Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ETIKA PROFESI

PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI AHLI GIZI

SEBAGAI PENYULUH GIZI

DOSEN PENGAMPUH :
AHMAD RIZAL, SKM., M.M

DISUSUN OLEH :

ANGGI OKTICAH P05130217002

MEIZA QONETA P05130217042

SONIA NOPTRIANI P05130217045

ULFA ANATRI LINGGA P05130217046

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini selesai tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “Peran, fungsi dan
kompetensi ahli gizi sebagai penyuluh gizi” sebagai salah satu tugas kuliah Etika
Profesi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga “Peran, fungsi dan kompetensi ahli gizi
sebagai penyuluh gizi” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca. Atas perhatian dan masukannya kami sebagai penyusun mengucapkan terima
kasih.

Bengkulu, Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada
berbagai aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi
agar mampu bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor
penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu
negara. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk
meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi. Dengan
tuntutan pelayanan gizi yang sedemikian rupa maka sebagai Ahli Gizi harus
profesional dalam melaksanakan pelayanannya.
Profesi gizi dan profesi kesehatan lain, dalam sejarahnya merupakan
cabang dari profesi kedokteran. Profesi gizi dituntut untuk mampu
menunjukkan profesionalisme yang lebih tinggi bila ingin ditempatkan sejajar
dengan profesi lain. Sebagai tenaga profesi yang melakukan kegiatan/praktik
kegizian tentunya mempunyai pedoman yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya tumpang tindih kewenangan antar profesi kesehatan.
Profesi gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan
berdasarkan suatu keilmuan(body of knowledge), memiliki kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat
melayani masyarakat. Sebagai profesi, ahli gizi dituntut memiliki pengetahuan
sikap dan keterampilan yang dibutuhkan dalam melaksanakan: asuhan gizi
klinik, penyelenggaraan makanan institusi, pelayanan gizi masyarakat,
penyuluhan gizi serta menyediakan pelatih sebagai konsultan gizi.
Maka, dalam makalah ini kami membahas salah satu pengetahuan sikap
dan keterampilan yang ada dalam profesi gizi yang harus dilaksanakan yaitu
tentang peran, fungsi dan kompetensi ahli gizi sebagai penyuluh gizi.
B. Rumusan masalah
a. Apa saja peran ahli gizi sebagai penyuluh gizi?
b. Apakah fungsi dari ahli gizi sebagai penyuluh gizi?
c. Bagaimana kompetensi yang ada di ahli gizi sebagai penyuluh?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui peran ahli gizi sebagai penyuluh gizi
b. Untuk memahami fungsi dari ahli gizi sebagai penyuluh gizi
c. Untuk mengetahui dan memahami kompetensi yang ada di ahli gizi sebagai
penyuluh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Ahli Gizi Sebagai Penyuluh Gizi
Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni
sebagai dietisien, sebagai konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi.
Penyuluh gizi yakni seseorang yang memberikan penyuluhan gizi yang
merupakan suatu upaya menjelaskan, menggunakan, memilih, dan mengolah
bahan makanan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku
perorangan atau masyarakat dalam mengonsumsi makanan sehingga
meningkatkan kesehatan dan gizinya (Kamus Gizi, 2010). Penyuluhan gizi
sebagian besarnya dilakukan dengan metode ceramah (komunikasi satu
arah), walaupun sebenarnya masih ada beberapa metode lainnya yang dapat
digunakan. Berbeda dengan konseling yang komunikasinya dilakukan lebih
pribadi, penyuluhan gizi disampaikan lebih umum dan biasanya dapat
menjangkau sasaran yang lebih banyak.
Ketiga peran itu hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli gizi atau
seseorang yang sudah mendapat pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan
oleh profesi kesehatan manapun, karena ketiga peran itu saling berkaitan
satu sama lain, tidak dapat dipisahkan. Selain ketiga peran yang telah
dijelaskan di atas, peran ahli gizi juga dapat dikaji pada rincian di bawah ini:
a. Ahli Gizi
52
1) Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik.
2) Pengelola pelayanan gizi di masyarakat.
3) Pengelola tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi di RS.
4) Pengelola sistem penyelenggaraan makanan institusi/masal.
5) Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi.
6) Pelaksana penelitian gizi.
7) Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirasuara.
8) Berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral.
9) Pelaku praktik kegizian yang bekerja secara profesional dan etis.
b. Ahli Madya Gizi
1) Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik.
2) Pelaksana pelayanan gizi masyarakat.
3) Penyelia sistem penyelenggaraan makanan Institusi/massal.
4) Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi.
5) Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirasuara.
6) Pelaku praktik kegizian yang bekerja secara profesional dan etis

B. Fungsi Ahli Gizi Sebagai Penyuluh Gizi


Ahli gizi adalah tenaga spesialis yang bertugas memberikan saran dan
informasi kepada pasien tentang penatalaksanaan gizi dan masalah
kesehatan. Adapun fungsi penyuluh ahli gizi sebagai penyuluh gizi itu
sendiri adalah melakukan promosi gizi, mengembangkan pelayanan gizi
kepada masyarakat, dan memelihara hubungan persahabatan yang harmonis
dengan masyarakat. Pada saat penyuluhan berlangsung ahli gizi memberikan
materi dan informasi penting terkait gizi kepada masyarakat yang menjadi
target penyuluhan, dengan dilaksanakan penyuluhan ini masyarakat
mendapatkan pengetahuan baru tentang gizi sehingga nantinya diharapkan
masyarakat dapat merubah perilaku yang berhubungan dengan kegiatan gizi.
Melalui ahli gizilah salah satu cara masyarakat dapat mengetahui
berbagai informasi dan isu-isu kesehatan, khususnya yang berhubungan
dengan gizi. Jika dilakukan tatap muka, masyarakat dapat langsung
berinteraksi dengan ahli gizi dan berkonsultasi langsung dengan mudah
mengenai permasalahan gizi yang mereka hadap. Ahli gizi yang melakukan
penyuluhan hendaknya memiliki bekal dan wawasan ang cukup yang harus
terus ditambah dan diperbaharui setiap waktu.

C. Standar Kompetensi Ahli Gizi


Standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenjang kualifikasi
dan jenisnya. Jenis ahli gizi yang ada saat ini yaitu ahli gizi dan ahli madya
gizi dimana wewenang dan tanggung jawabnya berbeda. Mengingat bahwa
untuk menanggulangi hal tersebut, dibutuhkan tenaga dan ilmuwan yang
dinamis, mandiri dan menjunjung etik profesional yang tinggi sehingga
dapat memberikan kontribusi dalam upaya berbagai pengembangan ilmu
dan pelayanan kesehatan di berbagai bidang termasuk bidang gizi.
Keberadaan seorang ahli gizi sangat diperlukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pelayanan gizi berada dimana-mana dan kapan
saja selama masyarakat dan individu masih mau untuk hidup sehat dalam
siklus kehidupan manusia.

Tabel 1. Standar Kompetensi Ahli Gizi sebagai Penyuluh Gizi

Area Komponen Kemampuan Yang


Kompetensi Inti
Kompetensi Kompetensi Diharapkan
1. Melakukan Mampu (1) Berkomunikasi a) Mampu berkomunikasi
Komunikasi menggali dan dengan klien. secara verbal dan
Efektif bertukar nonverbal.
informasi b) Mampu mengembang-
secara verbal kan empati dalam
dan non membina komunikasi
-verbal dengan dengan klien.
klien pada c) Mampu menggunakan
semua usia, bahasa yang benar, santun
anggota dan mudah dimengerti oleh
keluarga, klien.
masyarakat, d) Mampu mendorong klien
kolega, dan untuk mengemukakan
profesi lain. secara terbuka masalah gizi
sebagai bahan untuk
mengatasi permasalahan
secara holistik dan
komprehensif.
e) Mampu merumuskan dan
menyampaikan informasi
penting dan strategis yang
harus diketahui klien
terkait status dan masalah
gizinya, termasuk
melaksanakan informed
consent dan konseling.
f) Memiliki kepekaan
kultur, sosial, budaya
dalam membina
komunikasi dan
hubungan dengan klien.
(2) Berkomunikasi a) Mampu mengembangkan
dengan mitra komunikasi untuk
kerja. membangun kerjasama
tim dengan sesama
nutrisionis.

b) Mampu mengembangkan
komunikasi untuk
membangun kolaborasi
dengan tenaga kesehatan
lain.

c) Mampu melakukan
konsultasi dan rujukan
kepada tenaga ahli terkait
melalui surat rujukan
dengan informasi yang
tepat dan jelas.

d) Mampu memberikan
informasi yang relevan
dan akuntabel kepada
pihak yang memerlukan
sesuai dengan
kewenangannya.

e) Mampu menyusun dan


mempresentasikan
publikasi atau karya
ilmiah di forum lokal,
nasional, dan
internasional.
(3) Berkomunikasi a) Mampu menggali
dengan informasi dan data dari
masyarakat. masyarakat untuk
identifikasi masalah
asupan makanan, status
gizi, serta pengaruh
lingkungan dan perilaku
terkait gizi.

b) Mampu melakukan
advokasi dengan berbagai
pihak untuk mengatasi
masalah gizi masyarakat.

c) Mampu merumuskan dan


mengembangkan bahan
publikasi/penyuluhan gizi
masyarakat sesuai
kebutuhan/situasi masalah
gizi di lingkungan
tersebut.
d) Mampu menyusun dan
mempublikasikan tulisan
ilmiah popular di berbagai
media lokal, nasional dan
internasional.
2. Pengelolaan Mampu ( 1 ) Mengakses dan a) Mampu menggunakan
Informasi memanfaatkan menilai informasi teknologi untuk mengakses
teknologi dan pengetahuan. informasi dan data dari
informasi berbagai sumber untuk
program gizi meningkatkan program
masyarakat, gizi masyarakat,
penyelenggaraan penyelenggaraan makanan,
makanan, dan dan clinical nutrition.
clinical
nutrition. b) Mampu memanfaatkan
teknologi untuk mengolah
data yang diperlukan
untuk menunjang validitas
dan reabilitas dalam
bidang program gizi
masyarakat,
penyelenggaraan makanan
(food service), dan
clinical nutrition.

c) Mampu memanfaatkan
teknologi informasi
komunikasi untuk
diseminasi informasi dalam
bidang program gizi
masyarakat,
penyelenggaraan makanan
(food service), dan clinical
nutrition.
d) Mampu menggunakan
teknologi informasi sebagai
sumber literasi untuk
mempertahankan dan
meningkatkan pengetahuan
sebagai nutrisionis dalam
bidang program gizi
masyarakat,
penyelenggaraan makanan
(food service), dan clinical
nutrition
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Peran ahli gizi sebagai enyuluh gizi yakni seseorang yang memberikan
penyuluhan gizi yang merupakan suatu upaya menjelaskan, menggunakan,
memilih, dan mengolah bahan makanan untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku perorangan atau masyarakat dalam mengonsumsi
makanan sehingga meningkatkan kesehatan dan gizinya.
2. Fungsi penyuluh ahli gizi sebagai penyuluh gizi itu sendiri adalah
melakukan promosi gizi, mengembangkan pelayanan gizi kepada
masyarakat, dan memelihara hubungan persahabatan yang harmonis dengan
masyarakat.
3. Kompetensi yang dimiliki ahli gizi sebagai penyuluh gizi ialah mampu
menggali dan bertukar informasi secara verbal dan non -verbal dengan klien
pada semua usia, mampu memanfaatkan teknologi informasi program gizi
masyarakat, penyelenggaraan makanan, dan clinical nutrition.

B. SARAN

Sebagai ahli gizi sudah seharusnya menerapkan peran, fungsi dan


kompetensi yang ada, selain itu perlu adanya peningkatan standarisasi
kompetensi ataupun standarisasi praktek professional.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Etika Profesi. Badan Pengembangan
Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Hal : 49-53
Persagi, AIPGI, AIVOGI. 2018. Standar Kompetensi Nutrisionis. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai