Anda di halaman 1dari 43

MINYAK ATSIRI TANAMAN NILAM

Dosen Pengampu :
Dr. Abdul Ghani, M.Si.

Disusun oleh :

Aramika Simahbengi (1906103040001)


Laila Wati (1906103040002)

Kelompok 1 A
Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Guna Memenuhi Persyaratan
Mengikuti Matakuliah Kimia Atsiri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatu.


Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya yang senantiasa memberikan nikmat
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Minyak Atsiri
Tanaman Nilam ”. Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah
membawa kita ke alam yang berilmu pengetahuan seperti sekarang ini dan
menjadi suri tauladan bagi umat manusia.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk melengkapi salah satu tugas mata
kuliah kimia Atsiri dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi ilmu
tambahan baik bagi penulis maupun bagi pembaca. Penulisan makalah ini dapat
berjalan lancar berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Abdul Gani, M.Si. sebagai
dosen pembimbing mata kuliah kimia atsiri yang telah membimbing dalam
penyusunan makalah ini. Serta kepada seluruh pihak yang telah ikut serta
membantu.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan
makalah ini dan penulis menyadari dalam menulis makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, berbagai kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan oleh penulis guna untuk perbaikan di masa yang
akan datang.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatatuh

Banda Aceh, 04 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 9
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 9

BAB II. PEMBAHASAN............................................................................................10


2.1 Tanaman Penghasil Minyak Nilam..........................................................10
2.2 Produksi Minyak Nilam...........................................................................17
2.3 Mutu dan Komponen Kimia Minyak Nilam............................................21
2.4 Kegunaan Minyak Nilam.........................................................................28
2.5 Isolasi dan Modifikasi Komponen Utama Minyak Nilam.......................31

BAB III. PENUTUP.....................................................................................................37


3.1 Kesimpulan..............................................................................................37
3.2 Saran........................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................39

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang
bahan bakunya berasal dari berbagai jenis tanaman perkebunan. Minyak atsiri
dari kelompok tanaman tahunan perkebunan antara lain berasal dari cengkeh,
pala, lada, kayu manis, sementara yang berasal dari kelompok tanaman
semusim perkebunan berasal dari tanaman nilam sereh wangi, akar wangi dan
jahe. Hingga kini minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam memiliki
pangsa pasar ekspor paling besar andilnya dalam perdagangan Indonesia yaitu
mencapai 60%. (Krismawati, 2005)
Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga
Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting
bagi Indonesia, karena minyak yang dihasilkan merupakan komoditas ekspor
yang cukup mendatangkan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor minyak
nilam mempunyai prospek yang baik, karena dibutuhkan secara kontinyu
dalam industri kosmetik, parfum, sabun dan lain-lain. Penggunaan minyak
nilam dalam industri-industri ini karena sifatnya yang fiksatif terhadap bahan
pewangi lain agar aroma bertahan lama, sehingga dapat mengikat bau wangi
dan mencegah penguapan zat pewangi. (Krismawati, 2005)
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak
terbang. Minyak atsiri merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud
cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman seperti akar, kulit, batang, daun,
buah, biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap.
Meskipun pada kenyataannya untuk memperoleh minyak atsiri dapat juga
diperoleh dengan cara lain seperti ekstraksi dengan menggunakan pelarut
organik maupun dengan cara dipres atau ditempa dan secara enzimatik
(Sastrohamidjojo, 2004).
Dalam industri pengolahan minyak atsiri dikenal tiga macam sistem
penyulingan, yaitu penyulingan air, penyulingan dengan uap dan air, serta
penyulingan uap. Cara penyulingan yang paling sederhana untuk memperoleh

4
minyak nilam adalah dengan penyulingan air dan uap atau dikukus. Cara ini
biasa dilakukan untuk skala kecil, sedangkan untuk skala industri
menggunakan cara penyulingan uap. Penyulingan terna daun nilam untuk
mendapatkan minyak atsiri dilakukan antara 6-8 jam. (Hayani, 2005)
Telah banyak penelitian yang dilakukan dalam mengekstrak minyak
nilam. Diantaranya Steam Distillation (Yahya and Yunus, 2013) yang
menghasilkan kesimpulan semakin lama waktu ekstraksi maka yield akan
semakin besar hingga waktu ekstraksi 10 jam dengan sampel daun nilam yang
dihaluskan. Microwave air-hydrodistillation dan microwave hydrodistillation
(Kusuma, Altway and Mahfud, 2017) yang menghasilkan kesimpulan bahwa
metode microwave airhydrodistillation (MAHD) menghasilkan yield yang
lebih besar daripada microwave hydrodistillation (MHD). Solvent free
microwave extraction (Kusuma, Altway and Mahfud, 2017) yang
menghasilkan kesimpulan bahwa metode solvent free microwave extraction
menghasilkan yield yang lebih besar dari pada metode microwave
hydrodistillation pada waktu ekstraksi yang sama yaitu 3 jam.
Namun, metode-metode diatas masih dilakukan dalam skala laboratorium,
sehingga keakuratannya teruji masih dalam skala laboratorium. Oleh karena
itu perlu adanya suatu inovasi untuk meningkatkan skala metode tersebut
adanya suatu metode isolasi minyak nilam yang efektif dan efisien dalam
menghasilkan yield maupun kualitas minyak yang baik yaitu dengan
menggunakan metode air-hydrodistillation (AHD). Penambahan udara (air)
pada proses ekstraksi diperuntukkan meningkatkan yield minyak. Seperti
yang diketahui, minyak nilam dapat digolongkan dalam minyak berat.
Dengan penambahan udara, 3 dapat membantu mengangkat heavy fraction
pada nilam (Kusuma, Altway and Mahfud, 2017). Dengan adanya alat dan
metode ekstraksi minyak nilam dalam skala yang lebih besar, maka hal ini
dapat diaplikasi petani nilam untuk meningkatkan harga jual nilam.
Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaan alamnya,
terutama keanekaragaman tumbuhan yang dapat dikembangkan sebagai salah
satu sumber obat tradisional. Obat tradisional berasal dari alam, baik dari
tumbuhan, hewan maupun bahan-bahan mineral. Disamping pelayanan

5
kesehatan formal, pengobatan secara tradisional dan pemakaian obat
tradisional masih banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia secara luas
baik di daerah pedesaan maupun daerah perkotaan. Hal ini muncul sebagai
akibat banyak dijumpainya efek samping yang tidak dikehendaki dari
penggunaan obat kimia sintetis (Hargono, 1997). Selain itu penggunaan obat
tradisional lebih menguntungkan karena dapat diperoleh secara mudah, harga
yang relatif murah, dan pengolahan yang cukup sederhana. Agar pemakaian
obat tradisional dapat dipertanggungjawabkan, maka perlu dilakukan
berbagai macam penelitian, seperti mencari komponen aktifnya maupun efek
farmakologi dan keamanannya.
Minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya berujud cairan,
yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji,
maupun dari bunga dengan cara penyulingan. Meskipun kenyataan untuk
memperoleh minyak atsiri dapat menggunakan cara lain seperti ekstraksi
menggunakan pelarut organik atau dengan cara dipres (Sastrohamidjojo, H.,
2004). Beberapa minyak atsiri yang digunakan sebagai pewangi yaitu minyak
atsiri dari bunga kenanga, bunga mawar, jeruk manis, jeruk nipis dan lemon.
Selain itu minyak atsiri mampu bertindak sebagai bahan terapi (aroma terapi),
misalnya minyak atsiri dari selasih digunakan untuk aroma terapi penyakit
asma, sakit kepala, dan batuk (Agusta, 2000). Dalam bidang kesehatan
minyak atsiri dapat digunakan sebagai anti bakteri dan anti jamur yang kuat,
misalnya minyak atsiri daun sirih dapat menghambat pertumbuhan beberapa
bakteri; sebagai antiseptik, misalnya minyak atsiri adas, lavender dan
eukaliptus; meningkatkan aktivitas mental penggunanya (psikoaktif)
diantaranya minyak atsiri pala, dringo dan parsley; melindungi hati dari
kerusakan (hepatoprotektor) diantaranya minyak atsiri kenanga, lempuyang
gajah, lempuyang wangi dan lempuyang emprit (Agusta, 2000).
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil
minyak atsiri yang penting dalam menghasilkan devisa. Komponen utama
dari minyak nilam adalah alpha patchoulene minyak nilam mempunyai
manfaat sebagai antara lain: antidepresi, antiflogistik, antiseptik, afrodisiak,
astringen, anti jerawat, regenerasi sel kulit baru, deodoran, menurunkan berat

6
badan, tekanan darah, kolesterol dan racun dalam darah, penurun demam, dan
sebagai insektisida/penolak serangga seperti nyamuk, semut, dan lalat
(Djazuli, 2002).
Di Indonesia daerah sentra produksi tanaman nilam terdapat di Sumatera
Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Riau, dan Nangroe Aceh
Darussalam, kemudian berkembang di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Kalimantan Tengah dan daerah lainnya. Ada berapa varietas
daun nilam yang sangat potensial untuk diambil minyak atsiri , yaitu :
Pogostemon cablin Benth (nilam aceh), Pogostemon heyneanus Benth (nilam
jawa), Pogostemon hortensis Backer. Diantara ketiga jenis nilam tersebut
yang banyak dibudidayakan yaitu P.cablin Benth , karena kadar dan kualitas
minyaknya lebih tinggi dari varietas lainnya. Nilam Aceh diperkirakan daerah
asalnya Filipina atau Semenanjung Malaya. Setelah sekian lama berkembang
di Indonesia, tidak tertutup kemungkinan terjadi perubahan-perubahan dari
sifat dasarnya. Dari hasil eksplorasi ditemukan bermacam-macam tipe yang
berbeda baik karakteristik morfologinya, kandungan minyak, sifat kimia
minyak dan sifat ketahanannya terhadap penyakit dan kekeringan. Nilam
Aceh berkadar minyak tinggi (> 2,5 %) sedangkan nilam Jawa paling rendah
(< 2 %) (Nuryani, 2006).
Indonesia memasok sekitar 70-90% minyak nilam dunia dengan
total ekspor minyak nilam pada tahun 2008 sebesar 2.496 ton dan luas area
mencapai 21.716 ha yang tersebar di 11 provinsi. Volume ekspor minyak
nilam terus meningkat, dari tahun 2006 sebesar 2.100 ton dengan nilai US $
27.171 juta. Namun produksi minyak nilam di Indonesia masih terbatas dan
produksinya belum optimal. Minyak nilam merupakan komoditi ekspor non
migas. Minyak nilam ini sudah popular di kanca internasional namun hal ini
belum terkenal di Indonesia dan masih sedikit yang menanam atau berkebun
nilam. Padahal minyak nilam ini merupakan prospek bisnis yang menjanjikan
karena ditingkat internasional minyak nilam ini diminati oleh beberapa
Negara. Kebutuhan dunia akan minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam
saat ini berkisar 2000 – 3000 ton/tahun. Sebagian besar kebutuhan ini disuplai
dari Indonesia. Minyak nilam oleh Negara konsumen digunakan sebagai

7
bahan pengikat dalam industri minyak wangi atau dalam industri kosmetik
lainnya. Nilam biasanya diekspor dalam bentuk minyak atsiri kasar atau yang
telah dimurnikan. Penambahan luas areal dan produksi nilam tidak sebanding
dengan kemampuan permintaan pasar menyebabkan kenaikan harga minyak
nilam dunia (Sukamto dkk. 2008 dalam Dzajuli, 2010).
Minyak atsiri sebagian besar diambil dari berbagai jenis tanaman
penghasil minyak atsiri, salah satunya minyak nilam (Pogostemon cablin
benth) (Sariadi, 2012). Minyak nilam (patchouli oil) adalah minyak atsiri
yang diperoleh dari hasil penyulingan daun, batang dan cabang tanaman
nilam. Minyak ini merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang fungsinya
dalam industri sabun,kosmetika, dan industri parfum, yang tidak dapat
digantikan oleh zat sintetik karena sangat berperan dalam menentukan
kekuatan, sifat dan ketahanan wangi. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang
dapat mengikat bau wangi bahan pewangi lain (fiksatif) dan sekaligus
membentuk bau yang harmonis dalam suatu campuran (Harunsyah, 2011).
salah satunya tanaman nilam diantaranya telah dilakukan oleh Hariyani
dkk (2015) yang meneliti tentang Pengaruh Umur Panen Terhadap Rendemen
dan Kualitas Minyak Atsiri Tanaman Nilam (Pogestemon cablin Banth) yang
menyimpulkan bahwa 4 bulan setelah tanam dan 4 bulan setelah panen adalah
umur panen yang paling optimal dari segi bobot kering maupun rendemen
pada daun cabang serta total. Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh M.
Daud et all (2019) yang meneliti tentang Produksi dan Rendemen
Pengelolaan nilam (Pogestemon cablin Banth) menyimpulkan bahwa
produksi rata-rata tanaman nilam sekali panen 430 kg/panen dengan luas
lahan rata-rata 0,29 ha dan frekuensi pemanenan nilam 2 kali, rendemen
minyak nilam berkisar antara 2,88 - 3,19 % dengan rata-rata 3,00 %.
Distilasi merupakan salah satu cara isolasi minyak atsiri yang paling sering
digunakan. Distilasi dibagi menjadi 3 macam yaitu penyulingan dengan air
(water distillation), penyulingan dengan air dan uap (water and steam
distillation) dan penyulingan dengan uap (steam distillation) (Taufiq, 2009).
Metode penyulingan dengan air dan uap lebih sering digunakan karena
kualitas minyak atsiri yang diperoleh lebih baik dibanding penyulingan

8
dengan air dan biaya yang dibutuhkan lebih rendah dibanding penyulingan
dengan uap. Minyak atsiri dari daun Nilam dapat diketahui dengan
mengidentifikasi sifat-sifat fisika dari hasil isolasi yang diperoleh, yaitu
meliputi bobot jenis, indeks bias, kelarutan dalam etanol 90% dan rotasi
optik.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa saja tanaman penghasil minyak nilam?


2. Bagaimana produksi terhadap tanaman minyak nilam?
3. Apa saja mutu dan komponen kimia pada tanaman minyak nilam?
4. Apa saja kegunaan dari tanaman minyak nilam?
5. Bagaimana isolasi dan modifikasi komponen utama pada minyak
nilam?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tanaman yang menghasilkan minyak atsiri dari tanaman
nilam (Pogestemon cablin Benth)
2. Mengetahui produktivitas minyak dari tanaman nilam (Pogestemon
cablin Benth)
3. Mengetahui mutu dan komponen kimia pada tanaman minyak nilam
4. Mengetahui dari kegunaan dan manfaat dari tanaman minyak nilam
5. Mengetahui cara kerja dari isolasi dan modifikasi komponen utama
pada minyak nilam

9
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tanaman Penghasil Minyak Nilam


Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu
tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal sebagai minyak nilam
(Patchouli Oil). Minyak nilam banyak dipergunakan dalam industri
kosmetik, parfum, sabun, dan industri lainnya. Manfaat lainnya, minyak
nilam bersifat fiksatif (yakni bisa mengikat minyak atsiri lainnya) yang
sampai sekarang belum ada produk substitusinya (pengganti). Produk yang
dihasilkan dari usaha tani nilam adalah terna (daun dan ranting). Melalui
proses penyulingan dihasilkan minyak nilam. (Litbang NAD) Di Indonesia
hingga kini terdapat tiga jenis nilam yang sudah dikembangkan yaitu
Pogostemon cablin Benth, Pogostemon heyneanus Benth, don Pogostemon
hortensis Benth. Pogostemon cablin Benth dikenal sebagai nilam Aceh
karena banyak diusahakan di daerah itu. Nilam jenis ini tidak berbunga,
daun berbulu halus dengan kadar minyak 2,5-5,0%. Pogostemon
heyneanus Benth dikenal dengan nama nilam Jawa, tanaman berbunga,
daun tipis dan kadar minyak rendah, berkisar antara 0,5-1,5%.
Pogostemon hortensis Benth mirip nilam Jawa tetapi juga tidak berbunga,
dapat ditemukan di daerah Banten dan sering disebut sebagai nilam sabun.
(Krismawati, 2005).
Tanaman nilam yang banyak umum dibudidayakan di Indonesia yaitu
nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth.) dan nilam Jawa (Pogostemon
heyneanus Benth.). Diantara kedua spesies tersebut, nilam Aceh lebih
banyak ditanam oleh petani, karena kadar dan kualitas minyaknya lebih
tinggi. Seluruh bagian tanaman ini mengandung minyak atsiri, namun
kandungan minyak terbesar pada daunnya (Krismawati, 2005). 6 Nilam
Aceh diperkirakan daerah asalnya Filipina atau Semenanjung Malaya.
Setelah sekian lama berkembang di Indonesia, tidak menuutup
kemungkinan terjadi perubahanperubahan dari sifat dasarnya. Dari hasil
eksplorasi ditemukan bermacam-macam tipe yang berbeda baik

10
karakteristik morfologinya, kandungan minyak, sifat kimia minyak dan
sifat ketahanannya terhadap penyakit dan kekeringan. Nilam Aceh
berkadar minyak tinggi (> 2,5%) sedangkan nilam Jawa rendah (< 2%).
(Disbun Jatim, 2013) Disamping nilam Aceh, di beberapa daerah di Jawa
Tengah dan Jawa Timur petani mengusahakan juga nilam Jawa. Nilam
Jawa berasal dari India, disebut juga nilam kembang karena dapat
berbunga. Ciri-ciri spesifik yang dapat membedakan nilam Jawa dan nilam
Aceh secara visual yaitu pada daunnya. Permukaan daun nilam Aceh halus
sedangkan nilam Jawa kasar. Tepi daun nilam Aceh bergerigi tumpul,
Budidaya Tanaman Nila pada nilam Jawa bergerigi runcing, ujung daun
nilam Aceh runcing, nilam Jawa meruncing. Nilam jawa lebih toleran
terhadap nematoda dan penyakit layu bakteri dibandingkan nilam Aceh,
karena antara lain disebabkan oleh kandungan fenol dan ligninnya lebih
tinggi dari pada nilam Aceh. (Disbun Jatim, 2013)
Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal sebagai
minyak Patchouli ( dalam bahasa tamil Patchai (hijau) dan Ellai (daun),
karena minyaknya disuling dari daun ). Nilam adalah salah satu produk
minyak atsiri, minyal atsiri ini dapat bersumber dari setiap bagian tanaman
yaitu daun, bunga, biji, buah, batang, kulit dan akar. Untuk tanaman nilam,
minyak atsirinya banyak diambil dari daun.

Gambar Tanaman Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth)


Ciri-ciri fisik nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth).

11
Klasifikasi ilmiah dari tanaman nilam sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Labiatales
Famili : Labiatae
Genus : Pogostemon
Spesies : Pogostemon cablin Bent
Nama binomial : Pogostemon cablin Benth
(Gunawan dan Mulyani, 2004).
Tanaman nilam merupakan tanaman perdu yang tingginyanya bisa
mencapai lebih dari 1 meter. Perakaran tanaman nilam adalah akar serabut
yang wangi dan 10 tumbuhnya menjalar didalam tanah. Akar-akar
sekunder tanaman nilam yang sudah dewasa menyebar sekitar 20-30 cm di
bawah permukaan tanah. Tanaman nilam yang berasal dari perbanyakan
vegetatif (stek)biasanya memiliki akar serabut yang lebih kuat sehingga
dapat berdiri tegak dan kuat. (Firmanto, 2009).
Menurut Sarifudin (2010, h.4) tanaman nilam (pogostemon cablin
benth) merupakan tanaman perkebunan yang memiliki prospek yang
cukup cerah. Hasil yang diperoleh dari tanaman nilam adalah berupa
minyak nilam yang dihasilkan dengan proses penyulingan daun dan
ranting tanaman nilam.

Gambar 2. a. Tanaman nilam Aceh b.(b1) daun, (b2) tangkai daun, (b3) batang.

12
Batang tanaman nilam yaitu berkayu yang panjangnya kira-kira 20 –
40 cm dengan diameter sekitar 10 – 20mm. Sistem percabangan tanaman
nilam bertingkat mengelilingi batang, biasanya 3 – 5cabang per-tingkat
dan cabang berjumlah banyak. Tinggi tanaman nilam bisa mencapai 1
meter lebih dengan radius cabang selebar kurang lebih 60 cm jika tanaman
sudah berumur 6 bulan.
Daun tanaman nilam berbentuk bulat oval hingga bulat panjang
(lonjong) dan menyerupai jantung. Ukuran daun ini sekitar 5 – 10cm.
Daun yang berwarna hijau ini tipis dan tidak kaku, permukaan daun bagian
atas terdapat bulu-bulu dan kasar. Letak duduk daun saling berhadap-
hadapan, bagian ujung daun tumpul dan urat daun menonjol keluar,
sebagian besar daun yang melekat pada ranting hampir selalu berpasangan
satu sama lain. Daun diremas akan tercium bau harum, dan pada jaman
dahulu masyarakat menjadikan daun nilam sebagai pengganti sabun dan
sekaligus untuk memberikan bau wangi, (Mangun, 2008).
Tanaman nilam jarang berbunga, bahkan ketika penanamannya
diharapkan tidak mencapai proses generatif karena mengurangi jumlah
dari minyak atsisrinya. Bunga tanaman nilam tumbuh di ujung tangkai,
bergerombol dan memiliki karakteristik warna ungu kemerahan. Tangkai
bunga memiliki panjang antara 2 – 8cm dengan diameter antara 1 – 15 cm
dengan mahkota berbentuk pipa berukuran 8 mm dengan stilus dan dua
stigma.Buah atau biji berbentuk menyerupai polong berjumlah 4 dan
berukuran kecil.
Nilam merupakan jenis tanaman perdu yang rendah bercabang-
cabang dekat dengan permukaan tanah, tidak mempunyai batang yang
tegak, dan termasuk jenis rerumputan. Nama latinnya Pogostemon cablin
Benth, daunnya berbau harum. Tanaman berasal dari India dan Cina ini
tumbuh sebagai bagian dari semak-semak di pinggir kebun atau hutan di
Indonesia. Nilam di ambil minyaknya, daun beserta ikutannya berupa
ranting-ranting kecil di rebus lalu uap/asapnya di suling menjadi minyak
nilam, sejenis minyak atsiri. Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth)

13
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting,
menyumbang devisa lebih dari 50 % dari total ekspor minyak atsiri
Indonesia. Hampir seluruh pertanaman nilam di Indonesia merupakan
pertanaman rakyat yang melibatkan 36.461 kepala keluarga petani (Ditjen
Bina Produksi Perkebunan, 2004).
Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran
dunia dengan kontribusi 90 %. Ekspor minyak nilam pada tahun 2002
sebesar 1.295 dengan nilai US $ 22,5 juta (Ditjen Bina Produksi
Perkebunan, 2004). Sebagian besar produk minyak nilam di ekspor untuk
di pergunakan dalam industri parfum, kosmetik, antiseptik dan insektisida
(Mardiningsih et al., 1995). Dengan berkembangnya pengobatan dengan
aromaterapi, penggunaan minyak nilam dalam aromaterapi sangat
bermanfaat selain penyembuhan fisik juga mental dan emosional. Selain
itu, minyak nilam bersifat fixatif (mengikat minyak atsiri lainnya) yang
sampai sekarang belum ada produk substitusinya, (Ibnusantosa, 2000).
Pogostemon cablin Benth sering juga di sebut nilam Aceh, jenis
nilam ini termasuk famili Labiate yaitu kelompok tanaman yang
mempunyai aroma yang mirip satu sama lain. Di antara jenis nilam, yang
di usahakan secara komersial adalah varietas Pogostemon cablin Benth.
Jenis ini sebenarnya dari Filipina, yang kemudian berkembang ke
Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia, dan Indonesia, (Sudaryani,
2004).
Menurut Trease dan Evan (Hamid dan Syarif, 1992), tanaman nilam
meliputi tiga spesies, yaitu Pogostemon cablin Benth, Pogostemon
hortensis dan Pogostemon heyneanus.
a. Pogostemon cablin Benth
Pogostemon cablin sering juga di sebut Nilam Aceh. Jenis nilam ini
termasuk famili Labiate yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma
yang mirip satu sama lain. Di antara jenis nilam, yang di usahakan secara
komersial adalah varietas Pogostemon cablin Benth. Jenis ini sebenarnya
dari Filipina, yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar,
Paraguay, Brazilia dan Indonesia (Sudaryani, 2004).

14
b. Pogostemon heyneanus
Sering juga di namakan Nilam Jawa atau Nilam hutan. Jenis ini berasal
dari India, banyak tumbuh liar di hutan pulau Jawa. Jenis ini berbunga,
karena itu kandungan minyaknya rendah yaitu 0,50 – 1,5 %. Di samping
itu minyak nilam dari tanaman ini komposisi minyaknya kurang
mendapatkan pasaran dalam perdagangan (Sudaryani, 2004). 11
c. Pogostemon hortensis
Di sebut juga nilam sabun Karena bisa di gunakan untuk mencuci
pakaian.Jenis nilam ini hanya terdapat di daerah Banten.Bentuk
Pogostemon hortensis ini mirip dengan nilam Jawa, tetapi tidak berbunga.
Kandungan minyaknya 0,5 – 1,5 %, komposisi minyak yang di hasilkan
jelek sehingga untuk jenis nilam ini juga kurang mendapatkan pasaran
dalam perdagangan (Sudaryani, 2004).
Di antara ketiga jenis nilam tersebut yang banyak di budidayakan yaitu
Pogostemon cablin Benth (nilam aceh), karena kadar dan kualitas
minyaknya lebih tinggi dari varietas lainnya. Nilam aceh di perkirakan
daerah asalnya Filipina atau Semenanjung Malaysia. Setelah sekian lama
berkembang di Indonesia, tidak tertutup kemungkinan terjadi perubahan-
perubahan dari sifat dasarnya. Dari hasil eksplorasi di temukan bermacam-
macam tipe yang berbeda baik karakteristik morfologinya, kandungan
minyak, sifat kimia minyak dan sifat ketahanannya terhadap penyakit dan
kekeringan.
Tanaman nilam (Pogostemin patchouli) disebut juga sebagai
Pogostemon cablin Benth merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus
dan berbatang segi empat. Daun kering tanaman ini disuling untuk
mendapatkan minyak nilam (patchouli oil) yang banyak digunakan dalam
berbagai kegiatan industri. Fungsi utama minyak nilam sebagai bahan baku
(fiksatif) dari komponen kandungan utamanya yaitu patchouli alkohol
(C15H26) dan sebagai bahan pengendali penerbang (eteris) untuk
wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama.
Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai bahan campuran produk 12
kosmetik (diantaranya untuk pembuatan sabun, pasta gigi, sampoo, lotion,

15
dan deodorant), kebutuhan industri makanan (di antaranya untuk essence
atau penambah rasa), kebutuhan farmasi (untuk pembuatan anti radang,
antifungi, anti serangga, afrodisiak, anti inflamasi, antidepresi,
antiflogistik, serta dekongestan), kebutuhan aroma terapi, bahan baku
compound dan pengawetan barang, serta berbagai kebutuhan industri
lainnya (Mangun, 2008).

Minyak yang dihasilkan adalah minyak nilam (patchouli). minyak ini


digunakan sebagai (fiksatif) dalam industri parfum, sabun, dan tonik
rambut, minyak ini juga digunakan dalam pembuatan sabun dan kosmetik.
Minyak nilam menciptakan bau yang khas dalam suatu campuran, karena
bau minyak nilam yang enak dan wangi (Ketaren, 1985). Minyak nilam
yang diperoleh dengan cara destilasi air dan uap dari daun nilam, dalam
perdagangan disebut patchouli oil yaitu nama sejaenis tanaman yang banyak
di Hindustan. Pada mulanya tanaman nilam dipakai sebagai pewangi
selendang oleh orang India, karena baunya yang khas (Guenther, 1987).
Kandungan Utama Minyak Nilam Minyak nilam terdiri dari
persenyawaan terpen dengan alkohol-alkohol. Aldehid dan ester-ester
memberikan bau khas misalnya patchouli alkohol. Patchouli alkohol
merupakan senyawa yang menentukan bau minyak nilam dan merupakan
komponen yang terbesar. Komponen penyusun dari minyak nilam adalah

16
benzaldehid, karyofilen, patchoulena, bulnesen dan patchouli alkohol
(Ketaren, 1985).
Fungsi utama minyak nilam sebagai bahan baku pengikat (fiksatif)
dari kandungan utamanya patchouli alcohol (C15H26) dan sebagai bahan
pengendali penerbang (eteris) untuk wewangian (Parfum) agar aroma
keharumannya bertahan lebih lama. Selain itu, minyak nilam digunakan
sebagai salah satu bahan campuran produk kosmetik (di antaranya untuk
pembuatan sabun, pasta gigi, sampo, lotion dan deodorant), kebutuhan
industri makanan (di antaranya untuk essence atau penambah rasa),
kebutuhan farmasi (untuk pembuatan obat anti 15 radang, antifungi,
antiserangga, serta dekongestan), kebutuhan aroma terapi, bahan baku
compound dan pengawet barang, serta berbagai kebutuhan industri lainnya
(Mangun, 2008). Minyak nilam mempunyai banyak keunggulan. Selain
bermanfaat bagi berbagai ragam kebutuhan industri, masa panen tanaman
nilam relaif singkat dan pengendalian tanaman relative mudah dan potensi
pasarnya sudah jelas. Pola perdagangan minyak nilam tidak terkena kuota
ekspor dan sampai saat ini belum ditemukan bahan sintetis atau bahan
pengganti yang dapat menyamai manfaat minyak nilam ini. Oleh sebab itu,
kondisi dan potensi minyak nilam tersebut merupakan basic power
(Mangun, 2008).

2.2 Produksi Minyak Nilam


Proses Penanganan Panen dan Penyulingan Minyak Nilam
1. Panen
Panen merupakan masa perhitungan hasil yang akan diperoleh
setelah proses pembudidayaan pembudidayaan nilam dilakukan.
dilakukan. Nilam dapat dipanen dipanen setelah setelah tanaman
tanaman berumur berumur sekitar sekitar 6-8 bulan dan panen
selanjutnya dilakukan setiap 2-3 bulan sekali, tergantung jadwal dan
program program penanaman. Pemanenan dilakukan dengan cara
memotong daun dan ranting dengan menyisakan batang dan daun
setinggi minimal 10 – 20 cm. Pemotongan ranting dapat
menumbuhkan tunas baru.
Panen dilakukan pada pagi hari atau sore hari, karena jika
pemetikan dilakukan siang hari maka dikhawatirkan sel-sel daun

17
menjadi kurang elastis dan mudah sobek. Sebagian besar bagian dari
nilam mengandung mengandung minyak, minyak, seperti seperti akar,
batang, batang, cabang, cabang, dan daun. Namun kandungan minyak
dala Namun kandungan minyak dalam daun lebih tinggi daripada
cabang, batang, dan akarnya.
Alat yang biasanya digunakan pada saat panen adalah sabit,
gunting, atau pisau yang tajam. Alat harus selalu bersih pada saat
proses panen berlangsung. Pemotongan cabang/ranting tingkat pertama
ditinggalkan untuk pertumbuhan ranting dan daun baru.

2. Pascapanen
Pascapanen merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setelah
pemanenan. Pada nilam, kegiatan pasca panen terdiri dari penjemuran
hasil panen dan perawatan tanaman. Hasil panen berupa daun basah
yang terdiri dari daun, ranting, dahan dan batang sebaiknya
dipotong/dicincang/dirajang sepanjang 10 - 15 cm. Pemotongan
dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan gunting. Setelah
itu, dijemur dibawah sinar matahari langsung sekitar 4 kemudian di
angin-anginkan dengan ketebalan lapisan maksimal 50 cm ditempat
teduh selama 2-3 hari. Lapisan daun dibolak balik sebanyak 2-3 kali
sehari hingga diperoleh kadar air sebesar rata-rata 15%. Kadar air
dalam daun nilam ini harus dipertahankan sampai proses penyulingan
berlangsung.

3. Penyulingan Nilam
Penyulingan merupakan rangkaian proses dalam aktivitas budidaya
tanaman. Pada umumnya penyulingan dapat dilakukan dengan tiga
cara yaitu : Penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap tidak
langsung, dan penyulingan dengan uap langsung. Proses yang
dilakukan oleh perusahaan adalah penyulingan uap tidak langsung.
Sebagian besar penyulingan dengan uap tidak langsung menggunakan
kayu bakar untuk memasak ketel uap, namun dalam hal ini bisa
digunakan heater yang membutuhkan tenaga listrik untuk menghasikan
panas. Hasil minyak yang akan diperoleh dari proses penyulingan
merupakan output yang akan dijual dan dinilai serta dijadikan standar
keberhasilan usaha. Mutu minyak nilam serta rendemen yang sesuai
kriteria sangat dipengaruhi oleh jenis mesin dan sistem penyulingan
yang digunakan.
Prinsip dasar dari penyulingan dengan uap tidak langsung adalah
penggunaan uap bertekanan tinggi. Tabung pendidih dipisahkan dari
tabung penyulingan. Artinya tabung air tersendiri dan tabung tempat
bahan yang disuling juga tersendiri. Jumlah tabung badan dapat

18
ditempatkan beberapa buah secara terpisah, sesuai kapasitas dari ketel
uap (boiller) dengan kapasitas ketel tempat (boiller) dengan kapasitas
ketel tempat bahan atau daun kering. Dalam hal daun kering
perusahaan masih menggunakan satu tabung bahan baku (ketel)
dengan kapasitas 30 Kg. Metode ini menghasilkan minyak berkualitas
dengan rendemen tinggi. Selain itu, proses penyulingan berjalan
relatif lebih cepat yaitu hanya 3 jam. Dalam satu hari proses
penyulingan dilakukan sebanyak empat kali. Dimana dalam satu kali
produksi menghasilkan minyak nilam sebanyak 0,9 Kg.
Mekanisme penyulingan dilakukan dengan memanaskan air dalam
tabung untuk menghasilkan uap yang dilengkapi dengan pipa saluran
pengisi air, indikator volume air, tekanan uap, serta pipa saluran uap
yang menuju ketel suling. Fungsi indikator tekanan uap untuk
mengontrol besar kecilnya tekanan uap yang dihasilkan oleh tabung
uap. Tabung uap atau boiller dilengkapi instrumen pipa pengaman
dalam bentuk saluran buang uap yang disertai keran buka-tutup. Pada
suhu 92ᵒ C boiller akan menghasilkan uap panas dan tekanan tinggi
untuk mengaliri seluruh bagian daun yang disuling. Uap akan
melakukan reaksi dengan daun yang disuling sehingga unsur minyak
pada daun, ranting, dan akar akan ikut menguap melalui pori-pori dari
bahan yang di suling.
Selanjutnya minyak akan terbawa oleh uap air menuju pipa
kondensor yang akan mencair menjadi cairan minyak dan air. Untuk
menjaga pemisahan air dan minyak dalam kondisi baik, maka dibuat
pipa kontrol pemisahan sebelum minyak dan air tersebut menuju
penampung terakhir. Oleh karena itu diperlukan lagi saringan yang
lazim digunakan oleh para penyuling. Hasil akhir dari penyulingan
diperoleh minyak nilam yang berkualitas dengan rendemen tinggi.

19
Gambar proses penyulingan minyak nilam dengan uap tidak langsung

4. Pengemasan
Setelah dilakukan pemisahan minyak yang sempurna, maka
produk akhir minyak nilam murni siap ditampung dalam wadah dan
dilakukan pengemasan. Bahan kemasan harus memenuhi persyaratan
umum yaitu :
1. Bentuk dan rupa yang menarik
2. Kuat
3. Mudah dipakai
4. Tidak beracun
5. Tidak mudah meledak karena tekanan

20
6. Dapat menjamin mutu produk yang dikemas
Selain itu persyaratan umum, bahan kemasan yang digunakan
untuk minyak atsiri termasuk minyak nilam memerlukan persyaratan
khusus yaitu:
1. Bahan kemasan tidak bereaksi dengan minyak atsiri
2. Tutup kemasan sangat rapat sehingga tidak mudah menguap
3. Tidak dilalui cahaya
4. Tidak dipengaruhi oleh faktor air, panas, cahaya dan oksigen
5. Bersifat insulator panas.
Upaya peningkatan produksi dan kualitas nilam Indonesia perlu
dilakukan, mengingat masih kurangnya penerapan teknologi budidaya
komuditas nilam oleh petani yang menyebabkan rendahnya produksi dan
kualitas daun nilam. Selain itu juga perlu perbaikan cara penanganan bahan
baku dan proses penyulingan hingga menjadi minyak nilam. Produktivitas
bahan segar nilam mengalami penurunan, hal tersebut terlihat dari
pengembangan produktivitas nilam di Indonesia selama tahun 2004-2008.
Pada tahun 2004 produktivitas bahan segar nilam di Indonesia sebesar
103.42 kg/ha, tapi tingkat produktivitas bahan segar nilam pada tahun 2008
menurun menjadi 83.05 kg/ha (Pusat data dan informasi pertanian, 2010).
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya produksi dan mutu nilam
Indonesia, selain teknologi, mutu genetik tanaman, budidaya yang tidak
intensif, bibit yang kurang baik, juga cara pemanenan, pascapanen dan
penyulingan minyak nilam yang masih jauh dari sempurna (Nuriyani, 2006).
Adapun kerangka pikirnya dapat di lihat pada gambar berikut:

Nilam

Minyak Atsiri

Produksi Nilam Produksi Minyak Nilam

Produktivitas 21
Nilam dan Minyak Nilam
Gambar Kerangka Pikir Potensi Minyak Nilam

2.3 Mutu dan Komponen Kimia Minyak Nilam


Minyak nilam tergolong dalam minyak atsiri atau minyak eteris, yaitu
minyak yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang
berbeda-beda (Guenther, 1987). Komponen utama dalam minyak nilam
adalah patchouli alcohol (patchoulol).
Minyak diperoleh dari penyulingan uap terhadap daun keringnya. Pada
umumnya, minyak nilam memilik kadar patchouli alcohol tidak kurang
dari 30% (Isfaroiny dan Mitarlis, 2005). Minyak nilam harus berwarna
kuning jernih dan memiliki wangi khas dan sulit dihilangkan
(Wandiatmoko, 2009). Minyak nilam tidak menguap pada suhu kamar, hal
ini karena komponen- komponen dalam minyak nilam memiliki titik didih
yang tinggi seperti patchouli alcohol, patchoulen dan nonpatchoulenol
yang berfungsi sebagai zat pengikat yang tidak dapat digantikan oleh zat
sintetik. Dan umumnya minyak nilam larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam air (Ketaren, 1996).
Patchouli alcohol merupakan senyawa utama penyusun minyak nilam
yang termasuk golongan oxygenated sesquiterpen. Patchouli alcohol tidak
larut dalam air, melainkan larut dalam alkohol, eter atau pelarut organik
lain yang mempunyai titik didih 280-288oC pada tekanan 760 mmHg.
Kristal yang terbentuk mempunyai titik lebur 55-58oC.
Standar mutu minyak nilam telah ditetapkan dalam SNI 06-2385-2006
dengan rincian sebagai berikut :
Tabel Standar Mutu Minyak Nilam

No Jenis Uji Satuan Persyaratan


1 Warna Kuning muda – coklat
-
kemerahan
2 Bobot Jenis g/mL 0,950 – 0,975
3 Indeks bias - 1,507 – 1,515

22
4 Kelarutan Larutan Jernih atau
dalam etanol - opalensi ringan dalam
90% pada perbandingan volume
o
suhu 20 C 1:10
5 Bilangan Asam - Maks 8
6 Bilangan Ester - Maks 20
7 Putaran Optik - (-48o) – (-65o)
8 Patchouli Min 30
Alcohol %
(C15H26O)
9 Alpha Copaene Maks 0,5
(C15H24) %

10 Kandungan Maks 25
mg/kg
besi (Fe)

Sedangkan Komponen-komponen yang umum terkandung pada


minyak nilam ditunjukan pada tabel berikut :
Tabel komponen minyak Nilam

Komponen Kandunga Titi Berat


n (%) k Moleku
didi l
h
(oC)
Patchouli alcochol 30 280,37 222,37
α-bulnesen 17 242,26 190,32
α-gualen 16 242,25 190,32
Seychellen 9 259,09 128,38
α-patchoullen 5 245,23 204,35
β-kariofelin 2,8 110,00 204,36
β-patcoulen 2 248,83 204,35
Pogostol 2 274,43 208,34
σ-kadinen 2 246,84 190,32
Norpatchoulenol 1 268,88 208,34
Kariofelin oksida 1 243,18 192,30
Nortetrapatchoulen 0,00 268,88 208,34
ol 1
Eugenol - 253,00 164,30

23
Benzaldehid - 178,00 106,15
Sinnamaldehid - 68-80 132,15

a. Patchouli Alcohol
Patchouli alcohol (C15H26O) merupakan senyawa utama
penyusun minyak nilam yang termasuk golongan sesquiterpene. Patchouli
alcohol meleleh pada suhu 55-580C, mendidih pada suhu 2870C, tidak
larut dalam air, larut dalam alkohol, eter, dan pelarut organik lainnya.
Senyawa yang memiliki nama IUPAC (1R,4S,4aS,6R,8aS)-Octahydro-
4,8a,9,9-tetramethyl-1,6-methanonaph-thalen-1(2H)-ol ini merupakan
senyawa trisiklik tersier seskuiterpen alkohol (tricyclic tertiary
sesquiterpene alcohol).

Gambar Struktur Patchouli Alcohol

Berikut merupakan tabel penjelasan properti patchouli


Table Properti Patchouli Alcohol

Jenis Uji Satuan Persyaratan


No
1 Warna Tidak berwarna – Kuning
-
pucat
2 Kadar - 97,00 – 100,00 %
3 Indeks bias - 1,5425 pada 20oC
4 Melting point o
C 55 – 58 pada 760 mmHg

24
5 Boiling Point o
C 140oC pada 8 mmHg
6 Bilangan Ester o
C 287 - 288 pada 760 mmHg
7 Tekanan Uap - 0,000278 mmHg pada 25oC
8 Flash Point o
F 215
9 Kelarutan dalam mg/l 42,87 pada 25oC
alkohol

Dalam segi teknis untuk perolehan minyak atsiri yang bermutu,


dapat dilakukan dengan mengatasi persoalan-persoalan yang telah
disebutkan pada bagian sebelumnya, yakni dengan melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Tanaman nilam yang digunakan harus dari jenis bibit unggul, dan
dalam kondisi yang sesuai standar mutu. Sesuai dengan surat
keputusan Menteri Pertanian RI No. 319 s/d
321/Kpts/SR.120/8/2005 tanggal 1 Agustus 2005, ada tiga
varietas unggul nilam dengan nama Tapak Tuan, Lhokseumawe
dan Sidikalang.
2. Alat dan langkah kerja pemisahan (isolasi) dengan destilasi
(destilasi sederhana) harus sesuai standar mutu agar minyak nilam
yang dihasilkan juga bermutu.
3. Memperhatikan metode dan teknik penanganan dan penyimpanan
bahan baku.
4. Mengatasi pemalsuan produk, misalnya dengan menggunakan
hasil uji laboratorium dan membuat tingkatan harga yang sesuai
dengan mutu minyak nilam. Minyak nilam yang lebih berkualitas
(bermutu) dihargai dengan harga yang lebih mahal.
(Yuhono, J.T., Suhirman, S.).Disamping memperhatikan sisi teknis
dalam menghasilkan minyak nilam yang bermutu, agar dapat menembus
agribisnis internasional, usaha lain yang bisa dilakukan adalah:
1. Adanya perhatian serius dari pemerintah dalam mengembangkan dan
memajukan agribisnis minyak nilam skala petani menuju agribisnis
minyak nilam internasional. Misalnyaa. Mengusahakan pinjaman
lunak dengan bunga rendah, agar petani dalam usaha minyak nilam

25
ini, tidak lagi bingung dalam soal biaya; b. Membuat program-
program untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani
dalam melakukan agribisnis minyak nilam, c. Memperhatikan
peraturan-peraturan hukum, yang bisa membantu perkembangan
agribisnis minyak nilam.
2. Dalam menjalankan usaha agribisnis minyak nilam ini, petani harus
mulai peduli dengan standar mutu. Dalam menjalankan agribisnis
minyak nilam, petani harus memilki dan mengikuti SOP yang sesuai
standar Internasional.
3. Kerjasama antar semua stakeholder agribisnis minyak nilam.

Selama ini petani nilam hanya mampu menghasilkan minyak nilam


dengan kandungan patchouli alcohol 26–28%, sedangkan pabrik
penyulingan dengan peralatan suling bahan bajaanti karat mampu
menghasilkan minyak nilamdengan kandungan patchouli alcohol 31–35%
(Sarwono,1998; Yudistira Adi, et al). Dan dijual diekspor dengan harga
murah. Padahal kandungan patchouli alcohol dalam minyak nilam dapat
dimaksimalkan sampai 40–50% (Suyono, 2001; Yudistira Adi, et al). Untuk
di ekspor, minyak nilam petani terkendala dengan mutu yang masih belum
dapat memenuhi persyaratan yang diajukan oleh pembeli diantaranya
kejernihan dan kandungan PA (patchouli 2 alcohol) yang masih rendah.
Untuk itu diperlukan teknologi tepat guna yang dapat meningkatkan
kejernihan dan kandungan PA minyak nilam tersebut, dalam hal ini dapat
dilakukan dengan mengaplikasikan proses pemurnian minyak nilam.

Pemurnian yang dilakukan merupakan proses penghilangan bahan-bahan


yang tidak diinginkan dari minyak nilam hasil penyulingan. Proses ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas minyak agar mempunyai nilai jual
yang lebih tinggi. Metode pemurnian yang dikenal adalah pemurnian secara
kimia dan fisik. Pemurnian secara kimia dapat dilakukan dengan
menambahkan adsorben atau senyawa komplek tertentu. Peralatan yang
digunakan dalam pemurnian ini cukup sederhana. Sedangkan pemurnian

26
secara fisik memerlukan peralatan penunjang yang cukup spesifik (Hernani
dan Warwati, 2006).

Ada beberapa cara peningkatan kualitas mutu minyak nilam pasca


penyulingan. Salah satu caranya adalah proses distilasi vakum. (Aprilina
dan Silviana, 2006). Proses ini dilaporkan dapat meningkatkan kadar
patchouli alcohol dari 17,95% menjadi 23,06-28,97%. Cara lainnya adalah
proses redistilasi (Hermani dan Marwati, 2006). Metode ini dapat
meningkatkan nilai transmisi dari 4% menjadi 83,4% dan dapat menurunkan
kadar logam Fe dari 509,2 ppm menjadi 19,60 ppm. Sedangkan proses
distilasi vakum dengan menggunakan kolom isian dapat meningkatkan
kadar patchouli alcohol dari 24,04% menjadi 73,3% (Wibowo, dkk,2006).
Selain itu, penggunaan senyawa pengkelat asam tartarat 0,5 M dilaporkan
dapat menurunkan kadar besi yang semula terkandung 340,2 ppm menjadi
104,5 ppm (Alam, 2007). Proses distilasi minyak nilam didasarkan pada
perbedaan titik didih dan tekanan uap murni senyawa patchouli alcohol dan
terpen. Komponen patchouli alcohol mempunyai titik didih yang relative
tinggi (150-160oC pada 8 mmHg), dan 3 senyawa terpen khususnya
transcaryophylen dan beta-patchoulen mempunyai titik didih 150 – 170oC
pada 760 mmHg (Ketaren, 1985). Namun proses distilasi ini dapat
menyebabkan terjadinya destruksi dalam komponen minyak nilam oleh
panas dan menyebabkan warna minyak nilam menjadi gelap. Untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya destruksi komponen–komponen,
proses distilasi dilakukan secara vakum. Secara umum, mutu minyak nilam
hasil distilasi vakum telah sesuai dengan SNI 06-2385-2006 (Marina, 2009).
Namun, pada proses ini minyak nilam yang dihasilkan berwarna coklat tua
(gelap). Perubahan warna ini terjadi akibat pemanasan yang cukup tinggi
pada tekanan yang rendah, sehingga minyak yang berada di dekat dinding
ketel mudah mengalami kerusakan. Peningkatan mutu minyak nilam
terutama untuk mencerahkan warna minyak nilam yang gelap dapat
dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan menambahkan suatu flokulan
(chelating agent), untuk mengikat logam yang terkandung didalamnya.
Proses ini dikenal dengan pengkelatan (Alam, 2007). Beberapa jenis

27
senyawa pengkelat (chelating agent) yang digunakan seperti: asam oksalat,
asam sitrat, asam tartarat dan EDTA. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kecerahan warna minyak nilam hasil distilasi vakum dengan
pengkelatan. Dalam penelitian ini digunakan senyawa pengkelat asam sitrat
dari hasil distilasi vakum.

Distilasi vakum merupakan proses distilasi dengan tekanan operasi


dibawah tekanan atmosfer. Prinsip ini didasarkan pada hukum fisika dimana
zat cair akan mendidih dibawah titik didih normalnya apabila tekanan pada
permukaan zat cair itu diperkecil atau vakum. Fungsi dari Distilasi Vakum
untuk menurunkan titik didih sehingga tidak merusak komponen zat yang
dipisahkan dan prinsip ini sangat cocok untuk pemurnian minyak atsiri
untuk menghindari 4 terjadinya cracking atau kerusakan pada minyak atsiri
tersebut (Widayat dkk, 2014).

Pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa


pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat. Proses
pengkelat dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi hanya dengan
mengganti adsorben dengan senyawa pengekelat. Senyawa pengkelat yang
cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri antara lain asan sitrat,
asam malat, asan tartarat dan EDTA. Proses pengikatan logam merupakan
proses keseimbangan pembentukan kompleks logam dengan senyawa
pengkelat (Ketaren, 1985; Beusthan m, 2011).

2.4 Kegunaan Minyak Nilam


Kandungan minyak nilam yang utama yaitu patchouli alcohol (40-
50%) digunakan sebagai bahan baku, bahan pencampur dan fixative
(pengikat wangi-wangian) dalam industri parfum, kosmetik, dan obat-
obatan.
Minyak nilam juga mengandung kamper nilam (patchouli camphor),
cadinene, benzaldehida, eugenol, dan cinnamic aldehyde. Di dalam minyak
nilam ini, terkandung zat patchouli alcohol (disingkat PA) yang teramat
berguna pada dunia internasional. Minyak nilam yang baik adalah yang
mengandung PA yang mengandung 30%. Bau minyak nilam hampir mirip

28
dengan minyak cedar, yang digunakan untuk memalsukan minyak nilam.
Cara untuk membedakan keduanya, dengan cara disaring di kertas saring,
simpan selama beberapa hari, sampai tercium bau minyak cedarnya.
Daun nilam yang disimpan di antara lipatan-lipatan buku dapat
mencegah kedatangan serangga. Dahulu, di Semenanjung Malaya, daunnya
dipakai untuk mewangikan tanaman. Dipakai pula untuk membuat parfum
di Asia Selatan. Digunakannnya minyak nilam sebagai parfum, karena
mempunyai aroma woodsy, untuk meningkatkan semangat. Karena punya
efek menenangkan, dipakai pula untuk mengharumkan kamar tidur, yang
berefek menenangkan dan membuat tidur menjadi lebih nyenyak. Minyak
nilam juga dipakai untuk menghambat perkembangan jamur dan mikrob.
Dalam ayurveda, minyak nila juga dipakai pertolongan pertama dalam
mengobati orang yang digigit ular.Minyak nilam juga terpakai untuk
minyak rambut, anti-jerawat, obat eksem, dan anti-jamur.
Penggunaan minyak nilam yang dicampur dalam sampo herbal juga
berguna dalam menyembuhkan ketombe. Untuk melindungi pakaian wol
atau sutra dari ngengat, semut, dll, bisa diletakkan daun nilam dalam lemari.
Di Eropa dan Amerika, karena sifat nilam yang mengikat, bisa dipakai
sebagai parfum. Air rebusan daun nilam pun bisa juga diminum untuk
mengobati obat batuk dan asma. Rebusan daun juga bermanfaat untuk bisul.
Akarnya dipakai untuk mengobati reumatik. Daun nilam pun dipakai untuk
menyedapkan makanan.
Menurut penelitian ilmiah, senyawa α-bulnesene dalam minyak nilam
mempunyai manfaat untuk anti-peradangan. Patchoulol dan α-patchoulene
dipakai pula untuk anti-jamur. Selain itu pula, minyak nilam pun juga
bermanfaat sebagai antidioksida
Nilam (Pogostemon cablin Benth.) adalah suatu semak tropis
penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan sama (minyak nilam).
Tanaman nilam menghasilkan minyak nilam melalui proses penyulingan
dan termasuk ke dalam salah satu jenis minyak atsiri yang dibutuhkan oleh
masyarakat yang memiliki sifat sebagai berikut :
 Sukar menguap dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya

29
 Larut dalam alcohol
 Minyak dapat dicampur dengan minyak eteris lainnya
 Minyak nilam punya banyak kegunaan, mulai dari pembunuh
serangga, hingga bermanfaat pula sebagai obat-obatan.

Aplikasi dari minyak nilam:

1. Industry makanan nilam digunakan sebagai bahan penyedap dan


penambah cita rasa pada makanan
2. Sebagai bahan pengawet (insektisida)
3. Industri kosmetik dan personal cereproducts seperti sabun,pasta
gigi,lation,skincare,produk-produk kecantikan dan sebagainya
4. Industry parpum (aroma woodsy) yang digunakan sebagai
pengharum kamar untuk memberikan ketenangan
5. Industri farmasi digunakan sebagai anti septik,anti jamur,anti
jerawat,obat eksim, dan kulit pecah-pecah, serta
ketombe,mengurangi peradangan,membantu mengurangi
kegelisahan,dan depresi,membantu penderita insomnia dan penawar
racun
6. Sebagai aroma trapi

Adapun Manfaat dan kegunaan minyak nilam yaitu :

1. Sebagai bahan campuran untuk parfum


2. Sebagai aroma therapy
3. Anti mikroba
4. Sebagai anti oksidan
5. Menyembuhkan dan menghilangkan bekas luka
6. Mencegah kulit kering
7. Bahan baku obat

30
8. Anti serangga
9. Merangsang hormone
10. Menyembuhkan dan menghambat luka dari sengatan racun ular
berbisa

2.5 Isolasi dan Modifikasi Komponen Utama Minyak Nilam


Isolasi minyak atsiri pada daun Nilam dalam literature ini
menggunakan metode distilasi air dan uap. Metode distilasi air dan uap
dipilih karena beberapa keuntungan, yaitu uap air selalu jenuh, basah dan
tidak akan terjadi superheated. Proses distilasi minyak atsiri pada daun
Nilam dilakukan dengan cara, memasukkan simplisia daun Nilam ke
dalam wadah distilasi yang telah diisi air hingga batas tanda. Simplisia
daun Nilam diletakkan di atas saringan sehingga tidak kontak langsung
dengan air, tetapi hanya kontak dengan uap air. Setelah simplisia
dimasukkan, wadah distilasi dipanaskan. Uap air yang dihasilkan
berpenetrasi ke dalam simplisia dan terkondensasi kembali menjadi
campuran air dan minyak atsiri yang tertampung dalam wadah
penampung.
Tanaman nilam kering yang telah dirajang ditimbang sebanyak 50 kg
lalu dimasukkan kedalam alat distilasi uap air. Kemudian dipanaskan pada

31
temperatur 100 oC selama 4 jam hingga diperoleh distilat. Distilat yang
mengandung minyak dan air dimasukkan dalam corong pisah. Lapisan air
yang beradapada bagian bawah pada corong pisah dipisahkan. Sehingga
diperoleh lapisan minyak nilam

Adapun Metode Ekstraksi Minyak Nilam yaitu:


1. Metode Hydrodistillation
Metode hydrodistillation mempunyai keuntungan karena dapat
mengekstrak minyak dari bahan yang berbentuk bubuk (akar, kulit, kayu
dan sebagainya) dan beberapa bahan yang mudah menggumpal jika
disuling dengan uap seperti jenis bunga- bungaan (bunga mawar dan
orange blossom). Pengolahan minyak atsiri dengan metode
hydrodistillation dikenal sebagai metode konvensional yang didasarkan
pada prinsip bahwa campuran (uap minyak dan uap air) mempunyai titik
didih sedikit lebih rendah dari titik didih uap air murni, sehingga
campuran uap mendidih dibawah titik didihnya (Guenther, 1987).

Gambar Skema Alat Metode Hydrodistillation

2. Metode Steam Hydrodistillation

Steam-hydrodistillation penyulingan minyak atsiri


dengan cara ini memang sedikit lebih maju dan produksi minyaknya pun
relatif lebih baik daripada metode hydrodistillation. Pada proses
penyulingan ini, bahan yang akan diolah diletakkan di atas rak-rak atau

32
saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air
berada tidak jauh di bawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan
berbagai cara, salah satunya yaitu dengan uap jenuh yang basah dan
bertekanan rendah. Ciri khas dari proses ini adalah sebagai berikut:

a. Uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas.

b. Bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak


dengan air panas. (Guenther, 1987).

Metode ini pernah dipakai dalam mengekstrak minyak nilam oleh Yahya
(Yahya and Yunus, 2013) dengan hasil terbaik kadar patchouli alcohol
47% yang didapat pada variabel waktu 10 jam dan sampel yang
dihaluskan.
3. Metode Air-Hydrodistillation

Gambar Skema Alat Metode Air-Hydrodistillation


Metode ini merupakan metode baru dengan menggunakan skala alat
yang lebih besar daripada metode- metode sebelumnya. Pemanas yang
digunakan adalah kompor induksi dengan tagki distiller yang lebih besar.
Pelarut yang digunakan adalah air dengan ditambahkan aliran udara
sebagai pembantu proses ekstraksi.

Kelebihan dari metode ini adalah:

33
1. Ekstraksi skala lebih besar, sehingga kemungkinan minyak yang ter-
recovery lebih besar.
2. Penggunaan udara diharapkan dapat mengangkat fraksi berat dalam
tanaman nilam.
3. Mudah diaplikasikan dalam kegiatan kemasyarakatan.

Menurut (Yora Faramitha, 2013) glandular pada daun nilam termasuk


jenis short-stalk capitae. Short-talk capitae terdiri dari 1 sel basal, pendek,
dan uniselular atau biselular. Sekret dari vakuola dalam grandular pada
daun nilam sendiri berupa senyawa terpen yang merupakan penyusun
utama dari minyak nilam. (Yora Faramitha, 2013)
Meskipun minyak nilam diproduksi di jaringan terluar, yaitu
epidermis, minyak nilam tidak dapat keluar dari membran epidermis
begitu saja. Minyak nilam tersimpan banyak di dalam vakuola daun.
Namun pada penelitian ini, penampakan vakuola sel pada jaringan trikoma
tidak dapat ditunjukan dengan gambar karena perbesaran SEM yang tidak
cukup mewadahi untuk mengidentivikasi organel sel. Secara teori menurut
(Yora Faramitha, 2013) vakuola daun terdapat di dalam membran sel yang
dilindungi oleh dinding sel.
Komponen kimia penyusun minyak nilam mempunyai berat molekul
yang besar dan struktur molekul yang rumit, sehingga komponen-
komponen kimia penyusun minyak nilam mempunyai titik didih yang
tinggi. Oleh karenanya, minyak nilam yang terdapat di dalam jaringan
daun tidak dapat berdifusi keluar dari jaringan daun tanpa adanya energi
yang mendorong minyak tersebut untuk keluar (Yora Faramitha, 2013).
Pengujian terhadap sifat kimia dari minyak nilam dapat dilakukan
dengan cara mengidentifikasi komposisi senyawa yang terdapat pada
minyak nilam menggunakan GC-MS (Gas Chromatography-Mass
Spectrometry). Selain dapat digunakan untuk memperoleh gambaran
tentang kemurnian dan kualitas dari minyak atsiri, dengan cara
membandingkan hasil analisa sifat visik dan kimia dengan data standar

34
mutu ini juga dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pemalsuan dari minyak atsiri (Guenther,1987).
Dengan menggunakan GC-MS juga dapat digunakan untuk
mengetahui kadar untuk setiap komponen yang terkandung. Umumnya
hasil ekstraksi minyak nilam disesuaikan dengan standar kualitas SNI-
2385-2006 dan ISO 3757:2002. Untuk standar SNI-2385-2006, kadar
patchouli alcohol minimal yang harus dimiliki minyak nilam adalah 30%.
Sedangkan untuk ISO 3757:2002 nilai minimal patchouli alcohol adalah
35%
Minyak nilam yang digunakan dalam industri kosmetik maupun
farmasi biasanya dibuat dengan penyulingan uap langsung menggunakan
mesin khusus. Daun nilam yang telah berumur 6-8 bulan dipanen,
dikeringkan, lalu diekstraksi dengan mesin selama 4-5 jam.Meskipun
demikian, Anda juga bisa melakukan ekstraksi minyak nilam sederhana di
rumah dengan metode pengukusan. Langkah awalnya mirip dengan
ekstraksi yang dilakukan oleh pabrik, yakni harus menyiapkan daun nilam
yang berumur 6-8 bulan, kemudian mengeringkannya dengan cara
dijemur, lalu menjemurnya di bawah sinar matahari atau diangin-anginkan
hingga kering.Setelah itu, daun nilam yang telah kering dikukus selama 5-
6 jam hingga keluar minyaknya. Pisahkan minyak nilam tersebut dan air
bekas kukusan, kemudian kemas minyak dalam botol tertutup.
Kadar minyak atsiri yang diperoleh pada penelitian ini adalah 3,93%
sesuai dengan data yang terdapat dalam literatur yang menyatakan bahwa
kandungan minyak atsiri pada daun Nilam adalah 2,5-5%. Setelah
diketahui kadar minyak atsirinya, selanjutnya dilakukan identifikasi sifat-
sifat fisika dari hasil isolasi minyak atsiri pada daun Nilam tersebut.
Berdasarkan hasil uji organoleptik, minyak Nilam merupakan cairan
jernih berwarna kuning pucat serta memiliki bau khas tanaman Nilam dan
berdasarkan hasil identifikasi sifat fisika yang diperoleh, terdapat sedikit
perbedaan antara data hasil penelitian di laboratorium dengan data syarat
mutu minyak NIlam dalam literatur. Bobot jenis minyak Nilam pada suhu
25°C yang ditetapkan pada syarat mutu minyak Nilam adalah 0,950-0,975

35
dan bobot jenis yang diperoleh pada penelitian di laboratorium adalah
0,9450. Indeks bias minyak Nilam pada suhu 20°C yang ditetapkan dalam
syarat mutu adalah 1,507-1,515 dan indeks bias minyak Nilam yang
diperoleh pada penelitian di laboratorium adalah 1,36889. Kelarutan
minyak Nilam dalam etanol 90% pada suhu 20°C yang ditetapkan dalam
syarat mutu adalah larutan jernih dengan perbandingan volume 1:10 dan
hasil identifikasi yang diperoleh di laboratorium adalah larutan jernih
dengan perbandingan volume 1:10,6 mL. Rotasi optik minyak Nilam pada
suhu 20°C yang ditetapkan dalam syarat mutu minyak Nilam adalah –48°-
(-)65° dan rotasi optik yang diperoleh pada penelitian di laboratorium
adalah -23,6°.
Perbedaan hasil identifikasi sifat fisika minyak Nilam yang dilakukan
di laboratorium dengan syarat mutu minyak Nilam yang ditetapkan,
kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
seperti iklim, kondisi tanah, daerah tumbuh, proses budidaya dan proses
panen tanaman Nilam yang menyebabkan mutu minyak Nilam yang
diperoleh masih di bawah syarat mutu minyak Nilam yang ditetapkan.
Analisa sifat kimia dari minyak nilam dapat dilakukan dengan cara
mengidentifikasi komposisi senyawa yang terdapat pada minyak nilam
menggunakan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry). Dari
hasil penelitian, minyak nilam yang diisolasi menggunakan metode
hydrodistillation dan air-hydrodistillation memiliki kadar patchouli alcohol
lebih tinggi, diatas standar minimum dari ketentuan SNI.
Dan yang terakhir adalah kandungan dari alpha copaene. Pada minyak
nilam hasil ekstraksi dengan kedua metode, analisa GC-MS tidak
menemukan adanya kandungan alpha copaene. Menurut Turkez (2014)
Alpha copaene memiliki sifat antimikroba, sitotoksik dan anti- proliferasi.
Alpha copaene menunjukan aktivitas anti mikroba yang cukup besar
terhadap bakteri gram postif dan negatif. Hal ini dikarenakan alpha
copaene memiliki kemampuan untuk mengurangi pertumbuhan atau
berkembangbiakan pesat yang menghasilkan jaringan baru, bagian, sel,
atau keturunannya. Dalam jumlah yang kecil, alpha copaene dapat

36
dimanfaatkan dalam merusak sel yang merugikan (misal; sel kanker) atau
bersifat sitotoksik. Namun, sifat sitotoksik dari senyawa ini bukan hanya
terjadi pada sel yang merugikan, tetapi kerusakan juga akan terjadi pada
sel normal. Sehingga kandungan senyawa alpha copaene dalam minyak
nilam perlu memiliki batas maksimal.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat


diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Upaya untuk meningkatkan mutu minyak nilam dapat dilakukan


melalui pemilihan teknologi budidaya, penggunaan alat dan metode
penyulingan, dan penanganan pasca-panen yang sesuai dengan
standar mutu.

2. Dalam upaya untuk meningkatkan mutu minyak nilam Indonesia


skala petani (skala kecil) menuju agribisnis internasional, maka
pelaku usaha yang bergelut dalam usaha agribisnis minyak nilam
harus mulai memperhatikan standar mutu dalam agribisnis minyak
nilam internasional. Pelaku usaha agribisnis nilam skala petani
(skala kecil) dan stakeholder lainnya, harus saling bekerjasama
melakukan perbaikan-perbaikan, agar persoalan- persoalan mutu
minyak nilam tersebut bisa diatasi.
3. cara untuk mengisolasi minyak atsiri pada daun Nilam dilakukan
menggunakan metode distilasi air dan uap dan diperoleh kadar
minyak atsiri sebesar 3,93%. Minyak atsiri pada daun Nilam
diidentifikasi dengan cara melakukan uji sifat- sifat fisikanya yang
meliputi bobot jenis, indeks bias, kelarutan dalam etanol 90% dan
rotasi optik. Hasil identifikasi yang diperoleh adalah bobot jenis
0,9450, indeks bias 1,36889, kelarutan dalam etanol 90% dengan

37
perbandingan volume 1:10,6 mL dan rotasi optik (-) 23,6°.
4. Berdasarkan hasil analisa sifat fisik dan kimia minyak nilam hasil
ekstraksi menggunakan metode hydrodistillation dan air-
hydrodistillation telah sesuai dengan standar kualitas SNI 06-2385-
2006 dan ISO 3757:2002

3.2 Saran
Tanaman nilam sangat berpotensi dikembangkan di dalam hutan
karena dapat membantu perekonomian petani meskipun demikian metode
pemanenan yang dilakukan petani masih sangat sederhana dan minimnya
alat penyulingan sehingga petani harus menunggu giliran menyuling
karena hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas minyak yang
dihasilkan tanaman nilam.

38
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. (2006). Minyak Nilam.

Baser, K.H.C, and Buchbauer, G. 2010. Handbook of Essential Oils: Sciences,


Technology, and Application. Boca Raton: CRC Press

Daud,M., Hikmah, H., & Hendri, H. (2019). Produksi Dan Rendemen


Pengelolaan Nilam (Pogostemon Cablin Benth) Dari Hutan Rakyat Di
Desa Bone-Bone-Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang. Jurnal
penelitian Kehutanan BONITA. 1 (1), 9-15.

De Silva, K, T. 1995. A Manual on The Essential Oil Industry. Austria:


United Nations Industrial Development Organization Vienna.

Didownload tanggal 13 Juni 2014 pkl. 11.00 WIB.

Guenther, E. (2006). Minyak Atsiri Jilid I. UI Press, Jakarta.

Hamid Dan Syarif. 1992. Jenis Tanaman Nilam. Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah, Semarang.

Handoko, T. H. (1984). Dasar-dasar manajemen produksi dan operasi.


BPFE.

Haris, R. 1994. Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya, Jakarta.

39
Hariyani, H., Widaryanto, E., & Herlina, N. (2015). Pengaruh Umur Panen
Terhadap Rendemen Dan Kualitas Minyak Atsiri Tanaman Nilam
(Pogostemon cablin Benth). Jurnal Produksi Tanaman 3 (3).

Harunsyah. 2011. Peningkatan Mutu Minyak Nilam Rakyat Melalui Proses


Pemurnian. Jurnal Teknologi. 11 (1):1-7.

Hasbullah, 2001. Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat.


Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Indusri Sumatera Barat.

Kardinan, A. (2005). Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. PT Agromedia


Pustaka, Jakarta.

Koensoermardiyah. (2010). A to Z Minyak Atsiri. CV Andi Offset, Yogyakarta.

Kridati, E.M., Prihastanti, E., dan Haryanti, S., Maret 2012. Rendemen
Minyak Atsiri dan Diameter Organ serta Ukuran Sel Minyak Tanaman
Adas (Foeniculum vulgare Mill) yang Dibudidayakan di Kabupaten
Semarang dan Kota Salatiga. Buletin Anatomi dan Fisiologi, 20 (1),
p.1-17.

Kubeczka, K.H., and Formacek, V. 2002. Essential Oils Analysis by Capillary


Gas Chromatography and Carbon-13 NMR Spectroscopy. West
Sussex: John Wiley & Son, Ltd.

Isfarony, R., Mitarlis. 2005, Peningkatan Kadar Patchouli Alcohol pada


Minyak Nilam (Pogestemon Cablin Benth) dengan Metode Distilasi
Vakum. Surabaya

Lawless, Julia. 2013. The encyclopediaof essential oils. Red Wheel

Mangan, H. M. S., (2008). Nilam. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Mangun, H.M.S. (2009). Nilam. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mardiningsih, T. L., & Triantoro, S. L. Tobing, dan S. Rusli. 1995. Patchouli


Oil Products as Insect Repelllent. Ind. Crops Res. Journal, 1(3), 152-
158.

40
Muhandri, T., dkk., 2012. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan.

Nurdin,D. R., Iswandi, R. M., & Yusria, W. O. (2017). Analisis Pemasaran


Minyak Nilam dari Desa Karya Baru Kecamatan Poleang Utara
Kabupaten Bambana. Jurnal Ilmiah Agribisnis, 2(1)

Nuryani, Y., & Emmyzar, W. (2006). Budidaya tanaman nilam. Balai


Penelitian Tanaman Rempah dan Aromatik. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Bogor. Di dalam Makalah Pembekalan
Teknis untuk Rintisan Pengembangan Usaha Tani dan Fasilitasi
Penumbuhan Kelompok Usaha Tani Tanaman Penghasil Minyak
Atsiri. Kabupaten Tanah Laut, 9.

Oyen, L.P.A., and Dung, N.X. (editor). 1999. Plant Resources of South-East
Asia No.19. Essential-oil plants. Leiden: Backhuys Publishers

Parry, E.J. 1921. The Chemistry of Essential Oils and Artificial Perfumes,
Volume I & II. London: Scott, Greenwood and Son.

Perkebunan, D. P. (2003). Direktorat Jendral Bina Produksi


Perkebunan. Departemen Pertanian, Jakarta.

Rusli, M.S. (2010). Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. PT Agromedia Pustaka,


Jakarta.

Sariadi, O. (2012). Pemurnian Minyak Nilam Dengan Proses Adsorpsi


Menggunakan Bentonit. Jurnal Teknologi, 12(2), 100-104.

Sariadi, Oktober 2012. Pemurnian Minyak Nilam Dengan Proses Adsorpsi


Menggunakan Bentonit. Jurnal Teknologi, 12(2): 100-104.

Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri, Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

Sudaryani, T., & Sugiharti, E. (1989). Budidaya dan Penyulingan Tanaman


Nilam. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

41
Sudaryani. (2004). Budidaya Dan Penyulingan Tanaman Nilam, Penebar
Swadaya, Jakarta.

Sumitra, O., 2003. Memproduksi Minyak Atsiri Biji Pala. Bagian


Pengembangan Kurikulum, Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi pertama.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Taufiq, T. (2009). Menyuling Minyak Atsiri. PT Citra Aji Parama, Yogyakarta.

Tiawarman, A.Y. Teknologi Pemisahan Minyak Atsiri 1. www.scribd.com.


Didownload tanggal 12 Juni 2014 pkl. 08.00

Tiawarman, A.Y. Teknologi Pemisahan Minyak Atsiri 2. www.scribd.com.


Didownload tanggal 12 Juni 2014 pkl. 08.00

Yahya, A & Yunus, R.M., 2013. Influence of Sample Preparation and


Extraction Time on Chemical Composition of Steam Distillation
Derived Patchouli Oil. Procedia Engineering, 53: 1-6.

Yudistira, A., dkk. Kristalisasi Minyak Nilam Melalui Peningkatan Kadar


Pathchouli Alcohol Dengaan Metode Distilasi Vakum, Distilasi Uap
Dan Distilasi Dengan Metode Aerasi. Laboratorium Teknologi Proses
Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
November.

Yuhono, J.T. dan S, Suhirman. (2007). Strategi Peningkatan Rendemen dan


Mutu Minyak dalam Agribisnis Nilam. Balittro. Bogor. Perkembangan
Teknologi TRO 11 (3) : 69-71.

Yuhono, J.T., Suhirman, S., Strategi Peningkatan Rendemen dan Mutu


Minyak Dalam Agribisnis Nilam. Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik.

42
43

Anda mungkin juga menyukai