1
Program Studi Pendidikan Profesi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Indonesia
2
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Indonesia
Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung Fakultas Kedokteran Unair
Pacar Kembang, Tambaksari, Surabaya, Jawa Timur, 60132 e ISSN 1475-222656
E-mail: dinda.puspitan123@gmail.com
20
Gita, P., et al. / Defisiensi Vitamin D / HIGEIA 6 (1) (2022)
21
Gita, P., et al. / Defisiensi Vitamin D / HIGEIA 6 (1) (2022)
COVID-19. Salah satunya yaitu defisiensi Rancangan penelitian yang digunakan adalah
vitamin D. studi kualitatif yang bersumber dari jurnal-jurnal
Beberapa studi menunjukkan bahwa penelitian, termasuk randomized control trial dan
defisiensi vitamin D berkorelasi dengan tingkat clinical trial, yang telah dipublikasikan pada
kematian yang lebih tinggi pada pasien COVID- Science Direct dan Pubmed. Penelitian dilakukan
19. Suatu penelitian mendapatkan bahwa pada bulan April 2021 sampai dengan bulan
sebanyak 64% pasien COVID-19 yang Juni 2021 di Departemen Ilmu Kesehatan
meninggal memiliki kadar vitamin D yang Masyarakat - Kedokteran Pencegahan Fakultas
rendah (Radujkovic, 2020). Bahkan, studi lain Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
mendapatkan bahwa hampir 9 dari 10 pasien Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu
COVID-19 yang meninggal memiliki kadar defisiensi vitamin D sebagai variabel bebas yang
vitamin D di bawah normal. Kematian ini didefinisikan suatu kondisi kurangnya kadar
sebenarnya dapat dicegah dengan memberikan vitamin D dalam darah yang dianalisis dari
penatalaksanaan yang adekuat dan sedini hasil laboratorium, dengan nilai kurang dari 30
mungkin terhadap kondisi defisiensi vitamin D ng/mL (Normal: ≥ 30 ng/mL) dan tingkat
yang dialami oleh pasien COVID-19 (Brenner, kematian sebagai variabel terikat yang
2020). Sampai saat ini, pengaruh pemberian didefinisikan persentase kematian akibat
vitamin D pada pasien COVID-19 masih penyakit COVID-19, baik yang defisiensi
kontroversial. Belum ada panduan yang dengan vitamin D atau tidak defisiensi.
tegas merekomendasikan pemberian vitamin D Populasi dalam penelitian ini adalah
pada pasien COVID-19 karena masih jurnal yang berasal dari penelitian randomized
terbatasnya penelitian yang dilakukan. Pembe- control trial dan clinical trial yang diambil dari
rian vitamin D pada pasien COVID-19 masih dua database, yaitu Pubmed dan Science direct.
dalam tahap uji klinis dengan hasil luaran yang Jurnal yang diambil memiliki keterkaitan
masih belum diketahui secara pasti. Beberapa dengan judul penelitian yaitu, hubungan
penelitian menunjukkan bahwa kadar vitamin D defisiensi vitamin D dengan tingkat mortalitas
yang mencukupi dalam tubuh dapat menekan pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit.
risiko menderita gangguan saluran respirasi atas Kriteria inklusi adalah (1) jurnal yang
akut pada dewasa (Zittermann, 2016). Namun, sampelnya terdiri dari pasien dan terdiagnosis
studi lain menun-jukkan bahwa pemberian COVID-19 yang dirawat di rumah sakit dan
vitamin D tidak memberikan dampak signifikan berusia 18 tahun keatas, (2) jurnal yang
terhadap kondisi klinis dan lama perawatan di digunakan merupakan jurnal full-text (teks
rumah sakit (Murai, 2021). Frekuensi lengkap), (3) jurnal yang digunakan merupakan
pemberian vitamin D pada pasien COVID-19 di research article, (4) jurnal yang digunakan
Indonesia masih sangat rendah mengingat memiliki rentang waktu penelitian antara tahun
pemeriksaan rutin kadar vitamin D juga masih 2020-2021, (5) jurnal yang memiliki data serum
jarang dilakukan (Pinzon, 2020). vitamin D dan hubungannya dengan tingkat
Tujuan penulisan penelitian ini untuk mortalitas pasien COVID-19, (6) jurnal yang
menentukan hubungan dan pengaruh defisiensi digunakan merupakan jurnal tidak berbayar, (7)
vitamin D dengan tingkat mortalitas pasien jurnal berbahasa inggris. Kriteria eksklusi
COVID-19 yang dirawat di rumah sakit. adalah (1) jurnal pre-proof, (2) jurnal full-text (teks
Penelitian ini didasarkan pada beberapa lengkap) yang tidak bisa diakses.
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pengambilan sampel dilakukan dengan
metode PRISMA (Preferred Reporting Items for
METODE Systematic Review and Meta-Analysis) yang
dimulai dari identifikasi jurnal (identification),
Jenis penelitian ini adalah penelitian skrining jurnal (screening), kelayakan jurnal
naratif dengan metode systematic review. (eligibility), dan hasil pencarian jurnal (included).
22
Gita, P., et al. / Defisiensi Vitamin D / HIGEIA 6 (1) (2022)
Identifikasi atau pencarian jurnal dilakukan Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa
dengan menggunakan dua search engine, yaitu jumlah subjek penderita COVID-19 pria dan
Pubmed dan Science Direct. Kata kunci yang wanita relatif berimbang. Hal ini sesuai dengan
digunakan selama penelusuran adalah “serum” penelitian (Jin, 2020) yang menyebutkan bahwa
AND “vitamin D” AND “covid” AND pria dan wanita memiliki risiko dan kerentanan
“mortality”. Skrining jurnal dilakukan dengan yang sama besar untuk terinfeksi dan menderita
menyaring atau memilih jurnal yang sesuai COVID-19. Jenis kelamin bukan merupakan
dengan judul, abstrak, dan kata kunci. sebuah prediktor risiko penularan COVID-19.
Kelayakan jurnal dilakukan dengan memilih Meskipun, jenis kelamin dapat mempengaruhi
jurnal artikel yang memiliki teks lengkap dan derajat keparahan dan luaran yang ditimbulkan
sesuai dengan kriteria inklusi yang telah selama menderita penyakit COVID-19.
ditentukan. Hasil pencarian jurnal berupa jurnal Studi ini menemukan bahwa sebanyak
yang memenuhi kriteria inklusi yang 266 pasien (61,7%) COVID-19 mengalami
ditentukan. Jurnal yang sesuai dengan kriteria defisiensi vitamin D, ditandai dengan hasil
inklusi dilakukan ekstraksi data. pemeriksaan kadar vitamin D kurang dari 30
Data yang dianalisis dalam setiap jurnal ng/mL. Beberapa penelitian lain juga
adalah judul, lokasi, durasi, rancangan, subjek, mendapatkan temuan serupa bahwa lebih dari
kriteria inklusi, kriteria eksklusi, variabel bebas, 50% pasien COVID-19 mengalami defisiensi
variabel terkontrol, dan besar sampel. Data-data vitamin D. Suatu penelitian yang dilakukan di
tersebut dikumpulkan dalam lembar pengumpul Jhansi, India mendapatkan bahwa sebanyak
data. Data pada penelitian ini akan dianalisis 58% pasien COVID-19 mengalami defisiensi
secara naratif untuk mengetahui hubungan vitamin D (Jain, 2020). Temuan serupa juga
defisiensi vitamin D dengan tingkat mortalitas didapatkan oleh Mohan (2020) yang
pasien COVID-19 di rumah sakit. mendapatkan bahwa lebih dari 70% pasien
COVID-19 juga mengalami defisiensi vitamin
HASIL DAN PEMBAHASAN D, ditandai dengan kadar vitamin D kurang dari
20 ng/mL. Bahkan, suatu studi lain di Wuhan,
Penelitian ini melibatkan total 431 pasien China menemukan bahwa sebanyak 65,1%
COVID-19 dari dua artikel ilmiah yang telah penderita COVID-19 mengalami defisiensi
lolos uji kelayakan, yaitu (Angelidi, 2021) dan vitamin D berat dengan kadar vitamin D yang
(Charoenngam, 2021). Seluruh pasien yang sangat rendah, yaitu kurang dari 12 ng/mL
terlibat merupakan pasien COVID-19 yang (Luo, 2020). Penelitian mengenai hubungan
dirawat di rumah sakit dan yang memiliki data antara defisiensi vitamin D dengan COVID-19
atau pernah dilakukan pemeriksaan kadar di Indonesia masih sangat terbatas. Pemeriksaan
vitamin D. kadar vitamin D masih bukan merupakan
23
Gita, P., et al. / Defisiensi Vitamin D / HIGEIA 6 (1) (2022)
pemeriksaan penunjang yang rutin dilakukan Defisiensi vitamin D cenderung lebih sering
dalam praktik sehari – hari (Pinzon, 2020). terjadi pada subjek berusia lanjut karena proses
Defisiensi vitamin D yang terjadi pada sintesis vitamin D di kulit secara fisiologis
penderita COVID-19 dapat disebabkan oleh mengalami penurunan seiring pertambahan usia
berbagai faktor, antara lain berkurangnya (Sakamoto, 2019). Penelitian oleh Boettger
frekuensi atau durasi paparan sinar matahari (2018) menemukan bahwa defisiensi vitamin D
maupun asupan nutrisi yang inadekuat (Mohan, juga sering terjadi pada lansia yang dirawat di
2020). Kewajiban melakukan isolasi, baik di rumah sakit (Boettger, 2018).
rumah maupun di fasilitas kesehatan, bagi Penelitian ini mendapatkan adanya
penderita yang terdiagnosis positif COVID-19 hubungan antara defisiensi vitamin D dan
akan membatasi kegiatan diluar ruangan kematian pasien COVID-19 yang dirawat di
sehingga mengurangi intensitas frekuensi rumah sakit. Berbagai manifestasi klinis berat
terpapar sinar matahari. Padahal, sinar matahari yang diderita oleh pasien COVID-19 dengan
berperan penting dalam membantu proses defisiensi vitamin D memiliki kecenderungan
konversi 25-hydroxyvitamin D menjadi kalsitriol yang lebih tinggi untuk berujung dengan
yang merupakan bentuk aktif dari vitamin D kematian. Penelitian Angelidi (2021) dan
(Sakamoto, 2019). Charoenngam (2021) mendapatkan temuan
Usia penderita juga dapat berperan dalam serupa bahwa defisiensi vitamin D berhubungan
menyebabkan tingginya angka defisiensi dengan tingkat kematian pada pasien COVID-
vitamin D pada pasien COVID-19. Data pada 19 yang dirawat di rumah sakit (p = 0,009 dan p
tabel 1 menunjukkan bahwa penderita COVID- = 0,003). Studi yang dilakukan oleh Campi
19 yang mengalami defisiensi vitamin D (2021) juga mendapatkan temuan bahwa pasien
cenderung terjadi pada kelompok usia lanjut. COVID-19 dengan defisiensi vitamin D akan
Meskipun Charoenngam melakukan klasifikasi memiliki luaran klinis yang lebih buruk,
rerata usia secara lebih spesifik berdasarkan termasuk kematian, meskipun telah
derajat defisiensi vitamin D, namun secara mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit
keseluruhan didapatkan bahwa penderita selama 3 – 36 hari. Kematian yang terjadi paling
COVID-19 yang mengalami defisiensi vitamin banyak disebabkan karena Acute Respiratory
D memiliki usia rerata lebih dari 55 tahun. Distress Syndrome (ARDS). Penelitian lain di
24
Gita, P., et al. / Defisiensi Vitamin D / HIGEIA 6 (1) (2022)
Eropa juga mendapatkan temuan yang sama Vitamin D merupakan mikronutrien yang
bahwa defisiensi vitamin D berkorelasi kuat dan penting untuk mengatur fungsi sel-sel imun
signifikan terhadap kematian pasien COVID-19 tubuh (Jayawardena, 2020). Saat tubuh
(Pugach, 2021). mengalami defisiensi vitamin D, maka akan
Defisiensi vitamin D dapat memperberat lebih rentan terjadi disregulasi dari sistem imun
kondisi klinis yang dialami oleh pasien COVID- dan lebih berisiko mengalami badai sitokin
19. Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa (Jayawardena, 2020). Badai sitokin dapat
defisiensi vitamin D berkorelasi dengan derajat ditandai dengan berbagai gejala konstitusional,
keparahan pasien COVID-19, ditandai dengan inflamasi sistemik, dan disfungsi multiorgan
kebutuhan support ventilasi mekanik invasif yang berakibat pada ARDS, koagulopati, dan
ataupun intubasi (p = 0,04 dan p = 0,014). Studi ensefalopati (Fajgenbaum, 2020).
lain juga menemukan bahwa pasien COVID-19 Pentingnya vitamin D dalam modulasi
dengan defisiensi vitamin D berhubungan sistem imun juga didukung secara teori oleh
dengan derajat survival rate yang buruk, ditandai penelitian (Szymczak, 2016) yang mendapatkan
dengan peningkatan insidensi kebutuhan bahwa vitamin D memiliki kemampuan
penggunaan ventilasi mekanik invasif maupun menstimulasi respon imun bawaan melalui
kematian (Radujkovic, 2020). Temuan serupa peningkatan proses kemotaksis, respon
juga didapatkan pada beberapa penelitian lain. fagositosis dari makrofag, dan produksi protein
Campi (2021) dalam penelitiannya menemukan antimikroba seperti katelisidin. Vitamin D
bahwa pasien COVID-19 dengan defisiensi mensupresi imunitas adaptif dengan
vitamin D harus mendapatkan perawatan menghambat maturasi sel dendritik dan
intensif di Intensive Care Unit (ICU) karena menurunkan kemampuan produksi antigen
membutuhkan support endotracheal intubation yang dipresentasikan kepada sel CD4. Vitamin
(ETT) ataupun Continous Positive Airway Pressure D kemudian menghambat proliferasi dan
(CPAP) akibat kegagalan sistem respirasi derajat diferensiasi sel CD4 untuk menjadi sel Th1 dan
berat, ditandai dengan gambaran pneumonia Th17 serta meningkatkan produksi sel Th2 dan
dari hasil pemeriksaan Computed Tomography Treg. Pada akhirnya, 1,25-(OH)-2D3
(CT) (Campi, 2021). Sebuah penelitian di Arab menginhibisi diferensiasi sel plasma,
Saudi menemukan bahwa 89,5% pasien menurunkan produksi IgG dan IgM serta
COVID-19 dewasa yang dirawat di ICU menurunkan proliferasi sel limfosit B
membutuhkan ventilator mekanik (Al Mutair, (Szymczak, 2016). Penurunan proliferasi sel
2021). Bahkan, suatu studi menemukan bahwa limfosit B kemudian akan menyebabkan
50 - 97% pasien COVID-19 dewasa yang penurunan sekresi sel plasma, yaitu sel yang
menggunakan ventilator mekanik berakhir pada berperan dalam memproduksi antibodi selama
kematian (Auld, 2020). Pasien COVID-19 yang terjadinya infeksi (Skrobot, 2018).
membutuhkan perawatan intensif umumnya Studi lain menjelaskan bahwa sel
mengalami pneumonia yang dalam waktu cepat dendritik merupakan target utama aktivitas
dapat menyebabkan ARDS (Tsai, 2021). imunomodulasi oleh vitamin D. Vitamin D
Adanya defisiensi vitamin D akan memperberat menekan sitokin sel Th1 dan sel Th17,
pneumonia yang terjadi serta berhubungan menginduksi sel Treg, memproduksi IL-4 yang
langsung dan dapat mempercepat terjadinya dihasilkan oleh sel Th2, meningkatkan fungsi sel
ARDS (Dancer, 2015). Pneumonia dan ARDS NKT, dan menghambat diferensiasi dan
yang terjadi pada pasien COVID-19 merupakan maturasi sel limfosit B. Semua sel limfosit T
hasil dari terjadinya badai sitokin. Badai sitokin mengekspresikan VDR (sel B dan sel NKT).
merupakan suatu bentuk disregulasi respons Induksi menunjukkan aktivitas sitokin
dari sistem imun tubuh (Gursoy, 2021). ditingkatkan oleh vitamin D. Sementara itu,
Disregulasi sistem imun dapat terjadi pada tanda inhibisi ditunjukkan oleh aktivitas sitokin
orang dengan defisiensi vitamin D. dihambat oleh vitamin D (Martens, 2020). Oleh
25
Gita, P., et al. / Defisiensi Vitamin D / HIGEIA 6 (1) (2022)
karena itu, kondisi defisiensi vitamin D nafas atas yang terjadi (Mamani, 2017). Derajat
berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh. keparahan infeksi saluran nafas atas yang terjadi
Disregulasi respons sistem imun tubuh pada orang dengan defisiensi vitamin D
juga cenderung lebih sering terjadi pada berkaitan langsung dengan tingkat replikasi
individu berusia tua. Secara fisiologis, usia tua virus dan kadar viral load yang lebih tinggi
berhubungan dengan penurunan fungsi dari (Farnik, 2013). Jumlah virus SARS - CoV - 2
berbagai sistem dan organ tubuh. Pada individu yang menginfeksi (viral load) sel tubuh host
berusia tua, terjadi penurunan fungsi sel Natural berperan dalam derajat keparahan penyakit.
Killer (sel NK) yang merupakan salah satu Semakin tinggi viral load virus SARS-CoV-2
regulator penting dalam sistem imun tubuh. berkorelasi dengan tingkat morbiditas dan
Fungsi sel NK yang menurun dapat mortalitas yang lebih tinggi. Sehingga, tingkat
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan viral load merupakan salah satu prediktor valid
sistem imun. Respons sistem imun tubuh terhadap kondisi luaran pasien COVID-19
cenderung terjadi secara berlebihan yang (Faíco-Filho, 2020).
kemudian dapat menyebabkan kegagalan fungsi Sel epitel, makrofag alveolar, dan sel
multiorgan, bahkan kematian. Adanya dendritik merupakan tiga unit utama yang
defisiensi vitamin D juga akan semakin berperan dalam sistem imunitas bawaan pada
memperberat kondisi disregulasi sistem imun saluran nafas. Sel dendritik berada di bawah
tubuh dan menjadi salah satu faktor penting epitel, sedangkan makrofag terletak di sisi apikal
penyebab tingginya angka morbiditas dan epitel saluran nafas. Sel dendritik dan makrofag
mortalitas pasien COVID-19, termasuk pada berfungsi dalam sistem kekebalan bawaan untuk
penderita berusia tua (Sherwani, 2020). melawan berbagai patogen yang masuk ke
Hasil penelitian Charoenngam yang dalam tubuh, termasuk virus. Sistem imun yang
secara lebih spesifik mendapatkan temuan lemah yang terjadi pada orang dengan defisiensi
bahwa pengaruh defisiensi vitamin D terhadap vitamin D akan memungkinkan virus
kematian pasien COVID-19 lebih signifikan bereplikasi lebih masif dan menyebabkan
terutama pada pasien berusia 65 tahun atau kerusakan jaringan yang lebih signifikan (Qin,
lebih, merupakan salah satu bentuk adanya 2020). Sebaliknya, reaksi imun yang berlebihan
penurunan kemampuan regulasi sistem imun dapat berperan dalam keparahan manifestasi
tubuh. Temuan ini dapat merupakan suatu klinis yang terjadi. Produksi sitokin pro
kombinasi antara usia tua yang semakin inflamasi dengan jumlah yang terlalu banyak
diperberat dengan adanya defisiensi vitamin D. dan cepat dalam merespons infeksi dapat
Pada individu berusia lebih dari 60 tahun, fungsi menyebabkan peristiwa badai sitokin yang
sel NK dan respon imun humoral mengalami merupakan salah satu penyebab tersering
penurunan sehingga respon imun menjadi tidak kematian pada pasien COVID-19. Badai sitokin
seimbang, memicu pelepasan sitokin yang terjadi akan menyebabkan ARDS akibat
proinflamasi IL-6 dan TNF-α, dan kerusakan jaringan paru masif hingga kegagalan
menyebabkan terjadinya badai sitokin. Kondisi multiorgan yang akan berujung pada kematian
ini yang kemudian dapat menyebabkan individu (Ragab, 2020). Sistem imun yang seimbang
berusia 65 tahun atau lebih, yang mengalami dapat menstabilkan keadaan pasien yang
defisiensi vitamin D memiliki mortalitas lebih terinfeksi COVID-19. Selain itu, pasien COVID-
tinggi dibandingkan dengan orang yang berusia 19 yang asimtomatis terjadi pada orang-orang
dibawah 65 tahun (Sherwani, 2020). dengan sistem imun yang seimbang (Le Bert,
Defisiensi vitamin D juga berhubungan 2021; Tang, 2020).
dengan risiko yang lebih besar untuk menderita Pemberian vitamin D pada pasien
infeksi saluran nafas atas, termasuk pneumonia COVID-19 dipercaya dapat memberikan luaran
(Liu, 2021). Derajat defisiensi vitamin D akan klinis yang lebih baik melalui perbaikan fungsi
menentukan derajat keparahan infeksi saluran sistem imun tubuh. Vitamin D meningkatkan
26
Gita, P., et al. / Defisiensi Vitamin D / HIGEIA 6 (1) (2022)
aktivitas imun bawaan dengan menginduksi juga berpotensi mencegah perburukan kondisi
ekspresi antimikrobial peptida, seperti sekaligus menurunkan angka morbiditas dan
katelisidin dan defensins dan memiliki efek mortalitas pada pasien COVID-19. Meski
antioksidan terhadap COVID-19 (Grant, 2020). begitu, terbatasnya jumlah sampel yang terlibat
Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan maupun perbedaan nilai tolok ukur yang
pembentukan sitokin pro-inflamasi seperti TNF digunakan menyebabkan kemungkinan masih
‐ α, IL ‐ 1β, dan IL-6, yang dapat menyebabkan terdapat bias dari hasil penelitian ini. Penelitian
peningkatan kadar CRP (Bui, 2021). CRP lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar
merupakan indikasi dari badai sitokin. Badai diharapkan bisa mendapatkan hasil yang lebih
sitokin dapat menyebabkan pneumonia dan akurat. Masih terbatasnya studi yang meneliti
ARDS, serta dapat berkontribusi pada dosis, cara, dan durasi pemberian vitamin D
kerusakan multiorgan secara cepat (Aygun, pada pasien COVID-19 dapat menjadi acuan
2020). untuk penelitian yang akan datang dengan
Penelitian lain menemukan peran harapan hasil yang diperoleh dapat digunakan
potensial vitamin D dalam melindungi cedera sebagai rujukan yang relevan dalam upaya
paru-paru akut atau sindrom gangguan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
pernapasan akut pada pasien COVID-19. COVID-19, khususnya di Indonesia.
Mekanisme aksi dari vitamin D yaitu dengan
menargetkan sistem renin angiotensin yang DAFTAR PUSTAKA
tidak seimbang, termasuk ekspresi dan
konsentrasi enzim pengubah angiotensin (ACE Al Mutair, A., Al Mutairi, A., Zaidi, A.R.Z., Salih,
dan ACE2) (Ferder, 2020). Penelitian yang S., Alhumaid, S., Rabaan, A.A., Al-Omari, A.
dilakukan oleh Murdaca (2020) juga 2021. Clinical Predictors of COVID-19
Mortality Among Patients in Intensive Care
menemukan bahwa pemberian vitamin D pada
Units: A Retrospective Study. Int. J. Gen.
pasien COVID-19 akan meningkatkan ekspresi
Med. 14, 3719–3728.
reseptor ACE-2 dan memberikan efek protektif https://doi.org/10.2147/ijgm.s313757
terhadap parenkim paru, sehingga dapat Angelidi, A.M., Belanger, M.J., Lorinsky, M.K.,
mengurangi derajat keparahan akibat COVID- Karamanis, D., Chamorro-Pareja, N.,
19 (Murdaca, 2020). Ognibene, J., Palaiodimos, L., Mantzoros,
C.S. 2021. Vitamin D Status Is Associated
PENUTUP With In-Hospital Mortality and Mechanical
Ventilation: A Cohort of COVID-19
Hospitalized Patients. Mayo Clin. Proc. 96,
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
875–886.
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
https://doi.org/10.1016/j.mayocp.2021.01.00
bermakna antara defisiensi vitamin D dengan 1
tingkat mortalitas pasien COVID-19 yang Auld, S.C., Caridi-Scheible, M., Blum, J.M.,
dirawat di rumah sakit. Defisiensi vitamin D Robichaux, C., Kraft, C., Jacob, J.T., Jabaley,
berpengaruh dan memperberat penurunan C.S., Carpenter, D., Kaplow, R., Hernandez-
fungsi sistem kekebalan tubuh, menyebabkan Romieu, A.C., Adelman, M.W., Martin,
terjadinya badai sitokin akibat disregulasi sistem G.S., Coopersmith, C.M., Murphy, D.J.
imun tubuh, termasuk pada pasien berusia 2020. ICU and Ventilator Mortality among
Critically Ill Adults with Coronavirus Disease
lanjut, menimbulkan manifestasi klinis berat
2019∗. Crit. Care Med.
akibat kegagalan fungsi organ, dan dapat
https://doi.org/10.1097/CCM.000000000000
berujung pada kematian pada pasien COVID- 4457
19. Aygun, H. 2020. Vitamin D can prevent COVID-19
Pemberian vitamin D dipercaya memiliki infection-induced multiple organ damage.
prospek dalam upaya pencegahan dari risiko Naunyn. Schmiedebergs. Arch. Pharmacol.
menderita COVID-19. Pemberian vitamin D
27
Gita, P., et al. / Defisiensi Vitamin D / HIGEIA 6 (1) (2022)
28
Gita, P., et al. / Defisiensi Vitamin D / HIGEIA 6 (1) (2022)
29
Gita, P., et al. / Defisiensi Vitamin D / HIGEIA 6 (1) (2022)
Ragab, D., Salah Eldin, H., Taeimah, M., Khattab, Tang, X., Wu, C., Li, X., Song, Y., Yao, X., Wu, X.,
R., Salem, R. 2020. The COVID-19 Cytokine Duan, Y., Zhang, H., Wang, Y., Qian, Z.,
Storm; What We Know So Far. Front. Cui, J., Lu, J. 2020. On the origin and
Immunol. 11, 1–4. continuing evolution of SARS-CoV-2. Natl.
https://doi.org/10.3389/fimmu.2020.01446 Sci. Rev. 7, 1012–1023.
Sakamoto, R.R. 2019. Sunlight in Vitamin D https://doi.org/10.1093/nsr/nwaa036
Deficiency: Clinical Implications. J. Nurse Tsai, P.H., Lai, W.Y., Lin, Y.Y., Luo, Y.H., Lin,
Pract. 15, 282–285. Y.T., Chen, H.K., Chen, Y.M., Lai, Y.C.,
https://doi.org/10.1016/j.nurpra.2019.01.014 Kuo, L.C., Chen, S.D., Chang, K.J., Liu,
Shereen, M.A., Khan, S., Kazmi, A., Bashir, N., C.H., Chang, S.C., Wang, F. Der, Yang, Y.P.
Siddique, R. 2020. COVID-19 infection: 2021. Clinical manifestation and disease
Origin, transmission, and characteristics of progression in COVID-19 infection. J.
human coronaviruses. J. Adv. Res. 24, 91–98. Chinese Med. Assoc. 84, 3–8.
https://doi.org/10.1016/j.jare.2020.03.005 https://doi.org/10.1097/JCMA.00000000000
Sherwani, S., Khan, M.W.A. 2020. Cytokine 00463
response in SARS-CoV-2 infection in the WHO. 2021. WHO Coronavirus (COVID-19)
Elderly. J. Inflamm. Res. 13, 737–747. Dashboard [WWW Document]. who.int.
https://doi.org/10.2147/JIR.S276091 URL https://covid19.who.int/ (accessed
Skrobot, A., Demkow, U., Wachowska, M. 2018. 8.23.21).
Immunomodulatory role of vitamin D: A Zittermann, A., Pilz, S., Hoffmann, H., März, W.
review. Adv. Exp. Med. Biol. 2, 13–23. 2016. Vitamin D and airway infections: A
https://doi.org/10.1007/5584_2018_246 European perspective. Eur. J. Med. Res. 21,
Szymczak, I., Pawliczak, R. 2016. The Active 1–10. https://doi.org/10.1186/s40001-016-
Metabolite of Vitamin D3 as a Potential 0208-y
Immunomodulator. Scand. J. Immunol. 83,
83–91. https://doi.org/10.1111/sji.12403
30