DEWI SRI MANUNGGAL. Performa Body Condition Score dan Bobot Badan
pada Kelompok Ternak Domba Garut di BPPTD Margawati Garut. Dibimbing
oleh RP AGUS LELANA
Domba garut merupakan spesies asli tanah Sunda yang memiliki karakter
biologis yaitu kaya akan karkas. Namun demikian masih terdapat kekurangan
informasi mengenai performa skor kondisi tubuh dan bobot badan pada kelompok
ternak domba garut. Untuk mengetahui informasi tersebut dilakukan penilaian
skor kondisi tubuh (BCS) dan pengukuran bobot badan terhadap 80 ekor ternak.
Hasil menunjukkan bahwa domba jantan mengalami peningkatan BCS seiring
pertambahan umur dan bobot badan; rataan BCS jantan anakan 2 (18,221,45 kg),
jantan remaja 2 (27,883,52 kg), dan domba pejantan 3 (45,913,84 kg). Rataan
BCS domba betina mengalami peningkatan sesuai umur dan bobot badan; betina
anakan 2,1 (20,716,47 kg), dara 2,5 (26,992,14 kg), dan domba bunting 2,6
(35,052,14 kg), kecuali domba laktasi (2,1) dan flushing (1,9). Fenomena
penurunan BCS pada flushing dapat disebabkan oleh karakter biologis domba atau
keadaan patologis. Dapat disimpulkan, peningkatan BCS pada domba jantan dan
betina seiring pertambahan umur dan bobot badan serta terjadinya penurunan BCS
pada periode laktasi dan flushing perlu memperoleh perbaikan gizi klinis.
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan
kepada Dr Drh RP Agus Lelana, SpMP MSi selaku dosen pembimbing skripsi
atas segala bimbingan, nasehat, dorongan, kritik, saran, dan waktu yang telah
diberikan dalam membimbing selama penelitian dan penulisan tugas akhir ini.
Terima kasih kepada Drh Mawar Subangkit selaku dosen pembimbing akademik
atas segala nasehat dan bimbingan selama penulis menjalankan studi. Ungkapan
terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada para staf Balai Pengembangan
dan Perbibitan (BPPTD) Margawati Garut yang telah membantu penulis selama
penelitian.
Rasa terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada kedua
orang tua penulis, ayahanda tercinta Kompol Suhendar dan ibunda Wenty Catur
Hardianti beserta keluarga yang telah senantiasa memberikan nasehat, dukungan
dan doa tanpa henti. Terima kasih kepada rekan-rekan penelitian Dian Kristanti,
Luthzia Fauzan Aswindra dan Purnama Sinta atas dukungan, bantuan dan kerja
sama yang tak terlupakan. Ungkapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan
kepada rekan-rekan dekat yaitu Zahra, Al Hasna, Cindi, Anggraeni, Yustina, dan
teman-teman seperjuangan Ganglion 48 yang telah memberi warna dan kenangan
tak terlupakan selama masa studi.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Latar Belakang
Tujuan
Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis profil Body Condition Score (BCS)
dan bobot badan pada kelompok ternak domba garut di BPPTD Margawati Garut.
Manfaat
Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai profil Body
Condition Score (BCS) dan bobot badan untuk menentukan status gizi pada kelompok
ternak domba garut di BPPTD Margawati Garut.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Domba Garut
Body condition score (BCS) pada domba garut disesuaikan dengan bentuk
proporsi tubuh dan status fisiologis ternak. Penilaian BCS dapat dilakukan secara visual
(inspeksi) dan perabaan (palpasi) pada otot dan tumpukan lemak sekitar pangkal ekor,
tulang punggung, dan pinggul. Pembagian skor BCS pada domba menggunakan skala
15. Semakin rendah skala BCS maka semakin rendah taksiran bobot badannya. Skala 1
menunjukkan domba sangat kurus, skala 2 domba kurus, skala 3 domba sedang, skala 4
domba gemuk, dan skala 5 domba sangat gemuk (Thompson dan Meyer 2006). Skor
BCS optimal pada penilaian BCS kelompok ternak domba garut berdasarkan kelompok
ternak mengacu pada rekomendasi ESGPIP (2001) yang menyatakan bahwa BCS
optimal pada domba anakan jantan dan betina berkisar 2,02,5, domba pejantan berkisar
3,04,0, betina dara berkisar 2,53,0, betina bunting 3,0, betina laktasi 2,5 dan betina
flushing 2,0. Penilaian BCS pada domba garut dapat digunakan untuk menentukan
status gizi dari ternak dengan melihat cadangan lemak tubuh. Cadangan lemak tersebut
merupakan indikator untuk mengetahui sumber energi yang tersimpan dalam tubuh
ternak. Cadangan energi tersebut digunakan untuk menjaga kesehatan tubuh, fungsi
reproduksi, dan produksi daging atau susu. Ketika domba memiliki cadangan tubuh
yang rendah maka domba akan memiliki peluang yang lebih besar menderita penyakit,
gangguan metabolisme, kegagalan reproduksi, dan penurunan produksi susu (Haskell
dan Antilla 2001).
Keseimbangan Energi
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2014. Kegiatan
lapang dilakukan di Balai Pengembangan dan Perbibitan Ternak Domba (BPPTD)
Margawati Garut. Pengolahan data dilakukan pada bulan November sampai Desember
2014 di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Objek penelitian ini adalah 80 ekor ternak yang dipilih secara acak dari 1.253 ekor
domba garut. Kelompok ternak terdiri atas 10 ekor betina anakan (46 bulan), 10 ekor
jantan anakan (46 bulan), 10 ekor jantan remaja (68 bulan), 10 ekor pejantan, 10 ekor
betina dara (68 bulan), 10 ekor betina bunting, 10 ekor betina laktasi dan 10 ekor
betina flushing. Alat yang digunakan pada penelitian adalah pita ukur.
Metode Penelitian
Gambar 2 Ilustrasi penilaian Body Condition Score (Thompson dan Meyer 2006)
Analisis Data
Data hasil penilaian Body Condition Score (BCS) dan penaksiran bobot badan
ditabulasi menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007 kemudian dianalisa secara
deskriptif.
6
Profil Body Condition Score (BCS) dan Bobot Badan Domba Garut
perkembangan massa otot dan cadangan lemak pada domba pejantan lebih cepat
dibandingkan pada periode anakan dan remaja. Menurut Sargison (2008) pemberian
nutrisi yang cukup pada domba pejantan juga dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan
energi pada masa kawin selanjutnya. Selain itu, peningkatan skor BCS pada domba
pejantan dipengaruhi oleh aktivitas (exercise) yang sangat tinggi terutama pada domba
garut yang sering digunakan untuk ketangkasan. Aktivitas inilah yang menyebabkan
massa otot lebih berkembang pada domba pejantan. Oleh sebab itu, aktivitas dan nutrisi
yang baik pada domba pejantan merupakan faktor penting dalam peningkatan BCS.
Domba dara dipelihara agar mencapai bobot badan tertentu untuk persiapan kawin
dan kebuntingan pertama kali. Ternak betina muda tidak disarankan untuk dikawinkan
sampai pertumbuhan badannya memungkinkan suatu kebuntingan dan kelahiran
normal. Menurut Partodihardjo (1980) domba garut betina mencapai dewasa kelamin
pada umur 8 bulan sedangkan dewasa tubuh tercapai pada umur 1012 bulan pada
betina dan umur 12 bulan pada jantan. Nutrisi merupakan faktor utama yang
berpengaruh terhadap bobot badan pada saat pencapaian dewasa kelamin. Domba yang
mendapat asupan nutrisi cukup dapat mencapai dewasa kelamin lebih awal disertai
bobot badan optimal. Gambar 5 menunjukkan rataan bobot badan domba dara mencapai
26,992,14 kg, hal ini sesuai dengan Setiawan (2011) yang menyatakan bahwa bobot
badan minimal domba dara siap kawin yaitu 25 kg sedangkan bobot badan optimal
umumnya berkisar 2530 kg. Selain itu, rataan BCS pada domba dara adalah 2,5
(Gambar 5). Rataan skor BCS tersebut sesuai dengan rekomendasi ESGPIP (2001) yaitu
2,53,0. Tercapainya rataan skor BCS dan bobot badan optimal menunjukkan bahwa
tercukupinya asupan nutrisi dalam pakan yang dibutuhkan oleh domba dara.
Kelompok domba bunting memiliki rataan BCS 2,6. Skor tersebut lebih rendah
dari BCS optimal yaitu 3,0 (ESGPIP 2001). Namun demikian terjadi peningkatan rataan
bobot badan mencapai 35,052,14 kg. Rataan skor BCS dan bobot badan pada periode
bunting lebih tinggi dibandingkan periode lainnya. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh
adanya peningkatan asupan nutrisi karena pada saat domba bunting kebutuhan nutrisi
harus terpenuhi untuk kelangsungan hidup induk, perkembangan fetus dan produksi
susu. Nilai zat pakan yang dikonsumsi oleh ternak selama bunting mempengaruhi bobot
lahir anakan. Induk domba yang mengkonsumsi pakan berkualitas baik secara teratur
akan melahirkan anak dengan bobot badan optimal.
Penurunan BCS terjadi setelah kebuntingan yaitu pada periode laktasi dengan skor
2,1. Menurut Mao et al. (2004) skor BCS yang berubah selama laktasi mengakibatkan
perubahan keseimbangan energi. Penurunan BCS tersebut dapat terjadi karena produksi
susu yang tinggi tidak diimbangi dengan asupan pakan yang cukup sehingga ternak
akan memobilisasi cadangan lemak yang terdeposit dalam tubuh untuk memenuhi
kekurangan energi dari pakan. Hal tersebut akan berdampak pada kehilangan bobot
badan saat awal laktasi (Mathius 1996). Broster dan Broster (1998) menyatakan bahwa
penurunan BCS dan bobot badan secara umum terjadi selama 23 bulan setelah
melahirkan.
Penurunan BCS juga terjadi pada periode flushing. Menurut Frandson (1992)
flushing merupakan periode istirahat pada domba induk untuk persiapan kawin dan
kebuntingan selanjutnya. Pemberian pakan tambahan pada periode flushing perlu
dilakukan, hal ini disebabkan oleh kebutuhan energi dari pakan saat periode flushing
penting untuk mengembalikan kondisi tubuh dan bobot badan yang hilang selama
laktasi. Stevenson (2001) menyatakan bahwa kondisi tubuh saat flushing membutuhkan
waktu untuk penyesuaian, ketika BCS kurang optimal maka perlu dilakukan pemberian
pakan yang cukup dengan kualitas baik agar bobot badan dan skor BCS meningkat
sehingga dapat mengantisipasi perubahan keseimbangan energi yang negatif. Pakan
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ternak.
Produktivitas ternak yang maksimum dapat tercapai jika pakan diberikan dengan
seimbang. Pakan seimbang yaitu pakan yang mengandung semua nutrisi yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ternak terhadap energi, protein, vitamin,
mineral dan air pada beberapa tingkat yang spesifik dari pertumbuhan, kebuntingan, dan
laktasi (Haryanto 2012).
9
Simpulan
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan ternak yang lebih banyak
terkait informasi mengenai profil Body Condition Score (BCS) dan bobot badan pada
kelompok ternak domba garut. Penurunan BCS pada betina periode laktasi dan flushing
perlu diantisipasi terhadap keseimbangan energi yang negatif melalui manajemen pakan
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang SN. 2009. The effect of forage energy on production and reproduction
performances of Kosta female goat. Pakistan Journal of Nutrition. 8(3): 251-255.
Broster WH, Broster VJ. 1998. Review article: body score of dairy cow. J. Dairy Sci.
65: 155-173.
Damron WS. 2006. Introduction to Animal Science Global, Biological, Social and
Industry Perspectives. Ohio (USA): Oklahoma State University.
Domeq JJ, Skidmore AL, Uoid JW, Kaneem JB. 1997. Relationsheep between body
condition score and milk yield in a large dairy herd of keigh yielding Holstein
cows. J. Dairy Sci. 8: 101- 112
[ESGPIP] Ethiopia Sheep and Goat Productivity Improvement Program. 2001.
Condition scoring of sheep and goat. [Internet]. [Diunduh 2015 Jun 17]. Tersedia
pada: http://www.ESGPIP.org
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2004. Prolific sheep in Java. [Internet].
[Diunduh 2015 Jul 12]. Tersedia pada: http://www.fao.org/ DOCREP
/004/X6517E04.html
Frandson RD. 1992. Anatomi Fisiologi Ternak. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.
Gafar. 2007. Rumus untuk Menentukan Bobot Badan Kambing, Domba dan Sapi
sebagai Hewan Ternak. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Gunawan A, Noor RR. 2005. Pendugaan nilai heritabilitas bobot lahir dan bobot sapih
domba garut tipe laga. Media Peternakan. 29(1): 7-15.
10
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut, Jawa Barat pada tanggal 13 Mei 1994. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Suhendar dan Wina Rahmawati
(Almh). Penulis menempuh pendidikan di SDN Cimurah 1 sampai tahun 2005. Setelah
itu, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Karangpawitan dan lulus pada
tahun 2008. Pendidikan selanjutnya penulis tempuh di SMA Negeri 11 Garut dan lulus
pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN
Undangan. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan
kemahasiswaan dan kepanitiaan diantaranya menjadi anggota divisi INFOKUS
Himpunan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik (HKSA) 2013-2014, ketua
divisi acara malam keakraban HKSA 2014, ketua divisi stand business sponsorship Pet
Care Day 2013, dan anggota paduan suara Gita Klinika FKH IPB 2013-2015. Selama
masa studi, penulis juga pernah mendapatkan beasiswa SUPERSEMAR periode 2012-
2013 dan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) periode 2013-2014.