Disusun oleh :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan kerapu bebek atau kerapu tikus (Cromileptes altivelis), sejenis ikan
karang, berprospek cukup cerah karena kelezatan dagingnya. Permintaan terus
meningkat, baik untuk pasar ekspor maupun lokal. Harga jualpun sangat tinggi,
bias mencapai ratusan ribu rupiag per kilogram. Peluang budidaya terbuka luas
karena lahan karena lahan usaha budidaya cukup tersedia dan keuntungannya
besar.
Dilihat dari prospek pasar ikan kerapu bebek yang merupakan sebagai
salah satu komoditas unggulan, maka usaha kerapu bebek bisa menjadi salah satu
pilihan untuk di kembangkan, Ikan kerapu bebek selain untuk konsumsi juga bisa
sebagai ikan hias saat ukuran benih atau pendederan (3-7 cm). Bentuk dan
warnanya yang menarik yaitu bintik-bintik kebiru-biruan agak kuning terang
sehingga enak dilihatnya.
1.2 Tujuan
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah budidaya laut
Selain itu untuk memperoleh pengetahuan, tentang biologi, teknik
pembudidayan dan pemasaran ikan Kerapu Bebek (Cromileptes
altivelis)
1.3 Manfaat
Mengetahui taksonomi, habitat, reproduksi, teknik budidaya,
pemasaran dan nilai ekonomis dari ikan Kerapu Bebek (Cromileptes
altivelis)
Memberikan informasi awal bagi investor maupun calon pembudidaya
tentang peluang usaha budidaya ikan Kerapu Bebek (Cromileptes
altivelis)
Dapat mengetahui peluang pasar dari hasil produksi ikan Kerapu
Bebek (Cromileptes altivelis)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan kerapu bebek merupakan salah satu jenis ikan laut yang dapat
dibudidayakan dan harganya cukup tinggi. Usaha pembesarannya dengan
menggunakan keramba jaring apung sudah dikembangkan di masyarakat, namun
konsekuensi dan perkembangan usaha pembesaran ikan kerapu bebek tersebut
menuntut ketersediaan benih yang siap di tebar. Benih tersebut harus berkualitas,
jumlah cukup dan terus menerus.
Filum : Chordata
Kelas : Osteichyes
Ordo : Percomorphi
Family : Serranidae
Genus : Cromileptes
Spesies : Cromileptes altivelis
Bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan bentuk cembung
(Concaver). Ketebalan tubuh sekitar 6,6 – 7,6 cm dari panjang spesifik sedangkan
panjang tubuh maksimal sampai 70 cm. Ikan ini tidak mempunyai gigi canine
(gigi yang terdapat dalam geraham ikan) lubang hidung hidung besar berbentuk
bulan sabit dertical, kulit berwarna terang abu-abu kehijauan dengan bintik-bintik
hitam diseluruh kepala, badan dan sirip. Pada kerapu bebek muda, bintik hitamnya
lebih besar dan sedikit.
Ikan kerapu tersebar luas dari wilayah Asia Pasifik termasuk Laut Merah,
tetapi lebih terkenal dari teluk Persi, Hawai, atau Polinesia dan hampir seluruh
perairan pulau tropis Hindia dan Samudera Pasifik Barat dari Pantai Timur Afrika
sampai dengan Mozambika. Di Indonesia ikan kerapu bebek banyak didapati di
daerah perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru dan Ambon dengan
salah satu indikator adanya kerapu di daerah berkarang . Kerapu berkembang baik
pada terumbu karang hidup maupun mati atau perairan karang berdebu dan tide
pools.Dalam siklus hidup, kerapu bebek muda hidup diperairan karang pantai
dengan kedalaman 3-5 m dan kerapu dewasa hidup pada kedalaman 40–60m.
Parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu pada kisaran
suhu 24 – 31°C, salinitas antara 30 – 33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih
besar dari 3,5 ppm dan pH antara 7,8 – 8,0.
Ikan kerapu Bebek bernilai gizi tinggi dan telah dapat dibudidayakan secara
komersial di beberapa negara tropis. Rasa dagingnya yang lezat membuat ikan ini
punya nilai tinggi di pasar dunia. Tingginya harga komoditas ini juga karena
ketersediaannya di alam mulai berkurang. Di Indonesia, dewasa ini kegiatan
perikanan ikan kerapu Bebek semakin digalakkan sejalan dengan bertambahnya
permintaan ikan kerapu, baik untuk memenuhi dalam negeri khusunya dalam
melayani permintaan hotel-hotel dan restoran bertaraf internasional, maupun
sebagai komoditas ekspor yang akhir-akhir ini semakin besar permintaannya
dalam bentuk hidup. Negara tujuan ekspor kerapu adalah Hongkong, Taiwan,
China, Jepang, Korea Selatan, Vietnam, Thailand, Filipina, USA, Australia,
Singapura, Malyssia dan Perancis.
Paling sedikitnya ada tiga alasan mengapa ikan kerapu Bebek perlu
dikembangkan sebagai komoditas unggulan di Indonesia yaitu :
ANALISIS BUDIDAYA
1. Gangguan Alam
Gangguan alam adalah faktor yang terjadi secara alami, seperti ombak,
gelombang, dan arus yang kuat terjadi terus menerus. Dampaknya berupa stress
pada ikan sehingga mengurangi selera makan ikan dan juga dapat merusak
konstruksi wadah budidaya seperti karamba jaring apung.
2. Predator
Beberapa jenis ikan dapat mengancam kehidupan dan mengganggu
ketenangan ikan sehingga menyebabkan menurunnya produksi. Ikan-ikan
tersebut di antaranya ikan buntal dan ikan besar yang ganas.
3. Pencemaran
Lingkungan perairan seringkali tercemar oleh limbah berupa bahan kimia
berbahaya, sisa pestisida, plastik, detergen, atau sampah organik. Semua dapat
mengganggu kesehatan dan kehidupan ikan. Bahkan bahan kimia tertentu,
terutama yang mengandung logam berat atau bahan beracun dapat mengancam
kehidupan ikan dan orang yang mengkonsumsinya.
3.3.2 Benih
Benih Kerapu Bebek bebek dengan padat tebar per waring adalah 100 –
200 ekor melihat ukuran dari karamba. Benih yang datang siap tebar langsung
diadaptasikan di atas KJA. Dalam penebaran benih adaptasi dilakukan sebagai
berikut
1. Membuka box/styrofoam di tempat yang agak gelap agar ikan tidak terkejut.
2. Meletakkan kantong ikan yang belum terbuka terendam dalam air pada lokasi
pemeliharaan selama 10 – 20 menit agar suhu di dalam kantong dan di luar setara.
3. Melepaskan ikan melalui bukaan kantong plastik dan ditampung di box semula.
4. Aliri box atau styrofoam dengan air sebanyak 200 – 300 % dari volume box.
5. Ikan siap ditebar ke dalam wadah pemeliharaan .
Penebaran benih dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00-10.00 untuk
menghindari stress karena kondisi lingkungan terutama suhu. Benih yang ditebar
pada pendederan di BBPBAP jepara berukuran 2 – 3 cm, lokasi antara bak
pemeliharaan larva dengan bak pendederan yang relatif dekat selain itu air yang
digunakan pada bak larva dan bak pendederan berasal dari tandon yang sama
sehingga kualitas air yang digunakan sama sehingga pada saat pengangkutan
benih menggunakan ember atau baskom plastik kapasitas 5 liter. Penebaran
dilakukan tanpa aklimatisasi karena kondisi bak pemeliharaan larva dengan bak
pendederan relatif sama. Padat penebaran benih pada pendederan kerapu bebek di
BBPBAP jepara pada bak beton 1000 ekor / bak.
Pada pendederan sebaiknya harus lebih memperhatikan lokasi agar
mempermudah dalam pengangkutan larva ke sarana pendederan dan air yang
digunakan pada bak larva dan bak pendederan mempunyai parameter air sehingga
pada waktu pemindahan kita dapat menimalisir stres yang akan berakibat
kematian dari ikan tersebut.
3.3.3 Pakan
Pakan yang digunakan adalah dari jenis ikan rucah dan pakan buatan.
Pakan dipotong kecil-kecil sesuai dengan bukaan mulut benih dengan jumlah
potongan yang dikonversikan dengan jumlah ikan. Beberapa hal yang penting
dalam penanganan pakan adalah :
1. Stres
Ikan yang baru ditangkap dan kemudian dipelihara biasanya mengalami
stres.Demikian pula ikan yang baru ditransportasikan dan saat ditebar.Stres dapat
mengakibatkan ikan menjadi shock, tidak mau makan, kanibalisme.Dan
meningkatnya kepekaan terhadap penyakit.Untuk mengurangi stres, saat
penebaran benih harus dilakukan secara hati-hati.Ikan-ikan yang baru tidak boleh
langsung dicampur dengan ikan yang lama. Tindakan aklimatisasi dilakukan
dengfan cara mengubah sedikit demi sedikit kondisinya sehingga menyerupai
kondisi lingkungan yang baru.
Trematoda
Trematooda adalah cacing putih, jenis yang sering menyerang ikan Kerapu
Tikus adalah Diplectinum sp. Biasanya menyerang insang, hati dan
mata.Penyebaran bisa melalui pakan dan lingkungan. Gejala ikan yang terserang
antara lain nafsu makan menurun, warna tubuh dan insang pucat, lendir di
permukaan tubuh banyak, berenang di permukaan air dengan tutup insang
terbuka. Umumnya seangan cacing ini bersamaan dengan serangan penyakit
Vibrosis.
3. Mikroorganisme
Berikut beberapa organisme yang dapat menyebabkan penyakit ikan ialah
dari golongan crustacea, cacing, protozoa, jamur, bakteri, dan virus.
a. Nerocila sp
Nerocila sp termasuk golongan crustacean dan bersifat vivipar.Hewan ini
merupakan parasit yang menyerang ikan yang berukuran lebih 50 g. Biasanya
menyerang bagian insang ikan sehingga pernapasan ikan terganggu.Namun ,
kadang-kadang ditemukan juga dirongga hidung ikan yang berukuran besar.
Parasit ini ditanggulangi dengan cara berikut. Karamba diangkat dan ikan
dimasukan kedalam bak, kemudian karamba tersebut disemprot dengan larutan
formalin 1%.Sedangkan ikan-ikan yang ada dalam bak direndam dalam formalin
200 ppm beberapa menit sampai Nerocila rontok sendiri dan bisa dibuang.
b. Cacing
Cacing yang menjadi parasit budidaya ikan kerapu biasanya jenis
Diplectanum.Cacing ini menyerang insang ikan sehingga warna insang menjadi
pucat dan kelihatan berlendir.Penyerangan penyakit ini sering dibarengi dengan
penyakit lain, seperti vibriosis (bakteri vibrio) (Sunyoto, 1997). Beberapa cara
penanggulangan ikan yang diserang parasit Diplectanum sebagai berikut.
1. Ikan-ikan yang terserang direndam dalam larutan formalin dengan dosis 200
ppm selama 0,5-1 jamdan diulang setelah 3 hari
2. Ikan kerapu yang diserang direndam dalam air tawar selama 1 jam atau dalam
air yang mengandung acriflavin 100 ppm selama 1 menit atau 10 ppm selama 1
jam.
c. Protozoa
4. Bakteri
Ada 3 jenis golongan bakteri yang sering menyebabkan penyakit pada ikan
laut yaitu :
1. Bakteri perusak sirip ikan yang sakit ini biasanya diserang juga oleh bakteri
Myxobacter, Vibrio, Pseudomonas, dan bakteri coccus gram negatif. Penyerangan
oleh bakteri ini biasanya terjadi pada waktu penanganan hasil panen (pascapanen),
mulanya ikan-ikan saling menggigit dan lukanya kemudian terinfeksi oleh bakteri
tersebut.Banyak jenis antibiotik di pasar yang sering digunakan untuk
penanggulangan bakteri ini. Antibiotik tersebut antara lain nitrofurazone 15 ppm
atau sulphonamid 50 ppm selama paling sedikit 4 jam, neomycin sulphate 50
ppm selama 2 jam, chloromphenicol 50 ppm selama 2 jam, dan acriflavin 100
ppm selama 1 menit.
2. Bakteri Vibrio sp
Bakteri ini merupakan gram negatif yang berbentuk batang dan menyebabkan
penyakit vibriosis.Ikan yang terserang bakteri ini tampak berwarna gelap.
Penanggulangannya dapat dengan memberi oxytetracyclin sebanyak 0,5 g per kg
pakan selama 7 hari atau chloramphenicol 0,2 g per kg pakan selama 4 hari (untuk
ikan yang masih mau makan) atau dengan perendaman nitrofurazone 15 ppm
paling sedikit 4 jam (bila ikan tidak mau makan).
3. Bakteri Streptococcus sp.
5. Virus VNN
Tanda-tanda ikan terserang Viral Nervous Necrosis (VNN) adalah nafsu makan
larva berkurang, pergerakan lemah, kadangkala larva mengapung di permukaan
air dan tergeletak didasar bak. Apabila terjadi serangan VNN pada larva yang
berumur dibawah 20 HSM, sering menimbulkan kematian tinggi dan kadangkala
mati total. Saat ini belum ada cara penanggulangan VNN tersebut. Juvenil yang
terinfeksi VNN biasanya tidak mempunyai nafsu makan sehingga menjadi kurus,
selalu tinggal didasar bak lalu mati.Pencegahan yang ada yaitu dengan
memelihara pada lingkungan perairan yang baik, pakan cukup baik jumlah
maupun mutu dan kepadatan tidak terlalu tinggi agar imunitas ikan tidak menurun
karena stress.Percobaan pemberian imunostimulan melalui pakan tidak terlihat
jelas dampaknya pada ketahanan terhadap VNN dan perlu penelitian lebih lanjut
(Sugama dkk 2001).
3.3.6 Panen
Masa panen ikan Kerapu Bebek disesuaikan dengan ukuran ikan yang
diminati pasar, yakni dengan berat antara 500 –- 800 gram. Waktu pemeliharaan
yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran tersebut adalah sekitar 4-7 bulan
tergantung pada ukuran bibit. Proses panen harus dilakukan secara teliti karena
luka pada ikan dapat menurunkan harga. Agar ikan tidak mengalami stres,
sebaiknya lakukan pemanenan pada saat pagi atau sore hari. Pada hari pemanenan,
pemberian pakan dihentikan.Selanjutnya tali pemberat pada karamba dilepas dan
jaring diangkat perlahan-lahan.Setelah itu ikan dipindahkan ke atas kapal yang
dilengkapi palka khusus untuk menampung ikan. Atau langsung dikemas di atas
rakit secara tertutup menggunakan plastik berisi air dan oksigen. Setiap plastik
berisi 5-6 ekor ikan, diberi obat penenang dan desinfektan, lalu diangkut ke darat.
3.4 Pemasaran
Umumnya ikan kerapu bebek pemasarannya dilakukan melalui pedagang,
pengumpul, atau agen. Jalur perdagangan ini akan semakin panjang untuk skala
ekspor karena penyertaan eksportir, importer pedagang besar, agen, ataupun
pedagang pengecer. Setiap pelaku dalam jalur pemasaran ini akan mengambil
keuntungan. Harga ikan kerapu bebek sangat relative antara Rp. 300– 500 ribu/kg,
tergantung dari panjang pendeknya jalur pemasaran serta kualitas dari ikan kerapu
tersebut. Dalam pemasaran ikan kerapu bebek dapat dibedakan atas pasar dalam
negeri atau local dan pasar luar negeri atau ekspor. Apapun bentuk pasar yang
dipilih, pemasaran akan berhasil baik apabila kualitas dan kuantitasnya
memungkinkan.
Pasar yang lebih banyak jalurnya untuk tiba kekonsumen serta dalam
wilayah yang lebih luas dan potensinya lebih besar adalah pasar luar negeri.
Untuk mendapatkan pasar luar negeri ini, diperlukan proses yang panjang dengan
pengetahuan dan wawasan yang luas, terutama tentang perilaku dan permintaan
pasarnya. Proses tersebut meliputi pengetahuan potensi pasar di tiap wilayah atau
negara, jalur perdagangan dan jaringan yang ada disuatu negara saat itu, cara
menarik dalam mencari pembeli, kualitas, jenis, jumlah kebutuhannya serta
pengemasan dan transportasinya.
4.1 Kesimpulan
Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) merupakan salah satu jenis ikan
laut yang mempunyai prospek yang cerah dan layak dikembangkan sebagai ikan
budidaya laut karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dipasar lokal
maupun internasional. Selain itu Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) juga
potensial untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya relatif cepat, mudah untuk
dipelihara, mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dan
dapat dikembangkan di Keramba Jaring Apung (KJA).
Dilihat dari prospek pasar ikan kerapu bebek yang merupakan sebagai
salah satu komoditas unggulan, maka usaha kerapu bebek bisa menjadi salah satu
pilihan untuk di kembangkan, Ikan kerapu bebek selain untuk konsumsi juga bisa
sebagai ikan hias saat ukuran benih atau pendederan (3-7 cm) karena bentuk dan
warnanya yang menarik yaitu bintik-bintik kebiru-biruan agak kuning terang.
4.2 Saran
Dalam melakukan budidaya ikan kerapu bebek beberapa hal penting
seperti pemilihan lokasi, pengelolaan kualitas air, pemilihan benih, pemilihan
pakan, pengendalian penyakit, panen, serta faktor-faktor lainnya uang
berpengaruh pada proses budidaya ikan kerapu bebek harus diperhatikan dan
dilaksanakan dengan baik agar hasil budidaya yang didapatkan mempunyai
kualitas yang sangat bagus sehingga dapat meningkatkan nilai jual dengan tetap
melestarikan jenis dan lingkungan alam sekitar yang digunakan untuk budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
Adji, T.P. 2001. Beberapa aspek pemasaran ikan karang. Dalam Aliah, R.S.,
Herdis. Irawan, D. Dan Surachman, M. 9ed) Prosiding Lokakarya
Nasional Pengembangan Agribisnis Kerapu. Jakarta 28-29 Agustus 2001 :
133-139.
Kriswantoro, M. Dan Y.A. Sunyoto, 1986. Mengenal Ikan Laut. Penerbit BP.
Karya Bani, Jakarta.
Rifai, Umar, dkk. 2013. Mengenal Ikan Kerapu dan Teknik Budidayanya di KJA.
Balai Budidaya Lauta Ambon, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Sugama K., Trijoko, Wardoyo, Hutapea J.H. and Kumagai S. 2002. Natural
spawning and larval rearing of barrumundi cod, Cromileptes altivelis, in
tanks. Pp. 91–99 in ‘Report of the APEC/NACA Cooperative Grouper
Aquaculture Workshop, Hat Yai, Thailand, 7–9 April 1999’. Collaborative
APEC Grouper Research and Development Network (FWG 01/99).
Network of Aquaculture Centres in Asia–Pacific: Bangkok, Thailand.