Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU NUTRISI TERNAK RUMINANSIA

“PENGUKURAN KECUKUPAN NUTRISI PADA SAPI BALI”

OLEH

IMRON HADI

B1D018116

4B1

UNIVERSITAS MATARAM

FAKULTAS PETERNAKAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas nikmat yang Allah SWT berikan berupa
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pratikum
Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia.
Saya berterimakasih pula kepada seluruh pihak yang telah membantu serta
memberikan dukungannya dalam penyelesaian laporan ini yakni teman terutama
kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia.
Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan kita bersama dalam mata
kuliah Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia yang didasarkan pada praktikum yang
telah dilaksanakan supaya menjadi titik acuan dalam studinya yang mempunyai
peran penting dalam kehidupan seharihari umumnya dan dunia peternakan
khususnya.
Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif dan dapat memperbaiki
laporan ini kedepannya sangat saya harapkan. Tidak lupa pula saya mengucapkan
terima kasih kepada para pihak yang telah membantu saya dalam menyusun dan
membuat laporan ini yang dalam hal ini tidak dapat saya sebutkan.

Praya,26 Juni 2020

Penyusun

I
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
DAFTAR TABEL................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum.......................................................................2
1.2.1 Tujuan Praktikum.........................................................................................2
1.2.2 Kegunaan Praktikum ...................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Sapi Bali.............................................................................................................3
2.2 Rumput Lapangan..............................................................................................3
2.3 PBB (Penambahan Bobot Badan)......................................................................4
2.4 Bahan Kering (BK) dan Bahan Organik (BO) Hijauan Pakan Ternak..............4
2.5 Kecernaan BK....................................................................................................5
2.6 Tabel Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Ternak.................................................5
2.7 Perhitungan Bahan Kering.................................................................................6
BAB III MATERI DAN METODE......................................................................7
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum...........................................................................7
3.2 Materi Praktikum...............................................................................................7
3.3 Metode Praktikum..............................................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................8
4.1 Hasil Praktikum..................................................................................................8
4.2 Pembahasan........................................................................................................8
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................13
5.1 Kesimpulan......................................................................................................13
5.2 Saran.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
LAMPIRAN..........................................................................................................15

II
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Rumput Atau Hijauan Pakan Ternak..........................6


Tabel 2. Pakan Hijauan Dan Kandungan Nutrisinya Untuk Sapi............................6
Tabel 3. Ukuran Lingkar Dada (Cm) Dan Estimasi Bobot Badan (Kg)..................8
Tabel 4. Jenis Pakan Dan Komposisi Pakan............................................................8
Tabel 5. Kecukupan Nutrisi Sapi Bali.....................................................................8

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia mempunyai kekayaan dan potensi sumber daya genetik ternak


sapi potong nasional, yangtelah dimanfaatkan sebagai sumber pangan
daging,tenaga kerja, energi dan pupuk. Mempertahankan sumber daya ternak
lokal pentingartinya untuk mencapai keamanan panganberkelanjutan bagi jutaan
umat manusia.

Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki nilai
gizi serta nilai ekonomi yang tinggi. Sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk, kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia terus meningkat setiap
tahunnya. Peluang usaha beternak sapi potong sangat menjanjikan karena dengan
melihat meningkatnnya permintaan bahan makanan yang berasal dari hewan
sebagai sumber protein hewani khususnya daging. Pertumbuhan ternak potong
meliputi pertumbuhan pre natal dan post natal. Pertumbuhan pre natal adalah
pertumbuhan yang terjadi atau berlangsung di dalam kandungan induk dan
pertumbuhan post natal adalah pertumbuhan yang terjadi atau berlangsung mulai
ternak dilahirkan sampai mati.

Sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia dan merupakan hasil
domestikasi dari Banteng (Bos-bibos banteng), sapi cukup potensial untuk
dikembangkan karena memiliki kemampuan adaptasi yang cukup baik
serta  memiliki produktivitas tinggi.

Sapi Bali merupakan salah satu pemasok kebutuhan daging nasional. Hal
ini terlihat dari tingginya kuota yang diberikan kepada daerah Bali untuk
memenuhi pasar daging di jakarta maupun di daerah lain di Jawa. Sapi Bali
merupakan ternak primadona di Bali, dan banyak dipelihara oleh masyarakat Bali.
Di samping karena kualitas dagingnya yang baik, sapi Bali juga memiliki
persentase karkas yang tinggi 56-58%, bila dibandingkan dengan ternak yang
lainnya Saat ini populasi sapi Bali mencapai 633.789 ekor dan setiap tahun
meningkat rata rata 4,11%.

Usaha ternak sapi potong dapat dikatakan berhasil bila telah memberikan
kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari,
Agar usaha ternak sapi potong menghasilkan sapi berkualitas, peternak harus
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam beternak sapi potong,
antara lain memilih bibit/bakalan yang baik, sistem pemeliharaan, pemberian
pakan yang baik, dan pengawasan terhadap kesehatan ternak.

1
Nutrien yang terkandung dalam pakan merupakan prekursor produksi susu
dan daging pada ternak ruminansia karena dapat mempengaruhi pola fermentasi
rumen. Keseimbangan dan ketersediaan nutrien dalam ransum sangat penting
untuk diperhatikan agar kecukupan nutriennya tercukupi. Pakan yang diberikan
peternak seringkali mengalami defisiensi nutrien sehingga mempengaruhi
kebutuhan ternak untuk hidup pokok maupun produksi karena terbatasnya sumber
pakan yang berkualitas. Selain itu, minimnya pengetahuan peternak terhadap
kecukupan nutrisi bagi ternaknya dapat menyebabkan kerugian yang besar karena
produksi tidak mencapai batas optimalnya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukanlah praktikum ini untuk


dapat mengetahui konsumsi pakan, penambahan bobot badan harian dan konsumsi
bahan kering.

1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum

1.2.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui
kecukupan nutrisi pada sapi bali.

1.2.2 Kegunaan Praktikum


Adapun kegunaan dari praktikum ini agar praktikan
mengetahui kecukupan nutrisi pada sapi bali.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sapi Bali

Sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia dan merupakan hasil
domestikasi dari Banteng (Bos-bibosbanteng) dan merupakan sapi asli Pulau Bali.
Sapi Bali menjadi primadona sapi potong di Indonesia karena mempunyai
kemampuan reproduksi tinggi, serta dapat digunakan sebagai ternak kerja di
sawah dan lading. Potensi produktivitas ternak dasarnya dipengaruhi faktor
genetik, lingkungan serta interaksi antara genetik dan lingkungan (Karnaen dan
arifin, 2009).

Sapi Bali adalah salah satu aset nasional yang cukup potensial untuk
dikembangkan. Penyebaran sapi Bali telah meluas hampir ke seluruh wilayah
Indonesia, hal ini terjadi karena breed ini lebih diminati oleh para petani peternak
disebabkan beberapa keunggulan yang dimilikinya, antara lain tingkat kesuburan
yang tinggi, sebagai sapi pekerja yang baik dan efisien serta dapat memanfaatkan
hijauan yang kurang bergizi dimana bangsa lain tidak dapat, persentase karkas
tinggi, daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan persentase beranak
dapat mencapai 80% (Ngadiyono, 2010).

Seleksi sapi bali dapat menyebabkan perubahan keragaman genetik,


tergantung pada cara seleksi yang digunakan. Seleksi secara langsung
mengakibatkanragam genetik berkurang sampai tercapainya keadaan konstan pada
suatu generasi tertentu. Dalam seleksi terarah suatu sifat yang dikehendaki maka
mutu genetik dapat ditingkatkan. Dalam memilih suatusifat untuk dijadikan dasar
seleksi perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu tjuan program seleksi, ilai
heritabilitas suatu sifat, nilai ekonomi dari adanya peningkatan sifat, korelasi antar
sifat serta baya dan waktu dari program seleksi. Beberapa sifat yang empunyai
nilai ekonomi tinggi meliputi fertilisasi, daya hidup, bobot lahir, bobot sapi, tipe
dan konformasi tbuh, obot dan kualitas bulu (Rusfidra, 2006).

2.2 Rumput Lapangan

Rumput lapangan merupakan jenis hijauan pakan ternak yang tumbuh liar
terdiri dari campuran beragam rumput lokal yang tumbuh secara alami.
Produksinya cukup rendah begitu juga kualitas nutrisinya. Rumput ini dapat
tumbuh di segala macam tanah dan mudah ditemukan di pinggiran jalan, tanah
lapangan yang terdiri dari beragam tanaman seperti rumput para, rumput buffel
dan lain sebagainya.

3
Sebagai salah satu sumber hijauan makanan ternak, rumput lapang cukup
disukai oleh ternak ruminansia terutama domba dan kambing. Rumput lapangan
banyak dan mudah didapat, tetapi kualitas hijauan ini sangat bervariasi tergantung
dari jenis, umur, musim dan lokasi rumput tersebut tumbuh. Rumput yang masih
muda pada umumnya kualitasnya lebih baik. Begitu juga halnya dengan jenis
tanah, pada tanah yang subur kualitas rumput lapangan lebih baik dari pada yang
tumbuh di daerah tandus.

2.3 PBB (Penambahan Bobot Badan)

Penambahan bobot badan merupakan fase bertambahnya berat badan yang


terjadi pada ternak dengan tujuan meningkatkan produksi dagingnya dengan cara
memberikan pakan yang bermutu tinggi dan berkualitas baik. Penambahan bobot
badan pada ternak dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pada ternak dan juga tingkat
nutrisi yang terkandung dalam pakan ternak yang diberikan, semakin tinggi
tingkat konsumsi dan nilai nutrisi pada pakan maka semakin cepat laju
pertumbuhan pada ternak sehingga mempepengaruhi bobot badan ternak
(Nurman, 2014).

Persen laju pertumbuhan selalu menurun sepanjang hidup ternak, laju


pertumbuhan tertinggi dicapai saat terjadinya pembuahan, meskipun laju
pertumbuhannya sama, ternak yang lebih kecil tumbuh tiga kali lebih cepat bila
perbandingan dibuat dalam persen laju pertumbuhan. Sebagai gambaran untuk
memperjelas pernyataan tersebut disajikan data pertumbuhan sapi bobot 100 kg
dan 300 kg dengan pertambahan bobot badan harian (PBBH) yang sama (1,0
kg).Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan berat jaringanjaringan
pembangun seperti urat daging, tulang, otak, jantung dan semua jaringan tubuh
(kecuali jaringan lemak), serta alat-alat tubuh lainnya. Lebih lanjut dikatakan
pertumbuhan murni adalah penambahan dalam jumlah protein dan zatzat mineral,
sedangkan pertambahan akibat penimbunan lemak atau air bukanlah pertumbuhan
murni (Anggorodi, 1984).

2.4 Bahan Kering (BK) dan Bahan Organik (BO) Hijauan Pakan
Ternak
Bahan kering merupakan sisa sampel yang sudah dioven dengan suhu 105
ºC sampai sampel tidak lagi turun beratnya (Tilman et al., 1998). Pengovenan ini
dilakukan untuk menguapkan seluruh kandungan air pada sampel. Sedangkan
bahan organik merupakan semua bahan yang menguap dalam pengovenan

4
menggunakan tanur dengan suhu 600 ºC dan yang tersisa dari hanyalah bahan
anorganik atau abu.
Berdasarkan hasil penelitian Arifin (2015), hijauan legum memiliki rata-
rata kadar bahan kering 88,33% dan kadar bahan organik 76,18%. Sedangkan
menurut Ramadhan (2013), pada rumput lapangan rata-rata kadar bahan kering
85,24% dan kadar bahan organik 96,13%.

2.5 Kecernaan BK

Kecernaan atau daya cerna adalah bagian dari nutrien pakan yang tidak
diekskresikan dalam feses terhadap konsumsi pakan (Tillman dkk., 1991). Tingkat
kecernaan nutrien makanan dapat menentukan kualitas dari ransum tersebut,
karena bagian yang dicerna dihitung dari selisih antara kandungan nutrien dalam
ransum yang dikonsumsi dengan nutrien yang keluar lewat feses atau berada
dalam feses.

Kecernaan bahan kering yang tinggi pada ternak ruminansia menunjukkan


tingginya zat nutrisi yang dicerna terutama yang dicerna oleh mikroba rumen. 
Semakin tinggi nilai persentase kecernaan bahan pakan  tersebut, berarti semakin
baik kualitasnya.  Kisaran normal bahan kering yaitu 50,7-59,7%.  Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecernaan bahan kering, yaitu jumlah ransum yang
dikonsumsi, laju perjalanan makanan di dalam saluran pencernaan dan jenis
kandungan gizi yang terkandung dalam ransum tersebut.  Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi nilai kecernaan bahan kering ransum adalah tingkat proporsi bahan
pakan dalam ransum, komposisi kimia, tingkat protein ransum, persentase lemak
dan mineral (Tilman, dkk, 1991; Anggorodi, 1994).
Kecernaan BK yang tinggi pada ternak ruminansia menunjukkan tingginya zat
nutrisi yang dicerna oleh mikroba rumen (Anitasari, 2010). Faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai kecernaan BK ransum adalah tingkat proporsi bahan pakan
dalam ransum, komposisi kimia, tingkat protein, persentase lemak dan mineral
(Anggorodi, 1994).

2.6 Tabel Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Ternak

Perlu diketahui adalah tabel kandungan nutrisi bahan pakan ternak ini
sifatnya global. Artinya isi tabel tidak dipisahkan antara bahan untuk unggas dan
ruminansia. Kita harus menentukan sendiri, jenis bahan apa yang akan dipakai
untuk ransum. Untuk ruminansia, bahan pakan yang berasal dari hewan tidak
boleh diberikan. Misalnya tepung ikan, telung daging dan tulang (MBM), tepung

5
bekicot, tepung darah, tepung bulu dan lain – lain tidak boleh untuk sapi,
kambing, kerbau, dan domba. Ini bisa menyebabkan penyakit sapi gila
(Anonimous,2019).
Di bawah ini adalah tabel kandungan nutrisi bahan pakan ternak. Ada
banyak sekali bahan yang bisa dipakai.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Rumput Atau Hijauan Pakan Ternak


Nama B.K. PrK. S.K. Lema Abu BET Ca P
Rumput/Hijauan (%) (%) (%) k (%) N (%) (%)
(%) (%)
Silase rumput gajah * 6,20 44,7 2,65 11,5 34,87 - -
4 4
Rumput lapangan 35,4 6,69 34,1 1,78 9,70 47,64 0,6 0,4
1 9 7 4
Rumput Brach 18,2 11,0 34,1 1,18 10,1 43,57 - -
brizantha 1 1 2 2
Sumber : (Anonimus, 2019)

Tabel 2. Pakan Hijauan Dan Kandungan Nutrisinya Untuk Sapi

Nama BK TDN PK SK Ca P
Gamal
(Gliricidi
27 76 25,2 18 0,67 0,19
a
maculata)
Jerami
86 76 19,1 18 1,5 0,2
Kedele
Daun
16 70 14,4 23,1 1,16 0,23
Pisang
Daun
15 62 25 18 1 0,5
singkong
Sumber : (Anonimous, 2019)

2.7 Perhitungan Bahan Kering

Berat kering adalah berat pakan setelah dikurangi kandungan air. Misalkan
rumput gajah berat keringnya 19%. Berarti kandungan airnya sebanyak 81%.
Seandainya kita memotong rumput gajah sebanyak 100 kg, maka berat kering dari
rumput gajah yang kita potong adalah sebanyak 19 kg. Kemudian, nilai protein
kasar (PK) rumput gajah sebesar 10%. Nilai PK ini dihitung dari berat keringnya.
Bukan berat segar saat setelah pemotongan. Jadi, misalkan rumput gajah diatas,
maka PK dari 100 kg rumput gajah segar adalah sebanyak 10% x 19 kg = 1,9 kg.

6
Begitu juga perhitungan untuk Serat kasar, lemak, abu, Ca dan P. Caranya
menghitungnya sama dengan rumput gajah di atas (Anonimous,2019).

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada Kamis, 26 Juni 2020 pukul 10:00-
selesai di Teaching Farm, Lingsar Lombok Barat.

3.2 Materi Praktikum

3.2.1 Alat-alat Praktikum


Adapun alat-alat yang digunakan selama praktikum yakni :
1. Alat Tulis
2. Pita Ukur
3. Samrtphone.

3.2.2 Bahan-bahan Praktikum


Adapun bahan-bahan yang digunakan selama praktikum yakni :
1. Pakan Sapi Bali yang diberikan
2. Sapi Bali.

3.3 Metode Praktikum


Adapun metode yang dilakukan pada saat praktikum sebagai
berikut :
1. Mengukur lingkar dada sapi satu-persatu dengan melingkarkan
pita ukur pada bagian gumba kebawah bagian belakang kaki
depan sapi.
2. Mengamati jenis pakan yang diberikan kepada sapi Bali
3. Mewawancarai peternak tentang tatalaksana pemberian pakan
terhadap sapi Bali
4. Mencatat semua hasil pengukuran,pengamatan dan wawancara
tersebut
5. Memfoto semua kegiatan sebagai dokumentasi praktikum.

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Tabel 3. Ukuran Lingkar Dada (Cm) Dan Estimasi Bobot Badan (Kg)
No. Jenis Kelamin Lingkar dada (cm) Estimasi bobot
Sapi badan (kg)
1 Dara 142 268,96
2 Jantan 130 231,04
3 Jantan 140 262,44

Tabel 4. Jenis, Proporsi Pemberian, Sisa, Konsumsi Dan Komposisi


Nutrien Pakan Sapi Bali

No. Jenis Pakan Proporsi (kg) Konsumsi Komposisi Nutrien (%)


Sapi pemberian sisa (kg) BK PK TDN Ca P
1. Rumput Lapangan 13 1 12 35,41 6,69 54,29 0,67 0,44
2. Daun Pisang 3 - 3 16,00 14,4 70,00 1,16 0,23

Tabel 5. Kecukupan Nutrisi Sapi Bali


Nutrien
URAIAN Indikator
BK (kg) PK(kg) TDN (kg) Ca (g) P (g)
Rumput
4,249 0,284 2,3 28,4 18,6
Suplai dari pakan Lapangan
yang dikonsumsi Daun Pisang 0,480 0,069 0,3 5,5 1,1
Total 4,729 0,353 2,6 33,9 19,7
Sapi I 5,80 0,340 2,7 12 12
Kebutuhan Sapi II 5,40 0,622 3,2 21 15
Sapi III 5,30 0,534 2,6 12 10
Sapi I 1,071¿K 0,013¿K 0.1¿K 21,9¿K 7,7¿K

Kecukupan Nutrisi Sapi II 0,671¿K 0,269¿K 0,6¿K 12,9¿K 4,7¿K

Sapi III 0,571¿K 0,181¿K =K 21,9¿K 9,7¿K


Keterangan : K= Kebutuhan

8
4.2 Pembahasan

Sapi Bali merupakan sapi potong yang banyak di ternakkan oleh peternak
lokal di Indonesia seperti yang dikemukakan Karnaen dan arifin (2009) sapi Bali
merupakan sapi potong asli Indonesia dan merupakan hasil domestikasi dari
Banteng (Bos-bibosbanteng) dan merupakan sapi asli Pulau Bali. Sapi Bali
menjadi primadona sapi potong di Indonesia karena mempunyai kemampuan
reproduksi tinggi, serta dapat digunakan sebagai ternak kerja di sawah dan ladang.
Potensi produktivitas ternak dasarnya dipengaruhi faktor genetik, lingkungan serta
interaksi antara genetik dan lingkungan.

Sapi Bali adalah salah satu aset nasional yang cukup potensial untuk
dikembangkan. Penyebaran sapi Bali telah meluas hampir ke seluruh wilayah
Indonesia, hal ini terjadi karena breed ini lebih diminati oleh para petani peternak
disebabkan beberapa keunggulan yang dimilikinya, antara lain tingkat kesuburan
yang tinggi, sebagai sapi pekerja yang baik dan efisien serta dapat memanfaatkan
hijauan yang kurang bergizi dimana bangsa lain tidak dapat, persentase karkas
tinggi, daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan persentase beranak
dapat mencapai 80% (Ngadiyono, 2010).

Pada tabel 3 tertera ukuran lingkar dada dari ternak yang ada di Teaching
Farm yang menunjukkan ukuran bobot badan yang bervariasi mulai dari 231,04-
268,96. Bobot badan sapi berkaitan dengan seberapa pesat pertumbuhan berat
badan harian sapi. Penambahan bobot badan merupakan fase bertambahnya berat
badan yang terjadi pada ternak dengan tujuan meningkatkan produksi dagingnya
dengan cara memberikan pakan yang bermutu tinggi dan berkualitas baik.
Penambahan bobot badan pada ternak dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pada
ternak dan juga tingkat nutrisi yang terkandung dalam pakan ternak yang
diberikan, semakin tinggi tingkat konsumsi dan nilai nutrisi pada pakan maka
semakin cepat laju pertumbuhan pada ternak sehingga mempepengaruhi bobot
badan ternak (Nurman, 2014).

Dari hasil praktikum yang saya peroleh didapat bahwa peternak


menggunakan 2 jenis pakan yang diberikan yakni rumput lapangan dan daun

9
pisang sebagai tambahannya. Rumput lapangan merupakan jenis hijauan pakan
ternak yang tumbuh liar terdiri dari campuran beragam rumput lokal yang tumbuh
secara alami. Produksinya cukup rendah begitu juga kualitas nutrisinya. Rumput
ini dapat tumbuh di segala macam tanah dan mudah ditemukan di pinggiran jalan,
tanah lapangan yang terdiri dari beragam tanaman seperti rumput para, rumput
buffel dan lain sebagainya. Kandungan dari rumput lapangan tentunya masih
kalah dengan rumput unggul seperti rumput gajah maupun jerami namun rumput
lapangan mempunyai palatabilitas cukup tinggi sehingga ternak menyukainya.

Untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam sebuah pakan perlu dilakukan


perhitungan. Cara menentukannya dengan menghitung kandungan bahan kering
dari pakan tersebut. Bahan kering sendiri merupakan sisa sampel yang sudah
dioven dengan suhu 105 ºC sampai sampel tidak lagi turun beratnya (Tilman et
al., 1998). Pengovenan ini dilakukan untuk menguapkan seluruh kandungan air
pada sampel. Sedangkan bahan organik merupakan semua bahan yang menguap
dalam pengovenan menggunakan tanur dengan suhu 600 ºC dan yang tersisa dari
hanyalah bahan anorganik atau abu.
Bahan kering sendiri mempunyai tingkat kecernaan yang berbeda
tergantung dari jenis ransum tersebut. Kecernaan atau daya cerna adalah bagian
dari nutrien pakan yang tidak diekskresikan dalam feses terhadap konsumsi pakan
(Tillman dkk., 1991). Tingkat kecernaan nutrien makanan dapat menentukan
kualitas dari ransum tersebut, karena bagian yang dicerna dihitung dari selisih
antara kandungan nutrien dalam ransum yang dikonsumsi dengan nutrien yang
keluar lewat feses atau berada dalam feses.

Kebutuhan ternak untuk pemenuhan nutrisi memiliki takaran yang berbeda


tergantung jenis kelamin, umur dan kegiatan ternak itu sendiri, seperti ternak sapi
yang bekerja baik berat maupun ringan, induk sapi muda yang baru melahirkan
maupun induk sapi yang sudah dewasa. Pada saat praktikum saya melakukan
pengamatan pada 1 sapi dara dan 2 sapi jantan dengan bobot badan yang berbeda.
Dari hasil pengukuran lingkar dada didapati bobot badan hasil estimasi berturut-
turut dari sapi I, II dan III sebesar 268,96 Kg ; 231,04 Kg dan 262,44 Kg. Dari

10
hasil ini dapat kita tau masing-masing sapi membutuhkan kecukupan nutrisi yang
berbeda.

Pada tabel 5 terdapat rincian kebutuhan bahan kering (BK) sapi I yakni
5,80 Kg ; sapi II 5,40 Kg dan sapi III sebesar 5,30 Kg yang jika dibandingkan
dengan suplai yang diterima ternak sebesar 4,729 Kg maka didapati kesimpulan
bahwa kecukupan nutrisi dari ternak I,II dan III belumlah terpenuhi dengan selisih
secara berturut-turut kurang dari 1,071 Kg, 0,671 Kg dan 0,571 Kg. Hal ini
disebabkan kurangnya asupan pakan yang diberikan kepada ternak yang dimana
hanya diberikan 12 Kg rumput lapangan dan 3 Kg daun pisang. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk pemberian pakan dapat ditingkatkan baik
dari segi kuantitas dengan menambah kapasitas pemberian pakan dan dari segi
kualitas dengan memberikan rumput unggul.

Setelah itu, untuk kecukupan nutrisi dari segi protein kasar didapatkan
hasil 0,353 Kg untuk suplai dari pakan sementara kebutuhan ternak I-III secara
berturut-turut yakni 0,340 Kg ; 0,622 Kg dan 0,534 Kg. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa untuk sapi I sudah memenuhi kebutuhan nutrisinya sedangkan
untuk sapi II dan sapi III belum terpenuhi. Hal ini disebabkan perbedaan
kebutuhan sapi seperti sapi I adalah sapi dara yang belum membutuhkan asupan
protein yang tinggi sedangkan sapi II dan III adalah sapi jantan yang tentunya
membutuhkan asupan protein kasar yang lebih banyak daripada sapi dara. Hal ini
dapat diatasi dengan meningkatkan mutu hijauan yang diberikan seperti rumput
unggul dan konsentrat yang tinggi kandungan protein kasarnya.

Selanjutnya, Total Digestible Nutrient (TDN) yang jika dibahasai


Indonesia adalah total nutrient tercerna. TDN sendiri adalah angka yang
menunjukkan jumlah zat pakan dari bahan pakan yang dapat dicerna. Kemampuan
ternak dalam menyerap zat nutrisi berbeda-beda seperti hasil praktikum yang
menunjukkan sapi I memiliki kebutuhan TDN sebesar 2,7 Kg, sapi II sebesar 3,2
Kg dan sapi III sebesar 2,6 Kg. Sementara untuk TDN dari suplai pakan hanya
sebesar 2,6 Kg yang berarti hanya sapi III saja yang terpenuhi TDN nya sementara
untuk sapi I dan II belum terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan karena setiap
individu ternak mempunyai metabolisme yang berbeda dalam menyerap nutrisi

11
tergantung dari seberapa besar tubuh menyerap intisari pakan dan seberapa besar
hasil ekskresi dari ternak itu sendiri mulai dari ekskresi urin, feses, uap air dan
keringat. Hal ini tentunya dapat diatasi dengan memberikan pakan yang mudah
dipecah oleh mikroba dalam lambung sapi agar penyerapannya semakin
maksimal.

Kemudian untuk kalsium (Ca) dan forfor (P) dapat dilihat dari tabel 5 pada
semua sapi sudah memenuhi kecukupan nutrisi bahkan bisa dikatakan jauh
melampaui dari kebutuhan. Hal ini menandakan kandungan Ca dan P pada rumput
lapangan dan daun pisang cukup tinggi.

12
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum secara umum kecukupan nutrisi ternak di Teaching


Farm, Lingsar Lombok Barat masih kurang dari standar kebutuhannya. Hal ini
menandakan dalam tatalaksananya peternak masih kurang maksimal terutama
dalam segi pemberian pakan. Namun tidak semua nutrisi ternak mengalami
kekurangan seperti kebutuhan Ca dan P yang rata-rata sudah terpenuhi begitu juga
dengan sapi I yang kebutuhan protein kasarnya sudah terpenuhi.

5.2 Saran

Dalam pelaksanaan praktikum ini masih kurang diberi tunjangan dari


pihak laboratorium seperti tidak adanya timbangan untuk mengukur berat pakan
sehingga saya berpatokan pada hasil wawancara kepada peternak.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2019. Tabel Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Ternak 100+ Jenis
Bahan Pakan. https://kambingjoynim.com/tabel-kandungan-nutrisi-bahan-
pakanternak/#Tabel_kandungan_nutrisi_rumput_atau_hijauan_pakan_tern
ak. Diakses pada 26 Juni 2020.
Arifin, S. 2015. Evaluasi Nilai Kecernaan In Vitro Bahan kering dan bahan
Organik Pakan Ternak Kambing. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas
Mataram.
Anitasari, L. 2010. Pengaruh Tingkat Penggunaan Limbah Tape Singkong dalam
Ransum terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Ransum
Domba Lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran,
Bandung.

Anggorodi, 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Hartadi H., S. Reksohadiprojo, AD. Tilman. 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk
Indonesia. Cetakan Keempat, Gadjah Mada Uivesity Press, Yogyakarta.

Karnaen, L. dan Arifin,. F. S. 2009. Ternak Sapi Bali. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ngadiyono. 2010. Manajemen Ternak Sapi Potong.  Masagena Press. Makassar.

Nurman, M. 2014. Pertumbuhan dan Perkembangan Ternak Potong. Universitas


Lampung

Ramadhan, N. 2013. Kebutuhan nutrien Bahan Kering dan Bahan Organik.


Http://ag1992.blogspot.co.id/2013/04/kebutuhan-nutrien-bahan-kering-
dan.html?m=1. Diunduh 26 Juni 2020.
Rusfidra. 2006. Performans  Reproduksi Sapi Bali.  Prosidings Seminar
Ruminansia Besar.  Direktorat Jenderal Peternakan dan Fakultas
Peternakan IPB. Bogor.

14
LAMPIRAN

1. Dokumentasi kegiatan

Pengukuran Lingkar Dada Pengukuran Lingkar Dada Pengukuran Lingkar Dada


Sapi I Sapi II Sapi III

Sisa Pakan Sapi I Sisa Pakan Sapi II Sisa Pakan Sapi III

15
Pakan Hijauan Ternak

2. Lampiran Tabel
a. Komposisi Bahan Pakan Sapi
BK PK SK TDN ME Ca P
Bahan Pakan
(%) (%) (%) (%) (Mcal/kg) (%) (%)

Klas I

Jerami (J) padi segar 40 4,30 33,80 40 1,35 0.30 0.09


Jerami (J) padi segar 60 2.4 34.07 59 1.30 0.21 0.08
J. padi kering 86 3,70 35,90 39 1,27 0,21 0.08
J.jagung bag.atas segar 28 8,20 29,80 57 2,09 0,54 0,11
Klas II (hijauan segar)

Rumput gajah 21 8,3 33,50 50 1,8 0,59 0,29


Rumput benggala 27 7,7 34,60 50 1,8 0,52 0,22
Rendeng segar 35 15,10 22,70 65 2,45 1,51 0,2
Rendeng kering 86 14,70 30,00 54 1,98 1,5 0,2
Lamtoro segar 30 23,40 21,00 77 2,96 1,40 0,21
Daun ketela pohon segar 26 20,00 21,20 71 2,72 0,99 0,56
Daun gliricidia segar 27 19,10 18 65 2,45 0,67 0,19
Rumput ilalang 40 5,40 35,40 54 1,96 0,13 0,09
Klas IV (sumber energi)

Dedak halus padi (Kpg) 86 6.3 12.00 60.5 2.56 0.70 1.50
Dedak halus padi (Pabrik) 86 12,50 10,00 70 2,73 0,06 1,55

16
Dedak jagung 86 11,30 5,00 52 1,85 0,06 0,77
Dedak gandum 86 15,00 15,70 70 2,50 0,15 1,23
Jagung kuning 86 10,30 1,4 80 3,12 0,02 0,33
Gaplek 86 1,70 1,6 69 2,60 0,10 0,04
Onggok 86 2,20 26,90 65 2,45 0,68 0,05
Cantel (sorghum) 86 11,20 2,8 80 3,11 0,19 0,20
Tetes (a) 66 - - 96 - - -
Tetes (b) 86 4,20 0 53 1,92 0,71 0,07
Klas V (sumberprotein)

Bungkil kedelai 86 45,00 5,10 78 3,02 0,20 0,74


Bungkil kacang 86 49,50 5,30 65 2,44 0,11 0,74
Bungkil kelapa (a) 86 19,90 10,20 78,3 2,48 0,30 0,67
Bungkil kelapa (b) 86 21,60 10,20 66,0 2,48 0,08 0,67
Bungkil kapok 86 31,70 24,00 74 2,85 0,47 0,97
Bungkil kapas 86 44,20 15,80 66 2,50 0,22 1,34
Bungkil kelapa sawit 86 20,40 9,00 80 ? 0,31 0,85

b. Kebutuhan Nutrien Sapi Potong

BB PBBH BK ME TDN PK Ca P

(kg) (kg) (kg) (Mcal) (kg) (g) (g) (g)

Sapi Jantan

150 0 3.00 5.10 1.4 231 6 6

0.25 3.80 6.56 1.8 400 12 9

0.50 4.20 8.02 2.2 474 16 10

0.75 4.40 9.55 2.6 589 21 13

1.00 4.50 10.93 3.0 607 27 16

200 0 3.70 6.30 1.8 285 6 6

0.25 4.50 8.10 2.2 470 11 9

0.50 5.20 9.90 2.8 554 16 12

0.75 5.40 11.70 3.2 622 21 15

1.00 5.60 13.51 3.7 690 27 17

250 0 4.40 7.40 2.0 337 9 9

17
0.25 5.30 9.52 2.6 534 12 10

0.50 6.20 11.64 3.2 623 16 14

0.75 6.40 13.78 3.8 693 21 17

1.00 6.60 15.84 4.3 760 28 19

300 0 5.00 8.50 2.4 385 10 10

0.25 6.00 10.90 3.0 588 15 11

0.50 7.00 13.40 3.7 679 19 14

0.75 7.40 14.80 4.3 753 23 18

1.00 7.50 18.23 5.0 819 28 21

350 0 5.70 9.50 2.6 432 12 12

0.25 6.80 12.22 3.3 635 16 14

0.50 7.90 14.94 4.1 731 20 16

0.75 8.30 17.66 4.8 806 25 18

1.00 8.50 20.38 5.6 874 30 21

1.10 8.50 21.47 5.9 899 23 21

Sapi Dara - Hidup Pokok dan Pertumbuhan


100 0,00 2,4 3,8 1,1 93 4 4

0,25 2,9 4,9 1,3 206 13 10

0,50 3,1 6,0 1,7 262 14 11

0,75 3,2 7,1 2,0 319 20 14

1,00 3,3 8,2 2,3 375 26 18

150 0,00 3,3 5,3 1,6 127 5 5

0,25 4,0 6,8 1,9 258 13 11

0,50 4,2 8,3 2,3 315 14 12

0,75 4,4 9,8 2,7 368 19 15

1,00 4,5 11,3 3,1 428 25 18

200 0,00 4,0 6,5 1,8 157 6 6

0,25 4,9 8,3 2,3 302 10 10

18
0,50 5,6 10,2 2,8 358 14 13

0,75 5,6 12,1 3,3 415 19 16

1,00 5,6 13,9 3,8 472 23 18

250 0,00 4,8 7,6 2,1 185 7 7

0,25 5,8 9,8 2,7 340 12 12

0,50 6,2 12,0 3,3 395 13 13

0,75 6,5 14,2 3,9 451 18 15

1,00 6,6 16,3 4,5 507 23 18

300 0,00 5,5 8,8 2,4 212 9 9

0,25 6,7 11,2 3,1 368 13 13

0,50 7,1 13,8 3,8 423 14 14

0,75 7,4 16,3 4,5 502 17 15

1,00 7,6 18,8 5,2 535 21 18

Sapi Induk Muda - 3 Bulan Akhir Kebuntingan

250 0.6 6.50 12.50 3.40 579 18 18

300 0.6 7.40 14.20 3.9 614 18 18

350 0.6 8.30 16.10 4.4 650 19 19

400 0.6 9.20 17.80 4.9 671 19 19

450 0.6 10.00 19.40 5.30 670 19 19

Sapi Induk Dewasa - 3 Bulan Terakhir Kebuntingan

300 0.4 6.90 12.40 3.4 409 11 11

350 0.4 7.70 13.90 3.8 444 12 12

400 0.4 8.50 15.40 4.2 480 14 14

450 0.4 9.30 16.80 4.6 514 15 15

500 0.4 10.10 18.20 5.0 546 15 15

Sapi Induk Dewasa - menyusui

300 - 7.30 15.20 4.2 686 23 23

350 - 8.10 16.40 4.5 721 24 24

400 - 8.90 17.50 4.8 757 25 25

19
450 - 9.60 18.60 5.1 793 26 26

20

Anda mungkin juga menyukai