Anda di halaman 1dari 24

BUDIDAYA LAUT

IKAN KERAPU BEBEK

Disusun oleh :

Andi Reiza J 230210110043


Arnudin 230210110044
Okliandi Saputra 230210110045
Angga Meidia P 230210110049
Heri Abrianto 230210110050
Matinu Azlyn 230210110052
Qonitah Salimah 230210110054
Dyah Retno 230210110055

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGAM STUDI ILMU KELAUTAN

2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai potensi sumberdaya ikan
yang sangat melimpah. Dalam pembangunan sektor perikanan selain sebagai
penyokong kebutuhan protein hewani bagi masyarakat juga membuka lapangan
kerja, menambah pendapatan masyarakat serta sebagai sumber devisa negara..
Budidaya laut adalah upaya manusia melaui masukan tenaga kerja dan energi,
untuk meningkatkan produksi organisme laut ekonomis penting dengan
memanipulasi laju pertumbuhan, mortalitas dan reproduksi.

Kegiatan budidaya telah dilakukan oleh manusia sejak dulu yaitu


pemeliharaan dalam media air dengan pemberiam makanan untuk organisme air
yang dipelihara. Ikan Kerapu umumnya dikenal dengan istilah "groupers" dan
merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik di
pasar domestik maupun pasar internasional dan selain itu nilai jualnya yang cukup
tinggi dan termasuk ikan primadona eksport.

Ikan Kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk


dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi masal, untuk
melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan hidup. Berkembangnya
pasaran ikan kerapu hidup karena adanya perubahan selera konsumen dari ikan
mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah mendorong masyarakat
untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui usaha budidaya.Salah satu
jenis ikan yang mempunyai potensi untuk dibudidayakan adalah jenis ikan kerapu
bebek (Cromileptes altivalis) karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Ikan kerapu bebek atau kerapu tikus (Cromileptes altivelis), sejenis ikan
karang, berprospek cukup cerah karena kelezatan dagingnya. Permintaan terus
meningkat, baik untuk pasar ekspor maupun lokal. Harga jualpun sangat tinggi,
bias mencapai ratusan ribu rupiag per kilogram. Peluang budidaya terbuka luas
karena lahan karena lahan usaha budidaya cukup tersedia dan keuntungannya
besar.

Dilihat dari prospek pasar ikan kerapu bebek yang merupakan sebagai
salah satu komoditas unggulan, maka usaha kerapu bebek bisa menjadi salah satu
pilihan untuk di kembangkan, Ikan kerapu bebek selain untuk konsumsi juga bisa
sebagai ikan hias saat ukuran benih atau pendederan (3-7 cm). Bentuk dan
warnanya yang menarik yaitu bintik-bintik kebiru-biruan agak kuning terang
sehingga enak dilihatnya.

1.2 Tujuan
 Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah budidaya laut
 Selain itu untuk memperoleh pengetahuan, tentang biologi, teknik
pembudidayan dan pemasaran ikan Kerapu Bebek (Cromileptes
altivelis)

1.3 Manfaat
 Mengetahui taksonomi, habitat, reproduksi, teknik budidaya,
pemasaran dan nilai ekonomis dari ikan Kerapu Bebek (Cromileptes
altivelis)
 Memberikan informasi awal bagi investor maupun calon pembudidaya
tentang peluang usaha budidaya ikan Kerapu Bebek (Cromileptes
altivelis)
 Dapat mengetahui peluang pasar dari hasil produksi ikan Kerapu
Bebek (Cromileptes altivelis)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Kerapu Bebek


Kerapu bebek atau kerapu tikus (Chromileptes altivelis) adalah jenis ikan
dari keluarga Serranidae yang ditemukan di Australia, Cina, Guam, Hong Kong,
India, Indonesia, Jepang, Kenya, Malaysia, Kaledonia Baru, Kepulauan Mariana
Utara, Papua Nugini, Filipina, Pulau Pitcairn, Singapura, Taiwan, Thailand,
Vietnam dan mungkin di Mozambique dan di Vanuatu. Habitat alaminya adalah
karang laguna pantai. Jenis ini terancam kehilangan habitatnya. Dalam bahasa
Inggris, kerapu bebek disebut humpback grouper atau panther grouper

Ikan kerapu bebek merupakan salah satu jenis ikan laut yang dapat
dibudidayakan dan harganya cukup tinggi. Usaha pembesarannya dengan
menggunakan keramba jaring apung sudah dikembangkan di masyarakat, namun
konsekuensi dan perkembangan usaha pembesaran ikan kerapu bebek tersebut
menuntut ketersediaan benih yang siap di tebar. Benih tersebut harus berkualitas,
jumlah cukup dan terus menerus.

2.2 Taksonomi dan Habitat


Ikan kerapu bebek adalah jenis ikan karang yang hanya hidup dan tumbuh
cepat di daerah tropis. Ciri khasnya terletak pada bentuk moncong yang
menyerupai bebek sehingga disebut kerapu bebek.Adapun klasifikasi adalah
sebagai berikut :

Filum : Chordata
Kelas : Osteichyes
Ordo : Percomorphi
Family : Serranidae
Genus : Cromileptes
Spesies : Cromileptes altivelis
Bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan bentuk cembung
(Concaver). Ketebalan tubuh sekitar 6,6 – 7,6 cm dari panjang spesifik sedangkan
panjang tubuh maksimal sampai 70 cm. Ikan ini tidak mempunyai gigi canine
(gigi yang terdapat dalam geraham ikan) lubang hidung hidung besar berbentuk
bulan sabit dertical, kulit berwarna terang abu-abu kehijauan dengan bintik-bintik
hitam diseluruh kepala, badan dan sirip. Pada kerapu bebek muda, bintik hitamnya
lebih besar dan sedikit.

Ikan kerapu tersebar luas dari wilayah Asia Pasifik termasuk Laut Merah,
tetapi lebih terkenal dari teluk Persi, Hawai, atau Polinesia dan hampir seluruh
perairan pulau tropis Hindia dan Samudera Pasifik Barat dari Pantai Timur Afrika
sampai dengan Mozambika. Di Indonesia ikan kerapu bebek banyak didapati di
daerah perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru dan Ambon dengan
salah satu indikator adanya kerapu di daerah berkarang . Kerapu berkembang baik
pada terumbu karang hidup maupun mati atau perairan karang berdebu dan tide
pools.Dalam siklus hidup, kerapu bebek muda hidup diperairan karang pantai
dengan kedalaman 3-5 m dan kerapu dewasa hidup pada kedalaman 40–60m.
Parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu pada kisaran
suhu 24 – 31°C, salinitas antara 30 – 33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih
besar dari 3,5 ppm dan pH antara 7,8 – 8,0.

Ikan kerapu bebek merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini,


yaitu pada tingkat perkembangan mencapai dewasa (matang gonad), proses
diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan atau dapat dikatakan
ikan kerapu bebek ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian
berubah menjadi ikan jantan. mengatakan fenomena perubahan jenis kelamin pada
ikan kerapu bebek sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan umur
ikan, indeks matang kelamin dan ukuran tubuh. Induk kerapu bebek yang
ditangkap di alam memiliki ukuran kecil dan pada umumnya berjenis kelamin
betina. Induk ikan akan mengalami pematangan kelamin sepanjang tahun.
2.3 Reproduksi
Kerapu bebek bersifat hermaprodit protogini, yaitu pada perkembangan
mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin betina dan akan berubah
menjadi jantan apabila tumbuh menjadi lebih besar atau bertambah tua umurnya,
fenomena ini berkaitan erat dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin,
dan ukuran. Kerapu matang gonad pada ukuran panjang 38cm.Umumnya kerapu
bersifat soliter tetapi pada saat akan memijah akan bergerombol musim pemijahan
ikan kerapu terjadi pada Bulan Juni – September dan November – Februari
terutama pada perairan kepulauan Riau, Karimun, Jawa dan Irian Jaya.
Berdasarkan perilaku makannya ikan kerapu menempati struktur tropik teratas
dalam piramida rantai makanan salah satu sifat buruk dari ikan kerapu adalah sifat
kanibal tapi pada kerapu bebek sifat kanibalis tidak seburuk pada kerapu macan
dan kerapu lumpur.

Ikan kerapu bebek merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini,


yaitu pada tingkat perkembangan mencapai dewasa (matang gonad), proses
diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan atau dapat dikatakan
ikan kerapu bebek ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian
berubah menjadi ikan jantan.

2.4 Nilai Ekonomis

Permintaan ikan dunia dari tahun ke tahun cenderung meningkat sebagai


akibat meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas hidup yang diikuti perubahan
pola konsumsi masyarakat. Peningkatan kualitas hidup tersebut menyebabkan
bergesernya pola konsumsi makanan ke jenis makanan sehat. Makanan sehat
dicirikan dari rendahnya kandungan kolesterol dan tingginya kandungan protein
salah satunya adalah ikan (Akbar 2002). Lonjakan permintaan ikan tersebut tidak
akan dapat terpenuhi kalau hanya mengandalkan hasil tangkapan alam. Salah satu
alternatif terbaik untuk mengantisipasi peningkatan permintaan ikan adalah
dengan mengembangkan budidaya ikan.
Ikan kerapu Bebek merupakan jenis ikan yang paling populer dan bernilai
tinggi diantara jenis ikan karang di daerah Asia Pasifik. Ikan kerapu umumnya
tumbuh cepat, kuat, dan cocok untuk budidaya intensif dan mempunyai kekhasan
dalam pasca panen serta penyajiannya dalam konsumsi. Permintaan jenis ikan
kerapu yang cukup tinggi disebabkan mempunyai keunikan dalam cara memasak
dan menyajikannya serta sediaan di alam sangat langka. Biasanya ikan kerapu
hidup pada kedalaman 20-80 m di bawah permukaan laut (SEAFDEC 2001).
Kerapu merupakan salah satu prioritas komoditas laut yang diunggulkan.
Menurut data perikanan FAO (2004) menunjukkan bahwa terdapat 13 komoditas
ikan laut utama yang dibudidayakan di Asia, Ikan kerapu termasuk di dalamnya.
Dalam kurun waktu 20 tahun yaitu dari tahun 1985 hingga 2004.
Permintaan terhadap jenis ikan Kerapu yang tinggi mendorong para
nelayan untuk melakukan penangkapan, sehingga mengakibatkan eksploitasi ikan
ini sering dilakukan tanpa memperhatikan lingkungan yaitu dengan menggunakan
bahan peledak atau potasium. Cara demikian jelas sangat membahayakan populasi
ikan yang ada karena terumbu karang sebagai rumah bagi ikan rusak dan
pemulihannya membutuhkan waktu yang sangat lama.
Guna menyelamatkan dan mendayagunakan sumber kekayaan alam, maka
pengembangan budidaya ikan Kerapu Bebek dilakukan secara serius dan usaha
pembesarannya dilakukan dengan menggunakan keramba jaring apung di laut
diharapkan dapat menjadi prioritas utama dalam memenuhi permintaan pasar,
karena selain memiliki harga jual yang tinggi juga peluang membudidayakannya
masih terbuka luas.

Ikan kerapu Bebek bernilai gizi tinggi dan telah dapat dibudidayakan secara
komersial di beberapa negara tropis. Rasa dagingnya yang lezat membuat ikan ini
punya nilai tinggi di pasar dunia. Tingginya harga komoditas ini juga karena
ketersediaannya di alam mulai berkurang. Di Indonesia, dewasa ini kegiatan
perikanan ikan kerapu Bebek semakin digalakkan sejalan dengan bertambahnya
permintaan ikan kerapu, baik untuk memenuhi dalam negeri khusunya dalam
melayani permintaan hotel-hotel dan restoran bertaraf internasional, maupun
sebagai komoditas ekspor yang akhir-akhir ini semakin besar permintaannya
dalam bentuk hidup. Negara tujuan ekspor kerapu adalah Hongkong, Taiwan,
China, Jepang, Korea Selatan, Vietnam, Thailand, Filipina, USA, Australia,
Singapura, Malyssia dan Perancis.

Paling sedikitnya ada tiga alasan mengapa ikan kerapu Bebek perlu
dikembangkan sebagai komoditas unggulan di Indonesia yaitu :

1) Kerapu Bebek merupakan komoditi perikanan yang memiliki peluang ekspor


yang sangat menarik yang selama ini belum dimamfaatkan secara penuh.
2) Pertumbuhan bisnis kerapu Bebek secara keselurtuhan diharapkan akan
membawa dampak peningkatan devisa Negara dan kesejahteraan lapisan
bawah masyarakat yang hidup dengan mata pencarian bidang perikanan.
3) Modernisasi penangkapan dan budidaya ikan kerapu akan mengurangi
dampak negatif terhadap lingkungan laut khususnya rusaknya terumbu karang.
Alasan tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya pengembangan
perikanan ikan kerapu yang nantinya diharapkan tidak hanya memberikan dampak
terhadap sektor perikanan secara luas melainkan juga terhadap pengembangan
wilayah, pariwisata dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai tindak lanjut dari
tekad tersebut maka pengembangan ikan kerapu melalui budidayanya merupakan
model bisnis yang menjanjikan (Sudirman dan Karim, 2008).

2.5 Ekspor Kerapu Bebek

Salah alasan mengapa melakukan kegiatan budidaya kerapu Bebek adalah


bahwa kerapu Bebek merupakan komditas ekspor yang sangat digemari.
Permintaan akan ikan kerapu setiap tahunnya mengalami peningkatan. Permintaan
akan komoditas kerapu Bebek mencapai 35.000 ton per tahunnya. Jika
dibandingkan dengan produksi nasional Indonesia pada tahun 2010 dengan
asumsi semuanya diekspor maka produksi kerapu nasional hanya memenuhi
sekitar 30% permintaan pasar dunia.

Hampir seluruh komoditas budidaya laut merupakan komoditas ekspor


yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Harganya dipasaran dunia sangat baik
dibandingkan dengan ikan air tawar. Begitu pula dengan yang kerapu Bebek,
harganya dipasaran dunia mencapai US$ 25 – US$ 125 dan Indonesia merupakan
salah satu ekspotir ikan kerapu Bebek terbesar di dunia. Pemasaran ikan kerapu
Bebek Indonesia tersebar di beberapa Negara, yaitu Jepang, Taiwan, Thailand,
Malaysia, Singapura, Vietnam, Brunei dan Filipina.

Pembenihan ikan kerapu Bebek sekarang tidak lagi dilakukan dengan


skala besar. Saat ini sudah banyak berkembang pembenihan ikan kerapu skala
kecil dengan model HSRT atau Hatchery Skala Rumah Tangga. Pembenihan
skala rumah tangga tersebar di 7 daerah, yaitu Lampung, Jawa Timur, Banten,
Maluku, Bali, Jawa Tengah dan Sulawesi. Pembenihan dengan skala rumah
tangga atau HSRT terlengkap ada di provinsi Jawa Timur mulai dari HSRT skala
kecil, HSRT sepenggal dan HSRT lengkap.
BAB III

ANALISIS BUDIDAYA

3.1 Pemilihan Lokasi


Pemilihan lokasi yang sesuai sangat penting bagi kelangsungan usaha
budidaya kerapu bebek. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan diantaranya
sebagai berikut (Trubus, 2009):

1. Gangguan Alam
Gangguan alam adalah faktor yang terjadi secara alami, seperti ombak,
gelombang, dan arus yang kuat terjadi terus menerus. Dampaknya berupa stress
pada ikan sehingga mengurangi selera makan ikan dan juga dapat merusak
konstruksi wadah budidaya seperti karamba jaring apung.

2. Predator
Beberapa jenis ikan dapat mengancam kehidupan dan mengganggu
ketenangan ikan sehingga menyebabkan menurunnya produksi. Ikan-ikan
tersebut di antaranya ikan buntal dan ikan besar yang ganas.

3. Pencemaran
Lingkungan perairan seringkali tercemar oleh limbah berupa bahan kimia
berbahaya, sisa pestisida, plastik, detergen, atau sampah organik. Semua dapat
mengganggu kesehatan dan kehidupan ikan. Bahkan bahan kimia tertentu,
terutama yang mengandung logam berat atau bahan beracun dapat mengancam
kehidupan ikan dan orang yang mengkonsumsinya.

4. Lalu lintas Laut


Lalu lintas kapal atau perahu nelayan dapat mengganggu ketenangan usaha
budidaya. Selain itu, kapal-kapal besar juga berpotensi mencemari lingkungan
perairan dengan buangan limbah atau sisa minyak yang menjadi bahan bakarnya.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, lokasi budidaya
sebaiknya di teluk, selat di antara pulau-pulau berdekatan, atau perairan terbuka
dengan terumbu karang penghalang (barrier reef) yang cukup panjang. Selain
itu kondisi air harus jernih dan bebas dari fenomena alam arus balik (upwelling)
(Trubus, 2009). Pemilihan lokasi yang sesuai sangat penting bagi kelangsungan
usaha budidaya ikan kerapu bebek, sehingga diharapkan dalam melakukan usaha
pembenihan ikan kerapu bebek pengusaha memilih lokasi disekitar pantai, dengan
harapan mudah untuk mendapatkan suplay air laut, selain itu transportasi
kepembenihan harus lancar dan tersedia sumber air tawar.

3.2 Persyaratan Kualitas Air


Syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan budidaya kerapu bebek adalah
kualitas air. Kejernihan suatu perairan belum tentu memberi jaminan kualitas air,
namun kejernihan setidaknya cukup untuk menduga kondisi air itu baik atau
buruk. Menurut ketut sugama et al,. (2000) untuk memastikan kualitas air perlu
dilakukan pemeriksaan parameter kualitas air diantaranya:

 Kecerahan minimal 3—5 meter


 Kadar garam (salinitas) 30—33 ppt Suhu air 24 0C—32 0C
 pH air 7—9
 Kandungan oksigen terlarut (DO, dissolved oxygen) minimal 3 ppm
Secara lengkap, standar mutu perairan untuk budidaya biota laut
tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup No. KEP-02/MENKLH/1/1988. Berdasarkan kriteria tersebut,
Direktorat Jenderal Perikanan memperkirakan perairan Indonesia memiliki
potensi areal yang cukup besar untuk usaha pembudidayaan kerapu, yakni
seluas 506.000 ha tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia (Trubus,
2009).

3.3 Teknik Budidaya

3.3.1 Wadah budidaya


Dalam melakukan persiapan wadah dan air ini perlu pengetahuan
mengenai kehidupan/biologi ikan kerapu tersebut, khususnya lingkungan yang
diperlukan untuk hidup dan kehidupannya. Bak yang digunakan untuk ikan
kerapu ini dapat berupa bak beton, fiberglass, bak kayu dilapisi plastik atau
akuarium. Ukuran bak dapat bermacam-macam dan biasanya dapat menentukan
kepadatan dan ukuran benih yang akan ditebar. Hal yang harus diperhatikan
adalah kemudahan dalam pengaturan aerasi dan pengelolaan air pada bak tersebut.
Jadi bak harus dilengkapi dengan pipa pemasukan dan pipa pengeluaran air. Bak
yang digunakan untuk kerapu ini dapat berbentuk bulat atau empat persegi
Panjang.
Salah satu gambaran bentuk bak yang digunakan untuk kerapu adalah bak
beton berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 1,2 m x 4 m x 0,8 m yang
dapat diisi air sekitar 2,5-3,5 m3. Pada bak ini dapat ditebar 2500-3500 ekor benih
kerapu yang berukuran 1.5–3 cm atau dengan padat tebar sekitar 1 ekor/liter. Pada
salah satu sisi panjang bak ini dilengkapi dengan pipa PVC ¾ inci sebagai saluran
aerasi. Pipa saluran aerasi diberi lubang sebanyak 4 buah dengan jarak antar
lubang dibuat sama. Selang aerasi yang digunakan berdiameter 1/16 inci, setiap
selang aerasi dilengkapi dengan batu aerasi dan pemberat. Jarak batu aerasi
dengan dasar bak sebaiknya 5-10 cm. Pada bak beton tersebut dibuatkan saluran
pemasukan untuk memasukkan air dari bak tandon, dapat berupa pipa PVC
berukuran ¼ inci yang dilengkapi dengan keran. Disamping itu disalah satu sisi
bagian yang lain dibuatkan saluran pengeluaran yang terbuat dari bahan pipa PVC
dengan diameter 2 inci yang dilengkapi pula dengan keran. Dasar bak dibuat
miring 2-3% ke arah pembuangan. Penggunaan bak dari bahann fiberglass
umumnya berukuran 2.5 m x 1.2 m x 0.7 m yang dapat diisi air sekitar 2 m3,
hanya dapat ditebari benih ikan kerapu sebanyak 2000 ekor per wadah dengan
kepadatan dan ukuran benih yang sama. Bak ini juga dilengkapi dengan pipa
pemasukan dan pengeluaran air serta selang aerasi. Sebelum benih ditebar, bak
pemeliharaan dan peralatan yang akan digunakan harus dibersihkan terlebih
dahulu. Bak disiram dengan desinfektan berupa larutan kaporit 100-150 ppm pada
seluruh sisi bagian dalam bak dan didiamkan selama 24 jam. Penyiraman\ dengan
kaporit ini untuk mempermudah pekerjaan membersihkan dasar dan dinding bak
dari kotoran yang menempel. Setelah itu bak danperalatan disikat dan dibilas
dengan menggunakan air tawar sampai bau kaporit hilang, kemudian dikeringkan
selama sehari. Kegiatan pembersihan ini bertujuan pula agar semua organisme
yang menempel atau bakteri di dinding bak dan peralatan lainnya mati. Setelah
bersih, bak diisi air laut dan diaerasi selama 2 hari sebelum digunakan.

3.3.2 Benih
Benih Kerapu Bebek bebek dengan padat tebar per waring adalah 100 –
200 ekor melihat ukuran dari karamba. Benih yang datang siap tebar langsung
diadaptasikan di atas KJA. Dalam penebaran benih adaptasi dilakukan sebagai
berikut
1. Membuka box/styrofoam di tempat yang agak gelap agar ikan tidak terkejut.
2. Meletakkan kantong ikan yang belum terbuka terendam dalam air pada lokasi
pemeliharaan selama 10 – 20 menit agar suhu di dalam kantong dan di luar setara.
3. Melepaskan ikan melalui bukaan kantong plastik dan ditampung di box semula.
4. Aliri box atau styrofoam dengan air sebanyak 200 – 300 % dari volume box.
5. Ikan siap ditebar ke dalam wadah pemeliharaan .
Penebaran benih dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00-10.00 untuk
menghindari stress karena kondisi lingkungan terutama suhu. Benih yang ditebar
pada pendederan di BBPBAP jepara berukuran 2 – 3 cm, lokasi antara bak
pemeliharaan larva dengan bak pendederan yang relatif dekat selain itu air yang
digunakan pada bak larva dan bak pendederan berasal dari tandon yang sama
sehingga kualitas air yang digunakan sama sehingga pada saat pengangkutan
benih menggunakan ember atau baskom plastik kapasitas 5 liter. Penebaran
dilakukan tanpa aklimatisasi karena kondisi bak pemeliharaan larva dengan bak
pendederan relatif sama. Padat penebaran benih pada pendederan kerapu bebek di
BBPBAP jepara pada bak beton 1000 ekor / bak.
Pada pendederan sebaiknya harus lebih memperhatikan lokasi agar
mempermudah dalam pengangkutan larva ke sarana pendederan dan air yang
digunakan pada bak larva dan bak pendederan mempunyai parameter air sehingga
pada waktu pemindahan kita dapat menimalisir stres yang akan berakibat
kematian dari ikan tersebut.

3.3.3 Pakan
Pakan yang digunakan adalah dari jenis ikan rucah dan pakan buatan.
Pakan dipotong kecil-kecil sesuai dengan bukaan mulut benih dengan jumlah
potongan yang dikonversikan dengan jumlah ikan. Beberapa hal yang penting
dalam penanganan pakan adalah :

1. Pakan ikan rucah harus dalam keadaan segar


2. Sisa potongan pakan harus segera dibekukan ke dalam freezer
3. Pakan yang beku harus dicairkan terlebih dahulu secara benar sebelum
diberikan pada ikan.
4. Pellet tidak boleh disimpan lebih dari 3 bulan
5. Pellet yang sudah berubah bau dan warna sebaiknya tidak diberikan pada ikan

3.3.4 Pengelolaan Kualitas Air


Kualitas air perlu diperhatikan dan dikontrol setiap saat untuk menunjang
keberhasilan pemeliharaan baik larva maupun pembesaran. Dalam pemeliharaan
larva pada bak penetasan telur, penggantian air atau cangkang telur dan telur yang
tidak menetas dengan cara sifon dilakukan sehari setelah telur menetas. Pada
tahap ini pengelolaan air yang dilakukan adalah pergantian air dan pengaturan
suhu serta kadar garam di air.

1. Pergantian air dengan penyifonan dilakukan setelah larva berumur 10-20


hari sebanyak 10-20% per hari. Umur 21-30 hari, air yang diganti
sebanyak 30-40% per hari. Umur 31-35 diganti sebanyak 50-80% per hari,
dan lebih dari umur 35 hari  airnya diganti sebanyak 80% per hari (Akbar
dan Sudaryanto 2001).
2. Pengaturan suhu dan kadar garam menggunakan suhu air yaitu 26-31ºC.
Kisaran ini layak untuk kehidupan larva ikan kerapu bebek. Perubahan
suhu air yang terjadi secara tiba-tiba dalam kisaran tinggi akan memicu
terjadinya stress pada larva. Untuk menghindari stress disarankan menutup
bak larva dengan plastic transparan dimalam hari. Kadar garam air laut
yang stabil yaitu 34-35 ppt.
Selanjutnya pada tahap pembesaran ikan kerapu bebek pengelolaan air
pada budidaya keramba jaring apung atau KJA harus memperhatikan kondisi
jaring. Jaring yang telah kotor atau terlalu banyak yang menempel akan
menyebabkan sirkulasi air dari dan di dalam jaring terganggu sehingga kualitas air
pun menurun. Perawatan jaring disesuaikan dengan kondisi perairan biasanya
jaring harus diganti setiap 2-3 minggu.Jaring direndam dengan air tawar dan
dikeringkan dengan sempurna dibawah sinar matahari.Untuk mengetahui kondisi
suhu maupun salinitas perlu dilakukan pemeriksaan rutin baik menggunakan
thermometer maupun salinometer.

3.3.5 Pengendalian Penyakit

Di lingkungan alam, ikan dapat diserang berbagai macam penyakit atau


parasit. Demikian juga dalam pembudidayaan, bahkan penyakit/parasit tersebut
dapat menyerang dalam jumlah yang lebih besar dan dapat menyebabkan
kematian ikan dan menyebabkan kerugian dalam kegiatan budidaya. Oleh karena
itu, pencegahan penyakit dan penanggulangan merupakan aspek budidaya yang
penting.penyakit dapat ditimbulkan oleh satu atau berbagai macam sumber
penyakit. Hama dan penyakit yang biasa timbul disebabkan oleh jeleknya mutu
bibit, selain itu adanya keadaan perairan yang kurang memadai seperti dekatnya
dengan kawasan industri, jalur pelayaran kapal laut, dll. Hal ini dapat diantisipasi
dengan pemilihan bibit yang baik, dan pemilihan lokasi budidaya yang tepat.

Penyebab-penyebab penyakit antara lain stress, organism pathogen (seperti


protozoa, bakteri, dan virus), perubahan lingkungan (seperti adanya blooming
yang berkembang dalam jumlah yang banyak,misalnya alga), faktor racun (seperti
dosis obat yang berlebihan), dan kekurangan nutrisi. Penyebab yang berbeda akan
menyebabkan pula perbedaan tanda-tanda eksternal ikan yang sakit, misalnya
kematian yang mendadak, perubahan tingkah laku, tidak mau makan, dan sisik
lepas.

1. Stres
Ikan yang baru ditangkap dan kemudian dipelihara biasanya mengalami
stres.Demikian pula ikan yang baru ditransportasikan dan saat ditebar.Stres dapat
mengakibatkan ikan menjadi shock, tidak mau makan, kanibalisme.Dan
meningkatnya kepekaan terhadap penyakit.Untuk mengurangi stres, saat
penebaran benih harus dilakukan secara hati-hati.Ikan-ikan yang baru tidak boleh
langsung dicampur dengan ikan yang lama. Tindakan aklimatisasi dilakukan
dengfan cara mengubah sedikit demi sedikit kondisinya sehingga menyerupai
kondisi lingkungan yang baru.

2. Penyakit Akibat Serangan Parasit


 Monogenia
Monogenia adalah parasit sejenis kutu ikan dari golongan crustacea.
Ukurannya mencapai 2-3 mm. Biasanya menyerang dengan cara menempel
dipermukaan tubuh ikan, terutama pada kulit dan sirip. Dalam keadaan hidup
warnanya transparan sehingga nampak dengan mata telanjang.Bila terserang ikan
bisa mati karena parasit ini menghisap darah. Penyebarannya melalui perairan di
sekitar lokasi pemeliharaan, gejala serangan adalah luka pada tubuh, berenang
lambat, cenderung memisahkan diri dari kelompoknya, nafsu makan menurun,
sisikmudah lepas, insang merah pucat, sering menggesekkan tubuhnya kejaring
dan berenang miring.

 Trematoda
Trematooda adalah cacing putih, jenis yang sering menyerang ikan Kerapu
Tikus adalah Diplectinum sp. Biasanya menyerang insang, hati dan
mata.Penyebaran bisa melalui pakan dan lingkungan. Gejala ikan yang terserang
antara lain nafsu makan menurun, warna tubuh dan insang pucat, lendir di
permukaan tubuh banyak, berenang di permukaan air dengan tutup insang
terbuka. Umumnya seangan cacing ini bersamaan dengan serangan penyakit
Vibrosis.

3. Mikroorganisme
Berikut beberapa organisme yang dapat menyebabkan penyakit ikan ialah
dari golongan crustacea, cacing, protozoa, jamur, bakteri, dan virus.

a.    Nerocila sp
Nerocila sp termasuk golongan crustacean dan bersifat vivipar.Hewan ini
merupakan parasit yang menyerang ikan yang berukuran lebih 50 g. Biasanya
menyerang bagian insang ikan sehingga pernapasan ikan terganggu.Namun ,
kadang-kadang ditemukan juga dirongga hidung ikan yang berukuran besar.
Parasit ini ditanggulangi dengan cara berikut. Karamba diangkat dan ikan
dimasukan kedalam bak, kemudian karamba tersebut disemprot dengan larutan
formalin 1%.Sedangkan ikan-ikan yang ada dalam bak direndam dalam formalin
200 ppm beberapa menit sampai Nerocila rontok sendiri dan bisa dibuang.

b.    Cacing
Cacing yang menjadi parasit budidaya ikan kerapu biasanya jenis
Diplectanum.Cacing ini menyerang insang ikan sehingga warna insang menjadi
pucat dan kelihatan berlendir.Penyerangan penyakit ini sering dibarengi dengan
penyakit lain, seperti vibriosis (bakteri vibrio) (Sunyoto, 1997). Beberapa cara
penanggulangan ikan yang diserang parasit Diplectanum sebagai berikut.

1.    Ikan-ikan yang terserang direndam dalam larutan formalin dengan dosis 200
ppm selama 0,5-1 jamdan diulang setelah 3 hari
2.    Ikan kerapu yang diserang direndam dalam air tawar selama 1 jam atau dalam
air yang mengandung acriflavin 100 ppm selama 1 menit atau 10 ppm selama 1
jam.

c.    Protozoa

Jenis protozoa yang sering menyerang ikan kerapu yaitu Crytocayon sp.


Organisme ini menyerang ikan pada bagian kulit dan insang.Tanda-tanda ikan
yang diserang penyakit ini yaitu hilangnya selera makan, lesuh, mata menjadi
buta, sisik terkupas, kadang-kadang ada pendarahan, dan kerusakan sirip serta
insang mengalami kerusakan dan terlihat banyak lendir yang menempel. Ada
beberapa cara untuk menanggulangi penyakit ini, yaitu dengan merendam ikan air
laut yang mengandung formalin 200 ppm selama 0,5-1 jam.

4.  Bakteri
Ada 3 jenis golongan bakteri yang sering menyebabkan penyakit pada ikan
laut yaitu :

1.    Bakteri perusak sirip ikan yang sakit ini biasanya diserang juga oleh bakteri
Myxobacter, Vibrio, Pseudomonas, dan bakteri coccus gram negatif. Penyerangan
oleh bakteri ini biasanya terjadi pada waktu penanganan hasil panen (pascapanen),
mulanya ikan-ikan saling menggigit dan lukanya kemudian terinfeksi oleh bakteri
tersebut.Banyak jenis antibiotik di pasar yang sering digunakan untuk
penanggulangan bakteri ini. Antibiotik tersebut antara lain nitrofurazone 15 ppm
atau sulphonamid 50 ppm selama paling sedikit      4 jam, neomycin sulphate 50
ppm selama 2 jam, chloromphenicol 50 ppm selama 2 jam, dan acriflavin 100
ppm selama 1 menit.

2.    Bakteri Vibrio sp

Bakteri ini merupakan gram negatif yang berbentuk batang dan menyebabkan
penyakit vibriosis.Ikan yang terserang bakteri ini tampak berwarna gelap.
Penanggulangannya dapat dengan memberi oxytetracyclin sebanyak 0,5 g per kg
pakan selama 7 hari atau chloramphenicol 0,2 g per kg pakan selama 4 hari (untuk
ikan yang masih mau makan) atau dengan perendaman nitrofurazone 15 ppm
paling sedikit 4 jam (bila ikan tidak mau makan).

3.    Bakteri Streptococcus sp.

Bakteri ini menyebabkan penyakit Streptococcosis dengan tanda-tanda ikan


kelihatan kelelahan, berenangnya tidak teratur dan terjadi pendarahan pada mata.
Sebagai saran untuk pengobatan penyakit ini yaitu dengan pemberian ampixillin
0,5 g per kg pakan selama 5 hari atau erythromycin estolat 1 g per kg pakan
selama 5 hari. Bila tidak mau makan, dapat diberikan suntikkan dengan penicillin
3.000 unit per kg ikan.

5. Virus VNN
Tanda-tanda ikan terserang Viral Nervous Necrosis (VNN) adalah nafsu makan
larva berkurang, pergerakan lemah, kadangkala larva mengapung di permukaan
air dan tergeletak didasar bak. Apabila terjadi serangan VNN pada larva yang
berumur dibawah 20 HSM, sering menimbulkan kematian tinggi dan kadangkala
mati total. Saat ini belum ada cara penanggulangan VNN tersebut. Juvenil yang
terinfeksi VNN biasanya tidak mempunyai nafsu makan sehingga menjadi kurus,
selalu tinggal didasar bak lalu mati.Pencegahan yang ada yaitu dengan
memelihara pada lingkungan perairan yang baik, pakan cukup baik jumlah
maupun mutu dan kepadatan tidak terlalu tinggi agar imunitas ikan tidak menurun
karena stress.Percobaan pemberian imunostimulan melalui pakan tidak terlihat
jelas dampaknya pada ketahanan terhadap VNN dan perlu penelitian lebih lanjut
(Sugama dkk 2001).

Pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit yang dapat menyerang


ikan kerapu yang dibudidayakan dalam tambak, harus merupakan salah satu
program.Karena dengan adanya tindakan pencegahan, maka hanya diperlukan
biaya yang relatif murah bila dibandingkan dengan biaya pengobatan dengan
biaya pengobatan yang diperlukan.

3.3.6 Panen
Masa panen ikan Kerapu Bebek disesuaikan dengan ukuran ikan yang
diminati pasar, yakni dengan berat antara 500 –- 800 gram. Waktu pemeliharaan
yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran tersebut adalah sekitar 4-7 bulan
tergantung pada ukuran bibit. Proses panen harus dilakukan secara teliti karena
luka pada ikan dapat menurunkan harga. Agar ikan tidak mengalami stres,
sebaiknya lakukan pemanenan pada saat pagi atau sore hari. Pada hari pemanenan,
pemberian pakan dihentikan.Selanjutnya tali pemberat pada karamba dilepas dan
jaring diangkat perlahan-lahan.Setelah itu ikan dipindahkan ke atas kapal yang
dilengkapi palka khusus untuk menampung ikan. Atau langsung dikemas di atas
rakit secara tertutup menggunakan plastik berisi air dan oksigen. Setiap plastik
berisi 5-6 ekor ikan, diberi obat penenang dan desinfektan, lalu diangkut ke darat.

Panen dapat dilakukan secara selektif (sesuai dengan keinginan konsumen)


maupun secara keseluruhan pada saat permintaan pasar sedang melonjak.
Selanjutnya adalah proses distribusi dari tempat budidaya ke tangan para
konsumen. Proses ini berkaitan dengan lokasi budidaya yaitu akses jalan untuk
kendaraan pengangkut. Untuk proses pengakutan dapat menggunakan drum
plastik yang berisi 2/3 air laut dengan jumlah kepadatan ikan ± 50 ekor/drum.

3.4 Pemasaran
Umumnya ikan kerapu bebek pemasarannya dilakukan melalui pedagang,
pengumpul, atau agen. Jalur perdagangan ini akan semakin panjang untuk skala
ekspor karena penyertaan eksportir, importer pedagang besar, agen, ataupun
pedagang pengecer. Setiap pelaku dalam jalur pemasaran ini akan mengambil
keuntungan. Harga ikan kerapu bebek sangat relative antara Rp. 300– 500 ribu/kg,
tergantung dari panjang pendeknya jalur pemasaran serta kualitas dari ikan kerapu
tersebut. Dalam pemasaran ikan kerapu bebek dapat dibedakan atas pasar dalam
negeri atau local dan pasar luar negeri atau ekspor. Apapun bentuk pasar yang
dipilih, pemasaran akan berhasil baik apabila kualitas dan kuantitasnya
memungkinkan.

1. Pemasaran Dalam Negeri


Pemasaran ikan kerapu sebenarnya tidak mengalami masalah yang berarti,
akan tetapi permasalahan akan muncul ketika lokasi budidaya jauh dari pedagang,
pengumpul dan produksinya relative sedikit. Untuk pasar lokal yang dekat dan
jumlah produksinya banyak umumnya jalur pemasaranya adalah produsen —
pengumpul — agen — pedagang pengecer — konsumen atau produsen –
pengumpul — pedagang pengecer — konsumen. Jalur yang pendek tentu
menyebabkan biaya transportasi dan biaya rugi laba akan lebih kecil sehingga
harga di pengumpul dan konsumen juga rendah, hanya saja penyerapan pasar
lokal untuk ikan kerapu konsumsi masih sangat rendah karena belum membudaya.
Diperkirakan pasar local baru menyerap sekitar 5 % dari produksi yang ada.

2. Pemasaran Luar Negeri

Pasar yang lebih banyak jalurnya untuk tiba kekonsumen serta dalam
wilayah yang lebih luas dan potensinya lebih besar adalah pasar luar negeri.
Untuk mendapatkan pasar luar negeri ini, diperlukan proses yang panjang dengan
pengetahuan dan wawasan yang luas, terutama tentang perilaku dan permintaan
pasarnya. Proses tersebut meliputi pengetahuan potensi pasar di tiap wilayah atau
negara, jalur perdagangan dan jaringan yang ada disuatu negara saat itu, cara
menarik dalam mencari pembeli, kualitas, jenis, jumlah kebutuhannya serta
pengemasan dan transportasinya.

3.5 Analisis Usaha

Di dalam dunia bisnis analisa usaha merupakan kegiatan yang sangat


penting, dari analisa usaha tersebut dapat diketahui besarnya keuntungan usaha
tersebut, analisa usaha ikan Kerapu Bebek sangatlah bervariatif, hal ini
disebabkan oleh perhitungan biaya operasional yang dipengaruhi oleh besarnya
unit usaha, jenis alat dan bahan yang digunakan, letak lokasi usaha, dan masih
banyak faktor lain.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) merupakan salah satu jenis ikan
laut yang mempunyai prospek yang cerah dan layak dikembangkan sebagai ikan
budidaya laut karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dipasar lokal
maupun internasional. Selain itu Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) juga
potensial untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya relatif cepat, mudah untuk
dipelihara, mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dan
dapat dikembangkan di Keramba Jaring Apung (KJA).

Dilihat dari prospek pasar ikan kerapu bebek yang merupakan sebagai
salah satu komoditas unggulan, maka usaha kerapu bebek bisa menjadi salah satu
pilihan untuk di kembangkan, Ikan kerapu bebek selain untuk konsumsi juga bisa
sebagai ikan hias saat ukuran benih atau pendederan (3-7 cm) karena bentuk dan
warnanya yang menarik yaitu bintik-bintik kebiru-biruan agak kuning terang.

Selain itu modernisasi penangkapan dan budidaya ikan kerapu akan


mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan laut khususnya rusaknya
terumbu karang.

4.2 Saran
Dalam melakukan budidaya ikan kerapu bebek beberapa hal penting
seperti pemilihan lokasi, pengelolaan kualitas air, pemilihan benih, pemilihan
pakan, pengendalian penyakit, panen, serta faktor-faktor lainnya uang
berpengaruh pada proses budidaya ikan kerapu bebek harus diperhatikan dan
dilaksanakan dengan baik agar hasil budidaya yang didapatkan mempunyai
kualitas yang sangat bagus sehingga dapat meningkatkan nilai jual dengan tetap
melestarikan jenis dan lingkungan alam sekitar yang digunakan untuk budidaya.
DAFTAR PUSTAKA

Adji, T.P. 2001. Beberapa aspek pemasaran ikan karang. Dalam Aliah, R.S.,
Herdis. Irawan, D. Dan Surachman, M. 9ed) Prosiding Lokakarya
Nasional Pengembangan Agribisnis Kerapu. Jakarta 28-29 Agustus 2001 :
133-139.

Akbar S, Sudaryanto. 2002. Pembenihan Pembesaran Kerapu Bebek. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Anonim. 2010. Ikan Kerapu Bebek. http://abzn.wordpress.com/2010/07/03/ikan-


kerapu-bebek/ [diakses pada 17 mei 2014]

Kriswantoro, M. Dan Y.A. Sunyoto, 1986. Mengenal Ikan Laut. Penerbit BP.
Karya Bani, Jakarta.

Negara, E V. 2013. Pembenihan Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes


altivelis).Program Studi Teknologi Akuakultur. Sekolah Tinggi
Perikanan : Jakarta Sugama, Ketut, dkk. 2001. Petunjuk Teknis Budidaya
Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis). Balai Besar Perikanan Laut
Gondol : Bali.

Rifai, Umar, dkk. 2013. Mengenal Ikan Kerapu dan Teknik Budidayanya di KJA.
Balai Budidaya Lauta Ambon, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,
Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Sugama K., Trijoko, Wardoyo, Hutapea J.H. and Kumagai S. 2002. Natural
spawning and larval rearing of barrumundi cod, Cromileptes altivelis, in
tanks. Pp. 91–99 in ‘Report of the APEC/NACA Cooperative Grouper
Aquaculture Workshop, Hat Yai, Thailand, 7–9 April 1999’. Collaborative
APEC Grouper Research and Development Network (FWG 01/99).
Network of Aquaculture Centres in Asia–Pacific: Bangkok, Thailand.

Sutarmat T, dkk. 2003. Petunjuk Teknis Budidaya Kerapu Bebek (Cromileptes


Altivelis) di Keramba Jaring Apung. Balai Riset Budidaya Laut Gondol,
Pusat Riset dan Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.
Sutarmat T. 2004. Beberapa Kunci Sukses pada Budididaya Kerapu di Keramba
Jaring Apung. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut. Gondol.
Trubus. 2009. Pembesaran Kerapu Bebek. http://www.trubus-online.co.id/tru/
wpcontent/uploads/2009/12/Pembesaran%20Kerapu%20Bebek.pdf
[Diakses pada tanggal 9 Mei 2014]

Zulkifli,dkk. 2014. Teknologi Budidaya Kerapu. NAD. Litbang Departemen


Perhutanan.

Anda mungkin juga menyukai