Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pemuliaan Ternak
Disusun oleh:
Kelompok 10
Anggota:
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya serta karunia-Nya kepada kami sehingga makalah ini dapat tersusun hingga
selesai dengan judul “Pemuliaan Domba Garut/Priangan”. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah
menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca dan dapat menjadi acuan
Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak
pengalaman kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................... 21
4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
besar terhadap gizi masyarakat yaitu ternak domba. Ternak domba merupakan
ternak yang termasuk ruminansia kecil yang dapat memberikan manfaat untuk
Salah satu jenis ternak domba yang paling banyak yaitu domba garut.
Domba Garut merupakan salah satu komoditas unggulan yang perlu dilestarikan
sebagai sumber genetik asli Indonesia yang potensial. Domba ini dikenal oleh
masyarakat dengan sebutan Domba Garut, yang dikenal juga dengan sebutan
domba priangan.
Domba Garut memiliki bentuk umum tubuh yang relatif besar dan
berbentuk persegi panjang, bulu panjang dan kasar. Ciri khas domba Garut yaitu
memiliki kombinasi daun telinga ngadaun hiris atau rumpung dengan ekor
ngabuntut bagong atau ngabuntut beurit. Daun telinga ngadaun hiris adalah bentuk
daun telinga yang menyerupai daun hiris atau kacang gude (cajanus cajan) dengan
panjang 4 – 8 cm, sedangkan telinga rumpung adalah bentuk daun telinga yang
tumbuh kecil yang panjangnya kurang dari 4 cm. Ekor ngabuntut bagong adalah
bentuk ekor domba yang menyerupai segitiga dengan timbunan lemak pada pangkal
ekor dengan lebar lebih dari 11 cm dan mengecil pada ujung ekor, sedangkan ekor
ngabuntut beurit adalah bentuk ekor domba menyerupai segitiga tanpa timbunan
lemak dengan bentuk yang mengecil pada ujung ekor (Heriyadi, 2011).
1
Di Indonesia pengembangan bibit sangat dibutuhkan, karena domba Garut
tersebut, maka ketersediaan bibit sangat penting untuk menghasilkan generasi yang
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mempertahankan bibit ternak yang dianggap baik untuk dapat terus dilestarikan
sebagai tetua bagi generasi ke penerus ke depannya dan mengeluarkan bibit ternak
yang dianggap tidak baik (Kurnianto, 2012). Seleksi sebagai kebaikan untuk
mengubah jumlah gen yang mengontrol sifat kualitatif serta kuantitatif (Warwick
dkk., 1990).
oleh para pemulia dalam setiap generasi untuk dapat menentukan bibit ternak atau
ternak mana yang dapat dipilih untuk dijadikan sebagai tetua untuk generasi
penerus berikutnya dan memilih yang akan dipisahkan sehingga tidak dapat
individu yang terpilih akan dibiarkan memiliki sedikit keturunan saja. Seleksi
memiliki fungsi untuk merubah frekuensi gen. Seleksi sebagai kekuatan untuk
dapat mengubah frekuensi atau banyaknya gen yang mengatur sifat-sifat kualitatif
dan juga kuantitatif yang dipengaruhi banyak gen (Warwick et al., 1995).
produksi susu, kadar lemak daging, berat lahir, pertambahan berat badan, berat
umur tertentu, jumlah anak sepelahiran, kualitas daging, ketebalan lemak, serta
3
Penelitian pemuliaan ternak domba khususnya seleksi, pada dasarnya
wilayah Indonesia, populasinya ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ekor
tipis mampu hidup di daerah gersang. Domba ini mempunyai tubuh kecil sehingga
disebut domba sayur atau domba Jawa. Ciri lainnya yaitu relatif kecil dan tipis,
biasanya bulu badan berwarna putih, namun ada pula warna lain, misalnya belang
– belang hitam di sekitar mata, hidung atau bagian tubuh lainnya. Domba betina
umumnya tidak bertanduk, sedangkan domba jantan bertanduk kecil dan melingkar.
Berat domba jantan berkisar 30 – 40 kg dan berat domba betina dewasa sekitar 15
– 20kg (Einstiana,1999).
Domba memiliki kemampuan untuk berkembang biak, tumbuh dengan
cepat, dan relatif mudah dalam pemeliharaannya. Salah satu potensi genetik domba
adalah bersifat prolifik/beranak lebih dari satu ekor per kelahiran dan dapat beranak
tiga kali dalam kurun waktu dua tahun (Sumantri, 2007). Tingginya tingkat
kematian pada masa ini diduga karena oleh induk domba tidak mendapat zat
makanan yang cukup untuk berproduksi pada akhir kebuntingan sehingga bobot
lahir rendah.
4
Produktivitas ternak domba, terutama pertumbuhan dan kemampuan
terdiri dari pakan, teknik pemeliharaan, kesehatan, dan iklim. Pengaruh pakan ini
menunjukkan bahwa produktivitas domba yang tinggi tidak bisa tercapai tanpa
dan Jawa Barat. DET termasuk golongan domba kecil, warna bulunya putih
yang betina biasanya tidak bertanduk, serta bulunya berupa wol yang kasar.
tahun.
mempunyai karakter fisik yang menjadi ciri khasnya, yaitu memiliki ekor
yang gemuk, berwarna putih, tidak bertanduk, berbulu kasar, mampu
5
beradapatasi pada iklim kering dan prolifik (mampu beranak 1 – 2 ekor per
kelahiran dan kadang 3 ekor). Ciri khas ini merupakan ekspresi dari
ternak DEG sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan mutu genetik DEG.
Domba Garut memiliki bentuk umum tubuh yang relatif besar dan
berbentuk persegi panjang, bulunya panjang dan kasar, dahi konveks, pada
jantan terdapat tanduk yang besar kuat dan melingkar. Ciri khas domba
Garut yaitu mempunyai kombinasi daun telinga ngadaun hiris atau rumpung
dengan ekor ngabuntut bagong atau ngabuntut beurit. Domba Garut dapat
Merino dan domba Cape (Kaapstad) dengan domba lokal sekitar tahun
1864. Domba Garut terkenal sebagai salah satu domba yang mempunyai
Kabupaten Garut. Domba Garut disebut juga Domba Priangan termasuk tipe besar
merupakan hasil persilangan tiga bangsa yaitu Domba Merino dari Australia,
Domba Kapstad dari Afrika Barat Daya dan domba lokal (Devendra and McLeroy
Domba Merino unggul dalam produksi wol, sedangkan domba Kaapstad unggul
dalam tinggi badan. Domba Garut memiliki ciri khas yaitu berupa propil kepala
cembung, bentuk muka lebar, pendek dan sedikit cembung. Daun telinga
6
merupakan sebuah kombinasi antara kuping rumpung/rudimenter (di bawah 4 cm).
Bentuk ekor lebar dan berlemak pada pangkal ekor dan mengecil ke ujung. Domba
jantan mempunyai tanduk besar, kokoh, kuat dan melingkar, sedangkan betina tidak
bertanduk.
Domba Garut betina merupakan prolifik yang tinggi dan mempunyai selang
kelahiran pendek. Variasi warna bulu dari domba ini terdiri dari hitam, putih, coklat
dan belang (Heriyadi 2006; Devendra and McLeroy 2002; Mulyono 2003). Domba
ini memiliki tinggi badan yang cocok sebagai domba aduan (Merkens and Soemirat
terbentuknya bangsa domba ini. Domba Garut juga memiliki penampilan yang
Domba Garut merupakan sumber daya genetik ternak Jawa Barat yang
biasa disebut juga domba Priangan memiliki bentuk tubuh relatif besar dan
berbentuk balok dengan bulu yang panjang dan dominan kasar. Ciri khas yang
membedakan domba ini dengan domba lain yaitu kombinasi daun telinga yang
rumpung dan bentuk ekor yang berbentuk segitiga dengan timbunan lemak pada
Gambar 1. Domba garut dengan ciri khas tanduk dan bentuk daun telinga rumpung
7
Karakter yang diharapkan dari domba adalah kemampuannya menghasilkan
berbagai macam komoditas, yaitu daging, susu, dan wol sembari beradaptasi
dengan agroekozonalogis yang bervariasi dalam kondisi iklim, diet, usia, penyakit,
budaya dan ritual keagamaan (Rasali, 2005). Domba Garut merupakan salah satu
sumber genetik dunia dan dikenal sebagai domba produktif. Domba Garut memiliki
peran penting dalam sistem pertanian di daerah Jawa Barat dan memberikan nilai
mutu genetik unggul untuk selanjutnya dipakai sebagai tetua bagi generasi penerus,
sedangkan ternak yang kurang baik mutu genetiknya akan diafkir (culling). Sistem
seleksi terbagi menjadi dua bentuk yaitu seleksi alam dan seleksi buatan. Seleksi
alam terjadi secara alami dan telah berlangsung sejak beratus tahun lalu sehingga
habitatnya. Seleksi buatan terjadi dengan bantuan manusia untuk tujuan tertentu.
Terdapat beberapa metode seleksi buatan untuk satu sifat pada domba di antaranya:
a. Seleksi individual
Seleksi untuk ternak bibit yang didasarkan pada catatan produktivitas masing-
masing ternak.
b. Seleksi kekerabatan
c. Seleksi silsilah
untuk memilih ternak bibit umur muda. Pemilihan bibit ternak bertujuan untuk
8
a. Seleksi tandem
Seleksi yang dilakukan dengan memfokuskan seleksi terhadap satu sifat setiap
Seleksi dapat diaplikasikan untuk dua sifat atau lebih secara simultan.
c. Indeks seleksi
ekonomi yang didasarkan pada dua sifat atau lebih. Metode ini merupakan
menjadi biak silang (cross breeding), biak silang luar (out breeding), dan biak
heterozigot.
9
- Biak silang luar (out breeding/out crossing) merupakan persilangan antara
- Biak tingkat (grading up) merupakan persilangan balik yang terus menerus
10
BAB III
PEMBAHASAN
peternak skala rumah tangga. Tujuan beternak domba skala rumah tangga
akan menjadi sumber uang darurat apabila suatu saat dibutuhkan (Wiradarya,
untuk dijual karena lebih mudah terjual dan harganya relatif tinggi. Hal ini
sehingga ternak-ternak inilah yang menjadi bibit generasi atau tetua di masa
mendatang. Apabila terus seperti ini, maka akan terjadi penurunan performa dan
makin terkuras populasi domba unggul di Indonesia. Oleh karena itu, untuk
reference scheme (Anang, 2003; Rahmat, 2010). Sire reference scheme merupakan
model pola pemuliaan yang mana pejantan yang digunakan adalah hasil seleksi
genetic links antar kelompok, evaluasi genetik antar kelompok dan antar tahun bisa
pemuliaan dan performa ternak antar kelompok dapat dibandingkan. Peran inti
adalah mengelola dan menyeleksi jantan yang akan digunakan sebagai reference
maximum likelihood (REML) dan nilai pemuliaan dapat diduga menggunakan best
11
3.3 Pola Pemuliaan Domba Garut
Pola pemuliaan pada dasarnya terbagi menjadi dua bentuk yaitu pola inti
tertutup (Closed nucleus breeding scheme) dan pola inti terbuka (Open nucleus
menggunakan pola inti terbuka. Pola inti terbuka merupakan suatu sistem yang
mana inti (nucleus) tidak tertutup sehingga aliran gen tidak hanya dari strata atas ke
bawah tetapi juga dari bawah ke atas. Oleh sebab itu, setiap perbaikan genetik yang
diperoleh dari hasil seleksi di tingkat dasar akan memberikan kontribusi pada
peningkatan genetik pada inti, besarnya kontribusi bergantung kepada laju aliran
gen dari dasar ke inti. Dengan masuknya ternak bibit dari kelompok lain ke inti,
hubungan kekerabatan antara induk dengan jantan makin jauh sehingga laju
kemajuan genetik pada sistem terbuka lebih tinggi daripada dengan sistem tertutup.
Pada sistem terbuka respons seleksi meningkat 10 sampai 15%, dengan laju
inbreeding lebih rendah 50% bila dibandingkan dengan sistem tertutup pada
buatan yang sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan ternak unggul. Hal yang
perlu mendapat perhatian dalam pola pemuliaan adalah peningkatan genetik dan
semaksimal mungkin dari sumber genetik yang ada melalui pemuliaan dengan
kg bobot sapih, dan 0,178 kg bobot pra sapih, fertilitas induk menurun 1,4 sampai
12
1,16%, dan jumlah anak yang hidup sampai sapih menurun 0,7 sampai 7,2%
(Rahmat, 2010).
dua metode, yaitu seleksi di antara dan di dalam rumpun/ genotipe yang ada dan
domba yang tersedia. Pemilihan yang sesuai akan menghasilkan produksi yang
Seleksi di dalam rumpun yaitu seleksi yang memanfaatkan sifat-sifat ekonomi pada
frekuensi gen-gen yang akan meningkatkan nilai pemuliaan dan performa domba.
Pada proses seleksi diperlukan beberapa parameter genetik yaitu heritabilitas dan
nilai pemuliaan sifat yang akan diseleksi. Heritabilitas digunakan untuk mengetahui
besarnya sumbangan genetik aditif suatu sifat tetua yang diturunkan kepada
13
pejantan) dan informasi dari kerabatnya. Nilai pemuliaan dipakai untuk menduga
keunggulan ternak dalam suatu populasi berdasarkan mutu genetik yang akan
dijadikan sebagai tetua untuk generasi berikutnya. Penentuan tetua yang dipilih
dilihat dari rangking nilai pemuliaannya. Jadi ternak yang memiliki nilai pemuliaan
yang tinggi akan dipilih sesuai dengan jumlah kebutuhan dan akan digunakan
sebagai bibit.
induk yang unggul dengan cara pemuliaan, yaitu seleksi. Seleksi diperlukan untuk
keturunan yang baik pula. Program seleksi dapat dilakukan menggunakan sifat-sifat
kuantitatif, di antaranya bobot lahir, bobot umur, dan bobot sapih. Sifat-sifat ini
memengaruhi produktivitas ternak di masa yang akan datang dan seleksi yang dapat
dilakukan sedini mungkin (Haya, 2020). Pengaruh induk terhadap anak terbagi jadi
dua, yaitu pengaruh sebelum lahir dan setelah lahir. Pengaruh induk sebelum lahir
induk setelah lahir yakni produksi susu induk selama menyusui dan kualitas susu
yang sangat lengkap guna memaksimalkan kegiatan seleksi dan evaluasi genetik
3.4.2 Persilangan
Persilangan domba dibagi menjadi beberapa macam, yaitu grading up,
terhadap pejantan dari satu rumpun dengan tujuan agar suatu kelompok
14
b. Pembentukan rumpun baru atau disebut rumpun komposit merupakan hasil
persilangan dua rumpun atau lebih dengan perkawinan selanjutnya antara hasil
kontribusi rumpun dengan peranan yang sesuai dalam suatu kondisi sistem
produksi.
3.5 Teknologi yang Digunakan dalam Pemuliaan Domba
Domba garut merupakan domba lokal yang berpotensi dikembangkan
sebagai domba pedaging karena bersifat prolifik dan pertumbuhannya relatif cepat.
Menurut Rizal (2015; Herdis, 2017) bobot badan domba garut jantan dewasa sekitar
60–80 kg dan dapat mencapai lebih dari 100 kg, sedangkan bobot domba garut
betina dewasa sekitar 30– 50 kg. Fakta tersebut menjadikan domba garut berpotensi
mempunyai postur tubuh yang gagah, bentuk tanduk yang khas dengan ukuran
besar, kokoh, kuat, dan melingkar. Domba garut juga memiliki keunggulan dalam
dewasa kelamin, tidak mengenal musim kawin, dan dapat melahirkan anak lebih
pejantan unggul dan potensi reproduksi ternak betina yang belum dimanfaatkan
secara optimal. Jumlah yang terbatas dan harga yang relatif mahal pada domba
garut jantan unggul disebabkan oleh pemanfaatannya untuk kontes domba laga.
15
selama 40 hari. Pengaruh negatif yang terjadi pada domba jantan setelah
dicampurkan adalah berat badan turun hingga 10 kg dan domba jantan menjadi
lebih peka terhadap penyakit (Herdis, 2017). Oleh karena itu, penerapan teknologi
alternatif tepat guna untuk meningkatkan populasi domba garut secara aktif
progresif. Dengan diterapkannya teknologi IB, semen yang diperoleh dari pejantan
unggul dapat diolah secara optimal sehingga lebih banyak jumlah domba betina
yang dapat dikawinkan dan dapat mengurangi pengaruh negatif pada kesehatan
domba pejantan yang dijadikan sumber semen (Herdis 2011, Herdis 2017).
3.6 Pemuliaan Ternak Domba Garut Berdasarkan Tipenya
3.6.1 Tipe Wol
Domba Garut sebagai hasil persilangan ketiga bangsa domba dapat
memiliki produksi yang berbeda-beda. Domba ini dapat memiliki wol yang kasar
dan halus. Produksi wol yang kasar kemungkinan berasal dari sifat yang diturunkan
domba Kaapstad, sedangkan wol yang halus kemungkinan berasal dari sifat yang
yang rendah dengan kualitas yang rendah karena produksi wol kasar lebih
Syamyono, dkk. pada tahun 2003 di Balai Penelitian Ternak Bogor menunjukkan
bahwa panjang serat halus, produksi benang, dan kekuatan benang domba Garut
masih rendah. Oleh karena itu, dilakukanlah persilangan yang antara domba Garut
dengan domba yang memiliki sifat laju pertumbuhan wol yang tinggi, serat halus
yang panjang, pemintalan paling sedikit, dan kekuatan benang yang baik.
domba Garut dengan domba St. Croix menghasilkan generasi pertama yaitu domba
16
komposit HMG dan antara pejantan MG dan betina HG menghasilkan domba
komposit MHG.
memenuhi ketahanan pangan nasional. Domba Garut baik jantan maupun betina
merupakan domba tipe penghasil daging yang baik (Margawati, 2007). Domba ini
memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai sumber produksi daging
dibandingkan domba lokal atau domba bangsa lain di Indonesia. Produksi daging
pada ternak domba dipengaruhi umur penyapihan, tipe kelahiran, dan jenis kelamin
17
yang kemudian berlanjut berpengaruh pada bobot sapih dan ukuran tubuh
(Margawati, 2007). Tipe kelahiran tunggal memiliki bobot badan yang lebih besar
dibandingkan anak kembar dan anak jantan tunggal memiliki bobot sapih yang
cembung dan telinga rumpung merupakan ciri khas domba ini. Pejantan domba
Garut memiliki tanduk yang kokoh dan kuat, garis punggung cekung, dada
berukuran besar, pundak lebih tinggi dari bagian belakang, serta pangkal ekor
berukuran sedang sampai besar (Gunawan, 2006). Domba Garut jantan kerap
digunakan sebagai domba laga karena memiliki leher yang kuat dan kokoh, tanduk
besar dan melingkar seperti domba Merino jantan, serta memiliki agresifitas yang
tinggi (Margawati, 2007). Upaya peningkatan mutu genetik domba Garut sebagai
domba adu (laga) dapat dilakukan dengan seleksi untuk menghasilkan domba laga
dengan bobot lahir dan bobot sapihnya. Bobot lahir merupakan faktor penting yang
dapat memengaruhi produktivitas ternak. Apabila bobot lahirnya lebih tinggi dari
pertumbuhannya cepat, dan akan memiliki bobot sapih yang lebih tinggi. Bobot
sapih memiliki korelasi positif dengan bobot lahir, ini berarti bobot lahir yang lebih
tinggi akan menentukan bobot sapih yang lebih tinggi juga. Jika seleksi dilakukan
terhadap bobot sapih, maka akan terjadi peningkatan pada bobot lahir pada generasi
berikutnya.
18
3.7 Contoh Pemuliaan Domba Garut Berdasarkan Tipenya
3.7.1 Tipe Penghasil Wol
Penelitian domba Garut sebagai penghasil wol pernah dilakukan di Balai
bulu domba Priangan dan persilangannya dengan domba St. Croix dan M.
panjang serat, penyusutan selama pengolahan, produksi benang, dan kekuatan serta
kemuluran benang. Domba yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari domba
Priangan, domba Komposit HMG, domba Komposit MHG dengan umur 11-12
susu dan meningkatkan daya adaptasi terhadap cuaca yang tinggi. Domba komposit
ini dipakai dalam penelitian karena memiliki produksi wol yang baik. Berdasarkan
produksi wol, diameter serat halus, dan penyusutan selama proses pengolahan,
antara ketiga domba memiliki hasil yang sama. Sementara itu, diameter serat kasar,
produksi benang, kekuatan dan kemuluran benang dari ketiga jenis domba
akibat ketiga rumpun tersebut masih ada komposisi darah yang sama. Dari
penelitian ini, diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan domba komposit HMG dan
komposit MHG memiliki kualitas wol yang lebih baik dari domba Garut.
3.7.2 Tipe Penghasil Daging
Penelitian terhadap pertumbuhan tubuh domba Garut menggunakan sampel
106 domba Garut dari dua kelompok ternak di Garut dan Bogor dengan beberapa
sampel dilengkapi keluarga acuan, kakek, nenek, anak jantan, dan cucu. Dari kedua
tipe domba Garut tersebut dikumpulkan data ukuran tubuh yaitu panjang badan,
lingkar dada, lebar dada, tinggi pundak, lebar pinggul, dan bobot badan. Selain itu
dikumpulkan juga data kelahiran, yakni tipe kelahiran, berat lahir, jenis kelamin,
dan berat sapih umur 4 bulan. Berdasarkan hasil penelitian, pada anak sapih umur
4 bulan, tipe kelahiran dan jenis kelamin berpengaruh pada bobot sapih dan kelima
19
parameter ukuran tubuh. Tipe kelahiran tunggal memiliki bobot badan lebih tinggi
daripada anak kembar. Anak jantan tunggal memiliki bobot sapih lebih tinggi
daripada bobot sapih betina tunggal. Dengan demikian, untuk menghasilkan bibit
unggul diperlukan seleksi berdasarkan umur sapih 4 bulan, domba dengan tipe
menggunakan data sekunder data bobot lahir dan bobot sapih cempe yang telah
dikumpulkan dalam waktu lima bulan. Domba yang digunakan untuk penelitian
berasal dari dua kelompok bibit domba, yaitu domba Garut Super (SR) dan domba
Garut Sukabumi (SB). Domba SR merupakan domba unggul tipe laga yang berasal
dari perkawinan pejantan tipe laga yang dikawinkan pertama kali di atas usia 3,5
tahun dengan induk terseleksi. Sementara itu, domba SB merupakan domba hasil
perkawinan pejantan tipe laga yang dikawinkan pertama kali di atas usia 3,5 tahun
dengan induk domba Garut Sukabumi yang dikawinkan pertama kali pada umur
1,0-1,5 tahun (Gunawan, 2006). Hasil dari penelitian ini menunjukkan rataan bobot
lahir dan bobot sapih berdasarkan jenis kelamin, paritas, kelahiran tunggal, dan
musim pada kedua kelompok domba hampir sama. Namun, berdasarkan nilai
heritabilitas bobot lahir dan bobot sapih, domba SR lebih unggul dibandingkan
domba SB. Nilai heritabilitas yang tinggi ini menunjukkan bahwa seleksi akan lebih
genetik yang lebih cepat. Dengan demikian, berdasarkan hasil seleksi, domba yang
dapat digunakan sebagai tetua berikutnya untuk menghasilkan mutu genetik unggul
20
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Pemuliaan ternak merupakan kegiatan manusia memelihara ternak untuk
menjaga kemurnian galur atau ras sekaligus memperbaiki produksi dan kualitasnya.
Prinsip dasar pemuliaan ternak untuk meningkatkan mutu genetik ternak, melalui
yang bertujuan mengubah frekuensi gen pada suatu populasi ternak. Salah satu
proses pemuliaan ternak yaitu melalui kawin silang sehingga dapat memperoleh
gen sehingga terjadi peningkatan frekuensi gen-gen yang akan meningkatkan nilai
pemuliaan dan performa domba. Persilangan pada domba dibagi menjadi beberapa
macam, yaitu grading up, pembentukan rumpun baru, dan persilangan spesifik.
Domba Garut merupakan domba hasil persilangan tiga jenis bangsa domba
yaitu domba lokal, domba Merino, dan domba Kaapstad (atau Cape). Masing-
merupakan salah satu sumber genetik dunia dan dikenal sebagai domba produktif.
Pemuliaan domba Garut menghasilkan tiga macam tipe domba yaitu tipe wol,
pedaging, dan laga. Di daerah Jawa Barat, domba memiliki peran penting dalam
sistem pertanian dan memberikan nilai komoditas seperti daging, pupuk organik,
dan juga sebagai kesenian dan hiburan masyarakat. Sehingga pemuliaan domba
21
DAFTAR PUSTAKA
Baehaki, dkk. (2016). Nilai Pemuliaan Domba Garut Berdasar Bobot Lahir
Menggunakan Metode Paternal Half-Sib di Uptd BPPTD Margawati.
Universitas Padjadjaran: Sumedang.
Darmawan, H. Supartini, N. 2012. Heretabilitas Dan Nilai Pemuliaan Domba Ekor
Gemuk Di Kabupaten Situbondo. Malang: Universitas Tribhuwana
Tunggadewi. Buana Sains Vol 12 No 1: 51-62.
22
Wiradarya, T.R. (2005). Sistem 3 Strata sebagai Strategi Pemulihan dan
Peningkatan Mutu Genetis Kambing dan Domba Indonesia (Ulasan).
Institut Pertanian Bogor: Bogor.
23
LAMPIRAN
Kelas : D
ternak domba?
tahun.
24
genetik secara menyeluruh. Pada model ini,
digunakan.
25
anak yang hidup sampai sapih menurun 0,7
26
sekelahiran yang relatif tinggi dan dapat beranak
sepanjang tahun.
pengembangbiakannya?
27
-Lebih banyak jumlah domba betina yang dapat
dikawinkan.
sumber semen.
28