Oleh :
KELOMPOK 2
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR
pertolongan-Nya lah penyusun dapat menyusun makalah ini. Tak lupa pula
shalawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah
membawa umatnya menuju zaman yang penuh kemajuan teknologi seperti saat ini.
Penyusun ucapkan pula terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Penilaian Keragaan Ternak, Bapak Dr. Ir. H. Denie Heriyadi, S.U. atas
kontes domba dan kambing” dengan berbagai aspek yang terkait di dalamnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bisa menambah wawasan
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................ 2
1.3 Maksud dan Tujuan ................................................................. 2
II PEMBAHASAN
2.1 Domba Garut ........................................................................... 3
2.2 Domba Batur ........................................................................... 8
2.3 Domba Sapudi ......................................................................... 9
2.4 Kambing Etawa ....................................................................... 11
2.5 Kambing Peranakan Etawa (Kaligesing) ................................ 12
2.6 Domba Garut ........................................................................... 14
LAMPIRAN ................................................................................. 18
iii
DAFTAR ILUSTRASI
Nomor Halaman
iv
1
PENDAHULUAN
salah satunya adalah Domba Garut, Domba Batur dan Domba Sapudi. Demi
melestarikan rumpun asli Indonesia maka sering kali diadakan kontes ternak untuk
Domba Garut merupakan sumber daya genetik ternak yang berasal dari
Kabupaten Garut Jawa Barat Indonesia yang telah ditetapkan sebagai rumpun lokal
2011. Domba Garut merupakan salah satu rumpun domba lokal Indonesia dan telah
bibit Domba Garut yang unggul sebelum menyebar ke seluruh Jawa Barat, salah
satu penghasil bibit domba yang sangat diminati oleh masyarakat atau peternak
adalah berasal dari wilayah Desa Dano Kecamatan Leles Kabupaten Garut.
Selain dari ternak domba adapula ternak kambing yaitu kambing peranakan
etawa, kambing etawa dan kambing boer. Kambing PE dan Etawa termasuk
kedalam rumpun penting kontes kambing. Menurut produk yang dihasilkan ternak
penghasil bulu, penghasil daging dan susu. Kambing Peranakan etawa (PE) adalah
kambing.
1. Domba apa sajakah yang termasuk rumpun penting pada kontes domba.
2. Kambing apa sajakah yang termasuk rumpun penting pada kontes kambing.
domba.
kambing.
3
II
PEMBAHASAN
Usaha ternak domba di Kabupaten Garut telah lama diusahakan oleh petani
baik sebagai usaha pokok maupun usaha sampingan yang dipadukan dengan usaha
tani. Oleh karena itu keberadaan usaha ternak domba dapat memberikan kontribusi
alam. Dilihat dari rata-rata tingkat kepemilikan ideal, dimana skala pemilikan ideal
tradisional yang berfungsi sebagai tabungan, sumber pupuk kandang serta sumber
rendah yaitu dibawah 10 ekor per keluarga petani. Hal tesebut tidak mengurangi
tersebut dapat diandalkan bila mereka diberi motivasi usaha dan tingkat permodalan
yang memadai. Hal ini karena selain cocok dengan lingkungan setempat juga sudah
akrab dan menjadi tradisi yang turun temurun dengan masyarakat petani di daerah,
khusus Domba Garut sebagai domba laga atau sebagai hewan kesayangan, biasanya
dipelihara oleh mereka yang memiliki tingkat permodalan yang kuat, karena harga
domba tersebut sangat memiliki harga yang mhal dan unsure seni serta keindahan
yang ditonjolkan.
yang tidak dimiliki oleh jenis/bangsa domba lainnya di dunia. domba garut banyak
dipelihara dipedesaan oleh para peternak di Jawa Barat, karena domba tersebut lahir
dengan perkembangan usaha sampai sekarang bahwa Domba Garut banyak tersebar
di luar Jawa Barat seperti Sumatra Utara, Jawa Tengah namun perkembangannya
belum menggembirakan. Salah satu keistimewaan ternak Domba Garut yaitu ternak
tempramen/sifat-sifat yang spesifik sebagai domba adu dan terkenal denagn domba
tangkas dan sekarang lebih dikenal dengan domba laga, karena domba adu memiliki
memiliki seni ketangkasan yang dipadukanengan seni pancake silat, dan dikatakan
domba laga karena berlaga dilapangan yang menarik perhatian orang banyak serta
memiliki unsure seni yang indah dipandang. Setelah berdirinya himpunan Peternak
Domba Garut Kambing Indonesia (HPDKI) istilah “adu” dihilangkan karena untuk
tidak mengasosiasikan kata “adu” dengan permainan judi. Sebagai seni khas
kebudayaan Jawa Barat terutama masyarakat Priangan, sejak jaman dahulu sampai
sekarang dikenal dan digemari oleh masyarakat banyak, hal ini karena sebagai seni
yang disenangi serta ternak domba Garut dapat dikategorikan sebagai hewan
membentuk tanduk agar memiliki temperamen yang indah dan kelihatan gagah,
sehingga tercipta motto tentang domba garut yaitu “ Tandang di Lapang, Gandang
di Lapang, Indah Dipandang serta Enak Dipanggang”. Seni ini merupakan ajang
kontes dalam memilih bibit sebagai raja dan ratu bibit ternak domba Garut, karena
5
setiap event pertandingan ternak domba yang bagus sangat mendapat sorotan setiap
peternak dan penggemar, dengan sendirinya bahwa ternak tersebut memiliki harga
yang sangat tinggi. Perlombaan atau kontes ternak ini merupakan tempat
berkumpulnya par peternak dan pemilik, para penggemar, tokoh Domba Garut serta
tangkas (laga) telah sejak lama dilakukan oleh para peternak, penggemar
domba tersebut dahulu disebut “juragan”. Peternak pemelihara harus memliki nilai
jiwa seni yang khusus serta akrab dengan domba. Berbagai upaya dan pengorbanan
Domba Garut pejantan di arena perlombaan (ketangkasan), sebab domba laga yang
unggul akan menyandang gelar juara serta mendapart nilai jual yang melonjak
tinggi. Karena ternak Domba Garut merupakan bagian dari ternak seni, maka
setelah Domba Garut tandang di lapang, salah satu kegembiraan yang diraih oleh
pemiliknya atau pelatihnya, ketika domba tersebut mengalunkan seni sesuai irama
ketukan kendang. Dalam seni ketangkasan domba jarang terjadi kecelakaan pada
ternak domba apalagi sampai terjadi cacat atau mati, sebab setiap pertandingan
selalu diawasi oleh : • Dewan Hakim • Dewan Juri • Wasit Domba Garut sebagai
pukulan dan kelas C sebanyak 15 pukulan. Selain dari pada pembagian kelas
tersebut, ada pula pembagian khusus yang disebut kelas pasangan, kelas pasangan
dikhususkan domba yang mempunyai criteria kesamaan warna bulu, tinggi, berat
badan, keserasian tanduk, keserasian gaya pukulan dan keserasian lainnya. Untuk
keindahan fisik, kelincahan dan stamina. Untuk keturunan yang bagus, anak domba
jantan umur satu minggu sudah kelihatan bakal tanduknya, seiring dengan
pertumbuhan, tanduk itu tidak keluar langsung dan indah. Untuk menjadikan seperti
minggu sekali
gagah.
Domba Garut memiliki nilai budaya yang dapat diakui oleh segenap masyarakat,
7
bahwa seni ketangkasan ini bukan “NGADUKEUN DOMBA” tetapi seni yang
dimilki oleh ternak domba yang harus dimodifikasi dan citra adu domba dengan
pemahaman di atas bahwa yang harus dilakukan sebagai unsure seni adalah
mengubah suasana adu domba yang tidak jelas keberadaannya dihimpun dalam
wadah atau tatanan atauran dalam meningkatkan nilai tambah sebagai prestasi
sehingga seni ketangkasan Domba Garut merupakan komoditi yang dapat dijual
unsure seninya. OLeh karena itu diperlukan peranan pemerintah serta kumpulan
sehingga peternak domba lebih maju, efisien dan tangguh untuk menambah devisa
daerah.
Menurut para pkar domba seperti Prof. Didi Atmadilaga dan Prof. Asikin
Natasasmita, bahwa Domba Garut merupakan hasil persilangan antara domba local.
Domba Ekor Gemuk dan Domba Merino yang dibentuk kira-kira pada pertengahan
abd ke 19 (±1854) yang dirintis oleh Adipati Limbangan Garut, sekitar 70 tahun
kemudian yaitu tahun 1926 Domba Garut telah menunjukan suatu keseragaman.
Bentuk tubuh Domba Garut hampir sama dengan domba lokal dan bentuk tanduk
yang besr melingkar diturunkan dari Domba Merino, tetapi Domba Merino tidak
ahli, bahwa Domba Garut selain memilki keistimewaan juga sebagai penghasil
daging yang sangat baik dalam upaya meningkatkan produksi ternak domba. Jenis
8
Domba Garut tergolong jenis domba terbaik, bahkan dalam perdagangannya dan
paling cocok serta menarik perhatian banyak masyarakat, mudah dipelihara oleh
petani kecil karena relative lebih mudah pemeliharaannya dan lebih cepat
2011 tentang Penetapan Rumpun Domba Batur, dijelaskan bahwa domba batur
keseragaman bentuk fisik dan komposisi genetik serta kemampuan adaptasi dengan
baik pada keterbatasan lingkungan. Domba batur mempunyai ciri khas yang
berbeda dengan rumpun domba asli atau domba lokal lainnya dan merupakan
kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia yang perlu dilindungi dan
dengan domba ekor tipis dengan sebaran asli geografis di Kecamatan Batur dan
berwarna putih susu dengan bulu berwarna putih dan kulit putih sampai kemerahan,
memiliki hidung, telinga dan ekor berwarna putih sedangkan kuku berwarna hitam.
Bulu domba batur berupa wol halus dan lebat yang hampir menutupi seluruh
permukaan tubuh, bentuk telinga kecil mengarah ke samping dengan garis muka
yang cembung, memiliki garis punggung lurus sampai agak cekung, bentuk ekor
kecil dan pendek dengan ujung ekor meruncing, bentuk tubuh besar dan panjang
(betina), lingkar dada 118,4±8,8 cm (jantan) dan 95,2±5,8 cm (betina) serta bobot
menampilkan keberhasilan yang telah dicapai oleh peternak, pelaku usaha dan
Domba Batur pada acara Dieng Culture Festival setiap satu tahun sekali. Festival ini
diharapkan dapat melestarikan Domba Batur atau domba yang sering dijuluki Domba
Dieng (DoDi).
merupakan domba yang berasal dari Asia Barat Daya yang dibawa pedagang
Gujarat pada abad ke-18 ke daerah Lamongan Jawa Timur, Pulau Madura dan
sampai di Pulau Sapudi, dan selanjutnya dikembangkan secara turun temurun oleh
Madura dan Daerah Tapal Kuda Provinsi Jawa Timur dengan wilayah sebaran
kepala putih, garis muka agak cembung, telinga cukup besar, panjang, lebar, dan
tegak ke samping dengan sudut 45-90 derajat, tidak bertanduk, memiliki garis
memiliki bentuk ekor bervariasi dari bentuk segitiga sampai sigmoid, tebal, panjang
dan lebar, bagian pangkal tengah lebar dan sering berkelok (sigmoid) dan
meruncing pada bagian ujungnya. Domba ini memiliki sifat tenang dan tidak
agresif.
(betina), panjang badan 70±5,1 cm (Jantan) dan 58,4±4 cm (betina), lingkar dada
(jantan) dan 25,8±5,7 kg (betina).Domba ini merupakan salah satu domba lokal
yang ada di Indonesia dan cukup dikenal oleh masyarakat mengingat produksi yang
Domba Sapudi merupakan salah satu dari jenis Dombe Ekor Gemuk.
Domba ini lebih tepat dibudidayakan sebagai ternak penghasil daging (tipe potong)
dari pada tipe wool, dengan pemeliharaan intensif dapat diperoleh pertambahan
berat badan antara 51-55 gram/hari. Domba Ekor Gemuk memiliki kemampuan
menimbun lemak pada pangkal ekornya. Bentuk badan lebar, domba jantan
Domba ekor gemuk memiliki bentuk tubuh lebih besar dari domba ekor
tipis. Hasil penelitian menunjukan DEG yang ada di indonesia dengan jarak
beranak 8 bulan dapat menghasilkan anak 2,34 ekor/tahun, untuk 100 ekor induk
Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan intesitas cahaya matahari yang
cukup berpengaruh terhadap fertilitas yang tinggi, sehingga domba lokal yang ada
di Indonesia dapat menghasil banyak anak. Ditinjau dari faktor genetiknya DEG
Calon Pejantan yang baik pada Domba Sapudi memiliki ciri-ciri bentuk
tubuh besar, relatif panjang, punggung rata tidak melengkung dan tidak cacat, dada
dalam dan lebar, kaki-kakinya simetris, lurus dan kuat/kokoh, tumit tinggi dan
berpenampilan gagah, Aktif, kuat tenaganya dan naluri kawin besar, buah zakar
(scrotum) normal, 2 buah sama besarnya, berasal dari keturunan kembar, serta
Salah satu Kontes Domba Sapudi dapat kita lihat pada acara Kontes ternak
India pada tahun 1920-an dengan tujuan untuk memperbaiki keturunan kambing
lokal. Merupakan kambing berukuran besar dengan tinggi 70-8- cm dan bobot
badan 40-45 kg. (Davendra dan Burns, 1994). Kambing Etawa termasuk kedalam
kambing penghasil susu, kesehatan ternak (kambing) akan dapat dicapai dengan
tatalaksana perawatan kambing yang baik yang dimulai sejak pembibitan kambing,
kandang), dan volume pakan, pemilihan bahan pakan serta cara pemberian pakan
peternak karena kontes seringkali menambah daya tarik, selain itu dapat juga
Belanda pada tahun 1920-an, orang Belanda tersebut membawa banyak kambing
terkenal sebagai kambing perah atau penghasil susu, dimana saat itu kambing ini di
sebut dengan kambing Benggala atau kambing Jamnapari sesuai dengan asalnya di
kambing lokal (seperti kambing Jawarandu atau kambing Kacang) dan ternyata
keturunan yang dihasilkan lebih bagus dari pada kambing lokal (Merxens dan
Syarif, 1932).
atau kambing Kacang oleh masyarakat disebut keturunan Etawah atau Peranakan
di Purworejo, Jawa Tengah hingga saat ini merupakan daerah sentra utama
peternakan kambing Peranakan Etawah, karena daerah ini berhawa dingin dan
masyarakat langsung teringat daerah ini, sehingga tidak salah jika kambing
Kambing ras Kaligesing ini memiliki ciri khas pola warna hitam putih.
Kambing Kaligesing sebagai galur lokal Jawa Tengah, ditetapkan Melalui Surat
Peranakan Etawah merupakan salah satu bangsa kambing lokal Indonesia yang
mempunyai konformasi tubuh yang lebih besar dari jenis lainnya sehingga sering
dipakai dalam program perbaikan mutu bibit kambing di Indonesia. Selama ini
ternak kambing masih berfungsi sebagai ternak tabungan bagi petani, untuk
mengatasi masa-masa sulit seperti saat kegagalan panen atau jika perlu uang tunai
kesempatan kerja yang lebih luas dan sekaligus membantu memecahkan masalah
diterima petani.
cm), memiliki kombinasi warna (putih, hitam, putih-hitam atau putih-coklat), Bulu
pejantan dan betina kecil melengkung ke belakang dan Ekor pendek serta memiliki
bobot badan jantan dewasa 40 kg dan betina 35 kg. tinggi pundaknya 76-100
diikutsertakan dalam kontes yaitu sehat dan bebas dari penyakit hewan menular
yang dinyatakan oleh pejabat berwenang, tidak cacat secara fisik, bebas dari cacat
alat reproduksi, serta tidak memiliki silsilah keturunan yang cacat secara genetik.
sebagai kambing penghasil susu dan daging. Namun, kambing yang masih
merupakan keturunan Etawah dari India ini memiliki potensi lain yang bernilai
14
Peranakan Etawah, seperti Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, kontes
tahunan bergengsi selalu digelar. Kambing jawara lomba pun sudah dapat
dipastikan punya posisi tawar yang tinggi. Tak heran jika harga jualnya jauh
berlipat ganda. Kontes kambing Peranakan Etawah sudah sangat sering dilakukan,
masyarakat luas bahwa kambing ini merupakan kambing asli Indonesia. Kontes
semacam ini akan dapat meningkatkan pamor kambing Peranakan Etawah baik
jualnya pun akan semakin tinggi. Kegiatan semacam ini merupakan salah satu
Timur dan sering dijuluki spesies “kambing bule”. Kambing yang berasal dari
Afrika Selatan ini telah menjadi ternak yang ter-registrasi di Indonesia selama lebih
dari 65 tahun, saat ini telah menyebar luas hampir diseluruh dunia. Kambing Boer
konformasi tubuh yang eksellen, pertumbuhannya yang cepat dan kualitas karkas
hidung cembung, rambut relatif pendek sampai sedang Kambing Boer merupakan
15
salah satu tipe kambing pedaging yang memiliki tubuh kompak dan persentase
karkas yang tinggi. Kambing boer merupakan hasil persilangan antara kambing
Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal dari India dan Timur
dekat. Kambing ini tahan hidup di padang penggembalaan yang kering di daerah
tropik dan sub-tropik asal tidak lembab. Pola warna yang disukai adalah kepala dan
leher berwarna coklat dengan badan serta kaki berwarna putih dan kulit berpigmen
pada bagian tubuh yang terpapar sebagai pelindung sengatan matahari. Tanduk
Kontes Kambing Boer biasanya dilakukan pada jenis Cross Boer atau jenis
silangan, juri akan menilai sistem perawatan, kegemukan, postur dan telinga
ketebalan bulu, kaki serta keserasian. Kontes ini selain dapat meningkatkan nilai
merawat kambing dengan baik dan agar peternakan kambing semakin berkembang.
Indonesia. Kelas yang dilombakan adalah jantan dewasa, jantan muda, betina
dewasa dan betina muda. Kambing Boer yang memenangi kontes kecantikan
harganya bisa diatas 70 juta per ekor. Bebrapa tahun terakhir ini telah diimport
Hasil persilangan antara pejantan Boer dengan induk kambing Lokal telah banyak
atau pertumbuhannya.
16
III
PENUTUP
Indonesia memiliki berbagai rumpun domba dan kambing yang harus dijaga
menjadi promosi wisata yang mengangkat nilai ekonomi peternak karena kontes
seringkali menambah daya tarik, selain itu dapat juga sebagai pemacu
Domba yang sering digunakan dalam konter ternak antara lain domba garut,
domba sapundi dan domba batur. Domba Garut tergolong jenis domba terbaik,
bahkan dalam perdagangannya dan paling cocok serta menarik perhatian banyak
masyarakat, mudah dipelihara oleh petani kecil karena relative lebih mudah
Domba Batur seringkali diadakan di daerah Banjarnegara yaitu pada acara Dieng Culture
Festival setiap satu tahun sekali. Salah satu Kontes Domba Sapudi dapat kita lihat
oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setiap satu tahun sekali.
Kambing yang sering digunakan dalam kontes ternak merupakan kambing
etawa, Kambing peranakan etawa (Kaligesing) dan kambing boer. Kontes kambing
Peranakan Etawah sudah sangat sering dilakukan, hal ini bertujuan untuk
kambing ini merupakan kambing asli Indonesia. Kontes Kambing Boer biasanya
dilakukan pada jenis Cross Boer atau jenis silangan dan sering dilaksanakan di
daerah Blitar.
17
DAFTAR PUSTAKA
Lu C.D. 2002. Goat Production: Progress and Perspective. http:// www. uhh.
hawaii. edu/uhh/vcaa/documents/BoerGoat Productio Progress and
Perspective 20 02. pdf.08-04-08.
Merxens, J. and A. Syarif. 1932. Bijdrage Tot De Keimis Van De Geiten Fo Kl Erij
In Nederlandsh Oost Indie (Sumbangan Pengetahuan Tentang Peternakan
Kambing dii Indonesia)"Am Utoyo, Re(Penterjemah), 1979 . Domba Dan
Kambing. Lipi.
Sodiq. A and E. S. Tawfik. 2003. The Role and Breeds, Management Systems,
Productivity and Development Strategies of Goats in Indonesia: A Review.
Journal of Agriculture and Rural Development in the Tropics and
Subtropics Volume 104, No.1, pages 71–89.
Sutama. I .K, dan IGM Budiarsana. 2009. Panduan Lengkap Kambing Dan Domba.
Jakarta, Penebar Swadaya.
18
LAMPIRAN