Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ANALISIS MAKANAN DAN MINUMAN

“PERHITUNGAN BBR (BERAT BADAN RELATIF)”

DISUSUN OLEH

1. ADE KARUNIA 51120001


2. ALFA OKTAVIA 51120002
3. AZIYO KURNIAWAN 51120004
4. HANDRIYAN MAHENDRA 51120011
5. JEFRI ARDIANSYAH 51120014
6. MEILISA DWI SELA 51120015
7. ROSILAWATI 51120022
8. SUCI ROMADHONA 51120023

DOSEN PEMBIMBING :

INDAH SARI S.Si,T.M.Si

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

INSTIUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan KaruniaNya, kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik baiknya dan tepat pada waktunya.

Makalah ini berjudul “Perhitungan BBR (Berat Badan Relatif)” untuk memenuhi
tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah pilihan yaitu Analisis Makanan dan
Minuman. Makalah ini dibuat dengan menjadi kesatuan yang sistematis. Terimakasih
kami ucapkan kepada semua pihak yang menjadi sumber referensi bagi kami.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Kami selaku
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah kami.

Palembang, 05 april 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2

1.3 Tujuan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Menghitung Berat Badan Relatif (BBR)...................................3

2.2 Pengertian Obesitas................................................................................4

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas...................................................6

2.4 Indeks Masa Tubuh................................................................................8

2.5 Perhitungan Berat Badan Relatif (BBR)................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpilan.............................................................................................12

3.2 Saran.......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13

LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berat badan lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi


energi dengan kebutuhannya. Konsumsi energi berlebihan disimpan dalam
bentuk jaringan lemak. Pada keadaan normal jaringan lemak ditimbun didalam
jaringan subkutan dan jaringan tirai usus (omentum). Pada wanita disimpan
ditempat khusus dan memberi bentuk feminin seperti pada bahu, dada,
panggul, dan pantat. Salah satu parameter yang digunakan untuk menentukan
seseorang dewasa memiliki berat badan lebih atau tidak yaitu dengan
menggunakan ukuran IMT (Rachmania dkk,2019).

Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral


yang terdapat di dalam tubuh. Berat badan merupakan komposit pengukuran
ukuran total tubuh. Beberapa alasan mengapa berat badan digunakan sebagai
parameter antropometri. Alasan tersebut di antaranya adalah perubahan berat
badan mudah terlihat dalam waktu singkat dan menggambarkan status gizi saat
ini. Pengukuran berat badan mudah dilakukan dan alat ukur untuk menimbang
berat badan mudah diperoleh. Antropometri dalam ilmu gizi dikaitkan dengan
proses pertumbuhan tubuh manusia (Thamaria Netty,2017).

Ukuran tubuh manusia akan berubah seiring dengan bertambahnya


umur, pertumbuhan yang baik akan menghasilkan berat dan tinggi badan yang
optimal. Kesesuaian antara pertumbuhan seseorang dengan pertumbuhan yang
umum terjadi pada anak sehat, akan menghasilkan status gizi yang baik.
Pertambahan ukuran tubuh dapat menjadi acuan dalam penentuan status gizi.
Jadi antropometri gizi adalah berbagai macam pengukuran dimensi dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Beberapa contoh
jenis ukuran antropometri yang sering digunakan untuk menilai status gizi

1
diantaranya berat badan, panjang atau tinggi badan, lingkar lengan atas, lapisan
lemak bawah kulit, lingkar kepala, lingkar dada, dan lainnya (Thamaria
Netty,2017).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa tujuan menghitung berat badan relatif (BBR)?

2. Bagaimana melakukan cara perhitungan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tujuan menghitung berat badan relatif (BBR)

2. Mengetahui melakukan cara perhitungan BBR

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Mengitung Berat Badan Relatif (BBR)

Tujuan dari menghitung berat badan relatif (BBR) pada umunya adalah
untuk mengetahui kadar dan ketentuan dari berat badan yang ideal pada
manusia, Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak
digunakan karena parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka
yang buta huruf. Agar berat dapat dijadikan satu ukuran yang valid,
parameter lain seperti tinggi, ukuran rangka, proporsi lemak, otot, tulang,
serta komponen “berat patologis” (misalnya edema,splenommegali) harus
dipertimbangkan. Dengan kata lain, ukuran berat harus dikombinasikan
dengan parameter antropometris yang lain (Rachmania dkk,2019).

Berat badan lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi


energi dengan kebutuhannya. Konsumsi energi berlebihan disimpan dalam
bentuk jaringan lemak. Pada keadaan normal jaringan lemak ditimbun didalam
jaringan subkutan dan jaringan tirai usus (omentum). Pada wanita disimpan
ditempat khusus dan memberi bentuk feminin seperti pada bahu, dada,
panggul, dan pantat. Salah satu parameter yang digunakan untuk menentukan
seseorang dewasa memiliki berat badan lebih atau tidak yaitu dengan
menggunakan ukuran IMT (Rachmania dkk,2019).

Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral


yang terdapat di dalam tubuh. Berat badan merupakan komposit pengukuran
ukuran total tubuh. Beberapa alasan mengapa berat badan digunakan sebagai
parameter antropometri. Alasan tersebut di antaranya adalah perubahan berat
badan mudah terlihat dalam waktu singkat dan menggambarkan status gizi saat
ini. Pengukuran berat badan mudah dilakukan dan alat ukur untuk menimbang

3
berat badan mudah diperoleh. Antropometri dalam ilmu gizi dikaitkan dengan
proses pertumbuhan tubuh manusia (Thamaria Netty,2017).

Ukuran tubuh manusia akan berubah seiring dengan bertambahnya


umur, pertumbuhan yang baik akan menghasilkan berat dan tinggi badan yang
optimal. Kesesuaian antara pertumbuhan seseorang dengan pertumbuhan yang
umum terjadi pada anak sehat, akan menghasilkan status gizi yang baik.
Pertambahan ukuran tubuh dapat menjadi acuan dalam penentuan status gizi.
Jadi antropometri gizi adalah berbagai macam pengukuran dimensi dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Beberapa contoh
jenis ukuran antropometri yang sering digunakan untuk menilai status gizi
diantaranya berat badan, panjang atau tinggi badan, lingkar lengan atas, lapisan
lemak bawah kulit, lingkar kepala, lingkar dada, dan lainnya (Thamaria
Netty,2017).

2.2 Pengertian Obesitas

Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan bersifat global dan


terus berkembang serta dapat mempengaruhi derajat kesehatan di berbagai
negara. Obesitas pada umumnya berkaitan erat dengan pola makan yang tidak
baik dan cenderung kelebihan energi. Obesitas didefinisikan sebagai suatu
kondisi medis berupa akumulasi lemak dalam tubuh yang secara klinis
dinyatakan dalam bentuk Indeks Massa Tubuh (IMT) >27 kg/m2 2. Berbagai
faktor menjadi penyebab dari terjadinya obesitas baik dari internal maupun
eksternal seperti genetik, gangguan metabolisme, ketidakseimbangan energi
dan aktivitas fisik (Ismi Faizah dan Lailatul Muniroh, 2018)

Obesitas dapat menyebabkan konsekuensi kesehatan yang serius, sebab


merupakan faktor risiko terjadinya penyakit degeneratif. Akumulasi lemak
yang berlebihan di jaringan adiposa dapat menyebabkan kesakitan dan
kematian. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas termasuk

4
diantaranya gangguan kardiovaskular seperti hipertensi, stroke, dan penyakit
jantung koroner, serta kondisi yang berhubungan dengan resistensi insulin
seperti diabetes melitus tipe 2, dan beberapa tipe kanker. Obesitas juga
berhubungan dengan peningkatan inflamasi dan metabolisme tubuh yang
abnormal, sehingga meningkatkan risiko resistensi insulin, diabetes melitus
tipe 2, stroke, dan penyakit kardiovaskular (Septiyanti dan Seniwati. 2020)

Obesitas dengan lingkar pinggang di atas 102 cm, menunjukkan banyak


lemak menumpuk di abdominal. Orang gemuk lebih efisien menggunakan
energinya dalam arti badannya jarang membakar energi. Tingkat metabolisme
rendah (energy expenditure) ini membuat orang gemuk sulit berkurang berat
badannya. Beberapa paramater untuk menilai obesitas antara lain lemak perut
(abdominal fat) yang diukur melalui rasio lingkar pinggang-pinggul/RLPP,
tebal lemak bawah kulit/TLBK suprailiaka. Obesitas dalam kepustakaan sering
dikategorikan ke dalam obesitas sentral (area perut dan truncus) dan obesitas
total (badan dan extremitas). Tebal lipatan kulit truncus (tebal lipatan kulit
infraskapula) merupakan indeks adiposity sentral pada anak (Thamaria
Netty,2017). Metode paling berguna dan banyak digunakan untuk mengukur
tingkat obesitas adalah BMI ((Body Mass Index), yang di dapat dengan cara
membagi berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m).

5
Tabel Kategori ambang batas IMT > 18 tahun (Hakim dan
Fatikasari,2021).

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas

Obesitas merupakan penyakit multifaktorial yang diduga bahwa


sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik
dan faktor lingkungan berupa aktifitas fisik, sosial-ekonomi dan gizi. Faktor
genetik (parenteral fatness) artinya diturunkan oleh orangtua. Faktor yang
memengaruhi dibedakan menjadi 2 yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor dari dalam diri anak contohnya jenis kelamin,
faktor hormonal, genetik/keturunan. Dan faktor eksternal adalah faktor yang
memengaruhi obesitas dari luar diri anak contohnya pola asuh dalam
pemberian makanan, pola istirahat tidur dan lain-lain. Pada anak balita, faktor
yang lebih berperan adalah faktor eksternal, yaitu kebiasaan hidup sehari-hari
yang diterapkan orangtua pada anak, seperti pola makan, aktivitas fisik, dan
pola istirahat (Simanjuntak maju S dan Siagian Ernawati,2021).

a. Jenis Kelamin

Hal ini diperkuat dengan grafik BMI (Body Mass Index) menurut
CDC, dimana angka BMI pada usia reponden penelitian (4-5 tahun),
pada usia tersebut antara laki-laki dan perempuan hanya berselisih

6
1kg/m2, dimana perempuan 19kg/m2 sedangkan laki-laki 18kg/m2, hal
ini terjadi karena adanya perbedaan tingkat aktivitas fisik dan asupan
energi pada laki-laki dan perempuan.Perempuan mengontrol kelebihan
energi sebagai lemak simpanan, sedangkan laki-laki menggunakan
kelebihan energinya untuk mensintesis protein.

b. Genetik

Faktor genetik berhubungan dengan pertambahan berat badan, IMT,


dan lingkar pinggang. Jika ayah dan/atau ibu menderita overweight
(kelebihan berat badan) maka kemungkinan anaknya memiliki kelebihan
berat badan sebesar 40-50%. Apabila kedua orang tua menderita ‘obese’,
kemungkinan anaknya menjadi ‘obese’ sebesar 70-80%. Tujuh gen
diketahui menyebabkan obesitas pada manusia yaitu gen leptin receptor,
melanocortin receptor-4 (MC4R), alpha-melanocyte stimulating
hormone (alpha-MSH), prohormone convertase-1 (PCI), Leptin, Bardert-
Biedl, dan Dunnigan partial lypodystrophy.

c. Aktifitas Fisik

Pada anak yang sering terjadi adalah seperti berkurangnya lapangan


tempat bermain serta tersedianya hiburan dalam bentuk game
elektronik/playstation dan tontonan televisi. Kurangnya aktivitas fisik
inilah yang menjadi penyebab obesitas karena kurangnya pembakaran
lemak dan sedikitnya energi yang dipergunakan. Prevalensi kurang
aktivitas fisik pada balita perkotaan 57,6% lebih tinggi dibanding
penduduk pedesaan 42,4%. Salah satu aktivitas fisik yang dapat
dilakukan pada balita adalah dengan bersepeda, dll. Aktivitas fisik
menurut RDA (1989) dibedakan dalam beberapa kategori seperti
istirahat, sangat ringan, ringan, sedang dan berat.

7
d. Pola Makan

Faktor pola makan berpengaruh terhadap angka kejadian kelebihan


berat badan (obesitas) pada balita di Playgroup & TK.Kristen Petra
Jombang. Pengaruh pola makan terhadap angka kejadian kelebihan berat
badan (obesitas) pada balita di Playgroup & TK.Kristen Petra Jombang
terjadi karena makanan yang dikonsumsi anak-anak di sekolah adalah
makanan-makanan yang mengandung gula tinggi, makan makanan fast-
food seperti kornet,sosis dan lain-lain, tidak berbeda jauh dengan anak-
anak saat membawa bekal ke sekolah yang dibawa adalah mie instan/
nasi dan nugget yang menjadi kesukaan anak-anak, sehingga orangtua
menjadi lengah dalam memberi makanan pada anak dengan alasan
menuruti kesukaan anak, daripada anak tidak mau makan. Pola makan
seperti diatas yaitu konsumsi junk food dan fast food, kurang
mengkonsumsi buah inilah yang memengaruhi kelebihan berat badan
(obesitas) pada anak balita

e. Lama tidur

Durasi tidur pendek dapat menghasilkan perubahan hormon yang


berhubungan dengan pertumbuhan dan homeostasis energi dan dengan
demikian memainkan peran penting dalam pertumbuhan kesehatan.
Durasi tidur pendek dapat menghasilkan perubahan hormonal yang
berhubungan dengan berat badan dan nutrisi, seperti leptin, ghrelin,
insulin, kortisol dan hormon pertumbuhan. Pembatasan tidur juga dapat
memengaruhi tingkat metabolisme, aktivitas non-latihan thermogenesis,
dan efek termal dari makanan. Durasi tidur mereka juga lebih pendek
tampak dari hasil pengisian kuesioner orangtua responden, ini menjadi
hal yang semakin mendukung terjadinya kelebihan berat badan pada
anak karena ketika anak kekurangan durasi tidur maka hormon
pertumbuhan menurun dan hormon yang meningkatkan nafsu makan
8
terus meningkat, yang bila terus terjadi akan menyebabkan kelebihan
berat badan (obesitas) karena kurang waktu tidur (Susianti dkk,2018).

2.4 Indeks Masa Tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat sederhana untuk memantau


status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa
berumur diatas 18 tahun, IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, ibu
hamil dan pada keadaan khusus lainnya seperti edema, asites, dan
hepatomegaly. Menurut CDC Indeks massa tubuh (IMT) merupakan cara
pengukuran berat badan yang disesuaikan dengan tinggi badan, dihitung
menggunakan cara berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi
badan dalam meter (kg/m 2) (Rhacmania dkk,2019) dan (Rasyid Abdullah F
M, 2021).

Body Mass Index (BMI) atau Indeks massa tubuh (IMT) adalah
parameter yang digunakan untuk mengetahui status berat badan seseorang
apakah tergolong normal maupun tidak (underweight, maupun overweight),
data yang diperlukan untuk mencari BMI adalah data selisih antara berat badan
dan tinggi badan. BMI juga dapat digunakan untuk menggambarkan komposisi
tubuh secara kasar, meskipun tidak disertai dengan nilai dari konstribusi berat
dari lemak dan otot. Indeks dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, wanita
lebih mungkin memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi
dibandingkan laki-laki dan usia yang tidak produktif lagi (Kristina et al., 2016),
dengan kata lain bahwa laki-laki akan cenderung mempunya IMT yang ideal
seperti pada hasil penelitian ini. Indeks massa tubuh yang berlebih dapat
menimbulkan keadaan yang patologis oleh karena penyakit jantung dan
pembuluh darah (Wijana dan Arini,2020).

9
Menurut Arisman (2011) Indeks Massa Tubuh (IMT) penhitungan nya
menguanakan rumus sebagai berikut:

Menurut Sugondo (2009) hasil penghitungan Indeks Massa Tubuh


(IMT) diklasifikasikan bedasarkan klasifikasi menurut klasifikasai Kriteria
Asia Pasifik menjadi underweight, normal dan overweight, dengan rentang
angka sebagai berikut:

Tabel Klasifikasi Kriteria IMT Asia Pasifik

2.5 Perhitungan Berat Badan Relatif (BBR)

Perhitungan kebutuhan gizi dewasa Rumus Harris Benedict

BMR Laki-laki : 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) - (6,8 x U)

BMR Wanita : 655 + (9,6 x BB) + (1,85 x TB) - (4,7 x U)

Rumus Schofield :

10
1. Jika hanya BB yang diketahui

a. BMR Laki-laki

< 3 thn : (59,512 x BB) – 30,4

3-10 thn : (22,7 x BB) + 504,3

10-18 thn : (17,5 x BB) + 651

b. BMR Perempuan

< 3 thn : (58,317 x BB) – 31,1

30-10 thn : (22,706 x BB) + 485,9

10-18 thn : (17,686 x BB) + 692,6

2. Jika BB & TB yang diketahui

a. BMR Laki-laki

0-3 thn : (0,617 x BB) + (1517,4 x TB) – 617,6

3-10 thn : (19,6 x BB) + (130,3 x TB) + 414,9

10-18 thn : (16,25 x BB) + (137,2 x TB) + 515,5

b. BMR Perempuan

0-3 thn : (16,25 x BB) + (1023,2 x TB) – 413,5

3-10 thn : (16,97 x BB) + (161,8 x TB) + 371,2

10-17 thn : (8,365 x BB) + (465 x TB) + 200

11
3. Untuk lansia umur ≥60 th

a. Perempuan = 9,0 BB + 656

b. Laki-laki = 11,7 BB + 585

Rumus Indekst Massa Tubuh

Kategori IMT menurut KEMENKES 2019 :

1. Kurus tingkat berat : < 17,0

2. Kurus tingkat ringan : 17,0-18,4

3. Normal : 18,5-25,0

4. Gemuk tingkat ringan : 25,1-27,0

5. Gemuk tingkat berat : > 27,0 (Putri dkk,2019).

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat sederhana untuk memantau


status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa
berumur diatas 18 tahun, IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, ibu
hamil dan pada keadaan khusus lainnya seperti edema, asites, dan
hepatomegaly. Menurut CDC Indeks massa tubuh (IMT) merupakan cara
pengukuran berat badan yang disesuaikan dengan tinggi badan, dihitung
menggunakan cara berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi
badan dalam meter (kg/m 2) (Rhacmania dkk,2019) dan (Rasyid Abdullah F
M, 2021).

Berat badan lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi


energi dengan kebutuhannya. Konsumsi energi berlebihan disimpan dalam
bentuk jaringan lemak. Pada keadaan normal jaringan lemak ditimbun didalam
jaringan subkutan dan jaringan tirai usus (omentum). Pada wanita disimpan
ditempat khusus dan memberi bentuk feminin seperti pada bahu, dada,
panggul, dan pantat. Salah satu parameter yang digunakan untuk menentukan
seseorang dewasa memiliki berat badan lebih atau tidak yaitu dengan
menggunakan ukuran IMT (Rachmania dkk,2019).

3.2 Saran

Penulis tentunya menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak


kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hakim Aziz A dan Fatikasari W. 2021. Body Mass Inde (BMI) Profile of The
Surabaya City Contingent Team In the 2019 East Java Porprov.
Gorontalo Sport Science. Vol 1(2).

Lailatul Muniroh dan Izmi Faizah. 2018. Analisis Perubahan Berat Badan, Indeks
Massa Tubuh dan Perentase Lemak Tubuh Klien Pasca Pemberian Diet
South Beach pada My Meal Catering Surabaya. Research Study.

Manfred James Muller. 2018. Ideal body weight or BMI: so. Institute of Human
Nutrition and Food Science, Christian-Albrechts-University zu Kiel,
Kiel, Germany. Am J Clin Nutr 2018;103:1193–4. Printed in USA.2018
American Society for Nutrition.

Nicholas Appelbaum and Jonathan Clarke dkk. 2021. Ideal body weight calculations:
fit for purpose inmodern anaesthesia. Eur J Anaesthesiol 2021;
38:1211–1214

Rachmania dkk. 2019. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Lingkar Lengan Atas dan
Indeks Masa Tubuh pada Mahasiswa Fikes Uika Bogor Tahun 2019.
Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Vol 2(5).

Rasyid Abdullah F M. 2021. Pengaruh Asupan Kalsium Terhadap Indeks Masa


Tubuh (IMT).Jurnal Medika Hutama. Vol 2(4).

Seniwati dan Septiyanti. 2020. Obesitas dan Obesitas Sentral pada Masyarakat Usia
Dewasa di Daerah Perkotaan Indonesia.Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol
2(1).

Simanjuntak Maju S dan Siagian Ernawati. 2021. Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan IMT dan Kadar Gula Darah Perawat Profesional. Jurnal
Keperawatan Silampari. Vol 5(1).

14
Susianti dkk. 2018. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Lama Siklus Menstruasi
Pada Mahasiswi Angkatan 2016 Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. Majority. Vol 7(2).

Thamaria Netty. 2017. Buku Penilaian Status Gizi. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Wijana Ketut dan Arini Ari Luh. 2020. Korelasi Antara Body Mass Index (BMI)
Dengan Blood Pressure (BP) Berdasarkan Ukuran Antropometri Pada
Atlet. Jurnal Kesehatan Perintis. Vol 7(1).

Putri dkk.2019.Buku Saku Rumus Dalam Genggaman.Simetri Prodi S1 Gizi


Universitas Alma Ata Yogjakarta.

15
LAMPIRAN

16
17
18
19
20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai