Anda di halaman 1dari 10

1

BAB 1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kosmetik merupakan suatu bahan yang dapat digunakan untuk
mempercantik atau merawat diri. Bahan dasar yang paling banyak digunakan
dalam kosmetik adalah air, alkohol, dan lemak (lipid) (Mashaghi S et al, 2013).
Lipid pada tanaman secara umum diekstrak dari bagian tumbuhan seperti biji,
buah, atau bibit tanaman (Zielinska et al, 2014). Lipid dalam kosmetik berfungsi
untuk menghalangi penguapan air, memelihara elastisitas kulit, dan melarutkan
kotoran (Balsam, 1972).
Lipid tersusun atas asam lemak yang berfungsi sebagai emolien atau
pelembab (Johnson et al, 1978). Oleh karena manfaatnya yang besar, asam lemak
menjadi bahan yang sangat penting dalam kosmetik dan menjadi komponen yang
umum digunakan dalam formulasi kosmetik untuk perawatan harian wajah dan
tubuh (Zielinska et al, 2014). Lipid dapat ditemukan pada hewan, tanaman, dan
mikroorganisme (Alvarez et al, 2000). Salah satu mikroorganisme yang menjadi
potensi di Indonesia adalah mikroalga.
Mikroalga adalah mikroorganisme fotosintesis yang dapat memanfaatkan
energi matahari serta mengkombinasikan air dengan karbondioksida untuk
memproduksi biomassa. Mikroalga hidup dalam air memiliki variabel proses yang
sedikit dan dapat diprediksi dibandingkan dengan tumbuhan tingkat tinggi. Selain
itu, mikroalga tumbuh secara cepat sehingga dapat memproduksi biomassa lebih
tinggi, membutuhkan sedikit lahan, dan sedikit biaya (Widjaja et al, 2009; Chiu et
al, 2015). Mikroalga mengandung minyak nabati yang sangat tinggi, bahkan
beberapa diantaranya mempunyai kandungan minyak lebih dari 50%
(Rachmaniah et al, 2010). Salah satu jenis mikroalga yang berpotensi sebagai
bahan dasar pembuatan kosmetik adalah Chlorella Sp, dimanaChlorella Sp.yang
tergolong alga hijau biru ini mengandung minyak sebanyak 28-32% dari berat
keringnya (Othmer,1971).
Komponen utama untuk pertumbuhan mikroalga adalah cahaya, air, karbon
dioksida, dan nutrien (Chiu et al, 2015). Kandungan lipid pada mikroalga dapat
ditingkatkan dengan memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroalga seperti nutrien, cahaya, CO2, dan air. Pada penelitian ini,
kandungan lipid ditingkatkan dengan memvariasikan nutrien yaitu rasio C:N dan
durasi pencahayaan.
1.2 Rumusan Masalah
Septiani., dkk (2015), tentang Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Laju
Pertumbuhan Alga dan Bakteri Heterotropik pada Sistem HRAR dimana
dilakukan seeding kultur algapenambahan gula dan urea untuk mencukupi
kebutuhan nutrien agar sesuai dengan rasio C:N:P. Hasil yang didapat pada
penelitian ini adalah nilai koefisien biokinetik tertinggi untuk alga adalah μ
sebesar 0,624/hari, Ks sebesar 311,2 mg/L, dan Y sebesar 0,533 mg biomassa/mg
2

substrat.Rasio C:N:P untuk pertumbuhan alga adalah 106:16:1 ( Baird, M. E et al,


2004).
Ahlgren dan Hyenstrand (2003), melaporkan bahwa pada kondisi kurangnya
nitrogen, sel alga akan mengakumulasi peningkatan metabolisme karbon sebagai
lipid. Mikroalga juga dapat merespon pada kondisi kekurangan nitrogen dengan
cara menurunkan kadar nitrogen yang mengandung makro molekul dan
mengakumulasi senyawa karbon cadangan seperti polisakarida dan lemak
(Banerjee et al, 2002 ; Dayanada et al, 2005).
Hasanudin (2014), tentang Pengaruh Perbedaan Intensitas Cahaya
Terhadap Pertumbuhan Dan Kadar Lipid Mikroalga Scenedesmus Sp. yang
dibudidayakan Pada Limbah Cair Tapioka. Variasi intensitas cahaya yang
digunakan adalah 1.000 luks, 2.000 luks, 3.000 luks, 4.000 luks dan 5.000 luks.
Mikroalga ditumbuhkan pada medium limbah cair tapioka dengan volume 200 ml.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan dan kadar lipid tertinggi
terdapat pada intensitas cahaya 5.000 luks dengan pertumbuhan 5.375.000 sel/ml
dan kadar lipid 35,077%.
Elianne (2012), tentang efek pencahayaan terhadap produksi biomassa
Nannochloropsis Sp. Pada reactor pelat datar, dimana dilakukan perlakuan
pencahayaan alterasi dan pencahyaan kontinu. Hasil yang dicapai menunjukkan
mikroalga yang dikultivasi pada alterasi pencahayaan memiliki kadar lipid yang
lebih tinggi (39,6%) disbanding kadar lipid pada pencahayaan kontinu.
Dalam penelitian ini dilakukan variasi rasio C/N dengan perbandingan
berturut-turut 100:8, 100:10, dan 100:12 mg/L, dan variasi pencahayaan
(terang:gelap) masing-masing 24:0, 8:16, dan 16:8 jam. terang:gelap) masing-
masing 24:0, 8:16, dan 16:8 jam. Variasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan
produksi lipid mikroalga Chlorella Sp.
1.3 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui rasio C:N terbaik dalam meningkatkan produksi lipid
mikrolaga Chlorella Sp
2. Mengetahui durasi pencahayaanoptimum dalam meningkatkan produksi
lipid mikroalga Chlorella Sp
3. Mendapatkan lipid dari biomassa Chlorella Sp sebagai bahan dasar
formula lupbalm
1.4 Urgensi Penelitian
Penelitian ini sangat penting bagi dunia industri dalam pengembangan
bahan baku kosmetik dimana mikroalga merupakan alternatif bahan baku yang
sangat berlimpah di Indonesia dengan jangka waktu generasi yang lebih pendek
sehingga dapat diproduksi dalam jumlah besar.
1.5 Luaran yang diharapkan
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
3

1. Penelitian ini dapat menjadi alternatif bahan baku kosmetik yang ramah
lingkungan sebagai pengganti bahan dasar kimia yang berdampak buruk
bagi kesehatan maupun bagi lingkungan.
2. Publikasi penelitian berupa artikel ilmiah atau jurnal pada seminar
nasional ataupun regional.
`1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Menjadi solusi bagi dunia kosmetik untuk mengembangkan potensi
mikroalga Chlorella Spsebagai bahan dasar alami dalam pembuatan
kosmetik.
2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan
atau referensi dalam melakukan pengembangan kajian ilmiah tentang
proses bioproses peningkatan lipid mikroalga sebagai bahan dasar untuk
membuat formula kosmetik alami yang ramah lingkungan.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Mikroalga
Mikroalga merupakan organisme air fotoautropik uniseluler atau
multiseluler (Biondi and Tredici, 2011). Mikroalga hidup dengan berkoloni,
berfilamen, atau helaian pada kondisi sel tunggal (Stanley, 2000). Mikroalga
mengandung protein, lemak, asam lemak tak jenuh, pigmen dan vitamin.
Kandungan lemak (lipid) dan asam lemak (fatty acid) yang ada dalam mikroalga
merupakan sumber energi. Kandungan ini dihasilkan dari proses fotosintesis yang
merupakan hidrokarbon (Prince dan Haroon, 2005).
Hal yang penting diperhatikan dalam produksi minyak (lipid) mikroalga
adalah pemilihan jenis mikroalga, proses kultivasi dan ekstraksi minyak.
Pemilihan jenis mikroalga yang mempunyai kandungan minyak yang tinggi
sangat penting, hal ini berkaitan dengan karakteristik minyak dan keuntungan
dalam ekstraksi. Kultivasi dilakukan untuk pertumbuhan mikroalga dan penentuan
fase pertumbuhan yang tepat untuk pemanenan biomassa sebagai bahan baku
ekstraksi minyak (Sheehan et al.,1998).
Berikut adalah kandungan minyak dari chlorela sp. dibanding dengan
mikroalga lain :
Jenis Mikroalga % minyak dari berat kering
Botryococcus braunii 25-75
Chlorella sp 28-32
Crypthecodinium cohnii 20
Cylindrotheca sp 16-37
23
Dunaliella primolaceta 25-33
Isochrysis sp 20
Monallanthus salina N 20-35
Nannochloropsis sp 45-47
4

Jenis Mikroalga % minyak dari berat kering


Nannochloris sp 31-68
35-54
Neochloris oleoabundans 20-30
Nitzschia sp 50-77
Sumber : Christi, 2007
2.2 Chlorella Sp
Chlorella sp. adalah alga hijau satu sel yang tidak mempunyai kemampuan
bergerak. Chlorella sp. termasuk ke dalam mikroorganisme tingkat rendah karena
bentuknya mikroskopik dan tidak memiliki akar, batang dan daun sejati (thallus)
(Kabinawa et al. 1989).Chlorella sp. termasuk salah satu kelompok alga hijau
yang paling banyak jumlahnya diantara alga hijau lainnya, 90% chlorella hidup di
air tawar dan 10% chlorella sp. hidup di air laut. Chlorella sp. dikelompokkan
kedalam phylum Thallophyta. Pigmen yang dimilikinya terdiri atas klorofil,
karotenoid dan xanthofil . Klorofil yang terdapat pada Chlorella sp. adalah
klorofil a dan b sebagi pigmen utama dan terdapat pula klorofil c dan e. Chlorella
sp. merupakan mikroorganisme fotosintestik yang muncul sejak masa pre-
cambrian ± 2,5 milyar tahun lalu (Becker, 1994).
Menurut Becker (1994) Chlorella sp. Mengandung 51-58% protein, 12-26%
karbohidrat, 2-22% lipid, 4-5% nucleic acid. Asam lemak yang terkandung
dalam Chlorella terdiri dari linoleat sebanyak 45,068% dan 29,495
stearat. Chlorella sp. Mengandung minyak squalen yang merupakan minyak yang
sangat penting untuk kosmetik (Kawaroe, 2010).
2.3 Lipid
Lipid adalah biomolekul yang tidak larut di dalam air, karena lipid
umumnya merupakan molekul yang memiliki gugus non polar, sedangkan air
merupakan molekul yang memiliki gugus polar. Lipid dapat dikelompokkan
berdasarkan struktur dan karakteristik non polar menjadi lemak (fat), lilin,
fosfolipid, sfingolipid, glikolipid, eikosanoat, steroid, lipoprotein, dan vitamin
yang larut di dalam lemak (Ritter, 1996).
Bloor membagi lipid dalam tiga golonggan besar yakni, lipid sederhana,
yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida
dan lilin (waxes), lipid gabungan yaitu ester asam lemak yangmempunyai gugus
tambahan, contohnya fosfolipid, serebrosida, derivate lipid, yaitu senyawa yang
dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnyaasam lemak, gliserol, dan sterol
(Susanti dkk, 2011)..
Yang dimaksud dengan lilin (wax) adalah ester asam lemak dengan
monohidroksi alkohol dengan rantai karbon yang panjang. Lilin dapat diperoleh
dari lebah madu (mirisilpalmitat), ikan paus dan lumba-lumbah (setilpalmitat)
yang digunakan sebagai salep, bahan kecantikan, dan lilin untuk penerangan
(Anna, Poedjaji dan M Titin Supriyanti, 1994). Lilin menjadi bahan dasar
potensial sebagai basis dalam formula sediaan lipbalm.
2.4 Lipbalm
5

Lipbalm atau salep bibir adalah lilin substansi dioleskan pada bibir dari
mulut. Tujuannyauntuk melembabkan bibir agar tidak mudahkering dan pecah-
pecah.Lipbalm merupakan sediaan kosmetikyang dibuat dengan basis yang sama
denganbasis lipstik, namun tanpa warna, sehingga terlihat transparan (Agustina,
2005).Adapun komponen utama dalam formula sediaan lip balm terdiri dari
minyak, lilin, lemak dan zat warna.
1. Minyak
Minyak adalah salah satu komponen dalam basis lip balm yang
berfungsiuntuk melarutkan atau mendispersikan zat warna. (Balsam, 1972).
2. Lilin
Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lip balm dan
menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang ideal
akan menjaga lip balm tetap padat setidaknya pada suhu 50°C dan mampu
mengikat fase minyak agar tidak ke luar atau berkeringat, tetapi juga harus tetap
lembut dan mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan serendah mungkin
(Balsam, 1972).
3. Lemak/Lipid
Lipid yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi
sebagai pengikat dalam basis antara fase minyakdan fase lilin dan sebagai bahan
pendispersi untuk pigmen(Balsam, 1972).

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1 Tahapan Penelitian
3.1.1 Kultivasi Mikroalga
1. Mikroalga Chlorella sp dikultivasi dalam botol Cleo berisi 4 L air dan
Dahril Solution
2. Jumlah sel mikroalga dihitung setiap hari menggunakan
haemocytometer untuk melihat pertumbuhan sel sehingga didapatkan
kurva pertumbuhan mikroalga
Jumlah sel dalam 4 L = jumlah sel yang dihitung x 4000
3. Mikroalga pada fase eksponensial disentrifus untuk digunakan dalam
penelitian
3.1.2 Preparasi Inokulum
1. Bold Basal Medium diencerkan hingga 1000 mL
2. Larutan disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121˚C selama 15
menit
3. Mikroalga Chlorella sp sp dikultur dalam Bold Basal Medium
4. Kandungan lipid awal diuji dengan cara ekstraksi lipid metode Bligh-
Dyer. Uji dilakukan secara duplo untuk mendapatkan hasil akurat.
3.3.2 Preparasi Antibiotik
1. Sebanyak 300 mg chloramphenicol dilarutkan dalam 10 ml ethanol 70%.
2. Kemudian disaring dengan membran filter 0,2 mm untuk sterilisasi.
6

3. Setelah disterilisasi, antibiotik ditambahkan dalam medium sintetis


hingga konsentrasi akhir mencapai 30 μg/mL.
4. Larutan stok antibiotik dibungkus dengan parafilm dan disimpan pada
suhu 4˚C hingga digunakan kembali.
3.3.3 Peningkatan Produksi Lipid dengan Variasi Rasio C:N
1. Chlorella sp pada fase eksponensial diinokulasikan (2%, v/v) pada
empat erlenmeyer 250 mL yang masing-masing berisi 100 mL medium
cair.
2. Tiga erlenmeyer ditambahkan Na2CO3 dan KNO3 dengan perbandingan
berturut-turut 100:8, 100:10, dan 100:12 mg/L, sedangkan satu
erlenmeyer sebagai kontrol dengan tidak menambahkan Na2CO3 dan
KNO3.
3. Antibiotik chloramphenicol ditambahkan pada setiap erlenmeyer
sebanyak 1 mL.
4. Chlorella sp ditumbuhkan pada temperatur ±30ºC di bawah intensitas
cahaya 5000±300 lux yang berasal dari lampu LED white fluorescent
selama 20 hari untuk melihat hasil optimum.
5. Larutan diuji untuk ekstraksi lipid pada interval waktu 4, 8, 12, 16, 20
hari. Uji dilakukan secara duplo untuk mendapatkan hasil akurat.
6. Ekstraksi lipid dilakukan dengan metode Bligh-Dyer. Sel mikroalga
dipanen dan dihancurkan dengan mortar kemudian dipindahkan ke dalam
corong pemisah. Lipid diekstraksi dengan larutan kloroform metanol
(2:1, v/v) sehingga terpisah menjadi lapisan cairan kloroform dan
metanol. Tambahkan metanol dan air untuk menghasilkan rasio pelarut
akhir dari kloroform:metanol:air sebesar 1:1:0,9. Lapisan kloroform
dicuci dengan 20 mL larutan NaCl 5% dan diuapkan hingga kering. Total
lipid ditentukan secara gravimetri.
3.3.4 Peningkatan Produksi Lipid dengan Variasi Durasi Pencahayaan
1. Chlorella sp pada fase eksponensial diinokulasikan (2%, v/v) pada
empat erlenmeyer 250 mL yang masing-masing berisi 100 mL medium
cair dan rasio C:N optimum dari hasil sebelumnya.
2. Antibiotik chloramphenicol ditambahkan pada setiap erlenmeyer
sebanyak 1 mL.
3. Tiga erlenmeyer diberi perlakuan variasi durasi pencahayaan
(terang:gelap) masing-masing 24:0, 8:16, dan 16:8 jam.
4. Chlorella sp ditumbuhkan pada temperatur ±30ºC di bawah intensitas
cahaya 5000±300 lux yang berasal dari lampu LED white fluorescent
selama 20 hari untuk melihat hasil optimum.
5. Larutan diuji untuk ekstraksi lipid pada interval waktu 4, 8, 12, 16, 20
hari.
Secara keseluruhan diagram alir penelitian dan kegiatan dapat dilihat pada
Gambar 3.1 dan rangkaian alat percobaan pada Gambar 3.2.
7

Persiapan Penelitian

Kultivasi Chlorella sp di
Faperika UR

Analisa lipid awal Chlorella


sp dengan metode Bligh Dyer

Proses peningkatan lipid dengan:


- Variasi rasio C:N (100:8, 100:10, dan 100:12 mg/L)
- Variasi durasi pencahayaan (terang:gelap = 24:0,
16:8, dan 18:6 jam)

Analisa lipid dan


Pengolahan Data

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.2 Rangkaian Alat Percobaan


3.2 Luaran Penelitian
Luaran utama yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tercapainya peningkatan lipid pada mikrolaga Chlorella sp
2. Melihat pengaruh variasi rasio C:N dan durasi pencahayaan terhadap
peningkatan lipid mikroalga Chlorella sp
3.3 Indikator Capaian Penelitian
Indikator capaian pada setiap tahapan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1
berikut.
Tabel 3.1 Indikator Capaian Penelitian
No Tahapan Penelitian Indikator Capain
1. Uji kadar lipid awal Diperoleh kadar lipid awal logam Cr pada
8

pada Chlorella sp Chlorella sp sebelum dilakukan percobaan.


2. Proses peningkatan Diharapkan terjadi peningkatan kadar lipid
lipid pada Chlorella pada Chlorella sp sebelum perlakuan.
sp
4. Analisa dan Diketahui nilai optimum dari variasi rasio
Pengolahan Data C:N dan durasi pencahayaan yang hasilnya
disajikan dalam bentuk grafik.
5. Kesimpulan dan Pencantuman nilai optimum dari rasio C:N
Saran dan durasi pencahayaan dalam
meningkatkan lipid pada Chlorella sp.
3.4 Teknik Pengumpulan
Variasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rasio C:N dan durasi
pencahayaan. Tata cara pengujian sampel:
1. Menentukan kadar lipid awal sebelum perlakuan.
2. Menentukan kadar lipid setelah proses peningkatan lipid serta persentase
peningkatannya.
Pada percobaan, kadar lipid pada Chlorella sp akan ditingkatkan dengan
memvariasikan nutrient yaitu rasio C:N sebanyak 100:8, 100:10, dan 100:12
mg/L. Setelah didapatkan rasio C:N terbaik, kemudian kadar lipid kembali
ditingkatkan dengan durasi pencahayaan (terang:gelap = 24:0, 16:8, dan 18:6
jam).
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Percobaan yang telah dilakukan selanjutnya dilakukan uji lipid dengan
metode Bligh-Dyer. Data hasil penelitian diplotkan ke dalam grafik dengan
hubungan variasi (rasio C:N dan durasi pencahayaan) terhadap persentase
peningkatan lipid. Dari grafik dapat disimpulkan berapa rasio C:N dan durasi
pencahayaan optimum terhadap peningkatan lipid Chlorella sp.
3.6 Teknik Penarikan Kesimpulan
Hipotesa awal dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi rasio
C:N dan durasi pencahayaan terhadap peningkatan lipid pada Chlorella sp, nilai
yang diperoleh dari percobaan akan dicantumkan pada bagian kesimpulan sebagai
inti dari penelitian yang telah dilakukan.

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1 Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1 Peralatan penunjang 3.915.000
2 Bahan habis pakai 4.915.000
3 Perjalanan 1.000.000
4 Lain-lain 1.700.000
Total 11.530.000
9

4.2 Jadwal Kegiatan


Minggu ke
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan alat dan bahan
2 Melakukan percobaan
3 Pengolahan dan
pembahasan data
4 Pembuatan laporan

Daftar Pustaka

Agustina, Rina.,2005, Formulasi SediaanPelembab Bibir (Lip Balm)dengan


Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.), Skripsi JurusanFarmasi
FMIPA Universitas Padjadjaran, Jatinangor, 19-25.
Ahlgren, G., Hyenstrand, P., 2003. Nitrogen limitation effects of different
nitrogen sources on the nutritional quality of two freshwater organisms,
Scenedesmus quadricauda (Chlorophyceae) and Synechococcus sp.
(Cyanophyceae). J. Phycol, 39, 906–917.
Alvarez, Antonio M. Rabasco and Maria Luisa Gonzales Rodriguez. 2000. Lipids
in pharmaceutical and cosmetic preparations. Grasas y Aceltes, 51, 74-96.
Anna Poedjiadi dan F.M. Titin Supriyanti. 1994. Dasar-Dasar Biokimia.UI- Press.
Jakarta.
Baird, M. E and Jason H. M. 2004. “On Realating Physical Limits to The Carbon:
Nitrogen Ratio of Unicelluler Algae and Benthic Plants”. Journal of
Marine System, Vol 49, 169-175.
Balsam, M.S. 1972. Cosmetic Science and Technology Second Edition. London:
Jhon Willy and Son, Inc. Hal. 64
Banerjee, A., Sharma, R., Chisti, Y., Benerjee, U.C., 2002. Botryococcus braunii:
A renewable source of hydrocarbons and other chemicals. Crit. Rev.
Biotechnol, 22(3), 245–279.
Becker E.W., 1994., Oil Production. Microalgae Biotechnology and
Microbiology. Cambridge University Press.
Biondi and Tredici. 2011. Algae and Aquatic Biomass for a Sustainable
Production of 2nd Generation Biofuels. UNIFI, 148 – 150.
Bold,H.C, dan Wynne,M.J. (1980), Introduction To The Algae, Second Edition,
Pretice-Hall Mc. Engelwood Cliffs, New York.
Chiu, Sheng-Yi., Chien-YaKao., Tsai-Yu Chen., et al. 2015. Cultivation of
microalgalChlorella for biomass and lipid production using wastewater as
nutrient resource.Journal of Bioresource Technology, 184, 179-189.
Christi, J., 2007, Biodisel From Microalga., Biotechnology Advances, (25) 294-
06. Cisneros.
Dayananda, C., Sarada, R., Bhattacharya, S., Ravishankar, G.A., 2005. Effect of
mediaand culture conditions on growth and hydrocarbon production
fromBotryococcus braunii. Process Biochem, 40, 3125–3131.
10

Elianne, Claudia Inggrid. 2012. efek pencahayaan terhadap produksi biomassa


Nannochloropsis Sp. Skripsi Sarjana. Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia.
Hasanudin. 2014. Pengaruh Perbedaan Intensitas Cahaya Terhadap
Pertumbuhan Dan Kadar Lipid Mikroalga Scenedesmus Sp. yang
dibudidayakan Pada Limbah Cair Tapioka. Fakultas Sains dan teknologi,
UIN Maulana Ibrahim Malang.
Kawaroe et al. 2010. Mikroalga Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bio
Bahan Bakar. Bogor: IPB Press.
Mashaghi S, Jadidi T, Koenderink G and Mashaghi A.2013. Lipid Nanotechnology.
Int. J. Mol. Sci;14(2):4242–4282.
Othmer, K..1971. Encyclopedia of Chemical Technology ed. The International
Global Buku I, vol. 12, 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Prince, R.C dan S.K. Haroon. 2005. The Photobiological Production of Hydrogen:
Potential efficiency and Effectiveness as a Renewable Fuel. Crit. Rev.
Microbiol, 31:1931.
Septiani, Dian., Slamet, Agus dan Hermana. 2014. Pengaruh Konsentrasi Substrat
terhadap Laju Pertumbuhan Alga dan Bakteri Heterotropik pada Sistem
HRAR.JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-
3539.
Rachmaniah, Orchiden., Reni Dwi Setyarini, dan Lailatul Maulida. 2010.
Pemilihan Metode Ekstraksi Minyak Alga dari Chlorella sp dan
Prediksinya sebagai Biodiesel. Seminar Teknik Kimia Soehadi
Reksowardojo.
Ritter, P., 1996, Biochemistry: A Foundation, Brooks/Cole Publishing Company,
California.
Sheehan, J., T. Dunahay, J. Benemann,P. Roessler .1998. A look Backat The U.S.
Department ofEnergy’s Aquatic Species Program: Biodiesel from Algae.
National Renewable Energy Laboratory: Colorado USA.
Stanley, M. 2000. Enviromental Chemistry Seventh Edition. CRC Press LLC.
USA. hal 149-150.
Susanti, Wulan., dkk. 2011. Kelarutan Lipid Serta Pengaruh Emulgator Terhdap
Kelarutan Lipid. Jurnal Biokimia Praktikum ke-3. Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah.
Widjaja, Arief., Chao-Chang Chien., and Yi-Hsu Ju. 2009. Study of increasing
lipid production from fresh water microalgae Chlorella vulgaris. Journal
of the Taiwan Institute of Chemical Engineers, 40, 13-20.
Zielinska, Aleksandra and Izabela Nowak. 2014. Fatty Acids in vegetable oils and
their importance in cosmetic industry. Chemik, 2, 103-110.

Anda mungkin juga menyukai