Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

ILMU PRODUKSI ANEKA TERNAK

“Ternak Rusa”

ZULKIFLI
O 121 16 034

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan Puji dan Syukur ata kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tentang Ternak Rusa.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari smua itu, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tat bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran an kritikan dari pembaca agar dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kad kami berharap semogah makalah ini dapat bermanfaat maupun
inspirasi kepada para pembaca.

Palu, September 2018

Penyusun
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Saat ini keberadaan rusa semakin terancam. Hal tersebut dikarenakansemakin luasnya
pembukaan kawasan hutan menjadi non-hutan yang menyebabkan habitat rusa semakin
terdesak, selain itu perburuan liar yang terus berlangsung semakin mempercepat penurunan
populasi rusa di habitat alaminya. Dalam upaya untuk mengurangi tekanan-tekanan terhadap
kehidupan rusa di alam, terutama akibat perburuan liar maka perlu ditingkatkan kegiatan-
kegiatan konservasi ex-situ yang salah satu diantaranya melalui kegiatan penangkaran rusa.
Seperti dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati Dan Ekosistemnya menyebutkan bahwa pemanfaatan hidupan liar dimungkinkan
dilakukan baik dalam bentuk pengkajian, penelitian dan pengembangan, penangkaran,
perburuan, perdagangan, peragaan, pertukaran, budidaya tanaman obat-obatan atau
pemeliharaan untuk kesenangan. Penangkaran Rusa merupakan awal dari usaha
pemanfaatan secara menyeluruh, sebelum berkembang lebih lanjut ke arah peternakan.
Di masyarakat umum sumber daging masih terbatas dari ternak-ternak konvensional
misalnya sapi, kerbau, kambing, domba dan unggas. Padahal Indonesia mempunyai potensi
sumber daging yang sangat besar yang belum dikembangkan secara komersil, diantaranya
adalah Rusa. Saat ini daging rusa banyak diminati oleh masyarakat. Sedangkan satu-satunya
institusi yang bertugas untuk melaksanakan penangkaran rusa yaitu UPTD Dinas Peternakan
Provinsi Kalimantan Timur di Api-api sampai saat ini belum memanfaatkan daging rusa
sebagai sumber protein hewani.Sehingga pasokan daging rusa yang ada di masyarakat berasal
dari kegiatan perburuan liar. Untuk itu perlu adanya informasi tentang prospek pengembangan
rusa dan potensi yang ada di dalamnya, sehingga diaharapkan banyak pihak yang tergerak
untuk menyelamatkan rusa dari kepunahan melalui kegiatan pemanfaatan secara lestari.

1.2 Tujuan

1) Sejarah dan taksonomi rusa


2) Pakan rusa
3) Manajemen Kanadang
4) Manajmen pemeliharaan
5) Nilai ekonomis
II. PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Taksonomi Rusa

Identifikasi tentang rusa timor (Cervus timorensis) pertama kali dipublikasikan tahun
1822 oleh seorang ahli zoologi dan anatomi asal Perancis bernama Henri Blainville. Sejauh ini
tidak diperoleh data historis mengenai penemuan mamalia dengan genus cervus yang berasal
dari species cervus timorensis ini. Namun berdasarkan namanya diyakinkan bahwa spesies rusa
ini ditemukan di daratan Timor, sebagaimana tradisi pemberian nama oleh para ahli dan
peneliti Eropa, selalu menggunakan bahasa Latin dengan penamaan setempat.
Disayangkan banyak yang beranggapan bahwa rusa timor berasal dari Jawa, Bali atau
NTB dibandingkan dengan Pulau Timor sendiri. Bahkan di NTB rusa timor dijadikan fauna
identitas Provinsi Nusa Tenggara Barat yang tertera dalam logo provinsi. Selain itu rusa timor
juga sering disebut rusa Jawa dan dengan beberapa sinonim diantaranya Cervus celebensis
(Rorig, 1896), Cervus hippelaphus (G.Q. Cuvier, 1825), Cervus lepidus (Sundevall, 1846),
Cervus moluccensis (Quoy & Gaimard, 1830), Cervus peronii (Cuvier, 1825), Cervus russa
(Muller & Schlegel, 1845), tetapi Blainville lah yang lebih awal menamai jenis rusa ini Cervus
timorensis.
Pada akhirnya dengan mengasumsikan rusa timor memiliki habitat awal di Pulau Timor
maka dibuatkan lagi penamaan sub species dari jenis Cervus timorensis yaitu Cervus
timorensis timorensis (Martens, 1936), walau agak lucu dengan penamaan double atau kuadrat.
Mamalia ini diidentifikasi berada di Pulau Timor, Pulau Rote, Pulau Semau, Pulau Kambing
dan Pulau Alor. Sebagai catatan di Pulau Kambing yang terletak di antara Pulau Timor dan
Pulau Semau, pernah terdapat kawanan rusa namun kemudian semuanya mati kurus karena
sumber air tawar mulai tercemar dengan zat belerang. Sedangkan untuk Pulau Timor, konon
kabarnya di tahun 80-an rusa dengan mudah ditemukan di padang savana Pulau Timor, seperti
sering terlihat juga di hutan-hutan pinggiran Kota Kupang yang saat ini merupakan wilayah
Kelurahan Fatukoa dan Naioni. Kini rusa timor di Pulau Timor sangat sulit ditemukan bahkan
mungkin nihil.
Rusa timor merupakan salah satu jenis rusa asli Indonesia selain rusa bawean, rusa
sambar dan rusa menjangan. Rusa timor merupakan penghuni tertua Pulau Timor sehingga
Pulau Timor merupakan habitat awal rusa timor yang sepatutnya dapat dilestarikan kembali di
Pulau ini, mengingat juga bahwa Kanguru diperkirakan pernah ada Pulau Timor namun telah
punah total. Kemudian juga bahwa rusa timor dapat menyebar dan berkembang biak di tempat
yang baru karena memiliki kemampuan adaptasi yang baik, mulai dari pulau-pulau sekitar
seperti Rote Ndao, Sumba, Flores, Alor dan kemudian hampir ke seluruh nusantara bahkan
hingga ke Australia dan Selandia Baru. Penyebaran rusa timor sejak abad ke-18, dilakukan oleh
orang Belanda yang memang gemar mengoleksi hewan liar yang kemudian juga
diperdagangkan antar pulau oleh para pelaut.
Di abad ke-17 hingga ke-19, orang timor telah berburu rusa timor namun ada wilayah
yang di namakan hutan larangan karena merupakan milik raja untuk berburu. Saat itu
dipergunakan senapan kuno berupa senapan tumbuk, yaitu senapan berlaras panjang yang
diberi mesiu dan dipadatkan di dalam (ditumbuk), dengan pelor terbuat dari timah atau besi
dan hanya untuk sekali tembak dan diulangi lagi dari awal memasukkan mesiu. Diceritakan
dalam sekali perburuan bisa menghasilkan puluhan rusa yang kemudian dikuliti dan dagingnya
dibagi-bagikan untuk dibuatkan dendeng.
Di tahun 70-an harga dendeng daging rusa timor di pedalaman timor seharga Rp. 750,-
per kilo gram, bandingkan dengan harga emas di tahun 70-an yang adalah Rp. 480,- per gram.
kemudian di tahun 80-an mulai banyak yang menjual daging rusa di sepanjang jalan trans
Timor, selain itu mereka juga menjual tanduk rusa. Entah kenapa saat itu juga banyak rusa
timor yang nyasar ke perkampungan masyarakat, yang tentunya kemudian ditangkap dijadikan
dendeng dan dijual di pasar atau pinggir jalan.
Rusa timor termasuk satwa yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 dan sejak
tahun 2008 rusa timor dimasukkan dalam status konservasi rentan (vulnerable) oleh
International Union for Conservation of Nature (IUCN). Padahal di beberapa dekade
sebelumnya bahkan hingga kini rusa timor telah diburu dan dimanfaatkan sebagai sumber
daging hewani, kulit dijadikan tikar atau alas duduk dan tanduknya dijadikan barang pajangan
di ruang tamu.
klasifikasi rusa timor adalah sebagai berikut:
Phyllum : Vertebrata
Sub phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Cervidae
Genus : Cervus
Species : Cervus timorensis (Blainville, 1822)
Rusa Sumbar Rusa Kijang

Rusa Bawean

Rusa Timor
2.2 Pakan

Pakan adalah semua yang bisa dimakan oleh ternak dan tidak mengganggu
kesehtannya. Pada umumnya pengertian pakan (feed) digunakan untuk hewan yang meliputi
kuantitatif, kualitatif, kontinuitas serta keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya.

2.2.1 Jenis Bahan Pakan

Pengembangan pakan merupakan salah satu sarana yang sangat penting didalam
penangkaran karena produktivitas dan perkembangbiakan rusa sangat tergantung oleh pakan.
Oleh karena itu perlu dikelola secara intensif untuk menjaga kualitas dan kuantitas jenis pakan.
Jenis pakan yang ditanam disesuaikan dengan jenis-jenis yang disukai rusa, tahan terhadap
kekeringan yang terdiri dari jenis rumput (poaceae) danleguminosae. Pakan rusa berupa
hijauan, baik jenis rumput, rambatan maupun dedaunan, dan pakan tambahan (konsentrat).
Pakan hijauan rumput antara lain rumput gajah, rumput raja, rumput setaria, sorghum, dan
rumput lapangan seperti kolonjono, rumput pait,a’awian, gewor, bayondah, dan padi-padian.
Pakan hijauan rambatan dan dedaunan,antara lain mikania, kangkung, daun ubi, daun kacang,
kaliandra, daun jagung, daunnangka, daun jati, daun lamtoro, daun turi, daun beringin, daun
Acacia l., daunmangkokan, daun nampong, dan daun gamal. Jenis pakan tambahan berupa
dedak, kulit kacang, bungkil kelapa, kulit pisang, ubi, jagung dan kulitnya, wortel, pellet
ternak Selain itu, diberikan pula vitamin organik, obat-obatan, dan pupuk organik.
2.2.2 Kebutuhan Nutrien

Tabel 4. Kebutuhan nutrien dan pertambahan bobot badan


Jumlah pemberian (%)
Peubah
70 80 90 100
Protein kasar (kg/hari) 0,409±0,06 0,467±0,08 0,525±0,08 0,583±0,07
Serat kasar (kg/hari) 0,133±0,06 0,152±0,04 0,171±0,05 0,190±0,05
Energi (DE) (kkal/kg/hari) 4635±1112 5297±1109 5959±1123 6621±1105
PBB (g/hari) -47±3,25 43±3,42 74±2,58 127±3,25

Perlakuan rusa. Menurut Causey (2006), ternak rusa membutuhkan protein ransum pada masa
pertumbuhan sebesar 17% – 20%.

2.3 Manajemen Kandang

Kandang berfungsi sebagai tempat berlindung dari hujan, panas, dan predator;
tempat berteduh, beristirahat, berkembangbiak, makan dan minum; perawatan bagi yang
sakit; dan untuk memudahkan dalam pengontrolan. Bahan kandang yang digunakan terdiri dari
kayu, paku, besi, kawat harmonika atau ram, batako, semen, dan pasir. Tiang-tiang beton
dibangun di atas pondasi dengan ukuran kandang untuk satu individu rusa dewasa adalah 2,0
m². Kandang rusa diberi pintu, agar mudah dalam penanganan untuk pemberian pakan,
penangkapan untuk penimbangan, pengukuran, pemberian tanda, pemeriksaan kesehatan, atau
pemberian perlakuan. Drainase pada lantai kandang dibuat agak miring dan diusahakan
agar tidak becek; kandang rusa sebaiknya disekat sesuai dengan status fisiologis.
Kandang rusa terdiri dari berbagai bentuk tergantung kegunaannya, antara
lainbangunan peneduh. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat berteduh karena mempunyai
atap dan dinding sehingga terhindar dari terpaan air hujan. Bangunan ini sangat diperlukan
dalam penangkaran rusa yang menganut sistem terkurung (kandang). Atap bangunan terdiri
dari genteng, alang-alang atau rumbia, sedang dindingnya dari tembok dengan tinggi minimal
50 cm. Bangunan berukuran 1 m² untuk satu individu rusa dewasa. Penangkaran rusa yang
menggunakan sistem bebas (ranch), dapat menggunakan pohon-pohon yang rindang atau
semak belukar.
1) Kandang pembiakan (kandang tertutup yang berukuran 6 x 2 m2 dan disekat menjaditiga
ruang yakni untuk kandang kawin (2 x 3 m2), kandang melahirkan dan menyusui (2 x 1,5
m2) dan kandang sapih anak (2 x 1,5 m2),
2) Kandang individu dan penelitian (masing-masing berukuran 2 x 2 m),
3) Kandang transit (kandang terbuka seluas ± 560 m2 untuk menampung rusa yang baru
datang),
4) Kandang pembesaran seluas ± 288 m2 yang dibagi menjadi empat sub unit
masingmasing seluas ± 72 m2 untuk seleksi pasangan, pembesaran anak dan
pelatihan(exercise) bagi salah satu pasangan untuk menyegarkan kondisi tubuh dari
kandangpembiakan, serta isolasi untuk kasus tertentu. Kandang ini biasanya
disebut yard dan sebaiknya berbentuk bulat atau melingkar yang digunakan untuk
perawatan rusa, dan tempat bagi rusa yang sedang bunting atau melahirkan. Dinding
kandang yard terbuat dari papan yang kuat dengan tinggi minimum 2,0 m, dan tertutup
rapat agar rusa mudah diberi perlakuan tanpa menimbulkan kepanikan atau stres. Kandang
berbentuk bulat agar rusa lebih mudah diberi perlakuan karena rusa akan berada di bagian
tengah kandang. Namun apabila kandang berbentuk persegi, rusa cenderung lebih senang
berada di sudut-sudut sehingga sulit untuk memberi perlakuan. Lantai kandang terdiri dari
lantai kasar ataupaving block.
5) Kandang pedok atau mini ranch (kandang pemeliharaan terbuka ukuran 38 x 38
m2),pengolahan limbah (untuk mengolah dan memanfaatkan limbah pakan dan
kotoran rusa, terdiri dari 2 buah masing-masing berukuran 4 x 2 x 1 m3 dan 2 x 2 x 1 m3),
6) Gudang pakan (bangunan permanen berukuran 8 x 6 m2 yang digunakan sebagaigudang
pakan, obat-obatan dan peralatan penangkaran),
7) Pusat informasi (bangunan permanen berukuran 10 x 6 m untuk pusat data daninformasi
penangkaran rusa serta kegiatan administrasi dan pelatihan).

2.4 Manajemen Pemeliharaan

Pemeliharaan rusa terdiri dari pengelompokan rusa, penyapihan anak, kesehatan,


dan penandaan atau pemberian nomor (tagging).
1) Pengelompokkan rusa
Rusa dikelompokkan berdasarkan status fisiologi yakni jantan dan betina yang telah
siap kawin, jantan yang belum siap kawin (baru disapih), betina yang belum siap kawin (baru
disapih), betina yang sedang bunting, betina yang melahirkan, dan rusa yang sakit.
Pengelompokan tersebut bermanfaat untuk memudahkan dalam pemberian pakan sesuai
kebutuhan, memudahkan dalam pengaturan perkawinan, menjaga pejantan agar tidak
mengganggu rusa yang lain, keamanan bagi induk yang bunting dalam proses kelahiran,
ketenangan bagi induk yang menyusui dalam merawat anak, menghindari perkawinan
sebelum waktunya, memperoleh kesempatan makan bagi rusa yang baru disapih, dan
memudahkan penanganan bagi rusa yang sakit
2) Penyapihan rusa
Penyapihan adalah induk betina bersatu dengan anaknya sampai berumur 4 bulan,agar
anak rusa mendapat air susu lebih banyak. Penyapihan sebelum berumur 4 bulan, misalnya
ditinggal mati oleh induk, diperlukan penambahan air susu dari luar dengan menggunakan
dot atau sendok.
3) Kesehatan
Kesehatan rusa perlu diperhatikan agar produktivitas semakin meningkat.
Kematian dalam penangkaran rusa lebih banyak terjadi pada musim hujan dan penyakit
yang sering menyerang adalah pneumonia (radang paru-paru) karena kandang yang becekdan
lembab. Kematian pada rusa dewasa lebih banyak disebabkan oleh faktor makanan,
lingkungan, dan stres akibat penanganan. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
pada rusa timor, dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sanitasi lingkungan kandang,
pemberian pakan yang memenuhi standar gizi, memperbaiki teknik penanganan, dan
vaksinasi, serta pemberian obat sesuai jenis penyakit dan anjuran medis.
4) Penandaan (tagging)
Penandaan (tagging) pada rusa merupakan hal penting dalam manajemenpenangkaran.
Penandaan sebaiknya dilakukan sebelum anak rusa disapih dan tujuannya adalah untuk
mengetahui silsilah (pedigree), umur, memudahkan dalam pengontrolan, memudahkan dalam
pengenalan individu, dan untuk memudahkan pengaturan perkawinan. Cara pemberian
nomor pada rusa timor di penangkaran.

2.5 Nilai Ekonomis

Dalam mendukung perlindungan dan pemanfaatan rusa sambar secara lestari maka
Menteri Pertanian mengeluarkan Surat Keputusan nomor 362/kpts/TN, 120/5/1990 pada
tanggal 20 Mei 1990 yang isinya diantaranya memasukkan rusa sebagai kelompok aneka ternak
yang dapat dibudidayakan sebagaimana ternak lainnya, termasuk juga tentang pengaturan ijin
usahanya (Jacoeb, 1994). Dalam hal pemanfaatannya hampir semua bagian dari rusa dapat
dimanfaatkan. Menurut potensi pemanfaatannya, pemanfaatan rusa sambar dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu:
1) Pemanfaatan Langsung
a) Pemanfaatan Daging
Daging rusa merupakan komonditi yang mempunyai prospek yang baik,
terutamadalam upaya memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Rusa
sambar sebagai penghasil daging mempunyai keunggulan komparatif dibanding
dengan ternak penghasil daging lainnya. Menurut Dradjat (2002) pada tahun 1978
Yerex dan Spiers melaporkan bahwa rusa dapat menkonversi 30 kg bahan kering
menjadi 3 kg daging. Satwa ini sangat efisien dalam menggunakan pakan untuk
diubah menjadi daging, di Selandia Baru penggunaan pakan rusa lebih efektif 4–
5 kali dibandingkan dengan ternak domba atau sapi (Jacoeb, 1994). Keunggulan
lain adalah bila dibandingkan dengan daging sapi kadar proteinnya lebih tinggi
dan kadar lemaknya lebih rendah. Kadar protei daging rusa 21,1 % dan daging
sapi adalah 18,8 %, sedangkan kadar lemak daging rusa 7,0 % dan daging sapi 14,0
% (Putri, 2002) dengan kandungan kolesterol 58 mg/100 gram (Semiadi,
2004).Sehingga daging rusa sangat cocok bagi orang yang berpantang terhadap
kolesterol.
b) Pemanfaatan Ranggah Tua,
Ranggah tua yang sudah lepas dapat dijadikan bahan baku kerajianan
tangansebagai hiasan dinding, hiasan meja atau diubah menjadi pernak-pernik
yang menarik seperti pipa rokok atau yang lainnya.
c) Ranggah muda (velvet)
Ranggah/tanduk muda rusa tumbuh dari substrat tulang rawan yang di
bagianluarnya dibungkus velvet yang banyak mengandung pembuluh darah dan
jaringanvaskuler dan dapat dijadikan sebagai bahan baku obat tradisional. Dalam
ranggah muda rusa mengandung mineral yang tinggi dan sekitar 15 jenis asam amino,
yaitu: Alanina, Arginina, Aspartat, Fenilalanina, Glisina, Glutamat, Histidina,
I,leuisin, Leusina, Lisina, Methionona, Serina, Threonina, Tirosina dan Valina.
Ranggah muda dapat dikembangkan menjadi emping yang merupakan irisan tipis
ranggah muda yang dikeringkan, juga sebagai serbuk dalam bentuk kapsul
sebagai peningkat vitalitas tubuh.
d) Produk sampingan
Kulit rusa dapat digunakan sebagai bahan baku produk kerajinan dompet, ikat,
pinggang dan jaket atau sepatu, hal itu dikarenakan kulit rusa sambar kuat dan lentur.
Jerohan rusa mempunyai peluang untuk dijadikan produk lain, diantaranya dalam
bentuk soto babat rusa.
e) Pemanfaatan lainnya
Pada lang kah lebih lanjut dalam penangkaran rusa pada akhirnya juga
diharapkandapat menjadi breeding stock atau penghasil pejantan/induk yang
berkualitas untukpengembangan rusa lebih luas.
2) Pemanfaatan secara tidak langsung
Pemeliharaan selain untuk keperluan komersil, rusa telah lama dipelihara karenapostur
tubuh, corak bulunya dan keindahan ranggahnya. Seperti halnya rusa totol di Istana
Kepresidenan Bogor, yang dipelihara karena keindahan bulunya yang totol-totol putih.
Sedangkan rusa sambar menarik dilihat dari postur tubuhnya yang tinggi dan tegap padat
dengan ranggah yang indah pada rusa jantannya. Selain itu apabila kegiatan penangkaran
sudah berjalan dengan baik, sebagai upaya diversifikasi pemanfaatan dapat dikembangkan
menjadi areal wisata berburu rusa sangat mungkin untuk diwujudkan.
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam mendukung perlindungan dan pemanfaatan rusa sambar secara lestari


makaMenteri Pertanian mengeluarkan Surat Keputusan nomor 362/kpts/TN, 120/5/1990
padatanggal 20 Mei 1990 yang isinya diantaranya memasukkan rusa sebagai kelompok
anekaternak yang dapat dibudidayakan sebagaimana ternak lainnya, termasuk juga
tentangpengaturan ijin usahanya (Jacoeb, 1994). Dalam hal pemanfaatannya hampir semua
bagian dari rusa dapat dimanfaatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Dradjat, A.S. 2002. Potensi Biologi dan Reproduksi Rusa Sebagai Hewan Ternak.Seminar
Prospek Penangkaran Rusa di Indonesia. Yogyakarta.

Jacoeb, T.N., Wiryosuhanto, S.D. 1994. Prospek Budidaya Ternak Rusa. PenerbitKanisius.
Yogyakarta.

Ma’ruf, A., Atmoko, T., Syahbani, I. 2006. Teknologi pengakaran rusa sambar
(Cervusunicolor) di Desa Api-api Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Prosiding Gelar dan Dialog Teknologi ”Teknologi untuk Kelestarian Hutan danKesejahteraan
Masyarakat”. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, BadanLitbang Departemen
Kehutanan.

Sutedja, IGNN., Taufik, M. 1990. Mengenal Lebih Depkat Satwa yang Dilindungi.Mamalia.
Biro Hubungan Masyarakat, Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan.

Semiadi, G. 1998. Budidaya Rusa Tropika Sebagai Hewan Ternak. Masyarakat


ZoologiIndonesia. Jakarta

Semiadi, G., Nugraha, R.T.P. 2004. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis. Puslit BiologiLIPI.
Bogor.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati Dan Ekosistemnya.

Anda mungkin juga menyukai