Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

KHAIRANI

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


UNIVERSITAS IMELDA MEDAN (UIM)
2020/2021
KATA PENGANTAR

Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehinggai makalah tentang ‘Pertumbuhan dan
Pekembangan’ ini dapat tersusun dengan baik sampai selesai. Makalah ini telah
kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan, kalimat, isinya, maupun tata bahasanya .Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
Kami berharap yang telah disusun ini bisa memberikan sumbangsih untuk
menambah pengetahuan para pembaca.Akhir kata kami berharap semoga makalah
tentang ‘Kesehatan Reproduksi Konsep Gender’ ini dapat bermanfaat dan
menginspirasi kita semua.

Hormat saya

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah.................................................................. 2
1.3. Tujuan.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
2.1..................................................................................................Peng
ukuran Antropometri................................................................ 3
2.2..................................................................................................Pema
ntauan Perkembangan.............................................................. 5
BAB IV PENUTUP..................................................................................... 14
3.1. Kesimpulan............................................................................. 14
3.2. Saran....................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemantauan pertumbuhan dan status gizi anak di masyarakat telah
dilaksanakan di Indonesia sejak Tahun 1978 melalui Program Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga (UPGK). Perkembangan selanjutnya kegiatan UPGK diintegrasikan
dalam Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu mempunyai peran penting
sebagai salah satu kegiatan sosial bagi ibu-ibu untuk memantau tumbuh kembang
anak (Satoto, AB. Jahari, dan Soekirman, 2002)
Tenaga utama pelaksana posyandu adalah kader posyandu, yang
kualitasnya dapat menentukan dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan
yang dilaksanakan. Dengan demikian, kemampuan kader harus dikembangkan
untuk berpotensi secara maksimal, dengan bekal pengetahuan dan ketrampilan
yang disesuaikan dengan tugas yang diemban, dalam mengelola posyandu agar
dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat (Departemen
kesehatan RI, 2005).
Perkembangan dan pertumbuhan balita dapat diamati secara cermat
dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) balita. Kartu menuju sehat
tahun 2004 berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan, bukan
menilai status gizi. Berbeda dengan KMS yang diedarkan Departemen Kesehatan
RI sebelum tahun 2000, garis merah pada KMS versi tahun 2000 bukan
merupakan pertanda gizi buruk, melainkan garis kewaspadaan terhadap kejadian
Bawah Garis Merah (BGM) pada balita. KMS bukan sekedar alat petugas
kesehatan, tetapi juga sebagai media komunikasi dan pendidikan para ibu
(Arisman 2004). KMS juga berisi pesanpesan penyuluhan tentang
penanggulangan diare, makanan anak, pemberian vitamin A dan imunisasi
(Pudjiadi, 2005).
Pengetahuan dan keterampilan kader bukan hanya dapat meningkat tapi
juga dapat menurun. Hal ini dapat terjadi karena kader kurang aktif sehingga lupa
tentang hal-hal yang telah dipelajari sehingga pengetahuannya menurun.
Tingginya nilai pengetahuan dan keterampilan kader dipengaruhi oleh pendidikan
formal, kursus kader, frekuensi mengikuti pembinaan, keaktifan kader di
Posyandu dan lamanya menjadi kader. Oleh karena itu perlu dilakukan
penyegaran, yang dimaksudkan untuk memelihara dan menambah kemampuan
kader tersebut (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, 2003).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengukuran antropometri
2. Bagaimana pemantauan pengembangan

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengukuran antropometri seperti berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, pengukuran lingkar lengan
2. Untuk mengetahui pemantauan perkembangan seperti tujuan dan lain-lain
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengukuran Antropometri


Terdapat parameter merupakan ukuran tunggal tubuh sebagai acuan dalam
pengukuran antropometri status gizi individu yang terdiri atas : (Anna Auliyanah,
2012)
1. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan
untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat
bayi lahir di bawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita,
berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun
status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperi dehidrasi, asites, edema, dan
adanya tumor. Di samping itu pula berat badann dapat dipergunakan sebagai
dasar perhitungan obat dan makanan.
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada
tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein otot
menurun.
Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh.
Sedangkan adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot,
khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.
2. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu
dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Di samping itu,
tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting karena dengan
menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac stick), faktor umur
dapat dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan pada umumnya dilakukan
dengan menggunakan alat yang disebut Microtoice yang mempunyai ketelitian
0,1 cm.
3. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara
praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya
kepala atau peningkatan ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah
kepala besar (hidrosefalus) dan kepala kecil (mikrosefalus).
Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang
tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat pada tahun pertama, akan
tetapi besar lingkaran kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan
gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak
dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi.
Dallam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti
dalam menentukan KEP pada anak. Lingkar kepala dapat juga digunakan
sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur.
4. Lingkar Dada
Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2-3
tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan.
Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan
dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan
lingkar dada adalah kurang dari 1. Hal ini dikarenakan akibat kegagalan
perkembangan dan pertumbuhan atau kelemahan otot dan lemak pada dinding
dada. Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan KEP pada
anak balita.
5. Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini merupakan salah satu pilihan untuk
penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat
yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi, ada
beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai
pilihan tunggal untuk indeks status gizi, antara lain:
Baku lingkar lengan atas yang dugunakan sekarang belum mendapat
pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan
pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka
prevalensi KEP yang cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak
dengan berat bedan menurut umur atau berat menurut tinggi badan maupun
indeks-indeks lain di pihak lain.
Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan
pengukur)relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat
batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA daripada tinggi
badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA
dibandingkan dengan tinggi badan.
Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi
kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak demikian
halnya dengan berat badan.
Alat ukur yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari
fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik.

2.2. Pemantauan Perkembangan


1. Tujuan
Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi
individu, dan merupakan indicator penting dalam menilai kualitas hidup anak.
Oleh karena itu perkembangan anak harus dipantau secara berkala. Bayi atau anak
dengan resiko tinggi terjadinya penyimpangan perkembangan perlu mendapat
prioritas, diantaranya bayi premature, berat lahir rendah, riwayat asfiksia,
hiperbilirubinemia, infeksi intrapartum, ibu diabetes mellitus, gamely, dan lain-
lain.
Tujuan pemantauan perkembangan adalah :
a. Untuk mengetahui dan mengikuti proses perkembangan anak.
b. Untuk mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan perkembangan.

2. Cara Deteksi Perkembangan


a. DDST (Denver Developmental Screening Test)
Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah metode
pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan
anak usia 0-6 tahun. Manfaat pengkajian perkembangan dengan menggunakan
DDST bergantung pada usia anak. Pada bayi baru lahir, tes ini dapat mendeteksi
berbagai masalah neurologis, salah satunya serebral palsi.
Adapun cara pengukuran DDST dijabarkan sebagai berikut:
a Tentukan usia anak saat pemeriksaan
b Tarik garis pada lembar DDST II sesuai usia yang telah di tentukan
c Lakukan pengukuran pada anak tian komponen dengan batasan garis yang
ada mulai motorik kasar, bahsa, motorik halus dan personal social
d Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan atau abnormal
 Dikatakan meragukan apabila terdapat 2 keterlambatan/ lebih pada 2
sektor atau 2 keterlambatan/ lebih pada 1 sektor ditambah 1 keterlambatan
pada 1 sektor/ lebih
 Dikatakan meragukan apabila terdapat 2 keterlambatan/lebih pada 1 sektor
atau terdapat 1 keterlambatan pada 1 sektor/lebih
 Dapat juga dengan menentukan ada tidaknyya keterlambatan pada masing-
masing sector bila menilai setiap sector atau tidak menyimpulkan
gangguan perkembangan keseluruhan.
DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi
semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini
mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkkan validitas
yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST
secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85-100% bayi dan anak-anak
prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada “follow up”
selanjutnya ternyta  89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di
sekolah 5-6 tahun kemudian.
1. Aspek perkembangan yang dinilai
Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan
dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yag
meliputi :
-  Personal Social ( perilaku sosial )
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya. 
-  Fine Motor Adaptive ( gerakan motorik halus )
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
-  Language ( bahasa )
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah
ddan berbicara spontan.
-  Gross Motor ( gerakan motorik kasar )
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Setiap tugas
( kemampuan ) digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang horisontal yang
berurutan menurut umur, dalam lembar DDST. Pada umumnya pada waktu tes,
tugas yang perlu diperiksa pada setiap kali skrining hanya berkisar antara 25-30
tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama hanya sekitar 15-20 menit saja.

2. Alat yang di gunakan


-  Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-
kuning, hijau-biru,
permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil,kertas dan pensil.
-  Lembar formulir DDST.
-  Buku petunjuk sebagai refensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan
cara penilaiannya.

3. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap :


Tahap I  : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia :
-       3-6 bulan
-       9-12 bulan
-       18-24 bulan
-       3 tahun
-       4 tahun
-       5 tahun
Tahap II  : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan
pada tahap I. Kemudian dilanjutkan pad eveluasi diagnostik yang lengkap.

4. Penilaian
Dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan
penilaian apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak
mendapat kesempatan melakukan tugas (No.Opportunity = N.O). Kemudian
digaris berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas
perkembangan pada formulir DDST. Setelah dihitung pada masing-masing sektor,
berapa yang P dan berapa yang F, elanjutnya berdassarkan pedoman, hasil tes
diklasifikasikan dalam : Normal, Abnormal, Meragukan (Questionable) dan tidak
dapat dites ( Untestable ).
 Abnormal
-  Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih.
-  Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan PLUS 1
sektor atau lebih
dengan 1 keterlambatan dan apad 1 sektor yang sama tersebut tidak ada yang
lulus pada kotak
yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
 Meragukan
-  Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
-  Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis verikal usia.
-  Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau
meragukan. 
 Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut diatas. Dalam pelaksanaan
skrining degan DDST ini, umur anak perlu ditetapkan terlebih dahulu, dengan
menggunakan patokan 30 hari untuk 1 bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun. Bila
dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah dan sama
dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan keatas.

b. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Formulir KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mengetahui


perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Cara menggunakan KPSP :
Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih kecil
dari usia anak. Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah
KPSP 6 bulan. Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang diberikan
adalah KPSP 9 bulan.
 Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan.
Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan
Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3
bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
 Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
 KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :
 Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh :
“dapatkah bayi makan kue sendiri?”
 Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh : “pada posisi bayi
anda terlentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara
perlahan-lahan ke posisi duduk”
 Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak jelas
atau ragu-ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.
 Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu.
 Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK.
 Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.
Interpretasi Hasil KPSP
 Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang)
 Hitung jawabab Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)
 Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan
perkembangan (S)
 Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
 Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).
 Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja.
Untuk Anak dengan Perkembangan SESUAI (S)
 Orangtua/pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik.
 Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi
sesuaikan dengan umur dan kesiapan anak.
 Keterlibatan orangtua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak
usah mengambil momen khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan
sehari-hari yang terarah.
 Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu.
Untuk Anak dengan Perkembangan MERAGUKAN (M)
 Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang
diberikan lebih sering .
 Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar
ketertinggalan anak.
 Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter/dokter anak.
Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat
perkembangannya.
 Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang
sama pada saat anak pertama dinilai.
 Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah
bisa semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak.
Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia hanya bisa 7-8
YA. Lakukan stimulasi selama 2 minggu. Pada saat menilai KPSP kembali
gunakan dulu KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak sudah berusia 9 bulan,
bisa dilaksanakan KPSP 9 bulan.
 Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi.
 Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8
jawaban YA. Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit
dengan fasilitas klinik tumbuh kembang.

c. Kuesioner Perilaku Anak Prasekolah (KPAP)


Kuesioner Perilaku Anak Prasekolah (KPAP) Adalah sekumpulan kondisi-
kondisi perilaku yang digunakan sebagai alat untuk mendeteksi secara dini
kelainan-kelainan perilaku anak prasekolah.
Kegunaan alat ini adalah menemukan secara dini kelainan perilaku sehingga
tindakan tepat dapat segera dilakukan
Cara melakukan KPAP:
1) Isilah daftar KPAP yang berisi 30 pertanyaan tentang tingkah laku yang
mungkin ditemukan pada seorang anak prasekolah.
2) Tentukan apakah tingkah laku ini terdapat, kadang-kadang terdapat, atau
seringkali pada anak yang diperiksa.
3) Beri tanda silang pada kolom T, K, atau S
4) Penilaian : Jika tidak terdapat mendapat nilai 0
Jika kadang-kadang terdapat
mendapat nilai 1
Jika sering terdapat mendapat nilai 2
5) Jumlahkan ke-30 nilai jawaban dari data perilaku. Bila total jumlah nilai
kurang dari 11 maka anak tak perlu dirujuk, tapi bila jumlah nilai 11 atau lebih,
maka anak perlu dirujuk.
DAFTAR KUESIONER KPAP
Tidak Kadang Sering
Perilaku Anak
Terdapat Terdapat Terdapat
1. Tidak bisa duduk diam, lari-lari, atau
loncat-loncat
2. Tidak bisa tenang, gugup, gelisah
3. Merusak barang (milik sendiri atau orang
lain)
4. Berkelahi dengan anak lain
5. Tidak disukai anak lain (dijauhi anak lain)
6. Khawatir mengenai banyak hal
7. Lebih suka bekerja atau bermain sendiri
8. Mudah tersinggung dan cepat marah
9. Tampak murung, sedih dan tertekan
10.Terdapat gerakan-gerakan yang tak
terkendali (tik) pada wajah dan badan.
11. Menggigit kuku atau jari
12. Tidak menurut bila disuruh
13. Sukar memusatkan perhatian atau
konsentrasi
14. Takut menghadapi situasi atau barang
baru
15. Rewel atau banyak menuntut
16. Berbohong
17. Ngompol atau berak di celana
18. Gagap
19. Mempunyai kesulitan bicara
20. Suka mengganggu atau menyakiti anak
lain
21. Tak ada perhatian terhadap lingkungan
22. Tidak mau meminjamkan/memberi
mainan kepada anak lain
23. Mudah menangis (cengeng)
24. Menyalahkan orang lain
25. Mudah putus asa
26. Tidak memperhatikan kepentingan orang
lain

d. Tes Daya Lihat dan Tes Kesehatan Mata Anak Prasekolah


Memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata.

Tes daya lihat dilakukan dengan menunjukkan huruf E (lihat lampiran) pada anak
yang harus dicocokkan dengan huruf pada suatu gambar yang mengandung
berbagai ukuran huruf tersebut. Kriteria yang ditentukan adalah kemampuan anak
untuk melihat dengan menggunakan dua atau satu mata.
Tes kesehatan mata dilakukan dengan memeriksa mata atas beberapa
kelainan, keluhan, dan perilaku anak. Misalnya keluhan mata gatal, panas,
penglihatan kurang, sakit kepala, melihat rangkap, sering menabrak benda di
sekitarnya, sulit membaca, harus melihat dekat, melihat jauh tidak jelas, mata
merah, keluar air dan bengkak dan berbagai hal lainnya yang tercantum dalam
daftar pemeriksaan. Tes dilakukan paling sedikit satu bulan sekali.

e. Tes Daya Dengar


Tes ini bertujuan untuk mengetahui secara dini gangguan pada daya
dengar anak sehingga berbagai cara dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan daya dengar dan meningkatkan kemampuan berbicara pada anak.
Cara melakukannya adalah sesuai usia anak, mulai dari pendataan melalui
orangtua hal reaksi pendengaran anak sampai kepada pengulangan ucapan oleh
anak maupun melakukan kegiatan tertentu. Pertanyaan telah disusun pada lembar
tes.
Tes ini dilakukan paling sedikit empat bulan sekali pada anak umur kurang
dari 12 bulan dan setahun sekali pada anak umur 1 tahun atau lebih.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Terdapat parameter merupakan ukuran tunggal tubuh sebagai acuan dalam
pengukuran antropometri status gizi individu yang terdiri atas
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus).
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu
dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara
praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya
kepala atau peningkatan ukuran kepala.
Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2-3
tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan.
Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini merupakan salah satu pilihan untuk
penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat
yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah.
2. Tujuan pemantauan perkembangan adalah :
a. Untuk mengetahui dan mengikuti proses perkembangan anak.
b. Untuk mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan perkembangan.

3.2. Saran
Sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan yang bersentuhan langsung
dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita, sudah selayaknya
mengetahui tentang pengukuran pertumbuhan dan perkembangan tersebut. dan
hendaknya dapat lebih memahami.
DAFTAR PUSTAKA

RI KK. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh


Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. In: RI KK, editor.
Jakarta2012.

Dita Wasthu Prasida M, Dewi Mayangsari, editor Pengaruh Penyuluhan Tentang


Kpsp Terhadap Pengetahuan Guru Di Paud Taman Belia Semarang. The
2nd University Research Coloquium; 2015.

Nurfurqoni FA. Pengaruh Modul Skrining Tumbuh Kembang Terhadap


Efektivitas Skrining Tumbuh Kembang Balita Studi Eksperimen Terhadap
Kader Di Puskesmas Merdeka Dan Bogor Timur. Jurnal Bidan.
2017;3(02):66 - 73.

Kusbiantoro D. Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah Di


Taman Kanak-Kanak ABA 1 Lamongan. Jurnal SURYA. 2015;07(01):1 -
8.

Anda mungkin juga menyukai