Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ENERGI, NUTRIEN, OBAT-OBATAN DAN RACUN MAKANAN

OLEH KELOMPOK 5 :

JELLY TRISNA JAHYA (22334050)

LOISA DIVA MARTHA (22334063)

MARTOLENI PUTRI (22334067)

DOSEN PENGAMPU :

Erpita Yanti, AMd.Keb, SKM ,M.kes

PROGRAM STUDI Dlll KEPERAWATAN

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat- Nya
penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah Energi,Nutrien obat-obatan dan Racun
Makanan dengan judul ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah mengajar


mata kuliah Gizi dan Diet serta teman-teman yang telah banyak membantu penulis
selama penulisan makalah ini dan terimakasih juga penulis ucapkan kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Dilatar belakangi oleh keterbatasan wawasan serta ilmu pengetahuan yang


penulis miliki, maka dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritikan
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis
mengucapkan terimakasih,semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Pariaman, September 2023

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Batas diet nutrient (lemak, protein, dan karbohidrat) yang direkomendasikan..........3

2.2 Penyakit yang disebabkan kekurangan diet nutrient.................................................11

BAB III PENUTUP..........................................................................................................18

3.1 KESIMPULAN......................................................................................................18
3.2 SARAN..................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................20
BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pola makan merupakan perilaku penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi
secara langsung. Tentu saja hal ini dapat dimengerti karena baik kuantitas dan kualitas
makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi kesehatan individu dan
masyarakat.
Faktor gizi memegang peranan penting untuk pertumbuhan/perkembangan,
kecerdasan, tidak mudah terkena infeksi, produktivitas kerja serta pencegahan penyakit
kronis.Penyakit tidak menular yang terkait gizi di antaranya diakibatkan kelebihan
asupan makanan dan minuman kaya energi, kaya lemak jenuh, gula garam, namun di
sisi lain kekurangan asupan makanan bergizi seperti sayuran, buah-buahan dan serealia
utuh serta kurangnya melakukan aktivitas fisik.
Masalah gizi tidak terlepas dari masalah makanan karena masalah gizi timbul
sebagai akibat kekurangan atau kelebihan kandungan zat gizi dalam makanan.
Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang melebihi kecukupan gizi menimbulkan
masalah gizi lebih yang terutama terjadi di kalangan masyarakat perkotaan. Di lain
pihak empat masalah gizi kurang seperti gangguan akibat kekurangan yodium
(GAKY), anemia gizi besi (AGB), kurang viatmin A(KVA), kurang energi protein
(KEP) masih tetap merupakan gangguan khususnya di pedesaan.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana dan berapa Batas diet nutrient (lemak, protein, dan karbohidrat)
yang direkomendasikan

2. Apa saja Penyakit yang disebabkan kekurangan diet nutrient

1
1.3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui Bagaimana dan berapa Batas diet nutrient (lemak, protein,
dan karbohidrat) yang direkomendasikan

2. Untuk mengetahui Penyakit yang disebabkan kekurangan diet nutrient

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Batas diet nutrient (lemak, protein, dan


karbohidrat) yang direkomendasikan
Diet dan nutrisi secara umum menggambarkan dua aspek yang berbeda. Namun,
diet dan nutrisi adalah suatu kesatuan yang tubuh perlukan dalam porsi seimbang.
Nutrisi merujuk pada zat-zat yang diperlukan oleh tubuh manusia dan makhluk hidup
lainnya untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan, dan fungsi tubuh yang
optimal. Nutrisi diperoleh melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Zat-zat nutrisi terdiri dari makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien
meliputi karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan mikronutrien meliputi vitamin
dan mineral, yang tubuh perlukan dalam jumlah kecil.

A. Anjuran Asupan Komposisi Zat Gizi Remaja


Kebutuhan tenaga pada remaja sangat tergantung pada tingkat kematangan fisik
dan aktivitas yang dilakukan. Energy merupakan salah satu hasil, metabolism
karbohidrat, protein, lemak (Almatsier, 2011).
Berikut ini adalah anjuran asupan komposisi asupan zat gizi remaja :
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia, yaitu menyediakan 50-
60% dari total energi yang dibutuhkan. Makanan sumber karbohidrat adalah beras,
jagung, terigu, singkong, umbi jalar, kentang, talas. Bila kecukupan energi 2400
kalori , energi yang dibutuhkan dari karbohidrat orang remaja adalah = 60% x 2400
kalori = 1440 kalori. Bila di konversi ke berat karbohidrat adalah 1 gram karbohidrat =
4 kalori, jadi 1440 kalori yang di butuhkan = 360 gram karbohidrat. Dengan demikian,
dalam satu hari harus mengkonsumsi nasi, singkong, atau roti dengan total 360 gram.

b. Protein
Kebutuhan protein sehari yang direkomendasikan untuk remaja yaitu 10%- 15%.

3
Makanan sumber protein dibedakan menjadi 2 yaitu protein hewani dan protein nabati.
Protein hewani juga banyak dalam daging, telur, ikan, keju, kerang, udang, susu.
Adapun protein nabati antara lain terdapat dalam kacang-kacangan, tahu, tempe
(Adriani & Bambang, 2014). Bila kecukupan energi 2400 kalori , energi yang
dibutuhkan dari protein orang remaja adalah = 20% x 2400 kalori = 480 kalori. Bila di
konversi ke berat p adalah 1 gram protein = 4 kalori, jadi 480 kalori yang di butuhkan
= 120 gram protein.Dengan demikian, dalam satu hari harus mengkonsumsi daging,
tahu tempe 120 gram.
c. Lemak
Kebutuhan lemak sehari yang direkomendasikan untuk remaja yaitu 20%- 30%
Sumber lemak berasal dari dua sumber, yaitu hewan dan tanaman. Sumber lemak
hewani: susu, lemak sapi, dan minyak ikan. Sumber zaitun, dan lain-lain. Setiap
sumber mempunyai porsi yang berbeda dalam kandungan asam lemakmnya, misalnya
lemak hewan, kecuali ikan banyak mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty
acids = SFA), lemak nabati banyak mengandung campuran asam lemak jenuh, asam
lemak, tak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty Acids = MUFA), dan asam lemak
tak ganda polyunsaturated Fatty Acids = PUFA).

B. KEBUTUHAN GIZI DEWASA


.Zat besi dibutuhkan oleh usia subur selama masa reproduksi, untuk
menggantikan kehilangan zat besi selama menstruasi, kehamilan, kelahiran dan
menyusui, kalsium juga berperan penting untuk pertulangan, mengingat kehilangan
kalsium dalam massa tulang berkurang pada masa usia lanjut. Kebiasaan minum susu
atau makan bahan makanan sumber kalsium cukup dianjurkan pada usia dewasa.
Pengaturan makanan yang baik : makan makanan rendah lemak, makan rendah
kolesterol; makan lebih banyak serat : buah, sayur, dan kacang-kacangan; makan lebih
banyak karbohidrat kompleks : biji-bijian, kacang-kacangan, dan sayuran; hindari
alcohol; baca label makanan, dan kurangi konsumsi gula.

4
Masalah gizi pada usia dewasa meliputi : Kurang Energi Protein (KKP), Anemia
pada wanita dan masalah Gizi lebih/Obesitas. Gizi lebh ini disebabkan adanya
kecenderungan masyarakat untuk memilih makanan yang tinggi kalori dan lemak
tetapi rendah serat terutama karena meningkatnya status ekonomi , faktor gaya hidup
yg kurang gerak /aktivitas juga menyebabkan penimbunan lemak tubuh yang
mengarah pada kegemukan.
Seiring dengan meningkatnya usia, kecepatan metabolisme tubuh juga mulai
menurun mulai usia 30 tahun, bila aktivitas fisik juga berkurang maka timbunan lemak
menyebabkan kegemukan. Faktor lain yg juga berperan dlm kegemukan adalah :
genetik; usia; kehamilan; perilaku dan lingkungan. Beberapa prinsip penting dalam
mencegah penyakit : 1) olahraga dan aktivitas fisik : Aktivitas fisik perlu
diintegrasikan dalam kegiatan sehari-hari (gunakan tangga dari pada lift/elevator);
Kegiatan olah raga sebaiknya dimulai sejak anak-anak dan remaja untuk membentuk
kebiasaan sepanjang hidup; Orang dewasa perlu digalakkan untuk meningkatkan
kebiasaan beraktivitas fisik sehari-hari, setidaknya 30 menit olah raga dengan
intensitas sedang setiap hari; Para wanita sebaiknya diberi kesempatan untuk
melakukan berbagai aktivitas olah raga yang menarik, teratur dan konsisten.
Manfaat olahraga ini adalah menguatkan jantung dan meningkatkan efisiensinya;
meningkatkan daya vaskuler otot jantung; membantu mempertahankan tekanan darah
normal; Meningkatkan High-density lipoproteins (HDL/kolesterol baik) dan
menurunkan kadar kolesterol total; meningkatkan kekuatan otot dan menurunkan
risiko kelemahan sendi dan tulang; mengurangi kehilangan kalsium tulang,
menurunkan risiko osteoporosis; mempengaruhi suasana hati (mood) dan daya
konsentrasi. Prinsip gizi seimbang dewasa : Tubuh manusia membutuhkan aneka
ragam makanan yang dijamin mengandung sumber karbohidrat (nasi, roti, kentang,
mie, singkong, dll), protein hewani/nabati (ikan, telur, daging, ayam, tempe, tahu,
kacang-kacangan), vitamin dan mineral ( buah-buahan, sayuran), dan sumber
lemak/minyak (minyak goreng, santan, mentega, margarin) dan air .

5
C. Kebutuhan Gizi pada Lanjut Usia
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi lansia yaitu perubahan fisik,
psikologis dan sosial yang disebabkan oleh proses penuaan. Perubahan fisik secara
umum pada lansia terjadi penurunan fungsi dari semua sistem organ, fungsi endokrin
menurun sehingga metabolisme nutrisi terganggu, asam lambung dan enzim menurun,
gerakan usus / gerakan peristaltik lemah & biasanya menimbulkan konstipasi.
Penyerapan makanan di usus menurun.
Selain masalah fisik, pemenuhan kebutuhan gizi lansia dipengaruhi juga oleh
faktor psikologi seperti depresi, kehilangan pasangan, hidup menyendiri, faktor lain
misalnya berkurang atau hilangnya penghasilan sehingga tidak mampu membeli
makanan yang cukup, akses ketempat makan sulit dijangkau, metabolisme basal
menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia cenderung mengalami
kegemukan/obesitas, Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit,
bila ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas.
Begitu juga fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak
enak dan nafsu makan menurun, akibatnya lansia bisa menjadi kurang gizi (kurang
energi protein yang kronis), penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan
makan yang berserat (sayur, daging) dan cenderung makan makanan yang lunak
(tinggi kalori), hal ini menyebabkan lansia cenderung kegemukan/obesitas Penurunan
sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan mengganggu penyerapan vitamin
dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi mikro.
Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan
makanan sendiri dan menjadi kurang gizi; kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan
psikologis), akibatnya nafsu makan menurun dan menjadi kurang gizi; pendapatan
menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya menjadi kurang
gizi, dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat
menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.

6
KEBUTUHAN GIZI LANSIA : hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan
metabolisme basal pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%,
disebabkan berkurangnya massa otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari
lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya.
Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari
lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia laki-laki sebanyak
1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi
berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul
obesitas. Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan,
sehingga tubuh akan menjadi kurus.  Kebutuhan Karbohidrat dan Serat Makanan.
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah buang air besar) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat
makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang
baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh.
Manula tidak dianjurkan mengonsumsi suplemen serat (yang dijual secara
komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat
menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap
tubuh. Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan
menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan
biji- bijian yang berfungsi sebagai sumber energi .
 Kebutuhan Protein Secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari
adalah 1 gram per kg berat badan.
Pada lansia, massa ototnya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan
protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada
lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang
(disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien).
Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi
proteinnya ditingkatkan sebesar 12- 14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber
protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan. 

7
Kebutuhan Lemak Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total
kalori yang dibutuhkan.
Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi energi)
dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke
jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak
jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam
lemak tidak jenuh yang baik.  Ilmu Gizi 

 Kebutuhan Vitamin dan Mineral


Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengonsumsi
vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan
ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan
sayuran, serta kemampuan fisik yang menurun. Kekurangan mineral yang paling
banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan
tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia.
Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu
metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara
teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat. Masalah pada lansia penurunan
sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini mengganggu penyerapan
vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi mikro.
Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia
menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya anemia .
Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu makan
yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati. Gangguan kemampuan
motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan makanan sendiri dan menjadi
kurang gizi. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu
makan menurun dan menjadi kurang gizi. Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi
makanan menjadi menurun akibatnya menjadi kurang gizi. Dimensia (pikun),
akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat menyebabkan
kegemukan atau pun kurang Gizi.

8
DRI adalah istilah umum untuk sekumpulan nilai acuan yang digunakan untuk
merencanakan dan menilai asupan gizi orang sehat. Nilai-nilai ini, yang bervariasi
berdasarkan usia dan jenis kelamin, meliputi:
• Tunjangan Diet yang Direkomendasikan (RDA): Rata-rata tingkat asupan
harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi hampir semua (97–98%)
individu sehat; sering digunakan untuk merencanakan diet nutrisi yang cukup
bagi individu.
• Asupan yang Memadai (AI): Asupan pada tingkat ini diasumsikan menjamin
kecukupan nutrisi; ditetapkan ketika bukti tidak cukup untuk mengembangkan
RDA.
• Perkiraan Kebutuhan Rata-Rata (EAR): Rata-rata tingkat asupan harian
diperkirakan memenuhi persyaratan 50% individu sehat; biasanya digunakan
untuk menilai asupan nutrisi sekelompok orang dan merencanakan pola makan
bergizi cukup bagi mereka; juga dapat digunakan untuk menilai asupan nutrisi
individu.
• Tingkat Asupan Atas yang Dapat Ditoleransi (UL): Asupan harian maksimum
tidak mungkin menyebabkan efek buruk pada kesehatan.

Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung semua


zatzat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, umur
dan berat badan (BB).
Perbedaan yang mendasar antara slogan 4 Sehat 5 Sempurna adalah konsumsi
makanan sehari-hari harus mengandung semua zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi)
yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur
Cara Menentukan Kebutuhan Gizi Energi Unsur penting dalam menetapkan
kebutuhan energi adalah Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolisme
Rate (BMR) dan aktivitas fisik. Selain itu pengaruh termis makanan yang disebut
dengan Spesifik Dynamic Action (SDA) namun sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

9
Cara Menentukan AMB AMB dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan dan
tinggi badan. Ada beberapa cara menghitung kebutuhan energi menggunakan AMB.
a. Menggunakan Rumus Harris Benedict (1919)
Laki-laki : BEE = 66 + 13,7 (W) + 5 (H) – 6,8 (A)
Wanita : BEE = 655 + 9,6 (W) + 1,7 (H) – 4,7 (A)
Catatan : W = berat badan (weight) dalam Kg; H = tinggi badan (height) dalam cm; A
= usia (age) dalam tahun.
b. Cara Cepat 1) Laki-laki = 1 Kkal x Kg BB x 24 Jam 2) Perempuan = 0,95 Kkal
x Kg BB x 24 Jam
c. Cara FAO/WHO Rumus FAO/WHO untuk menentukan AMB

Cara menentukan kebutuhan energi untuk aktivitas fisik Aktivitas fisik dapat
dibagi 4 golongan, yaitu sangat ringan, sedang dan berat. Kebutuhan energi untuk
berbagai aktivitas fisik diyatakan dalam kelipatan AMB.

10
2.2.Penyakit yang disebabkan kekurangan diet nutrient
KEP (Kurang Energi Protein) merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang
penting di Indonesia maupun di negara yang sedang berkembang lainnya. Prevalensi
tertinggi terdapat pada anak-anak balita, ibu yang sedang mengandung dan menyusui.
Penderita KEP memiliki berbagai macamkeadaan patologis yang disebabkan oleh
kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang bermacammacam. Akibat
kekurangan tersebut timbul keadaan KEP pada derajat yang ringan sampai yang berat
(Adriani danWijatmadi, 2012).
Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari- hari atau
disebabkan oleh gangguan penyakit tertentu, sehingga tidak memenuhi angka
kecukupan gizi (Depkes RI, 1999). KEP sendiri lebih sering dijumpai pada anak
prasekolah. dikatakan bahwa KEP merupakan istilah umum yang meliputi
malnutrition, yaitu gizi kurang dan gizi buruk termasuk marasmus dan kwashiorkor
Penyakit KEP diberi nama seara internasional yaitu Calory Protein Malnutrition
(CPM), kemudian diubah menjadi Protein Energy Malnutrition(PEM). Penyakit ini
mulai banyak diselidiki di Afrika, dan di benua tersebut KEP dikenal dengan nama
lokal kwashiorkhor yang berarti penyakit rambut merah. Masyarakat di tempat
tersebut menganggap kwashiorkhor sebagai kondisi yang biasa terdapat pada anak
kecil yang sudah mendapat adik (Adriani dan Wijatmadi, 2012).
Menurut Arisman (2004) Kurang Energi Protein (KEP) akan terjadi disaat
kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Kedua
bentuk defisiensi ini tidak jarang berjalan bersisian, meskipun salah satu lebih
dominan daripada yang lain. Sedangkan menurut Merryana Adriani dan Bambang
Wijatmadi (2012) KEP merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi danprotein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi kecukupan yang dianjurkan. Menurut Kemenkes RI, klasifikasi KEP
didasarkan pada indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur
(TB/U), berat badanmenurut tinggi badan (BB/TB), dan indeks masa tubuh

11
berdasarkan umur (IMT/U). Kategori dan ambang batas status gizi anak adalah
sebagaimanayang terdapat pada tabel di bawah ini:

Berdasarkan gejalanya, KEP dibagi menjadi dua jenis, yaitu KEP ringan dan
KEP berat. Kejadian KEP ringan lebih banyak terjadi di masyarakat, KEP ringan
sering terjadi pada anak-anak pada masa pertumbuhan. Gejala klinisyang muncul
diantaranya adalah pertumbuhan linier terganggu atau terhenti, kenaikan berat badan
berkurang atau terhenti, ukuran lingkar lenganatas(LILA) menurun, dan maturasi
tulang terhambat. Nilai z-skor indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) juga
menunjukkan nilai yang normal atau menurun, tebal lipatan kulit normal atau
berkurang, dan biasanya disertai anemia ringan. Selain itu, aktivitas dan konsentrasi
berkurang serta kadangdisertai dengan kelainan kulit dan rambut (Par’i, 2016).
Keadaan patologi dapat menujukkan perubahan nyata pada komposisi tubuh
seperti akan muncul edema karena penderita memiliki lebih banyakcairan
ekstraselular. Konsentrasi kalium tubuh menurun sehinggamenimbulkan gangguan
metabolik tubuh. Kelainan yang ditunjukkanpadaorgan tubuh penderita KEP
diantaranya permukaan organ pencernaan menjadi atrofis sehingga pencernaan

12
makanan menjadi terganggu dan dapat timbul gangguan absorbsi makanan dan sering
mengalami diare.
Pada jaringan hati terdapat timbunan lemak sehingga hati terlihat membesar.
Pankreas tampakmengecil, akibatnya produksi enzim pankreas mengalami gangguan.
Pada ginjal terjadi atrofis sehingga terjadi perubahan fungsi ginjal seperti
berkurangnya filtrasi. Pada sistem endokrin, biasanya sekresi insulin rendah, hormon
pertumbuhan meningkat, TSH meningkat, tetapi fungsi tiroidmenurun (Par’i,2016)
Kwashiorkor adalah keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan makanan sumber
protein.
Tipe ini banyak dijumpai pada anakusia1 sampai 3 tahun. Gejala utama
kwashiorkor adalah pertumbuhan terhalangdan badan bengkak, tangan, kaki, serta ajah
tambak sembab dan ototnyakendur. Wajah tampak bengong dan pandangan kosong,
tidak aktif dan seringmenangis. Rambut menjadi berwarna lebih terang atau coklat
tembaga. Perut buncit, serta kaki kurus dan bengkok. Karena adanya pembengkakan,
makatidak terjadi penurunan berat badan, tetapi pertambahan tinggi terhambat.
Lingkar kepala mengalami penurunan. Serum albumin selalu rendah, bilaturun sampai
2,5 ml atau lebih rendah, mulai terjadi pembengkakan(Budiyanto, 2002).
Gejala klinis kwashiorkor adalah penampilan anak seperti anak gemuk (sugar
baby), tetapi pada bagian tubuh lain terutama pantat terlihat atrofi. Pertumbuhan tubuh
mengalami gangguan yang ditunjukkan dengan nilai z- skor indeks BB/U berada di
bawah -2 SD, pada tinggi badan anak juga mengalami keterlambatan. Mental anak
mengalami perubahan mencakup banyak menangis dan pada stadium yang lanjut anak
sangat apatis. Penderita kwashiorkor diikuti dengan munculnya edema dan terkadang
menjadi asites. Selain itu juga terjadi atrofi otot sehingga penderita terlihat lemah

(Par’i, 2016).
Pada penderita kwashiorkor mengalami gangguan sistem gastrointestinal, seperti
penderita menolak semua makanan sehingga kadang makanan harus melalui sonde
lambung. Penderita kwashiorkor mudah mengalami kelainan kulit yang khas (crazy
pavement dermatosis), yaitu munculnya kelainan dimulai dari bintik-bintik merah

13
bercampur bercak, lama-kelamaan menghitam kemudian mengelupas. Kejadian ini
umumnya terjadi di punggung, pantat, dan sekitar vulva yang selalu membasah karena
keringat atauurin.
Pada hati terjadi pembesaran, terkadang batas pembesaran sampai ke pusar, hal
ini disebabkan karena sel-sel hati terisi lemak. Penderita kwashiorkor juga menderita
anemia. Albumin dan globulin serum sedikit menurun di bawah2, terkadag sampai 0.
Kadar kolesterol serum rendah, hal ini mungkin disebabkan karena asupan gizi yang
rendah atau terganggunya pembetukan kolesterol tubuh (Par’i, 2016).
Marasmus adalah gejala kelaparan yang hebat karena makanan yang dikonsumsi
tidak menyediakan energi yang cukup untuk mempertahankan hidupnya sehingga
badan menjadi sangat kecil dan tinggal kulit pembalut tulang. Marasmus biasanya
terjadi pada bayi berusia setahun pertama. Hal ini terjadi apabila ibu tidak dapat
menyusui karena produksi ASI sangat rendah atau ibu memutuskan untuk tidak
menyusui bayinya. Tanda-tanda marasmus yaitu:
(a) Berat badan sangat rendah,
(b) Kemunduran pertumbuhanotot (atrophi),
(c) Wajah anak seperti orang tua (old face),
(d) Ukuran kepala tidaksebanding dengan ukuran tubuh,
(e) Cengeng dan apatis (kesadaran menurun),
(f) Mudah terkena penyakit infeksi,
(g) Kulit kering dan berlipat-lipat karena tidak ada jaringan lemak di bawah
kulit,
(h) Sering diare,
(i) Rambut tipis dan mudah rontok. (Budiyanto, 2002).

Marasmik-kwashiorkor disebabkan karena makanan sehari-hari kekurangan


energi dan juga protein. Berat badan anak sampai di bawah -3SDsehingga telihat
kurus, tetapi ada gejala edema, kelainan rambut, kulit mengering dan kusam, otot
menjadi lemah, menurunnya kadar protein(albumin) dalam darah (Par’i, 2016).

14
KEP pada dasarnya sangat ditentukan oleh 2 faktor. Faktor-faktor yang secara
langsung dapat mempengaruhi terjadinya KEP pada balita adalah makanan dan ada
atau tidaknya penyakit infeksi Kedua faktor ini dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas
makanan yang dimakan oleh seseorang anak, antara lain ditentukan oleh beberapa
faktor penyebab tidak langsung, yaitu:
a) Zat-zat gizi yang terkandung di dalam makanan,
b) Daya beli keluarga, meliputi penghasilan, harga bahan makanan dan pengeluaran
keluarga unutk kebutuhan lain selain makanan;
c) Kepercayaan ibu tentang makanan serta kesehatan;
d) Ada atau tidaknya pemeliharaan kesehatan termasuk kebersihan, dan
e) Fenomena sosial dan keadaan lingkungan
Menurut Departemen Kesehatan RI (1999) dalam tata buku pedoman Tata
Laksana KEP pada anak di puskesmas dan di rumah tangga, KEP berdasarkan gejala
klinis ada 3 tipe yaitu KEP ringan, sedang dan berat (gizi buruk). Untuk KEP ringan
dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP
berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor
dan marasmus-kwashiorkor.
Salah satu sebab yang mengakibatkan terjadinya marasmus adalah kehamilan
berturut-turut dengan jarak kehamilan yang masih terlalu dini. Selain itu marasmus
juga disebabkan karena pemberian makanan tambahan yang tidak terpelihara
kebersihannya serta susu buatan yang terlalu encer dan jumlahnya tidak mencukupi
karena keterbatasan biaya, sehingga kandungan protein dan kalori pada makanan anak
menjadi rendah, Keadaan perumahan dan lingkungan yang kurang sehat juga dapat
menyebabkan penyajian yang kurang sehat dan kurang bersih.
Demikian juga dengan penyakit infeksi terutama saluran pencernaan. Pada
keadaan lingkungan yang kurang sehat, dapat terjadi infeksi yang berulang sehingga
menyebabkan anak kehilangan cairan tubuh dan zat-zat gizi sehingga anak menjadi
kurus serta turun berat badannya (Depkes, 1999)

15
Kwashiorkor dapat ditemukan pada anak-anak yang setelah mendapatkan ASI
dalam jangka waktu lama, kemudian disapih dan langsung diberikan makan seperti
anggota keluarga yang lain.
Makanan yang diberikan pada umumnya rendah protein. Kebiasaan makan yang
kurang baik dan diperkuat dengan adanya tabu seperti anak-anak dilarang makan ikan
dan memprioritaskan makanan sumber protein hewani bagi anggota keluarga laki-laki
yang lebih tua dapat menyebabkan terjadinya kwashiorkor. Selain itu tingkat
pendidikan orang tua yang rendah dapat juga mengakibatkan terjadinya kwashiorkor
karena berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi yang rendah.
(Depkes, 1999)

Gejala klinis KEP berat/gizi buruk yang dapat ditemukan:


a. Kwashiorkor
o Adanya edema diseluruh tubuh terutama kaki, tangan atau anggota
badan lain o Wajah membulat dan sembab o Pandangan mata sayu
o Rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung o Perubahan status
mental: cengeng, rewel o Pembesaran hati o Otot mengecil o
Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas o Diare o
Anemia

b. Marasmus
o Tampak sangat kurus o Wajah seperti
orang tua o Cengeng
o Kulit keriput o Perut cekung o Tekanan
darah, detak jantung dan pernafasan
berkurang

16
c. Marasmus-kwashiorkor
o Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor
dan marasmus, disertai dengan edema yang tidak mencolok

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Zat besi dibutuhkan oleh usia subur selama masa reproduksi, untuk
menggantikan kehilangan selama menstruasi, kehamilan, kelahiran dan menyusui.
Kalsium juga berperan penting untuk pertulangan, mengingat kehilangan kalsium
dalam massa tulang berkurang pada masa usia lanjut. Kebiasaan minum susu atau
makan bahan makanan sumber kalsium cukup dianjurkan pada usia dewasa.

17
Pengaturan makanan yang baik adalah : makanan rendah lemak, makanan rendah
kolesterol, makanan lebih banyak serat, makan lebih banyak KH kompleks , hindari
alkohol, baca label makanan, gunakan lebih sering makanan sumber omega 3 dan
kurangi konsumsi gula.
Batasan lansia dibagi menjadi Young ederly (65-75 th) dan older ederly (75 th).
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi lansia adalah perubahan fisik, psikologis
dan sosial yang disebabkan oleh proses penuaan. Kerongkongan mengalami pelebaran,
rasa lapar menurun, gerakan usus / gerakan peristaltik lemah, penyerapan makanan di
usus menurun. Faktor psikologi seperti depresi, kehilangan pasangan, hidup
menyendiri. Status gizi lansia cenderung mengalami kegemukan/obesitas.
Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini
mengganggu penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi
zatzat gizi mikro. Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar,
sehingga lansia menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu
terjadinya anemia. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya
nafsu makan menurun dan menjadi kurang gizi, pendapatan menurun (pensiun),
konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya menjadi kurang gizi.
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Sumber serat
yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Lansia
tidak dianjurkan mengonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial). Lansia
dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya
dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang
berfungsi sebagai sumber energi .

3.2. SARAN

Penulis menyadari jika makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena

18
itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai
bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan
karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani M, Wirjatmadi Bambang. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.


Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Almatsier, S. 2011. Ilmu Gizi Daur Kehidupan. PT Gramedia Pustaka Utama:


Jakarta.

19
Arisman.2004 . Gizi dalam daur kehidupan, Buku kedokteran EGC .Jakarta

Budiyanto.2002. Gizi dan Kesehatan. Bayu Media. Malang.

Depkes, RI. 1999. Pedoman Tatalaksana Kurang Energi Protein Pada Anak Di
Puskesmas Dan Di Rumah Tangga. Jakarta.

Par`I, H.M. 2016. Penilaian Status Gizi: Dilengkapi Proses Asuhan Gizi Terstandar.
Jakarta: EGC

Sensussiana,titis, dkk. 2018. MODUL AJAR GIZI DAN DIET .Prodi D3


Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta : Surakarta

Yosephin, Betty. 2018. Tuntunan Praktis Menghitung Kebutuhan Gizi . CV ANDI


OFFSET: Yogyakarta

20

Anda mungkin juga menyukai