Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI

METODE ANTROPOMETRI I
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Penilaian Status Gizi
Dosen pengampu : Dwi Hartanti, S. Gz, M. Gizi

Disusun oleh :

Nama : Tri Rahayu Retnowati


NIM : 2207026025
Kelas : Gizi 3A
Rombel : Dua (2)
Kelompok : Tiga (3)

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
METODE ANTROPOMETRI I

A. TUJUAN
Mahasiswa diharapkan mampu mengenali, menjelaskan, dan menggunakan alat-
alat yang digunakan dalam pengukuran massa dan panjang linier tubuh serta menjelaskan
cara pengukurannya.

B. DASAR TEORI

Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah
antropometri gizi. Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat dipakai secara
universal, tidak mahal, dan metode yang non invasif untuk mengukur ukuran, bagian, dan
komposisi dari tubuh manusia. Antropometri dapat mencerminkan kesehatan dan
kesejahteraan dari individu dan populasi, serta untuk memprediksi performa, kesehatan,
dan daya tahan hidup. (Supariasa, 2012)
Antropometri penting untuk kesehatan masyarakat dan juga secara klinis yang
dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan sosial dari individu dan populasi.
Aplikasi antropometri mencakup berbagai bidang karena dapat dipakai untuk menilai
status pertumbuhan, status gizi dan obesitas, identifikasi individu, olahraga, militer, teknik
dan lanjut usia. Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran, antropometri adalah ukuran dari tubuh. Antropometri gizi
adalah pengukuran yang berhubungan dengan berbagai macam dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Umumnya, antropometri
digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan
protein dan energi. (Supariasa, 2012)
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan
metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Antropometri adalah ilmu
yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia dan digunakan untuk menilai status gizi.
ukuran yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan, selain itu juga ukuran
tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut, lingkar
perut, lingkar pinggul. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisa berdiri sendiri untuk
menentukan status gizi dibanding baku atau berupa indeks dengan membandingkan dengan
ukuran lainnya seperti BB/U, BB/TB, dan TB/U. (Sandjaja,2009)
Antropometri sangat umum digunakan utuk mengukur status gizi dari berbagai
ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Pengukuran antropometri ada 2 tipe
yaitu: pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak
tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak. Pengukuran berat badan menurut umur pada
umumnya untuk anak merupakan cara standar yang digunakan untuk menilai pertumbuhan.
Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Adapun beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri ini adalah
(Supariasa,2012) :
1. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lenganatas, mikrotoa,
dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif. Contohnya
apabila terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan atas pada anak balita maka dapat
dilakukan pengukuran kembali tanpa harus persiapan alat yang rumit.
3. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh tenaga
lain setelah dilatih untuk itu.
4. Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan
lainnya. 5. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off points)
dan baku rujukan yang sudah pasti.
6. Secara ilmiah diakui kebenaraya. Hampir semua negara mengguakan antropometri
sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususnya untuk penapisan
(screening) status gizi.
Di samping keunggulan metode antropometri tersebut, terdapat pula beberapa
kelemahan seperti :
1. Tidak sensitif, Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat dan
tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti Zinc dan Fe.
2. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurukan spesifitas dan sensifitas pengukuran antropometri.
3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan
validitas pengukuran antropometri gizi
4. Kesalahan terjadi karena:
a. Pengukuran
b. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
c. Analisis dan asumsi yang keliru
5. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:
a. Latihan petugas yang tidak cukup
b. Kesalahan alat atau alat tidak ditera
c. Kesulitan pengukuran

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur


beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain:
umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
panggul dan tebal lemak dibawah kulit. Ukuran tubuh manusia yang berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Penggunaan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. (Supariasa dkk., 2002). Dari beberapa
pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan sesuai dengan usia
adalah yang paling sering dilakukan dalam survei gizi. Untuk keperluan perorangan di
keluarga, berat badan (BB), tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB) adalah yang paling
dikenal.

a. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan
akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan
maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn
untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu,
penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah
12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh,
artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (Depkes RI., 2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada
tulang. Berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : umur,
jenis kelamin, aktifitas fisik, dan keturunan. Berat badan merupakan salah satu ukuran
antropometri yang memberikan gambaran masa tubuh (otot dan lemak) (Supariasa dkk.,
2002).
Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:
1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.
2) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
3) Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg
4) Skala mudah dibaca.
5) Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Alat yang memenuhi persyaratan dan dianjurkan untuk menimbang anak balita
adalah dacin (Supariasa dkk., 2002).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan
umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif
terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi
terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama. Pengukuran tinggi
badan untuk balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi
“mikrotoa” (Microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm (Supariasa, dkk., 2002).
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan
kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa
lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi
pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (tinggi badan
menurut umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang
dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan
setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan
lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun (Depkes
RI., 2004).
d. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (Prasekolah), tetapi kurang
sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Alat yang digunalan merupakan suatu
pita pengukur berupa fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik. LILA
memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
LILA mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan status KEP pada
balita dan KEK pada ibu WUS dan ibu hamil sebagai risiko bayi BBLR.
Kesalahan pengukuran LILA (ada berbagai tingkat ketrampilan pengukur) relatif
lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi
kurang, lebih sempit pada LILA dari pada tinggi badan. Ambang batas pengukuran LILA
pada bayi umur 0-30 hari yaitu ≥ 9,5 cm. sedangkan pada balita yaitu < 12,5 cm
(Supariasa dkk., 2002).
Antopometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein
dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Indeks antropometri yang
umum digunakan untuk menilai status gizi balita adalah berat badan menurut umur (BB/U),
tinggi badan menurut umur (TB/U), Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) serta lingkar
lengan atas menurut umur (LILA/U) (Anggraeni dan Aviarini , 2010).
C. METODE
a) Alat dan bahan
1. Bathroom Scale analog
2. Bathroom Scale digital
3. Stadiometer
4. Babyscale analog
5. Infantometer
6. Microtoice
7. Metlin
8. Pita Lila
9. Alat ukur tinggi lutut
10. Lakban
11. Manekin bayi

b) Cara kerja
1. Praktikum dimulai dengan penjelasan dari dosen tentang alat-alat penilaian status
gizi dengan metode antropometri serta langkah-langkah penggunaannya.
2. Praktikan mengamati dan mencatat penjelasan dosen.
3. Praktikan mempraktikkan penggunaan alat-alat antropometri untuk mengukur
tinggi badan dewasa, panjang badan bayi, berat badan dewasa, berat badan bayi,
panjang ulna, rentang tangan, tinggi lutut, lila, lingkar betis, lingkar kepala sesuai
prosedur pengukuran yang telah dijelaskan oleh dosen.
4. Praktikan mengukur ukuran antropometri teman sekelompoknya dan menulis
hasil pengukuran tersebut di dalam tabel.
5. Praktikan mengukur berat badan dan panjang badan bayi menggunakan
manekin bayi, kemudian menulis hasil ukur pada tabel.
D. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1: Hasil Pengukuran Antropometri Teman Sekelompok (Orang Dewasa)

No. Pengukuran antropometri Mahasiswa 1 Mahasiswa 2 Mahasiswa 3


(Dwi Indarti) (Benensa) (Tri Rahayu)
1. Tinggi badan (Microtoice) 153 155 156
2. Tinggi badan (Stadiometer) 153 155 156
3. Berat badan (Analog) 55 59 52
4. Berat badan (Digital) 55.2 59.7 52.3
5. Panjang ulna 26 26 25
6. Rentang tangan 153 155.5 157
7. Tinggi lutut 48 47 45
8. LILA 27 28 24.5
9. Lingkar betis 35.5 38 33
10. IMT 23.49 kg/𝑚2 24.55 kg/𝑚2 21.36 kg/𝑚2

𝐵𝐵 55 55
 IMT Dwi : (𝑇𝐵)2 = (1.53)2 = 23409 = 23.49 𝑘𝑔/𝑚2 (status gizi normal)
𝐵𝐵 59 59
 IMT Benensa : (𝑇𝐵)2 = (1.55)2 = 2.4025 = 24.55 𝑘𝑔/𝑚2 (status gizi normal)
𝐵𝐵 52.3 52.3
 IMT Tri Rahayu : (𝑇𝐵)2 = (1.56)2 = 2.4336 = 21.36 𝑘𝑔/𝑚2 (status gizi normal)

Tabel 2 : Hasil Pengukuran Antropometri pada Bayi Manekin


No. Pengukuran antropometri Hasil ukur
1. Panjang badan (infantometer) 67.5
2. Lingkar kepala 33

E. PEMBAHASAN

Pengukuran antropometri yang dilakukan pada praktikum ini yaitu pengukuran


massa dan panjang linier, antara lain pengukuran berat badan dan tinggi badan
untuk menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT), pengukuran panjang ulna, rentang
tangan(depa), tinggi lutut, LILA, dan lingkar betis pada orang dewasa serta pengukuran
beratbadan, panjang badan, lingkar kepala, dan LILA pada manekin bayi.

Tinggi badan merupakan parameter antropometri untuk menilai pertumbuhan


panjang atau tinggi badan. Perubahan tinggi badan terjadi dalam waktu yang lama,
sehingga sering disebut akibat masalah gizi kronis. Alat ukur yang digunakan untuk
mengukur tinggi badan harus mempunyai ketelitian 0,1 cm. Anak yang berusia 0–2 tahun
diukur dengan ukuran panjang badan, sedangkan anak berusia lebih 2 tahun dengan
menggunakan infantometer.

Pengukuran tinggi badan pada responden dewasa menggunakan beberapa alat yaitu
microtoice dan stadiometer. Cara mengukur tinggi badan menggunakan microtoice
yaitu responden berdiri tegak lurus di bawah microtoice yang telah ditempel dan digantung
di tembok/dinding kemudian ukur dengan menarik microtoice tepat di atas kepala lalu
baca skala. Stadiometer digunakan untuk mengukur tinggi badan, dengan langkah
penggunaannya yaitu subjek yang akan diukur berdiri tegak, kaki lurus, tumit, pantat,
punggung dan kepala bagian belakang harus menempel pada stadiometer dan muka
menghadap lurus dengan pandangan ke depan lalu ukur dengan menurunkan
bagian siku alat sampai rapat pada kepala bagian atas lalu dibaca angka pada skala yang
terlihat pada stadiometer. Berdasarkan hasil praktikum, dari kedua alat tersebut, hasil yang
didapatkan tidak jauh berbeda karena tergantung pada ketelitian masing-masing alat.
Tinggi dan berat badan Mahasiswa 1, 2, dan 3 tergolong normal status gizinya juga baik
dengan IMT diatas 18.5

Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral yang terdapat
didalam tubuh. Terdapat beberapa alasan kenapa berat badan digunakan sebagai
parameter antropometri. Alasan tersebut di antaranya adalah perubahan berat badan
mudah terlihat dalam waktu singkat, berat badan dapat menggambarkan status
gizi saat ini. Untuk melakukan pengukuran berat badan diperlukan alat yang
hasil ukurannya akurat. Untuk mendapatkan ukuran berat badan yang akurat, terdapat
beberapa persyaratan di antaranya adalah alat ukur berat badan harus mudah digunakan
dan dibawa, mudah didapatkan dan harganya relatif murah, ketelitian alat ukur 0,1 kg (100
gram), skala mudah dibaca, cukup aman digunakan serta alat sudah dikalibrasi.
Beberapa jenis alat timbang yang biasa digunakan untuk mengukur berat badan di
antaranya dacin untuk menimbang berat badan balita, timbangan detecto, bath room scale
(timbangan kamar mandi), timbangan injak digital,dan timbangan lainnya. Tinggi badan
merupakan parameter antropometri untuk pertumbuhan linier.

Untuk mengukur berat badan orang dewasa menggunakan bathroom scale digital
dan analog. Cara penggunanya yaitu subjek yang diukur berdiri di atasnya dengan posisi
badan tegak lurus lalu lihat angka yang tertera pada timbangan. Dari tinggi badan dan berat
badan, kita dapat menentukan IMT responden dengan membagi berat badan dengan tinggi
badan dalam meter yang dikuadratkan. IMT semua responden menunjukkan nilai
yang normal. IMT dapat dikatakan normal apabila ada dalam rentang angka18,5-25.

Pengukuran tinggi badan pada lansia sulit dilakukan. Pengukuran tinggi


badan sangat dibutuhkan untuk mengetahui status gizi yang dihitung dengan
Indeks Massa Tubuh(IMT). Pengukuran tinggi badan lansia dapat digantikan dengan
parameter lain yaitu tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk. Tinggi lutut erat
kaitannya dengan tinggi badan sehingga data tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut
bagi orang tidak dapat berdiri atau manula.

Ketika pasien bedrest, kita tidak dapat mengukur tinggi badannya dengan
microtoise,stadiometer atau alat pengukur tinggi badan lain karena keadaan yang
tidak memungkinkan. Akan tetapi terdapat cara lain untuk mengetahui estimasi tinggi
badan pasien bedrest yaitu dengan mengukur panjang ulna, rentang tangan (depa), dan
tinggilutut. Pada perhitungan estimasi tinggi badan ini, jika dibandingkan dengan tinggi
badan sebenarnya memang terdapat selisih yang lumayan banyak. Panjang ulna dan
rentang tangan (depa) dapat diukur dengan menggunakan metlin sedangkan tinggi lutut
diukur dengan alat pengukur tinggi lutut (knee hight caliper). Panjang ulna diukur dari
ujung siku sampai tulang yang menonjol di pergelangan tangan lengan kiri. Rentang tangan
(depa) diukur dengan subjek berdiri tegak membelakangi tembok dengan merentangkan
kedua tangan lalu diukur panjang depa hingga tepat dari ujung jari tengah kedua tangan.
Mengukur tinggi lutut dapat dilakukan dengan posisi tidur atau pun duduk.

LILA merupakan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah
kulit. Pengukuran LILA dilakukan pada pertengahan antara pangkal lengan atas dan ujung
siku dalam ukuran cm (bagian pertengahan jarak antara olekranon dan tonjolan
akromion). Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi
karena mudah,murah, dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang
susah diperoleh.Memberikan gambaran tentang keadaan aringan otot dan lapisan lemak
bawah kulit. LILA mencerminkan cadangan energi sehingga dapat mengetahui status
KEP pada balita. Nilai normal LILA pada balita yaitu 12,5 cm aapabila ditemukan angka
dibawah ini maka diduga balita tersebut mengalami KEP.

Pengukuran panjang LILA dapat dilakukan dengan menggunakan pita


LILA. Pengukuran LILA mempunyai 3 fungsi yaitu dapat menentukan status gizi
individu, mengestimasi berat badan, dan mendeteksi KEK. Berdasarkan hasil praktikum,
jika dilihat dari LILA, semua mahasiswa 1, 2, dan 3 tergolong normal karena diatas 23.5
dan tidak berpotensi mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronik.

Lingkar betis dapat diukur dengan menggunakan metlin. Lingkar betis


dianggap memberikan ukuran massa otot yang paling sensitif pada lansia.
Lingkar betis menunjukkan perubahan massa lemak bebas yang terjadi akibat penuaan
dan penurunan aktivitas.

Pengukuran antropometri pada bayi manekin pada praktikum yang sudah


dilakukan hanya menggunakan infantometer dan meitlin. Adapun pengukuran lingkar
kepala pada bayi digunakan untuk mengetahui perkembangan otak bayi. Lingkar kepala
adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang biasanya untuk
memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Lingkar
kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.
Ukuran otak meningkat secara cepat pada tahun pertama, akan tetapi besar
lingkaran kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun
juga ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan
keadaan gizi. Dalam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti
dalam menentukan KEP pada anak. Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai
informasi tambahan dalam pengukuran umur, lingkar kepala ini juga sangat penting untuk
mengetahui kondisi kelainan pada otak seperti kepala besar (hidrosefalus) dan
kepala kecil (mikrosefalus). Penyakit hidrosefalus merupakan penumpukan cairan pada
rongga otak, yang dikenal sebagai ventrikel sehingga tingkatkan tekanan pada otak.
Sedangkan mikrosefalus adalah kondisi ketika kepala bayi secara signifikan lebih kecil dari
yang diharapkan, biasanya disebabkan karena perkembangan otak yang tidak normal. Dari
hasil pengukuran lingakar kepala pada manikin bayi menunjukkan 33 cm.

F. PERTANYAAN

1. Apa kelebihan dan kelemahan dari timbangan badan analog dan digital ?
Jawaban :

No. Kelebihan timbangan badan analog Kelemahan timbangan badan analog


1. Tidak perlu baterai Dapat rusak setelah penggunaanjangka
panjang
2. Tampilan sederhana dan mudah dibaca Akurasi bisa menurun
3. Harga lebih terjangkau Cukup berat dibandingkan
dengantimbangan badan digital
4. Lebih murah dibanding timbangan Rentan mengalami eror ataukesalahan
digital

No. Kelebihan timbangan badan digital Kelemahan timbangan badan digital


1. Proses kalibrasi cepat Harganya lebih mahal
2. Akurat Dalam jangka panjang, akurasi
bisamenurun
3. Lebih sederhana pengoperasiannya Perlu sediakan cadangan baterai
4. Dioperasikan dengan baterai
5. Mudah ditemukan di toko
onlinemaupun offline
6. Ringan dan bisa diletakkan di manasaja
tanpa memakan tempat
2. Apakah kelebihan dan kelemahan pengukuran antropometri ?
Jawaban :
 Kelebihan :
a) Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lenganatas,
mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
b) Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.
Contohnya apabila terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan atas pada
anak balita maka dapat dilakukan pengukuran kembali tanpa harus persiapan
alat yang rumit.
c) Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga
oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
d) Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-
bahan lainnya.
e) Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off points)
dan baku rujukan yang sudah pasti.
f) Secara ilmiah diakui kebenaraya. Hampir semua negara mengguakan
antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat,
khususnya untuk penapisan (screening) status gizi.

 Kekurangan :
a) Tidak sensitif, Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat
dan tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti Zinc dan Fe.
b) Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurukan spesifitas dan sensifitas pengukuran antropometri.
c) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi
d) Kesalahan terjadi karena: Pengukuran, Perubahan hasil pengukuran baik fisik
maupun komposisi jaringan, Analisis dan asumsi yang keliru.
e) Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan: Latihan petugas yang tidak
cukup, Kesalahan alat atau alat tidak ditera, Kesulitan pengukuran .

3. Sebutkan 3 pengukuran antropometri untuk memperkirakan tinggi badan individu!


Jawaban :
Pengukuran antropometri untuk memperkirakan tinggi badan individu yaitu:
a. Panjang ulna
b. Tinggi lutut
c. Rentang tangan (depa)
4. Hitung taksiran tinggi badan anggota kelompokmu menggunakan 3 pengukuran
antropometri pada soal nomer 3 ! Bandingkan dengan tinggi badan actual yang diukur
menggunakan stadiometer ! Pengukuran mana yang paling mendekati tinggi badan actual
Jawaban :

a) Panjang ulna (68.777) + (3.536 x ULNA)


• Mahasiswa 1 (Dwi Indarti) : (68.777) + (3.536 x 26) = 160.713
• Mahasiswa 2 (Benensa) : (68.777) + (3.536 x 26) = 160.713
• Mahasiswa 3 ( Tri Rahayu) : (68.777) + (3.536 x 25) = 157.177

b) Tinggi lutut ( 84.88 – (0.24 x usia dalam tahun) + (1.83 x tinggi lutut dalam cm)
 Mahasiswa 1 (Dwi Indarti) : ( 84.88 – (0.24 x 20) + (1.83 x 48) = 167.92
• Mahasiswa 2 (Benensa) : ( 84.88 – (0.24 x 19) + (1.83 x 47) = 166.33
• Mahasiswa 3 ( Tri Rahayu) : (84.88 – (0.24 x 19) + (1.83 x 45) = 162.67

c) Rentang tangan (63.18 + (0.63 x RL) – 0,17 x Umur)


 Mahasiswa 1 (Dwi Indarti) : (63.18 + (0.63 x 153) – 0,17 x 20) = 156.17
• Mahasiswa 2 (Benensa) : (63.18 + (0.63 x 155.5) – 0,17 x 19) = 157.90
• Mahasiswa 3 ( Tri Rahayu) : (63.18 + (0.63 x 157) – 0,17 x 19) = 158.86

Nama TB Aktual Panjang Ulna Tinggi Lutut Rentang


mahasiswa Tangan
Dwi Indarti 153 160.713 167.92 156.17
Benensa 155 160.713 166.33 157.90
Tri Rahayu 156 157.177 162.67 158.86

Jadi, pengukuran yang paling mendekati tinggi badan actual adalah rentang tangan

5. Sebutkan 3 manfaat pengukuran LILA dan hitung taksiran berat badan serta status gizi
anggota kelompokmu menggunakan LILA !
Jawaban :
manfaat pengukuran LILA yaitu:
a. Dapat menentukan status gizi individu
b. Dapat digunakan untuk estimasi berat badan
c. Dapat digunakan untuk mendeteksi KEK
 Taksiran BB dengan LILA : LILA/26,3 X ( TB-100)
27
• Dwi : 26.3 x( 153-100) = 54,41 kg
28
• Benensa: x (155-100)= 58, 55 kg
26.3
24.5
• Tri Rahayu: x (156-100)= 52, 16 kg
26.3
 Status gizi menggunakan LILA:
27
• Dwi = % LILA = 28.5 x 100% = 94, 44 % ( Status Gizi Baik, Normal )
28
• Benensa = % LILA = 28.5 x 00% = 98,24 % ( Status Gizi Baik, Normal)
24.5
• Tri Rahayu = % LILA = 28.5 x 100% = 85,96 % ( Status Gizi Baik, Normal)

G. KESIMPULAN

Dari data hasil pengukuran langsung terhadap mahasiswa 1, 2 dan 3 dapat disimpulkan
bahwa keseluruhan memiliki status gizi yang baik atau normal. Berat dan tinggi badannya
sudah sesuai menurut umur. LILA juga tergolong normal. Stadiometer dan microtoice
merupakan alat ukur tinggi badan yang dapat digunakan untuk anak-anak maupun orang
dewasa. Sedangkan pada bayi, mengukur panjang badannya dapat menggunakan
infantometer ataupun babyscale digital yang dapat mengukur tinggi badan sekaligus
berat badan bayi. Adapun metlin dapat digunakanuntuk mengukur panjang ulna, rentang
tangan (depa), lingkar kepala dan lingkar betis.Untuk pengukuran LILA menggunakan
pita LILA sedangkan untuk mengukur tinggi lutut menggunakan alat ukur tinggi lutut.

H. DAFTAR PUSTAKA

Almatsier,S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arisman, 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Anggraeni R. dan A. Indarti. 2010. Klasifikasi Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks
Antropometri (BB/U) Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Jurnal SNASTI. Beck , E Mary.
2000. Nutrition And Dietics For Nurses. New York: Aspen Publisher.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Depkes RI.
Sandjaja, dkk. 2009. Kamus Gizi : Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta : Penerbit Kompas.
Supariasa, Bakri, B dan Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Supariasa. 2012. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta: EGC.
I. LAMPIRAN

1) Mengukur berat badan digital

2) Mengukur berat badan analog

3) Mengukur tinggi badan stadiometer


4) Mengukur tinggi badan microtoice

5) Mengukur LILA

6) Mengukur panjang ulna


7) Mengukur rentang tangan

8) Mengukur tinggi lutut

9) Mengukur betis
10) Mengukur PB manikin bayi

11) Mengukur lingkar kepala manikin bayi


LAPORAN SEMENTARA

Anda mungkin juga menyukai