Kelompok iv
1
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.........................................................................4
2. Tujuan
2.1 tujuan umum.....................................................................6
2.2 tujuan khusus....................................................................6
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh
manusia. Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi.
Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan.
Selain itu juga ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan
lemak bawah kulit, tinggi lutut, lingkaran perut, lingkaran pinggul.
Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisaberdiri sendiri untuk
menentukan status gizi dibanding baku atau berupa indeksdengan
membandingkan ukuran lainnyaseperti BB/U, BB/TB. TB/U
(Sandjaja,dkk., 2010).
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
darisudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat
umur dan tingkatgizi (Supariasa, dkk., 2001).
Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan
dimensi tubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok
statistika dan ukuran persentil. Jika seratus orang berdiri berjajar dari
yang terkecil sampaiterbesar dalam suatu urutan, hal ini akan dapat
diklasifikasikan dari 1 percentilesampai 100 persentil. Data dimensi
manusia ini sangat berguna dalamperancangan produk dengan tujuan
mencari keserasian produk dengan manusiayang memakainya
(Nugroho, 2002).
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering
digunakanadalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi
masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode
antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi. Di samping itu
3
pula dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu
menggunakan metode tersebut (Supariasa, dkk., 2001).
Penyakit infeksi dan kekurangan gizi terlihat kurang, kemakmuran
ternyata diikuti oleh perubahan gaya hidup. Pola makan terutama di
perkotaan bergeserdari pola makan tradisional yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat, sayuran makanan berserat ke pola makan
masyarakat barat yang komposisinya terlalu banyak mengandung lemak,
protein, gula, garam tetapi miskin serat. Sejalandengan itu setahun
terakhir ini mulai terlihat peningkatan angka prevalensi kegemukan /
obesitas pada sebagian penduduk perkotaan, yang diikuti pula
padaakhir- akhir ini di pedesaan (Asmayuni, 2007).
Perhatian utama adalah mempersiapkan dan meningkatkan kualitas
penduduk usia kerja agar benar-benar memperoleh kesempatan serta
turut berperan dan memiliki kemampuan untuk ikut dalam upaya
pembangunan. Salah satu upaya penting untuk mewujudkan hal
tersebut adalah pembangunan di idang kesehatandan gizi.
Antropometri sebagai teknik yang mula-mula dikembangkan dikalangan
antropolog biologis, kini aplikasinya menyentuh berbagai bidang antara
lainkedokteran, olahraga, antropologi gizi, keperawatan, dan pediatric
dalam ilmupertumbuhan anak. Antropolog seperti Tanner, Bogin,
Boucher, Malina, dan Uli jaszek mengembangkan teknik antropometri
yang dihubungkan dengan teoripertumbuhan manusia dari intra-uterine
sampai adolesentia akhir (sekitar 20tahun) (Barasi, 2008).
Aplikasi antropometri sebagai metode bioantropologi ke dalam
kedokteranmanjadi bermakna apabila disertai latar belakang teori yang
adekuat tentang pertumbuhan. Berdasarkan tujuan penelitian
pengukuran antropometri, setidak-tidaknya ada lima hal penting yang
mewakili tujuan pengukuran yaitu mengetahuikekern otot, kekekaran
tualng, ukuran tubuh secara umum, panjang tungkai danlengan, serta
4
kandungan lemak tubuh di ekstremitas dan di torso. Dalampemakaian
untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks,
misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur(TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar
lengan atasmenurut umur (LLA/U) dan sebagainya (Barasi,
2008).Karena antropometri sebagai indikator penilaian status gizi yang
palingmudah yang dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter, antara lain:umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di
bawah kulit. Oleh karena itu, untuk mengetahuistatus gizi seseorang,
maka dilakukan pengukuran antropometri ini.
B. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui untuk mengetahui Penilaian status gizi
secara Antropometri.
2. Tujuan Khusus
2.1 Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, keunggulan dan
kelemahan.
2.2 Mahasiswa mampu mengetahui parameter.
2.3 Mahasiswa mampu mengetahui alat yang digunakan dalam
pengukuran Antropometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam
seluruh tubuh (Supariasa, 2002).
Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
untukmenilai status gizi. Secara umum antropometri diartikan sebagai ukuran
tubuh,ditinjau dari sudut gizi maka antropometri ditinjau dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk
mengukur status gizi untuk berbagai ketidak seimbangan antara asupan
energi dan protein (Gibson 2005).
Pertumbuhan dan perkembangan mencakup dua peristiwa yang
statusnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan susah dipisahkan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran dan fungsi tingkatsel, organ maupun individu, yang diukur dengan
ukuran berat (gram, pound,kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur
tulang dan keseimbanganmetabolik (Suparasia, dkk., 2001).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapatdiramalkan sebagai hasil proses pematangan. Pertumbuhan terbagi
atas duayaitu pertumbuhan linier dan massa jaringan dimana kedua jenis
pertumbuhantersebut merupakan ukuran antropometri gizi. Pertumbuhan
linier misalnyatinggi badan (TB), lingkar dada, dan lingkar kepala sedangkan
pertumbuhanmassa jaringan yaitu berat badan, lingkar lengan atas (LILA)
dan tebal lemak di bawah kulit (TLK). Antropometri sangat umum digunakan
utuk mengukur status gizi dari berbagai ketidak seimbangan antara asupan
protein dan energi.Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik
dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Adapun beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri ini
adalah(Suparasia, dkk., 2001) :
6
a) Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan
atas, mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri
dirumah.
b). Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.
Contohnya apabila terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan
atas pada anak balita maka dapat dilakukan pengukuran kembali tanpa
harus persiapan alat yang rumit.
c). Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus
professional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
d). Biaya relatife murah, karena alat mudah didapat dan tidak
memerlukan bahan-bahan lainnya.
e). Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut
off points) dan baku rujukan yang sudah pasti. Secara ilmiah diakui
kebenaraya. Hampir semua negara mengguakan antropometri sebagai
metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususnya untuk
penapisan ( screening ) status gizi.
7
d). Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.
e). Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi masa lampau.
f). Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi.
g). Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu.
h). Digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.
8
Penilaian status gizi terbagi atas dua yakni penilaian status gizi secara
langsung yang dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis,
biokimia, dan biofisik. Dan penilaian status gizi secara tidak langsung yakni,
survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Pengukuran
antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi untuk berbagai cara,
pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan
keterangan untuk pelaksananya.
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Dalam
pengukuran indeks antropometri sering terjadi kerancuan, hal ini akan
mempengaruhi interpretasi status gizi yang keliru. Beberapa indeks
antropometri yang sering digunakan yaitu BB/U, TB/U, BB/TB. Perbedaan
penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status
gizi yang berbeda.
Perlu ditekankan bahwa pengukuran antropometri hanyalah satu dari
sejumlah teknik-teknik yang dapat untuk menilai status gizi. Pengukuran
dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali secara berkala pada
berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal
lipatan kulit (skinfold) diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status
gizi pada bayi dan anak.1
Istilah Antropometri berasal dari kata “ Anthro” yang berarti manusia
dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat
dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran bentuk,
ukuran (tinggi, lebar) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya
(Sutalaksana,1996).
Menurut Nurmianto (1991), antropometri adalah satu kumpulan data
numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia,
ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk
penanganan masalah desain. Antropometri secara lebih luas digunakan
9
sebagai pertimbangan ergonomis proses perencanaan produk maupun
sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia (Sutalaksana,1996).
Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara
lebih luas antara lain dalam hal perancangan areal kerja ( work station),
perancangan alat kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools),
perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan
perancangan lingkungan fisik. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran,
dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang akan dirancang
sesuai dengan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan
produk tersebut (Sutalaksana,1996).
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian
secara antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk
melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Pengertian istilah
Nutritional Anthropometry mula-mula muncul dalam Body Measurements
and Human Nutrition yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966 yang telah
didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai pengukuran pada variasi dimensi
fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat
nutrisi yang berbeda. Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu:
pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran
lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak. Pengukuran berat badan
menurut umur pada umumnya untuk anak merupakan cara standar yang
digunakan untuk menilai pertumbuhan. Kurang berat tidak hanya
menunjukkan konsumsi pangan yang tidak cukup tetapi dapat pula
mencerminkan keadaan sakit yang baru dialami Jelliffe (1966).
Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan
dimensi tubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok
statistika dan ukuran persentil. Kenyamanan menggunakan alat bergantung
10
pada kesesuaian ukuran alat dengan ukuran manusia. Jika tidak sesuai,
maka dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh
antara lain dapat berupa lelah, nyeri, pusing. Penelitian yang dilakukan
Chang terhadap 30 orang laki-laki sebegai operator pneumatic screwdriver
usia 22 tahun panjang lengannnya rata-rata 18,2 cm dan tinggi tubuh rata-
rata 168,5 cm, ternyata yang melakukan kerja pada posisi duduk lebih
menerima getaran pneumatic screwdriver dan otot lengan depannya
mengalami stress dibanding yang posisi kerja berdiri.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18
tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil,
dan olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan
khusus lainnya seperti edema, asites, dll. IMT/U merupakan yang terutama
bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan.
Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur.
11
Pre-obesitas 25,00-29,99
Obesitas >30,00
Obesitas kelas I 30,00-34,99
Obesitas kelas II 35,00-39,99
Obesitas kelas III >40,00
Sumber: WHO, 1995, WHO, 2000 dan 2004, www.andeka.com
12
Indeks massa tubuh telah digunakan dalam beberapa penelitian
populasi internasional untuk menilai risiko penyakit di antara orang
dewasa. BMI meningkat jelas terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari
tekanan darah tinggi, diabetes mellitus tipe 2, faktor risiko kardiovaskular
penyakit lainnya, dan mortalitas meningkat. Memang, risiko relatif untuk
faktor risiko penyakit kardiovaskular kejadian penyakit kardiovaskular
meningkat dinilai dengan peningkatan BMI pada semua kelompok
populasi. Selain itu, asosiasi antara gangguan muskuloskeletal, gangguan
dalam fungsi pernapasan dan fisik, dan kualitas hidup. Akibatnya, dalam
studi epidemiologi, BMI digunakan untuk mengetahui kelebihan berat
badan atau obesitas pada orang dewasa dan untuk memperkirakan risiko
terkena penyakit. Perluh diketahui bahwa anak yang pendekpun dapat
mengalami kelebihan berat badan. Maka perluh mempertahankan berat
badan normal.
badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada
tulang. Pada remaja, lemak cenderung meningkat dan protein otot
menurun. Pada klien edema dan asites, terjadi penambahan cairan dalam
tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot,
khususnya terjadi pada orang Berat badan merupakan ukuran
antropometri terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir
(neonatus).
Digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR (dibawah
2500 gram). Pada masa bayi atau balita, berat badan dapat dipergunakan
untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat
kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema, atau adanya tumor). Dapat
digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat
perkembangan tubuh yang baik maupun yang buruk. Berat badan
merupakan suatu pencerminan dari kondisi yang kekurangan gizi.
13
Penimbangan (berat badan) adalah pengukuran antropometri yang
umum digunakan dan merupakan kunci yang memberi petunjuk nyata dari
sedang berlaku dan ukuran yang paling baik mengenai konsumsi kalori
protein dan karbohidrat.
14
a. Mudah digunakan dan dibawa dari suatu tempat ke tempat yang
lain.
b. Mudah diperoleh dan relatife murah harganya.
c. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
d. Skalanya mudah dibaca.
e. Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Tinggi badan merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang
telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan
tepat. Merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan
menghubungkan BB terhadap TB (quac stick) factor umur dapat
dikesampingkan.
15
distribusi lemak tubuh ukuran umur yang digunakan adalah rasio lingkar
pinggal-pinggul. Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul harus
dilakukan oleh tenaga terlatih dan posisi pengukuran harus tetap, karena
perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil yang beerbeda.
Suatu studi prospektif menunjukkan rasio pinggang-pinggul
berhubungan dengan penyakit kardiovaskular.
Rumus Menghitung Nilai WHR:
D. % BODY FAT
Semua pengukuran tebal lemak bawah kulit sebaiknya konsisten di
sisi kanan badan dan diukur tiga kali. Tebal lemak bawah kulit merupakan
salah satu indeks antropometri yang digunakan dalam pengukuran status
indeks antropometri untuk mengukur status gizi. Pengukuran tebal lemak
bawah kulit biasanya digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak
dalam tubuh. Persentase kandungan lemak tubuh dapat dipakai untuk
menilai status gizi dengan pengukuran tebal lemak bawah kulit terdiri dari
beberapa tempat, yakni trisep, bisep, subskapular, suprailiaka,
supraspinale, abdominal, paha depan, betis medial, dan mid aksla.
16
Persentase body fat dapat diestimasi dari skinfold menggunakan
persamaan secara umum atau kelompok tertentu.
Lemak dapat diukur secara absolut (dalam kg) dan secara relatif
(%) terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi
ditentukan oleh jenis kelamin dan umur. Ketebalan lipatan kulit adalah
suatu pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh dari
cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah kulit. Pengukuran
tebal lipatan kulit merupakan salah satu metode penting untuk
menentukan komposisi tubuh serta presentase lemak tubuh dan tubuh
untuk menentukan status gizi cara antropometri.
Rumus menghitung tebal lemak bawah kulit:
Laki-laki 18-27 tahun
Db = 1,0913 – 0,00116 (trisep + scapula)
% BF = [(4,97/Db) – 4,52] x 100
17
E. LILA
Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan
status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data
umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang
keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
Lingkar lengan bawah diukur pada bagian proksimal tidak lebih dari
6 cm dari radial. Lingkar paha diukur di bagian paha, yaitu titik
pertengahan antara titik paling proksimal tulang patella dan titik
pertengahan lipat paha. Titik tengah lipat paha ditentukan dengan jalan
menentukan terlebih dahulu letak SIAS ketika (subjek masih berdiri), dan
simfasis pubis. Lingkar betis dapat diukur baik dalam keadaan berdiri
maupun duduk. Jika subjek berdiri, berat badan harus tertumpu pada
kedua kaki secara merata, dan jarak kedua kaki sekitar 25 cm. Jika
subjeknya duduk, kedua kaki harus dijuntaikan. Pita pengukur kemudian
dilingkarkan ke betis (tegak lurus dengan aksis memanjang betis), dan
diturun-naikkan untuk mencari diameter terbesar. Hasil pengukuran ulang
tidak boleh berbeda lebih dari 2 mm (Arisman, 2007).
18
1. Status KEP pada balita
2. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko lahir bayi BBLR
BAB III
19
METODE PRAKTIKUM
C. Prosedur Kerja
1. Berat badan
20
a. Diposisikan subjek tetap di bawah mikcrotoice denga tidak
mengenakan alas kaki
b. Kaki rapat, lutut lurus, tumit, pantat, bahu, dan kepala menyentuh
dinding vertikal.
c. Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu
menyentuh dinding vertikal. Tangan lepas ke samping badan dengan
telapak tangan mengahadap paha.
d. Diminta subjek untuk menarik nafas panjang dan berdiri tegak tanpa
mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang belakang
usahakan bahu tetap santai .
e. Ditarik mikcrotoice hingga menyentuh ujung kepala, dipegang secara
horizontal. Pengukuran tinggi badan di ambil pada saat menarik nafas
maksimum. Dengan mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk
angka untuk menghindari kesalahan penglihatan . catatan tinggi badan
pada skala 0.1 cm terdekat.
21
3. Panjang badan (Length Board atau Infantometer)
22
1. Penentuan Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul (WHR)
a. Lingkar Pinggang
1) Subjek menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga
alat ukur dapat di letakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita
pengukur tidak berada di atas pakaian yang di gunakan.
2) Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang relaks
3) Diukur menghadap ke subjek dan diletakkan alat ukur melingkar
pinggang secara horizontal dimana merupakan bagian yang paling
kecil dari tubuh. Seorang pembantu di perlukan untuk meletakkan alat
ukur dengan tepat. Bagi mereka yang gemuk, dimana sukar
ditentukan bagian yang paling kecil, daerah yang harus di ukur adalah
antara tulang rusuk dan tonjolan iliaca.
4) Dilakukan pengukuran diakhir dari eksperesi yang normal, dan alat
ukur tidak menekan kulit.
5) Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm
terdekat.
b. Lingkar panggul
1) Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan
23
2) Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi
tubuh dan kaki rapat
3) Pengukur jongkok di samping subjek sehingga tingkat maksimal dari
panggul terlihat
4) Dilingkarkan Alat pengukur secara horizontal tanpa menekan kulit.
Seorang pembantu di perlukan untuk mengatur posisi alat ukur pada
sisi lainnya
5) Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm
terdekat
24
g. Apabila responden mempunyai perut yang gendut kebawah ,
pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu terakhir pada
titik tengah tersebut lagi.
25
a. Ibu jari dan jari telunjuk dari tangan kiri digunakan untuk mengangkat
kedua sisi dari kulit lemak subkutan kurang lebih 1 cm proximal dari
daerah yang diukur.
b. Dilipatan kulit di angkat pada jarak kurang lebih 1 cm yang tegak lurus
arah garis kulit.
c. Dilipatan kulit tetap di angkat sampai pengukuran selesai.
d. caliper di pegang oleh tangan kanan.
e. Dilakukan pengukuran dalam 4 detik setelah penekanan kulit oleh kapiler
di lepas.
1) Mengukur TLK pada Tricep
a. Subjek berdiri dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi
tubuh.
b. Dilakukan pengukuran pada mid point (sama seperti LILA).
c. Pengukur berdiri dibelakang subjek dan diletakkan telapak tangan
kirinya pada bagian lengan yang paling atas kearah tanda yang telah di
buat dimana ibu jari dan jari telunjuk dihadapkan ke bawah. Tricept
skinfold diambil dengan menarik pada 1 cm dari proximal tanda titik
tengah tadi.
d. Tricept skinfold di ukur dengan mendekati 0,1 mm.
2) Mengukur TLK pada subscapular
a. Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua
sisi tubuh.
26
b. Diletakkan tangan kiri ke belakang.
c. Didapatkan tempat pengukuran, pemeriksa meraba scapula dan
mencarinya kearah bawah lateral sepanjang batas vertebrata sampai
menentukan sudut bawah scapula.
d. Subscapular skinfold di tarik dalam arah diagonal ( infero-lateral) kurang
lebih 45 ke arah horizontal garis kulit. Titik scapula terletak pada bagian
bawah sudut scapula .
e. Capiler di letakkan 1 cm infero-lateral dari ibu jari dan jari telunjuk yang
mengangkat kulit dan subkutan kulit di ukur mendekati 0,1 mm.
BAB IV
27
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Pada Praktikum Antropometri ini kami menugukur dan menghitung yaitu
tinggi badan , berat badan, tinggi lutut, LILA, dan Lingkar kepala.
1. Pengukuran Tinggi Badan & Berat Badan
a. Pengukuran pada kelompok orang Dewasa
BB = 54 Kg
TB = 147 cm -> 1,47 m
U = 20 thn
Penye :
BBI = (TB-100) – (10% TB – 100)
= (147-100) – (0,1. 147 – 100)
= 47 – 4,7
= 42,3
BB (kg) 54 (kg ) 54(kg)
IMT = = = = 24,9 (Normal)
TB ( cm) 2 (1,47)2 2.1609
Perhitungan Estimnasi
Pengukuran
No Nama
Tinggi Badan Berat Badan
28
b. Pengukuran pada kelompok anak usia > 2 tahun dan < 5 tahun
Data :
Nama : Titin
Tempat Tanggal Lahir : Ternate, 05 Februari 2016
Pengukuran
No Nama Tinggi Badan Berat Badan
1 Indah Sumaryaningsih Firauw 87,5 12,9
12,75−15,7 −2,95
BB/U =
15,7−13,7
= 2
= 1,47 (Gizi Kurang)
TBA −Median
TB/U = Median−(−¿+SD)
88−101,6 −13 ,6
TB/U =
101,6−97 ,3
= 4,3 = - 3,16 (Gizi Lebih)
BBA−Median
BB/TB = Median−(−¿+SD )
12,75−12,1 0 , 65
BB/TB =
12 ,1−13 ,3
= −1,2 = - 0, 54 (Gizi Kurang)
29
2. Pengukuran Tinggi Lutut
Untuk Perhitungan Tinggi lutut masing-masing anggota kelompok
mengukur tinggi lutut temannya. Dan memperoleh hasil pengukuran
dibawan ini :
Pengukuran
N Nama Sampel
o Umur Hasil Pengukuran
1 Indah Sumaryaningsih 18 48
Firauw
3 Mirawati Muhdar 20 49
30
Diketahui :
Nama sampel : Indah Sumaryaningsih Firauw
U : 18 tahun
TL : 48
Penyelesaian :
84,88 + (1,83. TL) – (0,24. U)
84,88 + (1,83. 48) – (0,24.18)
84,88 + 87,84 – 4,32
84,88 + 83,52 = 168,4
Diketahui :
Nama Sampel : Erni Laode
U : 20 tahun
TL : 47,4
Penyelesayan :
84,88 + (1,83 TL ) – (0,24. U)
84,88 + (1,83. 47,4)- (0,24.20)
84,88 + 86,742 - 4,8
84,88 + 81,942 = 166,822
Diketahui
Nama Sampel : Mirawati Muhdar
U : 20 tahun
TL : 49
Penyelesayan :
84,88 + (1,83. TL) –(0,24.U)
84,88 + (1,83. 49) – (0,24 .20)
31
84,88 + 89,67 – (4,8
84,88 + 84,87 =169,75
3. Pengukuran LILA
Untuk pengukuran LILA, sampel yang digunakan adalah 1 orang anak
dan diukur oleh 3 Responden, dibawah ini adalah hasil pengukuran
dan perhitungan LILA.
Nama Responden LILA
Indah 14,5
Mirawati Muhdar 16
Erni Laode 16
Hasil Estimasi 15,5
Diketahui :
Lila Aktual
LILA = x 100
Presentil Lila
Penyelesayain :
14,5
LILA = x 100 = 8,68
167
16
LILA = x 100 = 9,58
167
32
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan penilaian status gizi pada orang
Dewasa dan Balita secara antropometri. Pada pengukuran Kelompok
Orang dewasa sampel yang kami gunakan yaitu teman kelompok kami.
Pada pengukuran Antropometri pengukuran pertama yang kami lakukan
adalah pengukuran Tinggi Badan (TB) dimana hasil pengukuran pada
satu sampel ini memberikan hasil pengukuran yang berbeda, pada
pengukur A mendapat hasil pengukuran yaitu 147 cm, pada pengukur B
hasil pengukuran 148 cm dan pada pengukur C hasil pengukuran 148 cm
sehingga kita perlu melakukan estimasi sehingga mendapat hasil 147,6
cm. Dan untuk kelompok balita pengukuran tinggi badanpun mendapat
hasil yang berbeda-beda, pada pengukur A mendapat hasil pengukuran
yaitu 87,5 cm, pada pengukur B hasil pengukur 88 cm, pada pengukur C
hasil pengukuran 88 dan pada pengukur D hasil pengukuran yaitu 88,2
cm. Sehingga perlu melakukan estimasi sehingga mendapat hasil 87,9
cm.
Pada pengukuran Antropometri yang kedua yaitu pengukuran
Berat Badan (BB) dimana hasil pengukuran pada satu sampel ini
memberikan hasil pengukuran yang sama antara pengukur A, B, dan C
yaitu 54 kg. Dan untuk kelompok balita pengukuran Berat Badan
mendapat hasil yang berbeda-beda, pada pengukur A mendapat hasil
pengukuran yaitu 12,9 kg, pada pengukur B hasil pengukur 12,7 kg ,
pada pengukur C hasil pengukuran 12,7 kg dan pada pengukur D hasil
pengukuran yaitu 12,7 cm. Sehingga perlu melakukan estimasi sehingga
mendapat hasil 12,75 kg.
33
Berdasarkan Data pengukuran Tinggi Badan Dan Berat Badan Diatas Kita
dapat menghitung Status Gizi dari Kelompok orang Dewasa dan Balita
tersebut. Untuk Perhitungan Status Gizi orang Dewasa kita dapat
BB( kg)
menggunakan Rumus IMT yaitu IMT= . berdasarkan hasil
TB ( cm ) 2
perhitungan IMT orang Dewasa yang kami hitung sesuai dengan Rumus
IMT diatas mendapat hasil perhitungan 24,9 Berdasarkan hasil
pengukuran dan dihubungkan dengan standar Nilai Ambang Batas IMT (
WHO 2000) maka dapat dilihat bahwa pengukuran IMTnya adalah 24,9
maka hasil berada dalam kisaran normal. dan untuk perhitungan Status
gizi balita kita dapat menggunakan rumus Antropometri berdasarkan
TB/U, BB/U, dan BB/TB. Berdasarkan hasil perhitungan TB/U mendapat
hasil 3, 16 termasuk kategori Gizi Lebih, BB/U mendapat hasil 1,47
termasuk kategori Gizi Kurang, dan untuk BB/TB mendapat hasil 0,54
termasuk kategori Gizi Kurang.
Pada pengukuran Antropometri yang ketiga yaitu pengukuran
Tinggi lutut dimana kita hanya mengukur pada kelompok dewasa saja.
Sampel yang digunakan dalam pengukuran tinggi lutut ini adalah
anggota kelompok, dimana setiap anggota kelompok harus memiliki
pasangan untuk mengukur tinggi lutut temanya dan cara pengukurannya
yaitu ketika si A mengukur si B maka si B akan Mengukur si A dan
seterusnya. Dan berdasrkan hasil pengukuran tinggi lutut diatas
mendapatkan hasil sebagai berikut :
Lina sugiarti : 172,9
Indah sumaryaningsih Firauw : 168,4
Erni laode : 166,8
Mirawati Muhdar : 169,75
Pada pengukuran Antropometri yang keempat yaitu pengukuran
LILA dimana kita hanya mengukur pada kelompok balita saja,sampel
yang digunakan yaitu 1 orang balita dan berdasarkan hasil pengukuran
34
mendapatkan hasil pengukuran yang berbeda-beda yaitu pada pengukur
A mendapat hasil pengukuran 14,5, pengukur B mendapat hasil
pengukuran 16, dan pengukur C mendapat hasil pengukuran 16. Dan
untuk hasil perhitungan LILA kita mendapat hasil sebagai berikut :
Lila Aktual
LILA = x 100
Presentil Lila
Penyelesayain :
14,5
LILA = x 100 = 8,68
167
16
LILA = x 100 = 9,58
167
Pada pengukuran Antropometri yang kelima yaitu pengukuran
Lingkar Kepala dimana kita mengukur pada kelompok balita, sampel
yang digunakan yaitu 1 orang balita dan berdasarkan hasil pengukuran
mendapatkan hasil pengukuran yang sama yaitu 4,2
35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun hasil dari percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat sebagai
berikut :
1. Berdasarkan hasil pengukuran dan dihubungkan dengan standar Nilai
Ambang Batas IMT ( WHO 2000) maka dapat dilihat bahwa pengukuran
IMTnya adalah 24,9 maka hasil berada dalam kisaran normal.
2. Dari hasil pengamatan pengukuran tinggi badan yaitu 147 cm
3. Berdasarkan hasil penimbangan yaitu 54 kg
4.Hasil Pengukuran Tinggi lutut yaitu Lina sugiarti 172,9 cm,
Indah sumaryaningsih Firauw 168,4 cm, Erni laode
166,8 cm, Mirawati Muhdar 169,75 cm.
5. Hasil Antropometri pada balita yaitu TB (87,9) , BB (12,75), LILA (9,58),
Lingkar Kepala 4,2 cm.
B. Saran
Setelah mempelajari tentang pengukuran Antropometri diharapkan
mahasiswa mampu menejelaskan kembali mengenai materi dan
mempraktikan kembali pengukuran Antropometri tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
36
Supariasa, Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGCSirajuddin,
Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara
Biokimia dan Antropometri. Makassar: Laboratorium Terpada Fakultas
kesehatan Masyarakat Universitas hasanuddin.
Gibson2005.TinjauanPustakaLILA.(Online)http://www.scribd.com/doc/
46253718/Tinjauan-Pustaka-Lila-Antropo-Dsb (Diakses pada tanggal 2 Agustus
2012)
Assefa, N,. Berhane, Y. & Worku, A. (2012). “Wealth Status, Mid Upper Arm
Circumference (MUAC) and Antenatal Care (ANC) Are Determinants for
Low Birth Weight
Goulding, A., Taylor, RW., Jones, IE., Barned, N.L., & Williams, SM. (2003).
Body composition of 4- and 5-year-old New Zealand girls: a DXA study of
initial adiposity and subsequent 4-year fat change International Journal of
Obesity (2003) 27, 410–415.
Dokumentasi
37
2) Pengukuran Tinggi Badan
a. Kelompok orang Dewasa
b. Kelempok Balita
38
c. Penimbangan Berat Badan
a. Kelompok Dewasa
b. Kelompok Balita
39
e. Pengukuran
Lingkar
Kepala
f. Pengukuran LILA
40
41