Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Tanggal Mulai : 19 Desember 2016

MK. Ilmu Dasar Keperawatan I Tanggal Selesai : 19 Desember 2016

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA ANTROPOMETRI

Oleh :

Kelompok 2

Akbar Inggra yadi 201601098


Annisa Nurul Anastasya 201601101
Femi Rustinata Lakoro 201601105
Regina Viratika 201601131
Tian Pika Dila 201601139

Dosen Mata Kuliah


Hepty Mulyati, S.Gz, M.Si

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
2016
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia.


Antropometri adalah bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi.
Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu
juga ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit,
tinggi lutut, lingkaran perut, lingkaran pinggul. Ukuran-ukuran antropometri
tersebut biasa berdiri sendiri untuk menentukan status gizi dibanding baku atau
berupa indeks dengan membandingkan ukuran. (Sandjaja 2010).
Aplikasi antropometri sebagai metode bioantropologi ke dalam kedokteran
menjadi bermakna apabila disertai latar belakang teori yang kuat tentang
pertumbuhan. Berdasarkan tujuan penelitian pengukuran antropometri, setidak-
tidaknya ada lima hal penting yang mewakili tujuan pengukuran yaitu mengetahui
kekekaran otot, kekekaran tulang, ukuran tubuh secara umum, panjang tungkai
dan lengan, serta kandungan lemak tubuh diekstremitas dan ditorso. Antropometri
untuk penilaian status gizi, disajikan dalam bentuk indeks, misalnya berat badan
menurut umur (BB/TB), tinggi badan menurut umur (TB/U), atau berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) dan
sebagainya. (Barasi, 2009).
Antropometri sebagai indikator penilaian status gizi yang paling mudah yang
dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, antara lain: umur, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
pinggul dan tebal lemak dibawah kulit. Oleh karena itu, untuk mengetahui status
gizi seseorang, maka dilakukan pengukuran antropometri ini.

Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan praktikum ini adalah:


1. Mampu melakukan penimbangan BB, pengukuran TB, pengukuran LILA dan
WHR dengan benar.
2. Mampu menilai dan menginterpretasikan status gizi orang dewasa
menggunakan IMT.
3. Mampu memproyeksikan TB orang dewasa menggunakan tinggi lutut.
4. Mampu menilai dan menginterpretasikan status gizi orang dewasa
menggunakan WHR.
5. Mampu menilai dan menginterpresikan status gizi orang dewasa
menggunakan %BF.
TINJAUAN PUSTAKA

Antropometri

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidak seimbangan


asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
(Supariasa, 2001).
Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa antropometri gizi
adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis
tingkat ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan
tebal lemak dibawah kulit. (Supariasa, 2001).
Beberapa syarat yang mendasari penggunaan dari antropometri adalah
(Supariasa, 2001) :
1. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas,
mikrotoa dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.
Contohnya apabila terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan atas
pada anak balita.
3. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga
oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
4. Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-
bahan lainnya.
5. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off
points) dan baku rujukan yang sudah pasti.
6. Secara ilmiah diakui kebenarannya. Hampir semua orang menggunakan
antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat,
khususnya untuk penapisan (screening) status gizi. Hal ini dikarenakan
antropometri diakui keberadaannya secara ilmiah.
Beberapa keunggulan antropometri adalah :
1. Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel cukup
besar.
2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli.
3. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat didaerah
setempat.
4. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.
5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa lampau.
6. Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik, karena
sudah ada ambang batas yang jelas.
7. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
8. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.
Faktor yang mempengaruhi antropometri yaitu :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Ras dan etnis
4. Pekerjaan dan aktivitas
5. Kondisi sosio-ekonomi
Berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang dalam
keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun. Berat badan diukur
dengan alat ukur berat badan dengan satuan kilogram. Jika berat badan seseorang
diketahui maka kita akan dapat memperkirakan tingkat kesehatan atau gizi
seseorang. (Surono, 2000).
Tinggi badan merupakan ukuran tubuh yang menggambarkan pertumbuhan
rangka. Dalam penilaian status gizi tinggi badan dinyatakan sebagai indeks sama
halnya dengan berat badan. (Supariasa, 2001).
IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau status gizi
seseorang khususnya yang berkaitan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai
usia harapan hidup lebih panjang. Indikator IMT/U hampir sama dengan BB/PB
atau BB/TB. Ketika melakukan interpretasi resiko kelebihan berat badan, perlu
mempertimbangkan berat orang tua (WHO 2000).
WHR pengukuran rasio lingkar pinggang dan panggul yang menghasilkan
indeks tinggi harus memperhatikan penyebabnya karena simpanan lemak atau otot
torso yang berkembang. Jadi perlu diukur tebal lemak lipatan kulit abdomen untuk
mengetahuinya. Tujuannya adalah untuk mengetahui resiko tinggi terkena
penyakit DM II, kolestrol, hipertensi dan jantung. (Sirajuddin, 2012).
Semua pengukuran tebal lemak dibawah kulit sebaiknya konsisten disisi
kanan badan dan diukur tiga kali. Tebal lemak bawah kulit merupakan salah satu
indeks antropometri yang digunakan untuk mengukur status gizi. Pengukuran
tebal lemak bawah kulit biasanya digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak
dalam tubuh. (Sirajuddin, 2012). Berikut klasifikasi pengukuran tebal lemak
bawah kulit (Tabel 1).
Tabel 1. Klasifikasi standar pengukuran tebal lemak bawah kulit.
Klasifikasi Pria Wanita
Kurus <8 % <13 %
Normal 8-15 % 14-23 %
Sedikit Gemuk 16-20 % 24-27 %
Gemuk 21-24 % 28-32 %
Obesitas 25 % 33 %
Tebal kulit diukur dengan alat Skinfold Caliper pada kulit lengan, subscapula
dan daerah pinggul untuk menilai kegemukan. Memerlukan latihan karena sukar
melakukannya dan alatnya pun mahal.
Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi,
karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang
susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan
lemak bawah kulit. (Arisman, 2004).
Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tunbuh seseorang yang
dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi didalam
tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori yaitu, status gizi kurang, status gizi
normal dan status gizi lebih. (Almatsier, 2001).
Status gizi merupakan status kesehatan dari suatu individu yang dipengaruhi
oleh asupan makanan dan penggunaan nutrien di dalam tubuh. Status gizi dapat
menjadi prediktor suatu outcome penyakit dan juga dapat menjadi salah satu cara
pencegahan dini suatu penyakit. Salah satu metode dalam penentuan status gizi
adalah pengukuran antropometri. Untuk orang dewasa, penentuan status gizi
undernutrisi atau overnutrisi dilakukan dengan menghitung indeks massa tubuh
(IMT). Indeks massa tubuh dapat diperoleh dari hasil pengukuran berat badan dan
tinggi badan pada orang dewasa.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Status gizi ditentukan oleh ditentukan oleh banyak faktor, yang sering
dikelompokkan ke dalam penyebab langsung dan tidak langsung. Secara langsung
dapat disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan dan infeksi, sedangkan secra
tidak langsung dapat disebabkan oleh rendahnya daya beli terutama untuk
mengkonsumsi pangan yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan, pemeliharaan kesehatan dan lingkungan serta berbagai faktor lainnya.
(Husaini, 1977).

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum dilakukan pada hari Senin, 19 Desember 2016 pukul 08.00-


12.00 WITA di Laboratorium Keperawatan, Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes WIDYA NUSANTARA PALU.
Alat

Praktikum ini menggunakan alat yaitu timbangan berat badan dewasa digital
(Merek GEA) dengan ketelitian 0,1 kg, microtoice dengan ketelitian 0,1 cm, pita
LILA dengan ketelitian 0,1 cm, mistar panjang dengan ketelitian 0,5 cm, pita
lingkar perut dengan ketelitian 0,1 cm, skinfold caliper (manual) dengan ketelitian
0,2 mm, skinfold caliper (digital) dengan ketelitian 0,1 mm.

Prosedur Kerja

Pengukuran Berat Badan (BB)


Letakkan timbangan dipermukaan yang datar/rata

Pastikan timbangan berada pada skala 0.00

Subjek berada di atas timbangan dengan posisi yang merata


dan pandangan lurus ke depan

Baca dan catat berat badan pada tampilan dengan skala 0.1 kg

Pengukuran Tinggi Badan (TB)


Tempelkan alat pengukur pada tembok

Tempelkan ujung atas pengukur dengan menggunakan lakban

Pastikan kestabilan alat tersebut

Subjek berdiri tegak dengan kepala, bahu, tumit menempel


didinding yang datar

Geser papan di atas kepala hingga menyentuh pucuk kepala

Pembaca skala/angka yaitu posisi tegak lurus

Lalu catat hasil pengukuran TB

Pengukuran Tinggi Lutut


Subjek duduk dengan salah satu kaki ditekuk hingga membentuk 90°

Letakkan mistar siku-siku sebagai penyangga di bagian bawah telapak kaki


Letakkan alat ukur dengan dasar (titik 0) pada telapak kaki
ukur hingga titik tengah tutut menggunakan mistar

Baca dan catat hasil tinggi lutut

Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)


Menentukan titik mid point pada lengan:

Subjek diminta untuk berdiri tegak

Mintalah subjek untuk membuka lengan pakaian kiri atas


(bagi yang kidal digunakan lengan kanan)

Tekuk lengan hingga membentuk 90°


Tentukan titik tengah antara tulang atas dan bahu kiri dan siku

Ditandai titik tengah tersebut dengan pena/spidol.

Prosedur Pengukuran Lingkar Lengan Atas :


Dengan tangan tergantung lepas dan lurus disamping badan
Telapak tangan subjek menghadap kebawah

Ukur lingkar lengan atas pada posisi mid poind dengan

Pita LILA menempel pada kulit

Lingkar lengan atas dicatat pada skala 0,1 cm terdekat.

Pengukuran Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP/WHR)


Sebaiknya subjek menggunakan pakaian yang tidak menekan

Subjek berdiri tegak dengan perut rileks

Letakkan alat ukur melingkar pinggang


dan ukur antara tulang rusuk dengan iliaca

Dibaca dan dicatat dengan teliti hasil pengukuran pada pita

Berikut Prosedur kerja Pengukuran Lingkar Panggul:


Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan
Subjek berdiri tegak dan pengukur jongkok disamping subjek

Alat pengukur dilingkarkan didaerah pelvis tanpa menekan kulit

Dibaca dan dicatat dengan teliti hasil pengukuran pada pita

Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit (TLK)


Cara mengukur TLK pada tricep:
Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan bergantung bebas pada sisi tubuh

Pengukuran dilakukan pada mid point (sama seperti LILA)

Tricept skinfold diukur dengan mendekati 0.1 mm

Dibaca dan dicatat hasil pengukuran TLK pada tricept

Cara mengukur TLK pada Subscapular :


Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan bergantung bebas pada sisi tubuh

Diletakkan tangan kiri kebelakang

Periksa dan tentukan sudut bawah sudut scapula

Subscapular skinfold ditarik ± 45%


titik scapula terletak dibagian bawah sudut scapula

Ukur ketebalan kulit mendekati 0.1 mm

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini hasil praktikum yang telah dilakukan:

No Nama/ BB TB TL IMT Lpi Lpa WHR Tricep Sub- %B LILA


NIM Kg Cm C Kg/ Cm cm Mm scapula F cm
m m2 mm
1. Akbar 53 164 55 19,6 72 77 0,93 13 11 21% -
2. Annisa 50 159 50 20 78 80 0,97 10 20 25% 24
3. Femi 67 146 42 32 95 92 0,96 20 26 34% 33
4. Regina 47 152 43 19 74 77 0,96 9 9 18% 25
5. Tian 47 154 45 19,6 73 79 0,92 7 10 18% 25
Keterangan: BB (berat badan), TB (tinggi badan), TL (tinggi lutut), IMT (indeks masa tubuh),
Lpi (lingkar pinggang), Lpa (lingkar panggul), WHR (waist Hip To rasio), LILA (lingkar lengan
atas).

Hasil pengukuran diperoleh BB dan TB subjek pertama yang bernama


(Akbar) adalah 53 kg dan 165 cm, sehingga IMT subjek adalah 19,6 kg/m2 dapat
disimpulkan subjek pertama ini status gizinya tergolong normal. Hasil pengukuran
subjek kedua (Annisa) diperoleh BB dan TB adalah 50 kg dan 159 cm, sehingga
IMT subjek adalah 20 kg/m2 dapat disimpulkan subjek kedua ini status gizinya
juga tergolong normal. Hasil pengukuran subjek ketiga (Femi) diperoleh BB 67
kg dan TB 146 cm, sehingga IMT subjek adalah 32 kg/m2 dapat disimpulkan
subjek ketiga ini status gizinya tergolong obesitas. Hasil pengukuran subjek
keempat (Regina) diperoleh BB 47 kg dan TB 152 cm, sehingga IMT subjek
adalah 19 kg/m2, dapat disimpulkan subjek keempat status gizinya tergolong
normal. Hasil pengukuran subjek kelima (Tian) BB 47 kg dan TB 154, sehingga
IMT subjek adalah 19,6 kg/m2 dapat disimpulkan subjek kelima ini status gizinya
tergolong normal.
Hasil pengukuran subjek pertama (Akbar), diperoleh lingkar pinggang subjek
sebesar 72 cm dan lingkar panggul subjek 77 cm, sehingga dari hasil pengukuran
diperoleh WHR subjek 0,93 yang berarti subjek ini beresiko tinggi terkena
penyakit degeneratif. Hasil pengukuran subjek kedua (Annisa), diperoleh lingkar
pinggang subjek sebesar 78 cm dan lingkar panggul subjek 80 cm, sehingga dari
hasil pengukuran diperoleh WHR subjek 0,97 yang berarti subjek ini beresiko
sangat tinggi terkena penyakit degeneratif. Hasil pengukuran subjek ketiga (Femi)
diperoleh lingkar pinggang subjek 92 cm dan lingkar panggul subjek 95 cm,
sehingga dari hasil pengukuran diperoleh WHR subjek 0,96 yang berarti subjek
ini beresiko sangat tinggi terkena penyakit degeneratif. Hasil pengukuran subjek
keempat (Regina), diperoleh lingkar pinggang subjek sebesar 74 cm dan lingkar
panngul subjek adalah 77 cm, sehingga dari hasil pengukuran diperoleh WHR
subjek 0,96 yang berarti subjek ini beresiko sangat tinggi terkena penyakit
degeneratif. Hasil pengukuran subjek kelima (Tian) diperoleh lingkar pinggang
subjek sebesar 73 cm dan lingkar panggul subjek adalah 79 cm, sehingga dari
hasil pengukuran diperoleh WHR subjek 0,92 yang berarti subjek ini beresiko
sangat tinggi terkena penyakit degeneratif.
Hasil pengukuran diperoleh tebal lemak tricep subjek pertama (Akbar) adalah
13 mm dan tebal lemak subscapulanya adalah 11 mm, sehingga % body fat subjek
tersebut adalah 21% (slightly overfat). Hasil pengukuran diperoleh tebal lemak
tricep subjek kedua (Annisa) adalah 10 mm dan tebal subscapulanya adalah 20
mm, sehingga % body fat subjek tersebut 25% (slightly overfat). Hasil
pengukuran diperoleh tebal lemak tricep subjek ketiga (Femi) adalah 20 mm dan
tebal lemak subscapula adalah 26 mm, sehingga % body fat subjek adalah 34%
(obesitas). Hasil pengukuran diperoleh tebal lemak tricep subjek keempat
(Regina) adalah 9 mm dan tebal lemak subscapula adalah 9 mm, sehingga % body
fat subjek adalah 18% (optimal). Hasil pengukuran diperoleh tebal lemak dari
subjek kelima (Tian) adalah 7 mm dan tebal lemak subscapula adalah 10 mm,
sehingga % body fat subjek adalah 18% (optimal).
Hasil pengukuran diperoleh LILA subjek wanita pertama (Annisa) sebesar 24
cm berarti subjek tergolong normal. Hasil pengukuran, diperoleh LILA subjek
wanita kedua (Femi) sebesar 33 cm yang berarti subjek tergolong normal. Hasil
pengukuran, diperoleh LILA subjek wanita ketiga (Regina) sebesar 25 cm berarti
subjek tergolong normal. Hasil pengukuran, diperoleh LILA subjek wanita
keempat (Tian) sebesar 25 cm berarti subjek tergolong normal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Rata-rata berat badan subjek berkisar 47-67 kg, rata-rata tinggi badan subjek
berkisar 146-164 cm, rata-rata ukuran LILA subjek berkisar 24-33 cm,
adapun hasil WHR subjek berkisar 0,92-0,97.
2. Hasil perhitungan IMT diperoleh ada 4 subjek yang memiliki status gizi
normal (Akbar 19,6 kg/m2, Annisa 20 kg/m2, Regina 19 kg/m2 dan Tian 19,6
kg/m2) dan 1 orang subjek memiliki status gizi obesitas (Femi 32 kg/m2).
3. Setelah dilakukan pengukuran tinggi lutut untuk memproyeksikan tinggi
badan subjek diperoleh selisih 2,07 – 8,44 cm dari TB aktual pada subjek
wanita dan diperoleh selisih 9,41 cm dari TB aktual pada satu-satunya subjek
pria.
4. Hasil perhitungan WHR diperoleh ada 1 subjek pria yang tergolong beresiko
tinggi terkena penyakit degeneratif yaitu (Akbar 0,93) dan 4 subjek wanita
yang beresiko sangat tinggi terkena penyakit degeneratif (Annisa 0,97, Femi
0,96, Regina 0,96 dan Tian 0,92).
5. Setelah menilai dan mengintepretasikan status gizi orang dewasa
menggunakan %BF, diperoleh rata-rata hasil perhitungan %BF yaitu 18% -
34%. Dimana ada 2 subjek wanita yang status gizinya tergolong optimal
(Regina 18% dan Tian 18%), 1 subjek wanita yang status gizinya tergolong
slightly overfat (Annisa 25%), 1 subjek pria yang status gizinya tergolong
slightly overfat (Akbar 21%) dan 1 subjek wanita yang status gizinya
tergolong obesitas (Femi 34%).

Saran

Adapun saran dari praktikum ini sebagai berikut :

Sebaiknya laboratorium diperbesar lagi agar praktikum yang dilakukan bisa


lebih maksimal dan efektif, lebih dilengkapi lagi alat-alat praktikum agar setiap
mahasiswa lebih optimal lagi dalam melaksanakan pengukuran bagian
antropometri.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Arisman, 2004. Penilaian Status Gizi Perorangan dalam Gizi Dalam Dasar
Kehidupan. Jakarta (ID) : EGC.
Barasi M. 2009. Ilmu Gizi. Jakarta (ID) : Penerbit Erlangga.
Fidya. 2013. Antropometri. Surabaya (ID) : Universitas Airlangga.
Narendra MB. 2014. Pengukuran Antropometri pada Penyimpangan Tumbuh
Kembang Anak (Anthropometri Measurement of Deviation in Child
Growth and Development). 2014;2016/12/18;halaman 3. Pengukuran
antropometri;penyimpangan tumbuh kembang anak.
Putri DK, 2013. Antropometri. Depok (ID) : Universitas Gunadarma.
Rasyid H, Buchari A, Syauki AY. 2015. Buku Panduan Pendidikan Keterampilan
Klinik-Keterampilan Antropometri.Volume ke-I. Makassar (ID) :
Universitas Hasanuddin.
Sandjaja 2010. Kamus Gizi. Jakarta (ID) : Kompas.
Sirajuddin 2012. Penentuan Praktikum Penilaian Status Gizi secara Biokomia
dan Antropometri. Makassar (ID) : Universitas Hasanuddin.
Supriasa 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta (ID) : Buku Kedokteran EGC.
Susilowati. 2008. Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi. Cimahi (ID)
: STIKes Jendral Ahmad Yani.
LAMPIRAN

Dokumentasi Praktikum

Gambar 1. pengukuran tinggi badan

Gambar 2. pengukuran berat badan


Gambar 3. pengukuran tinggi lutut (TL)

Gambar 4. pengukuran lingkar pinggang (Lpi)


Gambar 5. pengukuran lingkar panggul (Lpa)

Gambar 6. pengukuran tebal lemak pada tricep


Gambar 7. pengukuran tebal lemak pada subscapula

Gambar 8. pengukuran lingkar lengan atas (LILA)


LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Indeks Masa Tubuh (IMT)


a. Pengukuran IMT subjek pertama Akbar Inggrayadi
Berat badan = 53 kg
Tinggi badan = 164 cm 1,64 m

Berat badan (kg)


IMT =
Tinggi badan m2
53 (kg) 53 (kg)
IMT = = = 19,6
1,64 m2 2,68
b. Pengukuran IMT subjek kedua Annisa Nurul Anastasya
Berat badan = 50 kg
Tinggi badan = 159 cm 1,59 m
Berat badan (kg)
IMT =
Tinggi badan 𝑚2
50 (kg) 50 (kg)
IMT = = = 20
1,59 m2 2,52
c. Pengukuran IMT subjek ketiga Femi Rustinata Lakoro
Berat badan = 67 kg
Tinggi badan = 146 cm 1,46 m
Berat badan (kg)
IMT =
Tinggi badan 𝑚2
67 (kg) 67 (kg)
IMT = 2 = = 32
1,46 m 2,13
d. Pengukuran subjek keempat Regina Viratika
Berat badan = 47 kg
Tinggi badan = 152 cm 1,52 m
Berat badan (kg)
IMT =
Tinggi badan 𝑚2
47 (kg) 47 (kg)
IMT = 2 = = 19,6
1,52 m 2,31
e. Pengukuram subjek kelima Tian Pika Dila
Berat badan = 47 kg
Tinggi badan 154 cm 1,54 m
Berat badan (kg)
IMT =
Tinggi badan 𝑚2
47 (kg) 47 (kg)
IMT = = = 19
1,54 m2 2,37
2. Perhitungan WHR (waist to Hip Ratio)
a. Perhitungan WHR subjek pertama Akbar Inggrayadi
Lingkar pinggang (Lpi) = 72 cm
Lingkar panggul (Lpa) = 77 cm
Lingkar pinggang (Lpi)
WHR =
Lingkar panggul (Lpa)
72 cm
WHR = = 0,93
77 𝑐𝑚
b. Perhitungan WHR subjek kedua Annisa Nurul Anastasya
Lingkar pinggang (Lpi) = 78 cm
Lingkar panggul (Lpa) = 80 cm
Lingkar pinggang (Lpi)
WHR =
Lingkar panggul (Lpa)
78 cm
WHR = = 0,97
80 𝑐𝑚
c. Perhitungan WHR subjek ketiga Femi Rustinata Lakoro
Lingkar pinggang (Lpi) = 92 cm
Lingkar panggul (Lpa) = 95 cm
Lingkar pinggang (Lpi)
WHR =
Lingkar panggul (Lpa)
92 cm
WHR = = 0,96
95 𝑐𝑚
d. Perhitungan WHR subjek keempat Regina Viratika
Lingkar pinggang (Lpi) = 74 cm
Lingkar panggul (Lpa) = 77 cm
Lingkar pinggang (Lpi)
WHR =
Lingkar panggul (Lpa)
74 cm
WHR = = 0,96
77 𝑐𝑚
e. Perhitungan subjek kelima Tian Pika Dila
Lingkar pinggang (Lpi) = 73 cm
Lingkar panggul (Lpa) = 79 cm
Lingkar pinggang (Lpi)
WHR =
Lingkar panggul (Lpa)
73 cm
WHR = = 0,92
79 𝑐𝑚
3. Presentase Body Fat (%BF)
a. %BF subjek pertama Akbar Inggrayadi
Tebal tricep = 13 mm
Tebal subscapula = 11 mm
Db = 1,0897 – 0,00133 (Tricep+Subscapula)
= 1,0897 – 0,00133 (13 mm + 11 mm)
= 1,0897 – 0,00133 (24 mm)
= 1,0897 – 0,03192
= 1,05778
%BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
= (4,76/1,05778) – 4,28 x 100
= 0,21 x 100
= 21%
b. %BF subjek kedua Annisa Nurul Anastasya
Tebal tricep = 10 mm
Tebal subscapula = 20 mm
Db = 1,0897 – 0,00133 (Tricep+Subscapula)
= 1,0897 – 0,00133 (10 mm + 20 mm)
= 1,0897 – 0,00133 (30 mm)
= 1,0897 – 0,0399
= 1,0498
%BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
= (4,76/1,0498) – 4,28 x 100
= 0,25 x 100
= 25%
c. %BF subjek ketiga Femi Rustinata Lakoro
Tebal tricep = 20 mm
Tebal subscapula = 26 mm
Db = 1,0897 – 0,00133 (Tricep+Subscapula)
= 1,0897 – 0,00133 (20 mm + 26 mm)
= 1,0897 – 0,00133 (46 mm)
= 1,0897 – 0,06118
= 1,02852
%BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
= (4,76/1,02852) – 4,28 x 100
= 0,34 x 100
= 34%
d. %BF subjek keempat Regina Viratika
Tebal tricep = 9 mm
Tebal subscapula = 9 mm
Db = 1,0897 – 0,00133 (Tricep+Subscapula)
= 1,0897 – 0,00133 (9 mm + 9 mm)
= 1,0897 – 0,00133 (18 mm)
= 1,0897 – 0,02394
= 1,06576
%BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
= (4,76/1,06576) – 4,28 x 100
= 0,18 x 100
= 18%
e. %BF subjek kelima Tian Pika Dila
Tebal tricep = 7 mm
Tebal subscapula = 10 mm
Db = 1,0897 – 0,00133 (Tricep+Subscapula)
= 1,0897 – 0,00133 (7 mm + 10 mm)
= 1,0897 – 0,00133 (17 mm)
= 1,0897 – 0,02261
= 1,06709
%BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
= (4,76/1,06709) – 4,28 x 100
= 0,18 x 100
= 18%
4. Pengukuran Tinggi Badan Berdasarkan Tinggi Lutut (TL)
a. Perempuan
Annisa = (1,91 x TL) – (0,17 x U) + 75,0
= (1,91 x 50) – (0,17 x 18) + 75,0
= 95,5 – 3,06 + 75,0
= 167, 44 cm (lebih 8,44 cm dari TB aktual)
Femi = (1,91 x TL) – (0,17 x U) + 75,0
= (1,91 x 42) – (0,17 x 18) + 75,0
= 80,22 – 3,06 + 75,0
= 152,16 cm (lebih 6,16 cm dari TB aktual)
Regina = (1,91 x TL) – (0,17 x U) + 75,0
= (1,91 x 43) – (0,17 x 18) + 75,0
= 82,13 – 3,06 + 75,0
= 154, 89 cm (lebih 2,07 cm dari TB aktual)
Tian = (1,91 x TL) – (0,17 x U) + 75,0
= (1,91 x 45) – (0,17 x 18) + 75,0
= 85,95 – 3,06 + 75,0
= 157,89 cm (lebih 3,89 cm dari TB aktual)
b. Pria
Akbar = (2,08 x TL) + 59,01
= (2,08 x 55) + 59,01
= 114,4 + 59,01
= 173,41 cm (lebih 9,41 cm dari TB aktual)

Anda mungkin juga menyukai