KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang
Maha Esa atas rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan tugas laporan yang
berjudul Menentukan luas kolam. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah praktikum rekayasa akuakultur
Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi
ilmu nutrisi hewan air bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Mhd Latiful Khobir , S.Pi., M.Si selaku dosen pengampu
mata kuliah ini yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Tidak lupa
pula kami ucapkan terimakasih kepada asisten dosen kami Kak Juwita Dwi Sakti
Harefa dan Siti Arifah Harhap yang selalu setia memberikan informasi dan segala
perhatian nya kepada kami dalam mengerjakan laporan ini.
Kami menyadari, laporan kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
laporan ini.
ASRIANI NINGSIH
iii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
V. KESIMPULAN ..................................................................................... 16
I. PENDAHULUAN
tanahyang mengandung sisa zat organic yang telah membusuk atau dikenal
dengan topsoil. Adapun fungsi humus sebagai pupuk pada kolam
(Tarigan,2002).
Kolam perikanan adalah suatu genangan air tawar atau payau yang sengaja
dibuat untukpemeliharaan ikan, luas permukaan dan kedalaman airnya terbatas serta
airnya tidak atau hamper tidak mengalir. Disamping itu kolam budidaya yang
baikdidefenisikan sebagai suatu genangan air dari tanah yang dibuat untuk
dimodifikasi orangsecara sengaja untuk membudidayakan organism air dan dapat
dikontrol, artinya pemasukan,pengeluaran air, jumlah ikan yang ditebar, jumlah
pakan yang diberikan, kualitas air danpenyakit dapat dikontrol atau diatur
sesuai dengan keperluan ( Buku Ajar RekayasaAkuakultur, 2012 ).
5
III. METODOLOGI
4.1. Hasil
1. Measuring tape
X-A (Sudut A-B) = 16
X-A (Sudut A-C) = 16
X-B (Sudut B-A) = 16
X-B (Sudut B-C) = 14
X-C (Sudut C-A) = 16
X-C (Sudut C-B) = 15
2. Langkah
3. Autolevel
Sudut A-B dan B-A
BA : 19,144
BT : 12,140
BB : 8,136
4.2. Pembahasan
Konstruksi kolam yang akan digunakan untuk budidaya ikan sangat
dipengaruhi oleh pemilihan lokasi yang tepat. Untuk membuat kolam maka tanah
yang akan dijadikan kolam harus mampu menyimpan air atau kedap air sehingga
kolam yang akan di buat tidak bocor.Bentuk kolam yang akan digunakan untuk
membudidayakan ikan ada beberapa macam antara lain adalah kolam berbentuk segi
empat/empat persegipanjang, berbentuk bujur sangkar, berbentuk lingkaran atau
berbentuk segitiga. Dari berbagai bentuk kolam ini yang harus diperhatikan adalah
tentang persyaratan teknis konstruksi kolam. Persyaratan teknis konstruksi suatu
kolam yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan sebaiknya mempunyai
pematang kolam. Langkah-langkah pembuatan pematang sebagai berikut:
1. Tanah yang akan dipergunakan untuk lokasi perkolaman harus¬lah dibersihkan
dari rumput, batuan dan segala macam kotoran organik maupun anorganik.
2. Pemasangan propil yaitu rangka bambu untuk mempermudah pembuatan
bentuk pematang yang dikehendaki.
3. Tanah bagian atas setebal 15-20 cm yang biasanya merupakan lapisan humus
digali dan dikumpulkan di suatu tempat. Ini dimaksudkan agar lapisan tanah
yang subur dapat dipergunakan sebagai dasar kolam nantinya. Lagipula apabila
tanah digali biasanya lapisan tanah yang subur ini justru akan menyebabkan
kebocoran kolam apabila ikut tertimbun sebagai pernatang.
2. Supaya lebih memberikan jaminan kekuatan kolam, alangkah baiknya di tanah
yang akan dijadikan pematang dibuat galian dengan kedalaman 50 cm dan lebar
50 cm sebagai poros atau sumbu pematang.
3. Kemudian ditimbun tanah baru dari hasil penggalian tanah yang akan dijadikan
kolam.
A. Konstruksi kolam pembenihan ikan
Kolam pemeliharaan benih adalah kolam yang digunakan untuk memelihara
benih ikan sampai ukuran siap jual (dapat berupa benih atau ukuran konsumsi).
Kolam pemeliharaan biasanya dapat dibedakan menjadi kolam pendederan dan kolam
pembesaran ikan. Pada kolam semi intensif atau tradisional sebaiknya tanah dasar
8
kolam adalah tanah yang subur jika dipupuk dapat tumbuh pakan alami yang sangat
dibutuhkan oleh benih ikan..
A. Konstruksi kolam
Kontruksi kolam yang digunakan merupakan penyempurnaan dari
kontruksi sebelumnya yang menggunakan pintu monik sebagai out let. Outlet kolam
menggunakan “standing pipe”. Kontruksi ini tidak memerlukan kayu papan untuk
menutup pintu pengeluaran kolam (outlet), saat pemanenan cukup dengan
memiringkan pipa sedikit demi sedikit sehingga larva tidak terbawa arus kuat,
kematian larva dan induk pun relatif sangat sedikit. Tenaga kerja efisien dan efektif,
yaitu cukup dua orang untuk kolam dengan luas 800 m2. Konstruksi dasar kolam
dilengkapi dengan bak yaitu disebut dengan istilah kobakan berbentuk persegi
panjang dengan luas sekitar 0,5 sampai 1,5% dari luas kolam, dan tingginya 50-70
cm. dibuat dekat outlet kolam, dengan fungsi utamanya adalah sebagai tempat
berkumpulnya induk dan larva pada saat pemanenan. Saluran dasar kolam (kemalir)
dibuat dari inlet hingga ke kobakan yang berfungsi untuk memudahkan induk dan
larva dapat berkumpul dalam kobakan pada saat panen.
B. Persiapan kolam
Persiapan kolam untuk kegiatan pemijahan ikan antara lain peneplokan/
perapihan pematang agar pematang tidak bocor, meratakan dasar kolam dengan
kemiringan mengarah ke kemalir, membersihkan bak kobakan, menutup pintu
pengeluaran dengan paralon, pemasangan saringan di pintu pemasukan serta
pengisian kolam dengan air. Pemasangan saringan dimaksudkan untuk menghindari
masuknya ikan-ikan liar sebagai predator atau kompetitor yang dapat mempengaruhi
kuantitas hasil produksi maupun kualitas benih yang dihasilkan.
C. Pemijahan
BBAT Sukabumi mengembangkan sistem pengelolaan induk dalam satu unit
produksi benih dengan mempertimbangkan bilangan pemijah. Jumlah induk dalam
satu populasi pemijahan secara masal disebut satu paket. Satu paket induk berjumlah
400 ekor yang terdiri dari 100 ekor jantan dan 300 ekor betina (Ne = ±133,3). Dengan
induk sejumlah ini diharapkan dapat menghambat laju silang dalam dan
9
kobakan saja. Induk dan larva akan berkumpul pada kobakan, dan segera dilakukan
pengambilan larva menggunakan scoop net. Kemudian larva ditampung sementara
dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan mesh size 1,0 mm. Proses pengambilan larva
ini dapat dilakukan oleh dua orang. Pemungutan larva dilakukan secara total sampai
bersih termasuk yang masih terdapat dalam sarang, dengan cara membongkar sarang
dan mengarahkan larva ke kobakan. Sarang tempat pemijahan induk nila yang
berbentuk bulat di dasar kolam perlu dihitung untuk menaksir jumlah induk yang
memijah dan diratakan kembali. Ukuran larva yang dipanen ada dua ukuran, untuk itu
perlu dilakukan sortasi menggunakan hapa mesh size 1,5 mm. Jumlah induk betina
yang memijah sebanyak 30-40% dengan perolehan larva sebanyak 60.000-80.000
ekor/paket/10 hari. Larva ukuran kecil ( 9,0 sampai 13 mm) dapat digunakan untuk
tujuan jantanisasi menggunakan pakan berhormon. Sedangkan larva ukuran besar
dapat langsung didederkan dalam wadah pendederan.
B. Konstruksi kolam pemeliharaan induk ikan
Kolam pemeliharaan induk berfungsi sebagai tempat penyimpanan induk ikan
yang akan dikawinkan atau dipijahkan, dan tempat pemeliharaan induk ikan yang
telah selesai dipijahkan. Kolam pemeliharaan induk biasanya ada dua buah, satu
untuk induk jantan dan lainnya untuk induk betina. Sistem pemasukan air yang ideal
adalah secara paralel. Jadi kolam induk jantan dan betina bisa mendapatkan air dari
pintu air masing-masing. Jika terpaksa, sistem pemasukan airnya boleh seri. Namun,
harus diingat, kolam induk betina harus berada di atas, supaya induk betina tidak
terangsang oleh sperma jantan yang keluar secara tidak sengaja.
1. Persiapan wadah kolam induk ikan
Wadah mempunyai pematang kokoh dan tidak bocor, pintu pemasukan, serta
pintu pengeluaran yang dipasang saringan. Adanya saringan air ini baik pada pintu
pemasukan maupun pada pintu pengeluaran, untuk menghindari masuknya ikan liar,
terutama ikan predator yang dapat mengganggu proses pemijahan bahkan dapat
memangsa induk maupun larva yang dihasilkan pada kolam induk ikan. Pengolahan
dasar kolam dengan cara membalik tanah bagian dasar kolam yang di lanjutkan
dengan pengapuran dan pemupukan. Pengolahan dasar kolam bertujuan untuk
11
meningkatkan kesuburan dasar dan perairan kolam sebagai stok pakan alami bagi
calon induk pada kolam induk ikan. Pemberian kapur selain dapat membunuh hama
dan parasit ikan juga dapat menaikan pH dasar kolam. Sedangkan pemupukan
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan fitoplankton
sebagai makanan zooplankton maupun ikan. Pemupukan dasar kolam dapat
digunakan pupuk kandang, pupuk hijau atau pupuk buatan. Pemberian pupuk pada
kolam induk ikandapat dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk ke dasar kolam
dan dilanjutkan dengan pemupukan susulan setelah 15 hari dengan cara memberikan
pupuk yang dibungkus dari karung plastik yang diberi lubang keci-kecil sehingga
pupuk akan terurai secara perlahan.
1. Pengairan kolam induk ikan
Pengairan dimaksudkan untuk menjaga kondisi lingkungan bagi induk sesuai
dengan persyaratan yang dibutuhkan yaitu perairan subur, cukup tersedia oksigen
terlarut ( 5 ppm), CO2 (<10 ppm), NH3 ( <1 ppm). Untuk mendapatkan lingkungan
pada kolam induk ikan yang demikian, maka air kolam harus terus menerus mengalir
sehingga tidak ada lagi penimbunan kotoran air akibat dari sisa pakan atau sampah
lainnya.
Jenis-jenis kolam yang dibutuhkan untuk membudidayakan ikan
berdasarkan proses budidaya dan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kolam antara lain adalah kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam pemeliharaan/
pembesaran, kolam pemberokan induk. Kolam pemijahan adalah kolam yang sengaja
dibuat sebagai tempat perkawinan induk-induk ikan budidaya. Ukuran kolam
pemijahan ikan bergantung kepada ukuran besar usaha, yaitu jumlah induk ikan yang
akan dipijahkan dalam setiap kali pemijahan.Bentuk kolam pemijahan biasanya
empat persegi panjang dan lebar kolam pemijahan misalnya untuk kolam pemijahan
ikan mas sebaiknya tidak terlalu berbeda dengan panjang kakaban. Sebagai patokan
untuk 1 kg induk ikan mas membutuhkan ukuran kolam pemijahan 3 x 10 m dengan
kedalaman air 0,75 – 1,00 m. Kolam pemijahan sebaiknya dibuat dengan sistem
pengairan yang baik yaitu mudah dikeringkan dan pada lokasi yang mempunyai air
12
yang mengalir serta bersih. Selain itu kolam pemijahan harus tidak bocor dan bersih
dari kotoran atau rumput rumput liar.
C. Sistem Pengairan pada kolam
Pengairan kolam ada dua sistem, yaitu seri dan paralel. Seri adalah sistem
pengairan kolam dimana setiap kolam tidak mendapat air baru dari saluran
pemasukan, tetapi air hanya dialirkan ke sebuah kolam dan air itu dialirkan lagi ke
kolam lain. Sistem pengairan ini kurang baik, karena tidak dapat menjaga kualitas air
kolam. Selain itu, sistem ini sulit dalam pengelolaannya, terutama sewaktu panen.
Bila kolam bagian atas dipanen akan mengganggu kolam bagian bawahnya. Paralel
adalah sistem pengairan dimana setiap kolam mendapat air baru atau air yang sudah
dialirkan tidak dialirkan ke kolam lain. Sistem pengairan ini yang baik, karena
kualitas air kolam dapat terjaga. Selain itu, sistem ini mudah dalam pengelolaannya.
Bila kolam satu dipanen tidak mengganggu kolam lain.
D. Macam- macam kolam
Kolam Tanah umumnya dikelola secara tradisional. Luas lahan yang
dibutuhkan sangat bergantung dari usaha yang akan dijalankan. Tradisional/ekstensif,
kolam yang digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam yang keseluruhan bagian
kolamnya terbuat dari tanah, yang perlu diperhatikan dari kolam tanah (tradisional)
adalah :
Pematang: tidak bocor, cukup tinggi sehingga cukup aman saat datangnya musim
hujan.
Kualitas air: Sumber air yang masuk ke kolam harus diperhatikan, dan tidak
tercemar, supaya sesuai dengan kondisi yang dubutuhkan Lele untuk cepat besar.
Ketinggian air: idealnya dibutuhkan air untuk memenuhi badan kolam hingga
ketinggian 30 - 75 cm ditambahkan bertahap sesuai dengan ukuran lele.
Ketersediaan air memadai sepanjang tahun.
Struktur tanah tidak porous/tidak mudah longsor.
Lokasi bukan daerah banjir.
umum rata-rata hasil panen pada akhir 3 bulan adalah 2 sampai 3 kali berat kaus kaki.
Ada juga sistem air semi berjalan dalam hubungannya dengan sistem irigasi.
Penggunaan ini baru berkembang. Salah satu masalah dari jenis sistem adalah efek
pestisida diterapkan di wilayah irigasi, yang kemudian dapat menyebabkan kematian
ikan. Dari beberapa jenis ikan budidaya air tawar, beberapa jenis ikan mas yang
dominan, karena harga pasar yang tinggi mereka. spesies lainnya adalah Buntius,
gourame raksasa, mencium-gurami, Nila dan Trichogaster.
Paralel adalah sistem pengairan dimana setiap kolam mendapa air baru atau air yang
sudah dialirkan tidak dialirkan ke kolam lain. Sistem pengairan ini yang baik, karena
kualitas air kolam dapat terjaga. Selain itu, sis-tem ini mudah dalam pengelolaannya.
Bila kolam satu dipanen tidak mengganggu kolam lain.Sebuah perkolaman dengan
pengairan sistem seri akan terdiri dari tiga bagian, yaitu saluran masuk, kolam dan
saluran pembuangan. Saluran pemasukan dibuat di bagian tengah, saluran tengah
dibuat di tepi atau di belakang kolam. Sementara kolam dibuat antara saluran
pemasukan dan saluran pembuangan.
16
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. kolam merupakan suatu perairan buatan yang luasnya terbatas dan sengaja dibuat
manusia agar mudah dikelola dalam hal pengaturan air, jenis hewan budidaya dan
target produksinya.Biasanya kolam terbuat dari tanah, tembok, atau beton.
2. Konstruksi kolam yang akan digunakan untuk budidaya ikan sangat dipengaruhi
oleh pemilihan lokasi yang tepat.
3. Jenis-jenis kolam yang akan digunakan sangat tergantung kepada sistem budidaya
yang akan diterapkan. Ada tiga sistem budidaya ikan air yang biasa dilakukan
yaitu :
Tradisional/ekstensif, kolam yang digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam yang
keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah..
Semi intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang bagian kolamnya(dinding
pematang) terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat dari tanah.
intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam
terdiri dari tembok.
17
DAFTAR PUSTAKA
Aditya. 2012. Kolam Pendederan Menggunakan Sistem 2 Monik
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Percetakan PT. Gramedia
PustakaUtama Jakarta.
Effendie, M. I., 1995.Pembuatan kolam dan Tehniknya. Yayasan Dwi Sri, Bogor.
122 hal.
Khairuman, SP dan Khairul Amri, Spi, M.Si. 2008. Persiapan Kolam Tanah
Tradisional. Agromedia Pustaka: Jakarta.
Macinthosh, D.J and Sampson, D.R.T, 1985. Tilapia Culture : Hatchery methods for
Oreochromis mossambicus and O. niloticus. Institute of Aquaculture, University
of Stirling. Scotland. 154 pp.