Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM PENGUKURAN PANJANG MONCONG DAN TUBUH ANJING

OLEH :

PUTU INTAN KUSUMA WARDANI (1809511054)

DWI ARUM PERMATASARI (1809511097)

ALVIONA (1809511098)

NI MADE SUKSMADEWI WISNANTARI (1809511099)

NUR INTAN WULAN YUNITA (1809511100)

LABORATORIUM FISIOLOGI VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNVERSITAS UDAYANA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Praktikum Fisiologi
Veteriner II “ PENGUKURAN PANJANG MONCONG DAN TUBUH ANJING” ini
dengan baik dan tepat waktu.

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas atas selesai dilakukannya praktikum
Fisiologi Veteriner II di Laboratorium Fisiologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana.

Kami sadar bahwa pada laporan kami ini dapat ditemukan banyak sekali kekurangan
serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik dan saran
untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali
lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang
konstruktif. Dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat.

Denpasar, 27 April 2019

Hormat kami,

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................i

Kata Pengantar......................................................................................................ii

Daftar Isi...............................................................................................................iii

I. Pendahuluan.......................................................................................................1

II. Materi dan Metode............................................................................................2

III. Langkah Kerja..............................................................................................3-4

IV. Hasil Pengamatan.........................................................................................4-5

V. Pembahasan...................................................................................................6-8

VI. Kesimpulan......................................................................................................9

Daftar Pustaka......................................................................................................10
I. PENDAHULUAN

Anjing merupakan hewan sosialsama seperti halnya manusia. Kedekatan pola perilaku
anjing dengan manusia menjadikan anjing bisa dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia,
dan diajak bersosialiasi dengan manusia dan anjing yang lain. Anjing memiliki posisi unik dalam
hubungan antarspesies.Kesetiaan dan pengabdian yang ditunjukkan anjing sangat mirip dengan
konsep manusia tentang cinta dan persahabatan.Walaupun sudah merupakan naluri alami anjing
sebagai hewan kelompok, pemilik anjing sangat menghargai kesetiaan dan pengabdian anjing
dan menganggapnya sebagai anggota keluarga sendiri. Anjing kesayangan bahkan sering sampai
diberi nama keluarga yang sama seperti nama pemiliknya. Sebaliknya, anjing menganggap
manusia sebagai anggota kelompoknya.

Ukuran tubuh, jenis kelamin dan usia mempengaruhi perilaku anjing, serta bentuk
tengkorak anjing merupakan faktor penting dalam membentuk perilaku. Karakteristik fisik
tertentu pada anjing secara konsisten terkait dengan jenis perilaku tertentu. Terdapat hubungan
yang kuat antara tinggi badan, berat badan, proporsi tengkorak (lebar dan panjang relatif) dengan
perilaku. Anjing yang mempunyai ukuran tubuh besar mempunyai karakter kurang lincah. Pada
dasarnya, semakin pendek anjing, perilaku mereka kurang terkontrol. Satu-satunya sifat perilaku
yang terkait dengan tinggi tubuh adalah 'pelatihan'. Ketika rata-rata berat badan menurun,
rangsangan dan hiperaktif meningkat. Rasio tengkorak lebar ke panjang adalah kasus yang
menarik

Berat badan ideal pada anjing dapat ditentukan dengan melihat Body Condition
Scoring (BCS). BCS merupakan salah satu cara untuk menentukan atau mengukur tingkat
kegemukan pada hewan. Skala BCS dapat dilihat dari beberapa titik tulang belakang dan
pinggul. Diantaranya yaitu processus spinosus, processus transversus, legok lapar, tuber coxae,
antara tuber coxae dan tuber ischiadicus, antara tuber coxae kanan dan kiri, serta pangkal ekor ke
tuber ischiadicus. Metode perhitungan BCS tidak hanya dilakukan untuk pengukuran tingkat
kegemukan pada anjing saja, tetapi bisa juga diaplikasikan pada sapi atau hewan lainnya.

Body Condition Scoring bergantung pada jenis dan bangsa hewannya, serta bersifat
objektif dan tidak dapat dikaitkan dengan berat badan hewan. Oleh karena itu antara satu hewan
dengan hewan lainnya yang memiliki berat badan sama, maka nilai BCSnya belum tentu sama.
II. MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Veteriner yang PENGUKURAN PANJANG MONCONG DAN


TUBUH ANJING ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal, 23 April 2019, pada pukul 11:00
WITA s/d selesai. Praktikum Fisiologi Veteriner dilaksanakan di Lapangan.

Materi

 Anjing kintamani
 Meteran kain

Metode

 Langsung
III. LANGKAH KERJA

1. Menentukan anjing jenis kintamani jantan atau betina, umur 1-8 tahun sebanyak 3 ekor.

2. Mengukur panjang tubuh menggunakan meteran kain dari ujung hidung sampai ujung ekor
(tulang ekor), bukan bulu ekor.

3. Pengukuran dilakukan dengan cara menempelkan meteran kain disepanjang permukaan tulang
belakang (punggung) yaitu mengikuti lekuk permukaan dari ujung hidung sampai ekor. Catat
panjangnya!

4. Disaat bersamaan hitung pula panjang moncong dengan cara mengamati jarak dari ujung
hidung sampai garis horisonta antara mata kanan dengan kiri. Catat panjangnya!

5. Buat tabel panjang tuguh dan panjang moncong.

IV. HASIL PENGAMATAN

No Sempel Panjang tubuh Panjang moncong A/B


(A) /cm (B) /cm
1 Jantan (2 Tahun) 111 cm 7 cm 15,85
2 Jantan ( 2 Tahun) 101 cm 7 cm 14,4
3 Jantan ( 5 Tahun) 140 cm 8 cm 17,5
V. PEMBAHASAN

Body Condition Scoring (BCS) adalah salah satu upaya atau cara untuk menentukan atau
mengukur tingkat kegemukan pada hewan. Ada berbagai teknik untuk mengetahui atau
mengukur tingkat kegemukan pada hewan.

Berdasarkan aspek klinik bisa dilakukan pengukuran berat badan, BCS, pengukuran
morfometrik, indeks massa tubuh, dilutional techniques, bioelectrical impedance analysis, dual
energy x-ray absorptiometry.

Sedangkan teknik yang dikembangkan berdasarkan penelitian adalah densitometri, computered


tomography, magnetic resonance imaging, total body electrical conductivity, total body
potassium, neutron activation analysis.

BCS merupakan teknik semi kuantitatif untuk mengetahui tingkat kegemukan pada hewan.
Sebagaimana sapi atau hewan besar, BCS juga bisa dilakukan untuk anjing atau kucing. BCS
adalah teknik yang sangat mudah dilakukan dengan melihat keseluruhan bagian tubuh hewan.

Skor BCS umumnya dalam 5 tingkatan. Meski ada juga yang cuma membagi dalam tiga tingkat
yaitu kurus, sedang dan gemuk. Ada juga yang membagi dalam 9 tingkatan. Sementara yang
mudah dan umum dilakukan adalah 5 tingkat, yaitu sangat kurus, kurus, sedang, gemuk dan
obese.

Pengukuran BCS ini berkait erat dengan berat badan hewan. Kelemahan BCS adalah masih
adanya aspek subjektifitas. Walaupun, bilamana panduan diikuti dengan baik, maka faktor
tersebut dapat dikendalikan.

Sama seperti mengukur berat badan, BCS juga hanya menilai kondisi hewan secara keseluruhan
sehingga tidak diketahui bagian tubuh mana yang mengalami perubahan komposisi termasuk
perubahan massa lemak dan otot.

Panduan mengetahui kondisi tubuh hewan kesayangan dapat dilihat pada gambar:
Grade 1 adalah gambaran hewan kesayangan yang sangat kurus. Tulang-tulang tubuh sangat
jelas kelihatan. Bilamana diraba, tidak terasa adanya lemak atau daging. Tampak atas juga
kelihatan sekali bagian-bagian tubuhnya tidak berisi lemak atau daging. Hewan kesayangan ini
biasanya mempunyai berat badan 20% dibawah berat ideal.

Grade 2 adalah gambaran hewan kesayangan yang kurus. Tulang-tulang masih kelihatan jelas,
namun bilamana diraba masih terasa adanya daging atau lemak. Tampak atas sudah tidak terlalu
berlekuk lekuk, agak berisi. Hewan kesayangan ini biasanya mempunyai berat badan kurang dari
10% berat badan ideal.

Grade 3 adalah berat ideal hewan kesayangan. Tubuhnya tidak tampak tonjolan tulang, namun
bilamana diraba cukup mudah merasakan adanya tulang-tulang. Tampak atas, biasanya sudah
lebih lurus tampak berisi.

Grade 4 adalah gambaran hewan kesayangan yang gemuk. Tidak tampak adanya tonjolan tulang-
tulang dan bilamana diraba agak sulit merasakan tulang karena tebalnya timbunan lemak dan
daging. Perut sudah tampak menggantung atau menggelambir. Tampak atas, hewan kelihaan
berisi dan tampak juga lipatan-lipatan kulit yang berlemak di dearah leher. Berat badan hewan
ini biasanya lebih dari 10 % berat badan ideal.

Grade 5 adalah hewan yang sangat gemuk atau obese. Berat badan biasanya sudah lebih dari
20% berat badan ideal. Sudah sangat sulit meraba tulang-tulang akibat timbunan lemak dan
daging yang sangat tebal. Perut tampak membesar dan menggelambir.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/23830809/PEMERIKSAAN_FISIK_PADA_ANJING_DAN_KU
CING

https://www.rajapetshop.com/en/news/CARA-MENENTUKAN-BERAT-BADAN-IDEAL-
PADA-ANJING

https://www.pesona.co.id/resensi/kerennya-anjing-kintamani-anjing-ras-asli-indonesia

https://id.wikipedia.org/wiki/Anjing_Kintamani

https://kumparan.com/jakarta-dog-lovers/body-condition-scoring-pada-anjing

Anda mungkin juga menyukai