Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH GIZI OLAHRAGA

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah akhirnya Kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Peranan gizi terhadap pencapaian prestasi olahraga”. Shalawat dan salam
kami mohonkan kepada Allah untuk nabi Muhammad SAW, yang telah membawa pembaharuan di
tengah-tengah kebodohan manusia menuju zaman yang penuh kemajuan.
Makalah ini di susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu gizi. Sebagaimana
telah disebutkan di atas, bahwa makalah ini kami berusaha mengupas penjelasan tentang Peranan gizi
terhadap pencapaian prestasi olahraga. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen yang
telah membekali kami dengan berbagai ilmu gizi.

Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, Kami minta maaf yang
sebesar-besarnya. Kami yakin bahwa makalah ini tidak semuanya sempurna, maka Kami menerima
kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Dan Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menerima hasil yang
diharapkan.

Bengkulu, 25 Oktober 2022

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..............................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................
B.  Rumusan masalah............................................................................................
C.   Tujuan.............................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
1. Pengertian gizi.................................................................................................
2.     Macam-macam zat gizi................................................................................
3.   Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi..........................................................
4.  Penilaian status gizi (Antropometri)...............................................................
5.    Klasifikasi status gizi....................................................................................
6.   Kebutuhan energ............................................................................................
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................
B.    Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mencapai prestasi olahraga yang tinggi,peningkatan kualitas manusia Indonesia
juga perlu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Banyak cabang olahraga yang selain
menuntut kondisi fisik yang prima juga menuntut atlet-atlet yang cerdas. Bila kita bandingkan
dengan negara-negaralain, kondisi kita masih memerlukan perbaikan yang besar dalam aspek
konsumsi protein hewani yang terdapat dalam telur, susu, dan daging. Karena itu, bila tidak
dimulai langkah-langkah sistematis untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, melalui
perbaikan kesejahteraan ekonominya, tidak sampai satu generasi lagi, masyarakat Singapura
dan Malaysia akan lebih tinggi, lebih kuat, dan lebih cerdas dari masyarakat kita. Dan akan
lebih berpeluang untuk mencapai prestasi olahraga di tingkat dunia. Memang prestasi
peradaban suatu masyarakat negara sering dikaitkan dengan pencapaian prestasi olahraganya.
Masalah gizi yang tidak seimbang masih merupakan masalah yang sangat sulit sekali
ditanggulangi oleh pemerintah, walaupun penyebab masalah itu sendiri pada dasarnya sangat
sederhana yaitu tidak sesuainya intake (konsumsi) makanan terhadap kebutuhan makan
seseorang. Masalah gizi yang tidak berimbang ini menyebabkan berkurangnya ketahanan
tubuh, berkurangnya kecerdasan dan menjadikan pertumbuhan yang abnormal. Jadi masalah
sebenarnya adalah masyarakat atau keluarga belum mengatahui cara menilai status gizi atau
juga belum mengetahui pola pertumbuhan badan, sepertinya masyarakat atau keluarga hanya
tahu bahwa ia harus diberikan makan setiap harinya.
Status gizi dapat diartikan sebagai ukuran keberhasilan seseorang dalam pemenuhan
nutrisi untuk tubuh yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badannya. Selain itu status
gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Pengukuran status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet. Status gizi juga diartikan
sebagai keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (“intake”)
zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (“requirement”) oleh tubuh untuk berbagai fungsi
biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya).
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)
merupakan salah satu cara penilaian status gizi seseorang yang telah baku. IMT merupakan
petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan
dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2)).
IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi
dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang
mempunyai risiko mendapat komplikasi medis. IMT mempunyai keunggulan utama yakni
menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam penelitian
populasi berskala besar.
B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana peranan gizi terhadap pencapaian prestasi olahraga?
C. Tujuan
D.  Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan
gizi terhadap pencapaian prestasi olahraga.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Gizi
Pengetahuan gizi merupakan pemahaman masyarakat tentang pemilihan bahan makanan
sehat serta fungsinya bagi tubuh yang dinilai berdasarkan jawaban responden terhadap
pertanyaan yang diajukan sesuai dengan kuesioner (Kartasapoetra, 2008:3).
Pengetahuan tentang pentingnya gizi dipengaruhi oleh 3 kenyataan, yaitu:
1.Setiap gizi yang cukup adalah pentingnya bagi kesehatan dan kesejahteraan.
2.Setiap orang hanya akan cukup jika makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi
yang diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal, pemeliharaan dan energi.
3.Gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar dengan
menggunakan pangan dengan lebih baik bagi kesejahteraan (Suharjo, 1986).
Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan
baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan
dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau
status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh.
Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat
gizi essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi dalam
jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang membahayakan (Almatsier, 2004).
Semakin tinggi gizi seseorang akan semakin memperhitungkan jenis dan makanan yang dipilih
untuk dikonsumsi. Orang yang pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilih makanan
yang menarik panca indra dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan nilai gizi makanan.
Sebaiknya mereka yang semakin tinggi pengetahuannya, lebih banyak mempergunakan dan
mempertimbangkan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan yang bergizi bagi
keluarga (Djumadias, 1990).Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi
untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan
dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data
antropometri, biokimia dan riwayat diet (Kartasapoetra, 2008:15).
Status gizi juga diartikan sebagai keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara
jumlah asupan (“intake”) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (“requirement”) oleh tubuh
untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliha-raan
kesehatan, dan lainnya).
2. Macam-Macam Zat Gizi
Macam-macam zat gizi yang harus dikonsumsi seorang adalah yang mengandung
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, air dan serat yang cukup. Maka kebutuhan gizi
atlet bolavoli adalah sebagai berikut:

A. Karbohidrat  
Karbohidrat adalah suatu atau beberapa senyawa kimia termasuk gula, pati dan serat yang
mengandung atom C, H dan O dengan rumus kimia Cn (HO)n. Karbohidrat merupakan
senyawa sumber energi utuma bagi tubuh. Kira-kira 80% kalori yang didapat tubuh berasal
dari karbohidrat (Irianto 2006:6).
Secara umum fungsi karbohidrat adalah sebagian sumber energi pertama digunakan oleh tubuh
pada saat tubuh mulai bergerak. Pada proses pencernaan karbohidrat mengelami proses
hidrolisis baik dalam mulut, lambung maupun usus. Hasil akhir proses pencernaan karbohidrat
adalah Glukosa, fruktosa, galaktosa, serta monosakarida lainnya. Senyawa-senyawa kemudian
diabsorbsi melalui dinding usus dan dibawa kehati oleh darah.
Orang dewasa dengan aktivitas sedang memerlukan karbohidrat rata-rata 12 gramfKgBB/hari,
sedangkan kebutuhan minimal setiap orang 50-100 gr/hari. Para pekerja berat atau olahragawan
yang melakukan latihan berat, kebutuhan karbohidrat bisa mencapai 9-l0gr/KgBB/hari atau
kira-kira 70% dari kebutuhan energi keseluruhan setiap hari.
Sumber utama karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang
kering dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini adalah bihun, mie. roti, tepung-tepungan, selai,
sirup, dan sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak mengandung karbohidrat.
Sayur umbi-umbian, seperti wortel dan bit serta sayur kacang-kacangan relative lebih banyak
mengandung karbohidrat dari pada sayur daun-daunan. Bahan makanan hewani seperti daging,
ayam, ikan, telur dan susu sedikit sekali mengandung karbohidrat. Sumber karbohidrat yang
banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, singkong,
talas, dan sagu (Almatsier, 2004:44).

B. Lemak
Lemak merupakan zat gizi penghasil energi terbesar, besarnya lebih dari dua kali energi yang
dihasilkan karbohidrat. Namun, lemak merupakan sumber energi yang tidak ekonomis
pemakaiannya. Oleh karena metabolisme lemak menghabiskan oksigen lebih banyak dibanding
karbohidrat. Lemak atau trigliserida di dalam tubuh diubah menjadi asam lemak dan gliserol.
Selain penghasil energi, lemak merupakan alat pengangkut vitamin yang larut dalam lemak dan
sebagai sumber asam lemak yang esensial, misalnya asam lemak linoleat. Olahraga endurance
merupakan olahraga yang dilakukan dengan intensitas rendah sampai sedang (submaksimal)
dan berlangsung dalam waktu lama.
Lemak merupakan sumber energi yang penting untuk kontraksi otot selama olahraga
endurance. Sumbangan lemak sebagai energi untuk kontraksi otot tergantung dari intensitas dan
lamanya latihan olahraga. Olahraga dengan intensitas rendah dan sedang serta dilakukan dalam
jangka waktu lama, energi yang dibebaskan selain karbohidrat, kebanyakan berasal dari lemak.
Lemak yang dapat dioksidasi sebagai sumber energi terdiri atas trigliserida, asam lemak bebas
dan trigliserida intra muskular.
Asam lemak bebas yang terikat dengan albumin di dalam darah hasil metabolisme
dari jaringan lemak merupakan sumbangan yang besar pada metabolisme lemak saat otot
berkontraksi. Sedangkan asam lemak bebas yang terikat dengan albumin di dalam darah hasil
metabolisme dan trigliserida intra muskular dan trigliserida plasma selama kontraksi otot tidak
diketahui secara jelas. Kontraksi otot terjadi karena adanya energi hasil beta oksidasi asam
lemak bebas dan reaksi biokimiawi dalam jalur Kreb’s yang berasal dari lipolisis jaringan
lemak. Otot mendapatkan asam lemak bebas dan menggunakannya dalam bentuk energi
biasanya ditentukan oleh konsentrasi lemak dalam darah dan kemampuan otot untuk oksidasi
asam lemak.
Peningkatan kadar asam lemak bebas dalam darah dan penggunaannya oleh otot dapat
mengurangi penggunaan glikogen dan glukosa darah. Kadar asam lemak biasanya memuncak
setelah 2-4 jam aktifitas olahraga. Trigliserida intra muskular dapat juga digunakan oleh otot
untuk berkontraksi. Trigliserida intra muskular dipercaya lebih penting pada awal kontraksi
otot dan selama olahraga dengan intensitas tinggi, dimana lipolisis jaringan lemak untuk
pembentukan energi masih terhambat.
Untuk memelihara keseimbangan fungsinya, tubuh memerlukan lemak 0.5 s/d 1
gr/KgBB/hari. Latihan olahraga meningkatkan kapasitas otot dalam menggunakan lemak
sebagai sumber energi. Peningkatan metabolisme lemak pada waktu melakukan kegiatan
olahraga yang lama mempunyai efek “melindungi” pemakaian glikogen dan memperbaiki
kapasitas ketahanan fisik. Walaupun demikian, konsumsi dan lemak dianjurkan tidak lebih
dari 30% total energi/hari.
Sumber lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah,
kacang kedelai, jagung dan sebagainya), mentega, margarin, dan lemak hewan (lemak daging
dan ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, daging dari ayam gemuk,
krim, susu, keju dan kuning telur, serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak.
Sayur dan buah (kecuali apokat) sangat sedikit mengandung lemak.

C. Protein
Protein dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari dapat berasal dari hewani maupun
nabati. Protein yang berasal dari hewani seperti daging, ikan, ayam, telur, susu, dan lain-lain
disebut protein hewani, sedangkan protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang-
kacangan, tempe, dan tahu disebut protein nabati. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan, pembentukan otot, pembentukan sel-sel darah merah, pertahanan tubuh
terhadap penyakit, enzim dan hormon, dan sintesa jaringan-jaringan badan lainnya. Protein
dicerna menjadi asam-asam amino, yang kemudian dibentuk protein tubuh di dalam otot
dan jaringan lain.
Protein dapat berfungsi sebagai sumber energi apabila karbohidrat yang dikonsumsi tidak
mencukupi seperti pada waktu latihan fisik intensif. Sebaiknya, kurang lebih 15% dari total
kalori yang dikonsumsi berasal dari protein.
Secara umun kebutuhan protein adalah 0.8 sampai 1.0 gram/KgBB/hari, tetapi bagi mereka
yang bekerja berat kebutuhan protein bertambah. Atlet dari olahraga yang memerlukan
kekuatan dan kecepatan perlu mengkonsumsi 1.2-1.4 gram/KgBB/hari. Jumlah protein tersebut
dapat diperoleh dari diet yang mengandung 12-15% protein.
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu,
seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang
kedelai dan hasilnya, seperti tempe, dan tahu, serta kacang-kacangan lain.

D. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang diperoleh oleh tubuh dalam jumlah sedikit untuk
mengetur fungsi-fungsi tubuh yang spesifik, seperti pertumbuhan normal, memelihara
kesehatan dan reproduksi. Vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh, dan harus diperoleh
dari bahan makanan.
Fungsi vitamin adalah
1. Memelihara jaringan epitel termaksuk kulit dan slaput-selaputnya. 
2.  Memacu pertumbuhan
3.  Reproduksi
4. Memelihara kesehatan dan kekuatan tubuh
5. Stabilitas system syaraf
6.  Penambah selera makan
7.  Membantu proses pencernaan
8. Sebagai antioksidan yakni untuk menghindarkan terjadinya redikal bebas

E. Mineral
Mineral adalah zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit untuk membantu
reaksi fungsional tubuh.

Fungsi mineral adalah:


1.      Menyediakan bahan sebagai komponen penyusun tulang dan gigi
2.      Membantu fungsi organ, memelihara irama jantung, kontraksi otot, dan keseimbangan
asam basa
3.      Memelihara kepekaan otot dan syaraf terhadap rangsangan.
F. Air
Air tidak mengandung energi, tetapi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan
tubuh manusia akan air dalam sehari sesuai dengan banyaknya air yang keluar atau yang hilang
dari tubuh. Pada keadaan normal dan ideal yaitu diet rendah cairan, aktifitas fisik minimal serta
tidak ada keringat yang keluar, orang dewasa membutuhkan air sebanyak 1500 —2000 ml
sehari. Sumber air untuk kebutuhan tubuh biasanya didapat dari hasil oksidasi zat gizi,
makanan, minuman.Saat berolahraga kebutuhan air tentu akan lebih banyak dibanding dalam
keadaan istirahat. Oleh karena saat berolahraga suhu tubuh meningkat dan tubuh menjadi
panas. Tubuh yang panas berusaha untuk menjadi dingin dengan cara berkeringat. Banyaknya
keringat yang keluar tergantung dari ukuran tubuh, jenis olahraga, intensitas olahraga, lamanya
olahraga, cuaca dan kelembaban lingkungan, serta jenis pakaian atlet (Almatsier, 2004:58).
Keringat yang keluar saat olahraga sebagian besar terdiri atas air, namun keringat juga
mengandung elektrolit. Perubahan status cairan tubuh saat berolahraga disebabkan oleh
peningkatan produksi keringat dan asupan cairan ke dalam tubuh yang sedikit. Defisit air
sebanyak 1% dari berat badan yang keluar dalam bentuk keringat saat berolahraga terbukti
mengurangi toleransi tubuh terhadap olahraga. Sedangkan, defisit air 3% sampai dengan 10%
dari berat badan selama mengikuti olahraga menyebabkan penurunan prestasi olahraga.
meningkatkan risiko cedera, serta berbahaya untuk atlet.Pemberian cairan pada atlet bertujuan
untuk mencegah dehidrasi dan untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. Selain itu,
pemberian cairan ditujukan untuk mencegah cedera akibat panas tubuh yang berlebihan,
misalnya heat exhaustion, heat stroke. Nasihat yang paling baik saat berolahraga untuk
mencegah kekurangan cairan adalah minum air sebelum, selama dan setelah berolahraga.
Minum air jangan menunggu sampai rasa haus timbul. Oleh karena, rasa haus tidak cukup baik
sebagai indikator keinginan untuk minum. Keinginan minum air lebih banyak dan lebih sering
karena kebiasaan, bukan karena adaptasi fisiologis. Rasa haus baru timbul apabila tubuh telah
mengalami kekurangan air (dehidrasi). Penggantian air selama berolahraga sangat penting
untuk memelihara penampilan yang optimal dan memelihara kesehatan. Minumlah air 30 - 60
menit sebelum bertanding sebanyak 150 -250 ml.Air dingin kira-kira 10 o C lebih baik
dari pada air hangat. Oleh karena air dingin lebih cepat diserap oleh usus, sehingga waktu
pengosongan lambung lebih cepat. Pemberian air dalam jumlah yang sama dianjurkan pada
atlet saat beristirahat diantara pertandingan. Selama bertanding, atlet dianjurkan minum secara
teratur setiap 10 - 15 menit sebanyak 150 - 250 ml air dingin. Segera setelah bertanding,
pemberian minuman ditujukan untuk mengganti cairan yang hilang dan mendinginkan tubuh.
Atlet setelah pertandingan harus segera minum air dingin sebanyak 150 - 250 ml. Selanjutnya
atlet dapat minum air yang mengandung karbohidrat, elektrolit dan mineral serta vitamin.
Penelitian menunjukkan bahwa penggantian air akibat keringat yang keluar lebih penting
daripada penggantian elektrolit.Kasus kehilangan elektrolit yang serius atau ketidak
seimbangan elektrolit pada atlet jarang terjadi dibanding dehidrasi akibat defisit air.
Kekecualian misalnya terjadi pada atlet yang melakukan olahraga sangat berat di bawah cuaca
dan kelembaban tinggi.
3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dapat dibagi dua, yaitu faktor dari dalam
(internal), yaitu : 1. usia atau umur, 2. kondisi fisik dan 3. masalah infeksi. Faktor dari luar
(eksternal) terdiri dari : 1. pendapatan, 2. pendidikan, 3. pekerjaan dan 4. budaya.
1. Faktor Internal
a. Usia atau Umur
Usia atau umur akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua
dalam pemberian nutrisi pada anak (Nursalam, 2001). Umur adalah rentang kehidupan yang
diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun,
dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah lamanya
hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004).
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Jika dilihat dari sisi biologis, usia 18-25 tahun merupakan saat terbaik untuk hamil dan
bersalin. Karena pada usia ini biasanya organ-organ tubuh sudah berfungsi dengan baik dan
belum ada penyakit-penyakit degenerative sepertyi darah tinggi, diabetes, dan lainnya serta
daya tahan tubuh masih kuat (Dini Kasdu, dkk, 2001). Umur sangat berpengaruh terhadap
status gizi seseorang, khususnya usia 20-25 tahun merupakan usia yang paling baik untuk
berprestasi.
b. Kondisi Fisik
Harsono (1988:153), mengemukakan bahwa kondisi fisik memegang peranan penting pada
atlet pada waktu mengikuti program latihan, maupun pada saat bertanding. Program latihan
kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis, agar terwujud tingkat
kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian
memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Menurut Sajoto (1988:57),
komponen kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen kesegaran
jasmani dan komponen kesegaran motorik dari seorang atlet atau olahragawan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profil kondisi fisik adalah gambaran tentang
keadaan yang terdapat pada diri seorang atlet yang sangat diperlukan dalam setiap usaha
peningkatan prestasi atlet.Seseorang yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang
lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang
buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada
periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all,
1986).

c.  Masalah Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan (Santoso, 1999). Infeksi merupakan hasil interaksi
antara mikroorganisme dengan inang rentan yang terjadi melalui suatu transmisi baik melalui
darah, udara atau kontak langsung. lnfeksi adalah kolonisasi yang dilakukan oleh spesies
asing terhadap organisme inang, dan bersifat membahayakan inang. Penyakit yang termasuk
golongan dalam kelompok biotis (biologik), maka penyakit yang ditimbulkannya disebut
dengan nama penyakit infeksi (infectious diseases). Penyebab penyakit yang termasuk
golongan biologik dapat berupa jasad renik (mikro organisme) dan atau yang bukan jasad
renik baik yang berasal dari hewan (fauna) dan ataupun yang berasal dari tumbuhan (flora).
Contohnya adalah metazoa (artropoda dan hekmintes), protozoa, bakteria, riketsia, virus, dan
jamur. Penyakit infeksi ini ada yang bersifat menular (communicable diseases) dan ada pula
yang tidak menular (non communicable disieases).
2.  Faktor Eksternal
a. Pendapatan Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi
keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut.Krisis yang
melanda perekonomian Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah berpengaruh negatif
terhadap kondisi perekonomian secara menyeluruh dan khususnya terhadap kesejahteraan
penduduk. Kondisi ini menyebabkan sebagian masyarakat tidak mampu mengakses pangan
dan pada akhirnya berpengaruh terhadap keadaan gizi terutama anak balita serta ibu hamil
dan ibu menyusui. Di negara berkembang, kesakitan dan kematian pada anak balita banyak
dipengaruhi oleh keadaan gizi (Supariasa, 2001 : 184).

b. Pendidikan
Pendidikan tentang gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku
orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan keluarga dengan status gizi yang baik.
Sebagian besar pendidikan ibu dan ayah berada pada tingkat SD/ sederajat. Hasil penelitian
ternyata 50.6% ibu di Indonesia hanya tamat SD, bahkan masih ada ibu dan ayah yang tidak
sekolah (6.8% dan 4.5%).
c .Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Sementara ibu lebih banyak
yang tidak bekerja (74.8%) dan ayah lebih banyak yang bekerja (97.7%).
d .Budaya Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Markum, 1991). Di negara kita masih banyak budaya-budaya yang sudah tidak cocok lagi
diterapkan pada zaman moderen sekarang ini.
3. . Penilaian Status Gizi (Antropometri)
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung. Penilaian
status gizi secara langsung menurut Supariasa (2001) dapat dilakukan dengan: 1.
Antropometri, 2. klinis, 3. bio kimia, 4. bio fisik.Antropometri adalah ukuran tubuh
manusia. Sedangkan antropornetri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari tingkat umur dan tingkat
gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan
energi.Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi berdasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi, seperti
kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid.Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain darah, urine, tinja dan beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat
kemamapuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
4. Klasifikasi Status Gizi
Klasifikasi di atas berdasarkan parameter antropometri yang dibedakan atas:
1) Berat Badan / Umur
Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya
kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1.
2) Tinggi Badan / Umur
Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya
kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1.
3) Berat Badan / Tinggi Badan
Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap tinggi badan yang hasilnya
kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1
4) Lingkar Lengan Atas / Umur
Lingkar lengan atas (LILA) hanya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu gizi kurang dan gizi
baik dengan batasan indeks sebesar 1,5 cm/tahun.
5) Parameter Berat Badan / Tinggi Badan banyak digunakan karena merniliki kelebihan:
1) Tidak memerlukan data umur
2) Dapat membedakan proporsi badan ( gemuk, normal, kurus)
6) Menurut Depkes RI (2005) Parameter berat badan / tinggi badan berdasarkan kategori Z-
Score diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
1) Gizi Buruk (Sangat Kurus)    : <-3 sd="" span="">
2) Gizi Kurang (Kurus)                         : -3SDs/d<-2sd span="">
3) Gizi Baik (Normal)               : -2SDs/d+2SD
4) Gizi Lebih (Gemuk)              : >+2S
The World Health Organization (WHO) pada tahun 1997, The National Institute of
Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on Guidelines for Overweight in
Adolescent Preventive Services merekomendasikan Body Mass Index (BMI) atau Indeks
Massa Tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas pada anak dan remaja di atas usia 2
tahun. IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan
Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi
badan dalam meter (kg/m2)). Interpretasi IMT tergantung pada umur dan jenis kelamin anak,
karena anak lelaki dan perempuan memiliki lemak tubuh yang berbeda. 18 Berbeda dengan
orang dewasa, IMT pada anak berubah sesuai umur dan sesuai dengan peningkatan panjang
dan berat badan. Baru-baru ini The Centers for Disease Control (CDC) mempublikasikan
kurva IMT. TMT dapat diplotkan sesuai jenis kelamin pada kurva pertumbuhan CDC untuk
anak berusia 2-20 tahun.45,5 1.
IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi dengan
massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang
mempunyai risiko mendapat komplikasi medis. IMT mempunyai keunggulan utama yakni
menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam
penelitian populasi berskala besar 47,50 Pengukurannya hanya membutuhkan 2 hal yakni
berat badan dan tinggi badan, yang keduanya dapat dilakukan secara akurat oleh seseorang
dengan sedikit latihan. Keterbatasannya adalah rnembutuhkan penilaian lain bila
dipergunakan secara individual.
Salah satu keterbatasan IMT adalah tidak bisa membedakan berat yang berasal dari lemak
dan berat dari otot atau tulang. IMT juga tidak dapat mengidentifikasi distribusi dari lemak
tubuh. Sehingga beberapa penelitian menyatakan bahwa standar cut off point untuk
mendefinisikan obesitas berdasarkan IMT mungkin tidak menggambarkan risiko yang sama
untuk konsekuensi kesehatan pada semua ras atau kelompok etnis.Klasifikasi IMT terhadap
umur adalah sebagai berikut :

Table 2.1 Norma Perhitungan IMT

Status Gizi Laki-laki Perempuan


Kurus <20 .1="" <18 .7=""
span=""> span="">
Normal 20.1 – 25.0 18.7 – 23.8
Obesitas >30 >28.6
Rata-rata 22.0 20.8
           
            6.Kebutuhan Energi
Gerakan tubuh saat melakukan olahraga dapat terjadi karena otot berkontraksi. Olahraga
aerobik dan anaerobik, keduanya memerlukan asupan energi. Namun, penetapan kebutuhan
energi secara tepat tidak sederhana dan sangat sulit. Perkembangan ilmu pengetahuan
sekarang hanya dapat menghitung kebutuhan energi berdasarkan energi yang dikeluarkan.
Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan
energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi.
Komponen-komponen tersebut yaitu basal metabolic rate (BMR), specific dynamic action
(SDA), aktifitas fisik dan faktor pertumbuhan.
1. Basal Metabolisme
Metabolisme basal adalah banyaknya energi yang dipakai untuk aktifitas jaringan tubuh
sewaktu istirahat jasmani dan rohani. Energi tersebut dibutuhkan untuk mempertahankan
fungsi vital tubuh berupa metabolisme makanan, sekresi enzim, sekresi hormon, maupun
berupa denyut jantung, bernafas, pemeliharaan tonus otot, dan pengaturan suhu tubuh.
Metabolisme basal ditentukan dalam keadaan individu istirahat fisik dan mental yang
sempurna. Pengukuran metabolisme basal dilakukan dalam ruangan bersuhu nyaman setelah
puasa 12 sampai 14 jam (keadaan postabsorptive). Sebenarnya taraf metabolisme basal ini
tidak benar-benar basal. Taraf metabolisme pada waktu tidur ternyata lebih rendah dari pada
taraf metabolisme basal, oleh karena selama tidur otot-otot terelaksasi lebih sempurna. Apa
yang dimaksud basal disini ialah suatu kumpulan syarat standar yang telah diterima dan
diketahui secara luas.
Metabolisme basal dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu jenis kelamin, usia, ukuran dan
komposisi tubuh, faktor pertumbuhan. Metabolisme basal juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan keadaan emosi atau stres.
Orang dengan berat badan yang besar dan proporsi lemak yang sedikit mempunyai
Metabolisme basal lebih besar dibanding dengan orang yang mempunyai berat badan yang
besar tapi proporsi lemak yang besar. Demikian pula, orang dengan berat badan yang besar
dan proporsi lemak yang sedikit mempunyai Metabolisme basal yang lebih besar dibanding
dengan orang yang mempunyai berat badan kecil dan proporsi lemak sedikit.
Metabolisme basal seorang laki-laki lebih tinggi dibanding dengan wanita. Umur juga
mempengaruhi metabolisme basal dimana umur yang lebih muda mempunyai metabolisme
basal lebih besar dibanding yang lebih tua. Rasa gelisah dan ketegangan, misalnya saat
bertanding menghasilkan metabolisme basal 5% sampai 10% lebih besar. Hal ini terjadi
karena sekresi hormon epinefrin yang meningkat, demikian pula tonus otot meningkat.

Tabel 1. BMR untuk laki-laki berdasarkan berat badan

Jenis Berat badan 10 – 18 th Energi(kalori) 30 – 60 th


kelamin (kg) 18 – 30 th

Laki-laki 55 1625 1514 1499


60 1713 1589 1556

65 1801 1664 1613

70 1889 1739 1670

75 1977 1814 1727

80 2065 1889 1785

85 2154 1964 1842

90 2242 2039 1899

Tabel 2. BMR untuk perempuan berdasarkan berat badan

Jenis Berat badan 10 – 18 Energi(kalori) 30 – 60 th


kelamin (kg) th 18 – 30 th

Perempuan 40 1224 1075 1167

45 1291 1149 1207

50 1357 1223 1248

55 1424 1296 1288

60 1491 1370 1329

65 1557 1444 1369

70 1624 1516 1410

75 1691 1592 1450

1. Specific Dynamic Action

Bila seseorang dalam keadaan basal mengkonsumsi makanan maka akan terlihat peningkatan
produksi panas. Produksi panas yang meningkat dimulai satu jam setelah pemasukan
makanan, mencapai maksimum pada jam ketiga, dan dipertahankan diatas taraf basal selama
6 jam atau lebih. Kenaikan produksi panas diatas metabolisme basal yang disebabkan oleh
makanan disebut specific dynamic action.
Specific dynamic action adalah penggunaan energi sebagai akibat dari makanan itu sendiri.
Energi tersebut digunakan untuk mengolah makanan dalam tubuh, yaitu pencernaan makanan,
dan penyerapan zat gizi, serta transportasi zat gizi.
Specific dynamic action dari tiap makanan atau lebih tepatnya zat gizi berbeda-beda. Specific
dynamic action untuk protein berbeda dengan karbohidrat, demikian pula untuk lemak. Akan
tetapi specific dynamic action dari campuran makanan besarnya kira-kira 10% dari besarnya
basal metabolisme.
1. Aktifitas fisik

Setiap aktifitas fisik memerlukan energi untuk bergerak. Aktifitas fisik berupa
aktifitas rutin sehari-hari, misalnya membaca, pergi ke sekolah, bekerja sebagai karyawati
kantor. Besarnya energi yang digunakan tergantung dari jenis, intensitas dan lamanya aktifitas
fisik.
Tabel 3 : Faktor aktifitas fisik (perkalian dengan BMR)

Tingkat aktifitas Laki-laki Perempuan

Istirahat di tempat tidur 1,2 1,2

Kerja sangat ringan 1,4 1,4

Kerja ringan 1,5 1,5

Kerja ringan – sedang 1,7 1,6

Kerja sedang 1,8 1,7

Kerja berat 2,1 1,8

Kerja berat sekali 2,3 2,0

Setiap aktifitas olahraga memerlukan energi untuk kontraksi otot. Olahraga dapat berupa
olahraga aerobik maupun olahraga anaerobik. Besarnya energi yang digunakan tergantung
dari jenis, intensitas dan lamanya aktifitas olahraga.

Tabel 4.Kebutuhan energi berdasarkan aktifitas olahraga (kal/mnt)

Aktifitas Olahraga Berat Badan (kg)

50 60 70 80 90

Balap sepeda : – 9 km/jam 3 4 4 5 6


- 15 km/jam 5 6 7 8 9

- bertanding 8 10 12 13 15

Bulutangkis 5 6 7 7 9

Bola basket 7 8 10 11 12

Bola voli 2 3 4 4 5

Dayung 5 6 7 8 9

Golf 4 5 6 7 8

Hockey 4 5 6 7 8

Berlanjut …..

Lanjutan ….

Jalan kaki : – 10 menit/km 5 6 7 8 9

- 8 menit/km 6 7 8 10 11

- 5 menit/km 10 12 15 17 19

Lari : – 5,5 menit/km 10 12 14 15 17

- 5 menit/km 10 12 15 17 19

- 4,5 menit/km 11 13 15 18 20

- 4 menit/km 13 15 18 21 23

Renang : – gaya bebas 8 10 11 12 14

- gaya punggung 9 10 12 13 15

- gaya dada 8 10 11 13 15

Senam 3 4 5 5 6

Senam aerobik : – pemula 5 6 7 8 9


- terampil 7 8 9 10 12

Tenis lapangan : – rekreasi 4 4 5 5 6

- bertanding 9 10 12 14 15

Tenis meja 3 4 5 5 6

Tinju : – latihan 11 13 15 18 20

- bertanding 7 8 10 11 12

Yudo 10 12 14 15 17

1. Pertumbuhan

Anak dan remaja mengalami pertumbuhan sehingga memerlukan penambahan energi. Energi
tambahan dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang baru dan jaringan tubuh.
Tabel 5. Kebutuhan energi untuk pertumbuhan (kalori/hari)

Jenis kelamin anak Umur Tambahan energi

Anak laki-laki dan 10 – 14 tahun 2 kalori/kg berat badan

Perempuan 15 tahun 1 kalori/kg berat badan

16 – 18 tahun 0,5 kalori/kg berat badan

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Status gizi dapat diartikan sebagai ukuran keberhasilan seseorang dalam pemenuhan nutrisi
untuk tubuh yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badannya. Selain itu status gizi
juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Pengukuran status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet. Status gizi juga diartikan
sebagai keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (“intake”)
zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (“requirement”) oleh tubuh untuk berbagai fungsi
biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya).
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya
adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)
merupakan salah satu cara penilaian status gizi seseorang yang telah baku. IMT merupakan
petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan
dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2)).
IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi dengan
massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang
mempunyai risiko mendapat komplikasi medis. IMT mempunyai keunggulan utama yakni
menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam
penelitian populasi berskala besar.
B.     Saran
Makanan untuk seorang atlet harus mengandung zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan
untuk aktifitas sehari-hari dan olahraga. Makanan harus mengandung zat gizi penghasil energi
yang jumlahnya tertentu. Selain itu makanan juga harus mampu mengganti zat gizi dalam
tubuh yang berkurang akibat digunakan untuk aktifitas olahraga. Besarnya kebutuhan energi
tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan
memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen tersebut
yaitu basal metabolic rate (BMR), specific dynamic action (SDA), aktifitas fisik dan faktor
pertumbuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Abunain Djumadias, 1990, Aplikasi Antropometri sebagai Alat Ukur Status Gizi, Puslitbang
Gizi Bogor.
Arikunto Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Edisi Revisi V
Depkes RI. 2004. Gizi Atlet untuk Prestasi. Jakarta
Dewi Rosmala (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Medan.
Irianto Djoko P. ( 2006 6) Panduan gizi lengkap Keluarga Dan Olahragawan. Penerbit Andi
Yogyakara, 2007
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Pendidikan.
Kartono Kartini. (1990). Pengantar Metodologi Riset Sosial. Penerbit CV. Mandar Maju.
Bandung.
Kartosapoetra. (2008). Ilmu Gizi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Poerwadarminta (1986). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Penerbit Balai Pustaka.
Riduwan (2004) Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula.
Pengantar Prof.Dr.H. Buchari Alma. Bandung. Penerbit Alfabeta.
Sunita Almatsier. (2004 3).Prinsip-Prinsip ilmu Gizi. Jakarta :PT. Gramedia Pustaka
Sudjana. (1989). Metoda Statistika. Edisi Ke 5. Penerbit Tarsito. Bandung.
Supariasa, 2001, Epidemiologi Gizi, AKZI Malang
Suhardjo, 1986, Gizi dan Pangan, Kanisius, Yogyak

Anda mungkin juga menyukai