Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

“BODY CONDITION SCORE ”

Disusun oleh:

Kelompok 4

Anggi Restyawan 21743004


Assyifa Aulia 21743005
Deny Kurnia Sandi 21743009
Yustinus Ardo. P 21743031

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya


sehingga Laporan ini dapat tersusun dengan selesai Penulis sangat berharap
semoga Laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.
Dengan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah mendukung pelaksanaan pembuatan Laporan semoga penulis dapat
meningkatkan kemampuan Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih

Bandar Lampung, 1 Oktober 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Skor kondisi tubuh merupakan sistem penilaian umum yang dikembangkan


untuk memperkirakan kondisi tubuh sapi yang berbasis nilai pada evaluasi
timbunan lemak dalam kaitannya dengan fitur skeletal. Skor kondisi tubuh sapi
dapat menjadi alat yang efektif untuk mengevaluasi reproduksi, energi cadangan,
dan manajemen nutrisi sapi sepanjang tahun (Encinias dan Lardy, 2000).
Pencapaian masa pubertas dibutuhkan nutrisi yang cukup untuk memenuhi
metabolisme tubuh hewan sehingga kualitas reproduksi sangat erat hubungannya
dengan SKT. Kualitas reproduksi dikatakan baik jika nutrisi dan berat badan
terpenuhi, BCS bagus, dan agen patogen dapat diminimalisir. Selain kualitas
reproduksi yang bagus, masa pubertas juga dapat berjalan lebih cepat (Ball and
Petters, 2014).
Penilaian skt digunakan skala 1-5. Skor 1 menunjukkan kondisi tubuh sapi
yang sangat kurus sedangkan skor 5 menunjukkan kondisi tubuh sapi yang terlalu
gemuk. Keduanya merupakan skor yang harus dihindari. Rata-rata skor kondisi
tubuh yang diinginkan peternak adalah 3. Tempat yang menjadi titik penting
dalam penilaian SKT adalah kondisi perlemakkan di daerah tulang punggung,
hook, pin, tulang rusuk dan pangkal ekor. Peniliaian SKT bersifat subjektif namun
perbedaan yang timbul dalam peniliaian tersebut masih dalam batasan yang
ditentukan (Hard and Sport, 1986).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yaitu :
1. Mahasiswa mampu menilai BCS sapi sesuai pengamatan.
2. untuk mengetahui pencapaian standar kecukupan cadangan lemak tubuh yang
akan mempengaruhi penampilan dan efisiensi reproduksi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian BCS


Body Condition Score (BCS) adalah metode untuk memberi nilai kondisi
tubuh ternak baik secara visual maupun dengan perabaan pada timbunan lemak
tubuh dibawah kulit sekitar pangkal ekor, tulang punggung dan pinggul. BCS
digunakan untuk mengevaluasi manajemen pemberian pakan, menilai status 11
kesehatan individu ternak dan membangun kondisi ternak pada waktu manajemen
ternak yang rutin. BCS telah terbukti menjadi metode praktis yang penting dalam
menilai kondisi tubuh ternak karena BCS adalah indikator sederhana terbaik dari
cadangan lemak yang tersedia yang dapat digunakan oleh ternak dalam periode
apapun (Susilorini, dkk., 2007). Body Condition Score (BCS) adalah metode
perhitungan semi kuantitatif dengan menggunakan interval tertentu untuk
mengetahui skala kegemukan atau frame pada ternak berdasarkan pada
penampakan fenotip pada 8 titik yaitu :processus spinosus, processus transversus,
legok lapar, tuber coxae (hooks), antara tuber coxae dan tuber ischiadicus (pins),
antara tuber coxae kanan dan kiri dan pangkal ekor ke tuber ischiadicus. Metode
Perhitungan BCS tidak hanya dapat dilakukan pada ternak besar, namun juga
dapat digunakan pada hewan kesayangan anjing dan kucing. Hasil perhitungan
BCS sangat bergantung pada jenis dan bangsa ternak serta bersifat sangat obyektif
dan tidak dapat dikaitkan dengan berat hidup ternak, oleh karenanya antara satu
ternak dengan ternak lainnya yang memiliki berat hidup sama, nilai BCS nya
belum tentu sama (Pujiastuti, 2016). Kellogg (2014) menyatakan bahwa penilaian
BCS ternak yang ideal tergantung pada tujuan pemeliharaan. Ternak yang
dipelihara untuk ternak pedaging/penggemukan maka BCS tubuh semakin besar
maka akan semakin baik. Ternak dengan tujuan pembibitan tidak memerlukan
kondisi tubuh yang terlalu gemuk. Ternak yang cocok untuk bibit yang ideal
adalah mempunyai nilai kondisi tubuh ternak/BCS 3 atau ternak tidak terlalu
gemuk dan tidak terlalu kurus. Apabila ternak mendapatkan pakan dibawah
keperluan hidup pokok maka ternak itu akan memanfaatkan cadangan lemak
tubuhnya sehingga BCS akan terus 12 menurun. BCS digunakan untuk
mengevaluasi manajemen pemberian pakan, menilai status kesehatan individu

2
ternak dan membangun kondisi ternak pada waktu manajemen ternak yang rutin
(Susilorini dkk, 2007).

2.2 BCS Sapi PO


Body Condition Score adalah angka yang menggambarkan cadangan lemak
tubuh atau energi tubuh sapi BCS yang umumnya digunakan untuk sapi potong
yaitu angka 1-9 untuk mengukur dari angka 1 paling kurus hingga angka 9 sangat
gemuk (Mathis et al., 2002). Body Condition Score digunakan sebagai alat untuk
mengoptimalisasikan produksi, reproduksi, mengevaluasi kesehatan dan status
kecukupan nutrisi ternak (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB, 2010).
Berikut pengenalan daerah anatomi yang digunakan untuk menentukan BCS.

3
III. PROSEDUR KERJA

3.1 Waktu
Praktikum Pengamatan BCS sapi perah di lakukan di kandang Politeknik
Negeri Lampung pada:
Hari/ Tanggal : Selasa 26 ,September,2023
Pukul : 10.00 sd Selesai.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan untuk praktikum sebagai berikut :
1. Alat tulis
2. BPP
3. Kamera
Adapun bahan yang digunakan untuk praktikum sebagai berikut :
1. Sapi perah
2. Sapi Po ( Jantan, Betina )
3. Sapi brangus

3.3 Prosedur Kerja


1. Mahasiswa Mengamati tubuh sapi dan memberi nilai sesuai Bcs (Body
Condition Score)
2. Memfoto tubuh sapi

4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
1. BCS Sapi perah Grade 2 karna tulang bagian tail haid, hips, ribs, back bone,
terlihat jelas dan ketika diraba terasa perlemakan sangat tipis.
2. Sapi Po BCS 3 karna tonjolan tulang terlihat dan perlemakan tipis.
3. Sapi Po betina BCS 3 karna tonjolan tulang masih terlihat dan perlemakan
tipis.
4. Sapi Brangus betina BCS 4 karena tonjolan tulang masi terlihat beberapa
bagian untuk perlemakan sedang.

4.2 Pembahasan
Hasil perhitungan BCS sangat bergantung pada jenis dan bangsa ternak
sertabersifat sangat obyektif dan tidak dapat dikaitkan dengan berat hidup ternak,
oleh karenanya antara satu ternak dengan ternak lainnya yang memiliki berat
hidup sama, nilai BCS nya belum tentu sama. Terdapat dua metode skala yang
umumnya di gunakan dalam penentuan BCS yaitu scala 9 (Amerika) dan skala 5
(Inggris dan Commenwealth), perhitungan BCS umumnya menggunakan skala 5
(1= sangat kurus, 2=kurus, 3=sedang, 4=gemuk, 5=sangat gemuk) dengan skala
0.25. Penilaian BCS pada sapi perah dirancang untuk menaksir kondisi induk
selama siklus produksi. Skor 0-5 diberikan atas dasar lemak yang dapat
didasarkan pada daerah pelvis dan sacralis. Skor 0 menggambarkan sapi yang
sangat kurus, skor 5 untuk sapi yang sangat gemuk. Secara umum telah disetujui
bahwa induk sapi perah mempunyai rata-rata BCS antara 2,5-3,5 saat melahirkan

5
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa semakin ideal body
condition score (BCS) dan kecukupan pakan maka akan semakin baik pula
produktivitas dan kinerja reproduksi sapi betina maupun pejantan.

6
Dokumntasi

(sapi perah FH) (sapi berangus)

(sapi PO jantan) (sapi PO betina)

Anda mungkin juga menyukai