Dosen Pengampu :
Dr. Abdul Ghani, M.Si.
Disusun oleh :
Kelompok 1 A
Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Guna Memenuhi Persyaratan
Mengikuti Matakuliah Kimia Atsiri
Penulisan makalah ini bertujuan untuk melengkapi salah satu tugas mata
kuliah kimia Atsiri dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi ilmu
tambahan baik bagi penulis maupun bagi pembaca. Penulisan makalah ini dapat
berjalan lancar berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Abdul Gani, M.Si. sebagai
dosen pembimbing mata kuliah kimia atsiri yang telah membimbing dalam
penyusunan makalah ini. Serta kepada seluruh pihak yang telah ikut serta
membantu.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan
makalah ini dan penulis menyadari dalam menulis makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, berbagai kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan oleh penulis guna untuk perbaikan di masa yang
akan datang.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatatuh
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 9
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................39
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
4
minyak nilam adalah dengan penyulingan air dan uap atau dikukus. Cara ini
biasa dilakukan untuk skala kecil, sedangkan untuk skala industri
menggunakan cara penyulingan uap. Penyulingan terna daun nilam untuk
mendapatkan minyak atsiri dilakukan antara 6-8 jam. (Hayani, 2005)
Telah banyak penelitian yang dilakukan dalam mengekstrak minyak
nilam. Diantaranya Steam Distillation (Yahya and Yunus, 2013) yang
menghasilkan kesimpulan semakin lama waktu ekstraksi maka yield akan
semakin besar hingga waktu ekstraksi 10 jam dengan sampel daun nilam yang
dihaluskan. Microwave air-hydrodistillation dan microwave hydrodistillation
(Kusuma, Altway and Mahfud, 2017) yang menghasilkan kesimpulan bahwa
metode microwave airhydrodistillation (MAHD) menghasilkan yield yang
lebih besar daripada microwave hydrodistillation (MHD). Solvent free
microwave extraction (Kusuma, Altway and Mahfud, 2017) yang
menghasilkan kesimpulan bahwa metode solvent free microwave extraction
menghasilkan yield yang lebih besar dari pada metode microwave
hydrodistillation pada waktu ekstraksi yang sama yaitu 3 jam.
Namun, metode-metode diatas masih dilakukan dalam skala laboratorium,
sehingga keakuratannya teruji masih dalam skala laboratorium. Oleh karena
itu perlu adanya suatu inovasi untuk meningkatkan skala metode tersebut
adanya suatu metode isolasi minyak nilam yang efektif dan efisien dalam
menghasilkan yield maupun kualitas minyak yang baik yaitu dengan
menggunakan metode air-hydrodistillation (AHD). Penambahan udara (air)
pada proses ekstraksi diperuntukkan meningkatkan yield minyak. Seperti
yang diketahui, minyak nilam dapat digolongkan dalam minyak berat.
Dengan penambahan udara, 3 dapat membantu mengangkat heavy fraction
pada nilam (Kusuma, Altway and Mahfud, 2017). Dengan adanya alat dan
metode ekstraksi minyak nilam dalam skala yang lebih besar, maka hal ini
dapat diaplikasi petani nilam untuk meningkatkan harga jual nilam.
Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaan alamnya,
terutama keanekaragaman tumbuhan yang dapat dikembangkan sebagai salah
satu sumber obat tradisional. Obat tradisional berasal dari alam, baik dari
tumbuhan, hewan maupun bahan-bahan mineral. Disamping pelayanan
5
kesehatan formal, pengobatan secara tradisional dan pemakaian obat
tradisional masih banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia secara luas
baik di daerah pedesaan maupun daerah perkotaan. Hal ini muncul sebagai
akibat banyak dijumpainya efek samping yang tidak dikehendaki dari
penggunaan obat kimia sintetis (Hargono, 1997). Selain itu penggunaan obat
tradisional lebih menguntungkan karena dapat diperoleh secara mudah, harga
yang relatif murah, dan pengolahan yang cukup sederhana. Agar pemakaian
obat tradisional dapat dipertanggungjawabkan, maka perlu dilakukan
berbagai macam penelitian, seperti mencari komponen aktifnya maupun efek
farmakologi dan keamanannya.
Minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya berujud cairan,
yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji,
maupun dari bunga dengan cara penyulingan. Meskipun kenyataan untuk
memperoleh minyak atsiri dapat menggunakan cara lain seperti ekstraksi
menggunakan pelarut organik atau dengan cara dipres (Sastrohamidjojo, H.,
2004). Beberapa minyak atsiri yang digunakan sebagai pewangi yaitu minyak
atsiri dari bunga kenanga, bunga mawar, jeruk manis, jeruk nipis dan lemon.
Selain itu minyak atsiri mampu bertindak sebagai bahan terapi (aroma terapi),
misalnya minyak atsiri dari selasih digunakan untuk aroma terapi penyakit
asma, sakit kepala, dan batuk (Agusta, 2000). Dalam bidang kesehatan
minyak atsiri dapat digunakan sebagai anti bakteri dan anti jamur yang kuat,
misalnya minyak atsiri daun sirih dapat menghambat pertumbuhan beberapa
bakteri; sebagai antiseptik, misalnya minyak atsiri adas, lavender dan
eukaliptus; meningkatkan aktivitas mental penggunanya (psikoaktif)
diantaranya minyak atsiri pala, dringo dan parsley; melindungi hati dari
kerusakan (hepatoprotektor) diantaranya minyak atsiri kenanga, lempuyang
gajah, lempuyang wangi dan lempuyang emprit (Agusta, 2000).
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil
minyak atsiri yang penting dalam menghasilkan devisa. Komponen utama
dari minyak nilam adalah alpha patchoulene minyak nilam mempunyai
manfaat sebagai antara lain: antidepresi, antiflogistik, antiseptik, afrodisiak,
astringen, anti jerawat, regenerasi sel kulit baru, deodoran, menurunkan berat
6
badan, tekanan darah, kolesterol dan racun dalam darah, penurun demam, dan
sebagai insektisida/penolak serangga seperti nyamuk, semut, dan lalat
(Djazuli, 2002).
Di Indonesia daerah sentra produksi tanaman nilam terdapat di Sumatera
Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Riau, dan Nangroe Aceh
Darussalam, kemudian berkembang di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Kalimantan Tengah dan daerah lainnya. Ada berapa varietas
daun nilam yang sangat potensial untuk diambil minyak atsiri , yaitu :
Pogostemon cablin Benth (nilam aceh), Pogostemon heyneanus Benth (nilam
jawa), Pogostemon hortensis Backer. Diantara ketiga jenis nilam tersebut
yang banyak dibudidayakan yaitu P.cablin Benth , karena kadar dan kualitas
minyaknya lebih tinggi dari varietas lainnya. Nilam Aceh diperkirakan daerah
asalnya Filipina atau Semenanjung Malaya. Setelah sekian lama berkembang
di Indonesia, tidak tertutup kemungkinan terjadi perubahan-perubahan dari
sifat dasarnya. Dari hasil eksplorasi ditemukan bermacam-macam tipe yang
berbeda baik karakteristik morfologinya, kandungan minyak, sifat kimia
minyak dan sifat ketahanannya terhadap penyakit dan kekeringan. Nilam
Aceh berkadar minyak tinggi (> 2,5 %) sedangkan nilam Jawa paling rendah
(< 2 %) (Nuryani, 2006).
Indonesia memasok sekitar 70-90% minyak nilam dunia dengan
total ekspor minyak nilam pada tahun 2008 sebesar 2.496 ton dan luas area
mencapai 21.716 ha yang tersebar di 11 provinsi. Volume ekspor minyak
nilam terus meningkat, dari tahun 2006 sebesar 2.100 ton dengan nilai US $
27.171 juta. Namun produksi minyak nilam di Indonesia masih terbatas dan
produksinya belum optimal. Minyak nilam merupakan komoditi ekspor non
migas. Minyak nilam ini sudah popular di kanca internasional namun hal ini
belum terkenal di Indonesia dan masih sedikit yang menanam atau berkebun
nilam. Padahal minyak nilam ini merupakan prospek bisnis yang menjanjikan
karena ditingkat internasional minyak nilam ini diminati oleh beberapa
Negara. Kebutuhan dunia akan minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam
saat ini berkisar 2000 – 3000 ton/tahun. Sebagian besar kebutuhan ini disuplai
dari Indonesia. Minyak nilam oleh Negara konsumen digunakan sebagai
7
bahan pengikat dalam industri minyak wangi atau dalam industri kosmetik
lainnya. Nilam biasanya diekspor dalam bentuk minyak atsiri kasar atau yang
telah dimurnikan. Penambahan luas areal dan produksi nilam tidak sebanding
dengan kemampuan permintaan pasar menyebabkan kenaikan harga minyak
nilam dunia (Sukamto dkk. 2008 dalam Dzajuli, 2010).
Minyak atsiri sebagian besar diambil dari berbagai jenis tanaman
penghasil minyak atsiri, salah satunya minyak nilam (Pogostemon cablin
benth) (Sariadi, 2012). Minyak nilam (patchouli oil) adalah minyak atsiri
yang diperoleh dari hasil penyulingan daun, batang dan cabang tanaman
nilam. Minyak ini merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang fungsinya
dalam industri sabun,kosmetika, dan industri parfum, yang tidak dapat
digantikan oleh zat sintetik karena sangat berperan dalam menentukan
kekuatan, sifat dan ketahanan wangi. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang
dapat mengikat bau wangi bahan pewangi lain (fiksatif) dan sekaligus
membentuk bau yang harmonis dalam suatu campuran (Harunsyah, 2011).
salah satunya tanaman nilam diantaranya telah dilakukan oleh Hariyani
dkk (2015) yang meneliti tentang Pengaruh Umur Panen Terhadap Rendemen
dan Kualitas Minyak Atsiri Tanaman Nilam (Pogestemon cablin Banth) yang
menyimpulkan bahwa 4 bulan setelah tanam dan 4 bulan setelah panen adalah
umur panen yang paling optimal dari segi bobot kering maupun rendemen
pada daun cabang serta total. Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh M.
Daud et all (2019) yang meneliti tentang Produksi dan Rendemen
Pengelolaan nilam (Pogestemon cablin Banth) menyimpulkan bahwa
produksi rata-rata tanaman nilam sekali panen 430 kg/panen dengan luas
lahan rata-rata 0,29 ha dan frekuensi pemanenan nilam 2 kali, rendemen
minyak nilam berkisar antara 2,88 - 3,19 % dengan rata-rata 3,00 %.
Distilasi merupakan salah satu cara isolasi minyak atsiri yang paling sering
digunakan. Distilasi dibagi menjadi 3 macam yaitu penyulingan dengan air
(water distillation), penyulingan dengan air dan uap (water and steam
distillation) dan penyulingan dengan uap (steam distillation) (Taufiq, 2009).
Metode penyulingan dengan air dan uap lebih sering digunakan karena
kualitas minyak atsiri yang diperoleh lebih baik dibanding penyulingan
8
dengan air dan biaya yang dibutuhkan lebih rendah dibanding penyulingan
dengan uap. Minyak atsiri dari daun Nilam dapat diketahui dengan
mengidentifikasi sifat-sifat fisika dari hasil isolasi yang diperoleh, yaitu
meliputi bobot jenis, indeks bias, kelarutan dalam etanol 90% dan rotasi
optik.
9
BAB II
PEMBAHASAN
10
karakteristik morfologinya, kandungan minyak, sifat kimia minyak dan
sifat ketahanannya terhadap penyakit dan kekeringan. Nilam Aceh
berkadar minyak tinggi (> 2,5%) sedangkan nilam Jawa rendah (< 2%).
(Disbun Jatim, 2013) Disamping nilam Aceh, di beberapa daerah di Jawa
Tengah dan Jawa Timur petani mengusahakan juga nilam Jawa. Nilam
Jawa berasal dari India, disebut juga nilam kembang karena dapat
berbunga. Ciri-ciri spesifik yang dapat membedakan nilam Jawa dan nilam
Aceh secara visual yaitu pada daunnya. Permukaan daun nilam Aceh halus
sedangkan nilam Jawa kasar. Tepi daun nilam Aceh bergerigi tumpul,
Budidaya Tanaman Nila pada nilam Jawa bergerigi runcing, ujung daun
nilam Aceh runcing, nilam Jawa meruncing. Nilam jawa lebih toleran
terhadap nematoda dan penyakit layu bakteri dibandingkan nilam Aceh,
karena antara lain disebabkan oleh kandungan fenol dan ligninnya lebih
tinggi dari pada nilam Aceh. (Disbun Jatim, 2013)
Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal sebagai
minyak Patchouli ( dalam bahasa tamil Patchai (hijau) dan Ellai (daun),
karena minyaknya disuling dari daun ). Nilam adalah salah satu produk
minyak atsiri, minyal atsiri ini dapat bersumber dari setiap bagian tanaman
yaitu daun, bunga, biji, buah, batang, kulit dan akar. Untuk tanaman nilam,
minyak atsirinya banyak diambil dari daun.
11
Klasifikasi ilmiah dari tanaman nilam sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Labiatales
Famili : Labiatae
Genus : Pogostemon
Spesies : Pogostemon cablin Bent
Nama binomial : Pogostemon cablin Benth
(Gunawan dan Mulyani, 2004).
Tanaman nilam merupakan tanaman perdu yang tingginyanya bisa
mencapai lebih dari 1 meter. Perakaran tanaman nilam adalah akar serabut
yang wangi dan 10 tumbuhnya menjalar didalam tanah. Akar-akar
sekunder tanaman nilam yang sudah dewasa menyebar sekitar 20-30 cm di
bawah permukaan tanah. Tanaman nilam yang berasal dari perbanyakan
vegetatif (stek)biasanya memiliki akar serabut yang lebih kuat sehingga
dapat berdiri tegak dan kuat. (Firmanto, 2009).
Menurut Sarifudin (2010, h.4) tanaman nilam (pogostemon cablin
benth) merupakan tanaman perkebunan yang memiliki prospek yang
cukup cerah. Hasil yang diperoleh dari tanaman nilam adalah berupa
minyak nilam yang dihasilkan dengan proses penyulingan daun dan
ranting tanaman nilam.
Gambar 2. a. Tanaman nilam Aceh b.(b1) daun, (b2) tangkai daun, (b3) batang.
12
Batang tanaman nilam yaitu berkayu yang panjangnya kira-kira 20 –
40 cm dengan diameter sekitar 10 – 20mm. Sistem percabangan tanaman
nilam bertingkat mengelilingi batang, biasanya 3 – 5cabang per-tingkat
dan cabang berjumlah banyak. Tinggi tanaman nilam bisa mencapai 1
meter lebih dengan radius cabang selebar kurang lebih 60 cm jika tanaman
sudah berumur 6 bulan.
Daun tanaman nilam berbentuk bulat oval hingga bulat panjang
(lonjong) dan menyerupai jantung. Ukuran daun ini sekitar 5 – 10cm.
Daun yang berwarna hijau ini tipis dan tidak kaku, permukaan daun bagian
atas terdapat bulu-bulu dan kasar. Letak duduk daun saling berhadap-
hadapan, bagian ujung daun tumpul dan urat daun menonjol keluar,
sebagian besar daun yang melekat pada ranting hampir selalu berpasangan
satu sama lain. Daun diremas akan tercium bau harum, dan pada jaman
dahulu masyarakat menjadikan daun nilam sebagai pengganti sabun dan
sekaligus untuk memberikan bau wangi, (Mangun, 2008).
Tanaman nilam jarang berbunga, bahkan ketika penanamannya
diharapkan tidak mencapai proses generatif karena mengurangi jumlah
dari minyak atsisrinya. Bunga tanaman nilam tumbuh di ujung tangkai,
bergerombol dan memiliki karakteristik warna ungu kemerahan. Tangkai
bunga memiliki panjang antara 2 – 8cm dengan diameter antara 1 – 15 cm
dengan mahkota berbentuk pipa berukuran 8 mm dengan stilus dan dua
stigma.Buah atau biji berbentuk menyerupai polong berjumlah 4 dan
berukuran kecil.
Nilam merupakan jenis tanaman perdu yang rendah bercabang-
cabang dekat dengan permukaan tanah, tidak mempunyai batang yang
tegak, dan termasuk jenis rerumputan. Nama latinnya Pogostemon cablin
Benth, daunnya berbau harum. Tanaman berasal dari India dan Cina ini
tumbuh sebagai bagian dari semak-semak di pinggir kebun atau hutan di
Indonesia. Nilam di ambil minyaknya, daun beserta ikutannya berupa
ranting-ranting kecil di rebus lalu uap/asapnya di suling menjadi minyak
nilam, sejenis minyak atsiri. Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth)
13
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting,
menyumbang devisa lebih dari 50 % dari total ekspor minyak atsiri
Indonesia. Hampir seluruh pertanaman nilam di Indonesia merupakan
pertanaman rakyat yang melibatkan 36.461 kepala keluarga petani (Ditjen
Bina Produksi Perkebunan, 2004).
Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran
dunia dengan kontribusi 90 %. Ekspor minyak nilam pada tahun 2002
sebesar 1.295 dengan nilai US $ 22,5 juta (Ditjen Bina Produksi
Perkebunan, 2004). Sebagian besar produk minyak nilam di ekspor untuk
di pergunakan dalam industri parfum, kosmetik, antiseptik dan insektisida
(Mardiningsih et al., 1995). Dengan berkembangnya pengobatan dengan
aromaterapi, penggunaan minyak nilam dalam aromaterapi sangat
bermanfaat selain penyembuhan fisik juga mental dan emosional. Selain
itu, minyak nilam bersifat fixatif (mengikat minyak atsiri lainnya) yang
sampai sekarang belum ada produk substitusinya, (Ibnusantosa, 2000).
Pogostemon cablin Benth sering juga di sebut nilam Aceh, jenis
nilam ini termasuk famili Labiate yaitu kelompok tanaman yang
mempunyai aroma yang mirip satu sama lain. Di antara jenis nilam, yang
di usahakan secara komersial adalah varietas Pogostemon cablin Benth.
Jenis ini sebenarnya dari Filipina, yang kemudian berkembang ke
Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia, dan Indonesia, (Sudaryani,
2004).
Menurut Trease dan Evan (Hamid dan Syarif, 1992), tanaman nilam
meliputi tiga spesies, yaitu Pogostemon cablin Benth, Pogostemon
hortensis dan Pogostemon heyneanus.
a. Pogostemon cablin Benth
Pogostemon cablin sering juga di sebut Nilam Aceh. Jenis nilam ini
termasuk famili Labiate yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma
yang mirip satu sama lain. Di antara jenis nilam, yang di usahakan secara
komersial adalah varietas Pogostemon cablin Benth. Jenis ini sebenarnya
dari Filipina, yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar,
Paraguay, Brazilia dan Indonesia (Sudaryani, 2004).
14
b. Pogostemon heyneanus
Sering juga di namakan Nilam Jawa atau Nilam hutan. Jenis ini berasal
dari India, banyak tumbuh liar di hutan pulau Jawa. Jenis ini berbunga,
karena itu kandungan minyaknya rendah yaitu 0,50 – 1,5 %. Di samping
itu minyak nilam dari tanaman ini komposisi minyaknya kurang
mendapatkan pasaran dalam perdagangan (Sudaryani, 2004). 11
c. Pogostemon hortensis
Di sebut juga nilam sabun Karena bisa di gunakan untuk mencuci
pakaian.Jenis nilam ini hanya terdapat di daerah Banten.Bentuk
Pogostemon hortensis ini mirip dengan nilam Jawa, tetapi tidak berbunga.
Kandungan minyaknya 0,5 – 1,5 %, komposisi minyak yang di hasilkan
jelek sehingga untuk jenis nilam ini juga kurang mendapatkan pasaran
dalam perdagangan (Sudaryani, 2004).
Di antara ketiga jenis nilam tersebut yang banyak di budidayakan yaitu
Pogostemon cablin Benth (nilam aceh), karena kadar dan kualitas
minyaknya lebih tinggi dari varietas lainnya. Nilam aceh di perkirakan
daerah asalnya Filipina atau Semenanjung Malaysia. Setelah sekian lama
berkembang di Indonesia, tidak tertutup kemungkinan terjadi perubahan-
perubahan dari sifat dasarnya. Dari hasil eksplorasi di temukan bermacam-
macam tipe yang berbeda baik karakteristik morfologinya, kandungan
minyak, sifat kimia minyak dan sifat ketahanannya terhadap penyakit dan
kekeringan.
Tanaman nilam (Pogostemin patchouli) disebut juga sebagai
Pogostemon cablin Benth merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus
dan berbatang segi empat. Daun kering tanaman ini disuling untuk
mendapatkan minyak nilam (patchouli oil) yang banyak digunakan dalam
berbagai kegiatan industri. Fungsi utama minyak nilam sebagai bahan baku
(fiksatif) dari komponen kandungan utamanya yaitu patchouli alkohol
(C15H26) dan sebagai bahan pengendali penerbang (eteris) untuk
wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama.
Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai bahan campuran produk 12
kosmetik (diantaranya untuk pembuatan sabun, pasta gigi, sampoo, lotion,
15
dan deodorant), kebutuhan industri makanan (di antaranya untuk essence
atau penambah rasa), kebutuhan farmasi (untuk pembuatan anti radang,
antifungi, anti serangga, afrodisiak, anti inflamasi, antidepresi,
antiflogistik, serta dekongestan), kebutuhan aroma terapi, bahan baku
compound dan pengawetan barang, serta berbagai kebutuhan industri
lainnya (Mangun, 2008).
16
benzaldehid, karyofilen, patchoulena, bulnesen dan patchouli alkohol
(Ketaren, 1985).
Fungsi utama minyak nilam sebagai bahan baku pengikat (fiksatif)
dari kandungan utamanya patchouli alcohol (C15H26) dan sebagai bahan
pengendali penerbang (eteris) untuk wewangian (Parfum) agar aroma
keharumannya bertahan lebih lama. Selain itu, minyak nilam digunakan
sebagai salah satu bahan campuran produk kosmetik (di antaranya untuk
pembuatan sabun, pasta gigi, sampo, lotion dan deodorant), kebutuhan
industri makanan (di antaranya untuk essence atau penambah rasa),
kebutuhan farmasi (untuk pembuatan obat anti 15 radang, antifungi,
antiserangga, serta dekongestan), kebutuhan aroma terapi, bahan baku
compound dan pengawet barang, serta berbagai kebutuhan industri lainnya
(Mangun, 2008). Minyak nilam mempunyai banyak keunggulan. Selain
bermanfaat bagi berbagai ragam kebutuhan industri, masa panen tanaman
nilam relaif singkat dan pengendalian tanaman relative mudah dan potensi
pasarnya sudah jelas. Pola perdagangan minyak nilam tidak terkena kuota
ekspor dan sampai saat ini belum ditemukan bahan sintetis atau bahan
pengganti yang dapat menyamai manfaat minyak nilam ini. Oleh sebab itu,
kondisi dan potensi minyak nilam tersebut merupakan basic power
(Mangun, 2008).
17
menjadi kurang elastis dan mudah sobek. Sebagian besar bagian dari
nilam mengandung mengandung minyak, minyak, seperti seperti akar,
batang, batang, cabang, cabang, dan daun. Namun kandungan minyak
dala Namun kandungan minyak dalam daun lebih tinggi daripada
cabang, batang, dan akarnya.
Alat yang biasanya digunakan pada saat panen adalah sabit,
gunting, atau pisau yang tajam. Alat harus selalu bersih pada saat
proses panen berlangsung. Pemotongan cabang/ranting tingkat pertama
ditinggalkan untuk pertumbuhan ranting dan daun baru.
2. Pascapanen
Pascapanen merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setelah
pemanenan. Pada nilam, kegiatan pasca panen terdiri dari penjemuran
hasil panen dan perawatan tanaman. Hasil panen berupa daun basah
yang terdiri dari daun, ranting, dahan dan batang sebaiknya
dipotong/dicincang/dirajang sepanjang 10 - 15 cm. Pemotongan
dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan gunting. Setelah
itu, dijemur dibawah sinar matahari langsung sekitar 4 kemudian di
angin-anginkan dengan ketebalan lapisan maksimal 50 cm ditempat
teduh selama 2-3 hari. Lapisan daun dibolak balik sebanyak 2-3 kali
sehari hingga diperoleh kadar air sebesar rata-rata 15%. Kadar air
dalam daun nilam ini harus dipertahankan sampai proses penyulingan
berlangsung.
3. Penyulingan Nilam
Penyulingan merupakan rangkaian proses dalam aktivitas budidaya
tanaman. Pada umumnya penyulingan dapat dilakukan dengan tiga
cara yaitu : Penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap tidak
langsung, dan penyulingan dengan uap langsung. Proses yang
dilakukan oleh perusahaan adalah penyulingan uap tidak langsung.
Sebagian besar penyulingan dengan uap tidak langsung menggunakan
kayu bakar untuk memasak ketel uap, namun dalam hal ini bisa
digunakan heater yang membutuhkan tenaga listrik untuk menghasikan
panas. Hasil minyak yang akan diperoleh dari proses penyulingan
merupakan output yang akan dijual dan dinilai serta dijadikan standar
keberhasilan usaha. Mutu minyak nilam serta rendemen yang sesuai
kriteria sangat dipengaruhi oleh jenis mesin dan sistem penyulingan
yang digunakan.
Prinsip dasar dari penyulingan dengan uap tidak langsung adalah
penggunaan uap bertekanan tinggi. Tabung pendidih dipisahkan dari
tabung penyulingan. Artinya tabung air tersendiri dan tabung tempat
bahan yang disuling juga tersendiri. Jumlah tabung badan dapat
18
ditempatkan beberapa buah secara terpisah, sesuai kapasitas dari ketel
uap (boiller) dengan kapasitas ketel tempat (boiller) dengan kapasitas
ketel tempat bahan atau daun kering. Dalam hal daun kering
perusahaan masih menggunakan satu tabung bahan baku (ketel)
dengan kapasitas 30 Kg. Metode ini menghasilkan minyak berkualitas
dengan rendemen tinggi. Selain itu, proses penyulingan berjalan
relatif lebih cepat yaitu hanya 3 jam. Dalam satu hari proses
penyulingan dilakukan sebanyak empat kali. Dimana dalam satu kali
produksi menghasilkan minyak nilam sebanyak 0,9 Kg.
Mekanisme penyulingan dilakukan dengan memanaskan air dalam
tabung untuk menghasilkan uap yang dilengkapi dengan pipa saluran
pengisi air, indikator volume air, tekanan uap, serta pipa saluran uap
yang menuju ketel suling. Fungsi indikator tekanan uap untuk
mengontrol besar kecilnya tekanan uap yang dihasilkan oleh tabung
uap. Tabung uap atau boiller dilengkapi instrumen pipa pengaman
dalam bentuk saluran buang uap yang disertai keran buka-tutup. Pada
suhu 92ᵒ C boiller akan menghasilkan uap panas dan tekanan tinggi
untuk mengaliri seluruh bagian daun yang disuling. Uap akan
melakukan reaksi dengan daun yang disuling sehingga unsur minyak
pada daun, ranting, dan akar akan ikut menguap melalui pori-pori dari
bahan yang di suling.
Selanjutnya minyak akan terbawa oleh uap air menuju pipa
kondensor yang akan mencair menjadi cairan minyak dan air. Untuk
menjaga pemisahan air dan minyak dalam kondisi baik, maka dibuat
pipa kontrol pemisahan sebelum minyak dan air tersebut menuju
penampung terakhir. Oleh karena itu diperlukan lagi saringan yang
lazim digunakan oleh para penyuling. Hasil akhir dari penyulingan
diperoleh minyak nilam yang berkualitas dengan rendemen tinggi.
19
Gambar proses penyulingan minyak nilam dengan uap tidak langsung
4. Pengemasan
Setelah dilakukan pemisahan minyak yang sempurna, maka
produk akhir minyak nilam murni siap ditampung dalam wadah dan
dilakukan pengemasan. Bahan kemasan harus memenuhi persyaratan
umum yaitu :
1. Bentuk dan rupa yang menarik
2. Kuat
3. Mudah dipakai
4. Tidak beracun
5. Tidak mudah meledak karena tekanan
20
6. Dapat menjamin mutu produk yang dikemas
Selain itu persyaratan umum, bahan kemasan yang digunakan
untuk minyak atsiri termasuk minyak nilam memerlukan persyaratan
khusus yaitu:
1. Bahan kemasan tidak bereaksi dengan minyak atsiri
2. Tutup kemasan sangat rapat sehingga tidak mudah menguap
3. Tidak dilalui cahaya
4. Tidak dipengaruhi oleh faktor air, panas, cahaya dan oksigen
5. Bersifat insulator panas.
Upaya peningkatan produksi dan kualitas nilam Indonesia perlu
dilakukan, mengingat masih kurangnya penerapan teknologi budidaya
komuditas nilam oleh petani yang menyebabkan rendahnya produksi dan
kualitas daun nilam. Selain itu juga perlu perbaikan cara penanganan bahan
baku dan proses penyulingan hingga menjadi minyak nilam. Produktivitas
bahan segar nilam mengalami penurunan, hal tersebut terlihat dari
pengembangan produktivitas nilam di Indonesia selama tahun 2004-2008.
Pada tahun 2004 produktivitas bahan segar nilam di Indonesia sebesar
103.42 kg/ha, tapi tingkat produktivitas bahan segar nilam pada tahun 2008
menurun menjadi 83.05 kg/ha (Pusat data dan informasi pertanian, 2010).
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya produksi dan mutu nilam
Indonesia, selain teknologi, mutu genetik tanaman, budidaya yang tidak
intensif, bibit yang kurang baik, juga cara pemanenan, pascapanen dan
penyulingan minyak nilam yang masih jauh dari sempurna (Nuriyani, 2006).
Adapun kerangka pikirnya dapat di lihat pada gambar berikut:
Nilam
Minyak Atsiri
Produktivitas 21
Nilam dan Minyak Nilam
Gambar Kerangka Pikir Potensi Minyak Nilam
22
4 Kelarutan Larutan Jernih atau
dalam etanol - opalensi ringan dalam
90% pada perbandingan volume
o
suhu 20 C 1:10
5 Bilangan Asam - Maks 8
6 Bilangan Ester - Maks 20
7 Putaran Optik - (-48o) – (-65o)
8 Patchouli Min 30
Alcohol %
(C15H26O)
9 Alpha Copaene Maks 0,5
(C15H24) %
10 Kandungan Maks 25
mg/kg
besi (Fe)
23
Benzaldehid - 178,00 106,15
Sinnamaldehid - 68-80 132,15
a. Patchouli Alcohol
Patchouli alcohol (C15H26O) merupakan senyawa utama
penyusun minyak nilam yang termasuk golongan sesquiterpene. Patchouli
alcohol meleleh pada suhu 55-580C, mendidih pada suhu 2870C, tidak
larut dalam air, larut dalam alkohol, eter, dan pelarut organik lainnya.
Senyawa yang memiliki nama IUPAC (1R,4S,4aS,6R,8aS)-Octahydro-
4,8a,9,9-tetramethyl-1,6-methanonaph-thalen-1(2H)-ol ini merupakan
senyawa trisiklik tersier seskuiterpen alkohol (tricyclic tertiary
sesquiterpene alcohol).
24
5 Boiling Point o
C 140oC pada 8 mmHg
6 Bilangan Ester o
C 287 - 288 pada 760 mmHg
7 Tekanan Uap - 0,000278 mmHg pada 25oC
8 Flash Point o
F 215
9 Kelarutan dalam mg/l 42,87 pada 25oC
alkohol
25
ini, tidak lagi bingung dalam soal biaya; b. Membuat program-
program untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani
dalam melakukan agribisnis minyak nilam, c. Memperhatikan
peraturan-peraturan hukum, yang bisa membantu perkembangan
agribisnis minyak nilam.
2. Dalam menjalankan usaha agribisnis minyak nilam ini, petani harus
mulai peduli dengan standar mutu. Dalam menjalankan agribisnis
minyak nilam, petani harus memilki dan mengikuti SOP yang sesuai
standar Internasional.
3. Kerjasama antar semua stakeholder agribisnis minyak nilam.
26
secara fisik memerlukan peralatan penunjang yang cukup spesifik (Hernani
dan Warwati, 2006).
27
senyawa pengkelat (chelating agent) yang digunakan seperti: asam oksalat,
asam sitrat, asam tartarat dan EDTA. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kecerahan warna minyak nilam hasil distilasi vakum dengan
pengkelatan. Dalam penelitian ini digunakan senyawa pengkelat asam sitrat
dari hasil distilasi vakum.
28
dengan minyak cedar, yang digunakan untuk memalsukan minyak nilam.
Cara untuk membedakan keduanya, dengan cara disaring di kertas saring,
simpan selama beberapa hari, sampai tercium bau minyak cedarnya.
Daun nilam yang disimpan di antara lipatan-lipatan buku dapat
mencegah kedatangan serangga. Dahulu, di Semenanjung Malaya, daunnya
dipakai untuk mewangikan tanaman. Dipakai pula untuk membuat parfum
di Asia Selatan. Digunakannnya minyak nilam sebagai parfum, karena
mempunyai aroma woodsy, untuk meningkatkan semangat. Karena punya
efek menenangkan, dipakai pula untuk mengharumkan kamar tidur, yang
berefek menenangkan dan membuat tidur menjadi lebih nyenyak. Minyak
nilam juga dipakai untuk menghambat perkembangan jamur dan mikrob.
Dalam ayurveda, minyak nila juga dipakai pertolongan pertama dalam
mengobati orang yang digigit ular.Minyak nilam juga terpakai untuk
minyak rambut, anti-jerawat, obat eksem, dan anti-jamur.
Penggunaan minyak nilam yang dicampur dalam sampo herbal juga
berguna dalam menyembuhkan ketombe. Untuk melindungi pakaian wol
atau sutra dari ngengat, semut, dll, bisa diletakkan daun nilam dalam lemari.
Di Eropa dan Amerika, karena sifat nilam yang mengikat, bisa dipakai
sebagai parfum. Air rebusan daun nilam pun bisa juga diminum untuk
mengobati obat batuk dan asma. Rebusan daun juga bermanfaat untuk bisul.
Akarnya dipakai untuk mengobati reumatik. Daun nilam pun dipakai untuk
menyedapkan makanan.
Menurut penelitian ilmiah, senyawa α-bulnesene dalam minyak nilam
mempunyai manfaat untuk anti-peradangan. Patchoulol dan α-patchoulene
dipakai pula untuk anti-jamur. Selain itu pula, minyak nilam pun juga
bermanfaat sebagai antidioksida
Nilam (Pogostemon cablin Benth.) adalah suatu semak tropis
penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan sama (minyak nilam).
Tanaman nilam menghasilkan minyak nilam melalui proses penyulingan
dan termasuk ke dalam salah satu jenis minyak atsiri yang dibutuhkan oleh
masyarakat yang memiliki sifat sebagai berikut :
Sukar menguap dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya
29
Larut dalam alcohol
Minyak dapat dicampur dengan minyak eteris lainnya
Minyak nilam punya banyak kegunaan, mulai dari pembunuh
serangga, hingga bermanfaat pula sebagai obat-obatan.
30
8. Anti serangga
9. Merangsang hormone
10. Menyembuhkan dan menghambat luka dari sengatan racun ular
berbisa
31
temperatur 100 oC selama 4 jam hingga diperoleh distilat. Distilat yang
mengandung minyak dan air dimasukkan dalam corong pisah. Lapisan air
yang beradapada bagian bawah pada corong pisah dipisahkan. Sehingga
diperoleh lapisan minyak nilam
32
saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air
berada tidak jauh di bawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan
berbagai cara, salah satunya yaitu dengan uap jenuh yang basah dan
bertekanan rendah. Ciri khas dari proses ini adalah sebagai berikut:
a. Uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas.
Metode ini pernah dipakai dalam mengekstrak minyak nilam oleh Yahya
(Yahya and Yunus, 2013) dengan hasil terbaik kadar patchouli alcohol
47% yang didapat pada variabel waktu 10 jam dan sampel yang
dihaluskan.
3. Metode Air-Hydrodistillation
33
1. Ekstraksi skala lebih besar, sehingga kemungkinan minyak yang ter-
recovery lebih besar.
2. Penggunaan udara diharapkan dapat mengangkat fraksi berat dalam
tanaman nilam.
3. Mudah diaplikasikan dalam kegiatan kemasyarakatan.
34
mutu ini juga dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pemalsuan dari minyak atsiri (Guenther,1987).
Dengan menggunakan GC-MS juga dapat digunakan untuk
mengetahui kadar untuk setiap komponen yang terkandung. Umumnya
hasil ekstraksi minyak nilam disesuaikan dengan standar kualitas SNI-
2385-2006 dan ISO 3757:2002. Untuk standar SNI-2385-2006, kadar
patchouli alcohol minimal yang harus dimiliki minyak nilam adalah 30%.
Sedangkan untuk ISO 3757:2002 nilai minimal patchouli alcohol adalah
35%
Minyak nilam yang digunakan dalam industri kosmetik maupun
farmasi biasanya dibuat dengan penyulingan uap langsung menggunakan
mesin khusus. Daun nilam yang telah berumur 6-8 bulan dipanen,
dikeringkan, lalu diekstraksi dengan mesin selama 4-5 jam.Meskipun
demikian, Anda juga bisa melakukan ekstraksi minyak nilam sederhana di
rumah dengan metode pengukusan. Langkah awalnya mirip dengan
ekstraksi yang dilakukan oleh pabrik, yakni harus menyiapkan daun nilam
yang berumur 6-8 bulan, kemudian mengeringkannya dengan cara
dijemur, lalu menjemurnya di bawah sinar matahari atau diangin-anginkan
hingga kering.Setelah itu, daun nilam yang telah kering dikukus selama 5-
6 jam hingga keluar minyaknya. Pisahkan minyak nilam tersebut dan air
bekas kukusan, kemudian kemas minyak dalam botol tertutup.
Kadar minyak atsiri yang diperoleh pada penelitian ini adalah 3,93%
sesuai dengan data yang terdapat dalam literatur yang menyatakan bahwa
kandungan minyak atsiri pada daun Nilam adalah 2,5-5%. Setelah
diketahui kadar minyak atsirinya, selanjutnya dilakukan identifikasi sifat-
sifat fisika dari hasil isolasi minyak atsiri pada daun Nilam tersebut.
Berdasarkan hasil uji organoleptik, minyak Nilam merupakan cairan
jernih berwarna kuning pucat serta memiliki bau khas tanaman Nilam dan
berdasarkan hasil identifikasi sifat fisika yang diperoleh, terdapat sedikit
perbedaan antara data hasil penelitian di laboratorium dengan data syarat
mutu minyak NIlam dalam literatur. Bobot jenis minyak Nilam pada suhu
25°C yang ditetapkan pada syarat mutu minyak Nilam adalah 0,950-0,975
35
dan bobot jenis yang diperoleh pada penelitian di laboratorium adalah
0,9450. Indeks bias minyak Nilam pada suhu 20°C yang ditetapkan dalam
syarat mutu adalah 1,507-1,515 dan indeks bias minyak Nilam yang
diperoleh pada penelitian di laboratorium adalah 1,36889. Kelarutan
minyak Nilam dalam etanol 90% pada suhu 20°C yang ditetapkan dalam
syarat mutu adalah larutan jernih dengan perbandingan volume 1:10 dan
hasil identifikasi yang diperoleh di laboratorium adalah larutan jernih
dengan perbandingan volume 1:10,6 mL. Rotasi optik minyak Nilam pada
suhu 20°C yang ditetapkan dalam syarat mutu minyak Nilam adalah –48°-
(-)65° dan rotasi optik yang diperoleh pada penelitian di laboratorium
adalah -23,6°.
Perbedaan hasil identifikasi sifat fisika minyak Nilam yang dilakukan
di laboratorium dengan syarat mutu minyak Nilam yang ditetapkan,
kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
seperti iklim, kondisi tanah, daerah tumbuh, proses budidaya dan proses
panen tanaman Nilam yang menyebabkan mutu minyak Nilam yang
diperoleh masih di bawah syarat mutu minyak Nilam yang ditetapkan.
Analisa sifat kimia dari minyak nilam dapat dilakukan dengan cara
mengidentifikasi komposisi senyawa yang terdapat pada minyak nilam
menggunakan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry). Dari
hasil penelitian, minyak nilam yang diisolasi menggunakan metode
hydrodistillation dan air-hydrodistillation memiliki kadar patchouli alcohol
lebih tinggi, diatas standar minimum dari ketentuan SNI.
Dan yang terakhir adalah kandungan dari alpha copaene. Pada minyak
nilam hasil ekstraksi dengan kedua metode, analisa GC-MS tidak
menemukan adanya kandungan alpha copaene. Menurut Turkez (2014)
Alpha copaene memiliki sifat antimikroba, sitotoksik dan anti- proliferasi.
Alpha copaene menunjukan aktivitas anti mikroba yang cukup besar
terhadap bakteri gram postif dan negatif. Hal ini dikarenakan alpha
copaene memiliki kemampuan untuk mengurangi pertumbuhan atau
berkembangbiakan pesat yang menghasilkan jaringan baru, bagian, sel,
atau keturunannya. Dalam jumlah yang kecil, alpha copaene dapat
36
dimanfaatkan dalam merusak sel yang merugikan (misal; sel kanker) atau
bersifat sitotoksik. Namun, sifat sitotoksik dari senyawa ini bukan hanya
terjadi pada sel yang merugikan, tetapi kerusakan juga akan terjadi pada
sel normal. Sehingga kandungan senyawa alpha copaene dalam minyak
nilam perlu memiliki batas maksimal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
37
perbandingan volume 1:10,6 mL dan rotasi optik (-) 23,6°.
4. Berdasarkan hasil analisa sifat fisik dan kimia minyak nilam hasil
ekstraksi menggunakan metode hydrodistillation dan air-
hydrodistillation telah sesuai dengan standar kualitas SNI 06-2385-
2006 dan ISO 3757:2002
3.2 Saran
Tanaman nilam sangat berpotensi dikembangkan di dalam hutan
karena dapat membantu perekonomian petani meskipun demikian metode
pemanenan yang dilakukan petani masih sangat sederhana dan minimnya
alat penyulingan sehingga petani harus menunggu giliran menyuling
karena hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas minyak yang
dihasilkan tanaman nilam.
38
DAFTAR PUSTAKA
Hamid Dan Syarif. 1992. Jenis Tanaman Nilam. Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah, Semarang.
39
Hariyani, H., Widaryanto, E., & Herlina, N. (2015). Pengaruh Umur Panen
Terhadap Rendemen Dan Kualitas Minyak Atsiri Tanaman Nilam
(Pogostemon cablin Benth). Jurnal Produksi Tanaman 3 (3).
Kridati, E.M., Prihastanti, E., dan Haryanti, S., Maret 2012. Rendemen
Minyak Atsiri dan Diameter Organ serta Ukuran Sel Minyak Tanaman
Adas (Foeniculum vulgare Mill) yang Dibudidayakan di Kabupaten
Semarang dan Kota Salatiga. Buletin Anatomi dan Fisiologi, 20 (1),
p.1-17.
40
Muhandri, T., dkk., 2012. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan.
Oyen, L.P.A., and Dung, N.X. (editor). 1999. Plant Resources of South-East
Asia No.19. Essential-oil plants. Leiden: Backhuys Publishers
Parry, E.J. 1921. The Chemistry of Essential Oils and Artificial Perfumes,
Volume I & II. London: Scott, Greenwood and Son.
41
Sudaryani. (2004). Budidaya Dan Penyulingan Tanaman Nilam, Penebar
Swadaya, Jakarta.
42
43