukan secara total sampai
bersih termasuk yang masih terdapat dalam sarang, dengan cara membongkar sarang
dan mengarahkan larva ke kobakan. Sarang tempat pemijahan induk nila yang
berbentuk bulat di dasar kolam perlu dihitung untuk menaksir jumlah induk yang
memijah dan diratakan kembali. Ukuran larva yang dipanen ada dua ukuran, untuk itu
perlu dilakukan sortasi menggunakan hapa mesh size 1,5 mm. Jumlah induk betina
yang memijah sebanyak 30-40% dengan perolehan larva sebanyak 60.000-80.000
ekor/paket/10 hari. Larva ukuran kecil ( 9,0 sampai 13 mm) dapat digunakan untuk
tujuan jantanisasi menggunakan pakan berhormon. Sedangkan larva ukuran besar
dapat langsung didederkan dalam wadah pendederan.
B. Konstruksi kolam pemeliharaan induk ikan
Kolam pemeliharaan induk berfungsi sebagai tempat penyimpanan induk ikan
yang akan dikawinkan atau dipijahkan, dan tempat pemeliharaan induk ikan yang
telah selesai dipijahkan. Kolam pemeliharaan induk biasanya ada dua buah, satu
untuk induk jantan dan lainnya untuk induk betina. Sistem pemasukan air yang ideal
adalah secara paralel. Jadi kolam induk jantan dan betina bisa mendapatkan air dari
pintu air masing-masing. Jika terpaksa, sistem pemasukan airnya boleh seri. Namun,
harus diingat, kolam induk betina harus berada di atas, supaya induk betina tidak
terangsang oleh sperma jantan yang keluar secara tidak sengaja.
1. Persiapan wadah kolam induk ikan
Wadah mempunyai pematang kokoh dan tidak bocor, pintu pemasukan, serta
pintu pengeluaran yang dipasang saringan. Adanya saringan air ini baik pada pintu
pemasukan maupun pada pintu pengeluaran, untuk menghindari masuknya ikan liar,
terutama ikan predator yang dapat mengganggu proses pemijahan bahkan dapat
memangsa induk maupun larva yang dihasilkan pada kolam induk ikan. Pengolahan
dasar kolam dengan cara membalik tanah bagian dasar kolam yang di lanjutkan
dengan pengapuran dan pemupukan. Pengolahan dasar kolam bertujuan untuk
11

meningkatkan kesuburan dasar dan perairan kolam sebagai stok pakan alami bagi
calon induk pada kolam induk ikan. Pemberian kapur selain dapat membunuh hama
dan parasit ikan juga dapat menaikan pH dasar kolam. Sedangkan pemupukan
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan fitoplankton
sebagai makanan zooplankton maupun ikan. Pemupukan dasar kolam dapat
digunakan pupuk kandang, pupuk hijau atau pupuk buatan. Pemberian pupuk pada
kolam induk ikandapat dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk ke dasar kolam
dan dilanjutkan dengan pemupukan susulan setelah 15 hari dengan cara memberikan
pupuk yang dibungkus dari karung plastik yang diberi lubang keci-kecil sehingga
pupuk akan terurai secara perlahan.
1. Pengairan kolam induk ikan
Pengairan dimaksudkan untuk menjaga kondisi lingkungan bagi induk sesuai
dengan persyaratan yang dibutuhkan yaitu perairan subur, cukup tersedia oksigen
terlarut ( 5 ppm), CO2 (<10 ppm), NH3 ( <1 ppm). Untuk mendapatkan lingkungan
pada kolam induk ikan yang demikian, maka air kolam harus terus menerus mengalir
sehingga tidak ada lagi penimbunan kotoran air akibat dari sisa pakan atau sampah
lainnya.
Jenis-jenis kolam yang dibutuhkan untuk membudidayakan ikan
berdasarkan proses budidaya dan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kolam antara lain adalah kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam pemeliharaan/
pembesaran, kolam pemberokan induk. Kolam pemijahan adalah kolam yang sengaja
dibuat sebagai tempat perkawinan induk-induk ikan budidaya. Ukuran kolam
pemijahan ikan bergantung kepada ukuran besar usaha, yaitu jumlah induk ikan yang
akan dipijahkan dalam setiap kali pemijahan.Bentuk kolam pemijahan biasanya
empat persegi panjang dan lebar kolam pemijahan misalnya untuk kolam pemijahan
ikan mas sebaiknya tidak terlalu berbeda dengan panjang kakaban. Sebagai patokan
untuk 1 kg induk ikan mas membutuhkan ukuran kolam pemijahan 3 x 10 m dengan
kedalaman air 0,75 – 1,00 m. Kolam pemijahan sebaiknya dibuat dengan sistem
pengairan yang baik yaitu mudah dikeringkan dan pada lokasi yang mempunyai air
12

yang mengalir serta bersih. Selain itu kolam pemijahan harus tidak bocor dan bersih
dari kotoran atau rumput rumput liar.
C. Sistem Pengairan pada kolam
Pengairan kolam ada dua sistem, yaitu seri dan paralel. Seri adalah sistem
pengairan kolam dimana setiap kolam tidak mendapat air baru dari saluran
pemasukan, tetapi air hanya dialirkan ke sebuah kolam dan air itu dialirkan lagi ke
kolam lain. Sistem pengairan ini kurang baik, karena tidak dapat menjaga kualitas air
kolam. Selain itu, sistem ini sulit dalam pengelolaannya, terutama sewaktu panen.
Bila kolam bagian atas dipanen akan mengganggu kolam bagian bawahnya. Paralel
adalah sistem pengairan dimana setiap kolam mendapat air baru atau air yang sudah
dialirkan tidak dialirkan ke kolam lain. Sistem pengairan ini yang baik, karena
kualitas air kolam dapat terjaga. Selain itu, sistem ini mudah dalam pengelolaannya.
Bila kolam satu dipanen tidak mengganggu kolam lain.
D. Macam- macam kolam
Kolam Tanah umumnya dikelola secara tradisional. Luas lahan yang
dibutuhkan sangat bergantung dari usaha yang akan dijalankan. Tradisional/ekstensif,
kolam yang digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam yang keseluruhan bagian
kolamnya terbuat dari tanah, yang perlu diperhatikan dari kolam tanah (tradisional)
adalah :
Pematang: tidak bocor, cukup tinggi sehingga cukup aman saat datangnya musim
hujan.
Kualitas air: Sumber air yang masuk ke kolam harus diperhatikan, dan tidak
tercemar, supaya sesuai dengan kondisi yang dubutuhkan Lele untuk cepat besar.
Ketinggian air: idealnya dibutuhkan air untuk memenuhi badan kolam hingga
ketinggian 30 - 75 cm ditambahkan bertahap sesuai dengan ukuran lele.
Ketersediaan air memadai sepanjang tahun.
Struktur tanah tidak porous/tidak mudah longsor.
Lokasi bukan daerah banjir.

Persiapan kolam tanah (tradisional)


13

 Pengolahan Tanah Dasar


Pengolahan tanah dasar terdiri dari pencangkulan dan perataan. Setelah itu,
dinding kolam diperkeras untuk mencegah kebocoran dan tanggul yang rusak
diperbaiki.
 Pembuatan kamalir sebagai tempat berlindung ikan atau benih sekaligus
mempermudah pemanenan.Penebaran Kapur Pertanian
 Pengapuran bertujuan untuk memberantas bibit hama, penyakit, serta
memperbaiki kualitas dan menaikkan pH tanah. Dosis kapur ang diberikan
sebanyak 20-200 gram/m2, tergantung pH awal tanah.
 Pemberian pupuk
Pemupukan dilakukan dengan pupuk kandang berupa kotoran ternak (kotoran
ayam kering) yang dikombinasikan dengan pupuk buatan. Pupuk yang diberikan
yaitu pupuk kandang sebanyak 500-700 gram/m2, urea 15gram/m2, TSP 10
gram/m2 dan ZA (NH4NO3) 15 gram/M2.
 Pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air yang diberi saringan untuk
mencegah kaburnya ikan.
 Pengisian air
Pengisian air dilakukan dengan menutup pintu pengeluaran dan membuka pintu
pernasukan sehingga air mengalir dan menggenangi kolam setinggi 50-75 cm
 Penumbuhan pakan alami
Dilakukan dengan cara membiarkan kolam yang telah tergenang air selama 7 hari
untuk merangsang tumbuhnya pakan alami berupa plankton.
Kolam permanen, yaitu kolam yang keseluruhan bagian kolam terdiri dari
lapisan batu bata dan semen / biasa disebut kolam tembok. Kontruksi kolam
permanen harus kuat pada sambungan-sambungan pasangan batu bata / batu kali pada
lantai dasar dan dinding kolam karena sebagai penahan air. Dasar kolam dan dinding
kolam yang tidak kuat akan mudah retak dan pecah-pecah sehingga mempercepat
peresapan air ke dalam tanah.
Hal yang perlu diperhatikan untuk pembuatan kolam semen :
 Konstruksi dasar kolam harus dibuat melandai ke titik pusat pintu keluar dengan
14

kemiringan minimal 5°.


 Saluran pipa pembuangan/ pemasukan air dibuat dengan pipa PVC 3".
 Pipa pengeluaran diusahakan agar dapat mengeluarkan lapisan dasar karena lapisan
tersebut banyak mengadung bahan endapan lumpur dari sisa makanan dan kotoran
ikan.
 Biaya yang diperlukan untuk pembuatan kolam semen cukup tinggi.
Kolam Semen relatif aman dari berbagai hama dan resiko rusak / kebocoran.
Selain itu dari segi estetika, kolam semen juga lebih rapi dan enak dipandang.
Kolam hapa adalah sejenis kolam yang digunakan untuk pembesaran larva
ikan yang baru menetas atau belum menetas. Kolam hapa berukuran tidak terlalu
lebar karena kolam hapa hanya untuk benih ikan saja. kolam hapa biasanya
dilengkapi atau diatas nya terdapat jaring untuk dapat mengangkat larva yang masih
kecil.
Wadah budidaya ikan selanjutnya adalah bak atau tanki yang dapat
digunakan untuk melakukan budidaya ikan. Berdasarkan proses budidaya ikan, jenis
bak yang akan digunakan disesuaikan dengan skala produksi budidaya dan hampir
sama dengan kolam dimana dapat dikelompokkan menjadi bak pemijahan, bak
penetasan, bak pemeliharaan dan bak pemberokan. Bak yang digunakan untuk
melakukan pemijahan ikan biasanya adalah bak yang terbuat dari beton.
Kolam dengan air tergenang biasanya dikelola dengan metode
tradisional. Produktivitas kolam ini tergantung pada kesuburan, yang dapat
ditingkatkan dengan pemberian pupuk organik dan anorganik. Pembangunan tambak
tradisional sangat sederhana. Kedalaman rata-rata adalah 80 cm, memungkinkan sinar
matahari untuk mencapai dasar tambak. Biasanya desain kolam persegi. Produksi
tahunan rata-rata untuk polikultur sekitar 2,1 ton / ha. Kolam dengan sistem air
mengalir diperkenalkan pada tahun 1974, dan masih berkembang luas di banyak
daerah. Masalah utama adalah menemukan lokasi dengan baik pasokan air yang
mengalir. kolam air Menjalankan terbuat dari beton dan sebagian besar segitiga dan
persegi panjang, tetapi beberapa adalah lingkaran. Tingkat tebar biasanya 1 sampai 3
kg per meter kubik tambak. Hal ini membutuhkan volume tinggi pakan pelet. Secara
15

umum rata-rata hasil panen pada akhir 3 bulan adalah 2 sampai 3 kali berat kaus kaki.
Ada juga sistem air semi berjalan dalam hubungannya dengan sistem irigasi.
Penggunaan ini baru berkembang. Salah satu masalah dari jenis sistem adalah efek
pestisida diterapkan di wilayah irigasi, yang kemudian dapat menyebabkan kematian
ikan. Dari beberapa jenis ikan budidaya air tawar, beberapa jenis ikan mas yang
dominan, karena harga pasar yang tinggi mereka. spesies lainnya adalah Buntius,
gourame raksasa, mencium-gurami, Nila dan Trichogaster.
Paralel adalah sistem pengairan dimana setiap kolam mendapa air baru atau air yang
sudah dialirkan tidak dialirkan ke kolam lain. Sistem pengairan ini yang baik, karena
kualitas air kolam dapat terjaga. Selain itu, sis-tem ini mudah dalam pengelolaannya.
Bila kolam satu dipanen tidak mengganggu kolam lain.Sebuah perkolaman dengan
pengairan sistem seri akan terdiri dari tiga bagian, yaitu saluran masuk, kolam dan
saluran pembuangan. Saluran pemasukan dibuat di bagian tengah, saluran tengah
dibuat di tepi atau di belakang kolam. Sementara kolam dibuat antara saluran
pemasukan dan saluran pembuangan.
16

V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. kolam merupakan suatu perairan buatan yang luasnya terbatas dan sengaja dibuat
manusia agar mudah dikelola dalam hal pengaturan air, jenis hewan budidaya dan
target produksinya.Biasanya kolam terbuat dari tanah, tembok, atau beton.
2. Konstruksi kolam yang akan digunakan untuk budidaya ikan sangat dipengaruhi
oleh pemilihan lokasi yang tepat.
3. Jenis-jenis kolam yang akan digunakan sangat tergantung kepada sistem budidaya
yang akan diterapkan. Ada tiga sistem budidaya ikan air yang biasa dilakukan
yaitu :
 Tradisional/ekstensif, kolam yang digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam yang
keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah..
 Semi intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang bagian kolamnya(dinding
pematang) terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat dari tanah.
 intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam
terdiri dari tembok.
17

DAFTAR PUSTAKA
Aditya. 2012. Kolam Pendederan Menggunakan Sistem 2 Monik
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Percetakan PT. Gramedia
PustakaUtama Jakarta.

Anonim. 2011. Kolam Tanah.


Arie. 2008. Mengatur Pengairan Kolam
Djajadireja, S. S. Hatimah dan Z. Arifin. 1977.Buku pedoman pengenalan
sumberdaya perikanan darat bagian I. Jakarta:Dtjen Perikanan.

Djuhanda, T. 1981. Dunia perikanan dan Kelautan. Bogor :ITB Press.

Effendie, M. I., 1995.Pembuatan kolam dan Tehniknya. Yayasan Dwi Sri, Bogor.
122 hal.

Evy,R., Endang mujiani dan K. Sujono.2001.Usaha Perikanan di Indonesia.


Bogor:Mutiara Sumber Widya.

Gusrina. 2011. Budidaya Ikan Jilid 1. BSE: Jakarta.

Hardjamulia, A., 1978. Budidaya perikanan.Bogor. Departemen Pertanian.


BPLPP. Sekolah usaha perikanan.

Khairuman, SP dan Khairul Amri, Spi, M.Si. 2008. Persiapan Kolam Tanah
Tradisional. Agromedia Pustaka: Jakarta.

Lani Puspita et al (2005). Lahan Basah Buatan di Indonesia. Bogor: Wetlands


International – Indonesia Programme

Macinthosh, D.J and Sampson, D.R.T, 1985. Tilapia Culture : Hatchery methods for
Oreochromis mossambicus and O. niloticus. Institute of Aquaculture, University
of Stirling. Scotland. 154 pp.

Pulungan. et al., 2006. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan Fakultas Perikanan


18

dan Ilmu Kelautan.Pekan Baru :Unri Riau.

Raharjo. 1980. Sistem morfologi dan anatomi ikan. Bandung.ITB Press.

Anda mungkin juga menyukai