Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah  SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga, tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan
yang amat berarti. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan tugas laporan praktikum ini dengan baik. Tugas ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Penilaian Status Gizi”,
yang disajikan berdasarkan referensi dari berbagai sumber. 
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Penilaian Status Gizi yang telah membimbing dan memberikan kesempatan
kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Tak
lupa juga penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini
Penyusun menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, untuk
itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen
pembimbing maupun teman-teman atau pembaca agar makalah ini dapat
lebih sempurna..
Semoga  makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa
meridhoinya dan akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ternate, 4 oktober 2019

  Kelompok iv

1
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.........................................................................4
2. Tujuan
2.1 tujuan umum.....................................................................6
2.2 tujuan khusus....................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1. Penentuan Status Gizi...............................................................7
2. Indeks Masa Tubuh (IMT).......................................................10

BAB III HASIL METODE PRAKTIKUM


1. Tempat Dan Waktu Praktikum..................................................22
2. Alat Dan Bahan........................................................................22
3. prosedur Kerja.........................................................................22

BAB VI PRAKTEK DAN PEMBAHASAN


1. Hasil.......................................................................................30
2. Pembahasan............................................................................35
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan..............................................................................38
2. Saran......................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
KEGIATAN

2
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
 Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh
manusia. Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi.
Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan.
Selain itu juga ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan
lemak bawah kulit, tinggi lutut, lingkaran perut, lingkaran pinggul.
Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisaberdiri sendiri untuk
menentukan status gizi dibanding baku atau berupa indeksdengan
membandingkan ukuran lainnyaseperti BB/U, BB/TB. TB/U
(Sandjaja,dkk., 2010).
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
darisudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat
umur dan tingkatgizi (Supariasa, dkk., 2001).
Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan
dimensi tubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok
statistika dan ukuran persentil. Jika seratus orang berdiri berjajar dari
yang terkecil sampaiterbesar dalam suatu urutan, hal ini akan dapat
diklasifikasikan dari 1 percentilesampai 100 persentil. Data dimensi
manusia ini sangat berguna dalamperancangan produk dengan tujuan
mencari keserasian produk dengan manusiayang memakainya
(Nugroho, 2002).
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering
digunakanadalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi
masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode
antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi. Di samping itu

3
pula dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu
menggunakan metode tersebut (Supariasa, dkk., 2001).
Penyakit infeksi dan kekurangan gizi terlihat kurang, kemakmuran
ternyata diikuti oleh perubahan gaya hidup. Pola makan terutama di
perkotaan bergeserdari pola makan tradisional yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat, sayuran  makanan berserat ke pola makan
masyarakat barat yang komposisinya terlalu banyak mengandung lemak,
protein, gula, garam tetapi miskin serat. Sejalandengan itu setahun
terakhir ini mulai terlihat peningkatan angka prevalensi kegemukan /
obesitas pada sebagian penduduk perkotaan, yang diikuti pula
padaakhir- akhir ini di pedesaan (Asmayuni, 2007).
Perhatian utama adalah mempersiapkan dan meningkatkan kualitas
penduduk usia kerja agar benar-benar memperoleh kesempatan serta
turut berperan dan memiliki kemampuan untuk ikut dalam upaya
pembangunan. Salah satu upaya penting untuk mewujudkan hal
tersebut adalah pembangunan di idang kesehatandan gizi.
Antropometri sebagai teknik yang mula-mula dikembangkan dikalangan
antropolog biologis, kini aplikasinya menyentuh berbagai bidang antara
lainkedokteran, olahraga, antropologi gizi, keperawatan, dan pediatric
dalam ilmupertumbuhan anak. Antropolog seperti Tanner, Bogin,
Boucher, Malina, dan Uli jaszek mengembangkan teknik antropometri
yang dihubungkan dengan teoripertumbuhan manusia dari intra-uterine
sampai adolesentia akhir (sekitar 20tahun) (Barasi, 2008).
Aplikasi antropometri sebagai metode bioantropologi ke dalam
kedokteranmanjadi bermakna apabila disertai latar belakang teori yang
adekuat tentang pertumbuhan. Berdasarkan tujuan penelitian
pengukuran antropometri, setidak-tidaknya ada lima hal penting yang
mewakili tujuan pengukuran yaitu mengetahuikekern otot, kekekaran
tualng, ukuran tubuh secara umum, panjang tungkai danlengan, serta

4
kandungan lemak tubuh di ekstremitas dan di torso. Dalampemakaian
untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks,
misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur(TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar
lengan atasmenurut umur (LLA/U) dan sebagainya (Barasi,
2008).Karena antropometri sebagai indikator penilaian status gizi yang
palingmudah yang dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter, antara lain:umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di
bawah kulit. Oleh karena itu, untuk mengetahuistatus gizi seseorang,
maka dilakukan pengukuran antropometri ini.

B. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui untuk mengetahui Penilaian status gizi
secara Antropometri.
2. Tujuan Khusus
2.1 Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, keunggulan dan
kelemahan.
2.2 Mahasiswa mampu mengetahui parameter.
2.3 Mahasiswa mampu mengetahui alat yang digunakan dalam
pengukuran Antropometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penentuan Status Gizi


Status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel-
variabel tertentu.  Status gizi juga merupakan akibat dari keseimbangan
antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi

5
tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam
seluruh tubuh (Supariasa, 2002).     
 Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
untukmenilai status gizi. Secara umum antropometri diartikan sebagai ukuran
tubuh,ditinjau dari sudut gizi maka antropometri ditinjau dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk
mengukur status gizi untuk berbagai ketidak seimbangan antara asupan
energi dan protein (Gibson 2005).
Pertumbuhan dan perkembangan mencakup dua peristiwa yang
statusnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan susah dipisahkan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran dan fungsi tingkatsel, organ maupun individu, yang diukur dengan
ukuran berat (gram, pound,kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur
tulang dan keseimbanganmetabolik (Suparasia, dkk., 2001).
  Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh   yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapatdiramalkan sebagai hasil proses pematangan. Pertumbuhan terbagi
atas duayaitu pertumbuhan linier dan massa jaringan dimana kedua jenis
pertumbuhantersebut merupakan ukuran antropometri gizi. Pertumbuhan
linier misalnyatinggi badan (TB), lingkar dada, dan lingkar kepala sedangkan
pertumbuhanmassa jaringan yaitu berat badan, lingkar lengan atas (LILA)
dan tebal lemak di bawah kulit (TLK). Antropometri sangat umum digunakan
utuk mengukur status gizi dari berbagai ketidak seimbangan antara asupan
protein dan energi.Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik
dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Adapun beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri ini
adalah(Suparasia, dkk., 2001) :

6
a)   Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan
atas, mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri
dirumah.
b).  Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.
Contohnya  apabila terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan
atas pada anak balita maka dapat dilakukan pengukuran kembali tanpa
harus persiapan alat yang rumit.
c). Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus
professional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
d). Biaya relatife murah, karena alat mudah didapat dan tidak
memerlukan bahan-bahan lainnya.
 e). Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut
off  points) dan baku rujukan yang sudah pasti. Secara ilmiah diakui
kebenaraya. Hampir semua negara mengguakan antropometri sebagai
metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususnya untuk
penapisan ( screening ) status gizi.

Hal ini dikarenakanantropometri diakui kebearanya secara ilmiah.


Memperhatikan faktor di atas, maka di bawah ini akan diuraikan keunggulan
antropometri yaitu :
a).  Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel
yang besar.
b). Relative tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan dengan
tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat
melakukan pengukuran antropometri.
c).  Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan, dibuat
didaerah setempat.

7
d).  Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.
e).  Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi masa lampau.
f).  Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi.
g). Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu.
h). Digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.

Di samping keunggulan metode antropometri tersebut, terdapat


pula beberapa kelemahan seperti :
a). Tidak sensitif Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu
singkat dan tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu
seperti zinc dan fe.
b).  Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)
dapat menurukan spesifitas dan sensifitas pengukuran antropometri.
c).  Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat
mempungaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri
gizi.

d). Kesalahan terjadi karena:


      1. Pengukuran
      2. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
      3. Analisis dan asumsi yang keliru

e). Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:


      1). Latihan petugas yang tidak cukup
      2). Kesalahan alat atau alat tidak ditera
      3). Kesulitan pengukuran

B.  Indeks Masa Tubuh ( IMT )

8
Penilaian status gizi terbagi atas dua yakni penilaian status gizi secara
langsung yang dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis,
biokimia, dan biofisik. Dan penilaian status gizi secara tidak langsung yakni,
survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Pengukuran
antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi untuk berbagai cara,
pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan
keterangan untuk pelaksananya.
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Dalam
pengukuran indeks antropometri sering terjadi kerancuan, hal ini akan
mempengaruhi interpretasi status gizi yang keliru. Beberapa indeks
antropometri yang sering digunakan yaitu BB/U, TB/U, BB/TB. Perbedaan
penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status
gizi yang berbeda.
Perlu ditekankan bahwa pengukuran antropometri hanyalah satu dari
sejumlah teknik-teknik yang dapat untuk menilai status gizi. Pengukuran
dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali secara berkala pada
berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal
lipatan kulit (skinfold) diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status
gizi pada bayi dan anak.1
 Istilah Antropometri berasal dari kata “ Anthro” yang berarti manusia
dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat
dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran bentuk,
ukuran (tinggi, lebar) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya
(Sutalaksana,1996).
Menurut Nurmianto (1991), antropometri adalah satu kumpulan data
numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia,
ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk
penanganan masalah desain. Antropometri secara lebih luas digunakan

9
sebagai pertimbangan ergonomis proses perencanaan produk maupun
sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia  (Sutalaksana,1996).
Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara
lebih luas antara lain dalam hal perancangan areal kerja ( work station),
perancangan alat kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools),
perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan
perancangan lingkungan fisik. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran,
dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang akan dirancang
sesuai dengan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan
produk tersebut  (Sutalaksana,1996).
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian
secara antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk
melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Pengertian istilah
Nutritional Anthropometry mula-mula muncul dalam Body Measurements
and Human Nutrition yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966 yang telah
didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai pengukuran pada variasi dimensi
fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat
nutrisi yang berbeda. Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu:
pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran
lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak. Pengukuran berat badan
menurut umur pada umumnya untuk anak merupakan cara standar yang
digunakan untuk menilai pertumbuhan. Kurang berat tidak hanya
menunjukkan konsumsi pangan yang tidak cukup tetapi dapat pula
mencerminkan keadaan sakit yang baru dialami Jelliffe (1966).
Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan
dimensi tubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok
statistika dan ukuran persentil. Kenyamanan menggunakan alat bergantung

10
pada kesesuaian ukuran alat dengan ukuran manusia. Jika tidak sesuai,
maka dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh
antara lain dapat berupa lelah, nyeri, pusing. Penelitian yang dilakukan
Chang terhadap 30 orang laki-laki sebegai operator pneumatic screwdriver
usia 22 tahun panjang lengannnya rata-rata 18,2 cm dan tinggi tubuh rata-
rata 168,5 cm, ternyata yang melakukan kerja pada posisi duduk lebih
menerima getaran pneumatic screwdriver dan otot lengan depannya
mengalami stress dibanding yang posisi kerja berdiri.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18
tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil,
dan olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan
khusus lainnya seperti edema, asites, dll. IMT/U merupakan yang terutama
bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan.
Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur.

Rumus perhitungan IMT:


 IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau status gizi orang
khususnya yang berkaitan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Indikator IMT/U hampir sama
dengan BB/PB atau BB/TB. Ketika melakukan      interpretasi resiko kelebihan
berat badan, perlu mempertimbangkan berat badan orang tua.

      Tabel 1. Ketegori IMT (WHO 2000)


Klasifikasi BMI (kg/m2)
Underweight <18,50
          Severe thinness <16,00
          Moderate thinness 16,00-16,99
          Mild thinness 17,00-18,49
Normal 18,50-24,49
Overweight >25,00

11
          Pre-obesitas 25,00-29,99
Obesitas >30,00
          Obesitas kelas I 30,00-34,99
          Obesitas kelas II 35,00-39,99
          Obesitas kelas III >40,00
Sumber: WHO, 1995, WHO, 2000 dan 2004, www.andeka.com

Tabel 2. Kategori IMT (IOTF, WHO 2000, Penduduk Asia Dewasa)


Kategori BMI (kg/m2) Risk Of Co-morbidities
Underweight <18,50 Rendah (tetapi risiko
terhadap masalah-
masalah klinis lain
meningkat
Normal 18,50-22,99 Rata-rata
Overweight >23,00
At Risk 23,00-24,99 Meningkat
Obese I 25,00-29,99 Sedang
Obese II >30,00 Berbahaya
Sumber: IOTF,WHO 2000,Penduduk Asia Dewasa

Tabel 3. Kategori IMT (Riskesdas 2007)


Kategori BMI (kg/m2)
Kurus <18,50
Normal 18,50-24,99
Berat Badan Lebih 25,00-27,00
Obesitas >27,00
Sumber: Rise Kesehatan Dasar 2007
Berat badan normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Beberapa keuntungan yang diberikan
adalah penampilan baik, lincah dan risiko sakit rendah.(Arisman, 2002).

12
Indeks massa tubuh telah digunakan dalam beberapa penelitian
populasi internasional untuk menilai risiko penyakit di antara orang
dewasa. BMI meningkat jelas terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari
tekanan darah tinggi, diabetes mellitus tipe 2, faktor risiko kardiovaskular
penyakit lainnya, dan mortalitas meningkat. Memang, risiko relatif untuk
faktor risiko penyakit kardiovaskular kejadian penyakit kardiovaskular
meningkat dinilai dengan peningkatan BMI pada semua kelompok
populasi. Selain itu, asosiasi antara gangguan muskuloskeletal, gangguan
dalam fungsi pernapasan dan fisik, dan kualitas hidup. Akibatnya, dalam
studi epidemiologi, BMI digunakan untuk mengetahui kelebihan berat
badan atau obesitas pada orang dewasa dan untuk memperkirakan risiko
terkena penyakit. Perluh diketahui bahwa anak yang pendekpun dapat
mengalami kelebihan berat badan. Maka perluh mempertahankan berat
badan normal.
badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada
tulang. Pada remaja, lemak cenderung meningkat dan protein otot
menurun. Pada klien edema dan asites, terjadi penambahan cairan dalam
tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot,
khususnya terjadi pada orang Berat badan merupakan ukuran
antropometri terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir
(neonatus).
Digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR (dibawah
2500 gram). Pada masa bayi atau balita, berat badan dapat dipergunakan
untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat
kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema, atau adanya tumor). Dapat
digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat
perkembangan tubuh yang baik maupun yang buruk. Berat badan
merupakan suatu pencerminan dari kondisi yang kekurangan gizi.

13
Penimbangan (berat badan) adalah pengukuran antropometri yang
umum digunakan dan merupakan kunci yang memberi petunjuk nyata dari
sedang berlaku dan ukuran yang paling baik mengenai konsumsi kalori
protein dan karbohidrat.

   Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama:


-  Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu
singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
-   Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik
memberikan gambaran pertumbuhan.
               -   Umum dan luas dipakai di Indonesia.
              -  Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan
pengukur.
-  KMS yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan
memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai
dasar pengisiannya.
-  Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian
status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan
dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.
              -   Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi
dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh
masyarakat.
    
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang
digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:

14
 a. Mudah digunakan dan dibawa dari suatu tempat ke tempat yang
lain.
b. Mudah diperoleh dan relatife murah harganya.
c. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
d. Skalanya mudah dibaca.
 e. Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Tinggi badan merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang
telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan
tepat. Merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan
menghubungkan BB terhadap TB (quac stick) factor umur dapat
dikesampingkan.

C.  WHR (Rasio lingkar pinggang dan panggul)


Pengukuran rasio lingkar pinggang dan panggul yang menghasilkan
indeks tinggi harus memperhatikan penyebabnya karena simpanan lemak
atau otot torso yang berkembang. Jadi perlu diukur tebal lipatan kulit
abdomen untuk mengetahuinya. Tujuan pengukuran lingkar pinggang dan
pinggul adalah untuk mengetahui resiko tinggi terkena penyakit DM II,
kolesterol, hipertensi, dan jantung. Lingkar pinggang diukur di indentasi
terkecil lingkar perut antara tulang rusuk dan krista iliaka, subjek berdiri
dan diukur pada akhir ekspirasi normal dengan ketelitian 0,6 cm
menggunakan pitameter. Lingkar pinggul diukupenonjolan terbesar pantat,
biasanya di sekitar pubic sympisis, subjek berdiri diukur menggunakan
pitameter dengan ketelitian 0,1 cm.
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa
perubahan metabolisme, termasuk terhadap insulin dan meningkatnya
produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawah
kulit pada kaki dan tangan. Perubahan metabolisme memberikan gambaran
tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan

15
distribusi lemak tubuh ukuran umur yang digunakan adalah rasio lingkar
pinggal-pinggul. Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul harus
dilakukan oleh tenaga terlatih dan posisi pengukuran harus tetap, karena
perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil yang beerbeda.
       Suatu studi prospektif menunjukkan rasio pinggang-pinggul
berhubungan dengan penyakit kardiovaskular.
Rumus Menghitung Nilai WHR:

   Tabel 4: Standar resiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran WHR


pada jenis kelamin dan kelompok umur:
Resiko
Jenis Kelompok
Very
kelamin umur Low Moderate High
high
20-29 < 0,83 0,83-0,88 0,89-0,94 > 0,94
Pria 30-39 < 0,84 0,84-0,91 0,92-0,96 > 0,96
40-49 < 0,88 0,88-0,95 0,96-1,00 > 1,00
20-29 < 0,71 0,71-0,77 0,78-0,82 > 0,82
Wanita 30-39 < 0,72 0,72-0,78 0,79-0,84 > 0.84
40-49 < 0,73 0,73-0,79 0,80-0,87 > 0,87
Sumber. Sirajuddin 2012.

   D. % BODY FAT
Semua pengukuran tebal lemak bawah kulit sebaiknya konsisten di
sisi kanan badan dan diukur tiga kali. Tebal lemak bawah kulit merupakan
salah satu indeks antropometri yang digunakan dalam pengukuran status
indeks antropometri untuk mengukur status gizi. Pengukuran tebal lemak
bawah kulit biasanya digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak
dalam tubuh. Persentase kandungan lemak tubuh dapat dipakai untuk
menilai status gizi dengan pengukuran tebal lemak bawah kulit terdiri dari
beberapa tempat, yakni trisep, bisep, subskapular, suprailiaka,
supraspinale, abdominal, paha depan, betis medial, dan mid aksla.     

16
Persentase body fat dapat diestimasi dari skinfold menggunakan
persamaan secara umum atau kelompok tertentu.
Lemak dapat diukur secara absolut (dalam kg) dan secara relatif
(%) terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi
ditentukan oleh jenis kelamin dan umur. Ketebalan lipatan kulit adalah
suatu pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh dari
cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah kulit. Pengukuran
tebal lipatan kulit merupakan salah satu metode penting untuk
menentukan komposisi tubuh serta presentase lemak tubuh dan tubuh
untuk menentukan status gizi cara antropometri.
       Rumus menghitung tebal lemak bawah kulit:
       Laki-laki 18-27 tahun
        Db = 1,0913 – 0,00116 (trisep + scapula)
        % BF = [(4,97/Db) – 4,52] x 100

      Wanita 18-23 tahun


        Db = 1,0897 – 0,00133 (trisep + scapula)
     % BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
Tabel 3: Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit:
Klasifikasi Laki-laki Wanita
Lean <8% < 13 %
Optimal 8 – 15 % 14 – 23 %
Slightly overfat 16 – 20 % 24 – 27 %
Fat 21 – 24 % 28 – 32 %
Obesitas  25 %  33 %
       Sumber. Sirajudin 2012.

17
   E. LILA
Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan
status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data
umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang
keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
Lingkar lengan bawah diukur pada bagian proksimal tidak lebih dari
6 cm dari radial. Lingkar paha diukur di bagian paha, yaitu titik
pertengahan antara titik paling proksimal tulang patella dan titik
pertengahan lipat paha. Titik tengah lipat paha ditentukan dengan jalan
menentukan terlebih dahulu letak SIAS ketika (subjek masih berdiri), dan
simfasis pubis. Lingkar betis dapat diukur baik dalam keadaan berdiri
maupun duduk. Jika subjek berdiri, berat badan harus tertumpu pada
kedua kaki secara merata, dan jarak kedua kaki sekitar 25 cm. Jika
subjeknya duduk, kedua kaki harus dijuntaikan. Pita pengukur kemudian
dilingkarkan ke betis (tegak lurus dengan aksis memanjang betis), dan
diturun-naikkan untuk mencari diameter terbesar. Hasil pengukuran ulang
tidak boleh berbeda lebih dari 2 mm (Arisman, 2007).

Tabel 1: Ambang Batas Pengukuran LiLA:


Klasifikasi Batas Ukur
Wanita Usia Subur
KEK < 23,5 cm
Normal  23,5 cm
Bayi Usia 0-30 hari
KEP < 9,5 cm
Normal  9,5 cm
Balita
KEP < 12,5 cm
Normal 12,5 cm
     Sumber: Sirajuddin, 2012.
       LiLA mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:

18
            1. Status KEP pada balita
       2. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko lahir bayi BBLR

       Kelemahan dari pengukuran LILA:


          - Baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang
memadai untuk digunakan di Indonesia.
      - Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB.
- Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif
untuk golongan dewasa.

BAB III

19
METODE PRAKTIKUM

A. TEMPAT DAN WAKTU PRAKTIKUM


Praktikum ini dilaksanakan di laboraturium PSG (Penilaian Status
Gizi) Poltekkes kemenkes Ternate pada hari jumat tanggal 27 september
2019 pada pukul 10.00 sampai selesai.

B.  ALAT DAN BAHAN


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan digital,
microtoice, pita LILA.

C. Prosedur Kerja
1.  Berat badan

a. Digunakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian minimal), subjek


tidak menggunakan alas kaki.
b. Dikalibrasi alat yang akan digunakan sebelum pengukuran.
c.  Dipastikan timbangan berada pada penunjukkan skala dengan angka
0,0.
d. Subjek berdiri di atas timbangan dengan berat yang tersebar merata
pada kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan
diusahakan tetap tenang.
e. Dibaca berat badan dengan tampilan skala 0,1 kg terdekat.
2.Tinggi badan

20
a. Diposisikan subjek tetap di bawah mikcrotoice  denga tidak
mengenakan alas kaki
b. Kaki rapat, lutut lurus, tumit, pantat, bahu, dan kepala menyentuh
dinding vertikal.
c.  Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu
menyentuh dinding vertikal. Tangan lepas ke samping badan dengan
telapak tangan mengahadap paha.
d. Diminta subjek untuk menarik nafas panjang dan berdiri tegak tanpa
mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang belakang
usahakan bahu tetap santai .
e. Ditarik mikcrotoice hingga menyentuh ujung kepala, dipegang secara
horizontal. Pengukuran tinggi badan di ambil pada saat menarik nafas
maksimum. Dengan mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk
angka untuk menghindari kesalahan penglihatan . catatan tinggi badan
pada skala 0.1 cm terdekat.

21
3. Panjang badan (Length Board atau Infantometer)

1. Letakan pengukur panjang badan pada meja atau tempat yang


rata .Bila tidak ada meja, alat dapat diletakkan di atas tempat yang
datar (misalnya, lantai).
2. Letakkan alat ukur dengan posisi panel kepala di sebelah kiri dan
panel penggeser di sebelah kanan pengukur. Panel kepala adalah
bagian yang tidak bisa digeser.
3. Tarik geser bagian panel yang dapat digeser sampai diperkirakan
cukup panjang untuk menaruh bayi/anak.
4. Baringkan bayi/ anak dengan posisi terlentang, diantara kedua siku,
dan kepala bayi/anak menempel pada bagian panel yang tidak dapat
digeser.
5. Rapatkan kedua kaki dan tekan lutut bayi/ anak sampai lurus dan
menempel pada meja/tempat menaruh alat ukur. Tekan telapak kaki
bayi/anak sampai membentuk siku, kemudian geser bagian panel
yang dapat digeser sampai persis menempel pada telapak kaki bayi/
anak.
6. Bacalah panjang badan bayi/anak pada skala kearah angka yang
lebih besar. Misalkan: 67,5 cm.Jangan lupa untuk mencatat hasil
pengukuran.
7. Setelah pengukuran selesai, kemudian bayi/anak diangkat.

22
1.  Penentuan Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul (WHR)

a. Lingkar Pinggang
1)  Subjek menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga
alat ukur dapat di letakkan dengan sempurna.  Sebaiknya pita
pengukur tidak berada di atas pakaian yang di gunakan.
2)  Subjek berdiri tegak dengan  perut dalam keadaan yang relaks
3)  Diukur menghadap ke subjek dan diletakkan alat ukur melingkar
pinggang secara horizontal dimana merupakan bagian yang paling
kecil dari tubuh. Seorang pembantu di perlukan untuk meletakkan alat
ukur dengan tepat. Bagi mereka yang gemuk, dimana sukar
ditentukan bagian yang paling kecil, daerah yang harus di ukur adalah
antara tulang rusuk dan tonjolan iliaca.
4)  Dilakukan pengukuran diakhir dari eksperesi yang normal, dan alat
ukur tidak menekan kulit.
5)  Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm
terdekat.

b. Lingkar panggul
1) Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan

23
2)  Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi
tubuh dan kaki rapat
3)  Pengukur jongkok di samping subjek sehingga tingkat maksimal dari
panggul terlihat
4)  Dilingkarkan Alat pengukur secara horizontal tanpa menekan kulit.
Seorang pembantu di perlukan untuk mengatur posisi alat ukur pada
sisi lainnya
5)  Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm
terdekat

C. Pengukuran Lingkar Perut


Pengukuran lingkar perut di lakukan untuk mengetahui ada tidaknya
obesitas abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh
terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes melllitus.
Cara Pengukuran Lingkar perut :
a. Untuk pengukuran ini responden di minta dengan cara yang satuan
untuk membuka pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir
responden untuk ditetapkan titik pengukuran.
b. Ditetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
c. Ditetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha /panggul.
d. Ditetapkan titik tengah diantara titik tulang rusuk terakhir titik ujung
lengkung tulang pangkal paha /panggul dan tandai titik tengah
tersebut dengan alat tulis.
e. Diminta responden untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal
(ekspirasi normal).
f.  Dilakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengan
kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut
kembali menuju titik tengah di awal pengukuran.

24
g. Apabila responden mempunyai perut yang gendut kebawah ,
pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu terakhir pada
titik tengah tersebut lagi.

D. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

a. Ditentukan titik mid point pada lengan


1)  Subjek diminta untuk berdiri tegak
2)  Diminta subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutupi lengan
kiri atas (bagi yang kidal gunakan lengan kanan).
3)  Ditekukan subjek 90, dengan telapak tangan dihadap keatas. Pengukur
berdiri di belakang subjek dan ditentukan titik tengah antara tulang
atas pada bahu kiri dan siku .
4)  Ditandai titik tengah tersebut dengan pena

E. Mengukur Lingkar Lengan Atas


1) Dengan tangan digantung lepas dan siku lurus di samping badan, telapak
tangan dihadapkan ke bawah
2) Diukur lingkar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA
ditempel pada kulit . Diperhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau
ada rongga antara kulit dan pita
3)  Lingkar lengan atas di catat pada skala 0,1 cm terdekat.
2. Menentukan Tebal Lipatan Kulit ( TLK)

25
a. Ibu jari dan jari telunjuk dari tangan kiri digunakan untuk mengangkat
kedua sisi dari kulit lemak subkutan kurang lebih 1 cm proximal dari
daerah yang diukur.
b. Dilipatan kulit di angkat pada jarak kurang lebih 1 cm yang tegak lurus
arah garis kulit.
c. Dilipatan kulit tetap di angkat sampai pengukuran selesai.
d. caliper di pegang oleh tangan kanan.
e. Dilakukan pengukuran dalam 4 detik setelah penekanan kulit oleh kapiler
di lepas.
1)  Mengukur TLK pada Tricep
a. Subjek berdiri dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi
tubuh.
b. Dilakukan pengukuran pada mid point (sama seperti LILA).
c.  Pengukur berdiri dibelakang subjek dan diletakkan telapak tangan
kirinya pada bagian lengan yang paling atas kearah tanda yang telah di
buat dimana ibu jari dan jari telunjuk dihadapkan ke bawah. Tricept
skinfold diambil dengan menarik pada 1 cm dari proximal tanda titik
tengah tadi.
d. Tricept skinfold di ukur dengan mendekati 0,1 mm.
2)  Mengukur TLK pada subscapular
a. Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua
sisi tubuh.

26
b. Diletakkan tangan kiri ke belakang.
c. Didapatkan tempat pengukuran, pemeriksa meraba scapula dan
mencarinya kearah bawah lateral sepanjang batas vertebrata sampai
menentukan sudut bawah scapula.
d. Subscapular skinfold di tarik dalam arah diagonal ( infero-lateral) kurang
lebih 45 ke arah horizontal garis kulit. Titik scapula terletak pada bagian
bawah sudut scapula .
e. Capiler di letakkan 1 cm infero-lateral dari ibu jari dan jari telunjuk yang
mengangkat kulit dan subkutan kulit di ukur mendekati 0,1 mm.

BAB IV

27
HASIL DAN PEMBAHASAN
    A. HASIL
Pada Praktikum Antropometri ini kami menugukur dan menghitung yaitu
tinggi badan , berat badan, tinggi lutut, LILA, dan Lingkar kepala.
1. Pengukuran Tinggi Badan & Berat Badan
a. Pengukuran pada kelompok orang Dewasa
BB = 54 Kg
TB = 147 cm -> 1,47 m
U = 20 thn
Penye :
 BBI = (TB-100) – (10% TB – 100)
= (147-100) – (0,1. 147 – 100)
= 47 – 4,7
= 42,3
BB (kg) 54 (kg ) 54(kg)
 IMT = = = = 24,9 (Normal)
TB ( cm) 2 (1,47)2 2.1609
 Perhitungan Estimnasi

Pengukuran
No Nama
Tinggi Badan Berat Badan

1 Indah Sumaryaningsih Firauw 147 54

2 Lina sugiarti 148 54

3 Nurain Ikram 148 54

Hasil 443 : 3 162 : 3

Hasil Estimasi 147,6 54

28
b. Pengukuran pada kelompok anak usia > 2 tahun dan < 5 tahun
Data :
Nama : Titin
Tempat Tanggal Lahir : Ternate, 05 Februari 2016

Pengukuran
No Nama Tinggi Badan Berat Badan
1 Indah Sumaryaningsih Firauw 87,5 12,9

2 Mirawati Muhdar 88 12,7


3 Erni Laoder 88 12,7
4 Nurain Ikram 88,2 12,7
Hasil Estimasi 87,9 12,75
 Diketahui :
BB = 12,75 kg
TB = 88 cm
Penyelesaian :
BBA−Median
 BB/U = Median−(−¿+SD )

12,75−15,7 −2,95
BB/U =
15,7−13,7
= 2
= 1,47 (Gizi Kurang)

TBA −Median
 TB/U = Median−(−¿+SD)

88−101,6 −13 ,6
TB/U =
101,6−97 ,3
= 4,3 = - 3,16 (Gizi Lebih)

BBA−Median
 BB/TB = Median−(−¿+SD )

12,75−12,1 0 , 65
BB/TB =
12 ,1−13 ,3
= −1,2 = - 0, 54 (Gizi Kurang)

29
2. Pengukuran Tinggi Lutut
Untuk Perhitungan Tinggi lutut masing-masing anggota kelompok
mengukur tinggi lutut temannya. Dan memperoleh hasil pengukuran
dibawan ini :

Pengukuran
N Nama Sampel
o Umur Hasil Pengukuran

1 Indah Sumaryaningsih 18 48
Firauw

2 Lina sugiarti 18 50,5

3 Mirawati Muhdar 20 49

4 Erni Laode Anatara 20 47,4

Jadi untuk mengetahui hasil perhitungan tinggi lutut kita


menggunakan rumus CHUMLAE LEQUATION “ 84,88 + (1.83 . TL)
– (0,24 . U)”. Berikut ini hasil perhitungan dari masing-masing
sampel yang telah diukur.
 Diketahui :
Nama sampel : Lina Sugiarti
U : 18 tahun
TL : 50,5
Penyelesaian :
84,88 + (1,83. TL) – (0,24. U)
84,88 + (1,83 . 50,5) – (0,24 . U)
84, 88 + 92. 415 – 4,32
84,88 + 88,095 = 172, 975 cm

30
 Diketahui :
Nama sampel : Indah Sumaryaningsih Firauw
U : 18 tahun
TL : 48
Penyelesaian :
84,88 + (1,83. TL) – (0,24. U)
84,88 + (1,83. 48) – (0,24.18)
84,88 + 87,84 – 4,32
84,88 + 83,52 = 168,4

 Diketahui :
Nama Sampel : Erni Laode
U : 20 tahun
TL : 47,4
Penyelesayan :
84,88 + (1,83 TL ) – (0,24. U)
84,88 + (1,83. 47,4)- (0,24.20)
84,88 + 86,742 - 4,8
84,88 + 81,942 = 166,822

 Diketahui
Nama Sampel : Mirawati Muhdar
U : 20 tahun
TL : 49
Penyelesayan :
84,88 + (1,83. TL) –(0,24.U)
84,88 + (1,83. 49) – (0,24 .20)

31
84,88 + 89,67 – (4,8
84,88 + 84,87 =169,75
3. Pengukuran LILA
Untuk pengukuran LILA, sampel yang digunakan adalah 1 orang anak
dan diukur oleh 3 Responden, dibawah ini adalah hasil pengukuran
dan perhitungan LILA.
Nama Responden LILA
Indah 14,5
Mirawati Muhdar 16
Erni Laode 16
Hasil Estimasi 15,5
Diketahui :
Lila Aktual
LILA = x 100
Presentil Lila
Penyelesayain :
14,5
 LILA = x 100 = 8,68
167
16
 LILA = x 100 = 9,58
167

4. Pengukuran Lingkar Kepala


Untuk pengukuran Lingkar Kepala, sampel yang digunakan adalah 1
orang anak dan diukur oleh 3 Responden, dibawah ini adalah hasil
pengukuran Lingkar Kepala.
Nama Responden Lingkar Kepala
Indah 4,2
Mirawati Muhdar 4,2
Erni Laode 4,2
Hasil Estimasi 4,2

32
     B. PEMBAHASAN
 Pada praktikum ini dilakukan penilaian status gizi pada orang
Dewasa dan Balita secara antropometri. Pada pengukuran Kelompok
Orang dewasa sampel yang kami gunakan yaitu teman kelompok kami.
Pada pengukuran Antropometri pengukuran pertama yang kami lakukan
adalah pengukuran Tinggi Badan (TB) dimana hasil pengukuran pada
satu sampel ini memberikan hasil pengukuran yang berbeda, pada
pengukur A mendapat hasil pengukuran yaitu 147 cm, pada pengukur B
hasil pengukuran 148 cm dan pada pengukur C hasil pengukuran 148 cm
sehingga kita perlu melakukan estimasi sehingga mendapat hasil 147,6
cm. Dan untuk kelompok balita pengukuran tinggi badanpun mendapat
hasil yang berbeda-beda, pada pengukur A mendapat hasil pengukuran
yaitu 87,5 cm, pada pengukur B hasil pengukur 88 cm, pada pengukur C
hasil pengukuran 88 dan pada pengukur D hasil pengukuran yaitu 88,2
cm. Sehingga perlu melakukan estimasi sehingga mendapat hasil 87,9
cm.
Pada pengukuran Antropometri yang kedua yaitu pengukuran
Berat Badan (BB) dimana hasil pengukuran pada satu sampel ini
memberikan hasil pengukuran yang sama antara pengukur A, B, dan C
yaitu 54 kg. Dan untuk kelompok balita pengukuran Berat Badan
mendapat hasil yang berbeda-beda, pada pengukur A mendapat hasil
pengukuran yaitu 12,9 kg, pada pengukur B hasil pengukur 12,7 kg ,
pada pengukur C hasil pengukuran 12,7 kg dan pada pengukur D hasil
pengukuran yaitu 12,7 cm. Sehingga perlu melakukan estimasi sehingga
mendapat hasil 12,75 kg.

33
Berdasarkan Data pengukuran Tinggi Badan Dan Berat Badan Diatas Kita
dapat menghitung Status Gizi dari Kelompok orang Dewasa dan Balita
tersebut. Untuk Perhitungan Status Gizi orang Dewasa kita dapat
BB( kg)
menggunakan Rumus IMT yaitu IMT= . berdasarkan hasil
TB ( cm ) 2
perhitungan IMT orang Dewasa yang kami hitung sesuai dengan Rumus
IMT diatas mendapat hasil perhitungan 24,9 Berdasarkan hasil
pengukuran dan dihubungkan dengan standar Nilai Ambang Batas IMT  (
WHO 2000)  maka dapat dilihat bahwa pengukuran IMTnya adalah 24,9
maka hasil berada dalam kisaran normal. dan untuk perhitungan Status
gizi balita kita dapat menggunakan rumus Antropometri berdasarkan
TB/U, BB/U, dan BB/TB. Berdasarkan hasil perhitungan TB/U mendapat
hasil 3, 16 termasuk kategori Gizi Lebih, BB/U mendapat hasil 1,47
termasuk kategori Gizi Kurang, dan untuk BB/TB mendapat hasil 0,54
termasuk kategori Gizi Kurang.
Pada pengukuran Antropometri yang ketiga yaitu pengukuran
Tinggi lutut dimana kita hanya mengukur pada kelompok dewasa saja.
Sampel yang digunakan dalam pengukuran tinggi lutut ini adalah
anggota kelompok, dimana setiap anggota kelompok harus memiliki
pasangan untuk mengukur tinggi lutut temanya dan cara pengukurannya
yaitu ketika si A mengukur si B maka si B akan Mengukur si A dan
seterusnya. Dan berdasrkan hasil pengukuran tinggi lutut diatas
mendapatkan hasil sebagai berikut :
 Lina sugiarti : 172,9
 Indah sumaryaningsih Firauw : 168,4
 Erni laode : 166,8
 Mirawati Muhdar : 169,75
Pada pengukuran Antropometri yang keempat yaitu pengukuran
LILA dimana kita hanya mengukur pada kelompok balita saja,sampel
yang digunakan yaitu 1 orang balita dan berdasarkan hasil pengukuran

34
mendapatkan hasil pengukuran yang berbeda-beda yaitu pada pengukur
A mendapat hasil pengukuran 14,5, pengukur B mendapat hasil
pengukuran 16, dan pengukur C mendapat hasil pengukuran 16. Dan
untuk hasil perhitungan LILA kita mendapat hasil sebagai berikut :
Lila Aktual
LILA = x 100
Presentil Lila
Penyelesayain :
14,5
 LILA = x 100 = 8,68
167
16
 LILA = x 100 = 9,58
167
Pada pengukuran Antropometri yang kelima yaitu pengukuran
Lingkar Kepala dimana kita mengukur pada kelompok balita, sampel
yang digunakan yaitu 1 orang balita dan berdasarkan hasil pengukuran
mendapatkan hasil pengukuran yang sama yaitu 4,2

35
BAB V
PENUTUP

  A.  Kesimpulan
Adapun hasil dari percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat sebagai
berikut :
1. Berdasarkan hasil pengukuran dan dihubungkan dengan standar Nilai
Ambang Batas IMT  ( WHO 2000)  maka dapat dilihat bahwa pengukuran
IMTnya adalah 24,9 maka hasil berada dalam kisaran normal.
2. Dari hasil pengamatan pengukuran tinggi badan yaitu 147 cm
3. Berdasarkan hasil penimbangan yaitu 54 kg
4.Hasil Pengukuran Tinggi lutut yaitu Lina sugiarti 172,9 cm,
Indah sumaryaningsih Firauw 168,4 cm, Erni laode
166,8 cm, Mirawati Muhdar 169,75 cm.
5. Hasil Antropometri pada balita yaitu TB (87,9) , BB (12,75), LILA (9,58),
Lingkar Kepala 4,2 cm.

  B. Saran
Setelah mempelajari tentang pengukuran Antropometri diharapkan
mahasiswa mampu menejelaskan kembali mengenai materi dan
mempraktikan kembali pengukuran Antropometri tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

36
Supariasa, Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGCSirajuddin,
Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara
Biokimia dan Antropometri. Makassar: Laboratorium Terpada Fakultas
kesehatan Masyarakat Universitas hasanuddin.

Gibson2005.TinjauanPustakaLILA.(Online)http://www.scribd.com/doc/
46253718/Tinjauan-Pustaka-Lila-Antropo-Dsb (Diakses pada tanggal 2 Agustus
2012)

Supariasta Nyoman Dewa I. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta

Supariasa,2001. Penilaian Status Gizi Dalam Antropometri .(Online)            


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25638/4/Chapter%20II.pdf
(diakses pada tanggal 2 Agustus 2012)

Sutalaksana,1996. . Bio Kimia Harper. Buku Kedokteran EGC.Jakarta. Chinue,


2009 Perhitungan Kebutuhan Gizi. Malang.

Supariasta Nyoman Dewa I. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta

Assefa, N,. Berhane, Y. & Worku, A. (2012). “Wealth Status, Mid Upper Arm
Circumference (MUAC) and Antenatal Care (ANC) Are Determinants for
Low Birth Weight

Goulding, A., Taylor, RW., Jones, IE., Barned, N.L., & Williams, SM. (2003).
Body composition of 4- and 5-year-old New Zealand girls: a DXA study of
initial adiposity and subsequent 4-year fat change International Journal of
Obesity (2003) 27, 410–415.
Dokumentasi

1) Pemberikan Teori “Tata Cara Pengukuran Antropometri”

37
2) Pengukuran Tinggi Badan
a. Kelompok orang Dewasa

b. Kelempok Balita

38
c. Penimbangan Berat Badan
a. Kelompok Dewasa

b. Kelompok Balita

d. Pengukuran Panjang Badan

39
e. Pengukuran
Lingkar
Kepala

f. Pengukuran LILA

40
41

Anda mungkin juga menyukai